Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

Beberapa bidang dalam kedokteran secara medis dan pembedahan memiliki sifat yang
menantang seperti dalam perawatan luka bakar.3 Luka bakar merupakan suatu jenis trauma
dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus dari sejak
awal sampai fase lanjut. 1 Luka bakar dapat terjadi pada orang tua ataupun muda, kaya atau
miskin, negara maju maupun negara berkembang, namun negara miskin dan kurang mampu
memiliki risiko lebih tinggi dan pada umumnya menerima penatalaksanaan yang kurang
baik.4 Luka bakar dapat bervariasi dari luka kecil yang dapat dengan mudah dikelola di klinik
rawat jalan hingga cedera luas yang dapat mengakibatkan kegagalan beberapa sistem organ
dan sakit yang berkepanjangan.3,4 Bekas luka fisik yang terlihat dan bekas luka psikologis
yang tak terlihat secara bersamaan dapat menyebabkan cacat berat yang bertahan cukup
lama.4
Luka bakar dan cedera yang berhubungan dengannya masih merupakan penyebab
kematian dan kecacatan utama di Amerika Serikat.2 Menurut National Institutes of General
Medical Sciences, diperkirakan 1,1 juta luka bakar memerlukan perhatian medis setiap tahun
di Amerika Serikat. 3 Dari mereka yang terluka, sekitar 50.000 memerlukan rawat inap dan
3
sekitar 4.500 meninggal setiap tahun dari luka bakar. Survival luka bakar berikut telah
meningkat secara signifikan selama abad ke-20. 3 Perbaikan dalam resusitasi, pemberian agen
antimikroba topikal, dan, yang paling penting, praktek eksisi luka bakar dini telah
berkontribusi terhadap hasil perbaikan. 3 Namun luka bakar yang luas tetap berpotensi fatal. 3
Wawasan klinis dari perawatan luka bakar mengacu pada fisiologi cairan dan
elektrolit, infeksi bedah, pemeliharaan nutrisi, pemantauan kardoipulmonar, dan perawatan
luka, dimana tak satu pun dapat diatasi sebagai kondisi-kondisi yang terpisah tanpa
pemahaman proses penyakit secara keseluruhan.2

BAB II
1
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nomor RM : 200784
Tanggal Masuk : 14 Februari 2017
Tanggal Operasi : 17 Februari 2017
Nama Pasien : Annisa Annajwa
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 12 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Werkudara, Kelungkung

B. Anamnesis
Autoanamnesa tanggal 16 Februari 2017 pukul 07.00 WITA di Ruang Apel.
Keluhan Utama : luka bakar
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk ke rumah sakit melalui IGD pada tanggal 14/2/2017 pukul 14.45 datang
dengan sadar diantar oleh keluarga dengan keluhan luka bakar pada bahu kanan hingga
punggung kanan yang disertai nyeri. Selain nyeri pasien juga mengeluh merasa lemas.
Keluhan dirasakan sejak 2 hari yang lalu tepatnya hari sabtu tanggal 14/2/2017 pukul
13.00 wita. Pasien mengalami luka bakar karena terkena air panas saat mencuci piring
dan tersenggol air panas saat bibinya mamasak air. Riwayat pingsan, mual, muntah,
demam dan pusing disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal mempunyai riwayat batuk lama, asma, diabetes militus, tumor/
kanker lainnya. Riwayat alergi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang memiliki keluhan seperti yang
dirasakan pasien. Pasien menyangkal adanya riwayat diabetes militus di keluarganya.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : compos mentis, GCS : E4V5M6
2. Vital Sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 78x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Temperatur : 36,6oC
3. Kepala : normocephal, distribusi rambut merata tidak mudah tercabut
4. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), isokor
5. Leher :Tampak simetris, deviasi trakea (-), limfonodi tidak teraba, JVP tidak
meningkat, massa (-)

2
6. Thoraks
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-), deformitas (-)
Palpasi : gerak nafas simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Cor : S1S2 tunggal regular, murmur (-/-), gallop (-/-)
Pulmo : suara dasar vesikuler (-/-), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
7. Abdomen
Inspeksi : datar, eritem (-), venektasi (-), spider naevy (-)
Auskultasi : bising usus (+) 10x/menit
Perkusi : timpani, nyeri ketok (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar-lien tidak teraba
8. Ekstremitas
Superior : sianosis (-/-), oedem (-/-), akral hangat, CRT <2 detik
Inferior : sianosis (-/-), oedem (-/-), akral hangat, CRT <2 detik

Status Lokalis
Regio colli (D) + Regio scapularis (D)
- Inspeksi: combutio ukuran 20cmx20 cm, hiperemis (+), bula (+), edema (-)
- Palpasi : teraba hangat, nyeri (+)

Hiperemis (+), bula (+), nyer(+)

3
D. Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin (tanggal 16 february 2017)
- Hematologi
Hb : 11,4 gr/dl (11,5-18,0 gr/dL)
WBC : 23,32x 103 u/L (4,6-10,2 x 103 u/L)
Neutrofil : 17,83 x103 u/L ( 2,0- 6,0 x 103 u/L)
Hematokrit : 41,6% (37,0-54,0%)
Trombosit : 497x 103 u/L (150-400 x 103 u/L)
- BT 2:00 menit (1-6 menit); CT 11:30 (4-15 menit)
- GDS : 84 mg/dL (80-200 mg/dL)

E. Diagnosis
Combutio grade II 6%

F. Planning
- IVFD RL 16 tpm
- Ibuprofen 3x cth II
- Cefotaxime 1 gr (profilaxis)
- puasa
- Rencana OK debridement (17-2-2017)

LAPORAN OPERASI DEBRIDEMENT (Selasa, 17 Februari 2017)

4
FOLLOW UP
1. Selasa, 18 Februari 2017
S : nyeri luka bakar (+), demam (-), pusing (-)
O : KU: lemah Kesadaran: compos mentis
TD : 110/80mmHg RR : 20x/menit
N : 86x/menit T : 36,5C
Status generalis: dbn
Status lokalis:
Regio colli (D)+ Regio scapularis (D): luka operasi terawat (+), perdarahan (-), nyeri (+)
A : combutio grade II 6% post debridement hari I
P :

5
- Diet bebas
- IVFD RL 16 tpm
- ibuprofen 3x cth II
- rawat luka dengan supratulla dan sucralfat

2. Rabu, 19 Februari 2017


S : nyeri luka bakar (+), demam (-), pusing (-)
O : KU: lemah Kesadaran: compos mentis
TD : 100/60mmHg RR : 20x/menit
N : 76x/menit T : 36,5C
Status generalis: dbn
Status lokalis:
Regio colli + Regio scapularis (D): luka operasi terawat (+), perdarahan (-), nyeri (+)
A : combutio grade II 6% post debridement hari II
P :
- Diet bebas
- IVFD RL 16 tpm
- ibuprofen 3x cth II
- rawat luka dengan supratulla dan sucralfat

3. Kamis, 20 Februari 2017


S : nyeri luka bakar (+), demam (-), pusing (-)
O : KU: lemah Kesadaran: compos mentis
TD : 100/60mmHg RR : 20x/menit
N : 76x/menit T : 36,5C
Status generalis: dbn
Status lokalis:
Regio colli + Regio scapularis (D): luka operasi terawat (+), perdarahan (-), nyeri (+)
A : combutio grade II 6% post debridement hari III
P : - BPL
- ibuprofen 3x cth II

6
- rawat luka dengan supratulla dan sucralfat

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan fisiologi kulit


Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada
orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit
bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit
tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu.5,6

7
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam
yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan
jaringan ikat.5,6

Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan
kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi
setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai
yang terdalam)6 :

1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak
kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament (tonofibril) yang dianggap
memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi
terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan
tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia
dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit. Stratum basale
dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans).6

Dermis

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True
Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan

8
jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan6 :

Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.

Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung


beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.

Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan


shearing forces dan respon inflamasi.

Subkutis

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak.
Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan
di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan
nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.6

Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan


kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah
memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi,
mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi
kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan
sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah
satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada
daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan
cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami
proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal.
Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila

9
temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi
temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit
akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.6

Gambar 1. Anatomi Kulit

B. Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka
bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.

C. Epidimiologi

Luka bakar dapat terjadi pada orang yang sangat muda hingga sangat tua dari kedua jenis
kelamin.3 Insiden luka bakar di Amerika Serikat cukup tinggi, bahkan di negara berkembang
seperti di India, insiden luka bakar merupakan masalah yang penting dengan diperkirakan
lebih dari 2 juta kejadian luka bakar per tahun terjadi.4 Angka kematian di negara
berkembang juga jauh lebih tinggi, misalnya di Nepal memiliki populasi 20 juta orang
dengan kejadian 1.700 kematian akibat luka bakar setiap tahunnya, tingkat kematian di sana,
17 kali lebih tinggi daripada di Inggris.4

Setiap tahun hampir 1,25 juta orang yang mengalami luka bakar di Amerika Serikat,
namun jumlah kejadian ini terus menurun. Sekitar 60.000 sampai 80.000 luka bakar per tahun
memerlukan rawat inap, dan sekitar 5500 dari pasien ini meninggal dunia. Insiden tertinggi

10
luka bakar terjadi selama beberapa tahun pertama kehidupan dan antara usia 20 hingga 29
tahun. Di antara 1971 dan 1991, jumlah kematian akibat luka bakar menurun sebesar 40%,
dengan penurunan 12% kematian yang berhubungan dengan cedera inhalasi. Sejak tahun
1991, jumlah kematian akibat luka bakar per kapita telah menurun 25% lagi menurut statistik
dari Centers for Disease Control and Prevention.7

Pada tahun 1949, Bull dan Fisher pertama kali melaporkan perkiraan 50% angka
kematian untuk luka bakar di beberapa kelompok usia berdasarkan data dari unitnya. Mereka
melaporkan bahwa sekitar setengah dari anak usia 0 sampai 14 dengan luka bakar 49% luas
permukaan tubuh total akan meninggal. Statistik suram ini telah secara dramatis membaik,
dengan laporan terbaru menunjukkan angka mortalitas 50% untuk luka bakar 98% luas
permukaan tubuh total pada anak-anak dibawah 14 tahun.7

Dua-pertiga dari seluruh kejadian luka bakar terjadi di rumah, dimana 60% dari luka
bakar yang terjadi di rumah berhubungan dengan memasak. Setengah dari semua kematian
akibat luka bakar di dalam negeri terjadi pada pukul 22.00 malam sampai pukul 08.00 pagi
dan konsumsi alkohol yang berlebihan sering memainkan peranan yang penting. Kembang
api dan api unggun adalah penyebab luka bakar tersering di dalam negeri. Sepertiga sisa dari
seluruh kejadian luka bakar sebagian besar terjadi pada kecelakaan industri.4

D. Etiologi

Luka bakar dapat terjadi akibat beberapa macam penyebab.3 Yang termasuk dari penyebab
luka bakar adalah api, cairan panas, kontak dengan benda padat yang panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi.7

- Luka bakar akibat api

Luka bakar api dibagi menjadi dua bagian, luka bakar api ledakan dan luka
bakar api bukan ledakan. Api yang menyala merupakan penyebab tersering dari luka
bakar, biasanya berasal dari api rumah, api unggun, dan pembakaran daun atau
sampah. Ledakan api juga merupakan sumber yang cukup umum dan biasanya berasal
dari hasil pembakaran propana atau bensin. Luka bakar akibat api merupakan
penyebab tersering kematian akibat luka bakar, sementara luka bakar akibat cairan
panas merupakan penyebab tersering kedua. Pada luka bakar akibat api, jika pakaian

11
pasien ikut terbakar, biasanya luka bakar yang terjadi adalah dengan ketebalan yang
penuh. Luka bakar akibat api ledakan biasanya melukai kulit yang terlihat (paling
sering wajah dan ekstremitas) dan biasanya mengakibatkan luka bakar ketebalan
parsial.3,7

- Luka bakar akibat cairan panas

Luka bakar akibat cairan panas merupakan etiologi tersering dari luka bakar
pada populasi sipil. Luka bakar akibat cairan panas dibagi menjadi tiga, yaitu akibat
cairan kental yang panas, akibat cairan encer yang panas, serta akibat uap panas, dan
luka bakar akibat cairan encer yang panas yang dibagi lagi menjadi dua, yaitu akibat
tumpahan cairan panas dan akibat tercelupnya ke dalam cairan yang panas.
Kedalaman dari luka bakar akibat cairan panas tergantung dari temperatur dari cairan,
durasi kontak cairan panas dengan kulit, dan viskositas cairan (biasanya terjadi kontak
yang lebih lama pada cairan yang lebih kental). Hal ini penting untuk diperhatikan
pada penderita yang sangat muda atau sangat tua dimana dermis yang ada lebih tipis
dari biasanya. Jika diterapkan untuk waktu yang cukup lama, air pada suhu 45 C
akan menyebabkan kerusakan ketebalan penuh. Hal ini sering menjadi mekanisme
luka bakar tragis di masa kanak-kanak.3,4

- Luka bakar akibat kontak dengan benda padat yang panas

Luka bakar kontak terjadi dari kontak dengan tungku api, logam panas,
plastik, atau batu bara. Luka bakar kontak biasanya dalam tapi luasnya terbatas sesuai
ukuran benda solid tersebut.3

- Luka bakar kimia

Luka bakar kimia biasanya terjadi akibat kecelakaan dalam industri tetapi
dapat juga disebabkan oleh produk kimia sehari-hari di rumah. Tingkat keparahan
tergantung pada agen penyebab, konsentrasi dan kuantitas, serta durasi kontak. Luka
bakar kimia cenderung dalam karena sifat korosifnya yang terus bekerja sampai bahan
kimia tersebut sepenuhnya ditiadakan. Bahan kimia yang bersifat basa lebih buruk
daripada asam. Asam hidrofluorida secara luas digunakan dalam pembuatan kaca dan
konstruksi papan sirkuit dan merupakan penyebab umum dari luka bakar kimia
industri. Bahan kimia tersebut harus dinetralkan dengan bahan topikal atau suntikan
12
lokal kalsium glukonat untuk mencegah proses pembakaran yang berkelanjutan.
Manajemen awal luka bakar kimia hampir sama untuk semua agen, yaitu melepas
semua pakaian yang terkontaminasi bahan kimia dan mengencerkan atau mencuci
bahan kimia dengan mengairi daerah yang terkena bahan kimia dengan seksama,
biasanya dengan menyiramkan air ke pasien.4

- Luka bakar listrik

Luka bakar listrik disebabkan oleh konversi energi listrik menjadi panas, dan
listrik bertanggung jawab untuk sekitar 3% dari penerimaan korban ke unit luka
bakar. Tingginya tegangan listrik adalah kunci penentu beratnya kondisi penderita.
Tegangan yang rendah hanya menyebabkan luka bakar kontak kecil yang dalam baik
di lokasi keluar maupun di lokasi masuknya listrik. Cedera tegangan tinggi terjadi
pada tegangan lebih dari 1000 V dan jumlah ini menyebabkan banyak jaringan lunak
dan jaringan tulang yang nekrosis serta dapat menyebabkan penderita harus
kehilangan tungkai kakinya. Kerusakan otot yang terjadi dapat menimbulkan
rhabdomyolysis dan gagal ginjal. Kontak dengan tegangan listrik lebih dari 70 000 V
selalu fatal.4

Perluasan dari pembakaran berbanding lurus dengan hambatan listrik dari


jaringan tempat listrik ditransmisikan. Tulang memiliki resistensi tertinggi, jika arus
melewati tungkai kaki, tulang menjadi panas dan otot di sekitar tulang tersebut
menjadi rusak. Fasiotomi kemungkinan akan menjadi suatu hal yang diperlukan untuk
mencegah kompartemen otot. Pembuluh darah juga dapat mengalami kerusakan pada
hingga bagian tunika intima dan mengalami trombosis. Nekrosis jaringan dalam
mungkin tidak dapat terlihat jelas dari penampilan klinis sampai beberapa hari setelah
luka bakar listrik terjadi dan perluasan kerusakan seringkali jauh lebih besar dari yang
diperkirakan.4,

- Luka bakar radiasi


Luka bakar radiasi dapat disebabkan oleh sinar matahari.Sering berhubungan
dengan pekerjaan, seperti nelayan dan peselancar, serta aktivitas seperti berjemur di
bawah sinar matahari langsung tanpa pelindung kulit yang mengandung spf.

E. Klasifikasi

13
Klasifikasi luka bakar dapat dibagi berdasarkan penyebab dan kedalaman kerusakan
jaringan yang perlu dicantumkan didalam diagnosis, yaitu :

a. Berdasarkan penyebab8
Luka bakar dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain :

1) Luka bakar suhu tinggi (thermal burn)


Gas (mis. luka bakar karena api)
Cairan (mis. luka bakar karena air panas)
Bahan padat (solid)
2) Luka bakar bahan kimia (chemical burn)
Luka bakar karena bahan kimia yang bersifat asam kuat
Luka bakar karena bahan kimia yang bersifat basa kuat
2) Luka bakar sengatan listrik atau petir (electrical burn)
3) Luka bakar radiasi (radiation injury)
4) Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)

b. Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan


Pembagian tersebut didasarkan pada sejauh mana luka bakar menyebabkan
perlukaan pada epidermis, dermis atau lapisan subcutaneous dari kulit. Kedalaman
luka yang ditimbulkan bergantung pada sumber, penyebab dan lama kontak sumber
panas dengan tubuh penderita. Pada zaman dahulu Dupuytnen membagi kedalaman
ini hingga 6 tingkatan, namun saat ini hanya dibagi menjadi 3 derajat kedalaman,
kedalaman tersebut dibagi menjadi: 8,9,10

1. Luka Bakar Derajat I


Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial). Ditandai dengan kulit
kering, berwarna kemerahan berupa eritem. Tidak dijumpai bulae. Terasa nyeri
akibat ujung saraf sensoris yang teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan
dalam waktu 5-10 hari.8,9,10

Gambar 2. Luka Bakar Derajat I


14
2. Luka Bakar Derajat II
Terjadinya kerusakan pada epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi. Ditandai dengan timbulnya bulae. Terasa nyeri
akibat ujung saraf sensoris yang teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat,
sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal. Dalam fase penyembuhan akan
tampak daerah bintik-bintik biru dari kelenjar keringat dan akar rambut.8,10,11

Gambar 3. luka ini digolongkan ke dalam luka bakar derajat dua, karena epidermis berada
diatas luka dan terdapat bulae

Derajat 2 ini dibagi menjadi :

1. Derajat II-A superficial: Dapat sembuh secara spontan dalam 2 minggu (10-14
hari) tanpa terdapat sikatrik. Kerusakan mengenai bagian epidermis dan
lapisan atas dari corium dermis. Folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat masih utuh.8,10
2. Derajat II-B dalam: Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
Organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar keringat
sebagian besar masih utuh. Penyembuhan lebih lama dari derajat II-A
tergantung pada jumlah epitel yang masih tersisa. Biasanya penyembuhan
terjadi dalam waktu lebih dari 1 bulan disertai jaringan parut dan hipertrofi.10

15
Gambar 4. luka bakar derajat dua dalam, luka berwarna merah muda, lunak pada
penekanan, dan tampak basah

3. Luka Bakar Derajat III


Kerusakan seluruh lapisan dermis atau lebih dalam mencapai jaringan
subkutan, otot dan tulang. Organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
dan kelenjar keringat mengalami kerusakan. Tidak ada bula, dan tidak terasa nyeri
dan hilang sensasi akibat ujung-ujung saraf sensoris mengalami kerusakan /
kematian. Kulit yang terbakar berwarna putih atau abu-abu pucat karena koagulasi
protein pada dermis. Dermis yang terbakar kemudian dapat mengering dan
menciut, letaknya lebih rendah dibandingkan dengan kulit sekitar dan dikenal
sebagai eskar. Bila eskar melingkar akan menekan arteri, vena, saraf perifer, yang
pertama tertekan biasanya syaraf dengan gejala kesemutan. Setelah minggu kedua
eskar mulai lepas karena lesi diperbatas dengan jaringan sehat kemudian tampak
jaringan granulasi dan memerlukan penutupan dengan skin graft. Bila granulasi
dibiarkan, akan menebal dan berakhir dengan jaringan parut yang tebal dan
menyempit yang biasa disebut kontraktur. Proses penyembuhan tersebut terjadi
lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dasar luka.8,11

16
Gambar 5. Luka bakar derajat tiga

Gambar 6. Klasifikasi luka bakar berdasarkan kedalaman luka

Klasifikas Lapisa Penyebab Penampakan Sensasi Waktu Jaringan


i n Kulit luar penyembuh parut
yang an
terken
a

Luka Epider Sinar UV, Kering dan Nyeri 3 6 hari Tidak terjadi
bakar mal paparan merah; jaringan
dangkal nyala api memucat parut
(superfici dengan
al penekanan
burn)

Luka Epider Cairan atau Gelembung Nyeri 7-20 hari Umumnya


bakar mal dan uap panas berisi cairan, bila tidak terjadi
sebagian bagian (tumpahan berkeringat, jaringan
dangkal atas atau merah; terpapa parut;
(superfici lapisan percikan), memucat r udara potensial
al partial- dermal paparan dengan dan untuk
thickness nyala api penekanan panas perubahan
burn) pigmen

17
Luka Epider Cairan atau Gelembung Terasa >21 hari Hipertrofi,
bakar mal dan uap panas berisi cairan dengan berisiko
sebagian dermal (tumpahan) (rapuh); basah peneka untuk
dalam , api, atau kering nan kontraktur
(deep minyak berminyak, saja (kekakuan
partial- panas berwarna dari akibat
thickness putih sampai jaringan
burn) merah; tidak parut yang
memucat berlebih)
dengan
penekanan

Luka Epider Cairan atau Putih Terasa Tidak dapat Risiko


bakar mal, uap panas, berminyak hanya sembuh sangat tinggi
seluruh dermal, api, sampai abu- dengan untuk terjadi
lapisan dan minyak, abu dan peneka kontraktur
(full jaringa bahan kehitaman; nan
thickness n kimia, kering dan yang
burn) subkuta listrik tidak elastis; kuat
n tegangan tidak
tinggi memucat
dengan
penekanan
Tabel 1. Klasifikasi luka bakar berdasarkan kedalaman luka12

c. Luas Luka Bakar


Luas luka bakar dan lokasi luka pada tubuh diukur dengan presentase. Pengukuran ini
disebut rule of nines. Luka bakar yang ada dihitung dan dijumlahkan sesuai dengan regio
yang terkena, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong,
ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan,
serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini
membantu untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.5,8

Pada bayi dan anak dilakukan beberapa modifikasi karena perbandingan luas
permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda. Pengukuran tersebut dikenal sebagai rumus 10
untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak. Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan
dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%,
ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.5,8

18
Gambar 7. Rumus rumus perhitungan luas luka bakar

Hanya luka bakar derajat dua dan tigalah yang dihitung menggunakan rumus rule of
nine, sementara luka bakar derajat satu tidak dimasukkan sebab permukaan kulit relative
bagus sehingga fungsi kulit sebagai regulasi cairan dan suhu masih baik.5

d. Berat-Ringannya Luka Bakar


Menurut American Burn Assosiation untuk membagi ke dalam berat ringannya luka
bakar, maka hal yang harus dipertimbangkan antara lain sebagai berikut8,13 :

1. Luas luka bakar


2. Kedalaman luka bakar
3. Umur Penderita luka bakar
4. Trauma yang menyertai atau bersamaan dengan luka bakar
Berdasarkan penjelasan diatas, maka berat ringannya luka bakar diklasifikasikan
sebagai berikut1,11:

1. Berat dan Kritis


1. Derajat II > 40%
2. Derajat III > 10 %
3. Derajat III pada tangan, kaki atau wajah
4. Luka Bakar disertai trauma jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar
5. Disertai trauma lainnya seperti trauma jaringan lunak luas atau fraktur
6. Luka Bakar akibat listrik.
2. Sedang
1. Derajat II dengan luas 15-40%

19
2. Derajat III < 10 %, yang tidak mengenai kaki, tangan atau wajah.
3. Luka bakar derajat II dengan luas 10-20% pada anak <10 tahun
3. Ringan
1. Derajat I
2. Derajat II < 15%
3. Derajat III < 2%
Penentuan berat-ringan luka bakar ini ditujukan untuk kepentingan prognosis, yang
berhubungan dengan angka morbiditas dan mortalitas.

F. Patofisiologi

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi, rusak dan permeabilitasnya meningkat. Sel
darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak
elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Kerusakan kulit
akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan,
masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan
dari keropeng luka bakar derajat tiga.5

Bila luas luka bakar <20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh, masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang
khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun,
dan produksi urin yang berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi
setelah 8 jam.5

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Edema laring
yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan nafas dengan gejala sesak nafas,
takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.5

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan
mengikat hemoglobin dengan kuat, sehingga hemoglobin tidak mampu lagi mengikat
oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada
keracunan yang berat terjadi koma. Bila dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat
meninggal. Setelah 12 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi
serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan
meningkatnya diuresis.5
20
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit untuk
diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis.
Padahal pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab
infeksi pada luka bakar selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi
kuman saluran atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial
ini biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap
berbagai macam antibiotik. Perubahan luka bakar derajat 2 menjadi derajat 3 akibat infeksi,
dapat dicegah dengan mencegah infeksi.5

Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari
kulit sendiri atau dari saluran nafas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gram negatif.
Peudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dan toksin lain yang
berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi Pseudomonas
dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim
penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk
nanah.5

Infeksi ringan dan non invasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang mudah
terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan perubahan jaringan
di tepi keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula
sehat menjadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat 2 menjadi derajat 3.
Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan
menimbulkan trombosis sehingga jaringan yang diperdarahinya mati.5

Bila luka bakar di biopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman dan terlihat
invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar demikian disebut luka bakar
septik. Bila penyebabnya kuman Gram positif, seperti Staphylococcus atau basil Gram
negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat
menimbulkan fokus infeksi di usus. Syok septik dan kematian dapat terjadi karena toksin
kuman yang menyumbat di darah.5

Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat 2 dapat sembuh dengan
meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang
masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal

21
rambut. Luka bakar derajat 2 yang dalam mungkin menimbulkan parut hipertrofik yang nyeri,
gatal, kaku, dan secara estetik sangat jelek.5

Luka bakar derajat 3 yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila ini
terjadi dipersendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang. Pada luka bakar dapat
ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristaltik usus menurun atau berhenti karena syok,
sedangkan pada fase mobilisasi, peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion kalium.5

Stress atau beban faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan
terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala
tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling. Yang di khawatirkan pada tukak
Curling ini adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai hematemesis dan/atau melena.5

Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein
menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi, dan
infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan.
Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari
otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil dan berat badan
menurun. Dengan demikian, korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut
penyakit luka bakar. Bila luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka bakar mengenai
wajah sehingga rusak berat, penderita mungkin menderita beban kejiwaan berat. Jadi,
prognosis luka bakar terutama ditentukan oleh luasnya luka bakar.5

G. Gejala Klinis

Sejarah harus mencakup informasi tentang sumber luka bakar, suhu, dan lama kontak,
serta apakah ada inhalasi asap pembakaran yang berbahaya. Penting juga diketahui lamanya
dan lokasi pajanan kulit dengan sumber. Konsumsi obat-obatan atau alkohol terakhir juga
perlu ditanyakan. Mekanisme cedera yang berhubungan juga perlu ditanyakan, misalnya
ledakan, jatuh, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Anamnesis menyeluruh mengenai luka
bakar dapat memberikan informasi penting yang akan mempengaruhi manajemen penganan
pasien. Rincian yang terkait dengan lokasi cedera (di dalam atau di luar ruangan), jenis cairan
yang terlibat sebagai penyebab, durasi ekstraksi dari api, serta rincian masalah lain pasien
medis, merupakan elemen penting dari sebuah anamnesis yang memadai.1,3,7

Fase pada luka bakar :

22
1) Fase akut/ awal/ syok
Fase ini mulai dari saat kejadian sampai masa syok telah teratasi.
Masalah : gangguan saluran napas karena cedera inhalasi, gangguan sirkulasi, serta
keseimbangan cairan dan elektrolit. Biasanya berlangsung sampai 48 jam pertama.
2) Fase subakut/ setelah syok teratasi

Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka terbuka
akibat kerusakan jaringan (kulit dan jaringan di bawahnya) menimbulkan masalah :

- Proses inflamasi. Proses inflamasi pada luka bakar berlangsung hebat disertai
eksudasi dan kebocoran protein. Terjadi reaksi inflamasi lokal yang kemudian
berkembang menjadi reaksi sistemik dengan dilepasnya zat-zat yang
berhubungan dengan proses imunologik, yaitu, kompleks lipoprotein (lipid
protein complex, burn-toxin) yang menginduksi respon inflamasi
metabolisme.
- Infeksi yang dapat menimbulkan sepsis.
- Hipermetabolisme
- Proses penguapan cairan tubuh disertai panas/energi (evaporate heat loss) yang
menyebabkan perubahan dan gangguan proses metabolisme.

3) Fase lanjut
Fase ini terjadi setelah penutupan luka sampai terjadi maturasi.
Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit berupa parut hipertrofik, kontraktur
dan deformitas lain yang terjadi karena kerapuhan jaringan atau organ.

H. Diagnosis
Pemeriksaan fisik

Menghitung Luas Luka Bakar


Penilaian awal dari area luka bakar adalah suatu hal yang penting, paling tidak karena
membantu menentukan volume cairan yang dibutuhkan untuk resusitasi.4

Penilaian daerah sering dilakukan dengan kurang baik bahkan oleh para ahli dan memang
rumit pada kenyataannya bahwa eritema perlu dikecualikan untuk menghindari resusitasi

23
yang berlebihan. Perhatikan bahwa pada seluruh wilayah luka bakar yang cukup besar akan
tidak memiliki tingkat kedalaman yang seragam. Penilaian awal dapat segera dilakukan,
tetapi penilaian definitif harus ditunda selama beberapa jam hingga eritema menghilang.4

Gambar 8. Aturan Sembilan Aturan Wallace untuk memperkirakan persentase luas permukaan
kulit yang terbakar. Perkiraan alternatif yang berguna dapat menggunakan bidang telapak
tangan ditambah jari-jari pasien sendiri adalah sekitar 1% dari area kulit total4

Ada beberapa teknik yang digunakan untuk menghitung luas permukaan tubuh
total (TBSA) dibakar.3 Saat menghitung TBSA, hanya mencakup daerah-daerah luka
bakar parsial dan total dari dermal.3 Luka bakar ringan yang hanya melibatkan
epidermis tidak dimasukkan dalam perhitungan.3 Semua area yang terbakar harus
diperlihatkan untuk memastikan pasien tetap hangat adalah dengan memperlihatkan
daerah-daerah tersebut secara berurutan. Penting untuk dicatat bahwa proporsi bayi
dan anak berbeda dengan orang dewasa. Untuk orang dewasa, aturan Wallace metode
penilaian sembilan (Gbr. 17,6) cukup dapat diandalkan untuk daerah yang luasnya
besar hingga menengah dan cepat untuk dilaksanakan, namun tidak akurat untuk
24
anak-anak.3,4 Kepala anak cenderung lebih besar dari 9% LPTT, dan ekstremitas
bawah cenderung kurang dari 18% LPTT. Cara lain adalah dengan menggunakan area
telapak tangan dan jari-jari pasien sendiri untuk menunjukkan sekitar 1% dari luas
permukaan tubuh total. Hal ini berguna untuk memperkirakan luas luka bakar kecil,
atau pada luka bakar yang sangat besar di mana daerah yang tidak terbakar yang
dihitung. Metode yang paling akurat untuk semua kasus adalah dengan menggunakan
grafik Lund dan Browder yang dapat mengkompensasi variasi bentuk tubuh yang
terjadi sesuai usia, grafik tersebut juga memberikan penilaian yang akurat pada anak-
anak.3,4

25
Gambar 9. Grafik Lund dan Browder. Grafik ini memberi petunjuk penilaian yang lebih tepat
dari perkiraan luka bakar dari LPTT untuk setiap tubuh berdasarkan usia individu. 3

KATEGORI KEDALAMAN LUKA BAKAR DI AMERIKA SERIKAT 3

26
Derajat Luka Penyebab Penampakan Warna Tingkat rasa
Bakar permukaan nyeri
Derajat 1 Kontak dengan Kering, tidak Eritem Nyeri
(superfisial) api yang ada bullae, tanpa
singkat, sinar atau edema
matahari minimal
(ultraviolet)
Derajat 2 Kontak dengan Bullae yang Bercak putih Sangat nyeri
(parsial) cairan atau lembab atau pink, merah
benda padat terang cherry
yang panas, api red
ke pakaian, api
secara langsung
dalam waktu
singkat, bahan
kimia,
ultraviolet
Derajat 3 (total) Kontak dengan Kering dengan Bercampur Sedikit atau
cairan atau eskar yang kasar antara putih, tanpa nyeri;
benda padat hingga seperti lilin atau rambut mudah
yang panas, api debridement; mutiara, ditarik
secara langsung pembuluh darah kegelapan,
dalam waktu yang hangus coklat muda,
singkat, bahan terlihat di bawah mahogany,
kimia, listrik eskar hangus

Derajat 4 Kontak yang Sama seperti Sama seperti Sama seperti


(mengenai lama dengan derajat 3, otot, derajat 3 derajat 3
struktur di api, listrik tendon, atau
bawah kulit) tulang dapat
terlihat
Tabel 2. Katagori kedalaman Luka
Kategori Penderita

27
Berdasarkan berat/ringan luka bakar, diperoleh beberapa kategori luka bakar menurut
American Burn Association.

1. Luka Bakar Berat / kritis (Major Burn)5,8,14,15


a. Derajat II-III >20% pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun
b. Derajat II-III >25% pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama
c. Luka bakar pada muka, tangan, kaki dan perineum
d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka
bakar
e. Luka bakar listrik tegangan tinggi
f. Disertai trauma lain
g. Pasien-pasien dengan risiko tinggi

2. Luka Bakar Sedang (Moderate Burn)5,8,14,15


a. Luka bakar dengan luas 15-25% pada dewasa, dengan luka bakar derajat tiga kurang
dari 10%
b. Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia<10 tahun atau dewasa >40 tahun,
dengan luka bakar derajat tiga kurang dari 10%
c. Luka bakar dengan derajat tiga <10% pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan , kaki dan perineum.

3. Luka Bakar Ringan5,8,14,15


a. Luka bakar dengan luas <15% pada dewasa
b. Luka bakar dengan luas <10% pada anak dan usia lanjut
c. Luka bakar dengan luas <2% pada segala usia, tidak mengenai muka, tangan , kaki
dan perineum

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan:

1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah

2. Urinalisis

3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit

4. Analisis gas darah

5. Radiologi jika ada indikasi ARDS

6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan MODS

I. Penatalaksanaan
28
Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka
bakar dengan air atau menyiraminya dengan air mengalir selama sekurang kurangnya lima
belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung
terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan
dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam
pertama. Oleh karena itu merendam bagian yang terbakar selama 15 menit pertama dalam air
sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan
diperkecil. Dengan demikian luka yang sebenarnya menuju derajat dua dapat berhenti pada
derajat satu, atau luka yang akan menjadi derajat tiga dihentikan pada tingkat dua atau satu.
Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin, tidak usah
steril.8,16,17

Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang
terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk
berploriferasi dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka.

Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau
perlu dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita
menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen.
Kalau terjadi edema laring, dipasang endotrakeal tube atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi
berfungsi untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi ruang mati dan memudahkan
pembersihan jalan nafas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, diberikan
oksigen murni.8,17

Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya


terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan
tertutup. Kalau perlu, penderita dimandikan terlebih dahulu. Selanjutnya diberikan
pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid. Analgesik diberikan bila penderita
kesakitan.5,4,17

Secara singkat, berikut adalah hal hal yang bisa dilakukan untuk menolong korban
luka bakar di tempat kejadian.

Bantuan Pertama untuk Luka Bakar Derajat Pertama

1. Jika kulit tidak rusak, siram air dingin di atas area yang terbakar atau rendam dengan
air dingin (bukan air es). Lakukan hal tersebut untuk beberapa menit. Jika luka bakar
29
terjadi karena suatu lingkungan dingin, Jangan gunakan air. Suatu handuk basah yang
dingin dapat juga membantu mengurangi sakit.

2. Luka bakar dapat sangat menyakitkan, tenteramkan hati korban dan jaga ia agar tetap
tenang.

3. Setelah membilas atau merendam luka bakar untuk beberapa menit, tutup luka bakar
dengan suatu perban yang steril, tidak mudah lengket atau kain bersih.

4. Lindungi luka bakar dari gesekan dan tekanan.

5. Pemberian analgesik mungkin diperlukan untuk mengurangi sakit, mereka juga bisa
membantu mengurangi peradangan dan pembengkakan.

6. Luka bakar ringan pada umumnya sembuh tanpa perawatan lebih lanjut.

Bantuan Pertama untuk Luka Bakar Derajat Dua dan Tiga8,16,17

1. Jangan lepas atau tanggalkan pakaian yang terbakar; (kecuali jika pakaian itu lepas
dengan mudah), tetapi pastikan bahwa korban tidak kontak dengan bahan atau material
yang terbakar.

2. Pastikan bahwa korban masih bernafas. Jika nafasnya berhenti atau airway korban
terhalang kemudian buka airway dan jika perlu mulai resusitasi.

3. Jika korban bernafas, tutup luka bakar dengan suatu perban yang steril, lembab, dingin
atau kain bersih. Jangan menggunakan suatu selimut atau handuk; suatu seprai yang
mudah terbakar. Jangan gunakan obat salep dan hindari terjadinya lepuh.

4. Jika jari tangan atau jari kaki telah dibakar, pisahkan mereka dengan pembalut luka
yang tidak mudah lengket steril, kering.

5. Angkat area yang terbakar dan lindungi dari tekanan atau gesekan.

6. Lakukan tindakan untuk mencegah syok. Letakkan korban pada tempat yang datar,
angkat kaki setinggi 12 inci, dan tutup korban dengan suatu mantel atau selimut. Jangan
tempatkan korban pada posisi syok bila dicurigai ada kepala, leher, punggung, atau kaki
yang luka atau jika posisi tersebut membuat korban tidak nyaman.

7. Lanjutkan dengan memonitor tanda vital korban (nafas, denyut nadi, tekanan darah).

30

Hal Yang Tidak Boleh Dilakukan8

1. Jangan oleskan obat salep, mentega, es, pengobatan, pakaian berbahan kapas halus,
perban yang mudah lengket, kain sari, meminyaki percikan, atau menggunakan bahan
rumah tangga apapun untuk memperbaiki luka bakar. Hal ini dapat bertentangan
dengan penyembuhan yang sesuai.

2. Jangan biarkan luka bakar terkontaminasi. Hindari bernafas atau batuk di area yang
terbakar.

3. Jangan lakukan apapun pada kulit yang mati atau melepuh.

4. Jangan lakukan kompres beku dan jangan rendam suatu luka bakar serius dengan air
dingin. Hal ini dapat menyebabkan syok.

5. Jangan letakkan bantal di bawah kepala korban jika ada suatu luka bakar pada airway.
Hal ini dapat menutup airway.

Luka bakar adalah merupakan suatu keadaan gawat darurat, jadi setelah hal-hal diatas
dilakukan sebaiknya korban di bawa ke rumah sakit. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan:

Dua Puluh Empat Jam Pertama (Hari 1)

Survei primer :8,16,17

A = Airway

adakah trauma inhalasi: anamnesa, suara serak (stridor)observasi selama 24 jam bila perlu
pasang ET atau lakukan trakheostomi

B = Breathing

Gangguan nafas karena eschar yang melingkar dada, trauma thorax dan lain-lain lakukan
escharotomi atau penanganan trauma thorax yang lain

C = Circulation

31
Dilakukan resusitasi cairan. Bila penderita syok maka diatasi dulu syoknya dengan infus RL
diguyur sampai nadi teraba atau tekanan darah >90mmHg. Baru kemudian lakukan resusitasi
cairan. Cairan yang dibutuhkan dalam penanganan syok tidak dihitung. Resusitasi cairan
yang sering digunakan adalah cara Baxter.

Baxter dengan rumus :

4cc x kgBB x %luka bakar

Setengah dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya diberikan selama 16
jam berikutnya. Cairan yang diberikan biasanya RL karena terjadi defisit ion Na.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah cara Evans :

1. %luka bakar x kgBB menjadi NaCl per 24 jam

2. %luka bakar x kgBB menjadi ml plasma per 24 jam

Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat edema. Plasma diperlukan untuk
mengganti plasma yang keluar dari pembuluh darah dan meninggikan tekanan osmosis
hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar.

3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2000cc glukosa 5% per
24jam.

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya dalam 16 jam
berikutnya.

Pasang kateter untuk memonitor produksi urin. Diharapkan produksi urin -


1cc/KgBB/jam

Pasang CVP pada luka bakar >/=40% dan pada penderita yang mengalami kesulitan
untuk mengukur tekanan darah.

Survei Sekunder8,16,17

Penilaian luas luka bakar dan derajat kedalamannya. Biasanya dihitung sebelum
resusitasi cairan definitive
Pasang NGT. Untuk dekompresi penderita yang mengalami ileus paralitik dan untuk
memasukkan makanan

32
Cuci luka dengan NaCl dan savlon, keringkan, olesi dengan salep (Dermazin)
kemudian rawat luka secara tertutup
Pemeriksaan laboratorium darah dan Analisa Gas Darah tiap 24 jam
Pemberian analgetika dan antibiotika
Luka bakar termal, listrik dan bahan kimia membutuhkan penanganan dan pengobatan yang
berbeda. Terapi farmakologi memiliki peran yang terbatas dalam penatalaksanaan luka bakar
kimia. Disisi lain kunci dari penanganan luka bakar listrik adalah pada rehidrasi sementara
luka bakar termal memerlukan analgetik dan antibiotik topikal. Pastikan pasien memberi
informasi tentang alergi obat yang mereka miliki, obat obatan yang sedang diminum atau
kondisi kesehatan lain.8,16,17

Terapi Luka Bakar Termal

1. Analgetik

Untuk luka bakar termal dokter biasanya memberikan resep analgetik untuk
menghilangkan rasa nyeri dan memberikan kenyamanan pada pasien. Morfin sulfat,
Demerol dan Vicodin mungkin diresepkan untuk nyeri yang sangat hebat.

2. Anti Inflamasi Non steroid

Golongan obat ini digunakan untuk nyeri akibat luka bakar ringan sampai sedang.
Ibuprofen biasanya digunakan untuk terapi awal, tapi pilihan lain seperti naproxen, nsaid
dan anaprox dapat juga diberikan.

3. Antibiotik Topikal

Antibiotik topikal digunakan untuk mencegah infeksi dan pertumbuhan bakteri. Neo
sporin digunakan untuk infeksi minor dan dioleskan ke kulit 1 3x sehari.

Silver Sulfadiazine adalah krim topikal yang digunakan untuk luka bakar yang lebih
berat. Silver Sulfadiazine adalah obat golongan sulfa yang digunakan untuk mencegah
dan mengobati infeksi bakteri atau jamur. Silver Sulfadiazine harus dioleskan
menggunakan teknik steril ke tempat luka bakar dan tempat luka bakar tersebut harus
dicuci bersih sebelum pemakaian. Hindari menggunakan silver sulfadiazine pada wajah
33
dan tidak boleh digunakan pada neonatus, bayi berumur kurang dari 2 tahun atau pada
kehamilan trimester akhir. Obat topikal seperti MEBO(Moist exposure burn oinment)
merupakan yang terbaru untuk perawatan luka bakar.8,16,17

Terapi Luka Bakar Kimia

Walaupun obat-obatan memegang peranan yang terbatas pada penatalaksanaan luka bakar
kimia pada umumnya namun antibiotik topikal, garam magesium dan kalsium mungkin dapat
digunakan. Setelah luka dibersihkan, terapi cairan IV dan obat-obat narkotik diberikan

1. Antibiotik

Silver Sulfadiazine digunakan untuk luka bakar pada kulit dan berguna dalam
pencegahan infeksi pada luka bakar derajat 2 dan 3. Obat ini harus dioleskan pada kulit 1
atau 2x sehari dan semua obat yang diberikan sebelumnya harus dibersihkan terlebih
dahulu sebelum mengoleskan salep baru. Eritromicin salep (bacitracin) digunakan untuk
mencegah infeksi pada luka bakar yang terdapat di bagian mata.

2. Analgetik

Morfin dan asetaminofen diberikan untuk penatalaksanaan nyeri dan mungkin dapat
bertindak sebagai sedatif yang penting bagi pasien yang mengalami cedera pada daerah
mata.

3. Anti Inflamasi Non Steroid

Advil, Motrin, Ansaid, Naprosyn, dan anaprox adalah obat anti inflamasi yang digunakan
untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang.

Terapi Luka Bakar Elektrik

Kunci dari penatalaksanaan luka bakar listrik adalah hidrasi. Hidrasi yang adekuat dapat
menurunkan morbiditas. Jika kerusakan otot terjadi sangat parah, diuretik osmotik diberikan.

1. Terapi Cairan
34
Ringer Lactat biasanya digunakan untuk terapi. Ringer lactat adalah larutan isotonik dan
berfungsi sebagai pengganti volume cairan tubuh. Pemberiannya melalui jalur intra vena
dan harus dihentikan apabila terdapat tanda-tanda edema pulmo.

2. Osmosis diuretik
Manitol adalah diuretik osmosis yang tidak dimetabolisme secara signifikan dan
melewati glomerulus tanpa direabsorpsi oleh ginjal. Manitol digunakan untuk
mengembalikan dan mempertahankan urin output.

Dua Puluh Empat Jam Kedua Dan Seterusnya

Cairan yang diberikan volumenya dari hari pertama


Pemberian koloid/plasma ekspander sudah boleh dilakukan
Diet sudah mulai 8 jam pasca trauma bila tidak terjadi ileus, melalui NGT
Perawatan luka dilakukan sesuai kebutuhan, biasanya setiap hari
Hari ke 7 penderita boleh dimandikan
Posisi penderita diletakkan dalam posisi yang baik agar tidak terjadi kontraktur
maupun problem rekonstruksi yang lain.

Selain penatalaksanaan secara farmakologik, perawatan luka bakar juga tak lepas dengan
masalah nutrisi. Nutrisi bagi penderita luka bakar tak kalah pentingnya dalam proses
penyembuhan luka.8,16,17

Memperkirakan jumlah kebutuhan nutrisi pada pasien luka bakar sangat penting dalam
proses penyembuhan. Terdapat beberapa rumus untuk menghitung kebutuhan nutrisi pasien
kula bakar. Persamaan Harris-Benedict dibuat untuk menghitung kebutuhan kalori orang
dewasa sementara Galvaston digunakan pada anak-anak. Rumus Curreri digunakan untuk
menghitung kebutuhan kalori dewasa dan anak-anak. Studi terbaru menunjukkan bahwa
rumus ini cenderung bersifat berlebihan (over estimate) sebesar kira kira 150% dari
kebutuhan kalori. Karena tidak ada satupun rumus yang dapat memperhitungkan secara
akurat berapa banyak kalori yang dibutuhkan oleh pasien, adalah penting bagi dokter dan ahli
gizi untuk memonitor secara ketat kondisi nutrisi pasien. 8,16,17

Kebutuhan protein pada umumnya meningkat daripada kebutuhan energi dan


tampaknya berhubungan dengan besarnya massa tubuh. Tubuh kehilangan protein melalui
luka dan karena hal ini tubuh meningkatkan kebutuhan kalori untuk penyembuhan.
35
Bagaimanapun juga mayoritas dari peningkatan kebutuhan protein berasal dari adanya
kerusakan otot dan terkait penggunaannya dalam memproduksi energi. Memberikan indeks
protein yang lebih tinggi tidak dapat menghentikan proses perusakan ini akan tetapi protein
penting untuk menyediakan bahan untuk sintesis jaringan yang rusak atau hilang. Karbohidrat
merupakan penyuplai kalori terbesar pada kebanyakan kondisi terrmasuk stress pada luka
bakar. Memberikan kalori yang adekuat dari karbohidrat dapat mengurangi penggunaan
protein sebagai bahan bakar. Tubuh memecah karbohidrat menjadi glukosa yang akan
digunakan sebagai energi. Luka bakar membutuhkan glukosa untuk energi dan tidak dapat
menggunakan sumber energi lain. 8,16,17

Lemak dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan juga
sebagai sumber kalori. Rekomendasi umum memberikan 30% kalori dalam bentuk lemak,
dan jumlah ini bisa lebih besar jika diperlukan. Kekurangan asupan lemak berimplikasi pada
penurunan fungsi imun. Kebanyakan institusi kesehatan mengetahui bahwa luka bakar
membutuhkan jumlah vitamin dan mineral yang lebih tinggi akan tetapi berapa peningkatan
kebutuhan ini belum dapat ditentukan. Beberapa vitamin yang penting adalah vitamin C dan
E bersama dengan zinc dapat membatasi kerusakan oksidatif dan mempercepat penyembuhan
luka. 8,16,17

Memberikan kalori dan zat gizi yang adekuat adalah tugas yang sangat sulit pada
pasien luka bakar terutama pada anak-anak. Adalah sangat penting bagi para tenaga
kesehatan untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dalam rangka meminimalisasi efek
buruk dari kehilangan masa tubuh,dan malnutrisi energi protein. Kegagalan memenuhi
kebutuhan ini dapat bermanifestasi sebagai penyembuhan luka yang tidak sempurna, balance
nitrogen yang negatif, penurunan BB dan penurunan fungsi kekebalan tubuh.

Penilaian status nutrisi awal sebaiknya dilakukan secepatnya setelah masuk rumah sakit. Hal
ini sangat penting agar pemberian makan yang adekuat dapat diberikan dalam 24-48 jam
pertama setelah pasien mengalami luka bakar. Pengukuran berat badan dan tinggi badan yang
akurat seperti sebelum luka bakar terjadi yang dapat dilihat pada Tabel Standar Pertumbuhan
Anak sangat diperlukan untuk memperkirakan kebutuhan nutrisi pada anak. 8,16,17

Prosedur Pembedahan

Terdapat dua tipe besar prosedur bedah yang dapat menghilangkan jaringan parut dan
mengganti jaringan yang hilang pada korban luka bakar berat: dermabrasi dan skin graft.
36
Dermabrasi adalah prosedur bedah yang bertujuan meminimalisasi penampilan jaringan
parut, mengembalikan fungsi dan mengkoreksi kelainan bentuk akibat dari luka. Skin graft
adalah prosedur bedah dimana sepotong kulit yang berasal dari tubuh pasien di
transplantasikan ke daerah lain dari tubuh.16,17

a. Dermabrasi
Dermabrasi adalah prosedur bedah yang bertujuan meminimalisasi penampilan jaringan
parut, mengembalikan fungsi dan mengkoreksi kelainan bentuk akibat dari luka.
Dermabrasi digunakan untuk menghaluskan jaringan parut dengan mencukur atau
mengikis lapisan kulit teratas. Walaupun dermabrasi dapat menghaluskan permukaan
jaringan parut,proses ini tidak akan menghilangkan jaringan parut tersebut. Jaringan
parut akan tetap ada akan tetapi penampilannya akan menjadi lebih baik seiring dengan
waktu.

Prosedur ini dapat dilaksanakan di tempat praktek bedah kulit atau di fasilitas
kesehatan lain bagi pasien yang berobat jalan. Segera setelah pembedahan ini dilakukan,
kulit akan diberikan salep, perban yang basah atau mengandung lilin,perawatan kering
atau kombinasi dari keduanya. Biasanya kulit akan terlihat merah dan bengkak setelah
pembedahan. Pembengkakan ini akan berlanjut selama 2 3 minggu. Pasien akan
mengalami rasa nyeri, gatal atau rasa terbakar setelah pembedahan yang menandakan
kulit baru yang mulai tumbuh. Krusta akan terbentuk di area yang sudah mulia
menyembuh, bagaimanapun jika salep dioleskan pada daerah yang terluka segera setelah
pembedahan maka hanya akan ada sedikit atau tidak ada krusta sama sekali. Seiring
dengan proses penyembuhan, krusta akan luruh meninggalkan lapisan kulit baru yang
berwarna merah jambu. Jika daerah tersebut tetap berwarna merah, bengkak dan terasa
gatal mungkin ini merupakan tanda pembentukan jaringan parut abnormal. Hal ini harus
segera dilaporkan pada ahli bedah yang bersangkutan.

Setelah pembedahan, pasien dapat beraktifitas dengan normal seperti kembali


bekerja dalam waktu 2 minggu. Pasien disarankan untuk menghindari aktivitas yang
dapat menyebabkan benturan pada area yang di operasi selama 2 minggu. Olah raga
harus dihindari untuk 4 6 minggu setelah operasi. Sangatlah penting untuk melindungi
kulit selama 6 12 bulan sampai proses pigmentasi kulit lengkap terbentuk. Warna kulit
akan kembali normal dalam waktu sekitar 3 bulan. Pada saat repigmentasi kulit sudah
lengkap, warna kulit akan tampak sama dengan warna kulit sekitarnya.16,17
37
Gambar 10. Dermabrasi

b. Skin Graft

Skin graft adalah prosedur bedah dimana sepotong kulit yang berasal dari tubuh pasien di
transplantasikan ke daerah lain dari tubuh. Kulit dari orang lain atau dari binatang
mungkin digunakan sebagai penutup sementara pada luka bakar luas untuk menghindari
kehilangan cairan. Kulit yang diambil dari donor haruslah kulit yang sehat dan
diiplantasikan ke daerah kulit yang rusak dari resipien.16,17,18

Skin graft merupakan prosedur bedah yang lebih rumit daripada dermabrasi. Skin graft
biasanya dilakukan di rumah sakit besar di bawah anestesi umum. Waktu yang
dibutuhkan untuk penyembuhan tergantung dari luas dan keparahan luka, antara 6
minggu sampai beberapa bulan. Dalam 36 jam pertama setelah pembedahan, pembuluh
darah yang baru akan mulai terbentuk pada kulit yang ditransplantasi. Pada umumnya
skin graft berhasil, tetapi ada beberapa yang membutuhkan pembedahan tambahan jika
proses penyembuhan tidak berjalan dengan sempurna. 16,17,18

Ada beberapa tipe dari skin graft: pinch,split - thickness,full thickness dan pedicle
graft.

Pinch Graft : potongan kulit sebesar inchi dipasang pada donor. Bagian kulit yang
kecil ini kemudian akan tumbuh menutup area yang terluka. Kulit ini akan tumbuh
bahkan didaerah dengan suplai darah yang terbatas dan dapat mencegah infeksi.
Split thickness graft : terdiri dari lapisan superficial dan lapisan dalam dari kulit
yang berbentuk helaian. Graft yang diambil dari daerah donor dapat mencapai lebar 4
inchi dan panjang 10 12 inchi. Graft ini kemudian ditempel pada area resipien.
Segera setelah graft ditanam daerah tersebut dapat ditutup dengan balut tekan atau
dibiarkan terbuka. Split thickness graft digunakan pada bagian tubuh yang tidak
menyangga berat badan (non weight bearring).
38
Full thickness graft : digunakan pada bagian tubuh yang menyangga berat badan
dan yang cenderung mengalami gesekan seperti telapak kaki dan sendi. Full thickness
graft terdiri dari semua lapisan kulit termasuk pembuluh darah. Pembuluh darah dari
area resipien akan tumbuh menyambung area transplantasi dalam 36 jam.
Pedicle graft: dengan pedicle graft bagian dari kulit yang digunakan dari daerah
donor akan tetap menempel pada daerah tersebut dan sisanya akan menempel pada
daerah resipien. Suplai darah akan tetap utuh pada daerah donor dan tidak akan
dipotong sampai suplai pembuluh darah baru terbentuk dengan lengkap. Prosedur ini
pada umumnya dilakukan pada tangan, wajah atau sekitar leher.

Gambar11. Skin Graft

Keberhasilan skin graft dapat diperkirakan 72 jam setelah pembedahan. Jika transplantasi
kulit ini dapat melewati 72 jam pertama tanpa infeksi atau trauma, tubuh pada umumnya
tidak menolak transplantasi ini. Sebelum pembedahan, area donor dan resipien harus
bebas dari infeksi dan mempunyai suplai darah yang stabil. Prosedur lanjutan yang
berupa memindahkan atau meregangkan area resipien harus dihindari. Perban yang
digunakan harus steril dan biasanya diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi. 16,17,18

c.Demagraft CT

Pada beberapa pasien dengan luka bakar yang sangat parah, transplantasi kulit
menggunakan kulit sehat meraka sendiri tidak dapat dilakukan karena mereka hanya
memiliki sedikit sekali kulit yang sehat atau meraka tidak cukup kuat menjalani operasi.
Alternatif lain untuk menutup luka bakar ini adalah dengan menggunakan kulit cadaver atau
kulit binatang. Tubuh akan menolak kedua pilihan ini dalam beberapa hari dan pembedahan
harus diulangi lagi. Pada tahun 1997, produk sintetik baru bernama DermagraftTC tersedia
di pasaran. Dermagraft TC dibuat dari sel manusia hidup dan secara luas digunakan untuk
mengganti kulit kadaver.16,17

39
Badan pengawasan obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui
penggunakan Dermagraft TC ini. Ada dua jenis perban kulit buatan yang dapat digunakan
untuk perawatan luka bakar derajat tiga: Integra Artificial Skin dan Original BioBrane. Tidak
seperti perban tradisional, perban baru ini dapat mempercepat penyembuhan luka dengan
berinteraksi langsung dengan jaringan tubuh.16,17

BioBrane adalah bahan nilon yang mengandung gelatin yang berinteraksi dengan
factor pembekuan pada luka. Interaksi ini menyebabkan perban menempel dengan baik
membentuk lapisan pelindung yang lebih kuat.

Integra adalah perban 2 lapis. Lapisan paling atas berperan sebagai lapisan epidermis
sintetik, lapisan di bawahnya berperan sebagai dasar pertumbuhan kembali jaringan kulit.
Lapisan yang bawah terbuat dari serat kolagen dan berperan sebagai penghubung bagi sel
tubuh untuk mulai membentuk jaringan kulitnya sendiri.

Produk pengganti kulit lain banyak muncul di pasaran. Organogenesis inc. menjual
Apilgra, suatu bahan yang ekuivalen dengan kulit manusia hidup untuk merawat luka dan
ulcus. Lifecell corporation membuat jaringan kulit manusia yang dapat di implantasi untuk
keperluan bedah rekonstruksi dan perawatan luka bakar.

Sebagai tambahan dari kulit buatan adalah kulit kultur. Dokter dapat mengambil
potongan kulit sebesar perangko dari pasien dan menumbuhkannya di media kultur khusus.
Dari bagian kulit yang kecil ini, para ahli dapat menumbuhkan cukup kulit untuk menutup
hampir seluruh tubuh dalam jangka waktu 3 minggu. Kultur kulit sudah tersedia di Amerika
sejak 10 tahun yang lalu. Kulit buatan hanya merupakan perbaikan sementara;pasien akan
tetap membutuhkan skin graft bagaimanapun juga dengan penggunaan kulit buatan berarti
skin graft yang akan di gunakan semakin tipis yang membantu daerah donor dan resipien
menyembuh secara lebih cepat dan akan lebih sedikit operasi yang dibutuhkan. Penggunaan
kulit buatan belum sepenuhnya sempurna dan mungkin tidak cocok bagi semua pasien luka
bakar. Jaringan parut masih akan tetap tampak akan tetapi jauh lebih ringan.16,17

40
Gambar 12. Kulit buatan

J. Komplikasi
Luka bakar dapat memberikan komplikasi pada setiap fasenya. Antara lain19 :

- Fase Akut: syok, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit


- Fase Subakut: infeksi dan sepsis
- Fase Lanjut: parut hipertropik
1. Syok hipovolemik

Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada
di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar
menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan, cairan yang
masuk ke bula pada luka bakar derajat II dan pengeluaran cairan dari kropeng pada luka
bakar derajat III .8,12

Bila luas luka bakar < 20% biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasi tetapi bila > 20 % terjadi Syok hipovolemik dengan gejala yang khas seperti
gelisah, pucat, dingin , berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan
produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan lahan dan maksimal pada delapan
jam.8,12

2. Oedem laring

Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bila luka terjadi di muka,. Dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas , asap, uap panas yang terhisap, udem yang terjadi
dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena udem laring. Gejala yang
timbul adalah sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap karena
jelaga.8,12

Setelah 12 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi dan
penyerapan cairan edema kembali ke pembuluh darah . ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis.
41
3. Keracunan gas CO

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain. Karbon monoksida akan
mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen.
Tanda-tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada
keracunan yang berat terjadi koma. Bila > 60 % hemoglobin terikat dengan CO, penderita
dapat meninggal.8,12

4. SIRS (systemic inflammatory respone syndrome)

Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit untuk
mengalami penyembuhan karena tidak terjangkau oleh pembuluh darah kapiler yang
mengalami trombosis. Kuman penyebab infeksi berasal dari kulitnya sendiri, juga dari
kontaminasi kuman dari saluran nafas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah
sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya berbahaya karena banyak yang sudah resisten terhadap
antibiotik.8,12

Prosesnya dimulai oleh aktivasi makrofag, netrofil, dan pelepasan mediator


mediator, yang kemudian diikuti oleh :

1. Gangguan hemodinamik berupa vasodilatasi, depresi miokardium, gangguan sirkulasi


dan redistribusi aliran.
2. Perubahan mikrovaskuler karena endotel dan edema jaringan, mikroemboli, dan
maldigesti aliran.
3. Gangguan oksigenasi jaringan. Ketiganya menyebabkan hipoksia seluler dan
menyebabkan kegagalan fungsi organ. Yang ditandai dengan meningkatnya kadar
limfokin dan sitokin dalam darah.
4. MOF (Multi Organ Failure)
Adanya perubahan permeabilitas kapiler pada luka bakar menyebabkan gangguan
sirkulasi. Di tingkat seluler, gangguan perfusi menyebabkan perubahan metabolisme.
Pada tahap awal terjadi proses perubahan metabolisme anaerob yang diikuti
peningkatan produksi dan penimbunan asam laktat menimbulkan asidosis. Dengan
adanya gangguan sirkulasi dan perfusi, sulit untuk mempertahankan kelangsungan
hidup sel, iskemi jaringan akan berakhir dengan nekrosis.6,9,12
Gangguan sirkulasi makro menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan jaringan
organ penting terutama otak, hepar, paru, jantung, ginjal, yang selanjutnya mengalami

42
kegagalan menjalankan fungsinya. Dalam mekanisme pertahanan tubuh, terjadi
gangguan pada sistem keseimbangan tubuh (homeostasis), maka organ yang dimaksud
dalam hal ini adalah ginjal. Dengan adanya penurunan atau disfungsi ginjal ini, beban
tubuh semakin berat.
Resusitasi cairan yang inadekuat pada fase ini menyebabkan berjalannya proses
sebagaimana diuraikan diatas. Sebaliknya bila terjadi kelebihan pemberian cairan
(overload) sementara sirkulasi dan perifer tidak atau belum berjalan normal, atau pada
kondisi syok; cairan akan ditahan dalam jaringan paru yang manifestasi klinisnya
tampak sebagai edema paru yang menyebabkan kegagalan fungsi paru sebagai alat
pernafasan, khususnya pertukaran oksigen dengan karbondioksida, kadar oksigen dalam
darah sangat rendah, dan jaringan hipoksik mengalami degenerasi yang bersifat
irreversible. Sel sel otak adalah organ yang paling sensitive; bila dalam waktu 4 menit
terjadi kondisi hipoksik, maka sel sel otak mengalami kerusakan dan kematian; yang
menyebabkan kegagalan fungsi pengaturan di tingkat sentral. 8,9,12
Sementara edema paru juga merupakan beban bagi jantung sebagai suatu pompa.
Pada mulanya jantung menjalankan mekanisme kompensasi, namun akhirnya terjadi
dekompensasi.

5. Kontraktur

Kontraktur merupakan salah satu komplikasi dari penyembuhan luka, terutama


luka bakar. Kontraktur adalah jenis scar yang terbentuk dari sisa kulit yang sehat di
sekitar luka, yang tertarik ke sisi kulit yang terluka. Kontraktur yang terkena hingga
lapisan otot dan jaringan tendon dapat menyebabkan terbatasnya pergerakan.8,9

Pada tahap penyembuhan luka, kontraksi akan terjadi pada hari ke-4 dimana proses
ini bersamaan dengan epitelisasi dan proses biokimia dan seluler dari penyembuhan
luka. Kontraktur fleksi dapat terjadi hanya karena kehilangan lapisan superfisial dari
kulit. Biasanya dengan dilakukan eksisi dari jaringan parut yang tidak elastik ini akan
menyebabkan sendi dapat ekstensi penuh kembali. Pada luka bakar yang lebih dalam,
jaringan yang banyak mengandung kolagen akan meliputi neurovascular bundles dan
ensheathed flexor tendons, juga permukaan volar dari sendi akan mengalami kontraksi
atau perlekatan sehingga akan membatasi range of motion. Kontraktur yang disebabkan
oleh hilangnya kulit atau luka bakar derajat III pada daerah persendian harus segera
dilakukan skin grafting. 8,9

43
Indikasi Rawat Inap
Pasien luka bakar diindikasikan untuk rawat inap harus mengikuti pedoman dari
American Burn Association:8,20

- Luka bakar derajat II : luas luka > 15% pada dewasa dan >10% pada anak/geriatri
- Luka bakar derajat III : luas luka > 2% pada dewasa dan setiap derajat III pada anak-
anak
- Luka bakar karena listrik atau kimia
- Luka bakar yang mengenai daerah muka, tangan, genital, perineal
- Luka bakar disertai dengan penyakit lain (DM, Hipertensi, dll) atau trauma atau
cedera inhalasi

K. Prognosis
Prognosis pada kasus luka bakar ditentukan oleh beberapa faktor, dan menyangkut
mortalitas dan morbiditas atau burn illness severity and prediction of outcome ; yang mana
bersifat bersifat kompleks. Prognosis luka bakar tergantung pada:8

1. Derajat Luka Bakar


2. Luas Permukaan
3. Daerah yang terkena luka bakar seperti perineum, ketiak, leher, dan tangan lama
sembuh karena sulit perawatan dan mudah kontraktur.
4. Usia dan kesehatan pendertia
Hal yang dapat terjadi pada penderita luka bakar setelah mengalami suatu cedera luka
bakar diantaranya sebagai berikut :8

1. Sembuh tanpa cacat/ bekas luka


Bila luka bakarnya hanya berupa eritema ataupun vesikel yang tanpa disertai
kerusakan jaringan bawah kulit, biasanya terjadi pada luka bakar derajat 1.
2. Sembuh dengan cacat/ bekas luka
Bila luka bakar tersebut disetai kerusakan seluruh tebal kulit dan kerusakan pada
jaringan bawah kulit. Biasanya terjadi pada luka bakar derajat 2-3.
3. Meninggal
Biasanya terjadi pada luka bakar derajat 3 dengan luas luka lebih dari 50% dan telah
mengalami kegagalan sistem pernafasan dan sirkulasi.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudjatmiko G. Anatomi Kulit, Skin Graft, dan Luka bakar. In: Petunjuk Praktis Ilmu
Bedah Plastik Rekonstruksi. Jakarta: Yayasan Khasanah Kebajikan. 2007.p2-3, 27-29,
79-87.
2. Brunicardi FC. Burns. In: Schwartz's Principles of Surgery. Ed 9th. USA: The
McGraw-Hill Companies, Inc. 2010. Chapter 8.
3. Thorne CH. Thermal, Chemical, and Electrical Injuries. In: Grabb & Smiths Plastic
Surgery. Ed 6th. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2007. p132-149.

4. Burkitt HG, Quick CRG, Reed JB. Burns. In: Essential surgery: Problems, Diagnosis,
and Management. Ed 4th. New York: Churcill Livingstone. Chapter17.

5. Sjamsuhidajat, de Jong. Luka bakar dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 3. Jakarta:
penerbit Buku Kedokteran EGC.2010. Hlm: 103-120.

6. Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC.

7. Lee JO, Herndo DN. Burns and Radiation Injuries. In: Trauma. 6th ed. New York:
McGraw-Hill. 2008. Chapter 50.

8. Moenadjat, Yefta. 2001. Luka Bakar pengetahuan klinis praktis. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
9. Aston SJ, Beasley RW, Thorne CHM. Grabb & Smiths Plastic Surgery. Lippincott
Raven. Philadelphia-New York. 1997. Ch: 19; p: 145.
10. Kartohadmojo S. Luka Bakar. Surabaya: Airlangga University Press. 2008. Hal: 3 14
11. Seolarto, dkk. Luka Bakar dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa
Aksara. 1995. Hal: 435-439 15
12. Marzoeki, Djohansjah. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya, Airlangga University
Press, Surabaya 1993 : 10 - 19.
13. Dimmick, AR. 1983. Burn and cold injury, in hardys textbook of surgery.
Philadelphia : JB Lippincott company. P.177
14. James M Becker. Essentials of Surgery.1th edition. Philadelphia: Saunders Elsevier;
2009. p 118-129
15. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. 12thedition.New York :
McGraw- Hill Companies; 2010.p 245-259

45
16. Holmes JH,Heimbach DM. Schwartzs Principles of Surgery. 18 t th edition. New
York: McGraw-Hill; 2010. p.189-216
17. Schwartz S, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah.Jakarta: EGC; 2000.p.97-
127
18. Sabiston DC. Buku Ajar Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2012.p.151-163
19. Muller et all. The challenge of burns. Lancet 1 : 22 94, vol 343, issue 8891, p216
20. Steven J. Schwults, J Perren Cobb. Wasington Manual Of Surgery, Ed 5. 2008. Hlm:
418-425.

46

Anda mungkin juga menyukai