Kasus headache pada kehamilan bukan karena tingkat keparahan tetapi karena migrain atau
headache type tension
Migrains mengalami peningkatan 18% pada ibu hamil, tetapi migrain dapat di diagnosis
sebelum kehamilan ada
Pemeriksaan neurologi pada kasus baru headache kehamilan dapat berupa studi grafik
neuroradio atau analisis cairan serebrospinal
Kekhawatiran pada ibu hamil dengan headache dapat berupa SAH, Stroke, tumor pituitari
atau apoleksi dan cerebral venous thrombosis
Edukasi tentang pantang makanan, kafein, dan alkohol yang mencetus terjadinya migrain
Yang dapat mengganggu upaya pencegahan dan terapi awal. Pasien hamil dengan headache
sebaiknya tidak telat makan, tidur dan latihan fisik yang cukup, dan pertimbangkan olahraga
yoga, mediasi, atau biofeedback sebagai pencegahan tambahan pada migrain.
Terapi awal dan pencegahan dapat dilakukan terutama pada ibu hamil selama tidak ada
kontraindikasi
Pasien migrain dengan dan tanpa aura meningkat selama kehamilan, terutama pada trimester
2 dan 3.
Menurut penelitian Pasien yang tidak mengetahui dirinya sedang hamil, dan mendapat terapi
anti inflamasi golongan non steroid atau golongan triptan ttidak menunjukkan peningkatan
kasus insiden pada teratogenetik
Terapi awal pada headache primer, dapat diberikam acetaminophen (disarankan) dosis tunggal
atau dengan codeine (untuk refraktor headache) pada semua trimester. Pemberian naproxen
dan ibuprofen aman dan dapat ditoleransi selama kehamilan tetapi seharusnya setelah 28
minggu. Migrain berat yang terus-menerus memberikan respon yang baik pada pemberian
antiemetik parenteral, sama seperti pada metaclopramide dan prochloperazine. Pemberian
propanolol atau metoprolol dapat dipertimbangkan sebagai pencegahan pada pasien dengan
headache yang memerlukan terapi setiap hari dan pada terapi non farmakologis yang tidak
memberikan hasil yang baik.
Latar Belakang/Epidemiologi
1. Primary headache disorders (migraine atau tension tipe headache) lebih sering terjadi pada
wanita daripada laki-laki, dan berdampak secara langsung pada sistem reproduksi ibu hamil.
Dalam 1 tahun angka kejadian migraine terjadi sekitar 18% pada wanita di USA. Kejadian
tertinggi pada wanita usia muda dengan menarche, usia produktif paling sering pada usisa 20-
50 tahun umumnya diperburuk dengan adanya haid, pengaruh kontrasepsi hormon dan
lainnya, serta sebelum menopause. Migrain, terutama migrain tanpa aura, pada umumnya
terjadi pada kehamilan dan paling parah setelah post partum.
Kehamilan telah menjadi kriteria eksklusi umum untuk uji klinis terkontrol. Oleh karena itu,
data keamanan menunjukkan penggunaan obat pada headache tipe primer pada ibu hamil,
seperti migrain dan tension tipe headache memberikan efek yang kurang.
Namun Pada sebuah survey menunjukkan terapi obat bermanfaat (WHO), yaitu 68% ibu hamil
mengatasi keluhan tersebut dengan terapi obat.
2. Petugas medis sebaiknya mewaspadai headache tipe sekunder pada ibu hamil, seperti stroke,
cerebral venous thrombosis, pituitary apoplexy dan posterior reversible ensefalopati yang
berkaitan dengan eklampsia.
Diagnosis
kasus headache tipe sekunder ( karena hal lain, prognosis buruk, gangguan):
Tension-Type Headache
Epidemiologi/Patofisiologi
Beberapa tahun yang lalu, 18% WANITA dan 6% laki-laki memiliki headache tipe migrain, namun
hampir separuh kasus tersebut tidak terdiagnosis. Diperkirakan jumlah wanita (sekitar 40% )
menderita tension tipe headache yang episodik atau kronik. Migrain biasanya sering terjadi selama
kehamilan, tetapi migrain pertama kali paling sering terjadi biasa pada trimester pertama. Level
plasma esterogen meningkat dan terjadi terus-menerus untuk proteksi selama kehamilan dan esterogen
turun pada haid yang merupakan faktor migrain pada menstruasi. Esterogen seperi yang sudah
diketahhui meningkatkan rasa sakit pada penelitian terhadap binatang dan opoid endogen juga
meningkat selama terjadinya kehamilan. Migrain sering terjadi pada postpartum, biasanya 3-6 hari.
Meninges, pembuluh darah serebral proksimal, dan sinus vena sebagai pusat sensitif nyeri. Oleh
karena itu, sudah biasa apabila SAH berasal dari ruptur aneurisma atau distensi dinding pembuluh
darah dari sebuah trombosis vena yang dapat menyebabkan nyeri kepala. Nanah dan darah
subaraknoid bekerja sebagai iritan, yang mengatur reaksi inflamasi dan berpotensi mengganggu
reabsorpsi CSF, karena hidrosefalus.
Patofisiologi dari migrain cukup komplek. Bahkan patofisiologi dari tension type headache kurang
diketahui. Migrain aura mungkin disebabkan oleh CSD (cortical spreading depression). CSD adalah
penurunan aktivitas listrik yang bergerak melintasi korteks serebral 2-3 mm/menit, hal ini ditandai
dengan pergeseran pada potensial steady-state kortikal, peningkatan sementara pottassium, nitrogen
oksida, dan glutamat dan peningkatan sementara di CBF (cerebral blood flow) aliran darah otak,
diikuti dengan penurunan yang terus-menerus. Studi MRI fungsional menunjukkan pada pasien
dengan migrain menunujukkan periode dari hiperemia mendahului oligemia selama migrain tipe aura
muncul dan headache tersebut dapat berlangsung sebelum hiperemia ketika aliran darah di korteks
serebral berkurang. Menurut penelitian didapatkan bahwa pada pelepasan P dan calcitonin gene-
related peptide (CGRP) dari terminal sensorik C-fiber dan inflamasi neurogenik. Inflamasi neurogenik
menyebabkan kepekaan terhadap serabut saraf (sensitisasi perifer), dimana sekarang untuk
menanggapi respon sebelumnya terhadap stimulasi yang tidak berbahaya., seperti pulsasi pembuluh
darah, sebagian karena nyeri akibat migrain. Sensitisasi central dapat menjadi kunci utama dalam
mengatasi headache. Migrain aura dapat memicu headache, CSD mengaktivasi trigeminovaskular
afferent. Hal ini mengantikan teori yang dulu tentang patofisiologi migrain tipe aura karena
vasokonstriksi dan headache karena vasodilatasi.
Genetik
Migrain adalah grup dari disorder familial dengen komponen genetik. Familial hemiplegic migraine
(FHM) adalah sebuah kelompok dari disorder dominan autosomal terkait dengan serangan dari
migrain, dengan dan atau tanpa aura, dan hemiparesis. FHM1 terhitung kurang lebih 2/3 kasus dan
disebabkan karena paling tidak 10 perbedaan mutasi missense pada gen CACNA1A, dimana kode
untuk alpha1-subunit dari sebuah tegangan tergantung dari kelompok P/Q Ca2+. FHM2 ditemukan
berasal dari sebuah mutasi baru di dalam subunit alpha 2 dari pompa Na/K. FHM 3 karena terdapat
mutasi missense dalam gen SCN1A (Glnl489Lys), mengkode sebuah subunit alpha 1 pada sebuah
kelompok tegangan neuronal-gate Na+ (Na.I.I).
Pertimbangan kehamilan
Pada sebagian studi retrospektif menunjukkan secara pasti migrain dalam kehamilan. Kebanyakan
pada wanita dengan migrain sering terjadi selama kehamilan, wanita tanpa aura lebih sering daripada
wanita dengan aura, dan pada umumnya terjadi pada masa kehamilan di trimester 2 dan 3. Wanita
dengan migrain berlangsung selama menarche dan juga menstruasi yang terkait dengan migrain yang
lebih mirip dengan headache recede selama kehamilan. Percobaan prospektif secara luas sekrang
sudah dilakukan. MIGRA studi mengenai prospektif review pada headache dan migrain selama
kehamilan dan puerperium. Lebih dari 2000 partisipan ibu hamil dengan headache, terdapat 208
memenuhi IHS kriteria untuk diagnosis dari migrain tersebut. Penurunan yang signifikan pada kasus
migrain selama kehamilan, terutama selama trimester 2 dan 3.
Management
Headache pada kehamilan sebaiknya di evalusi sama dengan cara yang sama seperti pada kasus
lainnya dengan gangguan kesadaran yang spesifik yang lebih sering atau yang hanya terjadi
selama kehamilan. Petugas medis harus lebih waspada pada tanda-tanda bahaya dari headache
yang buruk. Terhadap kondisi tertentu yang menyebabkan sakit kepala yang
mengkhawatirkan lebih sering dalam kehamilan. Headache yang muncul secara mendadak
(thunderclap) dapat mengindikasikan SAH, terutama jika dikaitkan dengan penurunan
kesadaran atau tanda neurologis fokal. Headache mendadak dapat juga menyertai
preeklampsia (pertimbangkan RCVS) atau apopleksi hipofisis. Trombosis vena atau sinus,
berhubungan dengan pueperium, dapat timbul kejang, sakit kepala hebat, muntah atau tanda
fokal, dan, peningkatan tekanan intrakranial, papiledema.
Dilakukan atau tidaknya CT atau MRI sebagai bagian dari evaluasi headache dalam kehamilan
tergantung dari derajat tingkat keparahan dari penyebab headache tersebut. Secara umum, CT scan
kepala dan MRI aman pada kehamilan meskipun keputusan untuk tersebut memerlukan penelitian
lebih lanjut berdasarkan risiko pada struktural yang hilang atau kasus yang serius pada headache
tanpa penelitian . Gadolinium, menggunakan agen kontras pada scan MRI yang melalui plasenta.
Bagaimanapun jika terjadi perdarahan intraserebral, lesi massa, atau suspek meningitis, keuntungan
dari CT, MRI, atau MRA jauh melebihi potensial risiko, termasuk risiko dari gadolinium. Gadolinium
dianggap aman oleh European Society of Radiology karena setelah media kontras masuk, tidak
memberikan efek pada fetus yang sudah dilakukan penelitian. Pungsi lumbal untuk mendiagnosis
meningitis atau hemoragik sebaiknya ditunda hingga CT kepala tanpa kontras didapat untuk
menghindari risiko herniasi jika ada dugaan massa atau edema serebral.
Terapi awal migrain pada wanita tidak hamil , antara lain: analgesik sederhana (acetominophen,
aspirin), NSAIDs), opioid, ergot alkaloid,kombinasi isometheptene kafein barbiturat, dan triptans.
Migrain biasanya meningkat saat kehamilan terjadi. Namun, pada trimester pertama, ketika
headache memburuk, pikirkan tentang efek potensial pengobatan awal pada embriogenesis.
Situasinya sangat buruk, ketika banyak wanita tanpa sadar sedang hamil akan menggunakan terapi
awal untuk terapi migrain atau tension tipe headache lebih awal atau pada masa pembuahan.
Acetaminofen merupakan obat yang paling sering diberikan selama kehamilan. Tidak ada bukti
adanya teratogenik (FDA B). Kekhawatiran tentang kemanan pemberian aspirin dari data yang
terkumpul bahwa diberikan sesuai dosis sebagai analgetik atau antipiretik. Kekhawatiran ini tidak
berlaku pada aspirin dosis rendah (6-100 mg/hari) (FDA C;D trimester ketiga). Meskipun aspirin
diberi label kategori C, kelebihan lain aspirin berdasarkan uji coba pada kehamilan untuk kondisi lain
selain headache misalnya pasien dengan antibodi antipospolipid sindrom. Dosis asipirin yang
disarankan tertinggi yaitu 500-1000 mg setiap serangan. Kategori obat golongan B lainnya (tidak ada
bukti risiko pada manusia tetapi tanpa penelitian studi yang terkontrol) termasuk ibuprofen dan
naproxen hanya pada trimester 1-2, NSAIDs dikategorikan dalam grup D selama trimester terakhir
karena risiko penutupan duktus arteriosus prematur dan hipertensi pulmonal neonatal. Kafein
adalah obat kategori C dan dapat digunakan dosis tunggal atau dikombinasikan dengan NSAID atau
acetaminophen, tergsntung pada usia gestasi. Kandungan kafein dari satu tetes cangkir kopi sekitar
100 mg, konsumsi kafein sehari pada umumnya 200 mg dianggap memiliki risiko rendah selama
kehamilan. Meperidin (FDA B), kodein (FDA C) dan morfin (FDA C) digunakan dengan peringatan
pada penggunaan kronik (lama), terutama pada saat hamil akhir, dapat menyebabkan sindrom
withdrawal. Prednisone atau dexamethasone dapat digunakan untuk migrain yang sulit diobati
walaupun penggunaan kronik (lama) dapat menyebabkan supresi adrenal janin dan komplikasi
lainnya.
Ergotamine dan dihydroergotamine adalah kategori X dan harus dihindari pada wanit hamil. Ergots
adalah abortifacients dan telah terbukti menyebabkan gawat janin dan lahir cacat.
Obat antiemetik parenteral, seperti metoclorpramide (FDA B), prometazin (FDA C), dan
efektif untuk nyeri kepala itu sendiri selain mual dan muntah yang dapat menyertai migrain. Ini
Profilaksis headache
Pada kehamilan, tenaga medis didorong harus mampu mengobati headache pada awal kehamilan
dengan terapi awal seperti acetaminofen atau kodein dosis rendah.
Terapi pencegahan harus diberikan pada wanita yang headache terus
menerus dan memburuk selama kehamilan. Tidak ada uji coba klinis
mengenai obat profilaksis migrain pada wanita hamil. Terapi non
farmakologis harus dimulai sejak awal. Latihan relaksasi dan termal
biofeedback, dikombinasikan dengan teknik relaksasi dan terapi
perliaku kognitif, telah dilakukan uji klinis acak yang ketat dan
dirancang dengan baik menunjukkankeberhasilan dalam pencegahan
migrain.
Dalam kontradiksi, rekomendasi terapi berbasis bukti seeprti akupuntur, hipnosis dan manipulasi
chiropraktik untik pencegahan headache belum tersedia.
Ketika keadaan dimana komorbid kedua muncul bersama dengan migrain, disarankan untuk
mengunakan satu obat untuk terapi kedua kondisi terbsebut.
Contohnya termasuk migrain dan epilepsi, pemberian antikonvulsan
mungkin efektif untuk menerapi kedua kondisi tersebut, migrain dan
depresi, berikan SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor) seperti
fluoxetine (category B), dan dapat diberikan monoterapi.
Propanolol atau metoprolol adalah obat untuk pencegahan headache selama kehamilan. Verapamil
(CCB) dapat juga bermanfaat. Asam valproic sebaiknya dihindari
selama profilaksis headache karena berpotensi pada neural tube
defects. Pengunaan topiramate dan gaba-pentin harus dibatasi untuk
profilaksis headache karena dapat memberikan efek berupa defek
janin meskipun obat ini sangat efektif untuk migrain yang sedang
tidak hamil,
Edukasi untuk menghindari konsumsi maknan tertentu, kafein dan alkohol terkhusus pada migraine
yang dapt membantu mengurnagi ketergantungan pda terapi
profilaksis dan pengobatan awal. Pasien hamil dengan headace harus
menghindari telat makan, tidur yang cukup dan olahraga, dan
pertimbangkan yoga.
IBUPROFEN
(setelah 28 minggu tidak direkomendasikan, semua NSAIDs adalah FDA kategori D dalam trimester
3)
Naproxen
(>28 minggu tidak direkomendasikan, semua NSAIDs adalah FDA kategori D dalam trimester 3)
Antiemetik
Antiemetik kelas umum aman, efektif untuk mual dan nyeri migrain, dapat diberikan intravena dan
dkombinasikan dengan analgetik
Opoid
<28 hari) direkomendasikan pemberian jangka pendek agar tidak terjadi ketergantungan dan
berlebihan
28 hari opoid jumalah terbatas selama hamil akhir untuk menghindari neonatal withdrawal
Lain-lain:
Prednisne dan dexa rekomendasi pemberian jangka pendek dari sterorid, 3-6 hari untuk menghindari
efek samping pada fetus.