Anda di halaman 1dari 25

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT MATA DR YAP, JOGJAKARTA

Nama : Muhammad Nur Syaiful Bin Mohidin Tanda Tangan


NIM : 112015442

Dr Pembimbing / Penguji : dr. Enni Tjahjani Permatasari, Sp.M ..

I. Identitas Pasien
Nama : Tn. W
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Gabus, Ngaglik, Sleman
Tanggal pemeriksaan : 11 April 2017

II. Anamnesis
a) Anamnesis : Autoanamnesis, Pukul 1630 WIB

b) Keluhan Utama : Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan mata kiri
buram dan mengganjal sejak 1 bulan yang lalu.

c) Riwayat Penyakit Sekarang :


Seorang laki-laki, berusia 46 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan mata kiri
semakin buram dan terasa mengganjal sejak 1 bulan. Keluhan sudah mulai
dirasakan hampir setahun yang lalu tetapi makin berat sejak 1 bulan yang lalu.
Pasien merasa seperti melihat kabut atau seperti ada plastik yang menutupi
pandangannya serta merasa silau ketika melihat cahaya terang terutama di luar
ruangan sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Penglihatan buram dirasakan
sepanjang hari. Pasien juga merasa pusing apabila membaca terlalu lama dengan
dua mata sehingga merasa lebih nyaman bila ketika membaca mata sebelah kiri
ditutup. Mata kanan pasien tidak ada keluhan. Keluhan mual, muntah, melihat
pelangi disangkal. Penglihatan berkurang pada malam hari, lapang pandang yang
menyempit juga disangkal. Melihat bayangan hitam yang menutupi dan
penglihatan turun mendadak disangkal oleh pasien. Tidak ada mata merah dan
tidak ada sekret atau mata berair.
d) Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku ada riwayat darah tinggi sudah 5 tahun, gagal ginjal dan stroke.
Pasien menyangkal adanya riwayat asma, alergi, trauma pada mata dan kencing
manis. Riwayat memakai kacamata sejak 5 tahun yang lalu.
e) Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada

III. Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
a) Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
b) Kesadaran : Compos mentis
c) Tanda-tanda vital : Tekanan darah ; 110/70 mmHg, Nadi ; 88x/menit, Respiration
rate ; 20x/menit, Suhu ; 36.0C
IV. Pemeriksaan Sistem
Kepala/Leher : Normocephali, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Mulut : Tidak dilakukan pemeriksaan
Thorax, Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Dalam batas normal

V. Pemeriksaan Oftalmologis :
Keterangan OD OS
1. Visus
Axis visus 6/18 6/36
Koreksi S -0.25 C -0.50 A 170 S -0.25 C -1.50 A 15
Addisi +1.50 +1.50
Distansia pupil Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2. Kedudukan bola mata


Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada
Enoftalmus Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan bola mata Normal Normal

3. Supersilia
Warna Hitam Hitam
Simetris Simetris Simetris

4. Palpebra superior & inferior


Edema Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Ekteropion Tidak ada Tidak ada
Enteropion Tidak ada Tidak ada
Blefarospasme Tidak ada Tidak ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Punctum Lakrimal Normal Normal
Fissura palpebra Simetris Simetris
Test Annel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

5. Konjungtiva superior & inferior


Hiperemis Tidak hiperemis Tidak hiperemis
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Kalazion Tidak ada Tidak ada

6. Konjungtiva bulbi
Sekret Tidak ada Tidak ada
Injeksi Konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada
Perdarahan Subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pingekuela Tidak ada Tidak ada
Nevus pigmentosa Tidak ada Tidak ada
Kista dermoid Tidak ada Tidak ada

7. Sklera
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

8. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Rata Rata
Ukuran 12 mm 12 mm
Sensibilitas Baik Baik
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Keratik presipitat Tidak ada Tidak ada
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arcus senilis Tidak ada Ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Test placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

9. Bilik mata depan


Kedalaman Dalam Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada
Efek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan

10. Iris
Warna Kecoklatan Kecoklatan
Kripta Regular Regular
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada

11. Pupil
Letak Di tengah Di tengah
Bentuk Bulat, regular Bulat, Regular
Ukuran 4 mm 4 mm
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tidak + +
langsung
12. Lensa
Kejernihan Jernih Keruh sebagian
Letak Di tengah Di tengah
Shadow test Negatif Positif

13. Badan kaca


Kejernihan Jernih Jernih
Perdarahan Vitreus - -

14. Fundus okuli


Refleks fundus Positif Positif(suram)
Batas Tegas Sulit dinilai
Warna Jingga Sulit dinilai
Ekskavasio Tidak ada Sulit dinilai
A/V Ratio 2:3 Sulit dinilai
C/D Ratio 0,3 Sulit dinilai
Eksudat Tidak ada Sulit dinilai
Perdarahan Tidak ada Sulit dinilai
Sikatriks Tidak ada Sulit dinilai
Ablasio Tidak ada Sulit dinilai

15. Palpasi
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Massa tumor Tidak ada Tidak ada
Tensi okuli N N
Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

16. Kampus visi


Test konfrontasi Normal Normal

VI. Usulan Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan kimia darah: Gula darah puasa
2. USG mata
3. Retinometri
4. Keratometri dan biometri

VII. Resume
Seorang laki-laki, berusia 46 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan mata kiri
semakin buram dan terasa mengganjal sejak 1 bulan. Keluhan sudah mulai dirasakan
hampir setahun yang lalu tetapi makin berat sejak 1 bulan yang lalu. Pasien merasa
seperti melihat kabut atau seperti ada plastik yang menutupi pandangannya serta
merasa silau ketika melihat cahaya terang terutama di luar ruangan sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari.. Pasien juga merasa pusing apabila membaca
terlalu lama dengan dua mata sehingga merasa lebih nyaman bila ketika membaca
mata sebelah kiri ditutup. Mata kanan pasien tidak ada keluhan. Pasien mengaku ada
riwayat darah tinggi, gagal ginjal dan stroke. Riwayat memakai kacamata sejak 5
tahun yang lalu.
OD OS
Visus 6/18 6/36
TIO 12 14
Cts Tenang Tenang
Cti Tenang Tenang
Cb Tenang Tenang
Kornea Jernih, arcus senilis (-) Jernih, arcus senilis (+)
CoA Dalam Dalam
Pupil Bulat, 4 mm, RC (+) Bulat, 4 mm, RC (+)
Iris Sinekia - Sinekia -
Lensa Jernih Keruh sebagian
Funduskopi Ratio A:V = 2:3 Ratio A:V = sulit dinilai
C/D ratio = 0.3 C/D ratio = sulit dinilai
Refleks fundus (+) Refleks fundus (+) suram
VIII. Diagnosis
a. Diagnosis kerja : Katarak senilis imatur OS
b. Diagnosis banding : Oklusi vena retina OS, retinopati hipertensi OS
IX. Penatalaksanaan
1. Non Medika mentosa
a. Konsul dokter spesialis penyakit dalam untuk mengontrol faktor resiko sistemik
seperti tekanan darah dan gula darah pasien.
b. Anjurkan operasi katarak
2. Medika mentosa, hanya efektif untuk sementara waktu dan memperlambat
pertumbuhan katarak:
a. Kalium Iodida 5 mg/ml eye drop 3 x OS
3. Tindakan bedah pada mata kiri
- Pre operasi:
a) Pasien diberi penjelasan lengkap mengenai katarak, serta hal yang harus disiapkan
sebelum operasi, penjelasan mengenai tindakan saat operasi dan hal yang tidak
boleh dilakukan post operasi, dan komplikasi-komplikasi akibat operasi
b) Baju operasi, inform consent
c) Midriatika tetes : tropicamide 5 mg/ml eye drop 1 tetes OS pre operasi
- Operasi:
a) Pro phakoemulsifikasi OS
b) Implan IOL OS
- Post operasi
a) Ciprofloxacin 3 mg/ml eye drop tiap jam pada hari pertama post operasi dan tiap
dua jam pada hari kedua post operasi
b) Asam mefenamat 500 mg oral 3 x 1 tablet
c) Cefadroxil 500 mg oral 2 x 1 tablet
d) Pasien diberikan informasi bahwa, pasien harus mengontrol gula darah dan
tekanan darah untuk menghindari faktor resiko karena walaupun nantinya sudah
dilakukan tindakan pembedahan dan penglihatan berhasil kembali menjadi
normal, tidak menutup kemungkinan mata dapat kembali mengalami penurunan
fungsi akibat kerusakan pada bagian mata lainnya sebagai komplikasi dari
penyakit lain yang diderita pasien.
e) Edukasi pasien agar mata tidak terkena air dalam 10 hari, tidak terkena asap rokok
dan debu, tidak boleh tidur miring ke kanan, serta tidak membungkukkan tubuh
selama seminggu.
f) Edukasi pasien bahwa kacamata baca tetap digunakan.
g) Kontrol ke poli mata setelah seminggu untuk menilai perbaikan luka operasi,
pemeriksaan visus, dan penilaian komplikasi pasca operasi.

1. Prognosis OD OS
Ad vitam ad bonam ad bonam
Ad fungsionam dubia ad bonam dubia ad bonam
Ad sanationam dubia ad bonam dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK SENILIS

Anatomi lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, transparan dan memiliki ukuran
diameter 9-10 mm, tebalnya sekitar 5 mm, dan beratnya bervariasi dari 135 mg (0-9 tahun)
sampai 255 mg (40-80 tahun). Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, dan saraf pada lensa.
Posisinya tepat di sebelah posterior iris dan disangga oleh serat-serat zonula, yang berasal
dari corpus siliare. Serat-serat ini menyisip pada bagian ekuator kapsul lensa. Kapsul lensa
adalah suatu membran basalis yang mengelilingi substansi lensa. Sel-sel epitel dekat ekuator
lensa membelah sepanjang hidup dan terus berdiferensiasi membentuk serat-serat lensa baru
sehingga serat-serat lensa yang lebih tua dimampatkan ke nukleus sentral; serat-serat muda,
yang kurang padat, di sekeliling nukleus, menyusun korteks lensa. Karena lensa bersifat
avaskular dan tidak mempunyai persarafan, nutrisi lensa didapat dari aqueous humor.
Metabolisme lensa terutama bersifat anaerob akibat rendahnya kadar oksigen terlarut di
dalam aqueous.

Gambar 1. Anatomi Mata

Struktur lensa terdiri dari kapsul lensa, sel epitel lensa dan serat lensa. Lensa dibentuk
oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan
membentuk serat lensa terus-menerus sehingga terbentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa
merupakan serat lensa yang paling dini dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul
lensa.
Gambar 2. Anatomi Lensa
Kapsul lensa berukuran tipis, transparan, membran hialin mengelilingi lensa, yang
lebih tebal pada permukaan anterior daripada posterior. Kapsul lensa berada disekitar serat
lensa dan dibagian perifer kapsul lensa terdapat Zonula Zinnii (ligament suspensory) yang
menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar. Kapsul lensa adalah suatu
membran yang semipermeabel yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk. Nukleus
lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar
subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang
elastis. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamelle konsentris yang panjang. Garis-garis
persambungan yang terbentuk dengan persambungan lamellae ini ujung ke ujung berbentuk
Y bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk Y ini tegak di anterior dan terbalik di posterior.

Fisiologi lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat
zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya
refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkonstraksi sehingga tegangan zonula
berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis
diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisologik antara korpus siliaris, zonula,
dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Konsistensi
materi lensa berubah selama kehidupan. Pada fetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah.
Pada orang dewasa lensanya lebih padat dan bagian posterior lebih konveks.
Proses sklerosis bagian sentral lensa dimulai pada masa kanak-kanak dan terus
berlangsung secara perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat
dimana nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa
menjadi lebih besar, lebih pipih, warna kekuning-kuningan, kurang jernih dan tampak sebagai
grey reflex atau senile reflex. Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi kurang elastis
dan daya akomodasinya pun berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana
sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa
menyumbang +18.0- Dioptri, sekitar 1/3 dari total kekuatan refraksi.
Gambar 3. Fisiologi Proses Akomodasi Lensa

Katarak
Kata katarak berasal dari bahasa Yunani yaitu Katarrhakies atau latin cataracta yang
berarti air terjun. Katarak dalam bahasa Indonesia disebut bular yang berarti penglihatan
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah suatu keadaan patologik
lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa,
ataupun terjadi akibat keduanya. Biasa kekeruhan terjadi pada kedua mata dan bersifat
progresif. Gejala-gejala yang berhubungan dengan kelainan lensa pada umumnya berupa
gangguan penglihatan. Hilangnya transparansi lensa menimbulkan penglihatan kabur (tanpa
nyeri), baik penglihatan dekat maupun jauh. Hal ini disebut sebagai katarak.1

Gambar 3. Gambaran Mata Normal dan Mata dengan Katarak

Katarak Senilis
Katarak senilis merupakan jenis yang paling umum terjadi di seputar dunia dan
merupakan penyebab utama menurunnya penglihatan akibat usia. Dengan penuaan normal,
nukleus dan korteks lensa melebar seraya serat-serat baru dibentuk di bagian kortikal lensa.
Pada nukleus, serat yang tua menjadi lebih tertekan dan terdehidrasi. Perubahan metabolik
terjadi dan protein lensa menjadi lebih sukar larut, dan konsentrasi kalsium, natrium, kalium,
dan fosfat meningkat. Onsetnya bertahap, dan satu-satunya gejala ialah meningkatnya
penglihatan kabur dan kelainan penglihatan. Diagnosis katarak didasarkan pada pemeriksaan
oftalmoskopi dan derajat gangguan penglihatan pada uji penglihatan Snellen. Pada
pemeriksaan oftalmoskopi, katarak dapat terlihat sebagai kekeruhan besar yang memenuhi
celah pupil atau sebagai bayangan hitam berlawanan dengan latar merah pada fundus.2
Perubahan terkait usia pada lensa mempengaruhi kekuatan lensa dan kemampuan
transmisi cahaya sehingga menyebabkan fluktuasi pada penglihatan dan terhamburnya
cahaya. Pemeriksaan celah sinar (slitlamp), metode yang biasa digunakan untuk mengamati
lensa, dapat digunakan untuk mengelompokkan dan membedakan kekeruhan lensa. Masing-
masing tipe kekeruhan memiliki perbedaan secara klinis, dan sering terjadi kombinasi dari
tipe yang berbeda. Katarak senilis dapat dibagi menjadi 3 jenis utama:
1. Katarak nuklear
Katarak nuklear dihasilkan dari sklerosis nuclear dan perubahan menjadi kuning,
dengan konsekuensi pembentukan kekeruhan lentikular sentral. Kekeruhan nuklear
disebabkan oleh peningkatan densitas lensa secara bertahap pada lapisan paling dalam
dari nukleus, berjalan perlahan untuk melibatkan lapisan-lapisan yang lebih luar. Nukleus
juga mungkin berubah warna dari bening (tidak berwarna) menjadi kuning hingga coklat
dan kadang-kadang hitam. Nukleus yang sangat keruh dan coklat dinamai brunescent
nuclear cataract. Pasien mungkin mengalami peningkatan myopia (dikarenakan
peningkatan indeks bias lensa) dan penurunan yang progresif lambat pada ketajaman
visual dan hilangnya sensitivitas terhadap kontras.
2. Katarak kortikal
Perubahan komposisi ionik dari korteks lensa dan mungkin juga perubahan pada
pengairan serat-serat lensa menghasilkan katarak kortikal. Kekeruhan kortikal
menyebabkan beberapa gejala pada awalnya karena sumbu visual tetap jernih, tetapi
belakangan kekeruhan meliputi sebagian besar dari korteks lensa.
3. Katarak subkapsular posterior.
Pembentukan granul dan kekeruhan seperti plak pada korteks subkapsular
posterior sering memperlihatkan pembentukan katarak subkapsular posterior. Kekeruhan
subkapsular posterior dimulai di daerah kutub posterior, kemudian menyebar ke perifer.
Pasien mengalami gangguan silau yang signifikan karena cahaya berhamburan pada titik
dekat mata. Pada akhirnya, seluruh lensa akan menjadi keruh. Lensa mungkin kemudian
membengkak (katarak intumescent). Materi kortikal akan mencair (katarak Morgagnian)
dan kemudian diabsorbsi kembali menyebabkan nukleus yang padat menjadi tenggelam
ke bawah kantung kapsular.
Tabel 1. Gambaran Bentuk dari Katarak Senilis
Katarak senilis dibagi menjadi 4 stadium:

1. Stadium insipien stadium paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus.
Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5 5/6. Kekeruhan terutama terdapat pada
bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda), terutama mengenai
korteks anterior, sedang aksis relatif masih jernih. Gambaran inilah yang disebut
spokes of a wheel, yang nyata bila pupil dilebarkan. Pada stadium yang lanjut,
gambaran baji dapat dilihat pula pada pupil normal.

2. Stadium imatur kekeruhan belum mengenai seluruh lensa. Kekeruhan itu terutama
terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada
kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang
dipantulkan. Oleh karena kekeruhan di bagian posterior lensa, maka sinar oblik yang
mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan,
dilihat di pupil, ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan cahaya pada
daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian
lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).
3. Stadium matur pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga
semua sinar yang mengenai pupil akan dipantulkan kembali di permukaan anterior
lensa. Tak ada bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti
mutiara. Shadow test membedakan stadium matur dari imatur dengan syarat harus
diperiksa lebih lanjut dengan midriatika, oleh karena pada katarak polaris anterior
juga terdapat shadow test yang (-), oleh karena kekeruhan terletak di daerah pupil.
Dengan melebarkan pupil, akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah
pupil saja. Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur (shadow test (+)), dengan
koreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih buruk lagi
1/300 atau 1/, hanya ada persepsi cahaya, walaupun lensanya belum keruh
seluruhnya. Keadaan ini disebut stadium vera matur.

4. Stadium hipermatur (katarak Morgagni) korteks lensa yang konsistensinya seperti


bubur telah mencair, sehingga nukleus lensa turun ke bawah oleh karena daya
beratnya. Melalui pupil, pada daerah yang keruh, nukleus ini terbayang sebagai
setengah lingkaran di bagian bawah, dengan warna yang lain, dari pada bagian yang
di atasnya yaitu kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa,
yang menjadi lebih permeable, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa
menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat nukleus lensa. Keadaan ini disebut
katarak Morgagni. Pada pemeriksaan, didapatkan iris yang tremulans, di mana camera
oculi anterior (coa) menjadi dalam sekali dan iris yang membentuk sudut coa,
sekarang tergantung bebas, tak menempel pada lensa, sehingga pada pergerakan bola
mata, iris bergetar.
Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan, yang disebut
intumesensi, yaitu penyerapan cairan akuos oleh lensa sehingga lensa menjadi cembung dan
iris terdorong ke depan, coa menjadi dangkal. Hal ini tidak selalu terjadi. Pada umumnya
terjadi pada stadium II. 3,4

Etiologi
Penyakit sistemik
Katarak senilis banyak dihubungkan dengan penyakit sistemik seperti diabetes,
hipertensi, dan lain-lain. Hipertensi baru-baru ini ditemukan secara signifikan
meningkatkan risiko untuk katarak subkapsular posterior. Kemungkinan jalur bagi
peranan hipertensi dan glaukoma pada pembentukan katarak senilis ialah dengan
menginduksi perubahan struktur konformasi protein pada kapsul lensa yang
menyebabkan gangguan pada transport membran dan permeabilitas ion, dan akhirnya
meningkatkan tekanan intraokular yang mengakibatkan kekambuhan dalam pembentukan
katarak.
Sinar Ultra Violet (UV)
Sinar UV kemungkinan berpengaruh pada pembentukan katarak melalui peningkatan
kerusakan yang bersifat oksidatif. Mata yang menua lebih rentan terhadap kerusakan
karena UV karena filter bebas UV yang menurun seraya penuaan dan hasil pemecahan
dari filter ini dapat berperan sebagai perangsang terhadap cahaya, yang menyebabkan
terbentuknya oksigen yang reaktif dan proses oksidasi terhadap protein. Risiko katarak
nuklear dan kortikal ditemukan paling tinggi di antara populasi yang sering terpajan sinar
matahari pada usia yang lebih muda.
Faktor lain
Transparansi atau kejernihan lensa bergantung pada pengaturan yang baik antara sel-sel
lensa dan protein intraseluler pada lensa. Kelainan genetik, metabolik, nutrisi, dan
lingkungan, serta penyakit mata dan penyakit sistemik dapat menimbulkan katarak
dengan mempengaruhi kejernihan lensa.3,4

Epidemiologi
Katarak berhubungan dengan umur merupakan penyebab utama kebutaan dan
gangguan penglihatan diseluruh dunia. Dengan penuaan umum dari populasi, prevalensi
keseluruhan hilangnya penglihatan sebagai hasil kekeruhan lensa meningkat setiap tahun.
Katarak menyebabkan kebutaan reversibel pada lebih dari 15 juta manusia diseluruh dunia,
dan gambaran ini diproyeksikan akan mencapai 40 juta orang pada tahun 2025. Di Amerika
Serikat saja, 1,4 juta prosedur katarak dilakukan di Medicare pada tahun 1995.
Karena operasi merupakan satu-satunya pengobatan yang saat ini tersedia untuk
kekeruhan lensa yang secara visual signifikan, peningkatan kebutuhan sarana-sarana operasi
bersama dengan pengaruh katarak yang signifikan pada tingkat sosioekonomi dan kebutaan
pada umumnya. Masalah tersebut terutama sangat penting di negara sedang berkembang,
karena satu orang buta menyebabkan dua orang keluar dari pekerjaan, jika orang buta
tersebut membutuhkan perawatan dari orang dewasa normal.
Pengaruh ekonomis operasi katarak di Amerika Serikat saja diperkirakan mencapai
lebih dari 3 juta dollar per tahun. Sebagai akibat dari jumlah yang sangat banyak dari operasi
katarak dilakukan tiap tahun di Amerika Serikat, terdapat lebih banyak lagi kunjungan
praktek dokter dan tes-tes yang berhubungan dengan operasi katarak yang mengkontribusikan
pengaruh ekonomis dari operasi katarak.
Meskioun katarak dapat disebabkan oleh karena kelainan kongenital, metabolisme
atau trauma, katarak senilis memberikan pengaruh sosioekonomi yang terbesar. Karena
definisi dari kekeruhan lensa tidak terstandarisasi, dan lokasi dari kekeruhan lensa
berhubungan dengan umur bervariasi; dan sebagian besar definisi katarak membutuhkan
penurunan kemampuan penglihatan yang dapat diukur sebagai tambahan perubahan
morfologi lensa yang terlihat pada slit lamp. Sebagai tambahan, metode pemeriksaan sering
kali bersifat subyektif dan membutuhkan partisipasi pasien, dan oleh karenanya penelitian
mudah sekali menjadi bias. Sebagian besar estimasi frekuensi katarak senilis adalah
berdasarkan pada data dari kelompok tertentu daripada populasi umum. Akhirnya, pada
banyak pasien yang lebih tua, mata mungkin telah memiliki keadaan patologis sebelumnya
yang menyebabkan hilangnya penglihatan yang mungkin dapat disalahartikan sebagai
perubahan lensa.
Dua penelitian berbasis populasi yang besar dilakukan pada akhir tahun 1980 (data
dipublikasikan pada tahun 1990-an). Beaver Dam Eye Study melaporkan bahwa 38,8% laki-
laki dan 45,9% perempuan, lebih tua dari 74 tahun memiliki katarak yang signifikan secara
visual. Pada penelitian ini,, signifikansi dideterminasikan melalui penderajatan fotografis
kekruhan lensa dan kemampuan penglihatan terkoreksi terbaik sebesar 20/32 (Log Mar
ekuivalen mendekati 20/30 pembagian Snellen) menyingkirkan orang dengan makulopati
berhubungan dengan umur yang berat. Baltimore Eye Survey menunjukkan bahwa katarak
merupakan penyebab utama kebutaan (20/200 atau lebih buruk) diantara orang-orang berusia
40 tahun atau lebih. Katarak yang tidak diterapi merupakan sumber kebutaan pada 27% ras
Afro-Amerika dan 13% ras Kaukasia. Longitudinal Study of Cataract (LSC) menilai
kekeruhan lensa yang baru dan perkembangan kekeruhan lensa menggunakan
peralatanpenelitian disebut Lens opacities Classification System III (LOCS III). Angka
median umur adalah 65 tahun dan insidensi kekeruhan baru adalah 6% setelah 2 tahun
diantara pasien-pasien yang pada dasarnya bebas kekeruhan nuklear. Bagaimanapun juga,
kecepatan perkembangan kekeruhan sebelumnya lebih tinggi : 35,8% berkembang setelah 2
tahun, dan 45,8% berkembang setelah 5 tahun. Pada orang-orang yangmenderita kekeruhan
korteks dan subkapsular posterior pada usia kurang dari 65 tahun, insidensi dan
perkembangan lebih tinggi.

Patofisiologi
Lensa sebagian besar terbuat dari air dan protein. Proteinnya tersusun pada tempat
yang tepat sehingga menjaga lensa tetap jernih sehingga bisa dilalui cahaya. Namun, seraya
proses penuaan, beberapa protein dapat menggumpal satu sama lain dan mulai menghalangi
sebagian kecil area di lensa. Seraya waktu berlalu, katarak dapat menjadi lebih luas dan lebih
menghalangi lensa sehingga semakin sulit untuk melihat dengan baik. 7
Patofisiologi katarak senilis rumit dan belum sepenuhnya dipahami. Pada semua
kemungkinannya, patogenesisnya multifaktorial melibatkan interaksi yang rumit dalam
berbagai proses fisiologis. Seraya lensa menua, beratnya dan ketebalannya meningkat
sementara kemampuan akomodasinya menurun. Karena lapisan korteks yang baru bertambah
secara konsentris, nukleus sentral tertekan dan mengeras, mengalami sebuah proses yang
disebut nuclear sclerosis.
Berbagai mekanisme turut berperan dalam hilangnya kejernihan lensa secara
progresif. Epitel lensa dipercaya mengalami perubahan yang berkaitan dengan penuaan,
khususnya penurunan pada densitas sel epitel lensa dan kelainan diferensiasi dari sel-sel serat
lensa. Meskipun epitel dari lensa katarak mengalami laju apoptosis yang rendah, yang
sepertinya tidak menyebabkan penurunan densitas sel yang signifikan, akumulasi dari
hilangnya epitel dalam skala kecil dapat berakibat pada gangguan pembentukan serat lensa
dan homeostasis, yang pada akhirnya mengarah pada hilangnya kejernihan lensa.
Sebagai akibatnya, kerusakan oksidatif yang progresif terhadap lensa bersamaan
dengan penuaan, mengarah pada perkembangan dari katarak senilis. Berbagai penelitian
memperlihatkan peningkatan hasil oksidasi (seperti glutation teroksidasi) dan penurunan
vitamin antioksidan dan enzim superoxide dismutase menekankan peranan penting dari
proses oksidatif pada pembentukan katarak. Mekanisme lainnya yang terlibat ialah perubahan
dari protein sitoplasmik lensa berat molekul rendah yang larut menjadi gumpalan protein
larut dengan berat molekul tinggi, fase tidak larut, dan matriks protein membrane yang tak
larut. Perubahan protein yang dihasilkan menyebabkan fluktuasi mendadak pada indeks bias,
terhamburnya cahaya, dan menurunnya kejernihan. Bagian lain yang juga diperiksa
mencakup peranan nutrisi pada perkembangan katarak, terutama keterlibatan glukosa dan
mineral serta vitamin.3
Manifestasi Klinis
Gejala yang muncul bergantung pada apakah katarak terjadi unilateral atau bilateral,
dan derajat serta letak dari kekeruhan. Jika katarak terjadi unilateral, pasien bisa jadi tidak
menyadarinya sampai katarak juga menutupi mata yang masih baik. Pasien mungkin
mengeluh kesulitan saat membaca (yang perlu dibedakan dari presbiopia yang normal pada
orang tua), kesulitan mengenali wajah (yang juga terjadi pada degenerasi makular), dan
kesulitan saat menonton televisi. Mereka mungkin mengeluh bahwa penglihatan mereka
memburuk pada cahaya terang, terutama jika kekeruhan mereka terdapat di sentral.
Kadang-kadang, pasien mengalami monokular diplopia dan melihat halo disekeliling
lampu; hal ini terjadi karena kekeruhan lensa terganggu dengan sinar cahaya yang
melewatinya menuju bagian belakang mata. Beberapa pasien mungkin bahkan mengatakan
bahwa mereka dapat melihat tanpa kacamata. Ini terjadi ketika katarak sklerosis nuklear
meningkatkan kekuatan penyebaran lensa, sehingga membuat pasien menjadi miopi (tidak
mampu melihat jauh). Gangguan penglihatan demikian bervariasi bergantung pada jenis
katarak yang dialami oleh pasien.
1. Penurunan ketajaman visual
Merupakan keluhan paling umum dari pasien katarak senilis. Katarak dapat
dipertimbangkan jika ketajaman visual dipengaruhi secara signifikan. Lebih jauh, jenis
lain katarak menghasilkan efek yang berbeda pada ketajaman visual. Sebagai contoh,
katarak subkapsular posterior derajat ringan dapat menghasilkan penurunan ketajaman
visual dengan ketajaman penglihatan dekat lebih terganggu daripada ketajaman
penglihatan jauh, kemungkinan sebagai akibat miosis akomodatif. Namun, sklerosis
nuklear sering dihubungkan dengan menurunnya ketajaman penglihatan jarak jauh dan
penglihatan dekat yang baik.
Derajat gangguan penglihatan dapat bervariasi pada keadaan berbeda. Misalnya,
gangguan refraksi miopia (nearsighted) yang tidak dikoreksi tampak lebih berat di
lingkungan yang gelap. Hal ini terjadi karena dilatasi pupil memungkinkan lebih banyak
berkas cahaya yang tak terfokus jatuh di retina dan makin mengaburkan pandangan.
Katarak setempat di sentral tampak lebih parah di bawah sinar matahari. Dalam hal ini,
konstriksi pupil mengurangi jumlah cahaya yang dapat melintasi lensa yang keruh.
Pandangan kabur akibat edema kornea semakin membaik saat siang karena adanya
dehidrasi kornea akibat penguapan dari permukaan.
2. Cahaya yang menyilaukan
Meningkatnya kesilauan adalah keluhan umum lainnya pada pasien katarak senilis.
Keluhan dapat mencakup seluruh spektrum mulai dari menurunnya sensitivitas kontras
pada lingkungan dengan cahaya terang. Gangguan penglihatan seperti itu terutama khas
pada katarak subkapsular posterior dan, pada tingkat yang lebih rendah, pada katarak
kortikal. Hal ini lebih jarang dihubungkan dengan sklerosis nuklear. Banyak pasien dapat
menoleransi kesilauan derajat sedang tanpa banyak kesulitan, dan dengan demikian,
kesilauan itu sendiri tidak memerlukan tindakan operasi.
3. Pergeseran miopik
Perkembangan katarak kadang-kadang mungkin meningkatkan kekuatan dioptri lensa
menghasilkan miopi ringan sampai sedang atau disebut pergeseran miopik. Sebagai
akibatnya, pasien presbiopi melaporkan adanya peningkatan pada penglihatan dekat dan
kurang memerlukan kacamata baca yang disebut penglihatan kedua. Namun, kejadian ini
hanya sementara, dan seraya kualitas penglihatan lensa menurun, penglihatan kedua ini
akhirnya menghilang. Khasnya, pergeseran miopi dan penglihatan kedua tidak ditemukan
pada katarak kortikal dan subkapsular posterior. Lebih jauh, perkembangan asimetrik
miopia yang diinduksi lensa dapat berakibat pada anisometropi simptomatik yang
signifikan yang mungkin memerlukan penanganan operasi.
4. Monokular diplopia
Kadang-kadang, perubahan nuklear terkonsentrasi pada lapisan dalam dari lensa,
menghasilkan area refraktil di tengah lensa, yang sering terlihat jelas dalam refleks merah
melalui retinoskopi atau oftalmoskopi langsung. Fenomena demikian mengarah pada
monokular diplopia yang tidak dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.1,3

Diagnosi banding
Retinopati hipertensi
Retinopati hipertensi adalah kelainan-kelainan retina dan pembuluh darah retina
akibat tekanan darah tinggi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi memberikan kelainan pada
retina berupa retinopati hipertensi, dengan arteri yang besarnya tidak teratur, eksudat pada
retina, edema retina dan perdarahan retina. Kelainan pembuluh darah dapat berupa
penyempitan umum atau setempat, percabangan pembuluh darah yang tajam, fenomena
crossing atau sklerose pembuluh darah.
Gambaran fundus pada retinopati hipertensif ditentukan oleh derajat peningkatan
tekanan darah dan keadaan arteriol-arteriol retina. Pada hipertensi sistemik ringan sampai
sedang, tanda-tanda retina mungkin tak ketara. Salah satu tanda yang paling awal adalah
penipisan (attenuation) setempat arteriol-arteriol utama retina. Juga terjadi penipisan arteriol
difus, meluasnya refleksi cahaya arteriol, dan kelainan persilangan arteriovenosa. Namun
pada pasien berusia muda yang mengalami hipertensi akseleratif, dijumpai retinopati
ekstensif, dengan perdarahan, infark retina (bercak cotton-wool), infark koroid (bercak
Elschnig), dan kadang-kadang ablasio retina serosa. Edema berat pada diskus adalah
gambaran yang menonjol dan dapat disertai dengan eksudat keras (hard exudate) berbentuk
macular star. Penglihatan mungkin terganggu dan bisa makin memburuk bila tekanan darah
diturunkan terlalu cepat.
Sebaliknya, pasien lansia dengan pembuluh yang arteriosklerotik tidak dapat
berespons seperti di atas, dan pembuluh-pembuluh darah mereka terlindung oleh
arteriosklerosis. Karena iulah pasien lansia jarang memperlihatkan gambaran retinopati
hipertensi yang jelas.
Pada pasien berusia muda yang mengalami hipertensi, angiografi fluorescein
memperlihatkan penipisan dan oklusi arteriol serta nonperfusi kapiler yang berhubungan
dengan bercak cotton-wool ; bercak-bercak ini dikelilingi oleh kapiler-kapiler yang melebar
abnormal dan mikroaneurisma yang permeabilitasnya meningkat. Resolusi bercak-bercak
cotton-wool dan perubahan-perubahan arteriol ditemukan pada terapi hipotensi yang berhasil
pada pasien lansia, kelainan arteriosklerotik yang mendasari sifatnya tidak reversibel.
Oklusi vena retina
Oklusi vena retina adalah penyumbatan vena retina yang mengakibatkan gangguan
perdarahan di dalam bola mata, ditemukan pada usia pertengahan. Biasanya penyumbatan
terletak di mana saja pada retina, akan tetapi lebih sering terletak di depan lamina kribrosa.
Penyumbatan vena retina dapat terjadi pada suatu cabang kecil ataupun pembuluh vena utama
(vena retina sentral), sehingga daerah yang terlibat memberi gejala sesuai dengan daerah
yang dipengaruhi. Suatu penyumbatan cabang vena retina lebih sering terdapat di daerah
temporal atas atau temporal bawah.
Penyumbatan vena retina sentral mudah terjadi pada pasien dengan glaukoma,
diabetes melitus, hipertensi, kelainan darah, arteriosklerosis, papiledema, retinopati radiasi
dan penyakit pembuluh darah. Trombosit dapat terjadi akibat endoflebitis. Sebab-sebab
terjadinya penyumbatan vena retina sentral ialah :
1. Akibat kompresi dari luar terhadap vena tersebut seperti yang terdapat pada proses
arteriosklerosis atau jaringan pada lamina kribrosa.
2. Akibat penyakit pada pembuluh darah vena sendiri seperti fibrosklerosis atau
endoflebitis
3. Akibat hambatan aliran darah dalam pembuluh vena tersebut seperti yang terdapat
pada kelainan viskositas darah, diksrasia darah atau spasme arteri retina yang
berhubungan.
Biasanya kelainan ini mengenai usia pertengahan. Tajam penglihatan sentral terganggu bila
perdarahan mengenai daerah makula lutea. Penderita biasanya mengeluh adanya penurunan
tajam penglihatan sentral ataupun perifer mendadak yang dapat memburuk sampai hanya
tinggal persepsi cahaya. Tidak terdapat rasa sakit dan mengenai satu mata. Pada pemeriksaan
funduskopi pasien dengan oklusi vena sentral akan terlihat vena yang berkelok-kelok, edema
makula dan retina, perdarahan berupa titik terutama bila terdapat penyumbatan vena yang
tidak sempurna.
Pada retina terdapat edema retina dan makula, dan bercak-bercak (eksudat) wol katun
yang terdapat di antara bercak-bercak perdarahan. Papil edema dengan pulsasi vena
menghilang karena penyumbatan biasanya terletak pada lamina kribrosa. Terdapat papil yang
merah dan menonjol (edema) disertai pulsasi vena yang menghilang. Kadang-kadang
dijumpai edema papil tanpa disertai perdarahan di tempat yang jauh (perifer) dan ini
merupakan gejala awal penyumbatan di tempat yang sentral. Penciutan lapang pandangan
atau suatu skotoma sentral, dan defek iregular. Dengan angiografi fluorescein dapat
ditentukan beberapa hal seperti letak penyumbatan, penyumbatan total atau sebagian, dan ada
atau tidaknya neovaskularisasi.
Penatalaksanaan
Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi
cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun pada stadium
perkembangan yang paling dini katarak dapat didekteksi melalui pupil yang berdilatasi
maksimum dengan oftalmoskop, loupe atau slitlamp. Dengan penyinaran miring (45 derajat
dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada
lensa yang keruh (iris shadow). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur,
sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur. Katarak
hipermatur, lensa akan mengeriput sehingga shadow test akan menunjukkan hasil yang
negatif.
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan slitlamp,
funduskopi bila mungkin, tonometer juga pemeriksaan prabedah lainnya seperti adanya
infeksi pada kelopak mata dan konjungtiva karena dapat menimbulkan penyulit yang berat
berupa panoftalmitis pasca bedah. Sebelum pembedahan juga harus dilakukan pemeriksaan
tajam penglihatan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam
penglihatan. Misalnya pada katarak nuclear tipis dengan myopia tinggi akan terlihat tajam
penglihatan yang tidak sesuai sehingga mungkin penglihatan yang turun adalah akibat dari
kelainan retina dan bila dilakukan pembedahan akan memberikan hasil tajam penglihatan
yang tidak memuaskan. Penatalaksanaan katarak dilakukan berdasarkan pemeriksaan pasien
dan faktor-faktor penyulit yang mungkin ada. Evaluasi pasien yang penting antara lain:
apakah penurunan kemampuan visual pasien dapat ditolong dengan operasi, apakah akan
terjadi perbaikan visus jika operasi dilakukan tanpa komplikasi, apakah pasien atau keluarga
dapat dipercaya untuk perawatan posoperatif, apakah opasitas lensa berpengaruh terhadap
kondisi sistemik dan okuler pasien.
Beberapa pengobatan non-bedah mungkin efektif sementara untuk fungsi visual
pasien katarak. Sebagai contoh, keadaan refraksi dapat ditingkatkan dengan koreksi untuk
penglihatan jauh dan dekat. Dilatasi pupil mungkin dapat membantu pada katarak aksialis
yang kecil dengan cahaya yang lewat melalui bagian perifer lensa. Penatalaksanaan medical
pada katarak secara ketat dilakukan. Penghambat aldose reduktase bekerja dengan
menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, menunjukkan pencegahan katarak karena
gula. Agen antikatarak lainnya termasuk sorbitol lowering agent, aspirin, glutathione raising
agent dan antioksidan vitamin C dan E. Obat yang dikenal di pasaran dapat memperlambat
proses pengeruhan antara lain Catalin, Quinax, Catarlen dan Karyuni.
Beberapa pasien dengan fungsi visual terbatas dapat dibantu dengan alat bantu optik
bila operasi belum bisa dilakukan. Dengan monokuler 2,5x2,8 dan 4x lebih dekat ke objek,
penggunaan magnifier, teleskop dapat membantu membaca dan kerja dekat. Katarak akan
mengurangi kontras dan menyebabkan kabur. Panjang gelombang yang pendek menyebabkan
penyebaran warna, intensitas dan jarak cahaya, jika pasien mampu mengatasinya terutama
pada kondisi terang, penggunaan lensa absortif mampu mengurangi disabilitas. Pengobatan
katarak pada intinya hanya dapat dilakukan dengan pembedahan.5 Namun berbagai macam
cara pengobatan non-bedah dapat membantu pada berbagai macam kondisi tertentu sampai
proses operasi pembedahan dapat dilakukan.

1. Pengobatan non-bedah
a) Pengobatan penyebab dari katarak
Pengobatan penyebab dari katarak sangat penting dilakukan untuk menghentikan atau
memperlambat perjalanan penyakit katarak sehingga proses pembedahan dapat
ditunda antara lain adalah mengobati dan mengkontrol Diabetes Mellitus, serta
penghentian pemakaian obat-obatan yang bersifat kataraktogenik seperti
kortikosteroid, phenothiazine, dan miotik.
b) Meningkatan kemampuan penglihatan pada penderita katarak imatur dan katarak
insipien dengan pemakaian kaca mata hitam pada penderita katarak sentralis akan
sangat membantu, pengontrolan refraksi, di mana dapat berubah dalam jangka waktu
yang lumayan singkat, harus selalu dikontrol secara berkala. Selain itu dapat dengan
pengaturan pencahayaan. Pada pasien dengan kekeruhan lensa bagian perifer,
pencahayaan yang terang dapat membantu meningkatan kemampuan penglihatan.
Sebaliknya, pada penderita katarak dengan kekeruhan lensa bagian sentral
membutuhkan pencahayaan yang redup untuk mendapatkan penglihatan yang baik.
Penggunaan mydriatic dapat membantu menigkatkan penglihatan atau agen
antikatarak lainnya termasuk sorbitol lowering agent, aspirin, glutathione raising
agent dan antioksidan vitamin C dan E juga dapat menghambat proses kekeruhan
lensa.

2. Pembedahan
Indikasi :
Memperbaiki kemampuan penglihatan dimana tindakan pembedahan dilakukan jika
katarak tersebut telah mengganggu aktivitas sehari-hari penderita
Adanya Indikasi medis dimana terkadang visus penderita masih bagus dan masih
dapat melakukan kegiatan sehari-hari, namun tindakan pembedahan dapat dianjurkan
jika ada indikasi medis seperti: lens induced glaucoma, phacoanaphylactic
endophtalmitis, dan penyakit-penyakit pada retina seperti retinopati diabetes atau
ablasi retina di mana pengobatannya dihambat oleh adanya kekeruhan lensa
Indikasi kosmetik atau sosial untuk mendapatkan kembali pupil yang bewarna hitam
akibat leukokoria

3. Evaluasi preoperative
Sebelum melakukan tindakan pembedahan, pemeriksaan secara keseluruhan harus
dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan mata dan fungsi retina, menilai
apakah ada infeksi local pada mata, pemeriksaan bilik mata depan dengan slit lamp, dan
pemeriksaan tekanan bola mata.
4. Pengobatan Preoperatif
Antibiotik topical
Preparasi pada mata sebelum operasi dilakukan
Informed consent
Menurunkan tekanan bola mata (IOP)
Menjaga agar pupil tetap berdilatasi
Teknik anestesi yang digunakan:6
1. Lokal
Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah anestesi lokal.
Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik:
a. Topikal anestesi
b. Sub konjungtiva ( sering digunakan )
c. Retrobulbaer
d. Parabulbaer
2. Umum
Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan anak.

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari
bertahun- tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno
hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang
digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada
integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi
(ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara
umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu
ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.

Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)


Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh
lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan dari mata melalui
incisi korneal superior yang lebar. Oleh karena itu, zonule atau ligamen hialoidea yang telah
berdegenasi dan lemah adalah salah satu dari indikasi dari metode ini. Sekarang metode ini
hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan
terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.
Dapat dilakukan di tempat dengan fasilitas bedah mikroskopis yang terbatas, pada kasus-
kasus yang tidak stabil seperti intumescent, hipermatur, dan katarak luksasi, jika zonular
tidak berhasil dimanipulasi untuk mengeluarkan nukleus dan korteks lensa melalui prosedur
ECCE.
Kontraindikasi absolut pada katarak anak dan dewasa muda dan kasus ruptur kapsula
traumatic. Sedangkan kontraindikasi relatif pada high myopia, marfan syndrome, katarak
morgagni, dan adanya vitreous di bilik mata depan. Sedangkan penyulit yang dapat terjadi
pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa
dapat keluar melalui robekan meninggalkan kapsul posterior yang masih intak. ECCE melalui
ekspesi nukleus prosedur utama pada operasi katarak. Pelaksanaan prosedur ini tergantung
dari ketersediaan alat, kemamppuan ahli bedah dan densitas nukleus. Pada saat ini hampir
semua kasus untuk katarak dilakukan pembedahan dengan teknik ini kecuali jika ada
kontraindikasi.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi
sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan
prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap
badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema,
pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak
seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder. Kontraindikasi yaitu adanya subluksasi dan dislokasi dari lensa.
Prosedur ECCE memerlukan keutuhan dari zonular untuk pengeluaran nukleus dan materi
kortikal lainnya. Oleh karena itu, ketika zonular tidak utuh pelaksanaan prosedur yang aman
melalui ekstrakapsular harus dipikirkan lagi.7
Keuntungan ECCE dibandingkan dengan ICCE:
ECCE kurang traumatis terhadap endotelium kornea
Kurang menginduksi astigmatisme
Luka yang lebih stabil dan aman
Sebagai tambahan, kapsul posterio utuh, sehingga
o Mengurangi risiko intraoperasi hilangnya vitreus
o Memberikan posisi anatomis yang lebih baik untuk fiksasi IOL
o Mengurangi insidensi edema makula sistoid, ablasio retina, dan edema kornea
o Mengurangi mobilitas iris dan vitreus yang terjadi bersama dengan gerakan sakadik
(endoftalmodonesis)
o Menyediakan barrier yang menahan pertukaran beberapa molekul antara aqueous dan
vitreus
o Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat menyebabkan endoftalmitis
o Mengeliminasi komplikasi jangka pendek dan panjang yang berhubungan dengan
perlengketan vitreus dengan iris, kornea dan insisi
o Implantasi IOL sekunder, operasi filtrasi, transplantasi kornea, dan perbaikan luka
sesudahnya secara teknik lebih mudah dan lebih aman ketika terdapat kapsul posterior
yang intak.
Keuntungan ICCE dibandingkan dengan ECCE:
Teknik ICCE dilakukan dengan pengambilan seluruh lensa, tidak meninggalkan kapsul
sehingga tidak akan terjadi kekeruhan kembali atau membutuhkan operasi tambahan.
Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi dan bukannya mikroskop
operasi dan alat ekstraksi manual seperti cryoprobe, forsep kapsul, atau erysiphake),
memungkinkan ICCE untuk dilakukan pada berbagai kondisi diseluruh dunia.
Rehabilitasi visual biasanya dapat terjadi segera setelah operasi dengan kacamata
temporer +10,00 D.

Gambar 4. Teknik ECCE Konvensional


Ada 3 macam tipe dari ECCE:
i. Conventional extracapsular cataract Insicion (ECCE)
ii. Phacoemulsification.
iii. Manual small incision cataract surgery (SICS)
Phakoemulsifikasi
Prosedur ekstrakapsular dengan mengemulsifikasi nukleus lensa menggunakan
gelombang ultrasonic (40.000 MHz) kemudian diaspirasi. Pada tehnik ini diperlukan irisan
yang sangat kecil (sekitar 2-3 mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk
menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah
hancur sampai bersih. Sebuah lensa Foldable Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan
melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih
dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan
aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan
keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler,
meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat
dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.

Gambar 5. Teknik Phakoemulsifikasi

SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil. Di negara yang berkembang, teknik ini lebih dipilih karena biaya yang
lebih murah, teknik yang lebih mudah dipelajari, lebih aman untuk dilakukan dan mempunyai
aplikasi yang lebih luas. Sesudah ekstraksi katarak mata tak mempunyai lensa lagi yang
disebut afakia. Tanda-tandanya adalah bilik mata depan dalam, iris tremulans dan pupil
hitam. Pada keadaan ini mata kehilangan daya akomodasinya (hipermetropia tinggi absolut),
terjadi gangguan penglihatan warna, sinar UV yang sampai ke retina lebih banyak, dan dapat
terjadi astigmatisme akibat tarikan dari luka operasi. Keadaan ini harus dikoreksi dengan
lensa sferis +10.0 Dioptri supaya dapat melihat jauh dan ditambah dengan S+3.0 D untuk
penglihatan dekatnya. Ada tiga cara untuk mengatasi gangguan visus ini, yaitu: Insersi lensa
intraokuler/IOL (pseudofakia), menggunakan lensa kontak, atau menggunakan kacamata
afakia yang dimana kacamata ini tebal, berat, dan tidak nyaman. Kacamata untuk penglihatan
jauh dan dekat sebaiknya diberikan dalam dua kacamata untuk menghindarkan aberasi sferis
dan aberasi khromatis.
Pemasangan Lensa Tanam (IOL)
Merupakan pilihan utama untuk kasus aphakia. Bahan dasar IOL yang dipakai sampai saat ini
yaitu polymethylmethacrylate (PMMA). Indikasi pemasangan IOL adalah sebaiknya
pemasangan IOL dilakukan pada setiap operasi katarak, kecuali ada kontraindikasinya. Ada
beberapa tipe dari IOL berdasarkan metode fiksasinya di mata:
Anterior Chamber IOL, dimana lensa jenis ini berada di depan iris dan disuport oleh
anterior chamber. ACIOL ini dapat ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini
jarang dipakai karena mempunyai resiko tinggi terjadinya bullous Keratopathy.
Iris-Supported lenses, dimana lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis
ini jarang dipakai karena insidensi tinggi terjadinya komplikasi post operatif.
Posterior chamber lenses. PCIOL ini terletak di bagian belakang iris yang disuport oleh
sulkus siliar atau oleh capsular bag.

Perawatan Pasca Bedah


Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih
pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak
dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar
satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama
beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari
pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung
seharian. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya
pasien dapat melihat dengan baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata
permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ) Selain itu juga akan diberikan obat untuk :
Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka
diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul benerapa jam setelah
hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.
Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan perlu
diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak
sempurna.
Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk mengurangi
reaksi radang akibat tindakan bedah.
Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.
Komplikasi
Komplikasi katarak
1. Phacoanaphylactic Uveitis
Pada katarak yang telah hipermatur dapat terjadi kebocoran protein ke bilik depan
mata. Kebocoran protein tersebut berperan sebagai antigen yang dapat merangsang
reaksi-reaksi antibody yang dapat menyebabkan uveitis
2. Lens-induced glaucoma
Hal ini dapat terjadi karena berbagi macam mekanisme:
Intumesen lensa yang dapat menyebabkan phacomorphic glaucoma
Bocornya protein pada bilik mata depan yang menyebabkan phacolytic glaukoma
3. Subluksasi atau dislokasi dari lensa
Hal ini terjadi karena degenerasi dari zonul pada stadium katarak hipermatur.
Preventif
Gunakan kacamata hitam dan topi dengan tepi lebar untuk menghalangi sinar UV dari
matahari bisa jadi dapat membantu menunda perkembangan katarak. Berhentilah merokok
dan para ahli percaya bahwa nutrisi yang baik dapat membantu mengurangi resiko katarak
senilis ini. Mereka merekomendasikan sayuran hijau, buah, dan makanan lain dengan
kandungan antioksidan. Bagi yang berusia 60 tahun ke atas dianjurkan melakukan
pemeriksaan mata yang menyeluruh setidaknya dua tahun sekali. Di samping katarak,
pemeriksaan tersebut juga dapat menganisipasi tanda-tanda kelainan mata lainnya seperti
degenerasi macula terkait usia, glaukoma, dan kelainan penglihatan lainnya. Dengan deteksi
cepat, pengobatan segera dapat diberikan dan sering kali menyelamatkan mata dari hal buruk
termasuk kebutaan.8

Prognosis
Pada keadaan di mana tidak terdapat penyakit mata lain yang menyertai sebelum
pembedahan, yang dapat mempengaruhi penglihatan secara signifikan, seperti degenerasi
macular atau atrofi saraf optik, pembedahan katarak yang sukses sangat menjanjikan
perbaikan pada ketajaman penglihatan, seperti yang terlihat pada uji Snellen. Pada awalnya
penglihatan bisa jadi masih buram karena mata memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri
agar dapat berfokus sesuai dengan mata yang lain.3,8

Pembahasan Kasus
Pada kasus ini, seorang laki-laki berusia 46 tahun datang ke rumah sakit dengan
keluhan mata kiri semakin buram dan terasa mengganjal sejak 1 bulan. Keluhan sudah mulai
dirasakan hampir setahun yang lalu tetapi makin berat sejak 1 bulan yang lalu. Pasien merasa
seperti melihat kabut atau seperti ada plastik yang menutupi pandangannya serta merasa silau
ketika melihat cahaya terang terutama di luar ruangan sehingga mengganggu pekerjaan
sehari-hari. Pasien juga merasa pusing apabila membaca terlalu lama dengan dua mata
sehingga merasa lebih nyaman bila ketika membaca mata sebelah kiri ditutup. Mata kanan
pasien tidak ada keluhan. Lensa mata adalah bagian mata yang terletak dibelakang pupil yang
berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke retina dan juga berperan sebagai
media refraksi, jadi bila ada gangguan pada media ini visus pasien akan mengalami
penurunan. Lensa ini didukung oleh otot yang disebut muskulus siliaris. Otot ini berfungsi
mencembungkan atau memipihkan lensa ketika cahaya masuk untuk difokuskan ke retina.
Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya katarak. Katarak senilis banyak
dihubungkan dengan penyakit sistemik seperti diabetes, hipertensi, dan lain-lain. Pada kasus
ini, pasien memiliki riwayat hipertensi dimana jalur bagi peranan hipertensi pada
pembentukan katarak senilis ialah dengan menginduksi perubahan struktur konformasi
protein pada kapsul lensa yang menyebabkan gangguan pada transport membran dan
permeabilitas ion, dan akhirnya meningkatkan tekanan intraokular yang mengakibatkan
kekambuhan dalam pembentukan katarak.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak sakit ringan, tanda-tanda vital
didapatkan hipertensi dengan tekanan darah 150/90, nadi 88x/menit, respirasi 20x/menit,
suhu 36.0C. pemeriksaan visus OD 6/18 dan OS 6/36. Pemeriksaan bola mata bagian
anterior ditemukan kekeruhan pada lensa OS, dan tes shadow positif pada OS.
Penurunan visus dan kekeruhan pada lensa pada pasien ini sesuai dengan keadaan
pada penyakit katarak, dimana terjadi kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
lensa, denaturasi protein lensa, ataupun gabungan keduanya. Shadow tes positif bila masih
ada bagian yang jernih dari lensa diantara kekeruhan dan iris, sehingga shadow tes dapat
positif waktu dilakukan penyinaran, karena bayangan iris jatuh pada daerah lensa yang keruh
dan sinar lainnya dipantulkan melewati bagian korteks yang jernih. Dan untuk pemeriksaan
lebih lanjut dianjurkan pemeriksaan penunjang berupa USG mata untuk mengetahui panjang
bola mata buat menentukan dioptri lensa, retinometri dilakukan agar kita mengetahui bagian
posterior mata karena dengan pemeriksaan menggunakan funduskopi gambarannya kurang
jelas akibat kekeruhan yang terdapat pada lensa. Slit lamp dilakukan untuk menilai segmen
anterior dari mata dan untuk mengetahui stadium kataraknya.
Diagnosis banding untuk katarak pada kasus ini adalah retinopati hipertensi dan
oklusi vena retina. Pada pasien ini ada riwayat darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu.
Hipertensi merupakan faktor risiko untuk retinopati hipertensi dan oklusi vena retina. Pada
retinopasti hipertensi, manifestasi klinisnya sama seperti katarak yaitu penglihatan turun
perlahan-lahan tanpa mata merah. Oklusi vena retina adalah penyumbatan vena retina yang
mengakibatkan gangguan perdarahan di dalam bola mata, ditemukan pada usia pertengahan.
Tajam penglihatan sentral terganggu bila perdarahan mengenai daerah makula lutea.
Penderita biasanya mengeluh adanya penurunan tajam penglihatan sentral ataupun perifer
mendadak yang dapat memburuk sampai hanya tinggal persepsi cahaya. Tidak terdapat rasa
sakit dan mengenai satu mata.
Terapi rujuk ke dokter spesialis mata untuk dilakukan tindakan operasi katarak
Phacoemucification + IOL untuk memperbaiki visus pasien dan untuk mencegah komplikasi
dari katarak immatur.

Daftar Pustaka
1. Riordan-Eva P, Whitcher J P. Vaughan & Asbury Oftalmologi umum; alih bahasa:
Brahm U Pendit. Edisi 17. Jakarta: EGC; 2009.
2. Ocampo V V D Jr, Foster S. eMedicine Senile Cataract. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview. 30 Mei 2015.
3. Wevill M. Epidemiology, pathophysiology, causes, morphology, and visual effects of
cataract. Dalam: Yanoff M, Duker J S. Ophtalmology. Edisi 2. China: Mosby
Elsevier. 2009.
4. National Eye Institute National Institute of Health. Facts about cataract. Diunduh
dari: http://www.nei.nih.gov/health/cataract/cataract_facts.asp#top. 30 Mei 2015.
5. Lang, Gerhard K. Opthalmology, A short Textbook, Penerbit Thieme Stuttgart, New
York, 2000, h. 173-185.
6. Cataract. Diunduh dari: http://www.emedicinehealth.com/cataracts/page11_em.htm.
30 April 2015
7. Morosidi SA, Paliyama MF. Ilmu penyakit mata. Jakarta: UKRIDA; 2011. H. 53-4,
60.
8. Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. 2008. Jakarta: FK UI.

Anda mungkin juga menyukai