Anda di halaman 1dari 5

DENSITAS DAN POROSITAS

SHABILA GADIS HALIDA


3715100054
TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Suatu bahan mempunyai beberapa sifat seperti sifat mekanik, listrik, fisis.
Sifat fisis yang berarti sifat yang dimiliki suatu bahan yang dapat kita amati secara
langsung. Untuk mengetahui sifat fisis bahan tersebut, maka kita melakukan
percobaan sifat fisis suatu material. Sifat fisis suatu benda berkaitan dengan struktur
benda. Sifat fisis suatu benda antara lain, porositas dan densitas.
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume ruang yang
terdapat dalam batuan yang berupa pori-pori (ruang didalam batuan yang selalu terisi
oleh fluida seperti udara, air, minyak atau gas bumi) terhadap volume batuan secara
keseluruhan. Densitas Batuan adalah Kerapatan yang terdapat pada tiap pori batuan
dan biasanya pori-pori ini tidak semuanya berbentuk bundar dan biasanya diiisi oleh
jenis-jenis mineral.

1.2 PERMASALAHAN
Adapun permasalahan yang muncul pada praktikum ini :
Bagaimana konsep das dasar sifat fisika densitas dan porositas batuan?
Berapa nilai densitas dan porositas batuan?
Bagaimana aplikasi prinsip Archimedes pada pengukuran densitas dan
porositas?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah:
Memahami konsep dasar sifat fisika densitas dan porositas batuan
Menentukan nilai densitas dan porositas batuan
Memahami aplikasi prinsip Archimedes pada pengukuran densitas dan
porositas
BAB II
DASAR TEORI

2.1 BATUAN BEKU


Batuan beku merupakan jenis batuan yang terbentuk dari magma yang
mengalami pembekuan. Batuan beku ini juga disebut dengan batuan ignesius. Magma
yang membeku ini merupakan magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau
tanpa proses kristalisasi, yang terjadi baik di bawah permukaan sebagai jenis batuan
intrusif atau plutonik, maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif atau
vulkanik. Batuan beku ini terbentuk karena adanya magma yang mengeras atau
mengalami pembekuan. Magma ini berasal dari batuan setengah cair ataupun oleh
batuan yang sudah ada sebelumnya, baik yang berada di mantel maupun di kerak
bumi. Secara umum, proses pelelehan tersebut terjadi pada salah satu proses dari
kenaikan temperatur, penurunan tekanan, ataupun perubahan komposisi.
Beberapa jenis batuan beku dan proses pembentukannya antara lain:
1. Batuan beku dalam atau batuan plutonik terbentuk karena pembekuan yang terjadi
di dalam dapur magma secara perlahan- lahan sekali sehingga tubuh batuan terdiri
dari kristal- kristal besar. Contoh dari batuan ini adalah batuan granit, batuan
peridotim, dan juga batuan gabro.
2. Batuan beku gang atau korok, proses terjadi batuan ini pada celah- celah antar
lapisan di dalam kulit bumi. Proses pembekuan ini berjalan lebih cepat sehingga di
samping kristal besar terdapat pula banyak kristal kecil. Contoh dari batuan jenis ini
antara lain batu granit porfir
3. Batuan beku luar atau batuan lelehan, proses terbentuknya batuan ini adalah ketika
gunung api menyemburkan lava cair pijar. Pembekuan ini terjadi tidak hanya di
sekitar kawah gunung api saja, namun juga di udara. Proses pembekuan ini
berlangsungsingkat dan hampir tidak mengandung kristal (armorf).
Batuan Beku intrusif umumnya memiliki mineral dan badan batuan yang besar
dibanding batuan batuan beku yang terbentuk di ekstrusif.Hubungan terhadap densitas
adalah batuan beku memiliki densitas yang lumayan tinggi dikarenakan dikarenakan
porositas dan permeabilitasnya lebih kecil dan pembentukannya dikarenakan aktivitas
magma sehingga pembentukan batuan dan mineralnya sama dalam satu cairan magma
sehingga kerapatannya lebih tinggi.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 ALAT DAN BAHAN


Dalam percobaan ini , alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain , Satu
buah Neraca digital , satu buah Baker glass , Air secukupnya, satu buah Oven,
Desikator satu buah , Tali secukupnya , Penyangga, Alat tulis, Sampel batuan

3.2 SKEMA ALAT DAN CARA KERJA


Dalam praktikum ini skema alat dan langkah kerja yang dilakukan sebagai
berikut :
3.2.1 SKEMA ALAT

Gambar 3.1. Skema Pengukuran Massa Jenuh Zat Padat tergantung dalam Fluida

3.2.2 CARA KERJA


Dalam praktikum kali ini langkah kerja yang dilakukan dalam tiga bagian
adalah , yang pertama adalah pengukuran massa normal yakni . Pada
pengukuran massa normal langkah kerjanya adalah Zat padat (sampel)
disiapkan, lalu massa normal zat padat ditimbang menggunakan neraca digital,
Hasilnya sebagai massa normal (Mn) dicatat pada datasheet .
Yang kedua adalah pengukuran masa kering . Pada pengukuran ini yang
dilakukan adalah Zat padat dikeringkan menggunakan oven pada suhu kurang
lebih 900 C selama 24 jam, Kemudian sampel panas dimasukkan kedalam
desikator selama kurang lebih 15 menit. Selanjutnya sampel dikeluarkan dari
desikator, lalu massanya ditimbang menggunakan neraca digital, Hasilnya
sebagai massa kering (Mk) dicatat dalam datasheet.
Yang ketiga adalah pengukuran massa jenuh . Pada pengukuran ini yang
dilakukan adalah Sampel kering kemudian direndam dalam air hingga jenuh
Setelah jenuh, sampel ditimbang menggunakan neraca digital, Hasilnya sebagai
massa jenuh fluida (Mw) dicatat dalam datasheet, Sediakan gelas ukur yang telah
diisi air, Buat desain pengukuran seperti Gambar 3.1, Kemudian sampel jenuh
ditimbang menggunakan neraca digital dalam kondisi sampel berada didalam air
Hasilnya sebagai massa jenuh tergantung dalam air (Ms) dicatat dalam datasheet
Kemudian lakukan perhitungan untuk mencari nilai densitas dan porositas
sampel dengan panduan rumus pada Lampiran 2.

Anda mungkin juga menyukai