Anda di halaman 1dari 591

Universitas Indonesia

MODUL
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
IBU HAMIL

UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
DEPOK
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masalah kesehatan jiwa memiliki ruang lingkup yang sangat luas, antara lain
masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan kualitas
hidup. Peningkatan kulitas hidup manusia harus dimulai dari kehidupan pra
nikah, kehamilan, kelahiran, bayi, balita, anak, remaja, dewasa sampai lanjut
usia(Depkes,2006). Periode hamil, melahirkan dan menyusui merupakan
bagian dari daur hidup yang membutuhkan perhatian khusus dalam bidang
kesehatan termasuk kesehatan jiwa. Periode tersebut penting karena memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia.

Dalam upaya untuk menyiapkan kehamilan dan janin yang sehat secara fisik,
psikologis dan sosial baik selama dalam kandungan maupun di kemudian hari
perlu tindakan prevensi dan promosi kesehatan ibu dan janin secara
komprehensif. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk memenuhi
kesehatan ibu dan janin adalah antenatal care (ANC). Melalui kegiatan ini
diharapkan ibu hamil akan memperoleh informasi secara lengkap terkait
dengan kehamilan dan janinnya. Di Indonesia dan negara berkembang
lainnya program ANC dikenal sebagai pemeriksaan kehamilan. Laporan dari
World Health Organization (WHO) 2003 menyebutkan bahwa hampir 70 %
wanita hamil di negara berkembang hanya memeriksakan kandungan
sebanyak satu kali selama kehamilan. Padahal standar WHO mensyaratkan
bahwa selama hamil seorang wanita hendaknya memeriksaan diri sekurang
kurangnya empat kali. Kejadian di atas terjadi karena beberapa faktor yaitu;
masih rendahnya tingkat pendidikan pada ibu hamil, masih rendahnya
kesadaran tentang pentingnya pemantauan kesehatan ibu dan janin, faktor
budaya, dan kurangnya akses ke sarana kesehatan.
Perubahan dalam kehamilan tentu akan menimbulkan gejala spesifik sesuai
dengan tahapan kehamilan. Oleh karena itu diharapkan ibu hamil dapat
menghadapi dan mampu beradaptasi terhadap setiap perubahan fisiologis dan
psikologis dalam dirinya secara realistis tanpa adanya tekanan, dengan cara
meningkatkan kesehatan baik fisik maupun psikologisnya (Sherwen
dkk,1999). Hasil penelitian melaporkan stress ibu hamil akan
mempengaruhi peningkatan angka kematian baik pada bayi, anak, dan dewasa
termasuk gangguan fungsi kognitif, emosional, neurodevelopmental dan
fisiologis seseorang ( O, Connor dkk, 2002).

Kehamilan pada seorang wanita yang sehat secara psikologis merupakan satu
ekspresi rasa perwujudan diri dan identitasnya sebagai seorang wanita.
Kehamilan menurut sebagian wanita juga merupakan pengalaman
pertumbuhan yang positif untuk persiapan menjadi orang tua. Pada beberapa
kasus juga dilaporkan bahwa menjalani kehamilan adalah pengalaman kreatif
yang mampu memuaskan kebutuhan yang mendasar bagi seorang wanita,
karena pengalaman ini tidak mungkin dialami oleh pria (Caplan &
Saddok,1997.,Weist & Lederman 2009). Lebih lanjut dijelaskan bahwa
kehamilan dapat dipandang oleh wanita sebagai cara pembuktian diri untuk
menentramkan diri dan sekaligus menghilangkan keraguan bahwa mereka
bisa menjadi hamil. Selama kehamilan, seorang ibu akan mengumpulkan
berbagai pengalaman terkait perkembangan dirinya. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi rasa takut yang tidak disadari, dan khayalan tentang
pengalaman yang akan dihadapi dalam melahirkan calon bayinya. Oleh
karena itu terkadang ditemukan berbagai perilaku negatif terhadap kehamilan
yang disertai dengan rasa takut akan kelahiran bayi maupun peran menjadi
ibu.

Kesiapan menjadi orang tua sangat diperlukan sebelum anak lahir. Sikap
mental pasangan suami isteri dalam menyambut kehadiran anak dan
bagaimana mereka akan menjalankan peran sebagai orang tua, sangat
membantu menentukan kesehatan anak baik secara fisik, mental dan sosial di
kemudian hari (Kementerian Kesehatan,2006). Oleh karena itu diperlukan
berbagai upaya prevensi dan promosi dari pihak terkait, sehingga dampak
masalah seperti yang sudah diuraikan diatas dapat diminimalkan. Salah satu
upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah permasalahan di atas antara lain;
program penyuluhan kesehatan tentang perubahan dan adaptasi selama
kehamilan, kelompok pendukung ( supportif group)(Graft Johnson 2003),
group therapeutic (Keliat,2005) dan psikotherapi. Antenatal care merupakan
salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menjalankan program prevensi
dan promosi kesehatan ibu hamil.

Kesehatan ibu hamil memiliki efek yang bermakna terhadap pertumbuhan


dan perkembangan anak. Meskipun sudah ada upaya peningkatan kesehatan
ibu melalui berbagai program pemerintah tetapi upaya tersebut baru
menyentuh aspek fisik dan belum pada upaya untuk peningkatan aspek
psikososial maupun kejiwaan ibu hamil (Kementerian Kesehatan, 2006). Hal
ini menjadi penting karena pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan
emosional anak sangat berkaitan dengan masalah kejiwaan ibu selama hamil.
Banyak hasil penelitian yang melaporkan bahwa kejadian depresi pada ibu
hamil dan menyusui telah membentuk keterlambatan perkembangan kognitif
dan emosional anak pada berbagai usia (Enkin dkk, 2005 dalam WHO, 2005).
Karenanya penting bagi petugas kesehatan khususnya perawat jiwa untuk
melakukan antisipasi hal tersebut dengan cara melakukan promosi kesehatan
pada ibu hamil dan keluarga.

Upaya ini bisa dilakukan antara lain adalah menciptakan lingkungan yang
mendukung untuk kesehatan ibu hamil, merubah perilaku yang negatif, dan
meningkatkan kesadaran ibu hamil dan keluarga tentang pentingnya
kesehatan baik fisik dan psikologis selama kehamilan. Salah satu upaya yang
bisa dilakukan adalah program pemberian informasi dengan tujuan
pendidikan pada individu dengan masalah emosional agar mampu
mempertahankan homeostasis terhadap adanya perubahan yang tidak
diperkirakan sebelumnya maupun kejadian yang terjadi secara bertahap
(Montgomery,2002), membantu anggotanya mengatasi stres dalam
kehidupan, berfokus pada disfungsi perasaan, pikiran dan perilaku (Stuart &
Laraia, 2005) yang dikenal sebagai Terapi Kelompok Terapeutik ( TKT).
Intervensi ini sangat sesuai untuk membantu mengatasi stres emosional,
penyakit fisik, krisis tumbuh kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya
wanita hamil, individu yang kehilangan dan penyakit terminal serta gangguan
psikiatri,(Keliat, 2005) karena memberi kesempatan kepada anggotanya untuk
saling berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang
akan dihadapi dengan mengajarkan cara yang efektif untuk mengendalikan
stres.

TKT bagi ibu hamil perlu dilakukan karena adanya situasi krisis yang
memerlukan dukungan baik fisik, psikologis dan social baik oleh ibu sendiri
maupun orang orang di sekitarnya(Murray,2003., DeGraft- Johnson, 2005)
intervensi ini penting dilakukan dengan harapan bahwa ibu hamil dapat
beradaptasi dengan baik terhadap setiap perubahan dalam kehamilan,
terutama perubahan psikologis dan mampu melakukan stimulasi
perkembangan terhadap janin yang dikandungnya , karena ibu telah memiliki
pengetahuan yang memadai tentang kedua hal di atas. Selain itu diharapkan
ibu juga mampu secara mandiri melakukan perawatan bayi dan juga mampu
menjalankan peran ibu secara proporsional, setelah melahirkan nanti.

B. Tujuan
1. Bagi perawat
Perawat diharapkan mampu berperan sebagai terapis dan promotor dalam
meningkatkan status kesehatan biologis, dan psikososial ibu hamil di
masyarkat dengan cara melakukan terapi kelompok terapeutik .
2. Bagi ibu hamil
Ibu hamil bisa mendapatakan pengetahuan tentang tugas perkembangan
yang dicapai selama kehamilan, perubahan perubahan fisiologis,
psikososial dalam kehamilan, cara beradaptasi terhadap perubahan,
pertumbuhan dan perkembangan janin, dan cara stimulasi janin sehingga
ibu mampu melakukan cara cara beradaptasi dan stimulasi janinnya, agar
dilahirkan bayi yang sehat dan cerdas di kemudian hari.
BAB II

PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK


PADA IBU HAMIL

Terapi Kelompok Terapeutik merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat


dilakukan pada berbagai situasi dan kondisi diantaranya pada keluarga yang
memiliki anggota keluarga dengan periode tahap tumbuh kembang. Berikut ini
akan disampaikan konsep Terapi Kelompok Terapeutik.
A. Pengertian
Pengertian kelompok dalam Terapi Kelompok Terapeutik adalah individu
yang memiliki hubungan satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan
dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2005). Terapi Kelompok
Terapeutik merupakan salah satu jenis dari terapi kelompok yang memberi
kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling
membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara menyelesaikan
masalah dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi dengan
mengajarkan cara yang efektif untuk mengendalikan stres. Kelompok
terapeutik lebih berfokus pada hubungan didalam kelompok, interaksi antara
anggota kelompok dan mempertimbangkan isu yang selektif (Townsend,
2009).

B. Tujuan Terapi Kelompok Terapeutik


Menurut Montgomery, (2002, dalam Trihadi, 2009), tujuan Terapi Kelompok
Terapeutik adalah mempertahankan homeostasis terhadap adanya perubahan
yang tidak diperkirakan sebelumnya maupun kejadian yang terjadi secara
bertahap. Terapi Kelompok Terapeutik membantu anggotanya mengatasi
stress dalam kehidupan, berfokus pada disfungsi perasaan, pikiran dan
perilaku. Terapi ini dapat dilakukan pada semua tingkat usia dengan
gangguan fisik maupun psikiatri(Stuart & Laraia, 2005, dikutip dari Bonhote,
dkk, 1999). Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit
fisik, krisis tumbuh kembang atau penyesuaian sosial, misalnya kelompok
wanita hamil yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan dan penyakit
terminal. Secara garis besar tujuan dari terapi kelompok terapeutik adalah
mengantisipasi dan mangatasi masalah yang diakibatkan gangguan fisik dan
psikiatri dengan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anggota
kelompok itu sendiri (Keliat, 2005)

C. Prinsip Terapi Kelompok Terapeutik


Terapi Kelompok Terapeutik harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut: dengan segera menolong klien, melibatkan dukungan keluarga dan
sistem sosial, berfokus pada kondisi sekarang, menurunkan stres dengan cara
memberikan dukungan atau menggunakan obat obatan bila dianggap
penting, menggunakan tehnik klarifikasi dan pemecahan masalah, membantu
pasien untuk mengatasi krisis dimasa yang akan datang dan secepatnya
mencari pertolongan bila mengalami masalah (Rockland, 1989, dikutip dari
Trihadi, 2009)

Dalam penelitian ini panduan terapi dimodifikasi dengan mengadopsi


tahapan terapi kelompok terapeutik oleh Falcone dkk (2005) tentang
psikoprofilaksis pada ibu hamil yang terdiri dari Sesi 1: hubungan ibu dan
anak , Sesi 2 , adalah sesi diskusi Sesi 3 adalah sesi tanya jawab, Stuart dan
Laraia (2005) yang terdiri dari fase pre group, inisial dan terminasi,
Townsend (2009) yang terdiri dari fase inisial atau orientasi, fase pertengahan
atau fase kerja dan fase final atau terminasi serta Trihadi (2009) yang terdiri
atas enam sesi yang terdiri dari sesi satu : konsep stimulasi otonomi , sesi dua
: stimulasi motorik, sesi tiga : stimulasi kognitif, sesi empat : stimulasi emosi,
sesi lima : stimulasi psikososial, sesi enam : sharing pengalaman serta
kombinasi dengan teori aspek perkembangan usia pra sekolah (Papalia
(2008), Santrock (2007), Hockenberry & Wilson (2007), Hamid (2009),
Frichst & Frichst 2008)) sehingga Terapi Kelompok Terapeutik ini menjadi
tujuh sesi. Sedangkan materi TKT mengacu pada tugas perkembangan ibu
hamil sebagai orang dewasa yang diadopsi dari teori keluarga Duval, 1977
dan teori perkembangan Erikson, dimana usia dewasa adalah fase intimasi
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh seorang ibu hamil adalah
menerima kehamilan. Sikap ini adalah salah satu langkah awal untuk
beradaptasi dengan perubahan kehamilan sehingga masa transisi akan
berhasil dilewati. Penerimaan ini mengacu pada respon adaptif ibu hamil
terhadap semua perubahan pada diri dan janin selama masa prenatal. Seorang
wanita yang tidak bisa menerima berbagai perubahan kehamilan akan
mengalami kesulitan dalam melahirkan dan beriteraksi dengan bayinya(
Lederman, 1990 dalam Sherwen dkk, 1996). Sebaliknya penerimaan
kehamilan ditandai dengan perasaan bahagia menikmati kehamilan, sedikit
keluhan dan ketidaknyamanan fisik, perubahan mood secara wajar dan relatif
jarang mengalami ambivalensi selama trimester awal kehamilan.

D. Karakteristik Terapi Kelompok Terapeutik


Kelompok kecil berjumlah 7 10 orang, ibu hamil trimester satu (akhir),
sampai trimester tiga, berpartisipasi penuh, mempunyai otonomi,
keanggotaan sukarela , dapat membaca dan menulis dan saling membantu
untuk berbagi pengalaman dalam hal beradaptasi terhadap perubahan
kehamilan dan memberikan stimulasi perkembangan pada janin.

E. Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik


Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik adalah sebagai berikut :
Kooperatif, menjaga keamanan dan keselamatan kelompok, mengekspresikan
perasaan dan keinginan berbagi pengalaman, penggunaan waktu efektif dan
efisien, menjaga kerahasiaan, mempunyai rasa memiliki, berkontribusi, dapat
menerima satu sama lain, mendengarkan, mempunyai kebebasan, loyalitas,
dan mempunyai kekuatan.

F. Waktu pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik


TKT ini dilaksanakan sebanyak tujuh sesi dengan 12 kali pertemuan,
Pertemuan sesi satu dan sesi tujuh dilaksanakan masing-masing satu kali
pertemuan, sedangkan sesi dua sampai sesi enam dilaksanakan masing-
masing sebanyak dua kali pertemuan, tiap pertemuan dilakukan selama 60
90 menit, setiap hari selama satu minggu.
Waktu pelaksanaan disesuaikan dengan kesepakatan kelompok. Terapi
Kelompok Terapeutik (TKT) dilakukan sebanyak tujuh sesi yang terdiri dari
sesi satu : tugas perkembangan, cirri penyimpangan dan perubahan
kehamilan , sesi dua : adaptasi fisiologis dan psikologis, sesi tiga : adaptasi
sosial ( peran sebagai ibu bagi bayi dan anak lain ) sesi empat: adaptasi sosial
(peran istri) sesi lima : stimulasi perkembangan kognitif dan motorik janin,
sesi enam : stimulasi perkembangan sosial dan emosional janin sesi tujuh :
sharing pengalaman.

G. Tempat pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik


Tempat pelaksaanaan terapi ini menggunakan setting komunitas dapat
dilakukan di rumah salah satu keluarga, balai pertemuan, ataupun sarana
lainnya yang tersedia di masyarakat seperti Posyandu dengan syarat tempat
pertemuan tersebut nyaman, dan tenang sehingga ibu hamil bisa
berkonsentrasi dalam mengikuti terapi.

H. Pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik


Setiap sesi menggunakan enam metode, yaitu pertama; diskusi terkait
pengalaman ibu hamil mengenai topik yang akan dibahas, kedua : penjelasan
dari terapis mengenai topik pembahasan, ketiga : role model oleh terapis
terkait cara beradaptasi terhadap perubahan dalam kehamilan dan cara
stimulasi janin, keempat : role play oleh ibu hamil cara beradaptasi dan
stimulasi kepada janin, kelima feedback mengenai cara ibu hamil dalam
beradaptasi dan memberikan stimulasi janin, dan keenam tindak lanjut terkait
tugas yang harus dilakukan ibu hamil setelah terapi yaitu melatih kemampuan
ibu dalam beradaptasi terhadap berbagai aspek dalam kehamilan dan
menstimulasi janin kemudian mendokumentasikan hasil dalam buku kerja.
Adapun pelaksanaan masing-masing sesi yaitu :
1. Sesi pertama : tugas perkembangan kehamilan, ciri penyimpangan
perkembangan dan Perubahan kehamilan.
Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah terapis mendiskusikan
pengalaman yang dihadapi oleh ibu hamil, kebutuhan tahap tumbuh
kembang ibu hamil, (setiap aspek perkembangan mempengaruhi tugas
perkembangan intimacy ) penyimpangan penerimaan kehamilan dan
bagaimana usaha yang selama ini dilakukan untuk menerima perubahan
kehamilan. Hasil dari sesi pertama ini ibu diharapkan mengetahui tugas
perkembangan ibu hamil, ciri perkembangan, penyimpangan tugas
perkembangan dan perubahan kehamilan.
2. Sesi kedua : Adaptasi fisiologis dan psikologis kehamilan
Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah terapis mengajarkan adaptasi
fisiologis dan psikologis pada kehamilan. Kegiatan adaptasi fisiologis
yang diajarkan adalah bagaimana mengatasi keluhan keluhan fisik yang
terjadi seperti mual muntah, lelah, mengantuk, lemas, menjaga kebersihan
perineum, perawatan payudara, cara tidur, pengaturan posisi saat
beraktivitas secara benar, mengurangi ketidaknyamanan fisik. Sedangkan
kegiatan adaptasi psikologis yang diajarkan adalah teknik relaksasi, dan
affirmasi, yang bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan psikologis,
sehingga ibu akhirnya bisa menerima kehamilannya sebagai indikasi
adaptasi terhadap kehamilan.
Setelah mengajarkan kepada ibu hamil , terapis mempraktikkan langsung
cara yang sudah diajarkan, kemudian terapis memberi kesempatan pada
ibu hamil untuk mempraktikkan teknik teknik yang telah dipelajari.
Terapis juga meminta komitmen ibu hamil untuk melatih kegiatan tersebut
secara teratur agar diperoleh hasil dan manfaat yang optimal. Terapis juga
diharapkan senantiasa memberikan pujian secara tulus dan spontan atas
keberhasilan ibu hamil mempraktekkan cara cara adaptasi tersebut .
3. Sesi ketiga : Adaptasi Sosial
Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah terapis mengajarkan cara
adaptasi sosial pada ibu hamil khususnya terkait dengan kesiapannya
berperan sebagai calon ibu, dan sebagai istri . Sebagai calon ibu , akan
diajarkan berbagai hal tentang tujuan perawatan bayi secara fisik,
psikologis dan social, bagaimana cara perawatan bayi. Selanjutnya
sebagai istri , ibu akan diajarkan cara berkomunikasi dengan suami dalam
merawat bayi, peran suami pada saat dan awal kelahiran, menyusun
jadwal kegiatan harian untuk masing masing peran baik oleh ayah
maupun ibu.

Setelah mengajarkan kepada orang tua, terapis mempraktikkan langsung


cara perawatan yang telah diajarkan, kemudian terapis memberi
kesempatan pada ibu untuk mempraktikkan langsung cara cara yang
diajarkan dengan menggunakan alat yang telah disiapkan. Terapis juga
meminta komitmen ibu untuk melatih kemampuan adaptasi sosial tersebut
secara teratur . Terapis juga diharapkan senantiasa memberikan pujian atas
keberhasilan ibu melakukan cara adaptasi sosial. Terapis juga
mengajarkan ibu bagaimana cara memberi pujian atas keberhasilan pada
diri sendiri dalam melakukan kegiatan, bagaimana memotivasi diri untuk
tetap mencoba bila belum berhasil melakukan kegiatan .
4. Sesi keempat : Adaptasi social ( peran istri) dan Pertumbuhan dan
perkembangan janin
Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah terapis mengajarkan lanjutan
adaptasi social yaitu sebagai istri , ibu akan diajarkan cara berkomunikasi
dengan suami dalam merawat bayi, peran suami pada saat dan awal
kelahiran, menyusun jadwal kegiatan harian untuk masing masing peran
baik oleh ayah maupun ibu. Selain itu peserta juga akan dijelaskan tentang
pertumbuhan dan perkembangan janin sesuai usia kehamilan dan
kemampuan yang dimiliki oleh janin.
Setelah mengajarkan kepada ibu, terapis meminta peserta untuk
mempraktikkan cara berperan sebagai istri sesuai cara yang diajarkan
serta bermenyebutkan kembali tentang pertumbuhan dan perkembangan
janin selanjutnya meminta peserta . Kemudian terapis memberi
kesempatan pada ibu hamil untuk mempraktikkan cara tersebut. Terapis
juga meminta komitmen ibu hamil untuk melatih cara yang telah diajarkan
Terapis juga diharapkan senantiasa memberikan pujian atas keberhasilan
ibu melakukan cara stimulasi pada janin. Terakhir terapis menyimpulkan
topic yang telah dibahas.
5. Sesi kelima : stimulasi kognitif dan fisik (motorik) janin
Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah terapis mengajarkan stimulasi
perkembangan aspek kognitif dan biologis pada ibu hamil yang meliputi
stimulasi aspek kognitif meliputi detak jantung ibu yang teratur bisa
dicapai bila ibu selama kehamilan bersikap tenang dan postif, sering
mengajak janin bicara dengan memperkenalkan suara orang orang
disekitar janin, membacakan dongeng secara teratur, menekan,
menggoyang, dan berolah raga ringan dan teratur akan menjaga
keseimbangan pola nafas dan denyut jantung.
Cara stimulasi fisik dapat dilakukan dengan cara sering mengelus perut
ibu, mengkonsumsi makanan yang bervariasi rasanya, memberikan cahaya
pada perut ibu, gerakan berputar, duduk, berjalan, membungkuk dan
berbaring secara bergantian( gerakan relaksasi dan senam hamil).

Setelah mengajarkan kepada ibu, terapis mempraktikkan langsung cara


stimulasi pada kandungan, kemudian terapis memberi kesempatan pada
ibu untuk mempraktikkan stimulasi langsung pada kandungannya Terapis
juga meminta komitmen ibu untuk bisa melakukan stimulasi secara teratur,
pada waktu yang tepat dan ikhlas karena akan sangat berdampak pada
janin. Terapis juga diharapkan senantiasa memberikan pujian atas
keberhasilan ibu melakukan stimulasi dan keberhasilan (keluarga)
melakukan keterampilan yang dilatih.
6. Sesi keenam : Stimulasi Psikososial Janin
Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah terapis mengajarkan stimulasi
perkembangan aspek psikososial. Untuk aspek psikososial ibu diajarkan
untuk merasakan keterikatan dengan janin dengan cara melakukan
mengelus perut, (akan lebih baik bila dilakukan juga oleh ayah dan
kakak),memperdengarkan musik yang lembut ( tidak harus klasik), bacaan
kitab suci, membacakan cerita, dan beraktifitas secara positif( ibadah,
membaca) yang bisa memberikan efek ketenangan pada ibu dan janin.
Lakukan semua kegiatan stimulasi diatas dan yakini bahwa janin pun
merasakana apa yang ibu lakukan. Lakukan kegiatan stimulasi ini dua kali
sehari, waktu paling baik adalah malam hari mulai pukul 20.00 hingga
tengah malam. Semakin awal dilakukan, maka hasilnya akan semakin
baik.

Setelah mengajarkan kepada ibu , terapis mempraktikkan langsung cara


stimulasi, kemudian terapis memberi kesempatan pada ibu untuk
mempraktikkan stimulasi langsung pada janinnya. Terapis juga meminta
komitmen ibu untuk melakukan stimulasi secara teratur pada waktu yang
tepat. Terapis juga diharapkan senantiasa memberikan pujian atas
keberhasilan ibu hamil melakukan stimulasi pada janinnya . Terapis juga
mengajarkan bagaimana memotivasi diri untuk tetap mencoba bila belum
berhasil melakukan kegiatan.

7. Sesi ketujuh : sharing pengalaman


Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah terapis menanyakan cara ber
adaptasi terhadap perubahan kehamilan, cara melakukan stimulasi pada
janin yang telah diajarkan pada ibu hamil dan apa manfaatnya bagi ibu dan
janin, perubahan yang telah dirasakan serta berbagi pengalaman antar
anggota mengenai cara beradaptasi dan melakukan stimulasi
perkembangan janin yang telah dilakukan selama ini.
BAB III
IMPLEMENTASI TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
PADA IBU HAMIL

Pada bab ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi kelompok
terpeutik pada masing masing sesi dan bagaimana melakukannya.
Sesi 1 : Tugas perkembangan kehamilan, perubahan kehamilan
1. Tujuan :
Peserta mampu :
a. Menjelaskan tugas perkembangan
b. Menjelaskan penyimpangan perkembangan pada kehamilan
c. Menjelaskan perubahan perubahan pada kehamilan
2. Setting
a. Terapis dan peserta duduk bersama secara melingkar
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Buku kerja Ibu
b. Buku raport
c. Booklet/ lembar balik
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Melakukan seleksi peserta yang memenuhi kriteria
2) Mengelompokkan peserta seseuai dengan usia kehamilan dengan
cara memberikan tanda khusus pada papan nama yang
dipakai(bintang trimester 1, bulan sabit trimester 2, dan matahari
trimester 3).
3) Menyepakati kontrak dengan peserta
4) Mempersiapkan alat dan tempat untuk melakukan cara adaptasi
kehamilan dan stimulasi perkembangan
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada ibu hamil
Perkenalkan nama dan nama panggilan terapis (pakai papan
nama)
Menanyakan nama ibu
2) Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan ibu saat ini
Menanyakan pengalaman dalam menjalani kehamilan,
bagaimana tugas perkembangan, ciri penyimpangan perubahan
pada kehamilan
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memberikan informasi dan
berbagi pengalaman antar anggota kelompok tentang tugas
perkembangan dan ciri penyimpangan, perubahan
perubahan pada kehamilan,
Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu : terapi ini terdiri dari 7
sesi, 12 kali pertemuan. Terapi akan dilaksanakan setiap hari,
jam 09.00, 11.00, 13.00 dan 15.00 untuk tiap kelompok.
Setiap anggota harus mengikuti setiap sesi dari sesi satu
sampai tujuh, lama kegiatan 60 90 setiap ibu mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai, jika ada ibu yang ingin
meninggalkan kelompok harus meminta izin pada fasilitator
(terapis)
Mengelompokkan peserta seseuai dengan usia kehamilan
dengan cara memberikan tanda khusus pada papan nama yang
dipakai(bintang trimester 1, bulan sabit trimester 2, dan
matahari trimester 3).
Menjelaskan cara mengisi buku kerja yaitu memberikan
tanda() pada kolom yang telah disediakan sesuai tanggal
pertemuan.
Secara rinci jadual terapi kelompok terapeutik adl sebagi
berikut ;
Tabel 1. Jadual pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik
(TKT) di Kel. Balumbang Jaya, Bogor Juni, 2010

Hari Sesi Klp 1 ulang Klp 2 ulang Klp 3 ulang Klp 4 ulang
I 1 09.00 11.00 13.00 15.00
II 2 09.00 09.00 11.00 11.00 13.00 13.00 15.00 15.00
III 3 09.00 09.00 11.00 11.00 13.00 13.00 15.00 15.00
IV 4 09.00 09.00 11.00 11.00 13.00 13.00 15.00 15.00
V 5 09.00 09.00 11.00 11.00 13.00 13.00 15.00 15.00
VI 6 09.00 09.00 11.00 11.00 13.00 13.00 15.00 15.00
VII 7 09.00 11.00 13.00 15.00

c. Tahap kerja
1) Terapis dan peserta berdiskusi tentang tugas perkembangan
kehamilan yang harus dicapai pada pada masa kehamilan
a. Minta peserta untuk menyebutkan tugas perkembangan pada
kehamilan yang dialami.
b. Terapis menjelaskani tugas perkembangan pada kehamilan
c. Minta peserta untuk melakukan penilaian diri tentang tugas
perkembangan kehamilan yang telah dicapai dan menuliskan
dalam buku kerja.
d. Beri kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-hal yang
belum jelas
e. Berikan pujian akan kemampuan ibu
f. Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.

2). Terapis dan peserta berdiskusi tentang penyimpangan tugas


perkembangan kehamilan pada pada masa kehamilan
a. Minta peserta untuk menyebutkan ciri-ciri penyimpangan
perkembangan pada kehamilan.
b. Terapis menjelaskan ciri ciri penyimpangan perkembangan
pada kehamilan
c. Minta peserta untuk melakukan penilaian diri tentang ciri
penyimpangan perkembangan kehamilan dan menuliskan
dalam buku kerja.
d. Beri kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-hal yang
belum jelas
e. Berikan pujian akan kemampuan ibu
f. Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.

3). Terapis dan peserta mendiskusikan tentang perubahan perubahan


tubuh dan emosi dalam kehamilan
a. Minta peserta untuk menyebutkan perubahan perubahan
tubuh dan emosi dalam kehamilan yang dialami
b. Berikan penjelasan tentang perubahan aspek tubuh dan
emosi dalam kehamilan
c. Minta peserta untuk melakukan penilaian diri tentang
perubahan tubuh dan emosi yang dialami selama kehamilan
dan menuliskannya dalam buku kerja.
d. Beri kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-hal yang
belum jelas
e. Berikan pujian akan kemampuan ibu
f. Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.

d. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
b) Terapis meminta peserta menyebutkan kembali tentang tugas
perkembangan kehamilan, ciri penyimpangan perkembangan
kehamilan dan perubahan tubuh dan emosi dengan menggunakan
c) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak lanjut
a) Memotivasi ibu untuk mengobservasi ciri perkembangan
kehamilan, perubahan selama kehamilan, dengan menggunakan
buku kerja
b) Menambahkan dalam buku kerja jika ada tugas tambahan yang
belum dimasukkan.
e . Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
mengenai cara menyesuaikan diri dengan perubahan tubuh dan emosi
selama kehamilan.
f. Evaluasi dan Dokumentasi
Terapis mendokumentasikan hasil sesi satu pada buku raport. Evaluasi
dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan peserta sesuai dengan
tujuan, yaitu dapat menyebutkan ciri perkembangan, ciri
penyimpangan, perubahan kehamilan kemudian melakukan
dokumentasi pada buku raport ibu hamil.
Format evaluasi
Sesi I : Terapi Kelompok Terapeutik

Kelompok : Tanggal :
No Aspek yang Dinilai Nama Peserta

1 Tugas perkembangan ibu


hamil
2 Penyimpangan tugas
perkembangan ibu hamil
3 Perubahan - perubahan selama
kehamilan
Jumlah

Petunjuk :
a. Beri nilai 1 jika ibu hamil mampu menyebutkan aspek yang
dinilai.
b. Beri nilai 0 jika ibu hamil tidak mampu menyebutkan aspek
yang dinilai.
c. Bila nilai 2 ibu hamil dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
d. Bila nilai < 2 ibu hamil dikeluarkan dari kelompok
SESI II : Cara menyesuaikan diri terhadap perubahan tubuh dan emosi
selama kehamilan

1. Tujuan
Peserta mampu :
a. Menjelaskan cara menyesuaikan diri terhadap perubahan tubuh selama
kehamilan
b. Menjelaskan cara menyesuaikan diri terhadap perubahan emosi selama
kehamilan.
c. Mempraktikkan cara menyesuaikan diri terhadap perubahan tubuh dan
emosi selama kehamilan.
2. Setting
a. Terapis dan peserta (ibu) duduk bersama
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat yang diperlukan
a. Booklet tentang perubahan tubuh selama kehamilan dan cara
mengatasinya
b. Booklet tentang perubahan emosi selama kehamilan dan cara
menghadapinya
c. Bantal dan guling
d. Buku kerja keluarga
e. Buku raport perawat
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play
5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan peserta (ibu )
2) Mempersiapkan alat dan tempat
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada ibu
2) Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan ibu.
Meminta ibu bersama-sama membuka buku kerja dan menanyakan
apakah ada tambahan tugas tentang tugas perkembangan ibu hamil,
peyimpangan tugas perkembangan dan perubahan pada kehamilan
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu latihan cara menyesuaikan diri
terhadap perubahan tubuh dan emosi selama kehamilan
Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu: lama kegiatan 60 - 90 menit,
setiap ibu mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai, jika ada
ibu ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin pada
fasilitator/ terapis

b. Tahap kerja
A. Diskusi tentang perubahan tubuh selama kehamilan
1) Mengulang/ mereview tentang perubahan tubuh selama kehmilan
2) Diskusikan dan beri kesempatan pada ibu hamil untuk mengungkapkan
pendapat mengenai cara menyesuaikan diri terhadap perubahan tubuh
3) Diskusikan mengenai cara menyesuaikan diri terhadap perubahan
tubuh yaitu ;
mengatasi keluhan keluhan fisik yang terjadi seperti mual
muntah
menjaga kebersihan perineum
latihan posisi tidur
beraktivitas sehari - hari memakai pakaian yang sesuai dan
posisi yang benar
1. Latih kemampuan ibu dalam menjaga kebersihan daerah kewanitaan ;
a) Minta peserta menyampaikan cara yang biasa dilakukan
membersihkan daerah kewanitaan
b) Jelaskan pada peserta tujuan dan cara menjaga kebersihan daerah
kewanitaan
c) Minta peserta menjelaskan kembali cara yang benar dalam
menjaga daerah kewanitaan
d) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
e) Minta peserta untuk melakukan penilaian diri tentang cara merawat
daerah kewanitaan yang benar dan menuliskannya dalam buku
kerja.
f) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu
g) Berikan kesimpulan tentang topik yang dibahas

2. Latih kemampuan ibu cara mengurangi mual muntah


a) Minta peserta menyampaikan cara yang biasa dilakukan untuk
mengurangi mual dan muntah selama kehamilan.
b) Jelaskan pada peserta tujuan dan cara mengurangi mual dan
muntah selama kehamilan.
c) Minta peserta menjelaskan kembali cara yang benar mengurangi
mual dan muntah selama kehamilan
d) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
e) Minta peserta untuk melakukan penilaian diri tentang cara
mengatasi mual dan muntah selama kehamilan dan menuliskannya
dalam buku kerja
f) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu
g) Berikan kesimpulan pada topik yang dibahas
3. Latih kemampuan ibu cara melakukan posisi tidur
a) Minta peserta menjelaskan posisi tidur selama kehamilan lanjut
b) Jelaskan pada peserta posisi tidur yang benar selama kehamilan
yaitu bila kehamilan memasuki 3 bulan kedua(akhir) dan ketiga,
ibu hamil berbaring ke kiri dengan punggung, kaki dan perut
ditopang dengan bantal/ guling.
c) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara tidur
yang benar yaitu dengan berbaring ke kiri dengan punggung , kaki
dan perut ditopang dengan bantal.
d) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara tidur yang benar yaitu
dengan berbaring ke kiri dengan punggung , kaki dan perut ditopang
dengan bantal.
e) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-hal
yang belum jelas
f) Minta peserta untuk melakukan penilaian diri tentang posisi tidur
yang benar dan menuliskannya dalam buku kerja.
g) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu hamil
h) Terapis memberi kesempatan kepada ibu lain untuk mencoba
sampai semua ibu mendapat kesempatan
i) Berikan kesimpulan tentang topik yang dibahas

4) Latih kemampuan ibu melakukan aktivitas sehari - hari memakai pakaian


yang nyaman dan posisi yang sesuai
a) Minta peserta menyampaikan posisi tubuh yang benar yang biasa
dilakukan saat beraktivitas
b) Minta peserta menyampaikan bagaimana cara berpakaian yang sesuai
dengan usia kehamilan
c) Jelaskan pada peserta cara dan tujuan posisi yang benar saat
beraktivitas dan penggunaan baju yang sesuai usia kehamilan
d) Minta peserta menjelaskan kembali tujuan posisi yang benar saat
beraktivitas dan pakaian yang sesuai saat kehamilan
e) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara melakukan
aktivitas dengan posisi yang benar yaitu ; Ketika mengambil sesuatu di
bawah, lakukan dengan posisi jongkok dan jangan membungkuk,
Ketika berdiri, bagi rata tambahan berat keseluruh tubuh dengan cara
membiarkan kedua kaki sedikit meregang, dan Jangan mengangkat
barang terlalu berat.
f) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan melakukan
aktivitas dengan posisi yang benar seperti yang diajarkan
g) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-hal
yang belum jelas
h) Minta peserta untuk melakukan penilaian diri tentang posisi yang
benar saat beraktifitas sehari hari dan menuliskannya dalam buku
kerja.
i) Terapis memberikan pujian dan umpan balik
j) Berikan kesimpulan tentang topik yang dibahas

B. Diskusi tentang Perubahan emosi selama kehamilan


1) Mengulang/ mereview tentang perubahan emosi yang dirasakan selama
kehamilan
2) Jelaskan pada peserta beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
menghadapi perubahan emosi yaitu :
latihan relaksasi progresif
latihan affirmasi
1. Latihan relaksasi progresif
a) Jelaskan pada peserta cara melakukan relaksasi progresif yaitu cara
duduk dengan posisi yang nyaman, kencangkan seluruh otot tubuh
mulai dari otot perut, panggul, tungkai kaki, kemudian otot
punggung, leher dan lengan selama kurang lebih 5 detik.
Selanjutnya lemaskan otot kembali, lakukan tarik nafas perlahan,
keluarkan perlahan lahan lalu rasakan relaksasi ke seluruh tubuh.
b) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan relaksasi progresif dengan cara yang sudah dijelaskan
c) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan teknik
relaksasi progresif seperti yang telah diajarakan.
d) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
e) Minta peserta untuk melakukan penilaian diri tentang cara relaksasi
progresif yang benar, kemudian menuliskannya dalam buku kerja.
f) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu hamil

2. Latih kemampuan ibu untuk melakukan affirmasi


a) Jelaskan pada peserta cara melakukan affirmasi untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan emosi
b) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan affirmasi dengan cara dengan membuat pernyataan
sebagai berikut ; tidak ada yang perlu dikhawatirkan, saya akan
baik baik saja, saya akan mendapatkan pertolongan jika saya
memerlukan, selesaikan masalah setahap demi setahap, saya bisa
melakukan dengan baik, dan seterusnya sambil menarik nafas
dalam saat mengucapkan pernyataan tersebut.
c) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan affirmasi
seperti yang telah diajarakan.
d) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
e) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu hamil

5). Berikan kesimpulan tentang cara menyesuaikan diri terhadap perubahan


tubuh dan emosi selama kehamilan.
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan ibu setelah mengikuti
kegiatan
b) Terapis menanyakan kembali pemahaman peserta tentang
cara menyesuaikan diri dengan perubahan tubuh dan emosi
c) Terapis menanyakan kembali pemahaman peserta tentang
tugas perkembangan dan penyimpangan perkembangan
kehamilan, serta perubahan tubuh dan emosi dalam
kehamilan.
d) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan pada ibu hamil untuk mencoba melatih cara
menyesuaikan diri yang telah diajarkan tersebut di rumah
minimal satu kali setiap hari
b) Memasukkan kegiatan pada buku kerja
3) Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang
yaitu mengenai cara menyesuaikan diri terhadap perubahan
sosial ( persiapan peran ibu) .

e. Evaluasi dan Dokumentasi


Terapis mendokmentasikan hasil pelaksanaan sesi dua pada buku
raport
Format Evaluasi
Sesi II : Terapi Kelompok Terapeutik

Kelompok : Tanggal :
No Aspek yang Dinilai Nama Peserta

1 Mengurangi mual muntah


2 Posisi tidur yang benar
3 Beraktivitas dengan posisi
tubuh benar dan baju sesuai
usia kehamilan
4 Relaksasi progresif
5 Teknik affirmasi
Jumlah

Petunjuk :

a. Beri nilai 1 jika ibu hamil mampu menyebutkan dan melakukan aspek
yang dinilai.
b. Beri nilai 0 jika ibu hamil tidak mampu menyebutkan dan melakukan
aspek yang dinilai.
c. Bila nilai 2 ibu hamil dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
d. Bila nilai < 2 ibu hamil dikeluarkan dari kelompok

SESI III : Adaptasi sosial


1. Tujuan
Peserta mampu :
a. Menjelaskan cara menyesuaikan peran sosial ibu hamil
b. Melakukan peran sosial ibu hamil
2. Setting
a. Terapis dan peserta (ibu ) duduk bersama
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat yang diperlukan
a. Buku kerja keluarga
b. Buku raport perawat
c. Booklet /lembar balik

4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play

5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan peserta (ibu )
2) Mempersiapkan alat dan tempat.
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada ibu hamil
2) Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan ibu hamil
Menanyakan kembali pemahaman ibu hamil tentang tugas
perkembangan, perubahan tubuh, emosi dan sosial dalam
kehamilan serta cara menyesuaikan diri pada perubahan tubuh dan
emosi selama kehamilan.
Meminta ibu bersama-sama membuka buku kerja dan menanyakan
apakah ada tugas tambahan untuk cara menyesuaikan diri terhadap
perubahan tubuh dan emosi selama kehamilan pada sesi
sebelumnya.
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara penyesuaian sosial
terhadap kehamilan peran sebagai istri, sebagai ibu bagi bayi dan
anak lain.
Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu: lama kegiatan 60 - 90 menit,
setiap ibu hamil mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai, jika
ada ibu yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin
pada fasilitator/ terapis
c. Tahap Kerja
1) Diskusikan mengenai cara adaptasi peran sosial ibu dalam kehamilan
Peran ibu bagi bayi
Peran ibu bagi anak lain
Peran sebagai istri
A. Peran ibu bagi bayi
a) Minta peserta menyampaikan pengalamannya tentang bagaimana
cara merawat bayi
b) Minta peserta menjelaskan manfaat perawatan bayi secara fisik,
emosi dan social
c) Jelaskan pada peserta tentang manfaat perawatan bayi secara umum
yaitu memenuhi kebutuhan fisik bayi, meningkatkan kenyamanan
dan melindungi bayi dari bahaya kelaparan, kedinginan, dan
penyakit, menciptakan ikatan emosional ibu anak, menyediakan
rasa aman, dan memberikan stimulasi pada bayi. Semua itu bisa
dilakukan antara lain dengan melakukan kontak pertama setelah
bayi lahir, menatap wajah bayi saat kontak, menyiapkan nama,
selalu memanggil namanya saat berinteraksi, memeluk,
menggendong, membelai dan mencium bayi setiap kali
berinteraksi, selalu bersikap responsive, bersikap positif(memuji,
tersenyum) dan menciptakan lingkungan yang kondusif( hangat,
menerima, peduli, dan consistent).
d) Terapis memodelkan cara perawatan bayi misalnya: bila bayi
menangis ibu segera datang, menggendong, memeluk dan
mendiamkan bayi dengan nyayian atau perkataan yang lembut yang
lembut. Kenali penyebab bayi menangis apakah karena lapar, haus,
basah atau sakit.
e) Peserta mempraktikkan cara mendiamkan bayi menangis sesuai
cara yang diajarkan
f) Memberi kesempatan peserta untuk menanyakan hal hal yang
belum jelas
g) Berikan pujian dan umpan balik atas kemampuan ibu
h) Berikan kesimpulan tentang topik yang dibahas

B. Peran ibu bagi anak yang lain


a) Minta peserta menyampaikan pendapatnya/pengalamannya apa
yang dilakukan untuk menyiapkan anak yang lain bila ibu hamil
b) Jelaskan pada peserta tujuan dan cara menyiapkan anak yang lain
akan kehadiran adik baru. Tujuan menyiapkan kakak bila ibu hamil
adalah menghindari konflik peran pada ibu dan kakak,
mempertahankan hubungan emosional ibu anak, mempertahankan
kebutuhan afeksi, meningkatkan penerimaan kakak akan adik baru
dan meningkatkan kemandirian. Cara yang bisa dilakukan oleh ibu
untuk menyiapkan kakak antara lain menjelaskan tentang
kehamilan dan kapan lahir sesuai usia kakak, menjawab semua
pertanyaan anak sesuai usia, lakukan diskusi dengan kakak dan
keluarga pada saat yang tepat/ santai, libatkan kakak mengambil
keputusan misalnya ikut memilih nama, baju, dan mainan. Ajak
anak saat memeriksakan kehamilan, mengikuti kelas prenatal, dan
anjurkan kakak untuk menyiapkan/memberikan hadiah saat adik
lahir.
c) Terapis memodelkan peran ibu bagi anak lain yaitu cara
berkomunikasi dengan kakak tentang kehamilan dan kehadiran
adik baru
d) Peserta mencoba cara berkomunikasi dengan kakak tentang
kehamilan ibu dan kehadiran adik baru
e) Memberi kesempatan peserta untuk menanyakan hal hal yang
belum jelas
f) Minta peserta untuk melakukan penilaian diri tentang peran social
ibu dan menuliskannya dalam buku kerja
g) Berikan pujian dan umpan balik atas kemampuan ibu
h) Berikan kesimpulan tentang topik yang dibahas

C. Peran sebagai istri


a) Minta peserta menyampaikan pendapatnya tentang perubahan
peran yang terjadi sebagai istri selama kehamilan.
b) Jelaskan pada peserta tentang perubahan peran istri selama
kehamilan istri. Peran istri selama menjalani kehamilan antara lain
mempersiapkan diri secara fisik dan emosi untuk menjalani
kehamilan, menjalin hubungan yang harmonis dengan suami untuk
menjadi orang tua, menjalin hubungan dengan ibunya untuk
kenyamanan emosional, menjaga penampilan agar tetap terlihat
menarik, memutuskan untuk tetap bekerja atau istirahat selama
menjalani kehamilan. Cara yang bisa dilakukan oleh ibu untuk
mencapai peran tersebut antara lain berbagi tugas/ tanggungjawab
rumah tangga dengan suami, membuat jadual kegiatan untuk
masing masing anggota keluarga, mengatur jadual kerja suami,
melibatkan pengasuh atau anggota keluarga lain dalam tugas
rumah tangga dan menetapkan aturan tentang pola asuh dan cara
perawatan baik bagi anak yang lain maupun calon bayi.
c) Memberi kesempatan peserta untuk menanyakan hal hal yang
belum jelas
d) Minta peserta untuk melakukan penilaian diri tentang peran sosial
istri dan menuliskannya dalam buku kerja
e) Berikan pujian dan umpan balik atas kemampuan ibu
f) Berikan kesimpulan tentang topik yang dibahas
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
b. Terapis menanyakan perasaan ibu setelah mengikuti kegiatan
c. Terapis menanyakan kembali hal-hal yang telah dipelajari
d. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a. Menganjurkan pada ibu hamil untuk melatih cara adaptasi
sosial rumah minimal satu kali
b. Memasukkan kegiatan cara adaptasi sosial pada buku kerja
c. Memotivasi peserta untuk mempelajari dan mempraktikkan
cara yang diajarkan tentang tugas perkembangan kehamilan
yang telah dicapai, penyimpangan tugas perkembangan,
adaptasi tubuh, emosi dan social ibu hamil dan menambahkan
ke dalam buku kerja.
d. Meminta ibu hamil mencari cara untuk melakukan adaptasi
sosial yang lain untuk didiskusikan pada pertemuan yang akan
datang
3) Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
mengenai pertumbuhan dan perkembangan janin dan cara
melakukan stimulasi janin.
4) Evaluasi dan Dokumentasi
Mendokumentasikan hasil kegiatan sesi tiga pada buku raport
Format evaluasi
Sesi III: Terapi Kelompok Terapeutik

Kelompok : Tanggal :
No Aspek yang Dinilai Nama Peserta

1 Peran ibu terhadap anak yang


lain
2 Peran ibu bagi bayi
3 Peran istri
Jumlah

Petunjuk :

a. Beri nilai 1 jika ibu hamil mampu menyebutkan dan melakukan aspek
yang dinilai.
b. Beri nilai 0 jika ibu hamil tidak mampu menyebutkan dan melakukan
aspek yang dinilai.
c. Bila nilai 2 ibu hamil dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
d. Bila nilai < 2 ibu hamil dikeluarkan dari kelompok

SESI IV : Pertumbuhan dan perkembangan janin


1. Tujuan
Peserta mampu :
a. Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan janin
b. Menjelaskan tentang cara melakukan stimulasi janin
2. Setting
a. Terapis dan peserta (ibu ) duduk bersama
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat yang diperlukan
a. Buku kerja keluarga
b. Buku raport perawat
c. Booklet /lembar balik
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play
5 Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan peserta (ibu )
2) Mempersiapkan alat dan tempat.
b. Orientasi
1). Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada ibu hamil
2) Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan ibu hamil
Menanyakan kembali pemahaman ibu hamil tentang tugas
perkembangan, perubahan tubuh, emosi dan sosial dalam
kehamilan serta cara menyesuaikan diri pada perubahan tubuh dan
emosi , perubahan sosial ibu selama kehamilan.
Meminta ibu bersama-sama membuka buku kerja dan menanyakan
apakah ada tugas tambahan untuk cara menyesuaikan diri terhadap
perubahan tubuh, emosi dan sosial selama kehamilan pada sesi
sebelumnya.
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan janin serta cara melakukan stimulasi janin sesuai
usia kehamilan
Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu: lama kegiatan 60 - 90 menit,
setiap ibu hamil mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai, jika
ada ibu yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin
pada fasilitator/ terapis

e. Tahap Kerja
A. Pertumbuhan dan perkembangan janin
1) Minta peserta untuk menyebutkan pertumbuhan dan
perkembangan janin yang dialami
2) Terapis menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan janin
sesuai usia kehamilan dan menekankan pentingnya hal tersebut
untuk antisipasi timbulnya masalah kesehatan jiwa di kemudian
hari baik bagi ibu maupun calon bayi.
3) Minta peserta untuk menjelaskan kembali tentang pertumbuhan
dan perkembangan janin dan menuliskan dalam buku kerja.
4) Beri kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-hal yang
belum jelas
5) Berikan pujian akan kemampuan ibu
6) Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.

B. Cara melakukan stimulasi janin pada aspek kognitif dan motorik


1) Minta peserta untuk menyebutkan cara melakukan stimulasi
perkembangan janin yang telah dilakukan
2) Terapis menjelaskan cara cara melakukan stimulasi
perkembangan janin
3) Minta peserta untuk mempraktikkan tentang cara melakukan
stimulasi perkembangan janin
4) Minta peserta untuk melakukan penilaian diri tentang cara
stimulasi janin dan menuliskan dalam buku kerja.
5) Beri kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-hal yang
belum jelas
6) Berikan pujian akan kemampuan ibu
7) Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.

f. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan ibu setelah mengikuti
kegiatan
b. Terapis meminta peserta untuk menyebutkan kembali
tentang pertumbuhan dan perkembangan serta cara
stimulasi janin yang telah dipelajari
c. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
Memotivasi ibu hamil untuk mempelajari tentang
pertumbuhan dan perkembangan janin, mencoba cara
stimulasi janin dengan menggunakan buku kerja
Meminta ibu hamil untuk mempelajari, mencoba dan
mempraktikkan cara lain yang diajarkan pada sesi sebelumnya
seperti tugas perkembangan, ciri penyimpangan, perubahan
tubuh, emosi dan sosial ibu hamil
Menambahkan dalam buku kerja bila ada hal lain yang
diketahui dan dilakukan
2. Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
cara melakukan stimulasi aspek kognitif dan motorik pada
janin.
3. Evaluasi dan Dokumentasi
Mendokumentasikan hasil kegiatan sesi empat pada buku
raport
Format evaluasi
Sesi IV: Terapi Kelompok Terapeutik

Kelompok : Tanggal :
No Aspek yang Dinilai Nama Peserta

1 Menyebutkan pertumbuhan
dan perkembangan janin
sesuai usia kehamilan
2 Menyebutkan cara melakukan
stimulasi janin
Jumlah

Petunjuk :

a. Beri nilai 1 jika ibu hamil mampu menyebutkan dan melakukan aspek
yang dinilai.
b. Beri nilai 0 jika ibu hamil tidak mampu menyebutkan dan melakukan
aspek yang dinilai.
c. Bila nilai 2 ibu hamil dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
d. Bila nilai < 2 ibu hamil dikeluarkan dari kelompok
SESI V : Stimulasi janin untuk merangsang aspek kognitif dan motorik
( fisik)
1. Tujuan
Peserta mampu ;
a. Menyebutkan cara - cara melakukan stimulasi janin pada aspek kognitif
dan motorik( fisik)
b. Mempratikkan cara stimulasi perkembangan janin pada aspek kognitif dan
motorik
2. Setting
a. Terapis dan peserta (ibu) duduk bersama
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Buku kerja
b. Buku raport perawat
c. Alat untuk stimulasi kognitif ; buku cerita, booklet/ lembar balik,
DVD/VCD player, atau laptop dan CD kitab suci.
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play

5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan peserta (ibu )
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada peserta
2) Evaluasi/ validasi
a) Menanyakan perasaan ibu hamil
b) Menanyakan kembali pemahaman ibu mengenai sesi tugas
perkembangan, perubahan ibu hamil, cara menyesuaikan diri terhadap
perubahan tubuh, emosi dan sosial, cara stimulasi janin pada aspek
kognitif dan motorik yang telah di bahas pada sesi sebelumnya.
c) Meminta ibu bersama-sama membuka buku kerja dan menanyakan
apakah ada tambahan tugas yang sudah dilakukan
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu melakukan stimulasi
perkembangan janin pada aspek psikososial
b) Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu: lama kegiatan 60 - 90 menit,
setiap ibu mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai, jika ada ibu
yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/ terapis
c. Tahap kerja
1) Diskusikan langkah langkah dalam melakukan stimulasi
perkembangan janin antara lain ; mengajak janin bicara,
membacakan cerita secara teratur , memperdengarkan musik
berirama lembut yang menenangkan, membacakan ayat yat dari
kitab suci. Latihan stimulasi akan dilakukan sesuai langkah
langkah sebagai berikut :
1. Membacakan cerita
a) Jelaskan pada peserta tentang cara merangsang perkembangan
janin dengan membacakan cerita pada janin, seolah olah dia
ada disamping kita, sambil mengelus perut
b) Terapis memodelkan kepada peserta tentang cara merangsang
perkembangan janin dengan membacakan cerita secara teratur
2 kali sehari
c) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara menyusun
rencana bersama sesuai dengan cara yang telah diajarkan
d) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan
hal-hal yang belum jelas
e) Minta ibu melakukan penilaian diri tentang kemampuan cara
stimulasi janin dan menuliskannya dalam buku kerja
f) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu hamil
2. Memperdengarkan musik berirama lembut/ alunan kitab suci
a) Jelaskan pada peserta tentang cara merangsang perkembangan
janin dengan memperdengarkan musik berirama lembut yang
menenangkan atau bacaan kitab suci, lakukan 2 kali sehari
pada saat yang tenang misalnya malam dan menjelang pagi,
yakinkan ibu bahwa pada saat stimulasi ini ibu harus tenang
dan terlibat secara fisik dan emosi.
b) Terapis memodelkan kepada peserta tentang cara merangsang
perkembangan janin dengan memperdengarkan musik yang
berirama lembut/ kitab suci secara teratur 2 kali sehari
c) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara merangsang
perkembangan janin sesuai cara yang telah diajarkan
d) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan
hal-hal yang belum jelas
e) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu hamil
f) Berikan kesimpulan topic yang telah dibahas

3. Mengelus perut sambil mengajak bicara


a) Jelaskan pada peserta tentang cara merangsang
perkembangan janin dengan cara sering mengajak bicara
sambil mengelus perut, saat ibu sedang melakukan berbagai
aktivitas. Saat pertama mengajak bicara bisa dilakukan pada
akhir trimester I, ibu bisa mengajak bicara sebagai berikut ;
letakkan kedua tangan di di perut, lalu menyapa janin hallo
sayang, ini bunda ! sedang apa di dalam? Oh ya sekarang
bunda sedang menonton tv/ mau sholat/ membaca. Bunda
senang banget lho hari ini! Kalau bayi bergerak, respon
gerakan dengan sedikit menekan perut sambil mengatakan
sesuatu yang menenagkan. Ada apa sayang, ...., adik senang
ya? Dst.....Kenalkan juga suara orang orang terdekat
seperti ayah, kakak, kakek, nenek dan anggota keluarga lain.
b) Terapis memodelkan kepada peserta tentang cara
merangsang perkembangan janin dengan mengajak bicara,
mengelus perut, menekan perut dengan lembut. Lakukan
secara teratur, ikhlas, dan yakin bahwa janin bisa merasakan,
mendenagar apa yang ibu lakukan.
c) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi dengan cara yang
telah diajarkan
d) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan
hal-hal yang belum jelas
e) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu
hamil
f) Berikan kesimpulan pada topic yang telah dibahas

c. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan ibu setelah mengikuti
kegiatan
b) Terapis menanyakan kembali hal-hal yang telah dipelajari
c) Terapis memberikan pujian kepada kelompok

2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan pada ibu hamil melatih cara merangsang
perkembangan janin pada aspek kognitif dan motorik .
b) Memasukkan kegiatan cara stimulasi perkembangan janin
pada buku kerja
c) Meminta ibu mencari cara yang tepat untuk melatih
stimulasi perkembangan janin pada aspek psikososial
untuk didiskusikan pada pertemuan yang akan datang
3) Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang
yaitu mengenai teknik stimulasi perkembangan janin
pada aspek psikososial.
a) Evaluasi dan Dokumentasi
Mendokumentasikan hasil pelaksanaan sesi empat pada buku
raport.

Format evaluasi
Sesi V: Terapi Kelompok Terapeutik
Kelompok : Tanggal :
No Aspek yang Dinilai Nama Peserta

1 Membacakan cerita
2 Memperdengarkan musik/
alunan kitab suci
3 Mengelus perut, menekan
4 Mengajak bicara
Jumlah

Petunjuk :

a. Beri nilai 1 jika ibu hamil mampu menyebutkan dan melakukan


aspek yang dinilai.
b. Beri nilai 0 jika ibu hamil tidak mampu menyebutkan dan
melakukan aspek yang dinilai.
c. Bila nilai 2 ibu hamil dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
d. Bila nilai < 2 ibu hamil dikeluarkan dari kelompok

SESI VI : Stimulasi janin untuk merangsang aspek psikososial


1. Tujuan
Peserta mampu ;
a. Menyebutkan cara melakukan stimulasi janin pada aspek psikososial
b. Melakukan cara stimulasi perkemabngan janin pada aspek psikososial
2. Setting
a. Terapis dan peserta (ibu) duduk bersama
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Buku kerja
b. Buku raport perawat
c. Alat untuk stimulasi kognitif ; buku cerita, booklet/ lembar balik
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play

5. Langkah kegiatan
a) Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan peserta (ibu )
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b) Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada peserta
2) Evaluasi/ validasi
a. Menanyakan perasaan ibu hamil
b. Menanyakan kembali pemahaman ibu mengenai sesi tugas
perkembangan, perubahan ibu hamil, cara menyesuaikan diri
terhadap perubahan tubuh, emosi dan sosial, yang telah di bahas
pada sesi sebelumnya
c. Meminta ibu bersama-sama membuka buku kerja dan menanyakan
apakah ada tambahan tugas yang sudah dilakukan
3) Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu melakukan stimulasi
perkembangan janin pada aspek kognitif dan motorik ( fisik)
b. Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu: lama kegiatan 60 - 90
menit, setiap ibu mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai,
jika ada ibu yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta ijin pada fasilitator/ terapis
d. Tahap kerja
1) Diskusikan dengan ibu hamil untuk menyampaikan pendapat
bagaimana cara melakukan stimulasi pada aspek psikososial
janin.
2) Diskusikan langkah langkah dalam melakukan stimulasi
perkembangan janin dengan cara merasakan keterikatan dengan
janin dengan cara mengurut perut ibu dengan bola tenis yang
telah dilumuri minyak, merasakan gerakan janin, mengajak janin
bicara, membacakan cerita secara teratur , hamil,
memperdengarkan musik berirama lembut yang menenangkan,
membacakan ayat yat dari kitab suci. Latihan stimulasi akan
dilakukan sesuai langkah langkah sebagai berikut :

1. Mengurut perut ibu dengan bola yang telah dilumuri minyak


a) Jelaskan pada peserta tentang cara merangsang
perkembangan janin dengan membacakan mengurut perut
ibu dengan bola tenis yang telah dilumuri
minyak(dilakukan pada kehamilan trimester 2).
b) Terapis memodelkan kepada peserta tentang cara
merangsang perkembanga janin dengan membacakan
mengurut perut ibu dengan bola tenis yang telah dilumuri
minyak(dilakukan pada kehamilan trimester 2).
c) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan
stimulasi psikososial janin bersama sesuai dengan cara
yang telah diajarkan
d) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas
e) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu
hamil

2. Merasakan gerakan janin dengan tujuan memahami arti tiap


gerakan, dan kapan waktunya
a) Jelaskan pada peserta tentang cara merangsang
perkembangan janin dengan cara merasakan tiap gerakan
janin, kapan waktunya dan apa arti gerakan tersebut.
b) Terapis memodelkan kepada peserta tentang cara
merangsang perkembanga janin dengan cara merasakan
tiap gerakan janin, kapan waktunya dan apa arti gerakan
tersebut dengan cara mencatat kapan biasanya janin
bergerak, apakah pada saat ibu lapar, sedih, marah, sakit
atau lingkungan sedang ramai dan lain lain.
c) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara merangsang
perkembangan janin sesuai dengan cara yang telah
diajarkan
d) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas
e) Minta ibu hamil untuk melakukan penilaian diri tentang
kemampuannya tentang cara melakukan stimulasi janin
dan menuliskannya dalam buku kerja
f) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu
hamil
g) Berikan kesimpulan tentang topic yang dibahas

c. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan ibu setelah mengikuti
kegiatan
b. Terapis menanyakan kembali hal-hal yang telah
dipelajari
c. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a. Menganjurkan pada ibu hamil melatih cara
merangsang perkembangan janin pada aspek
psikososial.
b. Memberikan motivasi pada ibu agar melakukan
kegiatan yang telah diajarkan.
c. Memasukkan kegiatan cara stimulasi perkembangan
janin pada buku kerja
d. Menambahkan dalam buku kerja jika ada tambahan
ciri perkembangan kehamilan, perubahan pada
kehamilan, cara menyesuaikan diri pada perubahan
kehamilan secara fisik, psikologis, sosial,
pertumbuhan dan perkembangan janin, cara
stimulasi janin pada aspek motorik, kognitif, dan
psikososial.
3) Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang
yaitu mengenai sharing pengalaman yaitu sharing atau
berbagi pengalaman dengan kelompok

a. Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya
pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan
sesuai dengan tujuan.
.

Format evaluasi
Sesi VI: Terapi Kelompok Terapeutik

Kelompok : Tanggal :
No Aspek yang Dinilai Nama Peserta

1 Mengurut perut ibu dengan


minyak
2 Merasakan gerakan janin
3 Mencatat waktu dan penyebab
gerakan janin
Jumlah
Petunjuk :

a. Beri nilai 1 jika ibu hamil mampu menyebutkan dan melakukan


aspek yang dinilai.
b. Beri nilai 0 jika ibu hamil tidak mampu menyebutkan dan
melakukan aspek yang dinilai.
c. Bila nilai 2 ibu hamil dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
d. Bila nilai < 2 ibu hamil dikeluarkan dari kelompok

Sesi VII ; Sharing pengalaman


1. Tujuan
Peserta mampu :
a. Berbagi pengalaman dalam mempelajari tentang tugas dan
penyimpangan perkembangan kehamilan, perubahan fisik,
psikososial kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin dan
cara stimulasi janin yang telah dipelajari dalam sesi 1-6
b. Memahami bagaimana cara beradaptasi terhadap perubahan
kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin dan melakukan
stimulasi janin.

2. Setting : Terapis dan ibu hamil duduk bersama, tempat yang nyaman dan
tenang
3. Alat dan metode :
a. Alat yang digunakan dalan sesi ini adalah buku kerja dan buku raport
b. Metode diskusi dalan sesi ini adalah dinamika kelompok, diskusi dan
tanya jawab
4. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan ibu hamil
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b. Orientasi
1) Salam terapeutik dari terapis kepada ibu hamil
2) Evaluasi/Validasi
a) Menanyakan perasaan ibu hamil
b) Membuka buku kerja, cek kembali apa yang sudah
dilakukan selama di rumah. Apakah sudah ada tambahan
yang dilakukan untuk mengisi sesi satu, sesi dua, sesi tiga,
sesi empat, sesi lima dan sesi enam yaitu ciri
perkembangan, ciri penyimpangan, perubahan fisik,
psikologis dan sosial, adaptasi terhadap perubahan tersebut,
pertumbuhan dan perkembangan janin, dan cara stimulasi
janin. Jika sudah ada isi kembali kedalam buku kerja.
c) Berikan pujian pada ibu hamil yang sudah melakukan.
d) Berikan motivasi untuk mengulang pada ibu hamil yang
belum bisa melakukan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berbagi pengalaman
tentang cara cara beradaptasi terhadap kehamilan meliputi
adaptasi fisik, psikologis, sosial dan memberikan stimulasi
perkembangan pada janin.
2) Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada ibu hamil yang
ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap ibu hamil
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

d. Tahap Kerja.
1) Beri kesempatan pada ibu hamil untuk mengungkapkan
pendapat mengenai cara adaptasi terhadap kehamilan dan
stimulasi janin yang dipelajari
2) Tanyakan pada ibu hamil tentang cara adaptasi kehamilan
dan stimulasi janin yang telah dipelajari serta hambatan yang
ditemukan
3) Berikan kesempatan pada ibu hamil untuk berbagi
pengalaman tentang manfaat yang didapatkan setelah
mencoba melakukan cara beradaptasi terhadap kehamilan dan
memberikan stimulasi perkembangan pada janinnya.
4) Berikan kesempatan pada orang tua untuk bertanya tentang
hal- hal yang masih belum dipahami
5) Berikan kesempatan anggota kelompok untuk berbagi dan
saling memberi masukan tentang tehnik tehnik dalam
melakukan adaptasi terhadap kehamilannya dan memberikan
stimulasi perkembangan pada janin yang telah dilakukan
6) Beri kesempatan pada anggota kelompok untuk
menyampaikan dampak jika ibu hamil tidak bisa beradaptasi
terhadap kehamilan dan janin tidak diberikan stimulasi
perkembangan
7) Beri pujian/penghargaan atas kemampuan anggota kelompok
dalam menjawab dan berbagi pengalaman
8) Berikan kesimpulan tentang stimulasi perkembangan yang
telah dibahas dan motivasi anggota kelompok untuk saling
memberikan stimulasi perkembangan pada anaknya.

e. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan ibu hamil setelah
mengikuti kegiatan.
b. Tanyakan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan dan
masukkan kedalam buku kerja.
c. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a. Menganjurkan pada ibu hamil untuk selalu
melaksanakan cara- cara adaptasi terhadap kehamilan
dan memberikan stimulasi perkembangan pada janin
yang telah dipelajari bersama kelompok.
b. Mencatat semuan kegiatan aspek yang sudah
dilakukan.
c. Menganjurkan ibu hamil untuk berbagi pengalaman
denagan ibu hamil atau calon ibu lain tentang cara
menyesuaikan diri selama kehamilan dan memberikan
stimulasi janin, sesuai dengan cara yang telah
diajarkan.
3) Kontrak akan datang
Mengakhiri kontrak pertemuan, dan semua sesi sudah
dilakukan. Kesepakatan akan dibuat kembali jika
diperlukan.

h) Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan ibu hamil dalam beradaptasi terhadap
kehamilan dan memberikan stimulasi pada janin sesuai
dengan tujuan dan kemampuan keseluruhan mulai dari sesi
pertama sampai sesi yang ke enam.
Format Evaluasi
Sesi VII : Terapi Kelompok Terapeutik

Kelompok : Tanggal :

NO ASPEK YANG DINILAI TGL TGL TGL


1 Kemampuan peserta
menyebutkan :
a. Tugas perkembangan
b. Penyimpangan perkembangan
kehamilan
c. Perubahan perubahan dalam
kehamilanjani
2 Menyebutkan manfaat berlatih
kemampuan cara beradaptasi
terhadap perubahan fisik dan
psikologis kehamilan :
a. Cara menjaga kebersihan
perineum
b. Mengurangi mual muntah
c. Posisi tidur yang benar
d. Posisi tubuh saat beraktifitas
e. Relaksasi progresif
f. Affirmasi
3 Menyebutkan adaptasi sosial ibu
meliputi:
a. Tujuan dan manfaat merawat
bayi secara fisik dan
psikosoial
b. Cara perawatan bayi
Peran ibu bagi anak lain
c. Peran ibu bagu bayi
d. Peran istri
4 Menyebutkan
a. Pertumbuhan dan
perkembangan jnin
b. Cara stimulasi janin
5 Menyebutkan manfaat berlatih
kemampuan melakukan stimulasi
janin pada aspek kognitif dan
motorik meliputi
a. Membacakan cerita
b. Mengajak bicara
c. Mengelus perut
d. Memperdengarkan musik/
kitab suci
5 Menyebutkan manfaat berlatih
kemampuan melakukan stimulasi
psikososial meliputi ;
a. Merasakan kedekatan janin
dengan mengurut perut ibu
dengan minyak( dilakukan
bersama dg stimulasi
kognitif)
b. Merasakan gerakan janin
c. Mencatat waktu waktu dan
penyebab gerakan janin

Jumlah

Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan.
3. Bila nilai 3 : klien mampu.
4. Bila nilai 2 : klien belum mampu.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan ibu hamil memiliki efek yang bermakna terhadap pertumbuhan
dan perkembangan anak. Meskipun sudah ada upaya peningkatan kesehatan
ibu melalui berbagai program pemerintah tetapi upaya tersebut baru
menyentuh aspek fisik dan belum pada upaya untuk peningkatan aspek
psikososial maupun kejiwaan ibu hamil. Hal ini menjadi penting karena
pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan emosional anak sangat
berkaitan dengan masalah kejiwaan ibu selama hamil.

Kesiapan menjadi orang tua sangat diperlukan sebelum anak lahir. Sikap
mental pasangan suami isteri dalam menyambut kehadiran anak dan
bagaimana mereka akan menjalankan peran sebagai orang tua, sangat
membantu menentukan kesehatan anak baik secara fisik, mental dan sosial
di kemudian hari.

Upaya yang bisa dilakukan antara lain adalah menciptakan lingkungan yang
mendukung untuk kesehatan ibu hamil, merubah perilaku yang negatif, dan
meningkatkan kesadaran ibu hamil dan keluarga tentang pentingnya
kesehatan baik fisik dan psikologis selama kehamilan. Salah satu upaya
yang bisa dilakukan adalah program pemberian informasi dengan tujuan
pendidikan pada individu dengan masalah fisik dan emosional agar mampu
mempertahankan homeostasis terhadap adanya perubahan yang tidak
diperkirakan sebelumnya maupun kejadian yang terjadi secara bertahap
membantu anggotanya mengatasi stres dalam kehidupan, berfokus pada
disfungsi perasaan, pikiran dan perilaku pada kehamilan.

Program promosi kesehatan pada ibu hamil salah satunya bisa dilakukan
melalui terapi kelompok terapeutik(TKT). hal ini perlu dilakukan karena
adanya situasi krisis yang memerlukan dukungan baik fisik, psikologis dan
social baik oleh ibu sendiri maupun orang orang di sekitarnya intervensi
ini penting dilakukan dengan harapan bahwa ibu hamil dapat beradaptasi
dengan baik terhadap setiap perubahan dalam kehamilan, terutama
perubahan psikologis dan juga ibu mampu melakukan stimulasi
perkembangan terhadap janin yang dikandungnya , karena ibu telah
memiliki pengetahuan yang memadai tentang kedua hal di atas. Selain itu
diharapkan ibu juga mampu secara mandiri melakukan perawatan bayi dan
juga mampu menjalankan peran ibu secara proporsional, setelah
melahirkan nanti.

Peran perawat dalam hal ini, sebagai terapis dapat membantu ibu hamil
dan keluarga untuk mempersiapkan dan melakukan terapi agar ibu hamil
mampu beradaptasi terhadap perubahan fisik, psikologis dan sosial serta
mampu melakukan stimulasi perkembangan janin, sehingga tugas
perkembangan ibu hamil dapat tercapai, janin sehat dan dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal. Ibu yang kuat akan melahirkan generasi
yang sehat.

B. Saran
1. Berdasarkan uraian-uraian diatas, sebaiknya ibu hamil diberikan
infotrmasi yang lengkap tentang perubahan dalam kehamilan dan
bagaimana mengatasinya agar ibu hamil mampu menerima kehamilan
dengan aman sehingga janin yang dikandungnya mendapat stimulasi yang
tepat, dikemudian hari akan lahir generasi yang cerdas.
2. Keluarga hendaknnya mendukung kehamilan ibu, dengan cara yang
benar dan turut berperan dalam melakukan stimulasi pada janin, agar
tumbuh kembang janin berjalan sesuai yang diharapkan.
3. Perawat spesialis jiwa sebagai terapis dalam Terapi Kelompok Terapeutik
hendaknya bisa ditempatkan di Puskesemas sehingga bisa membantu
pelaksanaan terapi ini di masyarakat secara langsung.
Universitas Indonesia

MODUL TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK


KELUARGA DENGAN ANAK BAYI

PROGRAM MAGISTER KEKHUSUSAN KEPERAWATAN


JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Erikson perkembangan masa bayi ini merupakan tahap awal
mengembangkan rasa percaya terhadap orang tua. Anak yang memiliki rasa
percaya dalam dirinya cenderung untuk memiliki rasa aman dan percaya diri
untuk mengeksplorasi lingkungan yang baru. Sebaliknya anak yang tidak
memiliki rasa percaya cenderung tidak memiliki harapan harapan positif,
sehingga terjadi penyimpangan berupa rasa tidak percaya dan setelah dewasa
maka menjadi orang yang mudah curiga dan tidak mampu menjalin hubungan
baru dengan orang lain.

Soetjiningsih, 1998 menyatakan bahwa kasih sayang dari orang tua akan
menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic trust).
Ikatan batin yang erat, mesra dan selaras yang diciptakan lebih awal dan lebih
permanen sangat penting, karena :turut menentukan perilaku anak di kemudian
hari, menstimulasi perkembangan otak anak, merangsang perhatian anak
terhadap dunia luar, menciptakan kelekatan (attachment) antara ibu dan anak,
serta meningkatkan rasa kepercayaan diri anak.

Menurut Santrock (2007) rasa percaya dan rasa tidak percaya bukan hanya
muncul dan sesudah itu selesai selama tahun tahun pertama anak saja,
melainkan akan muncul kembali pada tahap tahap perkembangan berikutnya.
Faktor yang mempengaruhi rasa percaya bayi menurut Soetjiningsih, 1998
adalah factor genetik dan factor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi
lingkungan prenatal yaitu lingkungan pada waktu masih didalam kandungan
dan lingkungan post natal yaitu lingkungan setelah lahir. Yang termasuk post
natal adalah lingkungan biologis, faktor fisik, faktor psikososial, faktor
keluarga. Faktor psikososial yaitu stimulasi, stimulasi adalah kegiatan
merangsang kebutuhan dasar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.
Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus
pada setiap kesempatan.

Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah


kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan kognitif,
kemampuan bahasa, kemampuan emosi, kemampuan kepribadian, kemampuan
moral, kemampuan spiritual, serta kemampuan psikososial. Melakukan
stimulasi yang memadai artinya merangsang otak anak sehingga
perkembangan kemampuan gerak, kognitif dan bahasa, emosi, kepribadian,
moral, spiritual, dan psikososial pada anak berlangsung secara optimal sesuai
dengan umur anak. Dengan stimulasi yang terarah dan teratur tumbuh
kembang anak akan lebih cepat dan motivasi belajar akan timbul jika
diberikan lingkungan yang kondusif, ganjaran atau hukuman yang wajar,
kelompok sebaya, cinta dan kasih sayang serta kualitas interaksi anak-orang
tua. (Soetjiningsih, 1998).

Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh


kembang yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk
kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak, dan anggota keluarga
lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga
swadaya masyarakat, dan sebagainya) dengan tenaga professional (kesehatan,
pendidikan dan social), akan meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak
usia dini dan kesiapan memasuki jenjang pendidikan formal (Depkes, 2006).
Maka sebagai orang tua hendaknya mampu memberikan stimulasi terhadap
anak sesuai dengan kelompok perkembangannya di lingkungan keluarganya.

Upaya untuk meningkatkan kemampuan keluarga terhadap kebutuhan


kesehatan perkembangan anggota keluarga dengan terapi kelompok
terapeutik. Menurut Townsend (2000) terapi kelompok terapeutik merupakan
salah satu jenis dari terapi kelompok yang memberi kesempatan kepada
anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan
lainnya, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah dan mengantisipasi
masalah yang akan dihadapi dengan mengajarkan cara yang efektif untuk
mengendalikan stres. Terapi kelompok terapeutik membantu anggotanya
mencegah masalah kesehatan, mendidik dan mengembangkan potensi anggota
kelompok dan meningkatan kualitas antar anggota kelompok untuk mengatasi
masalah dalam kehidupan (Keliat & Akemat, 2004).

B. Tujuan
Terapi kelompok terapeutik dilakukan oleh perawat spesialis kepada
kelompok keluarga agar keluarga mengetahui kebutuhan dan penyimpangan
perkembangan anak usia 6 12 bulan sehingga keluarga dapat memberikan
stimulasi perkembangan pada usia bayi ( 6 12 bulan ).
BAB II
PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
PADA KELUARGA DENGAN BAYI

Terapi Kelompok Terapeutik merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat


dilakukan pada berbagai situasi dan kondisi diantaranya pada keluarga yang
memiliki anggota keluarga dengan periode tahap tumbuh kembang. Berikut ini
akan disampaikan secara konsep teori terapi kelompok terapeutik.
A. Pengertian
Pengertian kelompok dalam terapi kelompok terapeutik adalah individu yang
memiliki hubungan satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan dan
mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2005). Terapi kelompok
terapeutik merupakan salah satu jenis dari terapi kelompok yang memberi
kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling
membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara menyelesaikan
masalah dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi dengan mengajarkan
cara yang efektif untuk mengendalikan stres. Kelompok terapeutik lebih
berfokus pada hubungan didalam kelompok, interaksi antara anggota
kelompok dan mempertimbangkan isu yang selektif (Townsend, 2005).

A. Tujuan Terapi Kelompok Terapeutik


Menurut Montgomery (2002 dalam Trihadi, 2009) tujuan terapi kelompok
terapeutik mempertahankan homeostasis terhadap adanya perubahan yang
tidak diperkirakan sebelumnya maupun kejadian yang terjadi secara bertahap.
Terapi kelompok terapeutik membantu anggotanya mengatasi stress dalam
kehidupan, berfokus pada disfungsi perasaan, pikiran dan perilaku. Terapi ini
dapat dilakukan pada semua tingkat usia dengan gangguan fisik maupun
psikiatri.(Stuart & Laraia, 2005, p.678, dikutip dari Bonhote, et all, 1999).
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik, krisis
tumbuh kembang atau penyesuaian sosial, misalnya kelompok wanita hamil
yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan dan penyakit terminal.
Secara garis besar tujuan dari terapi kelompok terapeutik adalah
mengantisipasi dan mangatasi masalah yang diakibatkan gangguan fisik dan
psikiatri dengan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anggota
kelompok itu sendiri (Keliat, 2005)

B. Prinsip Terapi Kelompok Terapeutik


Menurut Rockland (1989 dalam Trihadi, 2009) prinsif terapi kelompok
terapeutik adalah segera menolong klien, melibatkan dukungan keluarga dan
sistem sosial, berfokus pada kondisi sekarang, menurunkan stress dengan cara
memberikan dukungan, menggunakan tehnik klarifikasi dan pemecahan
masalah, membantu pasien untuk mengatasi krisis dimasa yang akan datang dan
secepatnya mencari pertolongan bila mengalami stress
Keterlibatan orang tua dalam melakukan stimulasi pada anak dengan
kelompok umur sesuai dengan perkembangannya menjadi sangat penting,
karena anak yang sering mendapat stimulasi yang sesuai dengan kelompok
usianya akan menjadi anak yang aktif, dan tingkah lakunya terarah pada suatu
tujuan tertentu. Sebaliknya anak yang tidak pernah diberi stimulasi akan
menjadi anak yang pasif, kurang inisiatif dan kurang rasa ingin tahu terhadap
keadaan sekeliling.

C. Karakteristik Terapi Kelompok Terapeutik


Kelompok kecil berjumlah 7 - 10 orang, keluarga mempunyai anak bayi,
homogen, berpartisipasi penuh, mempunyai otonomi, keanggotaan sukarela
dan saling membantu untuk berbagi pengalaman dalam hal memberikan
stimulasi perkembangan anak

D. Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik


Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik adalah sebagai berikut :
1. Kooperatif,.
2. Menjaga keamanan dan keselamatan kelompok
3. Mengekspresikan perasaan dan keinginan berbagi pengalaman
4. Penggunaan waktu efektif dan efisien.
5. Menjaga kerahasiaan
6. Mempunyai rasa memiliki, berkontribusi, dapat menerima satu sama lain,
mendengarkan, mempunyai kebebasan, loyalitas, dan mempunyai
kekuatan.

E. Keanggotaan
Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Terapi Kelompok
Terapeutik ini adalah
1. Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan usia bayi
2. Umur kehamilan waktu bayi lahir 37 42 minggu
3. Berat badan bayi waktu lahir 2,5 Kg
4. Tinggal serumah dengan anaknya
5. Bersedia untuk berpartisipasi penuh
6. Sukarela
7. Dapat membaca dan menulis

F. Waktu pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik


Waktu pelaksanaan terapi kelompok berdasarkan kesepakatan kelompok.
Terapi kelompok terapeutik terdiri dari tujuh sesi yaitu sesi satu : konsep
stimulasi rasa percaya, sesi dua : stimulasi aspek motorik, sesi tiga : stimulasi
aspek kognitif dan bahasa, sesi : empat stimulasi aspek emosional dan
kepribadian, sesi lima : stimulasi aspek moral dan spiritual, sesi enam :
stimulasi aspek psikososial, sesi tujuh : sharing pengalaman stimulasi.
Pertemuan dilaksanakan selama lima minggu sebanyak dua belas kali
pertemuan, dimana sesi satu dan sesi tujuh dilakukan satu kali pertemuan,
sedangkan untuk sesi dua sampai dengan sesi enam dilakukan dua kali
pertemuan setiap sesi. Alokasi waktu yang diperlukan selama kegiatan adalah
enam puluh menit sampai sembilan puluh menit.

G. Tempat pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik


Tempat pelaksaanaan terapi ini menggunakan setting komunitas dapat
dilakukan dirumah salah satu keluarga, balai pertemuan, ataupun sarana
lainnya yang tersedia dimasyarakat seperti posyandu, madrasah yang ada di
wilayah kelurahan Mulyasari Kota Tasikmalaya

H. Pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik


Dalam penelitian ini panduan dimodifikasi dengan mengadopsi tahapan terapi
kelompok terapeutik oleh Mackenzie (1997), modifikasi dari Townsend
(2009), berupa tiga langkah terapi kelompok terapeutik yang terdiri dari fase
orientasi, fase kerja dan fase terminasi Menurut Stuart and Laraia (2005)
terdiri dari tiga langkah langkah terapi kelompok terapeutik yang berisi fase
pre grup, fase initial dan fase terminasi. Menurut Trihadi (2009) terdiri dari
enam sesi yaitu sesi satu : konsep stimulasi otonomi anak, sesi dua :
stimulasi pada aspek motorik, sesi tiga : stimulasi pada aspek kognitif, sesi
empat : stimulasi pada aspek emosional, sesi lima : stimulasi pada aspek
psikososial, dan sesi 6 berbagi pengalaman, serta kombinasi dengan teori
aspek perkembangan menurut Wong , 2004 ; Hurlock, 1991; Papalia, 2008;
Depkes, 2006; Santrock, 2007). Sehingga terapi kelompok terapeutik
menjadi tujuh sesi.

Setiap sesi menggunakan enam metode yaitu metode pertama; diskusi terkait
pengalaman ibu mengenai topik yang akan dibahas, kedua; penjelasan dari
terapis tentang topik pembahasan, ketiga ; role model oleh terapis terkait
dengan cara melakukan stimulasi, keempat ; role play oleh ibu cara
melakukan stimulasi, kelima ; feedback terkait cara ibu dalam memberikan
stimulasi, keenam ; tindak lanjut terkait tugas yang harus dilakukan ibu
setelah terapi yaitu melatih anak dan mendokumentasikan dalam buku kerja.

Pelaksanaan masing masing sesi yaitu


1) Sesi Pertama
Konsep Stimulasi trust anak : Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah
mendiskusikan pengalaman yang dihadapi oleh keluarga dalam mengasuh
bayi pada masa ini, kebutuhan tahap tumbuh kembang masa anak,
penyimpangan perilaku masa anak dan bagaimana selama ini memberikan
kebutuhan perkembangannya. Hasil dari sesi pertama ini keluarga
mengetahui kebutuhan perkembangan masa bayi, penyimpangan perilaku
masa bayi serta masalah yang muncul dan kebutuhan sesuai tahap
perkembangan masa bayi.
2). Sesi Kedua
Penerapan stimulasi pada aspek motorik : pada sesi ini kegiatan yang
dilakukan adalah melakukan stimulasi perkembangan pada aspek motorik
yaitu melatih untuk mengangkat kepala, menahan kepala tetap tegak,
melonjak, duduk, merangkak, menarik ke posisi berdiri, berjalan,
membungkuk. sedangkan kemampuan motorik halusnya memegang benda
dengan kuat, memasukan benda kedalam wadah, membuat bunyi bunyian,
menyembunyikan dan mencari mainan, menyusun balok, menggambar.
Hasil yang diharapkan dari sesi dua ini keluarga mampu memberikan
stimulasi perkembangan pada aspek motorik dan mencoba mempraktekan
pada bayi. Disamping itu keluarga mengetahui sejauh mana kemampuan
yang sudah bisa dicapai oleh bayi sesuai dengan apa yang sudah diajarkan.
3). Sesi Ketiga
Penerapan stimulasi pada aspek kognitif dan bahasa : Pada sesi ini kegiatan
ang dilakukan adalah melakukan stimulasi perkembangan aspek kognitif
dan bahasa yaitu melatih bayi menunjukan bagian bagian tubuhnya yaitu
dengan cara menyebutkan dan menunjukan bagaian bagian tubuhnya
secara berulang ulang, memilih gambar gambar yang menarik dan
berwarna warni serta menyebutkan nama gambar yang ditunjuk tersebut,
menempelkan berbagai macam guntingan gambar yang menarik dan
berwarna warni dan mengajak bayi melihat gambar tersebut, bantu ia
menunjuk gambar serta sebutkan gambar tersebut dan usahakan bayi
mengulang kata kata tersebut. Sedangkan tehnik stimulasi perkembangan
pada aspek bahasa adalah mengajarkan bayi mencari sumber suara yaitu
dengan melatih bayi memalingkan mukanya kearah suara tersebut, melatih
menirukan kata kata yaitu berbicara dengan bayi berulang ulang beberapa
kata berkali kali dan usahakan agar bayi menirukannya, setap hari berbicara
dengan bayi sesering mungkinPada sesi ini keluarga mampu memberikan
stimulasi perkembangan pada aspek kognitif dan bahasa serta mengetahui
tahapan apa yang sudah dicapai dan apa yang belum tercapai pada aspek
kognitif dan bahasa.
4). Sesi Keempat
Penerapan stimulasi pada aspek emosional dan kepribadian: Pada sesi ini
kegiatan yang dilakukan adalah melakukan stimulasi perkembangan aspek
emosional dan kepribadian yang meliputi memeluk dan mencium bayi,
menina bobokan bayi, memberikan makan jika lapar, memberikan minum
jika haus serta mengganti popok jika basah, mengajak bayi keluar untuk
mengamati benda benda dan keadaan disekitarnya, mengajak bayi keluar
untuk mengamati benda benda dan keadaan disekitarnya, meniru ocehan
dan mimik muka anak, mengayun anak serta membawa bayi melihat
dirinya dirinya dicermin yang tidak mudah pecah. Pada akhir sesi ini
diharapkan keluarga mampu untuk memberikan stimulasi perkembangan
pada aspek emosional dan kepribadian dengan memenuhi kebutuhan rasa
aman dan nyaman bayi.
5).Sesi kelima
Penerapan stimulasi pada apek moral dan spiritual : Pada sesi ini kegiatan
yang dilakukan adalah melakukan stimulasi perkembangan aspek moral
dan spiritual yang meliputi : menggunakan disiplin untuk memandu,
mengendalikan dan melindungi bayi, membuat komitmen dan patuh sesuai
dengan keadaan misalnya melatih menggunakan tangan kanan jika makan
maupun jika memberikan dan menerima sesuatu, melatih mengucapkan
terima kasih jika ada yang memberi, membacakan dongeng, membacakan
kitab suci, membaca doa ketika makan, sesudah makan maupun mau tidur.
Pada akhir sesi ini diharapkan keluarga mampu untuk memberikan
stimulasi perkembangan pada aspek moral dan spiritual dengan
menggunakan disiplin untuk memandu dan melindungi bayi.
6). Sesi Keenam
Penerapan stimulasi pada aspek psikososial : Pada sesi ini kegiatan yang
dilakukan adalah melakukan stimulasi perkembangan aspek psikososial
yang meliputi : mengayun anak, menina bobokan, bermain ciluk ba,
melihat dirinya dikaca, permainan bersosialisasi seperti, makan bersama
sama, pergi ke tempat tempat umum, bermain ciluk ba, memanggil bayi
sesuai dengan namanya, memberikan pujian jika anak berhasil melakukan
sesuatu
Pada akhir sesi ini keluarga mampu memberikan stimulasi perkembangan
pada aspek psikososial dengan mempraktikan bagaimana mengajari anak
untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar termasuk teman sebaya.
7). Sesi Ketujuh
Berbagi pengalaman setelah dilatih untuk memberikan stimulasi
perkembangan pada bayi terkait perkembangan pada aspek motorik,
kognitif, emosional, kepribadian, moral, spiritual, dan psikososial : Pada
sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah menanyakan cara stimulasi yang
telah diajarkan dan apa manfaatnya bagi anak serta berbagi pengalaman
antar anggota mengenai stimulasi perkembangan yang telah dilakukan
selama ini. Keluarga mempunyai komitmen untuk selalu memberikan
stimulasi perkembangan pada bayinya.
BAB III
IMPLEMENTASI TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK

Pada bab ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi kelompok
terpeutik pada masing masing sesi dan bagaimana melakukannya.

SESI I : Penjelasan Konsep Stimulasi rasa rasa percaya bayi


1. Tujuan
Peserta mampu
a) Menyampaikan pengalaman dalam mengasuh bayi usia bayi dan berbagi
pengalaman dengan anggota kelompok yang lain
b) Menyebutkan tugas tahap perkembangan yang diraih bayi
c) Mengetahui penyaimpangan perilaku masa bayi dan bagaiamana cara
mengatasinya
2. Setting
a. Terapis dan ibu serta bayi duduk bersama secara melingkar
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Buku krrja keluarga
b. Buku rapot
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan ibu
2) Mempersiapkan alat dan tempat untuk melakukan stimulasi
perkembangan
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
a. Menyiapkan peserta yang mengasuh anak usia bayi untuk
mengikuti terapi kelompok terapeutik
b. Salam dari terapis kepada ibu
c. Perkenalkan nama dan nama panggilan terapis (pakai papan nama)
d. Menanyakan nama ibu dan nama panggilan bayi
2) Evaluasi/Validasi
a) Menanyakan perasaan ibu saat ini
b) Menanyakan pengalaman mengasuh anak usia bayi
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memberikan informasi dan
berbagi pengalaman antar anggota kelompok tentang cara
menstimulasi kemampuan perkembangan bayi, kegiatan TKT yang
terdiri dari 7 sesi
b) Menjelaskan tata tertib yaitu : setiap anggota harus mengikuti
setiap sesi. Jika ada ibu dan bayi yang ingin meninggalkan
kelompok harus meminta ijin pada fasilitator (terapis), lama
kegiatan 60 - 90 menit, setiap ibu dan bayi mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai
c. Tahap Kerja
1) Diskusikan pada masing masing anggota kelompok tentang
pengalaman mengasuh bayi usia bayi.
2) Jelaskan pada ibu tentang tugas perkembangan yang harus dicapai bayi
dan perilaku bayi yang menyimpang akibat tidak terpenuhinya
kebutuhan stimulasi perkembangan
3) Beri kesempatan pada ibu untuk mengevaluasi dan
mendokumentasikan ciri ciri perkembangan anak yang dibantu oleh
terapis
4) Berikan penjelasan cara mencapai tugas perkembangan rasa percaya
dengan memberikan stimulasi perkembangan pada bayi yang
mencakup aspek motorik, aspek kognitif, aspek bahasa. aspek
emosional, aspek kepribadian, aspek moral, aspek spiritual, dan aspek
psikososial yang akan dilakukan pada sesi sesi yang akan datang
5) Beri kesempatan hal hal yang tidak jelas
6) Berikan pujian akan kemampuan ibu
7) Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
b. Terapis menanyakan yang telah dipelajari hari ini
c. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
Mengobservasi ciri ciri perkembangan anaknya secara rinci dengan
menggunakan buku
Menambahkan dalam buku kerja jika ada tambahan tugas
perkembangan yang dicapai anak
Meminta ibu untuk bercerita pada pertemuan berikutnya untuk cara
cara menstimulasi motorik kasar dan halus
3) Kontrak akan datang
a) Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
mengenai tehnik stimulasi perkembangan bayi pada aspek motorik.
6. Evaluasi dan Dokumentasi
Terapis menulis perkembangan anak dibuku raport

SESI II : Stimulasi bayi untuk merangsang aspek motorik


1. Tujuan
Peserta mampu
d. Menyebutkan stimulasi perkembangan yang diberikan pada bayi untuk
merangsang aspek motorik
e. Mempraktekan stimulasi perkembangan aspek motorik pada bayi
2. Setting
c. Terapis dan ibu serta bayi duduk bersama
d. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
1. Latihan mengangkat kepala, duduk, melonjak, merangkak dengan
menggunakan bola kecil, kerincingan, kubus, buku kerja dan raport
2. Latihan memegang benda dan memasukan benda, membuat bunyi
bunyian, mencari mainan dengan menggunakan bola, kubus, kaleng,
sendok, buku kerja dan buku raport
4. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Role play
6. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan ibu dan bayi
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada ibu dan bayi
2) Evaluasi/Validasi
a. Menanyakan perasaan ibu
b. Meminta ibu bersama sama membuka buku kerja dan menanyakan
tambahan apakah ada tambahan tugas perkembangan rasa percaya
yang sudah dicapai bayi
c. Menanyakan kembali penyimpangan perilaku yang bisa
diakibatkan jika tidak diberikan stimulasi perkembangan
d. Menanyakan kembali pemahaman ibu tentang kebutuhan stimulasi
perkembangan bayi
3) Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi perkembangan untuk
merangnsang perkembangan aspek motorik bayi
b. Mengingatkan kembali tata tertib yaitu: Jika ada ibu yang ingin
meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan 60 - 90 menit setiap ibu
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c. Tahap Kerja
Diskusikan dan beri kesempatan pada ibu untuk bercerita cara cara
menstimulasi motorik halus dan kasar.
Jelaskan mengenai tehnik stimulasi perkembangan pada aspek motorik
kasar yaitu mengajarkan keluarga untuk mengangkat kepala, melonjak,
duduk, merangkak, menarik ke posisi berdiri, sedangkan kemampuan
motorik halusnya memegang benda dengan kuat, memasukan
benda kedalam wadah, membuat bunyi bunyian, menyembunyikan
dan mencari mainan.
Berikan kesempatan pada ibu untuk bertanya
Latihan menstimulasi bayi mengangkat kepala
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara melakukan stimulasi
agar bayi dapat mengangkat kepala
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
mengangkat kepala
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
Latihan menstimulasi bayi duduk
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara melakukan stimulasi
agar bayi dapat duduk
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat duduk
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
Latihan menstimulasi bayi melonjak
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara melakukan stimulasi
agar bayi dapat melonjak
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
melonjak
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
Latihan menstimulasi bayi merangkak
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara melakukan stimulasi
agar bayi dapat merangkak
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
merangkak
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
Latihan menstimulasi bayi berdiri
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara melakukan stimulasi
agar bayi dapat berdiri
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat berdiri
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
Latihan menstimulasi bayi berjalan
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara melakukan stimulasi
agar bayi dapat berjalan
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
berjalan
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
Latihan menstimulasi bayi membungkuk
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara melakukan stimulasi
agar bayi dapat membungkuk
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
membungkuk
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
Latihan menstimulasi memegang sebuah benda dan dapat memasukan
benda kedalam wadah
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara melakukan stimulasi
agar bayi dapat memegang sebuah benda dan dapat memasukan
benda kedalam wadah
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
memegang sebuah benda dan dapat memasukan benda kedalam
wadah
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu mengenai hal hal yang
tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
Latihan menstimulasi bayi membuat bunyi bunyian
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara melakukan stimulasi
agar bayi dapat membuat bunyi bunyian
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
membuat bunyi bunyian
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu mengenai hal hal yang
tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
Latihan menstimulasi bayi mencari mainan
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara melakukan stimulasi
agar bayi dapat mencari mainan
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
mencari mainan
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu mengenai hal hal yang
tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
Berikan kesimpulan tentang stimulasi perkembangan pada aspek
motorik yang telah dibahas.
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
b. Terapis menanyakan apa saja yang sudah dilakukan
c. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan pada ibu untuk mencoba melatih dirumah gerakan
halus dan kasar minimal minimal 1 kali
b) Memasukan kegiatan stimulasi motorik pada buku kerja
c) Meminta ibu untuk bercerita pada pertemuan berikutnya untuk cara
cara menstimulasi kognitif dan bahasa
3) Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
mengenai tehnik stimulasi perkembangan bayi pada aspek kognitif
dan bahasa.
6. Evaluasi dan Dokumentasi
a) Terapis menulis perkembangan bayi, kemampuan menstimulasi
motorik bayi
SESI III : Stimulasi Bayi untuk merangsang aspek kognitif dan bahasa
1. Tujuan
Peserta mampu
c. Menyebutkan stimulasi perkembangan yang diberikan pada bayi untuk
merangsang aspek kognitif dan bahasa
d. Memberikan stimulasi perkembangan aspek kognitif dan bahasa pada
bayi
2. Setting
a. Terapis dan ibu serta bayi duduk bersama
b. Tempat yang nyaman dan tenang
7. Alat
a. Latihan kemampuan menunjukan gambar, mengulang kata menggunakan
gambar gambar, buku keluarga dan buku raport
b. Latihan kemampuan mencari sumber suara dengan kerincingan, buku
keluarga dan buku raport
8. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play
9. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan ibu
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada ibu dan bayi
2) Evaluasi/Validasi
a. Menanyakan perasaan ibu
b. Meminta ibu bersama sama membuka buku kerja dan menanyakan
tambahan apakah ada tambahan tugas perkembangan rasa percaya
yang sudah dicapai bayi
c. Menanyakan kegiatan melatih kemampuan gerakan kasar dan
halus yang sudah dilatih.
b. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi perkembangan untuk
merangsang perkembangan aspek kognitif dan bahasa
Mengingatkan kembali tata tertib, yaitu: Jika ada ibu dan bayi yang
ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan 90 menit setiap ibu dan bayi
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c. Tahap Kerja
Diskusikan dan beri kesempatan pada ibu untuk bercerita cara cara
menstimulasi kognitif dan bahasa
2) Jelaskan mengenai tehnik stimulasi perkembangan pada aspek kognitif
yaitu mengajarkan keluarga untuk menunjuk gambar, menyebutkan
gambar, menunjuk bagian bagian tubuhnya sedangkan kemampuan
bahasa adalah mengeluarkan suara, mencari sumber suara, menirukan
kata kata.
3) Berikan kesempatan pada ibu untuk bertanya
4) Latihan menstimulasi bayi menunjukan bagian bagian tubuhnya
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara menunjukan bagian
bagian tubuhnya
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
menunjukan bagian bagian tubuhnya
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
5) Latihan menstimulasi bayi mengulang kata kata
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara menyebutkan nama
gambar yang ditunjuk
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
mengulang kata kata ibu
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
6) Latihan menstimulasi bayi menunjuk gambar
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara menstimulasi bayi
agar dapat menunjuk gambar
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
menunjuk gambar
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
7) Latihan menstimulasi bayi mengeluarkan suara
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara menstimulasi bayi
agar dapat mengeluarkan suara
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
mengeluarkan suara
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
8) Latihan menstimulasi bayi mencari sumber suara
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara menstimulasi bayi
agar dapat mencari sumber suara
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
mencari sumber suara
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
9) Latihan menstimulasi bayi menirukan kata kata
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara menstimulasi bayi
agar dapat menirukan kata kata
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
menirukan kata kata
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
10) Berikan kesimpulan tentang stimulasi perkembangan pada aspek
kognitif dan bahasa yang telah dibahas.
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
b. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan pada ibu untuk mencoba melatih dirumah gerakan
halus dan kasar, kognitif dan bahasa minimal 1 kali
b) Memasukan kegiatan stimulasi motorik, kognitif dan bahasa pada
buku kerja
c) Meminta ibu untuk bercerita pada pertemuan berikutnya untuk cara
cara menstimulasi emosional dan kepribadian
3) Kontrak akan datang
a) Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
mengenai tehnik stimulasi perkembangan bayi pada aspek
emosional dan kepribadian.
10. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Terapis menulis perkembangan bayi, kemampuan menstimulasi
motorik , kognitif dan bahasa pada bayi

SESI IV : Stimulasi Bayi untuk merangsang aspek emosional dan


kepribadian
1. Tujuan
Peserta mampu
a. Menyebutkan stimulasi yang diberikan pada bayi untuk merangsang aspek
emosional dan kepribadian
b. Memberikan stimulasi perkembangan emosional dan kepribadian pada
bayi
2. Setting
a. Terapis dan ibu serta bayi duduk bersama
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Bola, kerincingan, cermin, buku kerja, raport untuk latihan meraih
mainan, melihat dirinya dikaca
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan ibu
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada ibu dan bayi
2) Evaluasi/Validasi
a) Menanyakan perasaan ibu
b) Meminta ibu bersama sama membuka buku kerja dan
menanyakan tambahan apakah ada tambahan tugas
perkembangan rasa percaya yang sudah dicapai bayi
c) Menanyakan kegiatan melatih kemampuan gerakan kasar,
gerakan halus, kognitif dan bahasa yang sudah dilatih
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi perkembangan pada
aspek emosional dan kepribadian
2. Mengingatkan kembali tata tertib, yaitu:
a. Jika ada ibu dan bayi yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta ijin pada terapis
b. Lama kegiatan 60 - 90 menit
c. Setiap ibu dan bayi mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
d. Tahap Kerja
1. Diskusikan dan beri kesempatan pada ibu untuk bercerita cara cara
menstimulasi emosional dan kepribadian
2. Diskusikan dan beri kesempatan pada ibu untuk mengungkapkan
pendapat mengenai perkembangan pada aspek emosional dan
kepribadian pada bayi serta cara melakukan stimulasi.
3. Jelaskan mengenai tehnik stimulasi perkembangan pada aspek
emosional yaitu mengajarkan keluarga untuk memberikan rasa aman
dan nyaman, mengenal lingkungan diluar rumah sedangkan
kemampuan kepribadian adalah melatih agar bayi dapat meraih suatu
mainan, meniru ocehan bayi, mengajak bayi melihat dirinya dikaca
4. Berikan kesempatan pada ibu untuk bertanya
5. Latihan menstimulasi untuk memberikan rasa aman dan nyaman
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara memberikan rasa
aman dan nyaman dengan memeluk dan mencium bayi,
meninabobokan bayi, memberi makan, minum dan mengganti
popok jika basah
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
merasa aman dan nyaman
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
6. Latihan menstimulasi bayi mengenal lingkungan diluar rumah
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu mengenal lingkungan di
luar rumah dengan cara mengajak bayi keluar untuk mengamati
benda benda dan keadaan disekitarnya
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
mengenal lingkungan diluar rumah
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
7. Latihan menstimulasi bayi meraih mainan
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu melatih bayi untuk meraih
suatu mainan dengan cara meletakan suatu mainan diluar
jangkauan bayi
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
meraih suatu mainan
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
8. Latihan menstimulasi dengan meniru ocehan bayi
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara meniru ocehan bayi
dan mimik muka anak dan mengayun anak
b. Ibu melakukan role play
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
9. Latihan menstimulasi bayi dengan melihat dirinya dicermin
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara membawa bayi
melihat dirinya dicermin
b. Ibu melakukan role play
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk memberikan
masukan
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
10. Berikan kesimpulan tentang stimulasi perkembangan pada aspek
emosional dan kepribadian yang telah dibahas.
e. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
b) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan pada ibu untuk mencoba melatih dirumah
gerakan halus, gerakan kasar, kognitif, bahasa, emosional dan
kepribadian minimal 1 kali
b) Memasukan kegiatan stimulasi motorik, kognitif , bahasa,
emosional, dan kepribadian pada buku kerja
c) Meminta ibu untuk bercerita pada pertemuan berikutnya untuk
cara cara menstimulasi moral dan spiritual
3) Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
mengenai tehnik stimulasi perkembangan bayi pada aspek moral
dan spiritual
6. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Terapis menulis perkembangan bayi, kemampuan menstimulasi
motorik , kognitif, bahasa, emosional dan kepribadian pada bayi

SESI V : Stimulasi Bayi untuk merangsang aspek moral dan spiritual


1. Tujuan
Peserta mampu
a. Menyebutkan stimulasi yang diberikan pada bayi untuk merangsang aspek
moral dan spiritual
b. Orang Memberikan stimulasi perkembangan moral dan spiritual pada bayi
2. Setting
1) Terapis dan ibu serta bayi duduk bersama
2) Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
Buku kerja, buku rapot, kitab suci, buku cerita, mainan, makanan untuk
latihan menggunakan tangan kanan
4. Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Role play
5. Langkah Kegiatan
1) Persiapan
1) Membuat kontrak dengan ibu
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
2) Orientasi
1) Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada ibu dan bayi
2) Evaluasi/Validasi
a) Menanyakan perasaan ibu
b) Meminta ibu bersama sama membuka buku kerja dan menanyakan
tambahan apakah ada tambahan tugas perkembangan rasa percaya
yang sudah dicapai bayi
c) Menanyakan kegiatan melatih kemampuan gerakan kasar, gerakan
halus, kognitif, bahasa, emosional dan kepribadian yang sudah
dilatih
3) Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi perkembangan pada
aspek moral dan spiritual
2. Mengingatkan kembali tata tertib, yaitu:
a) Jika ada ibu dan bayi yang ingin meninggalkan kelompok,
harus meminta ijin pada terapis
b) Lama kegiatan 60 - 90 menit
c) Setiap ibu dan bayi mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai
4) Tahap Kerja
a) Diskusikan dan beri kesempatan pada ibu untuk bercerita cara cara
menstimulasi perkembangan moral dan spiritual
b) Jelaskan mengenai tehnik stimulasi perkembangan pada aspek moral
yaitu melatih menggunakan tangan kanan jika makan, melatih melatih
menggunakan tangan kanan jika memberikan sesuatu, melatih
menggunakan tangan kanan jika menerima sesuatu sedangkan
kemampuan spiritual adalah membacakan doa sebelum dan setelah
makan, membacakan dongeng, membacakan kitab suci
c) Berikan kesempatan pada ibu untuk bertanya
4) Latihan menstimulasi bayi menggunakan tangan kanan jika makan
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara melatih menggunakan
tangan kanan jika makan
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
menggunakan tangan kanan jika makan
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
5) Latihan menstimulasi menggunakan tangan kanan jika memberikan
sesuatu
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara melatih menggunakan
tangan kanan jika memberikan sesuatu
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
menggunakan tangan kanan jika memberikan sesuatu kepada yang
lain
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
6) Latihan menstimulasi bayi menggunakan tangan kanan jika menerima
seseuatu
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara melatih menggunakan
tangan kanan jika menerima sesuatu
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi agar dapat
menggunakan tangan kanan jika menerima sesuatu
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
7) Latihan menstimulasi bayi dengan membacakan doa sebelum dan
setelah makan
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara membacakan doa
sebelum dan setelah makan
b. Ibu melakukan role play cara membacakan doa sebelum dan
setelah makan
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
8) Latihan menstimulasi bayi dengan membacakan dongeng
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara membacakan dongeng
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi bayi dengan
membacakan dongeng
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
9) Latihan menstimulasi bayi dengan membacakan kitab suci
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara membacakan kitab
suci
b. Ibu melakukan role play cara menstimulasi dengan membacakan
kitan suci
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk memberikan
masukan
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
10) Berikan kesimpulan tentang stimulasi perkembangan pada aspek moral
dan spiritual yang telah dibahas.
e) Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
b) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan pada ibu untuk mencoba melatih dirumah gerakan
halus dan kasar, kognitif, bahasa, emosional, kepribadian, moral
dan spiritual minimal 1 kali
b) Memasukan kegiatan stimulasi motorik, kognitif, bahasa,
emosional, kepribadian, moral dan spiritual pada buku kerja
c) Meminta ibu untuk bercerita pada pertemuan berikutnya untuk cara
cara menstimulasi psikososial
3) Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
mengenai tehnik stimulasi perkembangan bayi pada aspek
psikososial
6. Evaluasi dan Dokumentasi
1) Terapis menulis perkembangan bayi, kemampuan menstimulasi
motorik , kognitif, bahasa, emosional, kepribadian, moral dan
spiritual pada bayi
SESI VI : Stimulasi Bayi untuk merangsang aspek psikososial
1. Tujuan
Peserta mampu
a. Menyebutkan stimulasi yang diberikan pada bayi untuk merangsang
perkembangan aspek psikososial
b. Memberikan stimulasi perkembangan aspek psikososial pada bayi
2. Setting
a. Terapis dan ibu serta bayi duduk bersama
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Buku kerja, buku rapot
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role plays
5. Langkah Kegiatan
4. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan ibu dan bayi
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
5. Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada ibu dan bayi
b) Terapis dan bayi pakai papan nama
2) Evaluasi/Validasi
a) Menanyakan perasaan ibu
b) Meminta ibu bersama sama membuka buku kerja dan menanyakan
tambahan apakah ada tambahan tugas perkembangan rasa percaya
yang sudah dicapai bayi
c) Menanyakan kegiatan melatih kemampuan gerakan kasar, gerakan
halus, kognitif, bahasa, emosional, kepribadian, moral dan spiritual
yang sudah dilatih
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi perkembangan pada
aspek psikososial
b) Mengingatkan kembali tata tertib, yaitu : Jika ada ibu dan bayi
yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin pada
terapis, lama kegiatan 60 - 90 menit, setiap ibu dan bayi mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai

6. Tahap Kerja
1) Diskusikan dan beri kesempatan pada ibu untuk bercerita cara cara
menstimulasi psikososial
2) Jelaskan mengenai tehnik stimulasi perkembangan pada aspek
psikososial yaitu mengembangkan rasa percaya dengan bermain ciluk
ba, memanggil bayi sesuai dengan namanya, memberikan pujian jika
anak berhasil melakukan sesuatu
3) Berikan kesempatan pada ibu untuk bertanya
4) Latihan menstimulasi bayi dengan cara bermain ciluk ba
a.Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara melakukan permainan
ciluk ba
b.Ibu melakukan role play cara melakukan ciluk ba agar dapat
menimbulkan rasa percaya pada bayi
c.Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d.Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi pada
bayi
e.Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
5) Latihan menstimulasi bayi dengan cara memnggil bayi sesuai dengan
namanya
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara memanggil bayi
sesuai dengan namanya
b. Ibu melakukan role play cara memanggil nama bayi sesuai
dengan namanya agar tumbuh rasa percaya pada anak
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi

6) Latihan menstimulasi bayi dengan cara memberikan pujian jika anak


berhasil melakukan sesuatu sehingga tumbuh rasa percaya
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara memberikan pujian
jika anak berhasil melakukan sesuatu
b. Ibu melakukan role play cara memberikan pujian jika anak
berhasil melakukan sesuatu sehingga tumbuh rasa percaya
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
7) Berikan kesimpulan tentang stimulasi perkembangan pada aspek
psikososial yang telah dibahas.

7. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
b. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a. Menganjurkan pada ibu untuk mencoba melatih dirumah gerakan
halus dan kasar, kognitif, bahasa, emosional, kepribadian, moral,
spiritual dan psikososial minimal 1 kali
b. Memasukan kegiatan stimulasi motorik, kognitif, bahasa,
emosional, kepribadian, moral, spiritual, dan psikososial pada
buku kerja
3) Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
berbagi pengalaman setelah mencoba memberikan stimulasi
perkembangan pada bayi.
6. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Terapis menulis perkembangan bayi, kemampuan menstimulasi motorik ,
kognitif, bahasa, emosional, kepribadian, moral, spiritual, psikososial
pada bayi

SESI VII : Sharing Persepsi tentang Stimulasi Bayi yang telah dilakukan
1. Tujuan
a. Anggota kelompok mampu untuk berbagi pengalaman dalam memberikan
stimulasi perkembangan yang telah dipelajari selama sesi 1 6
b. Ibu mampu memahami pentingnya stimulasi perkembangan pada bayi
2. Setting
a. Terapis dan ibu serta bayi duduk bersama
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Buku kerja dan rapot
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
i. Membuat kontrak dengan ibu dan bayi
ii. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada ibu dan bayi
2) Evaluasi/Validasi
a) Menanyakan perasaan ibu
b) Meminta ibu bersama sama membuka buku kerja dan menanyakan
tambahan apakah ada tambahan tugas perkembangan rasa percaya
yang sudah dicapai bayi
c) Menanyakan kegiatan melatih kemampuan gerakan kasar, gerakan
halus, kognitif, bahasa, emosional, kepribadian, moral, spiritual
dan psikososial yang sudah dilatih
3) Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berbagi pengalaman tentang
cara memberikan stimulasi perkembangan yang telah dipelajari
b. Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada ibu dan bayi yang
ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan 90 menit, setiap ibu dan bayi
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c. Tahap Kerja
Mengevaluasi seluruh kemampuan yang sudah dilakukan oleh ibu
1. Beri kesempatan pada ibu untuk mengungkapkan pendapat mengenai
ciri ciri perkembangan rasa percaya dan ciri ciri penyimpangan rasa
percaya
2. Mengevaluasi kemampuan motorik
a) Menayakan apa saja yang sudah dilakukan ibu dalam
menstimulasi gerakan kasar dan halus pada bayi
b) Menanyakan hasil setelah memberikan stimulasi
c) Memberikan pujian dan yang belum jelas dilatih ulang lagi
3. Mengevaluasi latihan kemampuan motorik
a) Menayakan apa saja yang sudah dilakukan ibu dalam
menstimulasi gerakan kognitif dan bahasa pada bayi
b) Menanyakan hasil setelah memberikan stimulasi
c) Memberikan pujian dan yang belum jelas dilatih ulang lagi
4. Mengevaluasi latihan kemampuan kognitif dan bahasa
a) Menayakan apa saja yang sudah dilakukan ibu dalam
menstimulasi kognitif dan bahasa pada bayi
b) Menanyakan hasil setelah memberikan stimulasi
c) Memberikan pujian dan yang belum jelas dilatih ulang lagi
5. Mengevaluasi latihan kemampuan emosional dan kepribadian
a) Menayakan apa saja yang sudah dilakukan ibu dalam
menstimulasi emosional dan kepribadian pada bayi
b) Menanyakan hasil setelah memberikan stimulasi
c) Memberikan pujian dan yang belum jelas dilatih ulang lagi
6. Mengevaluasi latihan kemampuan moral dan spiritual
a) Menayakan apa saja yang sudah dilakukan ibu dalam
menstimulasi aspek moral dan spiritual pada bayi
b) Menanyakan hasil setelah memberikan stimulasi
c) Memberikan pujian dan yang belum jelas dilatih ulang lagi
7. Mengevaluasi latihan kemampuan psikososial
a) Menayakan apa saja yang sudah dilakukan ibu dalam
menstimulasi psikososial pada bayi
b) Menanyakan hasil setelah memberikan stimulasi
c) Memberikan pujian dan yang belum jelas dilatih ulang lagi
8. Berikan kesimpulan tentang stimulasi perkembangan yang telah
dibahas dan motivasi anggota kelompok untuk saling memberikan
stimulasi perkembangan pada bayinya.
d. Tahap Terminasi
1. Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
b) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2. Tindak Lanjut
a) Menganjurkan pada ibu untuk selalu memberikan stimulasi pada bayi
b) Minta ibu untuk membagi pengalaman dengan ibu yang lain
c) Mengajak ibu yang mempunyai bayi usia bayi untuk memberikan
stimulasi perkembangan
3. Kontrak akan datang
a) Mengakhiri kontrak pertemuan, kesepakatan akan dibuat kembali jika
diperlukan
6. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Terapis menulis perkembangan bayi, kemampuan menstimulasi motorik ,
kognitif, bahasa, emosional, kepribadian, moral, spiritual, psikososial
dan sharing pengalaman tentang stimulasi bayi
TKT PADA PRA ANAK SEKOLAH
BAB I
PENDAHULUAN

C. Latar belakang
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia
seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang
dilakukan sedini mungkin sejak anak masih dalam kandungan. Upaya
kesehatan yang dilakukan sejak anak masih dalam kandungan sampai lima
tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh
kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki
intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya (Depkes, 2007)

Untuk melejitkan potensi yang dimiliki anak, keluarga berperan penting


sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sehingga setiap
orang tua perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai
pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya sesuai dengan usia.
Keberhasilan setiap tahap perkembangan menjadi pondasi bagi tahap
perkembangan selanjutnya. Baik buruknya pengalaman di masa kanak-kanak
akan menentukan sikap mental anak tersebut setelah ia menjadi dewasa,
karena itu keluarga perlu memperhatikan tingkah laku dan sikap mental
ataupun kebiasaannya, agar dapat dihindarkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Dengan demikian terlihat betapa pentingnya memberikan perhatian khusus
terhadap anak-anak yang sedang mengalami fase pertama di dalam
perkembangannya menjadi orang dewasa.

Perkembangan anak dipengaruhi berbagai faktor yang satu sama lain saling
mempengaruhi, antara lain : stimulasi yang diterima anak sejak bayi,
kematangan anak pada saat menerima stimulasi, sifat-sifat bawaan dari anak,
sikap orang tua terhadap anak atau bayi dan interaksi antara orang tua
terhadap anak ( Maimunah, 2001)
Stimulasi merupakan rangsangan yang diberikan kepada anak oleh
lingkungan, khususnya ibunya, agar anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Stimulasi dapat diberikan setiap ada kesempatan bersama
anak melalui kegiatan rumah tangga ataupun di luar rumah tangga.

Keperawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan memegang peranan


penting dalam upaya peningkatan perkembangan anak sesuai tugas
perkembangan. Berbagai pelayanan kesehatan bisa diberikan oleh perawat
baik bersifat umum maupun pelayanan spesialis yang diberikan oleh perawat
spesialis jiwa, untuk membantu meningkatkan perkembangan anak. Pelayanan
pun mulai diarahkan bukan hanya pada setting rumah sakit yang lebih
berorientasi pada upaya kuratif tetapi pada semua tataran pelayanan terutama
pada setting komunitas yang lebih berorientasi pada upaya promotif dan
preventif. Pada setting komunitas, perawat memberikan pelayanan bukan
hanya di Puskesmas tetapi juga pada institusi seperti pada tempat pelayanan
anak usia dini yang sudah disebutkan sebelumnya, seperti Taman Kanak-
Kanak, Raudathul Athfal, Kelompok Bermain, Tempat Pendidikan Anak,
Posyandu, dan keluarga.

Pelayanan kesehatan bersifat umum yang diberikan berupa pendidikan


kesehatan mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak dan deteksi dini
tumbuh kembang anak. Menurut penelitian yang dilakukan Nasution (2005)
bahwa ada hubungan antara pendidikan kesehatan keluarga dengan
pengetahuan keluarga tentang kesehatan.

Pelayanan spesialis yang bisa diberikan perawat spesialis jiwa kepada


keluarga berupa terapi keluarga, terapi kelompok seperti edukasi kelompok,
psikoedukasi kelompok, terapi supportif, kelompok swa bantu, dan terapi
kelompok terapeutik. (Stuart & Laraia, 2005) Sedangkan untuk anak, berbagai
terapi juga bisa diberikan sesuai dengan tahap perkembangan anak, seperti
terapi aktivitas kelompok, terapi bermain, terapi kelompok sebaya (peer
therapy), psikoedukasi kelompok (Johnson, 1995)
Berbagai terapi yang telah disebutkan bisa diberikan untuk membantu
individu, keluarga, maupun kelompok yang mempunyai masalah psikologis
terkait masalah pertumbuhan dan perkembangan anak sedangkan terapi
kelompok terapeutik diberikan sebagai upaya peningkatan pertumbuhan dan
perkembangan dalam setiap tahap perkembangan manusia (Townsend, 2009)

D. Tujuan
Terapi Kelompok Terapeutik (TKT) dilakukan oleh perawat spesialis kepada
kelompok keluarga agar keluarga mengetahui kebutuhan dan penyimpangan
perkembangan anak usia pra sekolah (3-6 tahun ) sehingga dapat memberikan
stimulasi perkembangan pada anak usia pra sekolah
BAB II
PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
PADA KELUARGA DENGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH

Terapi Kelompok Terapeutik merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat


dilakukan pada berbagai situasi dan kondisi diantaranya pada keluarga yang
memiliki anggota keluarga dengan periode tahap tumbuh kembang. Berikut ini
akan disampaikan konsep Terapi Kelompok Terapeutik.
A. Pengertian
Pengertian kelompok dalam Terapi Kelompok Terapeutik adalah individu
yang memiliki hubungan satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan
dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2005). Terapi Kelompok
Terapeutik merupakan salah satu jenis dari terapi kelompok yang memberi
kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling
membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara menyelesaikan
masalah dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi dengan
mengajarkan cara yang efektif untuk mengendalikan stres. Kelompok
terapeutik lebih berfokus pada hubungan didalam kelompok, interaksi antara
anggota kelompok dan mempertimbangkan isu yang selektif (Townsend,
2009).

B. Tujuan Terapi Kelompok Terapeutik


Menurut Montgomery, (2002, dalam Trihadi, 2009), tujuan Terapi Kelompok
Terapeutik adalah mempertahankan homeostasis terhadap adanya perubahan
yang tidak diperkirakan sebelumnya maupun kejadian yang terjadi secara
bertahap. Terapi Kelompok Terapeutik membantu anggotanya mengatasi
stress dalam kehidupan, berfokus pada disfungsi perasaan, pikiran dan
perilaku. Terapi ini dapat dilakukan pada semua tingkat usia dengan
gangguan fisik maupun psikiatri.(Stuart & Laraia, 2005, dikutip dari
Bonhote, et all, 1999). Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress
emosi, penyakit fisik, krisis tumbuh kembang atau penyesuaian sosial,
misalnya kelompok wanita hamil yang akan menjadi ibu, individu yang
kehilangan dan penyakit terminal. Secara garis besar tujuan dari terapi
kelompok terapeutik adalah mengantisipasi dan mangatasi masalah yang
diakibatkan gangguan fisik dan psikiatri dengan mengembangkan potensi
yang dimiliki oleh anggota kelompok itu sendiri (Keliat, 2005)

C. Prinsip Terapi Kelompok Terapeutik


Prinsip Terapi Kelompok Terapeutik harus memperhatikan prinsip-prinsip :
dengan segera menolong klien, melibatkan dukungan keluarga dan sistem
sosial, berfokus pada kondisi sekarang, menurunkan stress dengan cara
memberikan dukungan atau menggunakan obat obatan bila dianggap
penting, menggunakan tehnik klarifikasi dan pemecahan masalah, membantu
pasien untuk mengatasi krisis dimasa yang akan datang dan secepatnya
mencari pertolongan bila mengalami masalah (Rockland, 1989, dikutip dari
Trihadi, 2009)

Keterlibatan orang tua dalam melakukan stimulasi pada anak dengan


kelompok umur sesuai dengan perkembangannya menjadi sangat penting,
karena anak yang mendapat stimulasi yang sesuai dengan kelompok usianya
akan menjadi anak yang aktif, dan tingkah lakunya terarah pada suatu tujuan
perkembangan. Sebaliknya anak yang tidak pernah diberi stimulasi akan
menjadi anak yang pasif, kurang inisiatif dan kurang rasa ingin tahu terhadap
keadaan sekeliling.

D. Karakteristik Terapi Kelompok Terapeutik


Kelompok kecil berjumlah 7 10 orang, keluarga (ibu) yang mempunyai
anak usia pra sekolah, berpartisipasi penuh, mempunyai otonomi,
keanggotaan sukarela dan saling membantu untuk berbagi pengalaman dalam
hal memberikan stimulasi perkembangan anak
E. Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik
Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik adalah sebagai berikut :
Kooperatif, menjaga keamanan dan keselamatan kelompok, mengekspresikan
perasaan dan keinginan berbagi pengalaman, penggunaan waktu efektif dan
efisien, menjaga kerahasiaan, mempunyai rasa memiliki, berkontribusi, dapat
menerima satu sama lain, mendengarkan, mempunyai kebebasan, loyalitas,
dan mempunyai kekuatan.

F. Keanggotaan
Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Terapi Kelompok
Terapeutik
ini adalah
1. Orang tua (ibu) yang memiliki anak usia pra sekolah (3-4,5 tahun)
2. Tinggal serumah dengan anaknya
3. Bersedia untuk berpartisipasi penuh
4. Sukarela
5. Dapat membaca dan menulis
G. Waktu pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik
Waktu pelaksanaan disesuaikan dengan kesepakatan kelompok. Terapi
Kelompok Terapeutik (TKT) dilakukan sebanyak tujuh sesi yang terdiri dari
sesi satu : konsep stimulasi inisiatif, sesi dua : stimulasi motorik kasar dan
halus, sesi tiga : stimulasi kognitif dan bahasa, sesi empat : stimulasi emosi
dan kepribadian, sesi lima : stimulasi moral dan spiritual, sesi enam :
stimulasi psikososial, sesi tujuh : sharing pengalaman. Pertemuan sesi satu
dan sesi tujuh dilaksanakan masing-masing satu kali pertemuan, sedangkan
sesi dua sampai sesi enam dilaksanakan masing-masing sebanyak dua kali
pertemuan, setiap pertemuan dilakukan dalam satu hari selama enam puluh
sampai sembilan puluh menit, sehingga terapi dilaksanakan dalam lima
minggu dengan dua belas kali pertemuan tiap kelompok untuk memberikan
kesempatan bagi orang tua memberikan stimulasi pada anaknya
H. Tempat pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik
Tempat pelaksaanaan terapi ini menggunakan setting komunitas dapat
dilakukan di rumah salah satu keluarga, balai pertemuan, ataupun sarana
lainnya yang tersedia di masyarakat seperti Posyandu.

I. Pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik


Pada penelitian ini Terapi kelompok terapeutik dilakukan pada keluarga yang
mempunyai anak usia pra sekolah. Tujuan yang diharapkan keluarga mampu
meningkatkan kemampuan dalam memberikan kebutuhan tahap tumbuh
kembang usia pra sekolah baik secara kognitif maupun psikomotor. Metode
yang digunakan berupa diskusi dan role play. Dalam penelitian ini panduan
dimodifikasi dengan mengadopsi tahapan terapi kelompok terapeutik oleh
Mackenzie (1997), Stuart and Laraia (2005) yang terdiri dari fase pre group,
inisial dan terminasi, Townsend (2009) yang terdiri dari fase inisial atau
orientasi, fase pertengahan atau fase kerja dan fase final atau terminasi serta
Trihadi (2009) yang terdiri atas enam sesi yang terdiri dari sesi satu : konsep
stimulasi otonomi anak, sesi dua : stimulasi motorik, sesi tiga : stimulasi
kognitif, sesi empat : stimulasi emosi, sesi lima : stimulasi psikososial, sesi
enam : sharing pengalaman serta kombinasi dengan teori aspek
perkembangan usia pra sekolah (Papalia (2008), Santrock (2007),
Hockenberry & Wilson (2007), Hamid (2009), Feist & Feist 2008)) sehingga
Terapi Kelompok Terapeutik ini menjadi tujuh sesi.

Setiap sesi menggunakan enam metode, yaitu pertama; diskusi terkait


pengalaman ibu mengenai topik yang akan dibahas, kedua : penjelasan dari
terapis mengenai topik pembahasan, ketiga : role model oleh terapis terkait
cara melakukan stimulasi kepada anak pra sekolah, keempat : role play oleh
ibu cara melakukan stimulasi kepada anak, kelima feedback mengenai cara
ibu dalam memberikan stimulasi, dan keenam tindak lanjut terkait tugas yang
harus dilakukan ibu setelah terapi yaitu melatih kemampuan anak dan
mendokumentasikan hasil dalam buku kerja.
Adapun pelaksanaan masing-masing sesi yaitu :
1. Sesi pertama : konsep stimulasi inisiatif anak pra sekolah
Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah terapis mendiskusikan
pengalaman yang dihadapi oleh keluarga yang memiliki anak usia pra
sekolah, kebutuhan tahap tumbuh kembang anak usia pra sekolah, (setiap
aspek perkembangan mempengaruhi tugas perkembangan inisiatif)
penyimpangan perilaku anak usia pra sekolah dan bagaimana selama ini
memberikan kebutuhan perkembangannya. Hasil dari sesi pertama ini
keluarga mengetahui kebutuhan perkembangan anak usia pra sekolah, ciri
perkembangan inisiatif, penyimpangan perilaku dan cara mengetasi
masalah yang muncul sesuai tahap perkembangan anak usia pra sekolah.

2. Sesi kedua : stimulasi motorik kasar dan motorik halus


Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah terapis mengajarkan stimulasi
perkembangan aspek motorik kasar dan halus pada orang tua. Kegiatan
motorik kasar yang dilatih yaitu; berjalan di atas papan sempit, melompat
tali dan lomba karung. Sedangkan kegiatan motorik halus yang dilatih
yaitu menggambar bentuk seperti; bulatan, kotak, matahari, bulan, bintang,
rumah dan orang, kemudian menghitung benda kecil seperti kacang tanah
dan memasukkannya ke dalam botol.. Stimulasi diberikan melalui bermain
tanpa terkesan memerintah anak.

Setelah mengajarkan kepada orang tua, terapis mempraktikkan langsung


cara stimulasi pada anak, kemudian terapis memberi kesempatan pada
orang tua untuk mempraktikkan stimulasi langsung pada anak. Terapis
juga meminta komitmen orang tua untuk melatih secara teratur dan
memberi kesempatan anak mempraktikkan keterampilan, Terapis juga
diharapkan senantiasa memberikan pujian atas keberhasilan keluarga
melakukan stimulasi dan keberhasilan anak melakukan keterampilan yang
dilatih. Terapis juga mengajarkan orang tua bagaimana cara memberi
pujian atas keberhasilan anak melakukan kegiatan, dan bagaimana
memotivasi anak untuk tetap mencoba bila belum berhasil melakukan
kegiatan
3. Sesi ketiga : stimulasi kognitif dan bahasa
Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah terapis mengajarkan stimulasi
perkembangan aspek kogntif dan bahasa pada orang tua yang meliputi
aspek kognitif yaitu : mengelompokkan benda berdasarkan bentuk dan
ukuran, mengenal 4 macam warna atau lebih, dan bercerita dengan
khayalan. Pada aspek bahasa orang tua membantu anak usia pra
sekolah mencapai kemampuan berbahasa yaitu bercerita menggunakan
kalimat lengkap dari 3 sampai 4 kata, menyebutkan nama-nama hari dalam
seminggu, nama bulan dam mengikuti tiga perintah sekaligus.

Setelah mengajarkan kepada orang tua, terapis mempraktikkan langsung


cara stimulasi pada anak, kemudian terapis memberi kesempatan pada
orang tua untuk mempraktikkan stimulasi langsung pada anak. Terapis
juga meminta komitmen orang tua untuk melatih kemampuan kognitif dan
bahasa secara teratur dan memberi kesempatan anak mempraktikkan
keterampilan, Terapis juga diharapkan senantiasa memberikan pujian atas
keberhasilan keluarga melakukan stimulasi dan keberhasilan anak
melakukan keterampilan yang dilatih. Terapis juga mengajarkan orang tua
bagaimana cara memberi pujian atas keberhasilan anak melakukan
kegiatan, dan bagaimana memotivasi anak untuk tetap mencoba bila belum
berhasil melakukan kegiatan

4. Sesi keempat : stimulasi emosi dan kepribadian


Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah terapis mengajarkan stimulasi
perkembangan aspek emosi dan kepribadian pada orang tua. Aspek emosi
yang dilatih seperti : mengekspresikan dan beradaptasi dengan emosi yang
dirasakan, misalnya; gembira, rasa bangga, takut, dan marah; serta bentuk-
bentuk emosi lainnya, melatih anak menunda keinginan/ tidak
memaksakan keinginan dan mengucapkan terima kasih atas pemberian
orang lain dan meminta maaf bila melakukan kesalahan. Sedangkan aspek
kepribadian yang dilatih seperti menyebutkan nama lengkap, nama
panggilan, jenis kelamin, mengenal ukuran tubuh, membandingkan
dengan teman sebaya serta mampu menerima ukuran tubuhnya, anak juga
dilatih untuk mampu tampil di depan umum.

Setelah mengajarkan kepada orang tua, terapis mempraktikkan langsung


cara stimulasi pada anak, kemudian terapis memberi kesempatan pada
orang tua untuk mempraktikkan stimulasi langsung pada anak. Terapis
juga meminta komitmen orang tua untuk melatih anak mengenali diri dan
emosi serta membantu anak mengekspresikan emosi dan kelebihan diri
anak secara tepat. Terapis juga diharapkan senantiasa memberikan pujian
atas keberhasilan keluarga melakukan stimulasi dan keberhasilan anak
melakukan keterampilan yang dilatih. Terapis juga mengajarkan orang tua
bagaimana cara memberi pujian atas keberhasilan anak melakukan
kegiatan, dan bagaimana memotivasi anak untuk tetap mencoba bila belum
berhasil melakukan kegiatan

5. Sesi kelima : stimulasi moral dan spiritual


Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah terapis mengajarkan stimulasi
perkembangan aspek moral dan spiritual pada orang tua yang meliputi
aspek moral yaitu; mengikuti aturan keluarga, mematuhi aturan kelompok
dan menyadari konsekuensinya bila tidak mengikuti aturan tersebut, dan
memotivasi anak untuk selalu melakukan perbuatan baik seperti membantu
orang lain, tidak bertengkar dengan saudara dan teman, dan tidak
berbohong. Pada aspek spiritual keluarga dilatih mengajarkan anak berdoa
yang pendek seperti berdoa sebelum makan, tidur dan sebelum pergi ke
luar rumah, melibatkan anak dalam kegiatan ibadah dalam keluarga, serta
mendengarkan bacaan atau melatih anak membaca kitab suci.

Setelah mengajarkan kepada orang tua, terapis mempraktikkan langsung


cara stimulasi pada anak, kemudian terapis memberi kesempatan pada
orang tua untuk mempraktikkan stimulasi langsung pada anak. Terapis
juga meminta komitmen orang tua untuk bisa menjadi contoh anak dalam
perilaku moral dan spiritual, Terapis juga diharapkan senantiasa
memberikan pujian atas keberhasilan keluarga melakukan stimulasi dan
keberhasilan anak melakukan keterampilan yang dilatih. Terapis juga
mengajarkan orang tua bagaimana cara memberi pujian atas keberhasilan
anak melakukan kegiatan, dan bagaimana memotivasi anak untuk tetap
mencoba bila belum berhasil melakukan kegiatan

6. Sesi keenam : stimulasi psikososial


Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah terapis mengajarkan stimulasi
perkembangan aspek psikososial pada orang tua yang meliputi :
memotivasi anak melakukan kegiatan atas inisiatif sendiri, seperti
membantu pekerjaan rumah sederhana, memberi kesempatan anak
melakukan kreativitas seperti bermain dengan alat-alat rumah tangga,
menikmati bermain dengan teman sebaya dengan permainan sesuai jenis
kelamin, membantu pekerjaan ibu/ ayah, makan bersama keluarga,
bermain peran berjualan dengan menggunakan uang buatan sebagai
penjual dan pembeli

Setelah mengajarkan kepada orang tua, terapis mempraktikkan langsung


cara stimulasi pada anak, kemudian terapis memberi kesempatan pada
orang tua untuk mempraktikkan stimulasi langsung pada anak. Terapis
juga meminta komitmen orang tua untuk melatih anak bersosialisasi di luar
rumah. Terapis juga diharapkan senantiasa memberikan pujian atas
keberhasilan keluarga melakukan stimulasi dan keberhasilan anak
melakukan keterampilan yang dilatih. Terapis juga mengajarkan orang tua
bagaimana cara memberi pujian atas keberhasilan anak melakukan
kegiatan, dan bagaimana memotivasi anak untuk tetap mencoba bila belum
berhasil melakukan kegiatan

7. Sesi ketujuh : sharing pengalaman


Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah terapis menanyakan cara
stimulasi yang telah diajarkan keluarga dan apa manfaatnya bagi anak,
kompetensi yang telah dicapai anak serta berbagi pengalaman antar
anggota mengenai stimulasi perkembangan yang telah dilakukan selama
ini
BAB III
IMPLEMENTASI TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK

Pada bab ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi kelompok
terpeutik pada masing masing sesi dan bagaimana melakukannya.

Sesi 1 : Penjelasan konsep stimulasi inisiatif


1. Tujuan :
Peserta mampu :
a. Menyampaikan dan berbagi pengalaman dalam mengasuh anak usia pra
sekolah dengan anggota kelompok yang lain
b. Menyebutkan tugas perkembangan yang dicapai anak
c. Menjelaskan penyimpangan perkembangan masa pra sekolah dan
bagaiamana cara mengatasinya
2. Setting
a. Terapis dan peserta (ibu dan anak) duduk bersama secara melingkar
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Buku kerja keluarga
b. Buku raport
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Melakukan seleksi peserta yang memenuhi kriteria
2) Menyepakati kontrak dengan peserta (ibu dan anak)
3) Mempersiapkan alat dan tempat untuk melakukan stimulasi
perkembangan
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada ibu dan anak
Perkenalkan nama dan nama panggilan terapis (pakai papan
nama)
Menanyakan nama ibu dan nama panggilan anak
2) Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan ibu dan anak saat ini
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memberikan informasi dan
berbagi pengalaman antar anggota kelompok tentang cara
menstimulasi perkembangan anak
Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu : terapi ini terdiri dari 7
sesi dan setiap anggota harus mengikuti setiap sesi dari sesi
satu sampai tujuh, lama kegiatan 60 90 menit, setiap ibu dan
anak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai, jika ada ibu
dan anak yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta
izin pada fasilitator (terapis)
c. Tahap kerja
1) Diskusikan pada masing masing anggota kelompok tentang
pengalaman mengasuh anak usia pra sekolah
2) Jelaskan pada ibu tentang ciri-ciri tugas perkembangan inisiatif yang
harus dicapai pada usia pra sekolah dan ciri-ciri perilaku yang
menyimpang akibat tidak terpenuhinya kebutuhan dan stimulasi
perkembangan
3) Beri kesempatan pada ibu untuk mengevaluasi ciri-ciri tugas
perkembangan yang telah dicapai anak dan mendokumentasikan
dalam buku kerja dibantu oleh terapis
4) Berikan penjelasan cara mencapai tugas perkembangan inisiatif
dengan memberikan stimulasi perkembangan pada anak yang
mencakup aspek motorik, aspek kognitif, bahasa, emosi,
kepribadian, moral, spiritual dan aspek psikososial yang akan
dipelajari pada sesi berikutnya
5) Beri kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-hal yang belum
jelas
6) Berikan pujian akan kemampuan ibu
7) Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.
d. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
b) Terapis menanyakan kembali hal-hal yang telah dipelajari pada sesi
satu
c) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak lanjut
c) Memotivasi ibu untuk mengobservasi ciri perkembangan anak
secara rinci dengan menggunakan buku kerja keluarga
d) Menambahkan dalam buku kerja jika ada tambahan ciri tugas
perkembangan yang dicapai anak
e) Menganjurkan pada ibu untuk mencari cara stimulasi inisiatif pada
anak
3) Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
mengenai teknik stimulasi perkembangan anak pada aspek motorik
kasar dan motorik halus

Evaluasi dan Dokumentasi


Terapis mendokumentasikan hasil sesi satu pada buku raport

SESI II : Stimulasi anak untuk merangsang aspek motorik kasar dan


motorik halus
1. Tujuan
Peserta mampu :
f. Menjelaskan stimulasi perkembangan yang diberikan pada anak untuk
merangsang aspek motorik kasar dan motorik halus
g. Mempraktikkan stimulasi perkembangan aspek motorik kasar dan halus
pada anak
2. Setting
b. Terapis dan peserta (ibu dan anak) duduk bersama
c. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat stimulasi yang diperlukan
a. Latihan keseimbangan : papan sempit/ papan titian
b. Lompat karung : karung
c. Bermain tali : tali karet
d. Menggunting gambar : gunting, kertas bergambar bentuk bangun
e. Menggambar bentuk bangun : pensil
f. Memasukkan kacang ke dalam botol : kacang hijau/ kacang tanah,botol
g. Buku kerja keluarga
h. Buku raport perawat
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play
5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan peserta (ibu dan anak)
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada ibu dan anak
2) Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan ibu dan anak
Meminta ibu bersama-sama membuka buku kerja dan menanyakan
apakah ada tambahan tugas perkembangan inisiatif yang sudah
dicapai anak
Menanyakan kembali penyimpangan perilaku yang bisa
diakibatkan jika tidak diberikan stimulasi perkembangan
Menanyakan kembali pemahaman ibu tentang kebutuhan stimulasi
perkembangan anak
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi aspek motorik kasar
(berjalan di atas papan titian, lompat karung dan lompat tali) dan
motorik halus (menggunting mengikuti bentuk gambar,
menggambar bentuk bangun, memasukkan kacang ke dalam botol)
untuk mencapai inisiatif anak
Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu: lama kegiatan 60 - 90 menit,
setiap ibu dan anak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai,
jika ada ibu dan anak yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta izin pada fasilitator/ terapis
c. Tahap kerja
1) Diskusikan dan beri kesempatan pada orang tua untuk
mengungkapkan pendapat mengenai perkembangan aspek motorik
kasar dan halus usia pra sekolah dan cara melakukan stimulasi
2) Jelaskan mengenai teknik stimulasi perkembangan pada aspek
motorik kasar yaitu mengajarkan keluarga untuk memotivasi anak
berjalan di atas papan sempit, bermain lompat tali dan melompat
karung, sedangkan aspek motorik halus mengajarkan anak
menggunting mengikuti bentuk gambar, melatih anak menggambar
bentuk bulatan, kotak, matahari, bulan, bintang, rumah, orang,
melatih anak memasukkan kacang ke dalam botol
3) Berikan kesempatan pada orang tua untuk bertanya

4) Latih kemampuan ibu cara melakukan stimulasi berjalan di atas


papan sempit/ papan titian kepada anak
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat berjalan di atas
papan sempit/ papan titian
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat berjalan di atas papan sempit
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak
e) Terapis memberi kesempatan kepada ibu lain untuk mencoba
sampai semua ibu mendapat kesempatan

Latih kemampuan ibu cara melakukan stimulasi bermain lompat tali


kepada anak:
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat bermain lompat
tali
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat bermain lompat tali
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak
e) Terapis memberi kesempatan kepada ibu lain untuk mencoba
sampai semua ibu mendapat kesempatan

Latih kemampuan ibu cara melakukan stimulasi bermain lompat


karung kepada anak
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat bermain lompat
karung
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat bermain lompat karung
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik

Latih kemampuan ibu cara melakukan stimulasi menggunting


mengikuti bentuk gambar
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat menggunting
mengikuti bentuk gambar
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat menggunting mengikuti bentuk gambar
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik

Latih kemampuan ibu cara melakukan stimulasi menggambar bentuk


bulatan, kotak, matahari, bulan, bintang, rumah, dan orang kepada
anak
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat menggambar
bentuk bulatan, kotak, matahari, bulan, bintang, rumah, dan orang
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat menggambar bentuk bulatan, kotak,
matahari, bulan, bintang, rumah, dan orang
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik

Latih kemampuan ibu cara melakukan stimulasi memasukkan kacang


ke dalam botol kepada anak
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat memasukkan
kacang ke dalam botol
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat memasukkan kacang ke dalam botol
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak
5) Berikan kesimpulan tentang stimulasi perkembangan pada aspek
motorik kasar dan halus yang telah dibahas.

c. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan ibu dan anak setelah
mengikuti kegiatan
b) Terapis menanyakan kembali hal-hal yang telah dipelajari
c) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
c) Menganjurkan pada ibu untuk mencoba melatih aspek
motorik kasar dan halus pada anak di rumah minimal satu
kali setiap hari
d) Memasukkan kegiatan stimulasi motorik kasar dan halus
pada buku kerja
e) Meminta ibu mencari cara yang tepat untuk melatih aspek
kognitif dan bahasa untuk didiskusikan pada pertemuan
yang akan datang
3) Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang
yaitu mengenai tehnik stimulasi perkembangan anak pada aspek
kognitif dan bahasa

6. Evaluasi dan Dokumentasi


Terapis mendokmentasikan hasil pelaksanaan sesi dua pada buku raport

SESI III : Stimulasi untuk merangsang aspek kognitif dan bahasa


1. Tujuan
Peserta mampu :
a. Menjelaskan stimulasi perkembangan yang diberikan pada anak untuk
merangsang aspek kognitif dan bahasa
b. Memberikan stimulasi perkembangan aspek kognitif dan bahasa pada anak
2. Setting
a. Terapis dan peserta (ibu dan anak) duduk bersama
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat stimulasi yang diperlukan
a. Mengelompokkan benda : balok-balok berbentuk lingkaran, kotak,
segitiga dengan berbagai ukuran
b. Mengenal warna : krayon/ pensil warna, buku gambar
c. Bercerita dengan fantasi : buku cerita bergambar
d. Buku kerja keluarga
e. Buku raport perawat
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play

5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan peserta (ibu dan anak)
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada orang tua dan anak
2) Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan ibu dan anak
Menanyakan kembali pemahaman orang tua mengenai stimulasi
perkembangan yang dibutuhkan anak
Meminta ibu bersama-sama membuka buku kerja dan menanyakan
apakah ada tambahan tugas perkembangan inisiatif yang sudah
dicapai anak dan kegiatan melatih kemampuan motorik anak
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi perkembangan untuk
merangsang perkembangan aspek kognitif (mengelompokkan
benda berdasarkan ukuran dan bentuk, mengenal warna, bercerita
dengan fantasi) dan bahasa (bercerita dengan kalimat lengkap,
menyebutkan nama-nama hari dan bulan, mengikuti tiga perintah)
Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu: lama kegiatan 60 - 90 menit,
setiap ibu dan anak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai,
jika ada ibu dan anak yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta izin pada fasilitator/ terapis
c. Tahap Kerja
1) Diskusikan dan beri kesempatan pada orang tua untuk
mengungkapkan pendapat mengenai perkembangan aspek kognitif
dan bahasa usia pra sekolah dan cara melakukan stimulasi
2) Jelaskan mengenai teknik stimulasi perkembangan pada aspek
kognitif : mengajarkan pada keluarga untuk melatih anak
mengelompokkan benda berdasarkan bentuk, ukuran, melatih anak
mengenal 4 warna atau lebih, melatih anak bercerita dengan
fantasi, sedangkan pada aspek bahasa : melatih anak bercerita
dengan menggunakan kalimat lengkap (3-4 kata), melatih anak
menyebutkan nama-nama hari dalam seminggu, nama-nama bulan,
dan melatih anak mengikuti tiga perintah sekaligus
3) Berikan kesempatan pada orang tua untuk bertanya
4) Latih kemampuan ibu cara mengelompokkan benda berdasarkan
bentuk dan ukuran kepada anak:
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat
mengelompokkan benda berdasarkan bentuk bangun (persegi, segi
tiga, bulat) dan ukuran (besar kecil)
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat mengelompokkan benda berdasarkan
bentuk dan ukuran
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu cara melakukan stimulasi mengenalkan empat


warna atau lebih kepada anak:
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat mengenal empat
warna atau lebih
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat mengenal empat warna atau lebih
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu cara melatih anak bercerita dengan fantasi:


a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat bercerita dengan
fantasi dengan menggunakan buku cerita bergambar
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat bercerita dengan fantasi dengan
menggunakan buku cerita bergambar
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu cara melatih anak bercerita mengenai dirinya


dengan menggunakan kalimat lengkap (3-4 kata):
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat bercerita
mengenai dirinya dengan menggunakan kalimat lengkap (3-4 kata)
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat bercerita dengan menggunakan kalimat
lengkap (3-4 kata)
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu cara melatih anak menyebutkan nama-nama hari


dan nama-nama bulan:
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat menyebutkan
nama-nama hari (Senin Minggu) dana nama-nama bulan (Januari
Desember)
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat menyebutkan nama-nama hari dan
nama-nama bulan
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu cara melatih anak mengikuti tiga perintah


sekaligus:
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat mengikuti tiga
perintah sekaligus : A... tolong bereskan mainannya ya, lalu
letakkan pada tempatnya dan ambil buku gambar nya
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat mengikuti tiga perintah sekaligus
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak
5) Berikan kesimpulan tentang stimulasi perkembangan pada aspek
kognitif dan bahasa yang telah dibahas.

d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan ibu dan anak setelah mengikuti
kegiatan
b. Terapis menanyakan kembali hal-hal yang telah dipelajari
c. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a. Menganjurkan pada orang tua untuk melatih aspek kognitif dan
bahasa pada anak di rumah minimal satu kali perhari
b. Memasukkan kegiatan stimulasi kognitif dan bahasa pada buku
kerja
c. Meminta ibu mencari cara yang tepat untuk melatih aspek emosi
dan kepribadian untuk didiskusikan pada pertemuan yang akan
datang
3) Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
mengenai tehnik stimulasi perkembangan anak pada aspek emosi
dan kepribadian.

e. Evaluasi dan Dokumentasi


Mendokumentasikan hasil kegiatan sesi tiga pada buku raport

SESI IV : Stimulasi untuk merangsang aspek emosi dan kepribadian


1. Tujuan
Peserta mampu ;
c. Menyebutkan stimulasi yang diberikan pada anak untuk merangsang aspek
emosi dan kepribadian
d. Memberikan stimulasi perkembangan emosi dan kepribadian pada anak
2. Setting
d. Terapis dan peserta (ibu dan anak) duduk bersama
e. Tempat yang nyaman dan tenang
4. Alat
a. Buku kerja keluarga tentang stimulasi perkembangan emosi dan
kepribadian anak
b. Buku raport perawat
5. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play
6. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan peserta (ibu dan anak)
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada peserta
2) Evaluasi/ validasi
8. Menanyakan perasaan ibu dan anak
9. Menanyakan kembali pemahaman ibu mengenai stimulasi
perkembangan motorik kasar dan halus, kognitif dan bahasa yang
telah dilakukan pada sesi sebelumnya
10. Meminta ibu bersama-sama membuka buku kerja dan menanyakan
apakah ada tambahan tugas perkembangan inisiatif yang sudah
dicapai anak, kegiatan melatih kemampuan motorik, kognitif dan
bahasa yang sudah dilakukan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi perkembangan pada
aspek emosi seperti : mengenal dan mengungkapkan perasaan yang
sedang dialami (mis : gembira, sedih, takut, bangga), menunda/ tidak
memaksakan keinginan, mengucapkan terimakasih atas pemberin
orang lain dan meminta maaf bila melakukan kesalahan, dan aspek
kepribadian seperti : menyebutkan nama lengkap, nama panggilan,
jenis kelamin, mengenal, menerima dan membandingkan ukuran
tubuhnya, berani tampil di depan umum
2) Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu: lama kegiatan 60 - 90 menit,
setiap ibu dan anak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai, jika
ada ibu dan anak yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta
ijin pada fasilitator/ terapis
d. Tahap Kerja
1) Diskusikan dan beri kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan
pendapat mengenai perkembangan aspek emosi dan kepribadian usia
pra sekolah dan cara melakukan stimulasi
2) Jelaskan mengenai teknik stimulasi perkembangan pada aspek emosi
yaitu melatih anak mengenal dan mengekspresikan perasaan yang
sedang dialami (mis : gembira, sedih, takut, bangga), melatih anak
menunda keinginan/ tidak memaksakan keinginan dan melatih anak
mengucapkan terima kasih atas pemberian orang lain dan meminta
maaf bila melakukan kesalahan, sedangkan aspek kepribadian yaitu
melatih anak menyebutkan nama lengkap, nama panggilan dan jenis
kelaminnya, melatih anak mengenal, menerima dan membandingkan
ukuran tubuhnya, melatih anak mampu tampil di depan umum
3) Berikan kesempatan pada orang tua untuk bertanya
4) Latih kemampuan ibu cara melatih anak mengenal dan
mengungkapkan perasaan yang sedang dialami (mis : gembira, sedih,
takut, bangga):
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat mengenal dan
mengekspresikan perasaan yang sedang dialami
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat mengenal dan mengungkapkan
perasaan yang sedang dialami
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak
Latih kemampuan ibu cara melatih anak menunda keinginan/ tidak
memaksakan keinginan:
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat menunda
keinginan/ tidak memaksakan keinginan
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat menunda keinginan/ tidak
memaksakan keinginan
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu cara melatih anak mengucapkan terima kasih


atas pemberian orang lain dan meminta maaf bila melakukan
kesalahan:
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat mengucapkan
terima kasih atas pemberian orang lain dan meminta maaf bila
melakukan kesalahan
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat mengucapkan terima kasih atas
pemberian orang lain dan meminta maaf bila melakukan kesalahan
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu cara melatih anak menyebutkan nama lengkap,


nama panggilan dan jenis kelaminnya:
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat menyebutkan
nama lengkap, nama panggilan dan jenis kelaminnya
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat menyebutkan nama lengkap, nama
panggilan dan jenis kelaminnya
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu cara melatih anak mengenal, menerima dan


membandingkan ukuran tubuhnya:
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat mengenal,
menerima dan membandingkan ukuran tubuhnya
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat mengenal, menerima dan
membandingkan ukuran tubuhnya
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu cara melatih anak berani tampil di depan umum:
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah mampu tampil
(bernyanyi) di depan umum
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah mampu tampil di depan umum
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak
5) Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.

e. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan ibu dan anak setelah mengikuti
kegiatan
b) Terapis menanyakan kembali hal-hal yang telah dipelajari
c) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan pada orang tua melatih aspek emosi dan kepribadian
pada anak di rumah minimal satu kali perhari
b) Memasukkan kegiatan stimulasi aspek emosi dan kepribadian pada
buku kerja
c) Meminta ibu mencari cara yang tepat untuk melatih aspek moral
dan spiritual untuk didiskusikan pada pertemuan yang akan datang
3) Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
mengenai teknik stimulasi perkembangan anak pada aspek moral dan
spiritual
f. Evaluasi dan Dokumentasi
Mendokumentasikan hasil pelaksanaan sesi empat pada buku raport.

SESI V : Stimulasi anak untuk merangsang aspek moral dan spiritual


1. Tujuan
Peserta mampu :
c. Menyebutkan stimulasi yang diberikan pada anak untuk merangsang
perkembangan aspek moral dan spiritual
d. Memberikan stimulasi perkembangan aspek moral dan spiritual pada anak
1. Setting
a. Terapis dan peserta (ibu dan anak) duduk bersama
b. Tempat yang nyaman dan tenang
2. Alat
a. Kitab suci
b. Buku kerja keluarga tentang cara memberikan stimulasi perkembangan
pada aspek moral dan spiritual
c. Buku raport perawat
3. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play
4. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan peserta
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada ibu dan anak
Terapis dan peserta pakai papan nama
2) Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan ibu dan anak
Menanyakan kembali pemahaman orang tua mengenai stimulasi
perkembangan pada aspek motorik kasar dan halus, kognitif dan
bahasa, emosi dan kepribadian
Menanyakan tehnik-tehnik untuk stimulasi perkembangan yang
telah diberikan pada anak
3) Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi perkembangan pada
aspek moral dan spiritual
2. Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu: lama kegiatan 60 - 90 menit,
setiap ibu dan anak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai,
jika ada ibu dan anak yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta ijin pada fasilitator/ terapis
c. Tahap kerja
1) Diskusikan dan beri kesempatan pada ibu untuk mengungkapkan
pendapat mengenai perkembangan aspek moral dan spiritual usia pra
sekolah dan cara melakukan stimulasi
2) Jelaskan mengenai teknik stimulasi perkembangan pada aspek moral
yaitu dengan cara : melatih anak mengikuti peraturan keluarga,
melatih anak mampu mengikuti aturan main dalam kelompok,
memberi contoh anak perbuatan baik (mis : membantu teman/
saudara/ orang tua), sedangkan aspek spiritual yaitu dengan cara :
membiasakan anak berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
(makan, tidur, pergi ke luar rumah), membiasakan anak beribadah
bersama keluarga, membacakan kitab suci dan melatih anak membaca
kitab suci
3) Berikan kesempatan pada orang tua untuk bertanya
4) Latih kemampuan ibu cara melatih anak mengikuti peraturan dalam
keluarga: (mis : mengetuk pintu, mengucap salam, mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan)
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat mengikuti
peraturan dalam keluarga (mis: aturan masuk rumah/ kamar orang
lain dengan mengetuk pintu, mengucap salam)
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat mengikuti peraturan dalam keluarga
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu cara melatih anak mampu mengikuti aturan


main dalam kelompok
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat mengikuti aturan
main dalam kelompok
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat mengikuti aturan main dalam
kelompok
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu cara melatih anak melakukan perbuatan baik


(mis : membantu teman/ saudara/ orang tua):
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat melakukan
perbuatan baik (mis : membantu teman/ saudara/ orang tua)
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat melakukan perbuatan baik (mis :
membantu teman/ saudara/ orang tua)
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu cara membiasakan anak berdoa sebelum dan


sesudah melakukan kegiatan (mis : makan, tidur, pergi ke luar rumah):
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah terbiasa berdoa
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan (makan, tidur, pergi ke
luar rumah)
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat terbiasa berdoa sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan (makan, tidur, pergi ke luar rumah)
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak
Latih kemampuan ibu cara membiasakan anak beribadah bersama
keluarga:
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah terbiasa beribadah
bersama keluarga
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat terbiasa beribadah bersama keluarga
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu cara melatih anak membaca kitab suci:


a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah terbiasa membaca
kitab suci dengan diajarkan dan sering dibacakan kitab suci oleh
orang tua
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat terbiasa membaca kitab suci dengan
diajarkan dan sering dibacakan oleh orang tua
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

5) Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.

e. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan ibu dan anak setelah mengikuti
kegiatan
b) Terapis menanyakan kembali hal-hal yang telah dipelajari
c) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan pada ibu untuk melatih aspek moral dan spiritual pada
anak di rumah minimal satu kali perhari
b) Memasukkan kegiatan stimulasi moral dan spiritual pada buku kerja
c) Meminta ibu memikirkan cara melatih aspek psikososial anak untuk
didiskusikan pada pertemuan yang akan datang
3) Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu mengenai
stimulasi perkembangan aspek psikososial pada anak.

f. Evaluasi dan dokumentasi


Mendokumentasikan hasil pelaksanaan sesi lima pada buku raport

SESI VI : Stimulasi anak untuk merangsang aspek psikososial


1. Tujuan
Peserta mampu :
a. Menyebutkan stimulasi yang diberikan pada anak untuk merangsang
perkembangan aspek psikososial
b. Memberikan stimulasi perkembangan aspek psikososial pada anak
2. Setting
a. Terapis dan peserta (ibu dan anak) duduk bersama
a. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Buku kerja keluarga tentang cara memberikan stimulasi perkembangan
pada aspek psikososial
b. Buku raport perawat
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan peserta (ibu dan anak)
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada peserta (ibu dan anak)
b. Terapis dan anak pakai papan nama
2) Evaluasi/Validasi
a. Menanyakan perasaan ibu dan anak
b. Menanyakan kembali pemahaman orang tua mengenai stimulasi
perkembangan pada aspek motorik, kognitif dan bahasa, emosi dan
kepribadian, moral dan spiritual
c. Menanyakan teknik-teknik stimulasi perkembangan yang telah
diberikan pada anak
3) Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi perkembangan pada
aspek psikososial
b. Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu: lama kegiatan 60 - 90 menit,
setiap ibu dan anak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai,
jika ada ibu dan anak yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta ijin pada fasilitator/ terapis
b. Tahap Kerja
1) Diskusikan dan beri kesempatan pada orang tua untuk
mengungkapkan pendapat mengenai perkembangan aspek psikososial
usia pra sekolah dan cara melakukan stimulasi
2) Jelaskan mengenai teknik stimulasi perkembangan pada aspek
psikososial yaitu dengan cara : memotivasi anak membantu pekerjaan
sederhana di rumah (merapikan mainan, meletakkan mainan pada
tempatnya), membiarkan anak bermain dengan alat dapur dan alat
rumah tangga lainnya, memotivasi anak bermain dengan teman
sebaya dengan permainan sesuai jenis kelamin, melibatkan anak
membantu pekerjaan rumah ibu/ ayah, makan bersama keluarga,
bermain peran berjualan dengan menggunakan uang buatan sebagai
penjual dan pembeli
3) Berikan kesempatan pada ibu untuk bertanya
4) Latih kemampuan ibu cara memotivasi anak membantu pekerjaan
sederhana di rumah (merapikan mainan, meletakkan mainan pada
tempatnya):
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
memotivasi anak membantu pekerjaan sederhana di rumah
(merapikan mainan, meletakkan mainan pada tempatnya),
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara memotivasi anak
membantu pekerjaan sederhana di rumah (merapikan mainan,
meletakkan mainan pada tempatnya),
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu melakukan stimulasi kreativitas anak dengan


membiarkan anak bermain dengan alat dapur dan alat rumah tangga
lainnya:
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi kreativitas anak dengan membiarkan anak
bermain dengan alat dapur dan alat rumah tangga lainnya
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
kreativitas anak dengan membiarkan anak bermain dengan alat
dapur dan alat rumah tangga lainnya
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpn balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu memotivasi anak bermain dengan teman


sebaya dengan permainan sesuai jenis kelamin:
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
memotivasi anak bermain dengan teman sebaya dengan
permainan sesuai jenis kelamin
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara memotivasi anak
bermain dengan teman sebaya dengan permainan sesuai jenis
kelamin
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu melibatkan anak membantu pekerjaan rumah


ibu/ ayah:
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melibatkan anak membantu pekerjaan rumah ibu/ ayah
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melibatkan anak
membantu pekerjaan rumah ibu/ ayah
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu melibatkan anak makan bersama keluarga di


rumah
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melibatkan anak makan bersama keluarga di rumah
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melibatkan anak
makan bersama keluarga di rumah
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memherikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

Latih kemampuan ibu melakukan stimulasi bermain peran berjualan


dengan menggunakan uang buatan sebagai penjual dan pembeli
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi bermain peran berjualan dengan
menggunakan uang buatan sebagai penjual dan pembeli
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
bermain peran berjualan dengan menggunakan uang buatan
sebagai penjual dan pembeli
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak

6) Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.

d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan ibu dan anak setelah mengikuti
kegiatan
b) Terapis menanyakan kembali hal-hal yang telah dipelajari
c) Terapis memberikan pujian kepada
kelompok
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan pada orang tua untuk mencoba untuk menstimulasi
aspek psikososial pada anak pada setiap kesempatan
b) Memasukkan kegiatan stimulasi aspek psikososial pada buku kerja
c) Meminta ibu memikirkan manfaat yang dirasakan dan hambatan
yang ditemukan dalam melatih perkembangan anak dari sesi satu
sampai enam untuk didisksikan pada pertemuan yang akan datang
3) Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
berbagi pengalaman setelah mencoba memberikan stimulasi
perkembangan pada anak.

e. Evaluasi dan Dokumentasi


Mendokmentasikan kegiatan sesi enam pada buku raport

SESI VII : Sharing persepsi tentang stimulasi anak yang telah dilakukan
1. Tujuan
Peserta mampu :
c. Berbagi pengalaman dalam memberikan stimulasi perkembangan yang
telah dipelajari selama sesi 1 6.
d. Memahami pentingnya stimulasi perkembangan pada usia pra sekolah
2. Setting
a. Terapis dan peserta (ibu dan anak) duduk bersama
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Buku kerja keluarga tentang stimulasi perkembangan dari berbagai aspek
perkembangan
b. Buku raport
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1. Mengingatkan kontrak dengan peserta (ibu dan anak)
2. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada ibu dan anak
2) Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan ibu dan anak
Menanyakan kembali pemahaman ibu mengenai stimulasi
perkembangan yang telah dipelajari pada sesi 1 - 6
Menanyakan tehnik-tehnik untuk stimulasi perkembangan yang
telah diberikan pada anak
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berbagi pengalaman tentang
cara memberikan stimulasi perkembangan yang telah dipelajari
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : lama kegiatan 60 90 menit,
setiap ibu dan anak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai,
jika ada ibu dan anak yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta izin pada fasilitator/ terapis
c. Tahap kerja
1) Beri kesempatan pada ibu untuk mengungkapkan pendapat mengenai
stimulasi perkembangan yang dipelajari
2) Tanyakan pada orang tua tentang stimulasi perkembangan yang telah
diberikan pada anak, hambatan yang ditemukan
3) Berikan kesempatan pada orang tua untuk berbagi pengalaman tentang
manfaat yang didapatkan setelah mencoba memberikan stimulasi
perkembangan pada anaknya
4) Berikan kesempatan pada orang tua untuk bertanya tentang hal hal
yang masih belum dipahami
5) Berikan kesempatan anggota kelompok untuk berbagi dan saling
memberi masukan tentang tehnik tehnik dalam memberikan
stimulasi perkembangan yang selama ini dilakukan
6) Beri kesempatan pada anggota kelompok untuk menyampaikan
dampak jika anak tidak diberikan stimulasi perkembangan
7) Beri pujian/penghargaan atas kemampuan anggota kelompok dalam
menjawab dan berbagi pengalaman
8) Berikan kesimpulan tentang stimulasi perkembangan yang telah
dibahas dan motivasi anggota kelompok untuk saling memberikan
stimulasi perkembangan pada anaknya.
a. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
b) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan pada orang tua untuk selalu memberikan stimulasi
pada anak, memberikan pujian bila berhasil dan senantiasa
mendorong anak bila belum mampu
b) Mengajak orang tua luntuk membagi pengalaman pada orang tua
lain yang mempunyai anak usia pra sekolah mengenai stimulasi
perkembangan
3) Kontrak akan datang
b) Mengakhiri kontrak pertemuan, kesepakatan akan dibuat kembali
jika diperlukan

6. Evaluasi dan Dokumentasi


Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan sesi tujuh pada buku raport
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Setiap anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang sesuai keunikan dan
potensi yang dimiliki. Banyak orang tua yang hanya disibukkan dengan upaya
meningkatkan pertumbuhan anak tetapi mengabaikan perkembangan terutama
perkembangan jiwa anak. Padahal untuk menjadi anak yang berkompeten
tidak cukup hanya memiliki tubuh yang sehat tetapi juga harus ditunjang oleh
perkembangan yang sesuai dengan usia. Banyak cara yang bisa dilakukan
untuk melejitkan potensi yang dimiliki anak, antara lain melalui stimulasi dari
keluarga, karena waktu anak paling banyak adalah bersama keluarga di rumah.

Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama, tempat anak pertama-tama


menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga
lainnya harus mengetahui tahap perkembangan anak sesuai usia, karena
keluarga mempunyai peranan yang penting dalam memenuhi kebutuhan
perkembangan anak setiap tahap usia, diantaranya dengan memahami
perkembangan yang normal dan menyimpang, dan memahami cara
menstimulasi perkembangan anak.

Aspek perkembangan yang perlu distimulasi orang tua berbeda-beda sesuai


tahap usia. Pada anak pra sekolah, aspek perkembangan yang perlu distimulasi
antara lain aspek motorik kasar dan motorik halus, kognitif dan bahasa, emosi
dan kepribadian, moral dan spiritual serta aspek psikososial. Tercapainya
kompetensi perkembangan pada tahap pra sekolah ini akan menjadi pondasi
bagi tahap perkembangan berikutnya. Anak akan siap secara fisik dan mental
memasuki usia sekolah .
Peran perawat dalam hal ini, sebagai terapis dapat membantu keluarga untuk
mempersiapkan dan melakukan terapi stimulasi perkembangan sesuai dengan
usia anak.

B. Saran
4. Berdasarkan uraian-uraian diatas, terapi stimulasi sebaiknya dilakukan
sesuai dengan perkembangan usia anak, dengan memperhartikan alat
permainan yang digunakan serta cara bermainnya.
5. Keluarga hendaknnya melakukan stimulasi secara terus menerus dan
berkesinambungan untuk mencapai perkembangan yang optimal
6. Perawat spesialis jiwa sebagai terapis dalam Terapi Kelompok Terapeutik
hendaknya bisa ditempatkan di Puskesemas sehingga bisa membantu
pelaksanaan terapi ini di masyarakat secara langsung, maupun pelayanan
anak usia dini lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Clunn, (1991). Child psychiatric nursing. Philadelphia : Mosby Years Book Inc

Depkes RI. (2007) Stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di
tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta

Hamid, A.Y.S. (2009) Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta
: EGC

Ibung, D. (2009). Mengembangkan nilai moral pada anak. Jakarta : PT Elex


Media Komputindo

Johnson, B.S. (1995). Child, adolescent, and family psychiatric nursing.


Philadelphia : J.B. Lippincott Company

Keliat & Akemat (2005). Keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok. Jakarta:
EGC.

Papalia, DE dkk. (2008). Human development (psikologi perkembangan) Jakarta:


Prenada Media Group

Potter, P.A. & Perry,A.G. (2005). Fundamental of nursing : concept, process, and
practice. Philadelphia : Mosby Years Book Inc.

Santrock, J.W (2007). Child development (perkembangan anak). Jakarta :


Erlangga

Somantri, T.S. (2007) Psikologi anak luar biasa. Bandung : PT Refika Aditama

Soetjiningsih, (1998), Tumbuh kembang anak, Penerbit EGC, Jakarta

Stuart, G.W & Laraia, M.T (2005). Principles and practice of psychiatric nursing.
(7th edition). St Louis : Mosby Year Book Inc

Townsend, C.M. (2005). Essentials of psychiatric mental health nursing. (3th


Ed.). Philadelphia: F.A. Davis Company

Wilson, H (2007). Pediatric nursing. Texas : Mosby Year Book Inc

Wong, D.L. (2004). Nursing care of infant and children. Texas: Mosby Year
Book Inc

Yasmira, H. (2009) Ayo ajarkan anak seks. Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Yusuf, S. (2007). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT


Remaja
Universitas Indonesia

MODUL
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
ANAK USIA SEKOLAH

Oleh:

Tim Penyusun

UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
DEPOK
2013
LAPORAN PENDAHULUAN
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK : ANAK SEKOLAH

1. Pengertian
Pengertian kelompok dalam terapi kelompok terapeutik adalah
individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lainnya,
saling ketergantungan dan mempunyai norma yang sama (Stuart
& Laraia, 2005). Terapi kelompok terapeutik merupakan salah
satu jenis dari terapi kelompok yang memberi kesempatan
kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling
membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara
menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang akan
dihadapi dengan mengajarkan cara yang efektif untuk
mengendalikan stres. Kelompok terapeutik lebih berfokus pada
hubungan didalam kelompok, interaksi antara anggota kelompok
dan mempertimbangkan isu yang selektif (Townsend, 2009).

2. Tujuan Terapi Kelompok Terapeutik


Kelompok terapeutik bertujuan untuk menurunkan rasa terisolasi,
meningkatkan penyesuaian kembali dan juga hubungan bagi
komunitas yang bermasalah serta meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah (Gardner and Laselle, 1997 dalam Shives
1998). Terapi kelompok terapeutik bertujuan untuk menawarkan
dukungan kepada pasien dari seseorang terapis selama periode
kekacauan, atau dekompensasi
sementara, memulihkan dan memperkuat pertahanan sementara
serta mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu (Kaplan
dkk 1996).
Terapi kelompok terapeutik pada anak usia sekolah bertujuan
untuk membantu anak mengatasi permasalahannya yang
diselesaikan bersama dalam kelompok dan sharing pengalaman
dalam memenuhi tugas perkembangan anak, sehingga anak
mampu melampaui tahap-tahap perkembangan anak usia sekolah,
dimana anak dalam hal ini mampu berjuang secara produktif
untuk mencapai kompetensi baik individu maupun dalam
kelompok.

3. Prinsip Terapi Kelompok Terapeutik


Stimulasi yang dilakukan secara dini pada anak dengan
kelompok umur sesuai dengan perkembangannya menjadi sangat
penting, karena anak yang mendapat stimulasi yang sesuai
dengan kelompok usianya akan menjadi anak yang aktif, dan
tingkah lakunya terarah pada suatu tujuan perkembangan.
Sebaliknya anak yang tidak pernah diberi stimulasi akan menjadi
anak yang pasif, kurang industri dan kurang rasa ingin tahu
terhadap keadaan sekeliling.

4. Karakteristik Terapi Kelompok Terapeutik


Kelompok kecil berjumlah tujuh sampai sepuluh orang, anak usia
sekolah, berpartisipasi penuh, mempunyai otonomi, keanggotaan
sukarela dan saling membantu untuk berbagi pengalaman dalam
hal memenuhi tugas perkembangan anak usia sekolah.

5. Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik


Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik adalah sebagai
berikut :
a. Kooperatif.
b. Menjaga keamanan dan keselamatan kelompok
c. Mampu mengekspresikan perasaan dan keinginan berbagi
pengalaman
d. Penggunaan waktu efektif dan efisien.
e. Menjaga kerahasiaan
f. Mempunyai rasa memiliki, berkontribusi, dapat menerima
satu sama lain, mendengarkan, mempunyai kebebasan,
loyalitas, dan mempunyai kekuatan.

6. Keanggotaan
Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Terapi
Kelompok Terapeutik ini adalah:
a. Anak dengan usia sekolah.
b. Bersedia untuk berpartisipasi penuh
c. Sukarela
d. Dapat membaca dan menulis
e. Tidak cacat fisik dan mental.

7. Waktu pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik


Waktu pelaksanaan sesuai dengan kesepakatan kelompok atau
dengan memanfaatkan waktu diluar jam belajar sekolah. Terapi
kelompok terapeutik terdiri dari tujuh sesi yaitu sesi satu: konsep
stimulasi industri, sesi dua: konsep stimulasi motorik, sesi tiga:
konsep stimulasi kognitif dan bahasa, sesi empat: konsep
stimulasi emosi dan kepribadian, sesi lima: konsep stimulasi
moral dan spiritual, sesi enam: konsep stimulasi psikososial, sesi
tujuh: sharing pengalaman. Pelaksanaan terapi kelompok
terapeutik dilaksanakan selam lima minggu dengan duabelas kali
pertemuan, sesi satu dan sesi tujuh dilakukan sekali pertemuan,
sesi dua sampai sesi enam dilakukan dua kali pertemuan. Setiap
pertemuan dilakukan empat puluh lima menit sampai enam puluh
menit setipa pertemuan.

8. Tempat pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik


Tempat pelaksaanaan terapi ini menggunakan setting salah satu
ruangan yang ada di panti sosial asuhan anak, ataupun sarana
lainnya yang tersedia di panti sosial asuhan anak tersebut, dapat
juga dilakukan disekolah dan komunitas.

9. Pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik


terapi kelompok terapeutik ini terdiri dari enam sesi yaitu sesi
satu konsep stimulasi otonomi anak, sesi dua : stimulasi motorik,
sesi tiga : stimulasi kognitif, sesi empat : stimulasi emosi, sesi
lima : stimulasi psikososial, sesi enam : sharing pengalaman.

Setiap sesi menggunakan enam metode yaitu diskusi terkait


pengalaman anak mengenai topik yang akan dibahas, penjelasan
dari terapis tentang topik bahasan, role model oleh terapis terkait
cara melakukan stimulasi, role play oleh anak cara melakukan
stimulasi, feedback terkait cara melakukan stimulasi, tindak
lanjut terkait tugas yang harus dilakukan oleh anak setelah terapi
yaitu melakukan latihan dan mencatat dalam buku kerja.

a. Sesi Pertama: Konsep Stimulasi Industri


Konsep Stimulasi industri anak: Pada sesi ini kegiatan yang
dilakukan adalah terapis mendiskusikan pengalaman yang
dihadapi oleh anak yang memiliki usia sekolah dasar
khususnya usia sekolah atau pada usia awal anak sekolah
dasar, kebutuhan tahap tumbuh kembang anak usia sekolah,
penyimpangan perilaku masa anak usia sekolah dan
bagaimana selama ini kebutuhan perkembangannya diterima.

b. Sesi Kedua: Konsep Stimulasi Motorik


Penerapan stimulasi pada aspek motorik : Pada sesi ini
kegiatan yang dilakukan terapis adalah melakukan stimulasi
perkembangan aspek motorik pada anak usia sekolah yaitu
usia diatas enam tahun, perkembangan motorik kasar
meliputi : naik turun tangga, melompat jauh, loncat tali,
berjingkrat, dan merubah arah dengan cepat, naik sepeda,
berlari, dapat mengenakan pakaian tanpa dibantu, senam,
berenang, menggunakan alat-alat olah raga, baris-berbaris.
Kemampuan motorik halus meliputi: menulis dengan tulisan
sambung, menggambar dengan adanya pola atao objek,
memotong kertas dengan mengikuti pola, melempar,
menangkap bola, serta memainkan benda-benda atau alat-
alat mainan.

c. Sesi Ketiga: Konsep Stimulasi Kognitif dan bahasa


Penerapan stimulasi pada aspek kognitif dan bahasa: Pada
sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah mengajarkan
stimulasi perkembangan aspek kognitif dan bahasa kepada
anak secara langsung. Aspek kognitif anak dengan usia
sekolah adalah: anak bisa membedakan antara khayalan dan
kenyataan, lebih efisien dalam membangun strategi dan
pengkodean, anak memahami sebab dan akibat, kemampuan
dalam menilai dari berbagai sudut pandang meningkat,
kemampuan dalam berhitung semakin meningkat, seperti
menambah, mengurangi, mengalikan, membagi. Pada akhir
tahap ini anak sudah memiliki kemampuan dalam
memecahkan masalah yang sederhana. Sedangkan untuk
bahasa anak usia sekolah sudah mampu menguasai lebih
dari 2.500 kata. Anak gemar membaca, mendengar cerita
bersifat kritis tentang perjalanan, petualangan, atau riwayat
pahlawan. Anak sudah mampu menanyakan soal waktu dan
sebab akibat, anak sudah mampu menceritakan kembali alur
cerita yang di dengar. Anak sudah mampu berkomunikasi
dengan orang lain, menyatakan perasaannya, memahami
keterampilan mengolah informasi yang diterimanya, berfikir
(mengutarakan pendapat dan gagasannya), mengembangkan
kepribadiannya dan menyatakan sikap dan kepribadiannya.

d. Sesi Keempat: Emosi dan Kepribadian


Penerapan stimulasi pada aspek emosi dan kepribadian: Pada
sesi ini kegiatan yang dilakukan terapis adalah melakukan
stimulasi perkembangan aspek emosidan kepribadian. Aspek
emosi dalam hal ini adalah anak mampu mengenal dan
merasakan emosi sendiri, mengenal penyebab perasaan yang
timbul, mampu mengungkapkan perasaan marah, mampu
mengendalikan perasaan perilaku agrasif yang merugikan
diri sendiri dan orang lain, memiliki kemampuan untuk
mengatasi stress, memiliki perasaan positif tentang diri
sendiri, sekolah dan keluarga, memiliki rasa tanggung jawab,
mampu menerima sudut pandang orang lain, dapat
menyelesaikan konflik dengan orang lain, memiliki sikap
bersahabat, bersikap demokratis bergaul dengan orang lain.
Sedangkan aspek kepribadian meliputi: kemantapan gender
tercapai, mampu menilai kekurangan dan kelebihan, mampu
menilai prestasi yang diperoleh secara realistis, mampu
mengatasi kehidupan yang didahapi (tugas dan tanggung
jawab), realistis dalam mencapai tujuan.
e. Sesi Kelima: Moral dan Spiritual
Penerapan stimulasi pada aspek moral dan spiritual: pada
sesi ini kegiatan yang dilakukan terapis adalah merangsang
perkembangan aspek moral dan spiritual terhadap anak usia
sekolah. Aspek perkembangan moral meliputi: anak sudah
mengenal konsep moral (mengenal benar atau salah, baik
atau buruk), anak sudah dapat mengikiti peraturan dari orang
tua, sekolah, dan lingkungan sosial lainnya, agresi terutama
jenis permusuhan sudah berkurang, penalaran moral semakin
dipandu oleh rasa keadilan, anak ingin menjadi baik untuk
memelihara tatanan sosial, agresi beralih kebuhungan.
Sedangkan untuk aspek perkembangan spirituan adalah
sikap keagamaan anak bersifat resertif disertai dengan
pengertian, pandangan dan paham kebutuhan diperolehnya
secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika,
penghayatan secara rohaniah semakin mendalam,
pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan
moral, dalam hal ini tidak juga hanya sebagai kegiatan
keagamaan tapi menyangkut masalah spirituan seperti:
hormat kepada orang tua atau orang yang lebih tua, guru dan
teman, memberikan bantuan kepada orang yang
membutuhkan pertolongan, menyayangi fakir miskin,
memelihata kebersihan dan kesehatan, bersikap jujur dan
bersikap bertanggung jawab.

f. Sesi Keenam: Psikososial


Penerapan stimulasi pasa aspek psikososial: pada sesi ini
kegiatan yang dilakukan terapis adalah mengajarkan
stimulasi perkembangan aspek psikososial terhadap anak
usia sekolah yang meliputi: anak usia sekolah biasanya
mengalami konflik dengan saudara kandung, persahabatan
semakin luas dan menjadi semakin intim, mulai
membentuk ikatan baru dengan teman sebaya,
kesanggupan menyesuaikan diri terhadap orang lain atau
dapat bekerja sama dengan orang lain. Berminat terhadap
kegiatan teman sebaya bahkan sampai membentuk
kelompok (gang) sendiri. Biasanya anak lebih
mementingkan teman dari pada keluarga.

g. Sesi Ketujuh: Sharing Pengalaman


Sharing Pengalaman setelah dilatih untuk mandiri : Pada sesi
ini kegiatan yang dilakukan terapis adalah menanyakan cara
stimulasi yang telah diajarkan dan apa manfaatnya bagi anak
serta berbagi pengalaman antar anggota mengenai stimulasi
perkembangan yang telah dilakukan selama ini.
BAB 3
IMPLEMENTASI TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK PADA
ANAK

Bab tiga ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi
kelompok terpeutik pada masing masing sesi dan bagaimana
melakukannya.

3.1 SESI 1 : Penjelasan Konsep Stimulasi Industri Anak


3.1.1 Pengertian Fase Industri
Anak usia sekolah dikenal dengan fase berkarya (industri)
vs rasa rendah diri (inferiority). Masa ini berada diantara
usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki dunia
sekolah yang lebih formal, pada anak usia sekolah tumbuh
rasa kemandirian anak, anak ingin terlibat dalam tugas
yang dapat dilakukan sampai selesai, Erik Erikson (1950
dalam Wong et.al., 2009). Anak usia sekolah memiliki ciri-
ciri mempunyai rasa bersaing, senang berkelompok dengan
teman sebaya, berperan dalam kegiatan kelompok,
menyelesaikan tugas (sekolah atau rumah) yang diberikan
(Keliat, Helena, & Farida, 2011). Pada tahap ini anak
berusaha untuk merebut perhatian dan penghargaan atas
karyanya. Anak belajar untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai timbul, dan
anak mulai senang untuk belajar bersama. Anak-anak
memperoleh kepuasan yang sangat besar dari perilaku
mandiri dalam menggali dan memanipulasi lingkunganya
termasuk sekolah dan interaksi dengan teman sebaya.
Erikson (1968, dalam Faist & Faist, 2008) menyatakan
bahwa anak usia sekolah, dalam usia ini dunia sosial anak-
anak berkembang melampaui keluarga hingga mencakup
teman-teman sebaya, Orang Tua dan orang dewasa
lainnya. Bagi anak-anak usia sekolah, harapan mereka
untuk mengetahui sesuatu menjadi bertambah kuat dan
terkait erat dengan perjuangan dasar mencakup
kompetensi. Dalam perkembangan yang normal, anak-
anak berjuang secara produktif untuk bisa membaca dan
menulis dan permainan yang dilakukan oleh orang dewasa
seperti berburu, menangkap ikan atau belajar kemampuan-
kemampuan yang diperlukan oleh budaya mereka. Usia
sekolah bukan berarti sekolah-sekolah secara formal.

3.1.2 Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah Yang Memiliki Produktif


Lebih memilih aktifitas secara fisik atau kekuatan
badan
Mempunyai rasa bersaing (kompetisi) yang tinggi.
Senang menyelesaikan tugas sekolah dan tugas
rumah.
Berpikir secara nyata
Senang berhayal dan berfantasi.
Mampu membaca, menulis dan berhitung.
Mampu mengikuti peraturan dalam permainan.
Mampu berkomunikasi dua arah dengan orang
baru.
Senang bercerita pengalamannya dengan teman
sebaya.
Senang berkelompok dengan teman sebaya
Mempunyai sahabat akrab
Rasa tanggung jawab tinggi
Senang bekerja sama
Mampu mengendalikan emosi.
Mampu bersosialisasi dengan orang baru
Memiliki keinginan untuk bertanding dengan
teman sebaya.

3.1.3 Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah yang Tidak Memiliki


Produktif
Tidak suka melakukan aktifitas secara fisik atau
kekuatan badan
Tidak ada kemauan untuk bersaing, terkesan malas
Tidak mau mengerjakan pekerjaan sekolah
Melawan pada Orang Tua
Belum mampu membaca, menulis dan berhitung,
atau salah satu.
Tidak mampu mengikuti aturan dalam permainan.
Takut pada orang baru
Tidak mau bercerita dengan orang lain, terkesan
diam.
Tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok
Tidak mempunyai teman akrab.
Tidak ada rasa tanggung jawab
Lebih senang bekerja sendiri
Tidak mampu mengendalikan emosi.

3.1.4 Tujuan
Anak mampu menyebutkan ciri perkembangan yang
dimiliki.

3.1.5 Setting
3.1.5.1 Terapis anak duduk bersama secara melingkar
3.1.5.2 Tempat yang nyaman dan tenang

3.1.6 Alat
Buku kerja dan buku evaluasi

3.1.7 Metode
Metode dalam sesi ini adalah dinamika kelompok, diskusi
dan tanya jawab.
3.1.8 Langkah Kegiatan
3.1.8.1 Persiapan
a. Melakukan seleksi peserta di sekolah
b. Membuat kontrak dengan anak.
c. Mempersiapkan alat dan tempat untuk
melakukan stimulasi perkembangan
3.1.8.2 Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada anak
Perkenalkan nama dan nama panggilan
terapis (pakai papan nama)
Menanyakan nama dan nama panggilan
anak
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anak saat ini
Menanyakan pengalaman dalam
melaksanakan tugas perkembangan anak
usia sekolah.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
memberikan informasi dan berbagi
pengalaman antar anggota kelompok
tentang cara menstimulasi kemampuan
perkembangan anak usia sekolah. Terapi ini
terdiri dari tujuh sesi, duabelas kali
pertemuan, lama kegiatan 45 menit.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika
ada anak yang ingin meninggalkan
kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator (terapis), setiap anak mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai.

3.1.8.3 Tahap Kerja


a. Jelaskan pada anak tentang tugas
perkembangan industri yang harus dicapai.
b. Beri kesempatan pada anak untuk
mencontreng atau memberikan tanda benar
pada tugas perkembangan yang telah dicapai.
c. Berikan kesempatan kepada anak untuk
bertanya hal-hal yang tidak jelas.
d. Berikan penjelasan cara mencapai tugas
perkembangan industri dengan melakukan
stimulasi perkembangan pada anak yang
mencakup aspek pergerakan, aspek berpikir,
berbicara, emosi, kepribadian, moral, spiritual
dan aspek psikososial. Semua aspek ini akan
dijelaskan satu persatu pada sesi-sesi yang
akan datang.
e. Berikan pujian akan kemampuan anak dalam
mencapai tugas perkembangannya.

3.1.8.4 Tahap Terminasi


a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan anak setelah
mengikuti kegiatan
Terapis memberikan pujian kepada
kelompok

b. Tindak Lanjut
Buku dibaca dirumah lalu di cek apakah
ada yang berubah atau bertambah ciri yang
sudah didapat.
c. Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang
akan datang yaitu cara melatih motorik atau
gerakan perkembangan anak pada aspek
motorik.

3.1.9 Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan anak sesuai dengan tujuan, yaitu dapat
menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki dan
melakukan dokumentasi pada buku evaluasi anak.
3.2 SESI II : Stimulasi anak untuk merangsang aspek motorik
3.2.1 Pengertian Aspek Motorik
Keterampilan motorik seseorang dipengaruhi oleh
kematangan perkembangan sistem syaraf otak seseorang
yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya
kompetensi atau keterampilan motorik anak. Keterampilan
motorik ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu (a)
keterampilan atau gerakan kasar meliputi: berjalan, berlari,
melompat jauh, naik dan turun tangga, loncat tali, dapat
mengenakan pakayan tanpa dibantu, menggunakan alat-
alat olah raga, baris-berbaris, sedangkan (b) keterampilan
motorik halus atau keterampilan memanipulasi, seperti
menulis dengan tulisan sambung, menggambar dengan
adanya pola atau objek, memotong kertas dengan
mengikuti pola, melempar, dan menangkap bola, serta
memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Hurlock,
2008).

3.2.2 Ciri-Ciri Perkembangan Aspek Motorik Anak Usia


Sekolah
Kemampuan motorik kasar : naik turun tangga, melompat
jauh, loncat tali, berjingkrak dan merubah arah dengan
cepat, naik sepeda, berlari, dapat mengenakan pakaian
tanpa dibantu, senam, berenang, menggunakan alat-alat
olah raga, baris berbaris.

Kemampuan motorik halus : menulis dengan tulisan


sambung, menggambar dengan pola atau objek, memotong
kertas dengan mengikuti pola, menggambar atau melukis
dengan pensil warna.

3.2.3 Tujuan
3.2.3.1 Anak mampu menyebutkan stimulasi
perkembangan yang sudah dilakukan oleh anak
untuk merangsang aspek motorik.
3.2.3.2 Anak mampu mempraktekkan stimulasi
perkembangan aspek motorik.

3.2.4 Setting
3.2.4.1 Terapis dan anak duduk bersama.
3.2.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang

3.2.5 Alat
3.2.5.1 Lompat tali atau karet: alat yang digunakan adalah
tali dan atau beberapa karet gelang yang sudah di
ikat menjadi satu.
3.2.5.2 Permainan engklek: alat yang di gunakan adalah
spidol whiteboard, untuk membuat lingkaran atau
kotak yang akan digunakan sebagai lompatan
anak.
3.2.5.3 Permainan menangkap dan melempar bola: alat
yang digunakan adalah bola kecil.
3.2.5.4 Latihan menulis tulisan sambung: alat yang
digunakan adalah buku tulis bergaris dan pencil.
3.2.5.5 Permainan memotong kertas bergambar: alat yang
digunakan adalah gunting dan kertas gambar yang
sudah berpola.
3.2.5.6 Menggambar atau melukis: alat yang digunakan
adalah buku gambar dan pencil warna.
3.2.5.7 Buku evaluasi.
3.2.5.8 Buku kerja.

3.2.6 Metode yang digunakan


Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab

3.2.7 Langkah Kegiatan.


3.2.7.1 Persiapan
Mempersiapkan alat yang akan dipakai dan
tempat stimulasi
3.2.7.2 Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada anak atau peserta.
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anak.
Meminta anak bersama-sama membuka
buku kerja dan menanyakan apakah ada
tambahan tugas perkembangan industri
yang sudah dicapai anak pada pertemuan
sesi satu.

c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu latihan
motorik atau gerakan yang menggunakan
badan agar anak mampu bergerak kesegala
arah, melatih otot untuk bergerak
keseimbangan dan supaya mampu berlomba
dalam kelompok. Anak membuka buku
kerja dan melihat kegiatan yang akan di
latih peda pertemuan sesi dua ini.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu: Jika
ada anak yang ingin meninggalkan
kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan 45 menit
setiap anak mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai.
3.2.7.3 Tahap Kerja.
a. Diskusikan dengan anak tentang ciri
perkembangan yang sudah didapat tambahan
dari pertemuan sebelumnya dan minta anak
untuk mengisi ke dalam buku kerja dan
berikan kesempatan kepada anak untuk
berbagi pengalaman dengan apa yang sudah
dilakukan atau jika masih ada yang belum di
mengerti dari pertemuan sebelumnya
mengenai ciri perkembangan anak usia
sekolah.
b. Mendiskusikan kegiatan motorik yang sudah
pernah dikakukan anak seperti: lompat tali,
main engklek, menangkap dan melempar bola,
menulis tulisan sambung, menggungting
kertas berpola, menggambar dan melukis.
c. Permainan Lompat tali atau karet.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
lompat tali atau karet, tujuan dari lompat
tali adalah untuk melatih gerak badan
secara keseluruhan dan melalukan kerja
sama antara badan dan pikiran, supaya anak
dapat menghasilkan kemenangan.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara melakukan lompat tali atau lompat
karet. Pertama bagi anak dalam dua
kelompok, kelompok pertama menjadi
pemaain pertama, kemudian kelompok ke
dua yang menjadi pemegang karet dua
orang, dimana kelompok pertama
melompati karet terlebih dahulu, juka tidak
dapat melompoti karet maka akan kalah,
dan siapa yang paling tinggi melompati
karet kelompok tersebut yang akan menang.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis
dalam kelompok.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
d. Permainan engklek.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan engklek yaitu dengan melompat
pada kotak yang sudah tersedia, melompat
dengan cara membuka dan menutup kaki
dengan sempurna, dan melompat dengan
satu kaki.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara melakukan permainan engklek. Bagi
anak dalam dua lompok, kelompok pertama
yang akan menjaga garis, dan kelompok
dua menjadi pemain pertama. Kemudian
buat beberapa kotak sesuai permaian. Jika
ada yang mengenai garis maka akan
berganti pemain, siapa yang pertama
mencapai petak paling ujung kelompok
tersebut yang akan menang. Permainan ini
menggunakan alat berupa batu berukuran
lima kali lima centimeter sebagai alat yang
digunakan dan dilempar sesuai kotak yang
diinginkan.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis
dalam kelompok.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil melakukan
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
e. Permainan menangkap dan melempar bola.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan menangkap dan melempar bola
yaitu dengan menangkap bola terlebih
dahulu kemudian melempar bola kepada
lawan yang ada didepan, dengan
menggunakan setting melingkar.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara melakukan permainan menangkap dan
melempar bola yaitu pertama-tama terapis
membentuk dua kelompok dan saling
berhadapan antara kelompok yang satu
dengan yang lain dengan jarak
menyesuaikan dengan kondisi tempat
bermain, terapis berada ditengah kedua
kelompok, kemudian terapi melempar bola
kepada salah satu anak, dan anak tersebut
melanjutkan melempar kepada anak yang
lain sampai semua anak mendapat giliran.
Bola dilempar dengan menggunakan atau
menggerakkan kedua tangan, bila bola tidak
dapat di tangkap maka nilai atau poin akan
bertambah pada pihak lawan, dan bila bola
dilempar tidak sampai pada pihak lawan
maka nilai akan bertambah pada lawan
main.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis
dalam kelompok.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil melakukan
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
f. Permainan tulisan sambung.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan tulisan sambung yaitu dengan
mengikuti garis yang sudah ada dan
menulis didalam batas garis dengan tulisan
sambung.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara melakukan permainan menulis tulisan
sambung.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan dengan baik dan dengan tulisan
yang rapi, kemudian berikan nilai pada
masing-masing anak sesuai dengan hasil
yang dicapai menurut terapis. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan semangat
dan kemauan anak dalam melaksanakan
tugasnya.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil melakukan
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan.
g. Permainan menggungting kertas dengan
mengikuti pola.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan menggungting kertas dengan
mengikuti pola yang ada, menggunting
kertas dengan mengikuti garis.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara melakukan permainan menggunting
kertas yang sudah ada.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil melakukan
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
h. Permainan melukis atau menggambar.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan melukis atau menggambar sesuai
dengan keinginan anak
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara melakukan permainan melukis atau
menggambar.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan nilai pada masing-masing anak
sesuai dengan hasil yang dicapai menurut
terapis, dan usahakan memberikan nilai
yang baik.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil melakukan.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
i. Berikan kesimpulan tentang stimulasi
perkembangan pada aspek motorik yang telah
dibahas.

3.2.7.4 Tahap Terminasi


a. Evaluasi
Tanyakan perasaan anak setelah mengikuti
kegiatan.
Tanyakan kembali kegiatan motorik yang
sudah dilakukan kemudian isi ke dalam
buku kerja.
Berikan pujian kepada kelompok.
b. Tindak Lanjut
Menganjurkan pada anak untuk mencoba
melakukan dengan teman satu kelompok di
sekolah atau di rumah.
Memotivasi anak untuk terus mencoba
melakukan latihan gerakan tubuh.
Mencatat kegiatan motorik atau gerakan
tubuh yang dilakukan di rumah.
Menambahkan dalam buku kerja jika ada
tambahan ciri perkembangan yang dicapai
dirumah.
c. Kontrak akan datang.
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang
akan datang yaitu latihan cara berpikir dan
berbicara dengan baik.

3.2.8 Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan anak sesuai dengan tujuan, yaitu anak mampu
melakukan stimulasi aspek motorik dan melakukan
pendokumentasian pada buku evaluasi anak oleh terapis.

3.3 SESI III : Stimulasi Industri Anak untuk merangsang aspek


kognitif dan bahasa
3.3.1 Pengertian
Teori perkembangan kognitif anak operasional konkret
menurut Piaget (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009)
pada sekitar usia 7 tahun, anak-anak memasuki tahap
operasional konkret, dimana mereka bisa menggunakan
berbagai operasi mental, seperti penalaran, memecahkan
masalah-masalah konkret (nyata), seperti dimana harus
mencari sarung tangan yang hilang. Anak-anak pada usia
ini dapat berpikir dengan logis karena mereka tidak terlalu
egosentris dari sebelumnya dan dapat mempertimbangkan
aspek dari berbagai situasi.
Bahasa adalah sarana komunikasi dengan orang lain.
Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk
berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan
dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan
menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar
atau lukisan (Yusuf, 2009). Dengan bahasa semua manusia
dapat mengenal dirinya, dapat berkomunikasi sesama
manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral
dan atau agama.

3.3.2 Ciri-Ciri Perkembangan Aspek Kognitif Dan Bahasa


Aspek kognitif anak dengan usia sekolah adalah: anak bisa
membedakan antara khayalan dan kenyataan, lebih efisien
dalam membangun strategi dan pengkodean, anak
memahami sebab dan akibat, kemampuan dalam menilai
dari berbagai sudut pandang meningkat, kemampuan
dalam berhitung semakin meningkat, seperti menambah,
mengurangi, mengalikan, membagi. Pada akhir tahap ini
anak sudah memiliki kemampuan dalam memecahkan
masalah yang sederhana.

Sedangkan untuk bahasa anak usia sekolah sudah mampu


menguasai lebih dari 2.500 kata. Anak gemar membaca,
mendengar cerita bersifat kritis tentang perjalanan,
petualangan, atau riwayat pahlawan. Anak sudah mampu
menanyakan soal waktu dan sebab akibat, anak sudah
mampu menceritakan kembali alur cerita yang di dengar.
Anak sudah mampu berkomunikasi dengan orang lain,
menyatakan perasaannya, memahami keterampilan
mengolah informasi yang diterimanya, berfikir
(mengutarakan pendapat dan gagasannya),
mengembangkan kepribadiannya dan menyatakan sikap
dan kepribadiannya.

3.3.3 Tujuan
3.3.3.1 Anak mampu menyebutkan stimulasi
perkembangan yang diberikan untuk merangsang
aspek kognitif dan bahasa.
3.3.3.2 Anak mampu menstimulasi perkembangan aspek
kognitif dan bahasa.

3.3.4 Setting
3.3.4.1 Terapis dan anak duduk bersama
3.3.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang

3.3.5 Alat
3.3.5.1 Beberapa bentuk benda seperti lingkaran, kotak,
segitiga.
3.3.5.2 Buku kerja dan buku evaluasi
3.3.5.3 Cerita pendek yang telah disusun oleh terapis.
3.3.5.4 Teka-teki silang yang di modifikasi oleh terapis.

3.3.6 Metode
Metode yang digunakan dalam sesi ini adalah dinamika
kelompok, diskusi, tanya jawab dan role play.
3.3.7 Langkah Kegiatan
3.3.7.1 Persiapan
c. Membuat kontrak dengan anak.
d. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
3.3.7.2 Orientasi
a. Salam terapeutik : Salam dari terapis kepada
anak
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anak.
Membuka buku kerja, cek kembali apa
yang sudah dilakukan selama dirumah.
Apakah sudah ada tambahan yang
dilakukan oleh anak terkait dengan sesi satu
dan sesi dua yaitu ciri perkembangan dan
pergerakan tubuh sesuai dengan sesi dua.
Berikan pujian kepada anak yang sudah
melakukan di rumah.
Beri motivasi kepada anak yang belum
mampu melakukan.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
stimulasi perkembangan untuk merangsang
perkembangan aspek berpikir dan
berbicara.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu: Jika
ada anak yang ingin meninggalkan
kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan
empatpuluh lima menit.

3.3.7.3 Tahap Kerja.


a. Diskusikan dengan anak tentang ciri
perkembangan yang sudah didapat tambahan
dari pertemuan sebelumnya (aspek motorik),
minta anak untuk mengisi kedalam buku kerja
ciri perkembangan yang sudah dilakukan dan
kegiatan motorik lompat tali, main engklek,
menangkap dan melempar bola, menggunting
kertas yang sudah berpola, menggambar dan
melukis, kemudian isi kedalam buku kerja.
Berikan kesempatan kepada anak untuk
berbagi pengalaman apa yang sudah
dilakukan, jika ada yang belum di mengerti
berikan kesempatan untuk bertanya
b. Diskusikan dengan anak apakah kegiatan
berpikir dan berbicara sudah pernah
dilakukan, seperti: menyebutkan beberapa
bentuk benda, menjawab pertanyaan sebab
akibat, menyelesaikan beberapa soal
penjumlahan, memperkenalkan diri didepan
kelas, menceritakan kembali cerita pendek
yang pernah di dengar dan menyebutkan nama
buah atau binatang mulai dari huruf A.
c. Permainan menyebutkan beberapa bentuk
benda beserta fungsinya.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan menyebutkan bentuk benda
beserta fungsinya.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak dengan
menyebutkan satu buah benda beserta
kegunaannyanya. Contoh, terapis
mengambil satu buah benda mainan dari
plastik yaitu sebuah sisir, terapis
menyebutkan nama benda adalah sisir dan
kegunaan dari sisir adalah untuk menyisir
atau merapikan rambut, supaya tampak rapi
dan bersih.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
d. Permainan menjawab pertanyaan sebab
akibat.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan menjawab pertanyaan sebab
akibat.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak dengan
menjawab satu buah pertanyaan sebab
akibat. Contoh, jika tidak belajar dengan
rajin akan mendapat nilai merah, jika
terlambat bagun akan terlambat sampai
disekolah.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
e. Permainan menyelesaikan soal penjumlahan
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan menyelesaikan soal
penjumlahan.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak dengan
menjawab satu soal penjumlahan. Contoh
seratus di kalikan empat sama dengan
empatratus.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
f. Permainan memperkenalkan diri didepan
kelompok.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan memperkenalkan diri didepan
kelompok.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak cara
memperkenalkan diri didepan kelompok.
Contoh, nama saya Walter, senang
dipanggil Walter, asal dari Bandung, duduk
dikelas tiga, olahraga kesukaan renang, dan
suka makan sayur.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
g. Permainan menceritakan kembali cerita
pendek yang dibaca didepan kelompok.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan menceritakan kembali cerita
pendek yang telah dibaca.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak cara
menceritakan kembali cerita pendek yang
telah dibaca. Membaca sebuah cerita
pendek dan menceritakan kembali di depan
kelas, jika belum dapat giliran maka akan
dilanjutkan di rumah.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
h. Permainan menyebutkan nama buah atau
binatang dimulai dari huruf A.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya menyebutkan nama buah atau
binatang dimulai dari huruf A.
Berikan contoh kepada anak cara
menyebutkan nama buah atau binatang
dimulai dari huruf A
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
i. Berikan kesimpulan tentang stimulasi
perkembangan pada aspek berpikir dan
berbicara yang telah dibahas.
3.3.7.4 Tahap Terminasi
a. Evaluasi
Tanyakan perasaan anak setelah mengikuti
kegiatan.
Tanyakan kembali kegiatan yang sudah
dilakukan dan masukkan kedalam buku
kerja.
Berikan pujian kepada kelompok.
b. Tindak Lanjut
Menganjurkan pada anak untuk mencoba
melakukan dengan teman satu kelompok
atau dengan teman-teman di rumah.
Memotivasi anak untuk terus mencoba
melakukan latihan stimulasi berpikir dan
berbicara, serta minta anak mencatat ke
dalam buku kerja, dan mengulagi di rumah.
Mencatat kegiatan berpikir dan berbicara
dan catat ke dalam buku kerja.
Menambahkan dalam buku kerja jika ada
tambahan ciri perkembangan yang dicapai
di rumah.
c. Kontrak akan datang.
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang
akan datang yaitu latihan cara
mengendalikan emosi dan belajar
kepribadian.
3.3.8 Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan anak sesuai dengan tujuan dan terapis
melakukan pendokumentasian pada buku evaluasi anak.
3.4 SESI IV : Stimulasi Industri Anak untuk merangsang aspek
emosi dan kepribadian
3.4.1 Pengertian
Menurut Santrock (2007) emosi sebagai perasaan atau
afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam
suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap penting
olehnya, terutama well-being dirinya. Emosi diwakili oleh
perilaku yang mengekpresikan kenyamanan atau
ketidaknyamanan terhadap keadaan atau interaksi yang
sedang dialami. Emosi bisa berbentuk sesuatu yang
spesifik seperti rasa senang, takut, marah, tergantung dari
interaksi yang dialami.

Seorang ahli psikologi individu, Allport (1939, dalam Feist


& Feist, 2008) mendefinisikan kepribadian adalah sebagai
pengorganisasian dinamis dalam diri individu dimana
sistem psikofisisnya menentukan karakteristik perilaku dan
pikirannya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

3.4.2 Ciri-Ciri Perkembangan Aspek Emosi Dan


Kepribadian Anak Usia Sekolah
Aspek emosi dalam hal ini adalah anak mampu mengenal
dan merasakan emosi sendiri, mengenal penyebab
perasaan yang timbul, mampu mengungkapkan perasaan
marah, mampu mengendalikan perasaan perilaku agrasif
yang merugikan diri sendiri dan orang lain, memiliki
kemampuan untuk mengatasi stress, memiliki perasaan
positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga, memiliki
rasa tanggung jawab, mampu menerima sudut pandang
orang lain, dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain,
memiliki sikap bersahabat, bersikap demokratis bergaul
dengan orang lain.

Aspek kepribadian meliputi: kemantapan gender tercapai,


mampu menilai kekurangan dan kelebihan, mampu menilai
prestasi yang diperoleh secara realistis, mampu mengatasi
kehidupan yang didahapi (tugas dan tanggung jawab),
realistis dalam mencapai tujuan.

3.4.3 Tujuan
3.4.3.1 Anak mampu menyebutkan stimulasi yang
diberikan pada anak untuk merangsang aspek
emosi dan kepribadian.
3.4.3.2 Anak mampu melatih stimulasi perkembangan
emosi dan kepribadian usia anak sekolah.

3.4.4 Setting
3.4.4.1 Terapis dan anak duduk bersama
3.4.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang

3.4.5 Alat
Alat yang dipergunakan dalam sesi ini adalah buku kerja
dan buku evaluasi
3.4.6 Metode
Metode yang digunakan pada sesi ini adalah dinamika
kelompok, diskusi, tanya jawab, role play
3.4.7 Langkah Kegiatan
3.4.7.1 Persiapan
g. Membuat kontrak dengan anak.
h. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi.
3.4.7.2 Orientasi
a. Salam terapeutik yaitu salam dari terapis
kepada anak
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anak
Membuka buku kerja, cek kembali apa
yang sudah dilakukan selama di rumah.
Apakah sudah ada tambahan yang
dilakukan untuk mengisi sesi satu dan sesi
dua yaitu ciri perkembangan, pergerakan
tubuh, berpikir dan berbicara. Jika sudah
ada isi kembali ke dalam buku kerja.
Berikan pujian pada anak yang sudah
melakukan.
Berikan motivasi untuk mengulang pada
anak yang belum bisa melakukan.

c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
stimulasi perkembangan pada aspek emosi
dan kepribadian.
Menjelaskan peraturan terapi: Jika ada anak
yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta ijin pada terapis, lama kegiatan 45
menit.

3.4.7.3 Tahap Kerja.


a. Diskusikan dengan anak tentang ciri
perkembangan yang sudah didapat yaitu ciri
perkembangan anak usia sekolah, motorik,
berpikir, berbicara. Minta anak untuk mengisi
kedalam buku kerja yang sudah dicapai dan
berikan kesempatan kepada anak untuk
berbagi pengalaman dengan apa yang sudah
dilakukan atau jika masih ada yang belum di
mengerti dari pertemuan sebelumnya
mengenai ciri perkembangan motorik atau
gerakan anak usia sekolah, berpikir, dan
berbicara. Berikan pujian bagi anak yang
sudah melaksanakan dan berikan motivasi
bagi anak yang belum bisa melaksanakan.
b. Diskusikan dengan anak apakah kegiatan
mengendalikan emosi dan kepribadian sudah
pernah dilakukan seperti: menyampaikan
perasaan marah, senang dan sedih,
menyampaikan pendapat, mengatasi masalah,
menceritakan kembali cerita pendek,
mengungkapkan kesalahan, mengerjakan
tugas dan stimulasi yang diberikan.
c. Permainan mengungkapkan perasaan marah,
senang, takut, sedih.
Jelaskan kepada anak cara menyampaikan
perasaan marah, senang, takut dan sedih.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak cara
menyampaikan perasaan marah, senang dan
sedih. Contoh perasaan marah, ketika
diganggu oleh teman yang lain anak berani
mengatakan, kenapa dia di ganggu, apa
yang menyebabka dia diganggu, dan anak
barani untuk menanyakan sebabnya.
Perasaan senang, anak berani mengatakan
perasaan senangnya ketika mendapat
hadiah, anak mengatakan: saya senang hari
ini karena mendapat hadiah pensil dari
bapak upah dari menyapu halaman. Anak
dapat menyatakan perasaan sedih: saya
sedih hari ini karena orang tua tidak datang
berkunjung.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan.

d. Permainan cara menyampaikan pendapat dan


keinginan.
Jelaskan kepada anak cara menyampaikan
perasaan marah, senang, takut dan sedih.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak cara
menyampaikan pendapat dan keinginan.
Contoh: ketika temannya menyampaikan
cerita anak berani menyampaikan
pendapatnya, menurud saya ceritanya tidak
seperti itu tapi seperti ini, anak berani
menceritakan. Anak berani mengungkapkan
keinginannya, contoh: anak berani
mengungkapkan keinginan untuk memiliki
tas yang pernah dilihat di pasar: saya
senang dengan tas warna hitam itu, kalau
saya punya uang saya akan membelikannya.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
e. Permainan cara mengatasi masalah yang
sedang dihadapi.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak cara mengatasi
masalah yang sedang dihadapi. Contoh:
ketika berselisih pendapat dengan
temannya, anak berani menyelesaikan
dengan temannya tersebut, Andi maaf tadi
waktu dikelas saya tidak sengaja menginjak
buku kamu, sehingga kamu marah, saya
tidak bermaksut menginjak buku tersebut
dan saya tidak sengaja. Saya minta maaf ya
karena membuat kamu kesal.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
f. Permainan menceritakan kembali kebaikan
yang pernah dilakukan.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan memperkenalkan diri didepan
kelompok.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak cara
menceritakan kebaikan yang pernah di
lakukan. Contoh: saya waktu itu sedang
berjalan menuju sekolah, ketika saya
melihat anak kecim menangis karena
makanannya jatuh ketanah, saya
memberikan makanan yang saya punya
untuk anak itu, dan anak itu makan kue
saya, saya senang waktu itu.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
g. Permainan mengungkapkan kesalahan yang
dilakukan.
Jelaskan kepada anak cara mengungkapkan
kesalahan yang pernah dilakukan secara
jujur.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak cara
mengungkapkan kesalahan secara jujur.
Contoh: Bapak saya minta maaf karena
telah memecahkan piring waktu saya
mengantar piring bekas makan saya
kedapur, saya akan berhati-hati lain kali
kalau membawa barang-barang, saya
mohon dimaafkan.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan.
h. Permainan menyelesaikan tugas seorang diri.
Jelaskan kepada anak cara menyelesaikan
tugas seorang diri yaitu tugas pribadi.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak cara
menyelesaikan tugas sendiri. Contoh: tugas
menyapu halaman, harus dikerjakan sendiri
tanpa meminta bantuan orang lain, atau
pekerjaan rumah harus dikerjakan seorang
diri dan tidak bisa menyontek dari teman
apalagi membayar teman untuk
mengerjakan tugas sendiri.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
i. Berikan kesimpulan tentang stimulasi
perkembangan pada aspek pikiran dan bicara
yang telah dibahas.
3.4.7.4 Tahap Terminasi
a. Evaluasi
Tanyakan perasaan anak setelah mengikuti
kegiatan.
Tanyakan kembali kegiatan yang sudah
dilakukan dan masukkan kedalam buku
kerja.
Berikan pujian kepada kelompok.
b. Tindak Lanjut
Menganjurkan pada anak untuk mencoba
melakukan dengan teman satu kelompok di
rumah yaitu kegiatan motorik, berpikir,
berbicara, mengendalikan emosi dan
kepribadian.
Mencatat kegiatan mengendalikan emosi
dan kepribadian yang dilakukan di rumah.
Memotivasi anak untuk terus mencoba
melakukan latihan stimulasi emosi dan
kepribadian.
Menambahkan dalam buku kerja jika ada
tambahan ciri perkembangan yang dicapai
di rumah.
c. Kontrak akan datang.
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang
akan datang yaitu aspek moral dan spiritual.

3.4.8 Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan anak sesuai dengan tujuan dan terapis
melakukan pendokumentasian pada buku evaluasi anak.
3.5 SESI V : Stimulasi Industri Anak untuk Merangsang Aspek
Moral dan Spiritual.
3.5.1 Pengertian
Istilah moral berasal dari kata Latin mos yang berarti ada
istiadat, kebiasaan, peraturan dan nilai-nilai atau tata cara
kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan
untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai dan
prinsip-prinsip moral. Dimana nilai moral tersebut seperti:
(a) seruan untuk berbuat baik kepada orang lain,
memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara
kebersihan dan memelihara hak orang lain, (b) larangan
mencuri, membunuh, minum-minuman keras, berjudi
(Yusuf, 2009).

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan


yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 2009).
Menurut Burkhardt (1993, dalam Hamid, 2009)
spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut: (1)
berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui
ketidakpastian dalam kehidupan, (2) menemukan arti dan
tujuan hidup, (3) menyadari kemampuan untuk
menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, (4)
mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan
dengan Tuhan Yang Maha Tinggi.

3.5.2 Ciri Perkembangan Moral Dan Spiritual Anak Usia


Sekolah
Aspek perkembangan moral meliputi: anak sudah
mengenal konsep moral (mengenal benar atau salah, baik
atau buruk), anak sudah dapat mengikiti peraturan dari
Orang Tua, sekolah, dan lingkungan sosial lainnya, agresi
terutama jenis permusuhan sudah berkurang, penalaran
moral semakin dipandu oleh rasa keadilan, anak ingin
menjadi baik untuk memelihara tatanan sosial, agresi
beralih kebuhungan.

Aspek perkembangan spirituan adalah sikap keagamaan


anak bersifat resertif disertai dengan pengertian,
pandangan dan paham kebutuhan diperolehnya secara
rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika, penghayatan
secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan
ritual diterimanya sebagai keharusan moral, dalam hal ini
tidak juga hanya sebagai kegiatan keagamaan tapi
menyangkut masalah spirituaL seperti: hormat kepada
Orang Tua atau orang yang lebih tua, Orang Tua dan
teman, memberikan bantuan kepada orang yang
membutuhkan pertolongan, menyayangi fakir miskin,
memelihata kebersihan dan kesehatan, bersikap jujur dan
bersikap bertanggung jawab.

3.5.3 Tujuan.
3.5.3.1 Anak mampu menyebutkan stimulasi yang
diberikan pada anak untuk merangsang aspek
moral dan spiritual.
3.5.3.2 Anak mampu melatih stimulasi perkembangan
moral dan spiritual usia anak sekolah.

3.5.4 Setting
3.5.4.1 Terapis dan anak duduk bersama
3.5.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang

3.5.5 Alat
Metode yang digunakan adalah buku kerja dan buku
evaluasi, dan kitab suci.

3.5.6 Metode
Metode dalam sesi ini adalah : dinamika kelompok,
diskusi, tanya jawab dan role play.

3.5.7 Langkah Kegiatan


3.5.7.1 Persiapan
d. Membuat kontrak dengan anak.
e. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi.
3.5.7.2 Orientasi
a. Salam terapeutik yaitu salam dari terapis
kepada anak.

b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anak.
Membuka buku kerja, cek kembali apa
yang sudah dilakukan selama di rumah.
Apakah sudah ada tambahan yang
dilakukan untuk mengisi sesi satu dan sesi
dua, sesi tiga dan sesi empat yaitu ciri
perkembangan, pergerakan tubuh, berpikir
dan berbicara, mengendalikan emosi dan
kepribadian. Jika sudah ada isi kembali
kedalam buku kerja.
Berikan pujian pada anak yang sudah
melakukan.
Berikan motivasi untuk mengulang pada
anak yang belum bisa melakukan.
c. Kontrak.
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
stimulasi perkembangan pada aspek moral
dan spiritual.
Menjelaskan peraturan terapi: jika ada anak
yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta ijin pada terapis, lama kegiatan 45
menit, setiap anak mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai.

3.5.7.3 Tahap Kerja


a. Diskusikan dengan anak tentang ciri
perkembangan yang sudah didapat yaitu ciri
perkembangan anak usia sekolah, motorik,
berpikir, berbicara, mengendalikan emosi, dan
kepribadian. Minta anak untuk mengisi
kedalam buku kerja yang sudah dicapai dan
berikan kesempatan kepada anak untuk
berbagi pengalaman apa yang sudah
dilakukan. Jika masih ada yang belum di
mengerti dari pertemuan sebelumnya
mengenai ciri perkembangan motorik atau
gerakan anak usia sekolah, berpikir, dan
berbicara, mengendalikan emosi dan
kepribadian. Berikan pujian bagi anak yang
sudah melaksanakan dan berikan motivasi
bagi anak yang belum bisa melaksanakan.
b. Diskusikan dengan anak apakah kegiatan
aspek moral dan spirituan sudah pernah
dilakukan seperti: menepati janji kepda teman,
melakukan kewajiban, mengikuti peraturan,
mengikuti ibadah agama, berdoa, membaca
kitab suci.
c. Diskusikan dengan anak tentang ciri
perkembangan yang sudah didapat, tambahan
dari pertemuan sebelumnya yaitu ciri anak
usia sekolah, motorik, pikiran, dan bicara,
moral dan spiritual. Minta anak untuk mengisi
kedalam buku kerja tambahan yang sudah
dicapai dan berikan kesempatan kepada anak
untuk berbagi pengalaman dengan apa yang
sudah dilakukan dan jika masih ada yang
belum di mengerti dari pertemuan sebelumnya
mengenai ciri perkembangan anak usia
sekolah.
d. Permainan melakukan menepati janji dalam
kelompok.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan menepati janji dalam kelompok.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak kegiatan
menepati janji. Contoh: Andi berjanji
dengan temannya untuk mengerjakan tugas
sekolah jam empat dirumah Asep, maka
Andi harus berangkat kerumah Asep
sebelum jam empat, supaya sampai dirumah
Asep jam empat atau sebelum jam empat
lebih baik.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan.
e. Permainan melakukan kewajiban dalam
kelompok.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan melakukan kewajiban dalam
kelompok.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak kegiatan
melakukan kewajiban dalam kelompok.
Contoh: Andi ditugaskan membawa piring
dari rumah sebanyak enam buah untuk
kegiatan kemping minggu depan, maka
Andi harus membawa piring tersebut saat
kemping, kalau tidak kelompoknya tidak
bisa makan pake piring.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
f. Permainan mengikuti peraturan dalam
kelompok.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan mengikuti peraturan dalam
kelompok.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak kegiatan
mengikuti peraturan dalam kelompok.
Contoh: tidak boleh curang dalam bermain
kelompok, tidak boleh menembak kepala,
mata wajah saat bermain tembak-tembakan.
Tidak boleh menendang kaki lawan saat
bermain bola kali.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
g. Permainan mengikuti kegiatan ibadah agama.
Jelaskan kepada anak pentingnya mengikuti
kegiatan agama.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak dengan
menyebutkan contoh kegiatan agama yang
harus diikuti oleh anak. Contoh: mengikuti
sholat kumat setiap hari jumat, mengikuti
ibadah puasa pada bulan Ramadan.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan.
h. Berdoa kepada Tuhan untuk meminta
pertolongan.
Jelaskan kepada anak bahwa berdoa sangat
penting.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak sebuah doa
kepada Tuhan. Contoh: berdoa meminta
pertolongan kepada Tuhan, supaya pada
saat ujian Tuhan menyertai dan melindungi
dan memberikan kesehatan.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan.
i. Mambaca Kitab Suci, secara kelompok.
Jelaskan kepada anak pentingnya belajar
membaca kitab suci.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara membaca kita suci yang baik atau bisa
dibantu oleh orang yang lebih
berpengalaman.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan.
j. Berikan kesimpulan tentang stimulasi
perkembangan pada aspek pikiran dan bicara
yang telah dibahas.

3.5.7.4 Tahap Terminasi


a. Evaluasi
Tanyakan perasaan anak setelah mengikuti
kegiatan.
Tanyakan kembali kegiatan moral dan
spiritual yang sudah dilakukan dan
masukkan kedalam buku kerja.
Berikan pujian kepada kelompok.
b. Tindak Lanjut
Menganjurkan pada anak untuk mencoba
melakukan dengan teman satu kelompok
kalau ada waktu apa yang sudah diajarkan.
Memotivasi anak untuk terus mencoba
melakukan latihan gerakan tubuh.
Mencatat kegiatan moral dan spiritual yang
dilakukan di rumah.
Menambahkan dalam buku kerja jika ada
tambahan ciri perkembangan yang dicapai,
motorik, kognitif, bahasa, emosi,
kepribadian, moral, spiritual.

c. Kontrak akan datang.


Menyepakati waktu, tempat dan topik yang
akan datang yaitu hubungan dengan orang lain
atau psikososial.

3.5.8 Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan anak sesuai dengan tujuan.
3.6 SESI VI : Stimulasi Industri Anak untuk Merangsang Aspek
Psikososial
3.6.1 Pengertian
Perkembangan psikososial menurut Yusuf (2009) adalah
pencapaian kematangan hubungan sosial. Dapat juga
dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral
(agama). Perkembangan sosial pada anak-anak Sekolah
Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan,
disamping dengan keluarga juga dia mulai membentuk
ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman
sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya semakin
luas. Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan
menyesuaikan diri-sendiri (egosentris), kepada sikap yang
kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau
memperhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat
berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan
bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi
anggota kelompok (gang), dia merasa tidak senang apabila
tidak diterima dalam kelompoknya.

3.6.2 Ciri Perkembangan Aspek Psikososial Anak Usia


Sekolah
Anak usia sekolah biasanya mengalami konflik dengan
saudara kandung, persahabatan semakin luas dan menjadi
semakin intim, mulai membentuk ikatan baru dengan
teman sebaya, kesanggupan menyesuaikan diri terhadap
orang lain atau dapat bekerja sama dengan orang lain.
Berminat terhadap kegiatan teman sebaya bahkan sampai
membentuk kelompok (gang) sendiri. Biasanya anak lebih
mementingkan teman dari pada keluarga.

3.6.3 Tujuan
3.6.3.1 Anak mampu menyebutkan stimulasi yang
dilakukan untuk merangsang perkembangan aspek
psikososial
3.6.3.2 Anak mampu mempraktekkan stimulasi
perkembangan aspek psikososial pada anak yang
lain.
3.6.4 Setting
3.6.4.1 Terapis serta anak duduk bersama
3.6.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang.

3.6.5 Alat
Alat yang dipergunakan adalah buku kerja dan buku
evaluasi

3.6.6 Metode
Metode yang digunakan adalah dinamika kelompok,
diskusi dan tanya jawab, role plays

3.6.7 Langkah Kegiatan


Persiapan adalah membuat kontrak dengan anak dan
mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
3.6.7.1 Orientasi
a. Salam terapeutik Salam dari terapis kepada
anak
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anak.
Membuka buku kerja, cek kembali apa
yang sudah dilakukan selama di rumah.
Apakah sudah ada tambahan yang
dilakukan untuk mengisi sesi satu, sesi dua,
sesi tiga, sesi empat dan sesi lima yaitu ciri
perkembangan, pergerakan tubuh, berpikir
dan berbicara, mengendalikan emosi,
kepribadian, moran dan spiritual. Jika sudah
ada isi kembali kedalam buku kerja.
Berikan pujian pada anak yang sudah
melakukan.
Berikan motivasi untuk mengulang pada
anak yang belum bisa melakukan.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
stimulasi perkembangan pada aspek
psikososial atau hubungan dengan orang
lain.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : jika
ada anak yang ingin meninggalkan
kelompok, harus meminta ijin pada terapis,
lama kegiatan 45 menit, setiap anak
mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.

3.6.7.2 Tahap Kerja


a. Diskusikan dengan anak tentang ciri
perkembangan yang sudah didapat yaitu ciri
perkembangan anak usia sekolah, motorik,
berpikir, berbicara, mengendalikan emosi,
kepribadian, moral dan spiritual. Minta anak
untuk mengisi kedalam buku kerja yang sudah
dicapai dan berikan kesempatan kepada anak
untuk berbagi pengalaman apa yang sudah
dilakukan. Jika masih ada yang belum di
mengerti dari pertemuan sebelumnya
mengenai ciri perkembangan motorik atau
gerakan anak usia sekolah, berpikir, dan
berbicara, mengendalikan emosi, kepribadian,
moral dan spiritual. Berikan pujian bagi anak
yang sudah melaksanakan dan berikan
motivasi bagi anak yang belum bisa
melaksanakan.
b. Diskusikan dengan anak apakah kegiatan
aspek psikososial atau hubungan dengan
orang lain seperti: bermain dalam bentuk
kelompok, mengerjakan tugas kelompok,
gotong royong, bercerita dengan teman akrab,
bertanggung jawab dalam tugas kelompok,
menghargai orang lain.
c. Permainan dalam bentuk kelompok.
Jelaskan kepada anak pentingnya bermain
bersama kelompok sebaya.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya. Membagi anak dalam dua
kelompok.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara bermain dalam kelompok. Contoh:
bermain tebak-tebakan, binatang yang
belalainya panjang apakah itu?, buah yang
bersisik adalah buah....?, Presiden indonesia
pertama adalah.....?
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
d. Permainan mengerjakan tugas kelompok
bersama.
Jelaskan kepada anak cara mengerjakan
tugas kelompok secara bersamaan.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara mengerjakan tugas secara bersamaan
dalam kelompok. Memberikan satu buah
teka-teki silang, dan dikerjakan secara
bersama dalam kelompok, atau memberikan
soal matematika dan dikerjakan secara
kelompok
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis
dalam kelompok.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
e. Permainan gotong royong dan tolong
menolong.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
gotong royong dan tolong menolong.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya. Dan membagi dalam dua
kelompok.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara melakukan kerja gotong royong dan
tolong menolong. Contoh: memberikan satu
buah puzzel, kemudian anak-anak
bergotong royong untuk menyelesaikan.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis
dalam kelompok.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan.
f. Permainan bercerita dengan teman akrab.
Jelaskan kepada anak cara bercerita dengan
teman akrab.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara bercerita dengan teman akrab. Contoh:
Andi teman akrabnya Asep, pada saat Andi
diundang untuk menghadiri ulang tahun
Cecep, andi makan kue yang enak,
mendapat hadiah dan bisa bertemu dengan
banyak orang, sesampainya Andi di rumah,
Andi menceritakan pengalamannya kepada
Asep, apa yang dia lakukan dipesta dan apa
yang dia makan, karena Asep tidak ikut ke
acara tersebut.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis
dalam kelompok.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan.
g. Permainan bertanggung jawab dalam tugas
kelompok.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
tanggung jawab dalam tugas kelompok.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara melakukan tanggung jawab dalam
tugas kelompok. Contoh: pada saat
mengerjakan tugas kelompok Andi
bertanggung jawab untuk mengerjakan soal
tugas nomor satu sampai lima, maka Andi
harus mengerjakan tugas tersebut dan
temannya yang lain mengerjakan soal yang
lainnya.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis
dalam kelompok.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan.
h. Permainan menghargai orang.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan menghargai orang yang berbeda
dengan kita.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara menghargai orang yang berbeda
dengan kita. Contoh: pada saat Andi
berpuasa, Asep harus mengharhai dengan
cara tidak makan atau minim didepan Andi.
Pada saat Asep pergi ke Pura, maka Asep
tidak boleh mengganggu atau mengajak
Asep untuk bermain.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis
dalam kelompok.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
i. Berikan kesimpulan tentang stimulasi
perkembangan pada aspek pikiran dan bicara
yang telah dibahas
3.6.7.3 Tahap Terminasi
a. Evaluasi
Tanyakan perasaan anak setelah mengikuti
kegiatan.
Tanyakan kegiatan yang sudah dilakukan
dan masukkan kedalam buku kerja.
Berikan pujian kepada kelompok.
b. Tindak Lanjut
Menganjurkan pada anak untuk mencoba
melakukan dengan teman satu kelompok
kalau ada waktu apa yang sudah diajarkan.
Memotivasi anak untuk terus mencoba
melakukan latihan gerakan tubuh.
Mencatat kegiatan psikososial yang sudah
dilakukan di rumah.
Menambahkan dalam buku kerja jika ada
tambahan ciri perkembangan yang dicapai,
motorik, kognitif, bahasa, emosi,
kepribadian, moral, spiritual.
c. Kontrak akan datang.
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang
akan datang yaitu sharing atau berbagi
pengalaman dengan kelompok.

3.6.8 Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan anak sesuai dengan tujuan.
3.7 SESI VII : Sharing Persepsi tentang Stimulasi Anak yang
telah dilakukan
3.7.1 Pengertian
Sharing Pengalaman merupakan kegiatan untuk berbagi
pengalaman yang telah didapat selama melakukan
kegiatan.

3.7.2 Tindakan yang Dilakukan


3.7.2.1 Berbagi pengalaman dalam melaksanakan
stimulasi perkembangan yang telah di pelajari
bersama.
3.7.2.2 Berbagi pengalaman tentang pentingnya stimulasi
untuk perkembangan anak usia sekolah.
3.7.2.3 Berbagi pengalaman tentang tehniktehnik dalam
melaksanakan stimulasi perkembangan.
3.7.2.4 Mendapat pujian dari kelompok.
3.7.2.5 Memberikan pujian kepada anggota kelompok
lain yang memberikan pendapat.

3.7.3 Tujuan
3.7.3.1 Anggota kelompok mampu untuk berbagi
pengalaman dalam memberikan stimulasi
perkembangan yang telah dipelajari selama sesi
16.
3.7.3.2 Anak mampu memahami stimulasi perkembangan
pada usia anak sekolah.

3.7.4 Setting
Terapis dan anak duduk bersama, tempat yang nyaman dan
tenang

3.7.5 Alat
Alat yang digunakan dalan sesi ini adalah buku kerja dan
buku evaluasi.

3.7.6 Metode
Metode diskusi dalan sesi ini adalah dinamika kelompok,
diskusi dan tanya jawab.

3.7.7 Langkah Kegiatan


3.7.7.1 Persiapan
Membuat kontrak dengan anak dan
mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
a. Orientasi
Salam terapeutik dari terapis kepada anak.
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anak
Membuka buku kerja, cek kembali apa
yang sudah dilakukan selama di rumah.
Apakah sudah ada tambahan yang
dilakukan untuk mengisi sesi satu, sesi dua,
sesi tiga, sesi empat, sesi lima dan sesi
enam yaitu ciri perkembangan, pergerakan
tubuh, berpikir dan berbicara,
mengendalikan emosi, kepribadian, moral,
spiritual dan psikososial. Jika sudah ada isi
kembali ke dalam buku kerja.
Berikan pujian pada anak yang sudah
melakukan.
Berikan motivasi untuk mengulang pada
anak yang belum bisa melakukan.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berbagi
pengalaman tentang cara memberikan
stimulasi perkembangan yang telah
dipelajari yaitu ciri perkembangan, motorik,
berpikir, berbicara, mengendalikan emosi,
kepribadian, moral, spiritual, dan
psikososial.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika
ada anak yang ingin meninggalkan
kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan 45 menit,
setiap anak mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai.
3.7.7.2 Tahap Kerja.
a. Diskusikan dengan anak tentang ciri
perkembangan yang sudah didapat yaitu ciri
perkembangan anak usia sekolah, motorik,
berpikir, berbicara, mengendalikan emosi,
kepribadian, moral, spiritual dan psikososial.
Minta anak untuk mengisi kedalam buku kerja
yang sudah dicapai dan berikan kesempatan
kepada anak untuk berbagi pengalaman apa
yang sudah dilakukan. Jika masih ada yang
belum di mengerti dari pertemuan sebelumnya
mengenai ciri perkembangan motorik atau
gerakan anak usia sekolah, berpikir, dan
berbicara, mengendalikan emosi, kepribadian,
moral, spiritual dan psikososial. Berikan
pujian bagi anak yang sudah melaksanakan
dan berikan motivasi bagi anak yang belum
bisa melaksanakan
b. Beri kesempatan pada anak untuk
mengungkapkan pendapat mengenai stimulasi
perkembangan yang dipelajari.
c. Tanyakan pada anak tentang stimulasi
perkembangan yang telah dilakukan.
d. Berikan kesempatan pada anak untuk berbagi
pengalaman tentang manfaat yang didapatkan
setelah mencoba memberikan stimulasi
perkembangan pada anak.
e. Berikan kesempatan pada anak untuk bertanya
tentang hal hal yang masih belum dipahami
f. Beri kesempatan pada anggota kelompok
untuk menyampaikan dampak jika tidak
melakukan stimulasi perkembangan anak usia
sekolah.
g. Beri pujian/penghargaan atas kemampuan
anggota kelompok dalam menjawab dan
berbagi pengalaman
h. Berikan kesimpulan tentang stimulasi
perkembangan yang telah dibahas dan
motivasi anggota kelompok untuk saling
memberikan stimulasi perkembangan pada
anaknya.
3.7.7.3 Tahap Terminasi
a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti kegiatan.
Tanyakan kegiatan apa saja yang sudah
dilakukan dan masukkan kedalam buku
kerja.
Terapis memberikan pujian kepada
kelompok.
b. Tindak Lanjut
Menganjurkan pada anak untuk selalu
melaksanakan stimulasi yang telah
dipelajari bersama kelompok.
Mencatat kegiatan aspek yang sudah
dilakukan.
Mengajak anak lain yang berusia anak
sekolah untuk melaksanakan stimulasi
perkembangan bersama kelompok.
c. Kontrak akan datang
Mengakhiri kontrak pertemuan, dan semua sesi
sudah dilakukan dengan anak. Kesepakatan
akan dibuat kembali jika diperlukan.

3.7.8 Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan anak sesuai dengan tujuan dan kemampuan
keseluruhan mulai dari sesi pertama sampai sesi yang ke
enam.
BAB 4
IMPLEMENTASI PENGAMATAN DAN PENDAMPINGAN
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK ANAK USIA SEKOLAH
PADA ORANG TUA DAN GURU

Bab empat ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi
kelompok terpeutik pada masing masing sesi dan bagaimana
melakukannya pada orang tua dan guru dalam melakukan pengamatan
dan pendampingan anak.

4.1 SESI 1 : Penjelasan Konsep Stimulasi Industri Anak


4.1.1 Pengertian Fase Industri
Anak usia sekolah dikenal dengan fase berkarya (industri)
vs rasa rendah diri (inferiority). Masa ini berada diantara
usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki dunia
sekolah yang lebih formal, pada anak usia sekolah tumbuh
rasa kemandirian anak, anak ingin terlibat dalam tugas
yang dapat dilakukan sampai selesai, Erik Erikson (1950
dalam Wong et.al., 2009). Anak usia sekolah memiliki ciri-
ciri mempunyai rasa bersaing, senang berkelompok dengan
teman sebaya, berperan dalam kegiatan kelompok,
menyelesaikan tugas (sekolah atau rumah) yang diberikan
(Keliat, Helena, & Farida, 2011). Pada tahap ini anak
berusaha untuk merebut perhatian dan penghargaan atas
karyanya. Anak belajar untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai timbul, dan
anak mulai senang untuk belajar bersama. Anak-anak
memperoleh kepuasan yang sangat besar dari perilaku
mandiri dalam menggali dan memanipulasi lingkunganya
termasuk sekolah dan interaksi dengan teman sebaya.

Erikson (1968, dalam Faist & Faist, 2008) menyatakan


bahwa anak usia sekolah, dalam usia ini dunia sosial anak-
anak berkembang melampaui keluarga hingga mencakup
teman-teman sebaya, Orang Tua dan orang dewasa
lainnya. Bagi anak-anak usia sekolah, harapan mereka
untuk mengetahui sesuatu menjadi bertambah kuat dan
terkait erat dengan perjuangan dasar mencakup
kompetensi. Dalam perkembangan yang normal, anak-
anak berjuang secara produktif untuk bisa membaca dan
menulis dan permainan yang dilakukan oleh orang dewasa
seperti berburu, menangkap ikan atau belajar kemampuan-
kemampuan yang diperlukan oleh budaya mereka. Usia
sekolah bukan berarti sekolah-sekolah secara formal.

4.1.2 Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah Yang Memiliki Produktif


Lebih memilih aktifitas secara fisik atau kekuatan
badan
Mempunyai rasa bersaing (kompetisi) yang tinggi.
Senang menyelesaikan tugas sekolah dan tugas
rumah.
Berpikir secara nyata
Senang berhayal dan berfantasi.
Mampu membaca, menulis dan berhitung.
Mampu mengikuti peraturan dalam permainan.
Mampu berkomunikasi dua arah dengan orang
baru.
Senang bercerita pengalamannya dengan teman
sebaya.
Senang berkelompok dengan teman sebaya
Mempunyai sahabat akrab
Rasa tanggung jawab tinggi
Senang bekerja sama
Mampu mengendalikan emosi.
Mampu bersosialisasi dengan orang baru
Memiliki keinginan untuk bertanding dengan
teman sebaya.

4.1.3 Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah yang Tidak Memiliki


Produktif
Tidak suka melakukan aktifitas secara fisik atau
kekuatan badan
Tidak ada kemauan untuk bersaing, terkesan malas
Tidak mau mengerjakan pekerjaan sekolah
Melawan pada Orang Tua
Belum mampu membaca, menulis dan berhitung,
atau salah satu.
Tidak mampu mengikuti aturan dalam permainan.
Takut pada orang baru
Tidak mau bercerita dengan orang lain, terkesan
diam.
Tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok
Tidak mempunyai teman akrab.
Tidak ada rasa tanggung jawab
Lebih senang bekerja sendiri
Tidak mampu mengendalikan emosi.

4.1.4 Tujuan
Orang tua dan guru mampu mengamati dan mendampingi
anak dalam menstimulasi ciri perkembangan yang dimiliki
anak.

4.1.5 Setting
4.1.5.1 Terapis, orang tua dan guru duduk bersama secara
melingkar.
4.1.5.2 Tempat yang nyaman dan tenang

4.1.6 Alat
Buku kerja dan buku evaluasi orang tua dan guru.

4.1.7 Metode
Metode dalam sesi ini adalah dinamika kelompok, diskusi
dan tanya jawab.

4.1.8 Langkah Kegiatan


4.1.8.1 Persiapan
a. Melakukan seleksi peserta (anak, orang tua
dan guru) di sekolah
b. Membuat kontrak dengan orang tua dan guru.
c. Mempersiapkan alat dan tempat untuk
melakukan stimulasi perkembangan.

4.1.8.2 Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada orang tua dan
anak.
Perkenalkan nama dan nama panggilan
terapis (pakai papan nama)
Menanyakan nama dan nama panggilan
orang tua dan guru.
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan orang tua dan guru
saat ini
Menanyakan pengalaman dalam
menstimulasi tugas perkembangan anak
usia sekolah.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
memberikan informasi dan berbagi
pengalaman antar anggota kelompok
tentang cara menstimulasi kemampuan
perkembangan anak usia sekolah. Terapi ini
terdiri dari tujuh sesi, duabelas kali
pertemuan, lama kegiatan 45 menit.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika
ada orang tua dan guru yang ingin
meninggalkan kelompok harus meminta ijin
pada fasilitator (terapis), setiap orang tua
dan guru mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai.

4.1.8.3 Tahap Kerja


a. Jelaskan pada orang tua dan guru tentang
tugas perkembangan industri yang harus
dicapai anak.
b. Beri kesempatan pada orang tua dan guru
untuk mencontreng atau memberikan tanda
benar pada tugas perkembangan yang telah
dicapai oleh anak.
c. Berikan kesempatan kepada orang tua dan
guru untuk bertanya hal-hal yang tidak jelas.
d. Berikan penjelasan cara mencapai tugas
perkembangan industri dengan melakukan
stimulasi perkembangan pada anak yang
mencakup aspek pergerakan, aspek berpikir,
berbicara, emosi, kepribadian, moral, spiritual
dan aspek psikososial. Semua aspek ini akan
dijelaskan satu persatu pada sesi-sesi yang
akan datang.
e. Berikan pujian akan kemampuan orang tua
dan guru dalam mencapai tugas
perkembangannya.

4.1.8.4 Tahap Terminasi


a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan orang tua
dan guru setelah mengikuti kegiatan
Terapis memberikan pujian kepada
kelompok.
b. Tindak Lanjut
Buku dibaca di rumah lalu di cek apakah
ada yang berubah atau bertambah ciri yang
sudah didapatkan oleh anak.
c. Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang
akan datang yaitu cara melatih motorik atau
gerakan perkembangan anak pada aspek
motorik.

4.1.9 Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan orang tua dan guru sesuai dengan tujuan, yaitu
dapat menyebutkan ciri perkembangan yang dimiliki oleh
anak, orang tua dan guru mampu mengamati dan
mendampingi anak dalam menstimulasi ciri perkembangan
yang dimiliki anak dan melakukan dokumentasi pada buku
evaluasi pendampingan orang tua dan guru.
4.2 SESI II : Stimulasi Anak untuk Merangsang Aspek Motorik
4.2.1 Pengertian Aspek Motorik
Keterampilan motorik seseorang dipengaruhi oleh
kematangan perkembangan sistem syaraf otak seseorang
yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya
kompetensi atau keterampilan motorik anak. Keterampilan
motorik ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu (a)
keterampilan atau gerakan kasar meliputi: berjalan, berlari,
melompat jauh, naik dan turun tangga, loncat tali, dapat
mengenakan pakayan tanpa dibantu, menggunakan alat-
alat olah raga, baris-berbaris, sedangkan (b) keterampilan
motorik halus atau keterampilan memanipulasi, seperti
menulis dengan tulisan sambung, menggambar dengan
adanya pola atau objek, memotong kertas dengan
mengikuti pola, melempar, dan menangkap bola, serta
memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Hurlock,
2008).

4.2.2 Ciri-Ciri Perkembangan Aspek Motorik Anak Usia


Sekolah
Kemampuan motorik kasar : naik turun tangga, melompat
jauh, loncat tali, berjingkrak dan merubah arah dengan
cepat, naik sepeda, berlari, dapat mengenakan pakaian
tanpa dibantu, senam, berenang, menggunakan alat-alat
olah raga, baris berbaris.

Kemampuan motorik halus : menulis dengan tulisan


sambung, menggambar dengan pola atau objek, memotong
kertas dengan mengikuti pola, menggambar atau melukis
dengan pensil warna.

4.2.3 Tujuan
4.2.3.1 Orang tua dan guru mampu menyebutkan,
stimulasi perkembangan yang sudah dilakukan
oleh anak untuk merangsang aspek motorik.
4.2.3.2 Orang tua dan guru mampu mengamati dan
mendampingi anak dalam stimulasi
perkembangan oleh anak untuk merangsang aspek
motorik.

4.2.4 Setting
4.2.4.1 Terapis, orang tua dan guru duduk bersama.
4.2.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang.

4.2.5 Alat
4.2.5.1 Buku evaluasi orang tua dan guru.
4.2.5.2 Buku kerja orang tua dan guru.

4.2.6 Metode yang digunakan


Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab

4.2.7 Langkah Kegiatan.


4.2.7.1 Persiapan
Mempersiapkan alat yang akan dipakai dan
tempat stimulasi
4.2.7.2 Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada orang tua dan guru
atau peserta.
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan orang tua dan guru .
Meminta orang tua dan guru bersama-sama
membuka buku kerja dan menanyakan
apakah ada tambahan tugas perkembangan
industri yang sudah dicapai anak pada
pertemuan sesi satu.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
mengamati dan mendampingi latihan
motorik atau gerakan anak yang
menggunakan badan agar anak mampu
bergerak ke segala arah, melatih otot untuk
bergerak keseimbangan dan supaya mampu
berlomba dalam kelompok. Orang tua dan
guru membuka buku kerja dan melihat
kegiatan yang akan di latih pada pertemuan
sesi dua ini.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu: Jika
ada orang tua dan guru yang ingin
meninggalkan kelompok harus meminta ijin
pada fasilitator/terapis, lama kegiatan 45
menit setiap orang tua dan guru mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai.
4.2.7.3 Tahap Kerja.
a. Diskusikan dengan orang tua dan guru tentang
ciri perkembangan yang sudah didapat
tambahan dari pertemuan sebelumnya dan
minta orang tua dan guru untuk mengisi ke
dalam buku kerja dan berikan kesempatan
kepada orang tua dan guru untuk berbagi
pengalaman dengan apa yang sudah dilakukan
atau jika masih ada yang belum di mengerti
dari pertemuan sebelumnya mengenai ciri
perkembangan anak usia sekolah.
b. Diskusikan dengan orang tua dan guru hasil
pengamatan orang tua dan guru terhadap
kegiatan motorik yang sudah pernah
dikakukan anak seperti: lompat tali, main
engklek, menangkap dan melempar bola,
menulis tulisan sambung, menggungting
kertas berpola, menggambar dan melukis.
c. Beri kesempatan pada orang tua dan guru hal-
hal yang tidak dipahami
d. Diskusikan dengan Orang tua dan guru hasil
pendampingan dalam mencapai
perkembangan aspek motorik anak

4.2.7.4 Tahap Terminasi


a. Evaluasi
Tanyakan perasaan orang tua dan guru
setelah mengikuti kegiatan.
Tanyakan kembali kegiatan yang sudah
dilakukan kemudian isi ke dalam buku
kerja.
Berikan pujian kepada kelompok.
b. Tindak Lanjut
Memotivasi orang tua dan guru untuk terus
mengamati dan mendampingi anak untuk
melakukan latihan gerakan tubuh.
Mencatat kegiatan motorik atau gerakan
tubuh yang dilakukan anak di rumah.
Menambahkan dalam buku kerja jika ada
tambahan ciri perkembangan anak yang
dicapai di rumah.
c. Kontrak akan datang.
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang
akan datang yaitu latihan mengamati dan
mendampingi anak cara berpikir dan
berbicara dengan baik.
4.2.8 Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan orang tua dan guru sesuai dengan tujuan, yaitu
orang tua dan guru mampu melakukan stimulasi aspek
motorik pada anak dan melakukan pendokumentasian pada
buku evaluasi orang tua dan guru.
4.3 SESI III : Stimulasi Industri Anak untuk Merangsang Aspek
Kognitif dan Bahasa
4.3.1 Pengertian
Teori perkembangan kognitif anak operasional konkret
menurut Piaget (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009)
pada sekitar usia 7 tahun, anak-anak memasuki tahap
operasional konkret, dimana mereka bisa menggunakan
berbagai operasi mental, seperti penalaran, memecahkan
masalah-masalah konkret (nyata), seperti dimana harus
mencari sarung tangan yang hilang. Anak-anak pada usia
ini dapat berpikir dengan logis karena mereka tidak terlalu
egosentris dari sebelumnya dan dapat mempertimbangkan
aspek dari berbagai situasi.
Bahasa adalah sarana komunikasi dengan orang lain.
Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk
berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan
dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan
menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar
atau lukisan (Yusuf, 2009). Dengan bahasa semua manusia
dapat mengenal dirinya, dapat berkomunikasi sesama
manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral
dan atau agama.

4.3.2 Ciri-Ciri Perkembangan Aspek Kognitif Dan Bahasa


Aspek kognitif anak dengan usia sekolah adalah: anak bisa
membedakan antara khayalan dan kenyataan, lebih efisien
dalam membangun strategi dan pengkodean, anak
memahami sebab dan akibat, kemampuan dalam menilai
dari berbagai sudut pandang meningkat, kemampuan
dalam berhitung semakin meningkat, seperti menambah,
mengurangi, mengalikan, membagi. Pada akhir tahap ini
anak sudah memiliki kemampuan dalam memecahkan
masalah yang sederhana.

Sedangkan untuk bahasa anak usia sekolah sudah mampu


menguasai lebih dari 2.500 kata. Anak gemar membaca,
mendengar cerita bersifat kritis tentang perjalanan,
petualangan, atau riwayat pahlawan. Anak sudah mampu
menanyakan soal waktu dan sebab akibat, anak sudah
mampu menceritakan kembali alur cerita yang di dengar.
Anak sudah mampu berkomunikasi dengan orang lain,
menyatakan perasaannya, memahami keterampilan
mengolah informasi yang diterimanya, berfikir
(mengutarakan pendapat dan gagasannya),
mengembangkan kepribadiannya dan menyatakan sikap
dan kepribadiannya.

4.3.3 Tujuan
Orang tua dan guru mampu mengamati dan mendampingi
anak dalam menstimulasi perkembangan aspek kognitif
dan bahasa anak.

4.3.4 Setting
4.3.4.1 Terapis, orang tua dan guru duduk bersama
4.3.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang
4.3.5 Alat
Buku kerja dan buku evaluasi

4.3.6 Metode
Metode yang digunakan dalam sesi ini adalah dinamika
kelompok, diskusi dan tanya jawab.

4.3.7 Langkah Kegiatan


4.3.7.1 Persiapan
a. Membuat kontrak dengan orang tua dan guru.
b. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
4.3.7.2 Orientasi
a. Salam terapeutik : Salam dari terapis kepada
orang tua dan guru
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan orang tua dan guru.
Membuka buku kerja, cek kembali apa
yang sudah dilakukan selama di rumah dan
di sekolah. Apakah sudah ada tambahan
yang dilakukan oleh anak terkait dengan
sesi satu dan sesi dua yaitu ciri
perkembangan dan pergerakan tubuh sesuai
dengan sesi dua.
Berikan pujian kepada orang tua dan guru
yang sudah mengisi buku kerja
Beri motivasi kepada orang tua dan guru
yang belum mampu melakukan.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu orang
tua dan guru mampu mangamati dan
mendampingi stimulasi perkembangan
untuk merangsang perkembangan aspek
berpikir dan berbicara.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu: Jika
ada orang tua dan guru yang ingin
meninggalkan kelompok harus meminta ijin
pada fasilitator/terapis, lama kegiatan empat
puluh lima menit.

4.3.7.3 Tahap Kerja.


a. Diskusikan dengan orang tua dan guru tentang
ciri perkembangan yang sudah ditambahkan
dari pertemuan sebelumnya (aspek motorik),
minta orang tua dan guru untuk mengisi ke
dalam buku kerja ciri perkembangan yang
sudah dilakukan dan kegiatan motorik lompat
tali, main engklek, menangkap dan melempar
bola, menggunting kertas yang sudah berpola,
menggambar dan melukis, kemudian isi ke
dalam buku kerja. Berikan kesempatan kepada
orang tua dan guru untuk berbagi pengalaman
apa yang sudah dilakukan, jika ada yang
belum di mengerti berikan kesempatan untuk
bertanya
b. Diskusikan dengan orang tua dan guru hasil
pengamatan dan pendampingan kegiatan
berpikir dan berbicara yang sudah pernah
dilakukan anak, seperti: menyebutkan
beberapa bentuk benda, menjawab pertanyaan
sebab akibat, menyelesaikan beberapa soal
penjumlahan, memperkenalkan diri didepan
kelas, menceritakan kembali cerita pendek
yang pernah di dengar dan menyebutkan nama
buah atau binatang mulai dari huruf A.
c. Beri kesempatan pada orang tua dan guru hal-
hal yang tidak dipahami
d. Diskusikan dengan Orang tua dan guru hasil
pengamatan dan pendampingan dalam
mencapai perkembangan aspek berbicara dan
bahasa anak
4.3.7.4 Tahap Terminasi
a. Evaluasi
Tanyakan perasaan orang tua dan guru
setelah mengikuti kegiatan.
Tanyakan kembali kegiatan yang sudah
dilakukan dan masukkan ke dalam buku
kerja.
Berikan pujian kepada kelompok.
b. Tindak Lanjut
Memotivasi orang tua dan guru untuk terus
mencoba melakukan pengamatan dan
pendampingan latihan stimulasi berpikir
dan berbicara, serta minta orang tua dan
guru mencatat kegiatan yang telah dicapai
ke dalam buku kerja.
Mencatat kegiatan berpikir dan berbicara
dan catat ke dalam buku kerja.
Menambahkan dalam buku kerja jika ada
tambahan ciri perkembangan yang dicapai
di rumah.
c. Kontrak akan datang.
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang
akan datang yaitu mengamati dan
mendampingi latihan cara mengendalikan
emosi dan belajar kepribadian.
4.3.8 Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan orang tua dan guru sesuai dengan tujuan dan
terapis melakukan pendokumentasian pada buku evaluasi
anak.
4.4 SESI IV : Stimulasi Industri Anak untuk merangsang aspek
emosi dan kepribadian
4.4.1 Pengertian
Menurut Santrock (2007) emosi sebagai perasaan atau
afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam
suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap penting
olehnya, terutama well-being dirinya. Emosi diwakili oleh
perilaku yang mengekpresikan kenyamanan atau
ketidaknyamanan terhadap keadaan atau interaksi yang
sedang dialami. Emosi bisa berbentuk sesuatu yang
spesifik seperti rasa senang, takut, marah, tergantung dari
interaksi yang dialami.

Seorang ahli psikologi individu, Allport (1939, dalam Feist


& Feist, 2008) mendefinisikan kepribadian adalah sebagai
pengorganisasian dinamis dalam diri individu dimana
sistem psikofisisnya menentukan karakteristik perilaku dan
pikirannya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

4.4.2 Ciri-Ciri Perkembangan Aspek Emosi Dan


Kepribadian Anak Usia Sekolah
Aspek emosi dalam hal ini adalah anak mampu mengenal
dan merasakan emosi sendiri, mengenal penyebab
perasaan yang timbul, mampu mengungkapkan perasaan
marah, mampu mengendalikan perasaan perilaku agrasif
yang merugikan diri sendiri dan orang lain, memiliki
kemampuan untuk mengatasi stress, memiliki perasaan
positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga, memiliki
rasa tanggung jawab, mampu menerima sudut pandang
orang lain, dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain,
memiliki sikap bersahabat, bersikap demokratis bergaul
dengan orang lain.

Aspek kepribadian meliputi: kemantapan gender tercapai,


mampu menilai kekurangan dan kelebihan, mampu menilai
prestasi yang diperoleh secara realistis, mampu mengatasi
kehidupan yang didahapi (tugas dan tanggung jawab),
realistis dalam mencapai tujuan.

4.4.3 Tujuan
Orang tua dan guru mampu mengamati dan mendampingi
anak dalam menstimulasi ciri perkembangan aspek emosi
dan kepribadian.
4.4.4 Setting
4.4.4.1 Terapis orang tua dan guru duduk bersama
4.4.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang

4.4.5 Alat
Buku kerja dan buku evaluasi orang tua dan guru
4.4.6 Metode
Metode yang digunakan pada sesi ini adalah dinamika
kelompok, diskusi dan tanya jawab

4.4.7 Langkah Kegiatan


4.4.7.1 Persiapan
a. Membuat kontrak dengan orang tua dan guru.
b. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi.
4.4.7.2 Orientasi
a. Salam terapeutik yaitu salam dari terapis
kepada orang tua dan guru
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan orang tua dan guru
Membuka buku kerja, cek kembali apa
yang sudah dilakukan selama di rumah.
Apakah sudah ada tambahan yang
dilakukan untuk mengisi sesi satu dan sesi
dua yaitu ciri perkembangan, pergerakan
tubuh, berpikir dan berbicara. Jika sudah
ada isi kembali ke dalam buku kerja.
Berikan pujian pada orang tua dan guru
yang sudah melakukan.
Berikan motivasi untuk mengulang pada
orang tua dan guru yang belum bisa
melakukan.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
pengamatan dan pendampingan stimulasi
perkembangan pada aspek emosi dan
kepribadian.
Menjelaskan peraturan terapi: Jika ada
orang tua dan guru yang ingin
meninggalkan kelompok, harus meminta
ijin pada terapis, lama kegiatan 45 menit.
4.4.7.3 Tahap Kerja.
a. Diskusikan dengan orang tua dan guru tentang
ciri perkembangan yang sudah didapat yaitu
ciri perkembangan anak usia sekolah, motorik,
berpikir, berbicara. Minta orang tua dan guru
untuk mengisi ke dalam buku kerja yang
sudah dicapai dan berikan kesempatan kepada
orang tua dan guru untuk berbagi pengalaman
dengan apa yang sudah dilakukan atau jika
masih ada yang belum di mengerti dari
pertemuan sebelumnya mengenai ciri
perkembangan motorik atau gerakan anak usia
sekolah, berpikir, dan berbicara.
b. Diskusikan dengan orang tua dan guru hasil
pengamatan kegiatan mengendalikan emosi
dan kepribadian sudah pernah dilakukan anak
seperti: menyampaikan perasaan marah,
senang dan sedih, menyampaikan pendapat,
mengatasi masalah, menceritakan kembali
cerita pendek, mengungkapkan kesalahan,
mengerjakan tugas dan stimulasi yang
diberikan.
c. Beri kesempatan pada orang tua dan guru hal-
hal yang tidak dipahami
d. Diskusikan dengan Orang tua dan guru hasil
pengamatan dan pendampingan dalam
mencapai perkembangan aspek emosi dan
kepribadian

4.4.7.4 Tahap Terminasi


a. Evaluasi
Tanyakan perasaan orang tua dan guru
setelah mengikuti kegiatan.
Tanyakan kembali kegiatan yang sudah
dilakukan dan masukkan ke dalam buku
kerja.
Berikan pujian kepada kelompok.
b. Tindak Lanjut
Mencatat kegiatan yang telah dilakukan
orang tua dan guru dalam mengamati dan
mendampingin anak dalam latihan
mengendalikan emosi dan kepribadian yang
dilakukan di rumah/ sekolah.
Memotivasi orang tua dan guru untuk terus
mencoba mengamati dan mendampingi
anak dalam latihan stimulasi emosi dan
kepribadian.
Menambahkan dalam buku kerja jika ada
tambahan ciri perkembangan yang dicapai
di rumah/sekolah.
c. Kontrak akan datang.
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang
akan datang yaitu aspek moral dan spiritual.
4.4.8 Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan orang tua dan guru sesuai dengan tujuan dan
terapis melakukan pendokumentasian pada buku evaluasi
orang tua dan guru.
4.5 SESI V : Stimulasi Industri Anak untuk Merangsang Aspek
Moral dan Spiritual.
4.5.1 Pengertian
Istilah moral berasal dari kata Latin mos yang berarti ada
istiadat, kebiasaan, peraturan dan nilai-nilai atau tata cara
kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan
untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai dan
prinsip-prinsip moral. Dimana nilai moral tersebut seperti:
(a) seruan untuk berbuat baik kepada orang lain,
memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara
kebersihan dan memelihara hak orang lain, (b) larangan
mencuri, membunuh, minum-minuman keras, berjudi
(Yusuf, 2009).

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan


yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 2009).
Menurut Burkhardt (1993, dalam Hamid, 2009)
spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut: (1)
berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui
ketidakpastian dalam kehidupan, (2) menemukan arti dan
tujuan hidup, (3) menyadari kemampuan untuk
menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, (4)
mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan
dengan Tuhan Yang Maha Tinggi.

4.5.2 Ciri Perkembangan Moral Dan Spiritual Anak Usia


Sekolah
Aspek perkembangan moral meliputi: anak sudah
mengenal konsep moral (mengenal benar atau salah, baik
atau buruk), anak sudah dapat mengikiti peraturan dari
Orang Tua, sekolah, dan lingkungan sosial lainnya, agresi
terutama jenis permusuhan sudah berkurang, penalaran
moral semakin dipandu oleh rasa keadilan, anak ingin
menjadi baik untuk memelihara tatanan sosial, agresi
beralih kebuhungan.

Aspek perkembangan spirituan adalah sikap keagamaan


anak bersifat resertif disertai dengan pengertian,
pandangan dan paham kebutuhan diperolehnya secara
rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika, penghayatan
secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan
ritual diterimanya sebagai keharusan moral, dalam hal ini
tidak juga hanya sebagai kegiatan keagamaan tapi
menyangkut masalah spirituaL seperti: hormat kepada
Orang Tua atau orang yang lebih tua, Orang Tua dan
teman, memberikan bantuan kepada orang yang
membutuhkan pertolongan, menyayangi fakir miskin,
memelihata kebersihan dan kesehatan, bersikap jujur dan
bersikap bertanggung jawab.

4.5.3 Tujuan.
Orang tua dan guru mampu mengamati dan mendampingi
anak dalam menstimulasi aspek moral dan spiritual.
4.5.4 Setting
4.5.4.1 Terapis, orang tua dan guru duduk bersama
4.5.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang

4.5.5 Alat
Metode yang digunakan adalah buku kerja dan buku
evaluasi.

4.5.6 Metode
Metode dalam sesi ini adalah : dinamika kelompok, diskusi
dan tanya jawab.

4.5.7 Langkah Kegiatan


4.5.7.1 Persiapan
a. Membuat kontrak dengan orang tua dan guru.
b. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi.
4.5.7.2 Orientasi
a. Salam terapeutik yaitu salam dari terapis
kepada orang tua dan guru.

b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan orang tua dan guru.
Membuka buku kerja, cek kembali apa
yang sudah dilakukan selama di
rumah/sekolah. Apakah sudah ada
tambahan yang dilakukan untuk mengisi
sesi satu dan sesi dua, sesi tiga dan sesi
empat yaitu ciri perkembangan, pergerakan
tubuh, berpikir dan berbicara,
mengendalikan emosi dan kepribadian. Jika
sudah ada isi kembali ke dalam buku kerja.
Berikan pujian pada orang tua dan guru
yang sudah melakukan.
c. Kontrak.
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
stimulasi perkembangan pada aspek moral
dan spiritual.
Menjelaskan peraturan terapi: jika ada
orang tua dan guru yang ingin
meninggalkan kelompok, harus meminta
ijin pada terapis, lama kegiatan 45 menit,
setiap anak mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai.

4.5.7.3 Tahap Kerja


a. Diskusikan dengan orang tua dan guru tentang
ciri perkembangan yang sudah didapat yaitu
ciri perkembangan anak usia sekolah, motorik,
berpikir, berbicara, mengendalikan emosi, dan
kepribadian. Minta orang tua dan guru untuk
mengisi ke dalam buku kerja yang sudah
dicapai orang tua dan guru dan berikan
kesempatan kepada mereka untuk berbagi
pengalaman apa yang sudah dilakukan. Jika
masih ada yang belum di mengerti dari
pertemuan sebelumnya mengenai ciri
perkembangan motorik atau gerakan anak usia
sekolah, berpikir, dan berbicara,
mengendalikan emosi dan kepribadian.
Berikan pujian bagi orang tua dan guru yang
sudah melaksanakan dan berikan motivasi
bagi orang tua dan guru yang belum bisa
melaksanakan.
b. Diskusikan dengan orang tua dan guru hasil
pengamatan dan pendampingan terhadap anak
apakah kegiatan aspek moral dan spiritual
sudah pernah dilakukan seperti: menepati janji
kepda teman, melakukan kewajiban,
mengikuti peraturan, mengikuti ibadah agama,
berdoa, membaca kitab suci.
c. Beri kesempatan pada orang tua dan guru hal-
hal yang tidak dipahami
d. Diskusikan dengan Orang tua dan guru hasil
pengamatan dan pendampingan dalam
mencapai perkembangan aspek moral dan
spiritual anak.

4.5.7.4 Tahap Terminasi


a. Evaluasi
Tanyakan perasaan orang tua dan guru
setelah mengikuti kegiatan.
Tanyakan kembali kegiatan moral dan
spiritual anak yang sudah dilakukan orang
tua dan guru, masukkan kedalam buku
kerja.
Berikan pujian kepada kelompok.
b. Tindak Lanjut
Memotivasi orang tua dan guru untuk terus
mengamati dan mendampingi anak dalam
mencapai perkembangan aspek moral dan
spiritual anak.
Mencatat kegiatan moral dan spiritual yang
dilakukan di rumah/sekolah.
Menambahkan dalam buku kerja jika ada
tambahan ciri perkembangan yang dicapai,
motorik, kognitif, bahasa, emosi,
kepribadian, moral, spiritual.

c. Kontrak akan datang.


Menyepakati waktu, tempat dan topik yang
akan datang yaitu hubungan dengan orang lain
atau psikososial.

4.5.8 Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan orang tua dan guru sesuai dengan tujuan.
4.6 SESI VI : Stimulasi Industri Anak untuk Merangsang Aspek
Psikososial
4.6.1 Pengertian
Perkembangan psikososial menurut Yusuf (2009) adalah
pencapaian kematangan hubungan sosial. Dapat juga
dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral
(agama). Perkembangan sosial pada anak-anak Sekolah
Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan,
disamping dengan keluarga juga dia mulai membentuk
ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman
sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya semakin
luas. Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan
menyesuaikan diri-sendiri (egosentris), kepada sikap yang
kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau
memperhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat
berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan
bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi
anggota kelompok (gang), dia merasa tidak senang apabila
tidak diterima dalam kelompoknya.

4.6.2 Ciri Perkembangan Aspek Psikososial Anak Usia


Sekolah
Anak usia sekolah biasanya mengalami konflik dengan
saudara kandung, persahabatan semakin luas dan menjadi
semakin intim, mulai membentuk ikatan baru dengan
teman sebaya, kesanggupan menyesuaikan diri terhadap
orang lain atau dapat bekerja sama dengan orang lain.
Berminat terhadap kegiatan teman sebaya bahkan sampai
membentuk kelompok (gang) sendiri. Biasanya anak lebih
mementingkan teman dari pada keluarga.

4.6.3 Tujuan
Orang tua dan guru mampu mengamati dan mendampingi
anak dalam menstimulasi perkembangan aspek psikososial
pada anak.
4.6.4 Setting
4.6.4.1 Terapis serta orang tua dan guru duduk bersama
4.6.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang.

4.6.5 Alat
Alat yang dipergunakan adalah buku kerja dan buku
evaluasi.

4.6.6 Metode
Metode yang digunakan adalah dinamika kelompok,
diskusi dan tanya jawab

4.6.7 Langkah Kegiatan


Persiapan adalah membuat kontrak dengan orang tua dan
guru dan mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
4.6.7.1 Orientasi
a. Salam terapeutik Salam dari terapis kepada
orang tua dan guru
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan orang tua dan guru.
Membuka buku kerja, cek kembali apa
yang sudah dilakukan selama
dirumah/sekolah. Apakah sudah ada
tambahan yang dilakukan untuk mengisi
sesi satu, sesi dua, sesi tiga, sesi empat dan
sesi lima yaitu ciri perkembangan,
pergerakan tubuh, berpikir dan berbicara,
mengendalikan emosi, kepribadian, moral
dan spiritual. Jika sudah ada isi kembali ke
dalam buku kerja.
Berikan pujian pada orang tua dan guru
yang sudah melakukan.
Berikan motivasi untuk mengulang pada
orang tua dan guru yang belum bisa
melakukan.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
stimulasi perkembangan pada aspek
psikososial atau hubungan dengan orang
lain.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : jika
ada orang tua dan guru yang ingin
meninggalkan kelompok, harus meminta
ijin pada terapis, lama kegiatan 45 menit,
setiap anak mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai.
4.6.7.2 Tahap Kerja
a. Diskusikan dengan orang tua dan guru tentang
ciri perkembangan yang sudah didapat anak
yaitu ciri perkembangan anak usia sekolah,
motorik, berpikir, berbicara, mengendalikan
emosi, kepribadian, moral dan spiritual. Minta
orang tua dan guru untuk mengisi ke dalam
buku kerja yang sudah dicapai dan berikan
kesempatan kepada orang tua dan guru untuk
berbagi pengalaman apa yang sudah
dilakukan. Jika masih ada yang belum di
mengerti dari pertemuan sebelumnya
mengenai ciri perkembangan motorik atau
gerakan anak usia sekolah, berpikir, dan
berbicara, mengendalikan emosi, kepribadian,
moral dan spiritual. Berikan pujian bagi orang
tua dan guru yang sudah melaksanakan dan
berikan motivasi bagi orang tua dan guru yang
belum bisa melaksanakan.
b. Diskusikan dengan orang tua dan guru hasil
pengamatan dan pendampingan terhadap anak
apakah kegiatan aspek psikososial atau
hubungan dengan orang lain seperti: bermain
dalam bentuk kelompok, mengerjakan tugas
kelompok, gotong royong, bercerita dengan
teman akrab, bertanggung jawab dalam tugas
kelompok, menghargai orang lain.
c. Beri kesempatan pada orang tua dan guru hal-
hal yang tidak dipahami
d. Diskusikan dengan Orang tua dan guru hasil
pendampingan dalam mencapai
perkembangan aspek psikososial anak
4.6.7.3 Tahap Terminasi
a. Evaluasi
Tanyakan perasaan orang tua dan guru
setelah mengikuti kegiatan.
Tanyakan kegiatan yang sudah dilakukan
dan masukkan ke dalam buku kerja.
Berikan pujian kepada kelompok.
b. Tindak Lanjut
Memotivasi orang tua dan guru
mendampingi anak dalam menstimulasi
perkembangan aspek psikososial.
Mencatat kegiatan psikososial yang sudah
dilakukan di rumah/sekolah.
Menambahkan dalam buku kerja jika ada
tambahan ciri perkembangan yang dicapai,
motorik, kognitif, bahasa, emosi,
kepribadian, moral, spiritual.
c. Kontrak akan datang.
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang
akan datang yaitu sharing atau berbagi
pengalaman dengan kelompok.
4.6.8 Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan orang tua dan guru sesuai dengan tujuan.
4.7 SESI VII : Sharing Persepsi tentang Stimulasi Anak yang
telah dilakukan
4.7.1 Pengertian
Sharing Pengalaman merupakan kegiatan untuk berbagi
pengalaman yang telah didapat selama melakukan
kegiatan.

4.7.2 Tindakan yang Dilakukan


4.7.2.1 Berbagi pengalaman dalam melaksanakan
stimulasi perkembangan yang telah di pelajari
bersama.
4.7.2.2 Berbagi pengalaman tentang pentingnya stimulasi
untuk perkembangan anak usia sekolah.
4.7.2.3 Berbagi pengalaman tentang tehniktehnik dalam
melaksanakan stimulasi perkembangan.
4.7.2.4 Mendapat pujian dari kelompok.
4.7.2.5 Memberikan pujian kepada anggota kelompok
lain yang memberikan pendapat.

4.7.3 Tujuan
4.7.3.1 Anggota kelompok mampu untuk berbagi
pengalaman dalam memberikan stimulasi
perkembangan yang telah dipelajari selama sesi
16.
4.7.3.2 Orang tua dan guru mampu memahami stimulasi
perkembangan pada anak usia sekolah.

4.7.4 Setting
Terapis, orang tua dan guru duduk bersama, tempat yang
nyaman dan tenang

4.7.5 Alat
Alat yang digunakan dalan sesi ini adalah buku kerja dan
buku evaluasi.

4.7.6 Metode
Metode diskusi dalan sesi ini adalah dinamika kelompok,
diskusi dan tanya jawab.

4.7.7 Langkah Kegiatan


4.7.7.1 Persiapan
Membuat kontrak dengan orang tua dan guru dan
mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
a. Orientasi
Salam terapeutik dari terapis kepada orang tua
dan guru.
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan orang tua dan guru
Membuka buku kerja, cek kembali apa
yang sudah dilakukan selama di
rumah/sekolah. Apakah sudah ada
tambahan yang dilakukan untuk mengisi
sesi satu, sesi dua, sesi tiga, sesi empat, sesi
lima dan sesi enam yaitu ciri
perkembangan, pergerakan tubuh, berpikir
dan berbicara, mengendalikan emosi,
kepribadian, moral, spiritual dan
psikososial. Jika sudah ada isi kembali ke
dalam buku kerja.
Berikan pujian pada orang tua dan guru
yang sudah melakukan.
Berikan motivasi untuk mengulang pada
orang tua dan guru yang belum bisa
melakukan.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berbagi
pengalaman tentang cara memberikan
stimulasi perkembangan yang telah
dipelajari yaitu ciri perkembangan, motorik,
berpikir, berbicara, mengendalikan emosi,
kepribadian, moral, spiritual, dan
psikososial.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika
ada orang tua dan guru yang ingin
meninggalkan kelompok harus meminta ijin
pada fasilitator/terapis, lama kegiatan 45
menit, setiap anak mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai.

4.7.7.2 Tahap Kerja.


a. Diskusikan dengan orang tua dan guru tentang
ciri perkembangan anak yang sudah didapat
yaitu ciri perkembangan anak usia sekolah,
motorik, berpikir, berbicara, mengendalikan
emosi, kepribadian, moral, spiritual dan
psikososial. Minta orang tua dan guru untuk
mengisi ke dalam buku kerja yang sudah
dicapai dan berikan kesempatan kepada anak
untuk berbagi pengalaman apa yang sudah
dilakukan. Jika masih ada yang belum di
mengerti dari pertemuan sebelumnya
mengenai ciri perkembangan motorik atau
gerakan anak usia sekolah, berpikir, dan
berbicara, mengendalikan emosi, kepribadian,
moral, spiritual dan psikososial. Berikan
pujian bagi orang tua dan guru yang sudah
melaksanakan dan berikan motivasi bagi
orang tua dan guru yang belum bisa
melaksanakan
b. Beri kesempatan pada orang tua dan guru
untuk mengungkapkan pendapat mengenai
stimulasi perkembangan yang dipelajari.
c. Tanyakan pada orang tua dan guru tentang
stimulasi perkembangan yang telah
dilakukan.
d. Berikan kesempatan pada orang tua dan guru
untuk berbagi pengalaman tentang manfaat
yang didapatkan setelah mencoba memberikan
stimulasi perkembangan pada anak.
e. Berikan kesempatan pada orang tua dan guru
untuk bertanya tentang hal-hal yang masih
belum dipahami
f. Beri kesempatan pada anggota kelompok
untuk menyampaikan dampak jika tidak
melakukan stimulasi perkembangan anak usia
sekolah.
g. Beri pujian/penghargaan atas kemampuan
anggota kelompok dalam menjawab dan
berbagi pengalaman
h. Berikan kesimpulan tentang stimulasi
perkembangan yang telah dibahas dan
motivasi anggota kelompok untuk saling
memberikan stimulasi perkembangan pada
anaknya.
4.7.7.3 Tahap Terminasi
a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti kegiatan.
Tanyakan kegiatan apa saja yang sudah
dilakukan dan masukkan ke dalam buku
kerja.
Terapis memberikan pujian kepada
kelompok.
b. Tindak Lanjut
Menganjurkan pada orang tua untuk selalu
melaksanakan stimulasi yang telah
dipelajari bersama kelompok.
Mencatat kegiatan aspek yang sudah
dilakukan.
c. Kontrak akan datang
Mengakhiri kontrak pertemuan, dan semua sesi
sudah dilakukan dengan orang tua dan guru.
Kesepakatan akan dibuat kembali jika
diperlukan.

4.7.8 Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan orang tua dan guru sesuai dengan tujuan dan
kemampuan keseluruhan mulai dari sesi pertama sampai
sesi yang ke enam.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setiap waktu manusia tidak pernah lepas dari belajar. Belajar
merupakan perubahan tingkah laku yang menetap sebagai akibat
dari latihan atau pengalaman. Latihan atau pengalaman yang di
peroleh anak tidak hanya dari buku-buku atau sekolah saja, tetapi
dipelajari pula dari tingkah laku kehidupan sehari-hari. Dan
kebiasaan tingkah laku ini dipengaruhi oleh pola asuh yang
berlaku dalam suatu keluarga dan stimulus yang diterima oleh
anak.

Menurut Yusuf (2009) masa anak usia sekolah sering disebut


sebagai masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Dimana
sifat anak pada masa ini adalah adanya hubungan yang positif
yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi anak (apabila
jasmaninya sehat banyak prestasi yang diperoleh). Pada masa ini
anak juga bersikap tunduk pada peraturan-peraturan permainan
yang tradisional, adanya kecenderungan memuji diri sendiri, suka
membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain, pada
masa ini juga anak menghendaki nilai yang baik tanpa mengingat
apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

Erikson (1968, dalam Faist & Faist, 2008) menyatakan bahwa


anak usia sekolah mencakup antara 6 tahun sampai kira-kira 12-
13 tahun, dalam usia ini dunia sosial anak-anak berkembang
melampaui keluarga hingga mencakup teman-teman sebaya, guru
dan orang dewasa lainnya. Bagi anak-anak usia sekolah, harapan
mereka untuk mengetahui sesuatu menjadi bertambah kuat dan
terkait erat dengan perjuangan dasar mencakup kompetensi.
Dalam perkembangan yang normal, anak-anak berjuang secara
produktif untuk bisa membaca dan menulis dan permainan yang
dilakukan oleh orang dewasa seperti berburu, menangkap ikan
atau belajar kemampuan-kemampuan yang diperlukan oleh
budaya mereka. Usia sekolah bukan berarti sekolah-sekolah
secara formal.

Stimulasi yang diberikan pada anak sedini mungkin adalah


sangat baik dan bermanfaat bagi keberlangsunan intelektual anak
dimana yang akan datang, dan juga sebagai bekal anak menuju
masa depan yang cemerlang. Stimulasi yang diberikan berupa
permainan adalah salah satu cara anak usia sekolah untuk belajar.
Salah satu cara paling mudah untuk memastikan mereka belajar
adalah dengan memastikan tubuh dan pikirannya terlibat.
Pelatihan, penjelasan, perbaikan, atau demonstrasi sebanyak
apapun tidak akan memperkaya si anak, kecuali bila pengalaman
atau hal itu terjadi. Untuk mewujudkan hal tersebut, stimulasi
merupakan suatu objek yang akan memberi reaksi tertentu pada
anak dengan kelompok umur tertentu pula.

Keterlibatan orang tua dalam melakukan stimulasi pada anak


dengan kelompok umur sesuai dengan perkembangannya
menjadi sangat penting, karena anak yang sering mendapat
stimulasi yang sesuai dengan kelompok usianya akan menjadi
anak yang aktif, agresif, dan tingkah lakunya terarah pada suatu
tujuan tertentu. Sebaliknya anak yang tidak pernah diberi
stimulasi akan menjadi anak yang pasif, kurang industri dan
kurang rasa ingin tahu terhadap keadaan sekeliling.

Jenis stimulasi yang dilakukan sesuai dengan perkembangan usia


anak. Untuk anak sekolah jenis-jenis terapi stimulasi ini
bervariasi, tergantung dari tujuan yang akan dicapai oleh terapis.
Demikian pula dengan pemilihan permainan yang akan diberikan
harus sesuai dengan tujuan perkembangan anak pada kelompok
usianya. Peran perawat dalam hal ini, sebagai terapis dapat
membantu anak dan keluarga untuk mempersiapkan dan
melakukan terapi stimulasi perkembangan sesuai dengan usia
anak.

5.2 Saran
5.2.1 Berdasarkan uraian-uaraian diatas, terapi stimulasi
sebaiknya dilakukan sesuai dengan perkembangan usia
anak, dan memberikan stimulasi terhadap anak sedini
mungkin dengan memperhartikan alat permainan yang
digunakan serta cara bermainnya.
5.2.2 Kerjasama antara terapis, anak, orang tua dan guru harus
berkesinambungan guna memantau tumbuh kembang anak
agar optimal dan sesuai dengan tahap perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2003).Buku pedoman kesehatan jiwa. Jakarta : Depkes

Depkes RI. (2006) Stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh


kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta

DepKes RI., Pola Mengasuh Anak Sejak Umur 1 Tahun Sampai 6


Tahun, Jakarta

Einon Dorothy, (2004), Permainan Cerdas Untuk Anak Usia 2-6


Tahun, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Feist, J and Feist,J.G. (2008). Theories of Personality (6th ed). The


McGraw Hill Companies, Inc., 1221 Aveneu of the Americas,
New York.

Hawadi, Akbar Reni, (2001), Psikologi Perkembangan Anak, Penerbit


PT Gramedia, Jakarta

Hasan Maimunah, (2001), Membangun Kreativitas Anak Secara


Islami, Penerbit Bintang Cemerlang, Yogyakarta.

Kaplan, H.L., and Saddock, B. J. (1995). Comprensive text book of


psychiatry. (Vol. 1. 6th ed), Baltimore: Williams & Wilkins.

Kaplan, H.L., Saddock, B.J., and Grebb, S.A. (1996). Synopsis of


psychiatry behavioural sciences clinical psychiatry. (7th ed),
Baltimore: Williams & Wilkins.
Nakita, (2005), Salah Asuh Anak Rapuh, Penerbit PT Gramedia,
Jakarta

Shives, L.R. (1998). Basic concepts of psychiatric-mental health


nursing. (4th ed), Philadelphia: Lippincott.

Soetjiningsih, (1998), Tumbuh Kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta

Stuart, G.W and Laraia, M.T (2005). Principles and Practice of


psychiatric nursing. (7th edition). St Louis: Mosby.

Townsend, C.M. (2005). Essentials of Psychiatric Mental Health


Nursing. (3th Ed.). Philadelphia: F.A. Davis Company

Trihadi, Keliat dan Hastono. (2009). Pengaruh Terapi Kelompok


Terapeutik Terhadap Kemampuan Keluarga Dalam
Memberikan Stimulasi Perkembangan Dini Usia Kanak -
Kanak Di Kelurahan Bubulak Kota Bogor Tahun 2009. Tidak
di publikasikan.
Universitas Indonesia

MODUL
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
KELUARGA DENGAN REMAJA

PROGRAM MAGISTER KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2009
DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI., Pola Mengasuh Anak Sejak Umur 1 Tahun Sampai 6 Tahun,
Jakarta

Einon Dorothy, (2004), Permainan Cerdas Untuk Anak Usia 2-6 Tahun, Penerbit
Erlangga, Jakarta

Hawadi, Akbar Reni, (2001), Psikologi Perkembangan Anak, Penerbit PT


Gramedia, Jakarta

Hasan Maimunah, (2001), Membangun Kreativitas Anak Secara Islami, Penerbit


Bintang Cemerlang, Yogyakarta

Nakita, (2005), Salah Asuh Anak Rapuh, Penerbit PT Gramedia, Jakarta

Soetjiningsih, (1998), Tumbuh Kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta


UNIVERSITAS INDONESIA

MODUL

LATIHAN MEMBANGUN RASA PERCAYA DIRI


PADA REMAJA

OLEH :

NURLIS

PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
UNIVERSITAS INDONESIA
2008

DAFTAR ISI
hal

HALAMAN
JUDUL................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR
ISI............................................................................................................... iii
BAB I :
PENDAHULUAN............................................................................ 1
BAB II : PROSES PELAKSANAAN LATIHAN
MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI.......................................
5
BAB III : PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN
MEMBANGUN RASA PERCAYA DIRI.....................................
. 9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan modulLatiham Peningkatan

Kepercayaan Diri Terhadap Kepercayaan Diri Remaja Di Kelurahan Sindang

Barang Bogor. Penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak dalam menyelesaikan modul ini. Untuk itu perkenankanlah penulis

mengucapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan kepada :

1. Dewi Irawaty, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan


Universitas Indonesia
2. Krina Yeti, SKp, M.App.Sc.., selaku Ketua Program Pascasarjana Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
3. Dra. Junaiti Sahar, M.App.Sc.Ph.D., selaku koordinator mata ajar tesis yang
telah memberikan pengetahuan tentang penyusunan tesis.
4. Dr.Budi Anna Keliat, SKp. M.App.Sc., selaku pembimbing I yang telah
menyediakan waktu, memberikan dukungan dan semangat, membimbing
dengan sabar dan bijaksana, memberikan arahan dan masukan secara cermat
dalam penyelesaian modul ini.
5. Besral, SKM., MSc., selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu
dan bersedia membimbing, memberikan arahan, serta dukungan dalam
penelitian ini.
6. Ria Utami Panjaitan, SKp., M.Kep., selaku asisten pembimbing yang telah
memberikan arahan serta masukan kepada penulis selama penyusunan modul
ini
7. Seluruh Dosen pengajar Program Pasca Sarjana FIK UI, khususnya dosen
keperawatan jiwa dan seluruh staf akademik yang telah membantu selama
proses belajar mengajar
8. Rekan-rekan angkatan II Program Magister Kekhusussan Keperawatan Jiwa
yang telah memberikan dukungan selama penyelesaian modul ini.
9. Ibunda dan seluruh sanak saudara tercinta yang telah memberikan dukungan
dan doanya kepada penulis
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan selama penyelesaian proposal
ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat, hidayah dan lindunganNya

atas segala kebaikan, bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis

selama ini. Saran dan kritik yang membangun dari pembaca diharapkan demi

menyempurnakan proposal ini.

Jakarta .Maret
2008
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya
untuk mengembangkan penilaiaan positif, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya (Rini, 2002) merupakan keberanian
diri yang datang dari kepastian tentang kemampuan , nilai-nilai dan tujuan dari
individu masing-masing. Kepercayaan diri atau Self confidence adalah perilaku
yang membuat individu memiliki pandangan positif dan realistis mengenai diri
mereka sendiri dan situasi disekelilingnya (WHO, 2003) .

Hasil penelitian Freda (2006) tentang masalah yang dihadapi remaja dalam
berbagai aspek kehidupan didapatkan data bahwa masalah kepribadian yang
paling sering muncul adalah masalah kurang percaya diri 26,88 % Hal ini
menunjukkan bahwa masalah perkembangan psikososial pada remaja penting
diperhatikan, terutama perkembangan rasa percaya dirinya. Orang yang percaya
diri yakin akan kemampuannya , dapat mengendalikan kehidupannya dan yakin
bahwa mereka akan mampu mengerjakan apa yang mereka inginkan/
rencanakan/harapkan serta mempunyai harapan yang realistic. Walaupun sebagian
harapannya tidak tercapai, mereka tetap positif dan menerima diri mereka.

Rasa percaya diri selalu dikaitkan dengan harga diri. Harga diri adalah penilaian
individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik
perilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya (Stuart & Sundeen, 2005).
Penentuan harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain (dicintai,
dihormati dan dihargai) yang timbul sejak kecil dan berkembang sesuai dengan
meningkatnya usia. Untuk meningkatkan harga diri, anak diberi kesempatan untuk
sukses, beri penguatan / pujian yang wajar bila anak mendapat sukses,
menanamkan harapan jangan terlalu tinggi, berikan dorongan untuk menyalurkan
aspirasi dan cita-cita serta bantu untuk membentuk pertahanan diri.

Menurut Suliswati (2003) harga diri sangat mengancam pada masa pubertas,
sedangkan pada usia dewasa harga diri menjadi stabil memberikan gambaran
yang jelas tentang dirinya dan cenderung lebih mampu menerima keberadaan
dirinya. Hal ini dapat dikaitkan dengan kematuran seseorang, dimana semakin
dewasa seseorang maka semakin lebih baik cara berfikirnya. Pada remaja dengan
banyaknya perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikososial serta banyaknya
keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya, sehinga remaja harus mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Kondisi lain yang dapat
mengancam harga diri remaja adalah tuntutan yang harus dipilihnya, posisi peran,
kemampuan meraih sukses serta kemampuan berpartisipasi atau penerimaan
dilingkungan masyarakat.

Latihan pengembangan kepercayaan diri pada remaja ini merupakan suatu


program pendidikan ketrampilan pada aspek psikososial untuk peningkatan
kesehatan remaja dalam menghadapi masalah kehidupannya.

Latihan ini bertujuan memberikan pendidikan kepada remaja menganalisa situasi,


berpikir tentang berbagai pilihan-pilihan yang ada dalam situasi tersebut dan
membuat keputusan yang dianggap terbaik bagi remaja dalam meningkatkan
kepercayaan diri.

Latihan ini dapat diberikan pada remaja yang sedang dalam keadaan sehat baik
fisik, Latihan ini dapat dilakukan secara individu, kelompok. Tempat pelaksanaan
bisa di sekolah, dirumah, dimasyarakat, atau diklinik kesehatan seperti puskesmas,
rumah sakit yang menyediakan fasilitas.

Latihan ini berbentuk tanya jawab, diskusi, role play dapat dimodifikasi sesuai
kondisi dan situasi. Latihan ini dilakukan dalam beberapa kali pertemuan sesuai
kegiatan/aktivitas.

1) Aktivitas I : Remaja dapat membina hubungan dan memberikan informasi diri


secara bebas dan terbuka.
.
2) Aktivitas II : Remaja mengidentifikasi dan mengenali potensi-potensi yang
ada dalam dirinya dan menggunakan potensi tersebut untuk
mencapai rasa percaya diri.
3) AktivitasIII : Mencari identitas diri sendiri, mengenalinya, bagaimana
perasaannya, merasa yakin siapa dirinya dan berbagi diantara
remaja mengenai identitas mereka.

4) Aktivitas IV : Remaja belajar bagaimana memahami rasa percaya diri.

5) Aktivitas V : Remaja mengidentifikasi keadaan dimana mereka harus


mengubah persepsi dan sikap memperbaiki rasa percaya diri
dalam 2 pilihan untuk mendaki tangga atau jatuh ke ular.
6) Aktivitas VI : Meningkatkan kepercayaan diri dengan cara perumpamaan
bangku berkaki tiga, dimana kaki pertama perasaan cakap atau
terampil dalam satu bidang, kaki kedua perasan dihargai oleh
orang lain, kaki ketiga mempunyai tanggungjawab. Remaja
masing-masing mengisi kaki bangku tersebut sesuai
perumpamaannya.

7) Aktivitas VII : Akhir dari kegiatan ini adalah belajar membangun dan merasa
positif mengenai diri remaja sendiri dan bereaksi untuk
memperbaiki diri melalui pesan pesan yang diterimanya.

Seluruh kegiatan ini dan evaluasi membutuhkan waktu 6 minggu. Pedoman


pelaksanaan terapi latihan membangun kepercayaan diri ini digunakan untuk
remaja sehat yaitu remaja yang tidak dalam keadaan sakit fisik maupun mental.
Hal ini karena latihan membangun kepercayaan diri membutuhkan energy dan
pemikiran yang baik.

BAB II
PROSES PELAKSANAAN LATIHAN
MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA

A. Pelaksanaan Latihan Membangun Rasa Percaya Diri


1. Kriteria Terapis
a. Minimal lulus S1 Keperawatan atau D3 Keperawatan dengan
pengalaman 3 (tiga ) tahun.
b. Berpengalaman dalam praktek keperawatan jiwa.

2. Proses Kerja

b. Persiapan
1) Menseleksi remaja sesuai indikasi, yaitu remaja yang berumur
antara 12-19 tahun, kondisi sehat, dapat menulis dan membaca,
belum menikah, tinggal bersama keluarga.

2) Menjelaskan pelaksanaan latihan membangun rasa percaya diri,


terdiri dari 7 aktivitas yang akan dilaksanakan dalam 6 kali
pertemuan. Aktivitas I-II dapat dilakukan dalam satu kali
pertemuan.. Aktivitas III, IV, V ,VI, VII masing-masing pertemuan
satu kali. Dilakukan secara berkelompok dimana masing-masing
kelompok antara 10-12 orang.

c. Pelaksanaan

1) Aktivitas I : Membina Hubungan dan Berbicara Tentang Diri

Membina hubungan dengan terapis dan remaja lain. Remaja


berbicara tentang dirinya yang bersifat informatif, yang akan
membantu remaja membuka diri dan berbicara bebas mengenai
dirinya..
2) Aktivitas II : Merasa senang terhadap diri sendiri.
Mengidentifikasi dan mengenali potensi-potensi yang ada dalam
diri remaja dan menggunakan potensi tersebut untuk mencapai rasa
percaya diri. Remaja diminta untuk berpikir mengenai beberapa hal
yang positif dalam dirinya, yang membuat mereka merasa bangga
dan memberikan penghargaan yang tinggi terhadap hal positif
tersebut sebagai kekuatan untuk meningkatkan rasa percaya diri

3) Aktivitas III : Siapakah Aku ?

Mencari identitas diri sendiri, mengenalinya , bagaimana


perasaannya, merasa yakin siapa dirinya dan berbagi diantara
remaja mengenai identitas mereka. Dalam kegiatan ini masing-
masing remaja juga akan diberi kuesioner apakah kamu menyukai
dirimu untuk menilai seberapa jauh remaja menyenangi dirinya.
Jika nilai jawaban remaja 120-80 rasa percaya dirinya baik, nilai <
80, remaja perlu banyak latihan untuk meningkatkan rasa percaya
dirinya.

4) Aktivitas IV : Memahami Pengertian Rasa Percaya Diri.

Langkah pada aktivitas ini remaja belajar bagaimana


mengembangkan rasa percaya diri dengan memberikan informasi
pengertian rasa percaya diri, pentingnya rasa percaya diri, ciri-ciri
orang yang percaya diri, membangun rasa percaya diri.

5) Aktivitas V : Merubah Persepsi Dan Sikap Percaya Diri Dengan


Menggunakan sistim Ular dan Tangga.

Dalam kegiatan ular tangga remaja mengidentifikasi keadaan/situasi


kegagalan yang menyebabkan timbulnya persepsi dan sikap negatife
dan merubahnya kearah positif untuk memperbaiki rasa percaya
diri. Ada dua pilihan yang diberikan ; mendaki tangga atau jatuh
ke ular. Remaja diberi kesempatan memilih berjalan menuju tangga
dan mendakinya, atau mereka dapat memilih utuk merangkak dan
menyamakan dirinya dengan ular karena tidak ingin mengubah
emosi atau perasaan negatifnya.

6) Aktivitas VI : Meningkatkan Kepercayaan Diri Dengan


Menggunakan Perumpaan Bangku Berkaki Tiga.

Membuat perumpamaan rasa percaya diri dalam bentuk bangku kaki


tiga dimana kaki pertama perasaan cakap atau terampil dalam satu
bidang, kaki kedua perasan dihargai oleh orang lain, kaki ketiga
mempunyai tanggungjawab. Remaja masing-masing mengisi kaki
bangku tersebut sesuai perumpamaannya. Apabila ada kaki yang
tidak terisi remaja di motivasi untuk mencari bagaimana
memperbaikinya dalam rangka meningkatkan rasa percaya diri.

7) Aktivitas VII : Meningkatkan Citra Diri

Akhir dari kegiatan ini adalah belajar membangun dan merasa


positif mengenai diri remaja sendiri dan bereaksi untuk
memperbaiki diri. Remaja diminta menuliskan pesan yang akan
dikirimkan kedirinya sendiri dan pesan orang lain yang dikirimkan
kepada dirinya. Kemudian bereaksi terhadap pesan-pesan tersebut.
Kegiatan ini melatih remaja selalu memberikan pesan positif
terhadap orang lain dan dirinya, dimana akan berdampak terhadap
persepsi dan sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain.

.
d. Evaluasi dan Dokumentasi
1) Evaluasi
Evaluasi dilakukan mulai dari persiapan sampai dengan
pelaksananaan (selama proses berlangsung ). Evaluasi yang akan
dilakukan terdiri atas evaluasi terhadap diri terapis sendiri seperti
ketepatan waktu pelaksanaan, sistimatika kegiatan dan evaluasi
terhadap pelaksanaan terapi terutama pada fase kerja, keterlibatan
remaja dalam tiap kegiatan. Remaja yang tidak memenuhi penilaian
yang telah ditetapkan pada setiap sesi, akan dicatat dan dilakukan
tindakan secara individu setelah pelaksanaan terapi oleh perawat.
Untuk evaluasi tiap sesi terapis akan dibantu oleh assisten.

2) Dokumentasi
Melakukan pendokumentasian selama proses kegiatan berlangsung.
kemampuan remaja mengikuti proses pelaksanaan tiap kegiatan dari
awal sampai akhir kegiatan dan kemampuan remaja menyelesaikan
rencana tindak lanjut.

3. Peran Terapis

a. Membantu remaja mengenali siapa dirinya dan aspek positif yang


dapat dibanggakan.
b. Mengidentifikasikan rasa percaya diri remaja, pemahaman tentang
remaja, aspek-aspek apa yang dapat meningkatkan rasa percaya diri.
c. Membantu remaja berlatih dalam mempertahankan dan meningkatkan
rasa percaya diri yang sudah diidentifikasi.
d. Membantu remaja menilai hasil latihan pengembangan percaya diri.
e. Mempertahankan hubungan yang empatik selama proses terapi.
f. Menilai dan mendokumentasi proses kegiatan dan keterlibatan remaja
B. SASARAN

Sasaran latihan pengembangan kepercayaan diri ini adalah remaja berumur


12 19 tahun, sehat, bisa menulis dan membaca, belum menikah,
tinggal/menetap bersama keluarga.

C. WAKTU PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan pagi, siang atau sore hari sesuai perjanjian dengan
remaja. Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan 1 (satu) kegiatan lamanya
45-60 menit.

D. TEMPAT PELAKSANAAN TERAPI LATIHAN MEMBANGUN


KEPERCAYAAN DIRI

Tempat pelaksanaan terapi ini menggunakan setting komunitas. Kegiatan


dapat dilakukan disalah satu rumah remaja, balai pertemuan, atau sarana lain
yang tersedia dimasyarakat dengan suasana yang tenang, nyaman dan terjaga
privasinya.
BAB III
PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN
MEMBANGUN RASA PERCAYA DIRI PADA REMAJA

A. Aktivitas I : MEMBINA HUBUNGAN DAN INFORMASI DIRI

1. Tujuan:- Remaja dapat membina hubungan dengan terapis dan remaja


lainnya.
- Remaja mampu mengenalkan diri dan berbicara sebanyak
mungkin tentang dirinya kepada yang lain

2. Setting:- Di suatu ruangan tempat yang nyaman.


- Peserta dan terapis duduk dalam satu lingkaran.
3. Alat dan Bahan:
- Alat tulis - Papan tulis / papan nama
- Format evaluasi proses - White board
- Format dokumentasi - Spidol
- Modul - Absensi

4. Metode:
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi tanya jawab
3. Curah pendapat

5. Langkah-Langkah Kegiatan

a. Persiapan:
- Mengingatkan remaja 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Pelaksanaan:

Fase Orientasi (5-7 menit)


a. Salam Terapeutik
- Salam dari terapis, memperkenalkan diri dan panggilan terapis.
- Menanyakan nama dan panggilan remaja.
2) Evaluasi dan validasi
- Menanyakan perasaan remaja saat ini
- Menanyakan masalah percaya diri remaja yang dihadapi.
3) Kontrak
1) Menjelaskan tujuan pertemuan pertama yaitu peserta dapat
mengetahui/mengenal satu sama lain dan membangun hubungan
yang baik
2) Menjelaskan aturan main sebagai berikut :
- Menyepakati 7 kegiatan dapat dilakukan dalam beberapa kali
pertemuan. Untuk pertemuan pertama aktivitas I dan II.
- Setelah kegiatan I istirahat 15 menit dilanjutkan aktivitas II
- Lama kegiatan 45-60 menit tiap aktivitas
- Remaja mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
- Jika ada remaja yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin pada terapis.

Fase Kerja: (30-35 menit)


1) Terapis memberikan contoh bagaimana berbicara sebanyak
mungkin tentang diri terapis, dimulai dari nama, panggilan yang
disenangi, hobi, cita-cita, prestasi, keinginan dan harapan dan
sebagainya.
2) Beri kesempatan tiap remaja untuk memperkenalkan diri,
mengungkapkan cita-cita, harapan, keinginan, serta pendapatnya
tentang masalah percaya dirinya.
3) Motivasi peserta remaja untuk mengungkapkan semua yang ingin
diungkapkan.
4) Tanyakan perasaan remaja berada dalam kelompok
5) Anjurkan peserta yang lain untuk mengingat informasi tentang
temannya sebanyak mungkin.
Fase terminasi (7-8 menit )
a) Evaluasi :
- Menyimpulkan hasil kegiatan I.
- Menanyakan perasaan remaja setelah kegiatan.
- Memberikan umpan balik positif atas kerjasama remaja yang
baik.
b) Tindak lanjut
- Anjurkan remaja untuk mengindentifikasi potensi yang ada
dalam dirinya .
c) Kontrak:
- Menyepakati kegiatan selanjutnya yaitu penghargaan diri.
- Menyepakati waktu, lamanya pertemuan dan tempat pertemuan.

c. Evaluasi dan Dokumentasi


1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan selama proses berlangsung khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi pada kegiatan I adalah
kemampuan remaja tampil ke depan memperkenalkan diri,
berbicara dan memberikan informasi tentang dirinya sebanyak
mungkin dan mengungkapkan perasaannya berada dalam
kelompok.

Format Evaluasi
Kegiatan I : Membina hubungan dan informasi diri
Kelompok : .. Tanggal :
..
N Nama Remaja
Aspek yang dinilai
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Memperkenalkan diri dengan baik
(spontan, tidak gugup/malu/gemetar)
2 Menceritakan tentang dirinya
3 Mengungkapkan perasaan berada
dalam kelompok
Jumlah
Petujuk : Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan.
Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan.

2. Dokumentasi
Pada dokumentasi dituliskan ungkapan apa yang jelas disampaikan
oleh remaja. Jika dianggap mampu, maka catatan keperawatan
remaja sehat adalah remaja mampu mengikuti aktivitas I sampai
selesai, menyebutkan nama, umur, sekolah, cita-cita, keinginan,
perasaan remaja berada dalam kelompok.

Format Dokumentasi
Aktivitas I : Membina Hubungan dan Informasi diri

Kode Kelompok : .. Tanggal :


..
No Nama Pendidikan Keinginan, Cita-cita, Lain-lain
Rencana, Perasaan
1

10
11

12

B. Aktivitas II : MERASA SENANG TERHADAP DIRI SENDIRI

1. Tujuan :
- Remaja dapat mengidentifikasi potensi yang terdapat dalam diri mereka
untuk digunakan meraih kepercayaan diri.
- Remaja mampu menunjukkan bakat yang dimiliki di depan kelas.

2. Setting
Terapis, remaja duduk setengah melingkar.

3. Alat
- Alat tulis (pulpen) - Format evaluasi
- Kertas - Modul
- Spidol - lambang bintang emas dan biru yang terbuat dari kertas
manila
4. Metode : - Diskusi
- demontrasi

5. Langkah-Langkah Kegiatan
a. Persiapan
- Mengingatkan remaja tentang kesepakatan kegiatan selanjutnya
- Mempersiapkan diri, bahan/alat, tempat

b. Pelaksanaan
Fase orientasi (5-7 menit)
a. Salam terapeutik : salam terapeutik dari terapis
b. Evaluasi :
- Menanyakan perasaan remaja saat ini
- Menanyakan apakah sudah membuat daftar potensi-potensi yang
ada pada diri remaja
c. Kontrak : menyepakati waktu, tempat, serta topik pertemuan hari ini
Fase kerja (40-45 menit )
1) Diskusikan dengan remaja tentang hal-hal yang baik yang ada pada
remaja, yang membuat remaja bangga memilikinya. Antara lain
keadaan fisik, tingkah laku dan perilaku tertentu atau bakat yang
dimiliki.
2) Jelaskan pada peserta untuk memberikan tanda bintang emas pada
aspek-aspek yang paling luar biasa yang membuat mereka bangga,
anjurkan peserta untuk menuliskannya minimal 2.
3) Identifikasi bersama remaja 2 hal baik yang dimiliki remaja diluar
dirinya. Tuliskan apa saja dan berikan tanda bintang biru.
4) Motivasi remaja untuk mengungkapkan aspek-aspek yang baik dari
dirinya dan dari luar dirinya yang membuatnya merasa sangat
bangga serta kemukakan alasan mereka menuliskannya.
5) Diskusikan dengan remaja mengenai bakat yang mereka miliki.
6) Minta remaja untuk maju ke depan memperagakan bakat mereka.
7) Berikan pujian pada tiap peserta yang tampil.

Fase terminasi (5-7 menit)


1). Evaluasi
- Menyimpulkan hasil aktivitas I dan II
- Menanyakan perasaan remaja mengikuti kegiatan
- Memberikan umpan balik positif atau kerjasama yang baik
2). Tindak lanjut
- Anjurkan remaja untuk mengidentifikasi dan mengingat kembali
aspek-aspek yang baik dari dirinya dan menggali aspek-aspek baik
lainnya
- Berikan lembaran pertanyaan yang terkait dengan topik yang akan
datang. siapakah saya? untuk diisi dirumah dan dibawa pada
pertemuan berikutnya.
3). Kontrak
- Menyepakati topik pertemuan berkutnya yaitu siapakah saya?
Apakah itu percaya diri
- Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan

c. Evaluasi dan Dokumentasi


1) Evaluasi
Evaluasi dilakukan selama proses berlangsung khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi pada kegiatan II adalah
kemampuan remaja menyebutkan dua aspek positif yang luar biasa
tentang dirinya, menyebutkan dua hal lain yang dimiliki yang
membuatnya bangga, tampil kedepan menunjukkan bakatnya

Format Evaluasi
Aktivitas II : Merasa senang terhadap Diri Sendiri
Kelompok: Tanggal :
Nama Remaja
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Menyebutkan
dua aspek
positif yang
luar biasa
tentang
dirinya
2 Menyebutkan
dua hal lain
yang dimiliki
yang
membuatnya
bangga
3 Tampil
kedepan
menunjukkan
bakatnya

Jumlah

Petunjuk : Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan
2) Dokumentasi
Pada dokumentasi dikaitkan aspek positif yang luar biasa
dimiliki remaja yang membuatnya merasa bangga, dan bakat
yang ditampilkannya.

Format Dokumentasi
Aktivitas II. : Merasa senang terhadap Diri Sendiri
Kelompok : Tanggal :
Dua aspek positif Dua aspek lain yang
Nama
No yang luar biasa dimiliki yang Bakat yang dimiliki
remaja
tentang dirinya membuatnya bangga
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Untuk kegiatan I dan II membutuhkan waktu lebih kurang 120 menit.


C. Aktivitas III : SIAPA DIRIKU ?

1. Tujuan : Remaja dapat mengenal dan menunjukkan identitasnya dan


saling berbagi diantara mereka
2. Setting : - Dalam ruangan nyaman, tenang
- Remaja dan terapis duduk melingkar
3. Alat : - Pulpen - Absensi - Kertas
- Modul - Spidol - Format Evaluasi
4. Metode : - Diskusi
- Tanya jawab

5. Langkah-langkah kegiatan
a. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan remaja 2 hari sebelum terapi aktivitas
III dan IV yang akan dilakukan sesuai dengan waktu dan tempat
yang telah disepakati.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

b. Pelaksanaan
Fase Orientasi ( 3-5 menit )
a. Salam Terapeutik : - Salam terapis kepada peserta
b. Evaluasi/validasi
- Menanyakan bagaimana perasaan remaja saat ini
- Menanyakan apakah ada lagi aspek positif yang luar biasa yang
dibanggakan oleh remaja
- Menanyakan apakah lembar kuisioner sudah diisi dan dibawa
c. Kontrak
a) Menjelaskan tujuan pertemuan II yaitu remaja akan menyelami
dirinya untuk menemukan jati dirinya dan memahami apa itu
percaya diri
b) Menyepakati waktu, tempat , topik yaitu aktivitas III dan IV
aturan kegiatan sama seperti pertemuan I
Fase Kerja ( 40-45 menit )
1) Motivasi remaja untuk mengungkapkan perasaannya saat ini sebagai
remaja laki-laki/perempuan, perasaannya pada umur sekarang,
perasaannya terhadap agama /keyakinannya dan status sosialnya,
perasaannya tanpa cacat tubuh, perasaannya berada dalam
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Anjurkan remaja
untuk menuliskannya dikertas selama 5 menit
2) Remaja dipersilahkan satu persatu untuk membacakan hasil
ungkapannya tersebut mengenai dirinya.
3) Berikan pujian yang wajar tiap remaja yang tampil kedepan
4) Diskusikan bersama remaja tanggapan pertanyaan tentang perasaan
dan penilaan terhadap dirinya yang diberikan dan sejauh mana kesan
pelatihan ini terhadap mereka.
5) Minta remaja untuk menilai kuesioner Apakah aku menyukai
diriku yang sudah diberikan dan di isi selama 5 menit. Tunjukkan
nilai jawaban tiap poin kuesioner.
6) Beri kesempatan remaja menilai dirinya serta seberapa jauh mereka
menyenangi dirinya.

Fase Terminasi ( 3-5 menit )


1). Evaluasi
- Tanyakan perasaan remaja setelah mengikuti kegiatan
- Tanyakan kembali tentang apa sudah didapat dalam kegiatan
- Simpulkan hasil kegiatan
2). Tindak lanjut :
- Motivasi remaja untuk menuliskan perasaannya pada lembaran
kertas dan ditempelkan di dinding
- Anjurkan remaja untuk meneliti seseorang yang percaya diri
tinggi yang pernah ditemuinya dan anjurkan remaja untuk
menuliskan bagaimana caranya orang tersebut menunjukkan rasa
percaya dirinya
- Anjurkan remaja untuk menuliskan apa itu percaya diri menurut
remaja, bagaimana meningkatkan dan membangun rasa percaya
diri dan seberapa besar percaya diri mereka
3). Kontrak yang akan datang
- Menyepakati topik selanjutnya yaitu Apa itu percaya diri
- Menyepakati waktu dan tempat untuk kegiatan selanjutnya

c. Evaluasi dan Dokumentasi


1) Evaluasi
Evaluasi proses selama kegiatan berlangsung. Aspek yang dievaluasi
pada aktivitas III adalah kemampuan remaja mengungkapkan
perasaan mereka menjadi seorang laki-laki/perempuan atau terlahir
dikeluarganya, agamanya dan juga mengerjakan tugas latihan
penilaian diri.

Format Evaluasi
Aktivitas III. : Siapa diriku ?
Kelompok :.. Tanggal:..
N Nama Remaja
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 -Mampu
mengungkapkan
perasaan sebagai
remaja laki-
laki/perempuan,
perasaannya pada
umur sekarang,
perasaannya
terhadap agama
/keyakinannya
dan status
sosialnya,
perasaannya
tanpa cacat tubuh,
perasaannya
berada dalam
lingkungan
sekolah, keluarga
dan masyarakat
2 Mengerjakan
tugas penilaian
diri sendiri

Jumlah

Petunjuk : Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan

2). Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan remaja mengikuti kegiatan III yaitu
ungkapan apa yang telah disampaikan oleh remaja tentang
perasaannya sebagai remaja laki-laki/perempuan, perasaannya pada
umur sekarang, perasaannya terhadap agama /keyakinannya dan
status sosialnya, perasaannya tanpa cacat tubuh, perasaannya berada
dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dan seberapa
jauh peserta menyukai dirinya

Format Dokumentasi
Aktivitas III : Siapa Diriku ?
Kelompok : Tanggal :
Perasaannya sebagai remaja laki-laki
/perempuan, perasaannya pada umur
sekarang, perasaannya terhadap agama Nilai yang
N
Nama remaja /keyakinannya dan status sosialnya, didapat terhadap
o
perasaannya tanpa cacat tubuh, perasaannya diri sendiri
berada dalam lingkungan sekolah, keluarga
dan masyarakat
1

4
5

10

11

12

D. Aktivitas IV : APAKAH PERCAYA DIRI ITU ?

1. Tujuan : Remaja memahami pengertian percaya diri dan bagaimana


menjaga dirinya tetap percaya diri
2. Setting : Terapis dan remaja duduk melingkar dalam suatu ruangan

3. Alat : - Alat tulis - Spidol


- Modul - Papan tulis/white board
- Kertas -Format Evaluasi
- Format evaluasi -Format Dokumentasi

4. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab

5. Langkah-langkah Kegiatan
a. Persiapan
- Mengingatkan kembali remaja tentang pelaksanaan kegiatan
selanjutnya
- Menyiapkan tempat dan alat untuk kegiatan
b. Pelaksanaan
Fase Orientasi (3-5 menit)
1). Salam terapeutik : Salam dari terapis
2). Evaluasi/validasi :
- Menanyakan kondisi remaja saat ini
- Menanyakan bagaimana hasil latihan ke III apakah sudah dipahami
- Menanyakan apakah peserta siap untuk melanjutkan kegiatan IV

3). Kontrak :
- Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan disampaikan yaitu
penyelesaian masalah

Fase Kerja (40-45)


- Diskusikan dengan remaja apakah mereka pernah bertemu dengan
orang yang sangat percaya diri. Tanyakan bagaimana mereka
menunjukkan rasa percaya dirinya.
- Beri kesempatan kepada remaja untuk mengungkapkan apa arti
percaya diri itu.
- Tanyakan/diskusikan bersama remaja seberapa penting rasa percaya
diri itu, darimana rasa percaya diri datang?, bagaimana membangun
rasa percaya diri itu.
- Jelaskan pengertian percaya diri, pentingnya membangun rasa
percaya diri, faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri, ciri-
ciri orang yang percaya diri, bagaimana membangun dan
mempertahankan rasa percaya diri.
- Motivasi remaja untuk memberikan tanggapan untuk merasa perlu
meningkatkan rasa percaya diri.
- Beri pujian yang wajar atas setiap kemampuan remaja
mengungkapkan perasaannya.

Fase Terminasi ( 5- 7 menit )


a. Evaluasi
- Tanyakan perasaan mereka setelah mengikuti kegiatan
- Menyimpulkan hasil kegiatan latihan IV
- Menanyakan kembali tentang rasa percaya diri
- Memberikan umpan balik positif atas kerjasama remaja dalam
kegiatan latihan

b. Tindak lanjut
- Menganjurkan kepada remaja untuk mengingat kembali apa yang
sudah dipelajari
- Menganjurkan remaja untuk meneliti situasi yang cukup
menganggu yang dapat membuat perasaan dan tindakan negatif.
Kemudian alternatif cara remaja mengatasi situasi tersebut seperti
permainan ular dan tangga

c. Kontrak
- Menyepakati waktu, tempat dan topik berikutnya yaitu mengatasi
situasi secara sistem permainan ular tangga.

c. Evaluasi dan Dokumentasi

1). Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan kegiatan latihan, keaktifan remaja dan ketapatan
waktu, serta kemampuan remaja menyerap proses pembelajaran.

Format Evaluasi
Aktivitas IV : Memahami Pengertian Rasa Percaya Diri

Kelompok : Tanggal :
N Nama Remaja
o Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Menjelaskan
kembali tentang
rasa percaya diri :
pengertian,
faktor2 yang
mempengaruhi,
ciri orang percaya
diri, bagaimana
membangun rasa
percaya diri

2 Membuat/menje-
laskan cara-cara
bagaimana
membangun dan
mempertahankan
rasa percaya diri

Jumlah

Petunjuk : Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan

2). Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan remaja yang dimiliki oleh remaja pada catatan
masing-masing remaja. Tuliskan ungkapan yang disampaikan oleh
remaja dan yang didapat hasil evaluasi.
Format Dokumentasi
Aktivitas IV : Memaham Pengertian Rasa Percaya Diri

Kelompok : Tanggal :
Mampu mengulang kembali Mampu menunjukkan dan
pengertian percaya diri, faktor2 menjelaskan cara
No Nama remaja yang mempengaruhi, ciri-ciri membangun rasa percaya
orang percaya diri, tujuan diri dan
membangun percaya diri mempertahankannya
1

10

11

12

E. Aktivitas V : MERUBAH PERSEPSI DAN SIKAP PERCAYA DIRI


DENGAN SISTIM ULAR DAN TANGGA
1. Tujuan : Remaja mampu mengidentifikasikan keadaan dimana mereka
harus merubah persepsi dan sikap mereka untuk agar menjadi orang
yang lebih berbahagia dan memperbaiki rasa percaya diri mereka.
2. Setting : - Terapis dan remaja duduk melingkar dalam ruangan yang
nyaman dan tenang
3. Alat : - Alat tulis - Spidol
- Modul - Papan tulis/white board
- Kertas - Absensi
- Format evaluasi
- Format dokumentasi
4. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab

5. Langkah-langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan remaja 1 hari sebelum kegiatan dilaksanakan
2) Mempersiapkan diri, tempat, alat dan bahan serta peserta remaja

b. Pelaksanaan

Fase orientasi (5-7 menit)


1) Salam terapeutik : Salam terapeutik dari terapis
2) EvaluasiMenanyakan perasaan remaja pada hari ini
- Menanyakan apakah masih mengingat materi apa itu percaya diri
3) Kontrak :
- Menjelaskan tujuan pertemuan V yaitu merubah persepsi dan
perilaku percaya diri dengan cara ular dan tangga
- \Menyepakati waktu, tempat dan lamanya kegiatan serta aturan
kegiatan

Fase Kerja (45-50 menit)


- Menuliskan/menjelaskan tentang situasi permainan ular tangga
- Menganjurkan remaja menuliskan, situasi yang membuat perasaan dan
sikap negatif
- Mendiskusikan dengan remaja bahwa dengan sistem ular tangga
membantu remaja memandang situasi yang mempengaruhi rasa percaya
dirinya
- Menjelaskan kepada remaja bahwa suatu situasi dapat dilihat dari dua sisi
- Bersama remaja mendiskusikan bagaimana mendaki tangga mengatasi
situasi secara positif. Bantu remaja berpikir kritis, mencari solusi yang
kreatif dan realistis

Fase Terminasi (3-5 menit)

1) Evaluasi
- Menyimpulkan hasil kegiatan latihan V
- Menanyakan kembali tehnik mengatasi situasi negatif dengan sitem ular
tangga
- Menanyakan perasaan remaja mengikuti kegiatan latihan V

2) Tindak lanjut
- Anjurkan kepada remaja jika ada situasi yang mempengaruhi perasaan
dan tindakan yang akan dilakukan secara negatif, remaja dapat
mempraktekkan situasi ular tangga tersebut
- Berikan tugas tentang latihan meningkatkan kepercayaan dengan sistem
bangku berkaki tiga

3) Kontrak
- Menyepakati waktu, tempat, dan topik yang akan datang yaitu :
meningkatkan kepercayaan diri dengan sistem bangku berkaki tiga

c. Evaluasi dan Dokumentasi


1) Evaluasi
Evaluasi selama proses berlangsung khususnya pada tahap kerja. Evaluasi
kemampuan remaja mengemukakan situasi yang merusak perkembangan
mereka dan menyelesaikan masalah dengan ular tangga

Format Evaluasi
Aktivitas V : Merubah Persepsi Dan Sikap Dengan Sistem Ular Tangga

Kelompok: Tanggal :
N Nama Remaja
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Mampu
mengungkapkan 3
situasi yang
mempengaruhi
perasaan dan
keyakinan negatif

2 Memahami cara
mengatasi 3
situasi tersebut
dengan sistem
ular tangga

Jumlah

Petunjuk : Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan

2). Dokumentasi
Dokumentasikan semua proses pelaksanaan kegiatan mulai dari ketepatan
waktu pelaksanaan, proses, keaktifan remaja serta kemampuan remaja
mengungkapkan situasi yang mempengaruhi perasaan dan persepsi yang
negatif dan mampu memahami cara mengatasi situasi dengan sistem
pandangan ular tangga.
Format Dokumentasi
Aktivitas V : Merubah Persepsi dandengan Sikap Sistem Ular Tangga

Kelompok : Tanggal :
N Nama 3 situasi yang mempengaruhi Cara mengatasi 3 situasi
o remaja perasaan dan keyakinan negatif tersebut
1

10

11

12

F. Aktivitas VI : MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN


SISTEM BANGKU BERKAKI TIGA

1. Tujuan : Remaja mampu melatih meningkatkan kepercayaan diri dengan


menelusuri berbagai cara alternative sehingga membuat mereka
merasa lebih baik
2. Setting : - Terapis dan remaja duduk setengah melingkar dalam ruangan
yang nyaman dan tenang
3. Alat : - Alat tulis - Spidol
- Modul - Papan tulis/white board
- Format Evaluasi - Kertas
- Absensi - Format Dokumentasi
4. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab

5. Langkah-langkah kegiatan
a. Persiapan
- Mengingatkan kontrak dengan remaja 1 hari sebelum kegiatan
dilaksanakan
- Mempersiapkan diri, tempat, alat dan bahan pelaksanan kegiatan

b. Pelaksanaan

Fase orientasi (5-7 menit )


1) Salam terapeutik : Salam terapeutik dari terapis
2) Evaluasi
- Menanyakan perasaan remaja pada hari ini
- Menanyakan apakah sudah dicoba untuk menerapkan cara
meningkatkan kepercayaan diri dengan sistem ular tangga
3) Kontrak :
- Menjelaskan tujuan pertemuan VI yaitu melatih meningkatkan rasa
percaya diri dengan sistem bangku berkaki tiga
- Menyepakati waktu, tempat dan lamanya kegiatan serta aturan kegiatan

Fase Kerja (45-50 menit)

1. Jelaskan kepada remaja tentang situasi bangku berkaki tiga, yaitu salah
satu cara melatih meningkatkan rasa percaya diri
2. Jelaskan kepada remaja kaki bangku tiga diibaratkan dengan :
- Merasa cakap dalam suatu bidang
- Merasa dihargai
- Menerima tanggung jawab
3. Diskusikan dengan remaja contoh : tugas bangku berkaki tiga
a) Merasa cakap dalam suatu bidang :
Hal apa saja yang dapat dilakukan dengan baik walau sedikit
b) Merasa dihargai : merasa dicintai, diterima, didengarkan dan
didukung oleh orang lain
c) Menerima tanggung jawab : dapat membuat keputusan yang baik,
bertanggung jawab pada tindakan, dan peka pada efek dan perasaan
diri dalam kehidupan, tidak pasif.
4. Motivasi remaja untuk mengungkapkan/menyebutkan hal apa saja yang
dapat dilakukan dengan baik walau sedikit, perasaannya tentang
penerimaan, keluarga, dan sosial terhadap dirinya dan tanggung jawab
yang diberikan/diterima terhadap dirinya oleh keluarganya, sekolah dan
masyarakat terhadap perannya
5. Diskusikan hasil yang dibuat remaja terhadap kemampuan/keterampilan,
penghargaan terhadap dirinya dan tanggung jawab yang dipunyai
remaja.

Fase Terminasi (5-7 menit)


1) Evaluasi :
- Menyimpulkan hasil kegiatan latihan VI.
- Menanyakan kembali tugas bangku berkaki tiga terhadap pemahaman
mereka dalam meningkatkan rasa percaya diri
- Menanyakan perasaan remaja mengikuti kegiatan latihan VI
2) Tindak lanjut
- Anjurkan kepada remaja untuk mengulang kembali dirumah cara
meningkatkan rasa percaya diri dengan tugas bangku berkaki tiga
- Berikan tugas kepada remaja untuk membuat pesan terhadap diri
sendiri dan pesan orang lain terhadap dirinya yang diharapkan,
- Kemudian tuliskan pengaruh pesan tersebut bagi remaja.
3) Kontrak
- Menyepakati waktu, tempat, dan topik yang akan datang yaitu :
bagaimana pengaruh dan merespon tanggapan diri sendiri dan orang
lain terhadap rasa percaya dirinya.

c. Evaluasi dan Dokumentasi


1) Evaluasi
Evaluasi selama proses berlangsung khususnya pada tahap kerja.
Evaluasi kemampuan remaja dalam mengungkapkan
kemampuan/keterampilan yang dipunyai, perasaan remaja terhadap
penerimaan keluarga, teman, masyarakat tentang remaja.

Format Evaluasi
Aktivitas VI : Meningkatkan Kepercayaan Diri Dengan Sistem Bangku Berkaki
Tiga
Kelompok: Tanggal :
N Nama Remaja
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Mampu membuat
contoh kaki
bangku satu :
merasa cakap dan
terampil
2 Mampu
membuat contoh
kaki bangku dua
: perasaan
terhadap
penerimaan
orang lain
terhadap dirinya
3 Mampu
membuat contoh
kaki bangku
yang ketiga :
menerima
tanggung jawab
Jumlah
Petunjuk : Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan
Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan
2) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang diperlihatkan oleh remaja ke
dalam catatan keperawatan. Tuliskan ungkapan/contoh yang
disampaikan oleh remaja.

Format Dokumentasi
Aktivitas V : Meningkatkan Kepercayaan Diri dengan Sistem Bangku Berkaki
Tiga

Kelompok : Tanggal :
Contoh kaki bangku Contoh kaki bangku
Contoh kaki bangku ke
Nama kedua: perasaan ketiga : tanggung
No satu : merasa cakapdan
remaja terhadap orang lain jawab
terampil
tentang dirinya
1

10

11

12
G. Aktivitas VII : MENINGKATKAN CITRA DIRI

1. Tujuan : Membuat remaja berkembang dan merasa positif dengan dirinya


dan bereaksi untuk memperbaiki diri.
2. Setting : - Terapis dan remaja duduk setengah melingkar dalam ruangan
yang nyaman dan tenang

3. Alat : - Alat tulis - Spido - Papan tulis/white


board
- Modul - Format evaluasi - Format Dokumentasi
- Kertas

4. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab

5. Langkah-langkah kegiatan
a. Persiapan
- Mengingatkan kontrak dengan remaja 2 hari sebelum kegiatan
dilaksanakan
- Mempersiapkan diri, tempat, alat dan bahan pelaksanan kegiatan

b. Pelaksanaan
Fase orientasi (3-5 menit)
1) Salam terapeutik : Salam terapeutik dari terapis
2) Evaluasi :
- Menanyakan perasaan remaja pada hari ini
- Menanyakan apakah cara bangku berkaki tiga sudah dipraktekkan
- Menanyakan tugas yang diberikan apakah sudah dibuat

3). Kontrak :
- Menyepakati wkatu, tempat dan topik yang akan disampaikan yaitu
penyelesaian tanggapan terhadap respon diri sendiri dan orang
- Menegaskan untuk terminasi

Fase Kerja ( 45-50 menit)


1. Anjurkan pada remaja untuk menuliskan enam pesn yang mana mereka
ingin kirim kepada diri sendiri atau dikirim oleh orang lain untuknya

2. Anjurkan kepada remaja untuk menuliskan apa pengaruh pesan tersebut


bagi mereka

3. Motivasi remaja untuk menceritakan apa yang telah ditulis kepada


teman/pasangannya

4. Minta remaja untuk mendiskusikan hal berikut :


Siapa yang memberitahu bahwa kamu seharusnya tidak boleh
mempercayai orang lain
Siapa yang memberi suatu pesan Kamu tidak dapat sukses
5. Anjurkan remaja membantu temannya dengan membuat pesan positif
yang dapat membangun kekuatan seseorang. Jika pesannya tidak
berdampak positif, dapat mengganti dengan pesan lain
6. Jelaskan dan tegaskan pada remaja bahwa kekuatan yang ada dalam diri
mereka sendiri akan membantu mereka membangun potensinya.

Fase Terminasi ( 5-7 menit )


1) Evaluasi :
- Menyimpulkan hasil kegiatan latihan VII
- Menanyakan kembali tentang bagaimana memberi respon positif
kepada orang lain dan diri sendiri. Apa pengaruh respon positif
tersebut terhadap remaja.
- Menanyakan perasaan remaja mengikuti kegiatan latihanVII
- Berikan pujian untuk jawaban remaja
2) Tindak lanjut
- Motivasi remaja untuk tetap melakukan kegiatan yang dapat
meningkatkan kepercayaan dirinya dan melatihnya secara terus
menerus.
- Motivasi remaja melaksanakan pertemuan kelompok remaja secara
rutin
3) Kontrak
- Mengakhiri pertemuan dan menjelaskan akan diadakan supervisi
- Menjelaskan kepada remaja apabila ada hal yang ditanyakan dapat
menghubungi puskesmas.

c. Evaluasi dan Dokumentasi


1). Evaluasi
Evaluasi selama proses berlangsung, aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan remaja menuliskan pesan kepada dirinya dan pesan yang
diharapkan dari orang lain. Kemampuan remaja menuliskan pengaruh
pesan tersebut. Tanggapan remaja terhadap dua topik diskusi yang
diberikan. Penerimaan terhadap terminasi.

Format Evaluasi
Aktivitas VII : Meningkatkan Citra Diri

Kelompok : Tanggal :
N Nama Remaja
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Mampu
menuliskan 6
pesan yang ingin
dikirm kepada diri
sendiri atau pesan
yang diharapkan
dari orang lain

2 Mampu
membuat
pengaruh 6
pesan yang
dikirimkan
tersebut terhadap
dirinya

3 Mampu memberi
tanggapan
terhadap topik
diskusi :
1. siapa yang
memberitahu
bahwa kamu
seharusnya tidak
boleh
mempercayai
orang lain

Jumlah

Petunjuk : Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan

2). Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang diperlihatkan oleh remaja ke dalam
catatan keperawatan. Tuliskan ungkapan/contoh yang disampaikan atau
yang dituliskan oleh remaja.

Format Dokumentasi
Aktivitas VII : Meningkatkan Citra Diri
Kelompok: Tanggal :
Tanggapan terhadap topik
6 pesan yang ingin Siapa yang tahu Siapa yang
dikirim ke dirinya Pengaruh pesan kamu bahwa memberi suatu
Nama
No sendiri atau yang dikirimkan kamu seharusnya pesan bahwa
remaja
dikirim orang lain kepadanya tidak boleh kamu tidak dapat
untuknya mempecayai sukses
orang lain
1

10

11

12

Format Evaluasi

Kegiatan ..: ...


Kode Kelompok : .. Tanggal :
..
Memperkenalkan diri Menceritakan tentang Mengungkapkan
No dengan baik (spontan, dirinya perasaan berada dalam Jum
Nama tidak gugup /malu / kelompok lah
gemetar)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan.


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan.

Format Evaluasi
Kegiatan ..: ...
Kode Kelompok : .. Tanggal :
..
Dua aspek positif yang Dua aspek lain yang
No luar biasa tentang dimiliki yang Bakat yang dimiliki Jum
Nama dirinya membuatnya bangga lah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan.


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan.

Format Evaluasi

Kegiatan ..: ...


Kode Kelompok : .. Tanggal :
..

No Jum
Nama lah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan.


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan.

Format Evaluasi

Kegiatan ..: ...


Kode Kelompok : .. Tanggal :
..

No Jum
Nama lah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan.


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan.

Format Evaluasi

Kegiatan ..: ...


Kode Kelompok : .. Tanggal :
..

No Jum
Nama lah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan.


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan.

Format Evaluasi
Kegiatan ..: ...
Kode Kelompok : .. Tanggal :
..
Memperkenalkan diri Menceritakan tentang Mengungkapkan
No dengan baik (spontan, dirinya perasaan berada dalam Jum
Nama tidak gugup /malu / kelompok lah
gemetar)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan.


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan.

Format Evaluasi
Kegiatan ..: ...
Kode Kelompok : .. Tanggal :
..
Memperkenalkan diri Menceritakan tentang Mengungkapkan
No dengan baik (spontan, dirinya perasaan berada dalam Jum
Nama tidak gugup /malu / kelompok lah
gemetar)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan.


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan.

Format Evaluasi
Kegiatan ..: ...
Kode Kelompok : .. Tanggal :
..
Memperkenalkan diri Menceritakan tentang Mengungkapkan
No dengan baik (spontan, dirinya perasaan berada dalam Jum
Nama tidak gugup /malu / kelompok lah
gemetar)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan.


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan.
Format Evaluasi

Kegiatan ..: ...


Kode Kelompok : .. Tanggal :
..
Memperkenalkan diri Menceritakan tentang Mengungkapkan
No dengan baik (spontan, dirinya perasaan berada dalam Jum
Nama tidak gugup /malu / kelompok lah
gemetar)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan.


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan.
Format Evaluasi

Kegiatan ..: ...


Kode Kelompok : .. Tanggal :
..
Memperkenalkan diri Menceritakan tentang Mengungkapkan
No dengan baik (spontan, dirinya perasaan berada dalam Jum
Nama tidak gugup /malu / kelompok lah
gemetar)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan.


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan.
Format Evaluasi

Kegiatan ..: ...


Kode Kelompok : .. Tanggal :
..
Memperkenalkan diri Menceritakan tentang Mengungkapkan
No dengan baik (spontan, dirinya perasaan berada dalam Jum
Nama tidak gugup /malu / kelompok lah
gemetar)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan.
Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan.

Format Dokumentasi
Aktivitas .. :

Kode Kelompok : .. Tanggal :


.

Format Evaluasi
Aktivitas II : Merasa senang terhadap Diri Sendiri
Kelompok: Tanggal :
Nama Remaja
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Menyebutkan
dua aspek
positif yang
luar biasa
tentang
dirinya
2 Menyebutkan
dua hal lain
yang dimiliki
yang
membuatnya
bangga
3 Tampil
kedepan
menunjukkan
bakatnya

Jumlah

Petunjuk : Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan
3) Dokumentasi
Pada dokumentasi dikaitkan aspek positif yang luar biasa
dimiliki remaja yang membuatnya merasa bangga, dan bakat
yang ditampilkannya.

Format Dokumentasi
Aktivitas II. : Merasa senang terhadap Diri Sendiri
Kelompok : Tanggal :
Dua aspek positif Dua aspek lain yang
Nama
No yang luar biasa dimiliki yang Bakat yang dimiliki
remaja
tentang dirinya membuatnya bangga
13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

Format Evaluasi
Aktivitas III. : Siapa diriku ?
Kelompok :.. Tanggal:..
N Nama Remaja
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 -Mampu
mengungkapkan
perasaan sebagai
remaja laki-
laki/perempuan,
perasaannya pada
umur sekarang,
perasaannya
terhadap agama
/keyakinannya
dan status
sosialnya,
perasaannya
tanpa cacat tubuh,
perasaannya
berada dalam
lingkungan
sekolah, keluarga
dan masyarakat
2 Mengerjakan
tugas penilaian
diri sendiri

Jumlah

Petunjuk : Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan
Format Dokumentasi
Aktivitas III : Siapa Diriku ?
Kelompok : Tanggal :
Perasaannya sebagai remaja laki-laki
/perempuan, perasaannya pada umur
sekarang, perasaannya terhadap agama Nilai yang
N
Nama remaja /keyakinannya dan status sosialnya, didapat terhadap
o
perasaannya tanpa cacat tubuh, perasaannya diri sendiri
berada dalam lingkungan sekolah, keluarga
dan masyarakat
1
2

10

11

12

E. Aktivitas IV : APAKAH PERCAYA DIRI ITU ?

1. Tujuan : Remaja memahami pengertian percaya diri dan bagaimana


menjaga dirinya tetap percaya diri
2. Setting : Terapis dan remaja duduk melingkar dalam suatu ruangan

3. Alat : - Alat tulis - Spidol


- Modul - Papan tulis/white board
- Kertas -Format Evaluasi
- Format evaluasi -Format Dokumentasi

4. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab

6. Langkah-langkah Kegiatan
c. Persiapan
- Mengingatkan kembali remaja tentang pelaksanaan kegiatan
selanjutnya
- Menyiapkan tempat dan alat untuk kegiatan

d. Pelaksanaan
Fase Orientasi (3-5 menit)
1). Salam terapeutik : Salam dari terapis
2). Evaluasi/validasi :
- Menanyakan kondisi remaja saat ini
- Menanyakan bagaimana hasil latihan ke III apakah sudah dipahami
- Menanyakan apakah peserta siap untuk melanjutkan kegiatan IV

3). Kontrak :
- Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan disampaikan yaitu
penyelesaian masalah

Fase Kerja (40-45)


- Diskusikan dengan remaja apakah mereka pernah bertemu dengan
orang yang sangat percaya diri. Tanyakan bagaimana mereka
menunjukkan rasa percaya dirinya.
- Beri kesempatan kepada remaja untuk mengungkapkan apa arti
percaya diri itu.
- Tanyakan/diskusikan bersama remaja seberapa penting rasa percaya
diri itu, darimana rasa percaya diri datang?, bagaimana membangun
rasa percaya diri itu.
- Jelaskan pengertian percaya diri, pentingnya membangun rasa
percaya diri, faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri, ciri-
ciri orang yang percaya diri, bagaimana membangun dan
mempertahankan rasa percaya diri.
- Motivasi remaja untuk memberikan tanggapan untuk merasa perlu
meningkatkan rasa percaya diri.
- Beri pujian yang wajar atas setiap kemampuan remaja
mengungkapkan perasaannya.

Fase Terminasi ( 5- 7 menit )

d. Evaluasi
- Tanyakan perasaan mereka setelah mengikuti kegiatan
- Menyimpulkan hasil kegiatan latihan IV
- Menanyakan kembali tentang rasa percaya diri
- Memberikan umpan balik positif atas kerjasama remaja dalam
kegiatan latihan

e. Tindak lanjut
- Menganjurkan kepada remaja untuk mengingat kembali apa yang
sudah dipelajari
- Menganjurkan remaja untuk meneliti situasi yang cukup
menganggu yang dapat membuat perasaan dan tindakan negatif.
Kemudian alternatif cara remaja mengatasi situasi tersebut seperti
permainan ular dan tangga

f. Kontrak
- Menyepakati waktu, tempat dan topik berikutnya yaitu mengatasi
situasi secara sistem permainan ular tangga.

c. Evaluasi dan Dokumentasi

1). Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan kegiatan latihan, keaktifan remaja dan ketapatan
waktu, serta kemampuan remaja menyerap proses pembelajaran.
Format Evaluasi
Aktivitas IV : Memahami Pengertian Rasa Percaya Diri

Kelompok : Tanggal :
N Nama Remaja
o Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Menjelaskan
kembali tentang
rasa percaya diri :
pengertian,
faktor2 yang
mempengaruhi,
ciri orang percaya
diri, bagaimana
membangun rasa
percaya diri

2 Membuat/menje-
laskan cara-cara
bagaimana
membangun dan
mempertahankan
rasa percaya diri

Jumlah

Petunjuk : Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan

2). Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan remaja yang dimiliki oleh remaja pada catatan
masing-masing remaja. Tuliskan ungkapan yang disampaikan oleh
remaja dan yang didapat hasil evaluasi.

Format Dokumentasi
Aktivitas IV : Memaham Pengertian Rasa Percaya Diri

Kelompok : Tanggal :
Mampu mengulang kembali Mampu menunjukkan dan
pengertian percaya diri, faktor2 menjelaskan cara
No Nama remaja yang mempengaruhi, ciri-ciri membangun rasa percaya
orang percaya diri, tujuan diri dan
membangun percaya diri mempertahankannya
1

10

11

12
E. Aktivitas V : MERUBAH PERSEPSI DAN SIKAP PERCAYA DIRI
DENGAN SISTIM ULAR DAN TANGGA

1. Tujuan : Remaja mampu mengidentifikasikan keadaan dimana mereka


harus merubah persepsi dan sikap mereka untuk agar menjadi orang
yang lebih berbahagia dan memperbaiki rasa percaya diri mereka.
2. Setting : - Terapis dan remaja duduk melingkar dalam ruangan yang
nyaman dan tenang
3. Alat : - Alat tulis - Spidol
- Modul - Papan tulis/white board
- Kertas - Absensi
- Format evaluasi
- Format dokumentasi
4. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab

6. Langkah-langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan remaja 1 hari sebelum kegiatan dilaksanakan
2) Mempersiapkan diri, tempat, alat dan bahan serta peserta remaja

b. Pelaksanaan

Fase orientasi (5-7 menit)


4) Salam terapeutik : Salam terapeutik dari terapis
5) EvaluasiMenanyakan perasaan remaja pada hari ini
- Menanyakan apakah masih mengingat materi apa itu percaya diri
6) Kontrak :
- Menjelaskan tujuan pertemuan V yaitu merubah persepsi dan
perilaku percaya diri dengan cara ular dan tangga
- \Menyepakati waktu, tempat dan lamanya kegiatan serta aturan
kegiatan

Fase Kerja (45-50 menit)


- Menuliskan/menjelaskan tentang situasi permainan ular tangga
- Menganjurkan remaja menuliskan, situasi yang membuat perasaan dan
sikap negatif
- Mendiskusikan dengan remaja bahwa dengan sistem ular tangga
membantu remaja memandang situasi yang mempengaruhi rasa percaya
dirinya
- Menjelaskan kepada remaja bahwa suatu situasi dapat dilihat dari dua sisi
- Bersama remaja mendiskusikan bagaimana mendaki tangga mengatasi
situasi secara positif. Bantu remaja berpikir kritis, mencari solusi yang
kreatif dan realistis

Fase Terminasi (3-5 menit)

1) Evaluasi
- Menyimpulkan hasil kegiatan latihan V
- Menanyakan kembali tehnik mengatasi situasi negatif dengan sitem ular
tangga
- Menanyakan perasaan remaja mengikuti kegiatan latihan V

2) Tindak lanjut
- Anjurkan kepada remaja jika ada situasi yang mempengaruhi perasaan
dan tindakan yang akan dilakukan secara negatif, remaja dapat
mempraktekkan situasi ular tangga tersebut
- Berikan tugas tentang latihan meningkatkan kepercayaan dengan sistem
bangku berkaki tiga

3) Kontrak
- Menyepakati waktu, tempat, dan topik yang akan datang yaitu :
meningkatkan kepercayaan diri dengan sistem bangku berkaki tiga

c. Evaluasi dan Dokumentasi


1) Evaluasi
Evaluasi selama proses berlangsung khususnya pada tahap kerja. Evaluasi
kemampuan remaja mengemukakan situasi yang merusak perkembangan
mereka dan menyelesaikan masalah dengan ular tangga

Format Evaluasi
Aktivitas V : Merubah Persepsi Dan Sikap Dengan Sistem Ular Tangga

Kelompok: Tanggal :
N Nama Remaja
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Mampu
mengungkapkan 3
situasi yang
mempengaruhi
perasaan dan
keyakinan negatif

2 Memahami cara
mengatasi 3
situasi tersebut
dengan sistem
ular tangga

Jumlah

Petunjuk : Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan

2). Dokumentasi
Dokumentasikan semua proses pelaksanaan kegiatan mulai dari ketepatan
waktu pelaksanaan, proses, keaktifan remaja serta kemampuan remaja
mengungkapkan situasi yang mempengaruhi perasaan dan persepsi yang
negatif dan mampu memahami cara mengatasi situasi dengan sistem
pandangan ular tangga.
Format Dokumentasi
Aktivitas V : Merubah Persepsi dandengan Sikap Sistem Ular Tangga

Kelompok : Tanggal :
N Nama 3 situasi yang mempengaruhi Cara mengatasi 3 situasi
o remaja perasaan dan keyakinan negatif tersebut
1

10

11

12

F. Aktivitas VI : MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN


SISTEM BANGKU BERKAKI TIGA
1. Tujuan : Remaja mampu melatih meningkatkan kepercayaan diri dengan
menelusuri berbagai cara alternative sehingga membuat mereka
merasa lebih baik
2. Setting : - Terapis dan remaja duduk setengah melingkar dalam ruangan
yang nyaman dan tenang
3. Alat : - Alat tulis - Spidol
- Modul - Papan tulis/white board
- Format Evaluasi - Kertas
- Absensi - Format Dokumentasi
4. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab

6. Langkah-langkah kegiatan
d. Persiapan
- Mengingatkan kontrak dengan remaja 1 hari sebelum kegiatan
dilaksanakan
- Mempersiapkan diri, tempat, alat dan bahan pelaksanan kegiatan

d. Pelaksanaan

Fase orientasi (5-7 menit )


4) Salam terapeutik : Salam terapeutik dari terapis
5) Evaluasi
- Menanyakan perasaan remaja pada hari ini
- Menanyakan apakah sudah dicoba untuk menerapkan cara
meningkatkan kepercayaan diri dengan sistem ular tangga
6) Kontrak :
- Menjelaskan tujuan pertemuan VI yaitu melatih meningkatkan rasa
percaya diri dengan sistem bangku berkaki tiga
- Menyepakati waktu, tempat dan lamanya kegiatan serta aturan kegiatan

Fase Kerja (45-50 menit)


6. Jelaskan kepada remaja tentang situasi bangku berkaki tiga, yaitu salah
satu cara melatih meningkatkan rasa percaya diri
7. Jelaskan kepada remaja kaki bangku tiga diibaratkan dengan :
- Merasa cakap dalam suatu bidang
- Merasa dihargai
- Menerima tanggung jawab
8. Diskusikan dengan remaja contoh : tugas bangku berkaki tiga
d) Merasa cakap dalam suatu bidang :
Hal apa saja yang dapat dilakukan dengan baik walau sedikit
e) Merasa dihargai : merasa dicintai, diterima, didengarkan dan
didukung oleh orang lain
f) Menerima tanggung jawab : dapat membuat keputusan yang baik,
bertanggung jawab pada tindakan, dan peka pada efek dan perasaan
diri dalam kehidupan, tidak pasif.
9. Motivasi remaja untuk mengungkapkan/menyebutkan hal apa saja yang
dapat dilakukan dengan baik walau sedikit, perasaannya tentang
penerimaan, keluarga, dan sosial terhadap dirinya dan tanggung jawab
yang diberikan/diterima terhadap dirinya oleh keluarganya, sekolah dan
masyarakat terhadap perannya
10. Diskusikan hasil yang dibuat remaja terhadap kemampuan/keterampilan,
penghargaan terhadap dirinya dan tanggung jawab yang dipunyai
remaja.

Fase Terminasi (5-7 menit)


4) Evaluasi :
- Menyimpulkan hasil kegiatan latihan VI.
- Menanyakan kembali tugas bangku berkaki tiga terhadap pemahaman
mereka dalam meningkatkan rasa percaya diri
- Menanyakan perasaan remaja mengikuti kegiatan latihan VI
5) Tindak lanjut
- Anjurkan kepada remaja untuk mengulang kembali dirumah cara
meningkatkan rasa percaya diri dengan tugas bangku berkaki tiga
- Berikan tugas kepada remaja untuk membuat pesan terhadap diri
sendiri dan pesan orang lain terhadap dirinya yang diharapkan,
- Kemudian tuliskan pengaruh pesan tersebut bagi remaja.
6) Kontrak
- Menyepakati waktu, tempat, dan topik yang akan datang yaitu :
bagaimana pengaruh dan merespon tanggapan diri sendiri dan orang
lain terhadap rasa percaya dirinya.

e. Evaluasi dan Dokumentasi


2) Evaluasi
Evaluasi selama proses berlangsung khususnya pada tahap kerja.
Evaluasi kemampuan remaja dalam mengungkapkan
kemampuan/keterampilan yang dipunyai, perasaan remaja terhadap
penerimaan keluarga, teman, masyarakat tentang remaja.

Format Evaluasi
Aktivitas VI : Meningkatkan Kepercayaan Diri Dengan Sistem Bangku Berkaki
Tiga
Kelompok: Tanggal :
N Nama Remaja
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Mampu membuat
contoh kaki
bangku satu :
merasa cakap dan
terampil
2 Mampu
membuat contoh
kaki bangku dua
: perasaan
terhadap
penerimaan
orang lain
terhadap dirinya
3 Mampu
membuat contoh
kaki bangku
yang ketiga :
menerima
tanggung jawab
Jumlah
Petunjuk : Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan
Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan

3) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang diperlihatkan oleh remaja ke
dalam catatan keperawatan. Tuliskan ungkapan/contoh yang
disampaikan oleh remaja.

Format Dokumentasi
Aktivitas V : Meningkatkan Kepercayaan Diri dengan Sistem Bangku Berkaki
Tiga

Kelompok : Tanggal :
Contoh kaki bangku Contoh kaki bangku
Contoh kaki bangku ke
Nama kedua: perasaan ketiga : tanggung
No satu : merasa cakapdan
remaja terhadap orang lain jawab
terampil
tentang dirinya
1

7
8

10

11

12

G. Aktivitas VII : MENINGKATKAN CITRA DIRI

1. Tujuan : Membuat remaja berkembang dan merasa positif dengan dirinya


dan bereaksi untuk memperbaiki diri.
2. Setting : - Terapis dan remaja duduk setengah melingkar dalam ruangan
yang nyaman dan tenang

3. Alat : - Alat tulis - Spido - Papan tulis/white


board
- Modul - Format evaluasi - Format Dokumentasi
- Kertas

4. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab

6. Langkah-langkah kegiatan
b. Persiapan
- Mengingatkan kontrak dengan remaja 2 hari sebelum kegiatan
dilaksanakan
- Mempersiapkan diri, tempat, alat dan bahan pelaksanan kegiatan

e. Pelaksanaan
Fase orientasi (3-5 menit)
3) Salam terapeutik : Salam terapeutik dari terapis
4) Evaluasi :
- Menanyakan perasaan remaja pada hari ini
- Menanyakan apakah cara bangku berkaki tiga sudah dipraktekkan
- Menanyakan tugas yang diberikan apakah sudah dibuat

3). Kontrak :
- Menyepakati wkatu, tempat dan topik yang akan disampaikan yaitu
penyelesaian tanggapan terhadap respon diri sendiri dan orang
- Menegaskan untuk terminasi

Fase Kerja ( 45-50 menit)


7. Anjurkan pada remaja untuk menuliskan enam pesn yang mana mereka
ingin kirim kepada diri sendiri atau dikirim oleh orang lain untuknya

8. Anjurkan kepada remaja untuk menuliskan apa pengaruh pesan tersebut


bagi mereka

9. Motivasi remaja untuk menceritakan apa yang telah ditulis kepada


teman/pasangannya

10. Minta remaja untuk mendiskusikan hal berikut :


Siapa yang memberitahu bahwa kamu seharusnya tidak boleh
mempercayai orang lain
Siapa yang memberi suatu pesan Kamu tidak dapat sukses
11. Anjurkan remaja membantu temannya dengan membuat pesan
positif yang dapat membangun kekuatan seseorang. Jika pesannya tidak
berdampak positif, dapat mengganti dengan pesan lain
12. Jelaskan dan tegaskan pada remaja bahwa kekuatan yang ada
dalam diri mereka sendiri akan membantu mereka membangun
potensinya.

Fase Terminasi ( 5-7 menit )


4) Evaluasi :
- Menyimpulkan hasil kegiatan latihan VII
- Menanyakan kembali tentang bagaimana memberi respon positif
kepada orang lain dan diri sendiri. Apa pengaruh respon positif
tersebut terhadap remaja.
- Menanyakan perasaan remaja mengikuti kegiatan latihanVII
- Berikan pujian untuk jawaban remaja
5) Tindak lanjut
- Motivasi remaja untuk tetap melakukan kegiatan yang dapat
meningkatkan kepercayaan dirinya dan melatihnya secara terus
menerus.
- Motivasi remaja melaksanakan pertemuan kelompok remaja secara
rutin
6) Kontrak
- Mengakhiri pertemuan dan menjelaskan akan diadakan supervisi
- Menjelaskan kepada remaja apabila ada hal yang ditanyakan dapat
menghubungi puskesmas.

f. Evaluasi dan Dokumentasi


1). Evaluasi
Evaluasi selama proses berlangsung, aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan remaja menuliskan pesan kepada dirinya dan pesan yang
diharapkan dari orang lain. Kemampuan remaja menuliskan pengaruh
pesan tersebut. Tanggapan remaja terhadap dua topik diskusi yang
diberikan. Penerimaan terhadap terminasi.

Format Evaluasi
Aktivitas VII : Meningkatkan Citra Diri

Kelompok : Tanggal :
N Nama Remaja
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Mampu
menuliskan 6
pesan yang ingin
dikirm kepada diri
sendiri atau pesan
yang diharapkan
dari orang lain

2 Mampu
membuat
pengaruh 6
pesan yang
dikirimkan
tersebut terhadap
dirinya

3 Mampu memberi
tanggapan
terhadap topik
diskusi :
1. siapa yang
memberitahu
bahwa kamu
seharusnya tidak
boleh
mempercayai
orang lain

Jumlah

Petunjuk : Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan


Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan

2). Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang diperlihatkan oleh remaja ke dalam
catatan keperawatan. Tuliskan ungkapan/contoh yang disampaikan atau
yang dituliskan oleh remaja.
Format Dokumentasi
Aktivitas VII : Meningkatkan Citra Diri

Kelompok: Tanggal :
Tanggapan terhadap topik
6 pesan yang ingin Siapa yang tahu Siapa yang
dikirim ke dirinya Pengaruh pesan kamu bahwa memberi suatu
Nama
No sendiri atau yang dikirimkan kamu seharusnya pesan bahwa
remaja
dikirim orang lain kepadanya tidak boleh kamu tidak dapat
untuknya mempecayai sukses
orang lain
1

10

11

12
DAFTAR PUSTAKA

DepKes R.I (2007). Pelatihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kesehatan


jiwa remaja: Modul. Jakarta : DepKes R.I
Freda, AB (2006). Masalah-masalah yang dihadapi remaja dalam berbagai aspek
kehidupannya .Skripsi ( tidak dipublikasikan). Jakarta : Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.

Rini, J.F (2002) . Memupuk Rasa Percaya Diri, http://digilib.itb.ac.id, diperoleh


tanggal 17 Februari 2008.

Stuart, G.W., and Laraia (2005), Principles and Practice of Psyhiatric Nursing.
(7th ed.). St. Louis : Mosby Year Book

Suliswati, dkk (2002). Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa, Jakarta : EGC

Stuart G.W and Sundeen. (1995), Principles and Practice of Psyhiatric Nursing.
St. Louis : Mosby Year Book

Santrock, J.W ( 1999). Life Span Development ( terjemahan ). Boston: Mc Graw


Hill.

WHO (2003) Adolescence Mental Health Promotion. New Delhi : South East
Asia Regional Office of the World Health Organization

Lampiran I:
APA KAMU MENYUKAI DIRIMU ?

Pilih salah satu jawaban apa yang akan kamu lakukan pada setiap situasi dibawah
ini.
2. Kamu telah memesan tiket untuk menonton sebuah film yang sangat populer.
Ketika kamu datang bersama teman-temanmu, kamu menemukan suatu
masalah dan kamu tidak mendapatkan tiketnya. Kamu.
a. dan teman-temanmu bersiap untuk berdebat dengan manager
b. segera menyalahkan dirimu
c. mengadukan semua masalah yang kamu temui dan temanmu memutuskan
untuk mentraktirmu nonton film
3. Ketika kamu sedang bersedih, kamu merasa jatuh dan depresi, kamu.
a. mengunci diri di kamar, mematikan lampu, berpikir, berpikir dan berpikir
b. pergi keluar mendapatkan udara segar untuk menggairahkan kembali
dirimu
c. memanjakan diri diri kamu dengan menonton film, beli sesuatu yang
sangat kamu inginkan
4. Anggaplah, sekarang adalah hari pertama kamu masuk sekolah atau kuliah, dan
kamu bertemu dengan orang baru. Kamu..
a. Menemui mereka dan memperkenalkan diri agar kamu disukai orang lain
b. bersikap sopan, karena kamu tidak ingin memperlakukan orang dengan
cara yang salah
c. tetap bersikap apa adanya. Jika seseorang menyukai kamu dengan cara ini,
berarti mereka benar-benar menyukai kamu
5. Kamu telah membeli sebuah pakaian buatan luar negeri. Tetapi ternyata tidak
cocok dengan yang kamu harapkan. Kamu.
a. Kamu tetap memakainya dengan bangga
b. Tidak pernah memakai pakaian tersebut karena takut akan memunculkan
komentar orang lain yang tidak diinginkan
c. hanya memakainya ketika kamu bersama seseorang yang mempunyai
selera berpakaian yang sama dengan kamu
6. Kamu bertemu dengan kawan dekat dari sahabatmu. Kemudian sahabatmu
mengatakan bahwa teman dekatnya itu tidak senang dengan kamu. Kamu.
a. menjadi sangat marah karenanya dan mencoba serta memaaksa temanmu
untuk menyelidiki kenapa kamu tidak disukainya
b. tidak merasa terganggu sama sekali tentang hal itu
c. merasa sedikit tidak enak karena hal ini dan memutuskan untuk berusaha
menemuinya di lain waktu.
7. Menurutmu melakukan pemeriksaan medis secara teratur adalah.
a. Sesuatu pekerjaan yang hanya dilakukan orang yang terlalu cemas pada
kesehatan
b. Buang-buang waktu dan uang, tetapi harus dilakukan
c. Suatu keharusan bagi setiap orang
8. Bila kamu mengerjakan sesuatu diluar kebiasaanmu, hal itu kamu lakukan
karena.
a. akan membuat kamu merasa lebih baik tentang dirimu
b. kamu hanya merasa ingin melakukannya saja
c. kamu ingin membuat orang lain berpikir baik tentang kamu
9. Misalkan, kamu pergi ke restoran bersama dengan kelompok. Kamu.
a. memesan menu khusus yang sangat kamu sukai
b. tidak terlalu banyak berpikir dan memesan apa yang dipesan oleh orang
lain
c. paling tidak memesan es krim

Setelah kamu menjawab tiap pertanyaan, hitunglah nilai jawabanmu dengan


menggunakan nilai yang ada pada table jawaban.

Tabel nilai jawaban

Soal
nomor Ni lai
1. a 10 b 10 c 15
2. a 5 b 10 c 15
3. a 5 b 10 c 15
4. a 15 b 5 c 10
5. a 5 b 15 c 10
6. a 5 b 10 c 15
7. a 15 b 10 c 5
8. a 15 b 5 c 10
Universitas Indonesia

MODUL
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
DEWASA MUDA

Tim Penyusun:

Ega Agustine, S.Kep., Ns


Novy Helena C.D, S.Kp., M.Sc (Pembimbing I)
Dewi Gayatri, SKp M.Kes (Pembimbing II)

UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
DEPOK
2012

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga Modul Terapi kelompok terapeutik dewasa muda ini dapat
diselesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari masih banyak yang perlu diperbaiki guna lebih
menyempurnakan modul ini, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih
yang setulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam
penyusunan modul ini.
Untuk itu penyusun bermaksud mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dewi Irawaty, MA. Ph D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN, selaku Ketua Program Pascasarjana Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
3. Novy Helena. C.D, S.Kp., M. Sc. sebagai dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penyusun sehingga
penyusun dapat terus berproses menyelesaikan tesis dan modul ini.
4. Dewi Gayatri, SKp M.Kes. sebagai dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, dan mengarahkan penyusun sehingga dapat memahami
rancangan berjalannya penelitian tesis dan modul ini.
5. Seluruh dosen Program Pasca Sarjana Keperawatan Universitas Indonesia
yang telah membagi ilmu yang dimilikinya.
6. Keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penyusun.
7. Teman-teman Angkatan VI Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan
Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang
unik dan selalu memberikan semangat kepada penyusun.
Semoga amal dan budi baik Bapak dan Ibu mendapat pahala yang berlimpah dari
Tuhan Yang Maha Esa. Mudah-mudahan modul ini bermanfaat bagi upaya
peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan jiwa.

Depok, April 2012


Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 5
1.2 Tujuan 7

BAB II. PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK


TERAPEUTIK PADA DEWASA MUDA
2.1 Definisi 8
2.2 Tujuan Terapi Kelompok Terapeutik 8
2.3 Prinsip Terapi Kelompok Terapeutik 8
2.4 Karakteristik Kelompok Terapeutik 9
2.5 Kriteria Terapis 9
2.6 Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik 9
2.7 Keanggotaan 9
2.8 Waktu Pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik 10
2.9 Tempat Pelaksanaan TerapiKelompok Terapeutik 10
2.10 Tahapan Pelaksanaan terapi Kelompok Terapeutik 10

BAB III. IPLEMENTASI TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK


3.1 Sesi I : Pengkajian dan Diskusi Perkembangan Dewasa Muda 13
3.2 Sesi II : Stimulasi Perkembangan Biologis dan Psikoseksual 16
3.3 Sesi III : Stimulasi Perkembangan Kognifif, Bahasa dan 19
Bakat serta Kreatifitas
3.4 Sesi IV : Stimulasi Perkembangan Moral dan Spiritual 22
3.5 Sesi V : Stimulasi Perkembangan Emosi dan Psikososial 25
3.6 Sesi VI : Sharing Pengalaman 28
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan 32
4.2 saran 33

DAFTAR PUSTAKA 34
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Populasi penduduk Indonesia yang berada di usia produktif, yaitu penduduk dengan
umur 15-64 tahun, merupakan modal besar bagi perekonomian nasional. Penduduk
dengan usia 15-54 tahun jumlahnya 60 persen dari total penduduk nasional yang
mencapai 240 juta orang, artinya Indonesia punya populasi yang produktif hingga
tahun 2030 (Kompas, 29 Sept 2011).

Penduduk yang produktif, dengan usia 17 tahun ke atas ini menurut Levinson (1987,
dalam Berk, 2005) termasuk dalam batasan usia dewasa muda. Dimana dewasa muda
merupakan salah satu tahapan dalam perkembangan kehidupan manusia. Masa
dewasa muda diawali dengan masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa
yang melibatkan eksperimentasi dan eksplorasi yang disebut sebagai emerging
adulthood (Arnett dalam Papalia, Olds, & Fieldman, 2008).

Menurut teori Erikson, pada tahap ini manusia mulai menerima dan memikul
tanggungjawab yang lebih berat. Pada tahap ini juga hubungan intim mulai berlaku
dan berkembang. Pada masa ini perubahan-perubahan fisik relatif sudah tidak sepesat
masa sebelumnya (saat puber dan remaja), bahkan di awal usia dewasa ini (sekitar 18
tahun) kondisi fisik cenderung sudah menetap, dalam arti bila terjadi perubahan tidak
signifikan lagi. Pada masa ini yang sedang terjadi adalah masa reproduktif, yang mulai
sempurna di awal usia dua puluhan dan akan mengalami penurunan kualitas di usia
tiga puluhan. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-
pola kehidupan dan harapan-harapan sosial baru, mereka diharapkan mulai
memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua, dan sebagai pemimpin
dalam rumah tangga, serta mengembangkan sikap, minat dan nilai yang disesuaikan
dengan peranannya yang baru.
Dewasa muda memiliki tugas perkembangan terpentinggnya adalah untuk
membentuk hubungan intim yang dekat dengan orang lain. Hal ini sesuai
dengan yang dikatakan oleh Erickson, dimana permasalahan utama individu
yang berada dalam tahap perkembangan dewasa muda adalah intimacy versus
isolation. Intimasi versus isolasi adalah isu utama masa dewasa awal. Intimasi
merupakan kemampuan individu untuk membangun hubungan yang akrab
dengan orang lain. Jika seorang dewasa awal tidak dapat membuat komitmen
personal yang dalam terhadap orang lain, menurut Erikson, maka mereka akan
terisolasi dan self absorb (terpaku dalam kegiatan dan pikirannya sendiri),
meskipun kadang-kadang mereka juga membutuhkan kesendirian (isolasi)
sebagai upaya merefleksikan kehidupan mereka. (Papalia, Olds & Feldman,
2008).

Mahasiswa memiliki berbagai permasalahan. Salah satunya masalah hubungan


yang intim dengan lawan jenis (Papalia, Olds, & Fieldman, 2008).
Membentuk hubungan intim juga merupakan salah satu tugas perkembangan
yang harus dipenuhi oleh individu yang berada pada tahap perkembangan
dewasa awal (Erikson dalam Papalia, Olds, & Fieldman, 2008). Apabila
individu dewasa awal dapat membentuk persahabatan yang sehat dan
hubungan dekat yang intim dengan individu lain, maka intimasi akan tercapai.
Namun, jika individu tidak berhasil mengembangkan intimasinya, maka
individu tersebut akan mengalami isolasi, dan krisis keterasingan. Individu
tersebut akan menarik diri dari berbagai aktivitas sosial dan hanya memiliki
sedikit atau tidak ada sama sekali ikatan dengan individu sesama jenis atau
lawan jenis (Orlofsky, 1976 dalam Santrock, 2003), termasuk mahasiswa yang
berada di Kabupaten Subang dan Sumedang, yang sedang dalam tahap
perkembangan dewasa muda, sehingga mahasiswa tidak merasa terasing dan
terpisah dalam tahap perkembangan psikososial dewasa. Agar para mahasiswa
dewasa muda dapat menjalankan tugas perkembangannya dengan baik,
diperlukan latihan dan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan mereka,
yang salah satunya yaitu melalui pendekatan terapi kelompok terapeutik.

Terapi kelompok terapeutik adalah terapi yang fokus utamanya untuk


mencegah gangguan dengan mengajarkan cara yang efektif untuk mengatasi
stress emosional pada suatu situasi atau krisis perkembangan (Townsend,
2009). Terapi kelompok terapeutik merupakan salah satu jenis dari terapi
kelompok yang memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling
berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang
akan dihadapi dengan mengajarkan cara yang efektif untuk mengendalikan
stres.

1.2 Tujuan
Terapi Kelompok Terapeutik (TKT) dilakukan oleh perawat spesialis jiwa
kepada kelompok dewasa muda (18 24 tahun) agar dewasa muda
mengetahui kebutuhan ciri-ciri perkembangan, penyimpangan, dan dapat
melakukan stimulasi perkembangan dirinya.

BAB 2
PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
PADA DEWASA MUDA

2.1 Definisi Terapi Kelompok Terapeutik


Terapi kelompok terapeutik merupakan salah satu jenis terapi kelompok yang
memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi pegalaman,
saling membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara menyelesaikan
masalah dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi dengan
mengajarkan cara yang efektif untuk mengendalikan stress. Kelompok
terapeutik lebih berfokus pada hubungan di dalam kelompok, interaksi antar
anggota kelompok dan pertimbangan isu yang selektif (Townsend, 2009).

2.2.Tujuan Terapi Kelompok Terapeutik


Tujuan dari terapi kelompok terapeutik adalah sebagai berikut :
2.2.1 Mempertahankan homeostasis terhadap adanya perubahan yang tidak
diperkirakan sebelumnya, maupun kejadian yang terjadi secara bertahap
(Montgomery, 2002)
2.2.2 Membantu anggotanya mengatasi stress dalam kehidupan, berfokus pada
fungsi perasaan, pikiran, dan perilaku.
2.2.3 Membantu mengatasi stress emosi, krisis tumbuh kembang, atau
penyesuaian sosial.
2.2.4 Membantu untuk menurunkan rasa terisolasi, meningkatkan penyesuaian
kembali dan juga hubungan bagi komunitas yang bermasalah
2.2.5 Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

2.3. Prinsip Terapi Kelompok Terapeutik


Prinsip-prinsip dalam melakukan terapi kelompok terapeutik adalah sebagai berikut :
a. Dengan segera menolong klien
b. Berfokus pada kondisi sekarang
c. Menurunkan stress dengan cara memberikan dukungan atau menggunakan
obat-obatan bila dianggap perlu.
d. Menggunakan tehnik klarifikasi dan pemecahan masalah
e. Membantu pasien untuk mengatasi krisis dimasa yang akan datang dan
secepatnya mencari pertolongan bila mengalami masalah.
2.4 Karakterisik Kelompok Terapeutik
Kelompok kecil berjumlah 7 - 13 orang, dewasa muda (laki-laki/perempuan),
berpartisipasi penuh, mempunyai otonomi, keanggotaan sukarela, dan saling berbagi
untuk membagi pengalaman terkait permasalahan yang dihadapi pada tahap
perkembangan dewasa muda.

2.5 Kriteria Terapis


a. Minimal lulus S2 Keperawatan Jiwa
b. Berpengalaman dalam praktik keperawatan jiwa

2.6 Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik


Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik adalah sebagai berikut :
a. Kooperatif,.
b. Menjaga keamanan dan keselamatan kelompok
c. Mengekspresikan perasaan dan keinginan berbagi pengalaman
d. Penggunaan waktu efektif dan efisien.
e. Menjaga kerahasiaan
f. Mempunyai rasa memiliki, berkontribusi, dapat menerima satu sama lain,
mendengarkan, mempunyai kebebasan, loyalitas, dan mempunyai kekuatan.

2.7 Keanggotaan
Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Terapi Kelompok
Terapeutik ini adalah : Dewasa muda yang berusia 18 24 tahun, bersedia
terlibat dalam penelitian dan kooperatif, nilai intimasi hasil pengukuran tidak
kurang dari 162, mahasiswa laki-laki/ perempuan, belum pernah
mendapatkan terapi kelompok terapeutik, dan tidak sakit/ cacat fisik maupun
gangguan jiwa.

2.8 Waktu pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik


Waktu pelaksanaan sesuai dengan kesepakatan kelompok. Pertemuan setiap
sesi dilaksanakan dalam waktu 45 - 60 menit. Sesi 1 dan 6 dilakukan 1 kali,
sesi 2 5 dilakukan 2 kali, jika diperlukan (bila hasil evaluasi diperlukan
pengulangan sesi). Ketujuh sesi diselesaikan dalam dua minggu.

2.9. Tempat pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik


Tempat pelaksaanaan terapi menggunakan seting komunitas dapat dilakukan
dirumah salah satu keluarga, balai pertemuan, kampus, ataupun sarana
lainnya yang tersedia dimasyarakat seperti posyandu, bale RW atau sesuai
dengan kesepakatan kelompok.

2.10 Tahapan Pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik


2.10.1 Sesi Pertama
Pengkajian dan diskusi perkembangan dewasa muda. Pada sesi ini terapis
mengkaji perkembangan masing-masing anggota yang telah dicapai dan
upaya memenuhi tugas perkembangannya yang meliputi 10 aspek yaitu
perkembangan biologis, psikoseksual, kognitif, psikososial, moral, spiritual,
bahasa, emosi, kreativitas dan bakat khusus. Selanjutnya memaparkan ciri-ciri
tugas perkembangan dewasa muda yang sehat dan yang menyimpang.

2.10.2 Sesi Kedua


Stimulasi perkembangan biologis dan psikoseksual. Pada sesi ini terapis
memimpin anggota berdiskusi tentang stimulasi perkembangan biologis dan
psikoseksual dan berbagi pengalaman stimulasi perkembangan yang pernah
diperoleh dari lingkungan keluarga, kampus maupun sosial. Selanjutnya
memimpin berdiskusi tentang cara menjega kesehatan badan, kebiasaan
hidup sehat dan bersih, olah raga teratur, cara mengontrol hasrat seksual dan
akibatnya. Pada bagian akhir fase kerja anggota diminta membuat komitmen
terhadap kesehatan fisik dan psikoseksual.

2.10.3 Sesi Ketiga


Stimulasi perkembangan kognitif, bahasa dan bakat serta kreativitas..
Pada sesi ini terapis memimpin anggota berdiskusi tentang stimulasi
perkembangan kognitif dan bahasa serta sekaligus mentimulasi
perkembangan bakat dan kreativitas peserta, dan berbagai pengalaman
stimulasi perkembangan yang pernah diperoleh dari lingkungan
keluarga, kampus maupun masyarakat. Terapis mengajak
menyaksikan tayangan video mengenai Tuliskan mimpimu
selanjutnya meminta anggota mengemukakan pendapatnya mengenai
tayangan tersebut, dan memberikan pertanyaan bagi anggota jika
mereka menghadapi permasalahan dalam mencapai cita-cita tersebut
apa yang seharusnya mereka lakukan. Terapis kemudian melatih
anggota kelompok untuk belajar mengemukanan pertanyaan,
pendapat, idea atau gagasan, berdiskusi dengan teman, tidak
memaksakan pendapat, pandangan atau nilai-nilai pada orang lain dan
memahami perbedaan dalam berpikir dan bersikap, dengan melakukan
latihan asertif. Selanjutnya mereka diminta membuat komitmen
terhadap perkembangan kognitif bahasa, bakat dan kreativitasnya.

2.10.4 Sesi Keempat


Stimulasi perkembangan moral dan spiritual. Pada sesi ini terapis
memimpin anggota berdiskusi tentang stimulasi perkembangan moral
spiritual dan berbagi pengalaman stimulasi perkembangan yang
diperoleh dari lingkungan, keluarga, kampus dan masyarakat. Terapis
mengajak anggota menyaksikan cuplikan film The Virgin 3 dan film
Ketika Cinta Bertasbih dan mempersilahkan mereka untuk
mengungkapkan isi dari kedua film tersebut mengenai nilai-nilai,
norma moral dan spiritual serta memberikan penilaian terhadap nilai-
nilai tersebut. Pada bagian akhir anggota diminta membuat komitmen
terhadap perkembangan moral dan spiritual.

2.10.5 Sesi Kelima


Stimulasi perkembangan emosi dan psikososial. Pada sesi ini terapis
memimpin anggota berdiskusi tentang stimulasi perkembangan emosi
dan psikososial, selanjutnya mereka berbagi pengalaman stimulasi
perkembangan yang diperoleh dari lingkungan keluarga, kampus
maupun masyarakat. Selanjutnya melakukan permainan untuk
meningkatkan kontrol emosi dan berhubungan sosial, dengan cara
latihan ekspolasi ciri-ciri diri serta mengungkapkan perasaannya,
selanjutnya anggota diminta untuk mengungkapkan cara mereka
menjalin persahabatan, atau pertemanan, serta mengungkapkan
pengalaman saat memulai hubungan dengan lawan jenis atau saat
mereka berpisah/putus hubungan dengan lawan jenis. Kemudian
terapis mengajarkan cara untuk mengendalikan marah dengan anger
management dan melatih peserta dengan latihan nafas dalam saat
menghadapi situasi tidak nyaman secara emosional. Pada akhir fase
anggota diminta membuat komitmen untuk perkembangan emosi dan
psikososialnya.

2.10.6 Sesi Keenam


Sharing Pengalaman setelah dilatih untuk meningkatkan perkembangan
intimasi : pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah menanyakan cara
stimulasi yang telah diajarkan dan apa manfaatnya bagi diri sendiri serta
berbagi pengalaman antar anggota mengenai stimulasi perkembangan yang
telah dilakukan selama ini

BAB III
IMPLEMENTASI TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK

Pada bab ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi kelompok
terpeutik pada masing masing sesi dan bagaimana melakukannya.

3.1 SESI I : Penjelasan Konsep Perkembangan Dewasa Muda


3.1.1 Tujuan
3.1.1.1 Klien mengetahui perkembangan yang dicapai dan masalah yang
dihadapi
3.1.1.2 Klien menyampaikan pendapat tentang ciri perkembangan dewasa
muda yang sehat/normal yang merupakan tugas perkembangan
yang harus dicapai di usia dewasa muda.
3.1.1.3 Klien muda memahami penyimpangan perkembangan yang terjadi
pada dewasa muda
3.1.1.4 Klien menyampaikan pendapat tentang dampak yang bisa
ditimbulkan bila tugas perkembangan tidak tercapai.
3.1.1.5 Klien menyampaikan pendapat tentang pentingnya stimulasi
perkembangan usia dewasa muda.

3.1.2 Setting
1. Terapis dan klien dalam kelompok duduk bersama secara melingkar.
2. Tempat yang nyaman dan tenang.

3.1.3 Alat
Leaflet tentang stimulasi perkembangan dewasa muda yang berjudul
Perkembangan Dewasa Muda.

3.1.4 Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3.1.5 Langkah Kegiatan
3.1.5.1 Persiapan
a. Membuat kontrak dengan Klien
b. Mempersiapkan alat dan tempat untuk melakukan
pertemuan
3.1.5.2 Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada kelompok
Perkenalkan nama dan nama panggilan terapis (pakai
papan nama)
Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan
masing-masing anggota kelompok
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anggota kelompok
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu ciri-ciri perkembangan
usia dewasa muda yang sehat/normal dan yang mengalami
penyimpangan, dan stimulasi perkembangan pada dewasa
muda, serta pentingnya mencapai perkembangan dewasa
muda yang optimal.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : terapi ini terdiri dari 6
sesi dan setiap anggota harus mengikuti setiap sesi. Jika ada
anggota kelompok yang ingin meninggalkan kelompok
harus meminta izin pada terapis, lama kegiatan 30 menit,
setiap anggota kelompok mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai.

3.1.5.3 Tahap Kerja


a. Terapis meminta anggota kelompok untuk mengungkapkan
mengenai ciri seseorang yang memiliki perkembangan yang
sehat/normal pada usia dewasa muda.
b. Terapis mendiskusikan ciri perkembangan yang sehat pada
dewasa muda yang merupakan tugas perkembangan psikososial
mencapai intimasi yang harus dicapai oleh setiap mahasiswa
dewasa muda, dan dampaknya bila gagal menyelesaikan tugas
perkembangan tersebut. Jelaskan pula arti dan pentingnya
stimulasi untuk mencapai tugas perkembangan tersebut.
c. Beri kesempatan pada anggota kelompok untuk
mengungkapkan pendapat tentang stimulasi perkembangan
intimasi pada usia dewasa muda.
d. Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.

3.1.5.4 Tahap Terminasi


a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
kegiatan
Terapis memberikan pujian kepada kelompok
b. Tindak Lanjut
Memotivasi Klien untuk lebih memahami mengenai
kebutuhan stimulasi perkembangan psikososialnya di usia
dewasa muda .
c. Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang
yaitu mengenai stimulasi perkembangan psikososial dewasa
muda pada aspek biologis dan psikoseksual.

3.1.5.5 Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan,
keterlibatan dan proses pelaksanaan secara keseluruhan.

Format Evaluasi
Sesi I Pengkajian dan Diskusi Perkembangan Dewasa Muda

No Penilaian Ya Tidak
1 Menyampaikan perkembangan yang dicapai dan
masalah yang dihadapi
2 Menyampaikan ciri-ciri dan tugas perkembangan
dewasa muda yang sehat
3 Menyampaikan pendapat tentang penyimpangan
perkembangan dewasa muda

3.2 SESI II : stimulasi perkembangan biologis dan psikoseksual


3.2.1 Tujuan
3.2.1.1 Klien mengetahui dan mampu menstimulasi perkembangan biologi
dan psikoseksual
3.2.1.2 Klien memahami cara mengontrol diri sebagai konsekwensi
perkembangan biologi dan psikoseksualnya
3.2.1.3 Klien mampu mengeksplorasi dan membuat komitmen terhadap
perkembangan biologis/fisik dan psikoseksual

3.2.2 Setting
1. Terapis dan Klien dalam kelompok duduk bersama
2. Tempat yang nyaman dan tenang

3.2.3 Alat
1. Buku kerja
2. Alat tulis
3. Leaflet Perkembangan Dewasa Muda
4. Leaflet Gaya hidup sehat.

3.2.4 Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

3.2.5 Langkah Kegiatan


3.2.5.1 Persiapan
a. Membuat kontrak dengan anggota kelompok
b. Mempersiapkan alat dan tempat pelaksanaan kegiatan

3.2.5.2 Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada anggota kelompok
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anggota kelompok
Menanyakan kembali pemahaman anggota kelompok
tentang kebutuhan untuk mencapai perkembangan dewasa
muda yang normal.
Menanyakan kembali tentang aspek aspek perkembangan
yang harus dicapai oleh individu dewasa muda.
Menanyakan kembali penyimpangan perilaku yang bisa
diakibatkan jika perkembangan psikoseksual tidak tercapai.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mendiskusikan tentang
pengembangan biologis dan psikoseksual
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada anggota
kelompok yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta ijin pada fasilitator (terapis), lama kegiatan 30 - 45
menit, setiap anggota kelompok mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai.

3.2.5.3 Tahap Kerja


a. Terapis memberikan kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan pendapat mengenai perkembangan biologis
dan psikoseksual yang dirasakannya saat ini.
b. Berikan kesempatan pada klien untuk berbagi pengalamannya
tentang stimulasi yang sudah didapatkannya baik dari
keluarga, lingkungan kampus maupun lingkungan masyarakat
terkait dengan perkembangan biologis dan psikoseksual.
c. Diskusi tentang cara menjaga kesehatan badan, kebiasaan
hidup sehat dan bersih, dan olahraga secara teratur.
d. Diskusi cara mengontrol hasrat seksual dan akibatnya bila
mengabaikan
e. Beri pujian/penghargaan bila cara yang diungkapkan sudah
tepat.
f. Berikan kesimpulan tentang mencapai perkembangan biologis
dan psikoseksual dewasa muda.
g. Membuat komitmen terhadap perkembangan fisik dan
psikoseksual.

3.2.5.4 Tahap Terminasi


a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
kegiatan
Terapis memberikan pujian kepada kelompok
b. Tindak Lanjut
Memotivasi anggota kelompok untuk mencoba
menerapkan cara-cara mencapai perkembangan biologis
dan psikoseksual yang telah dibahas dalam kelompok.
c. Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang
yaitu mengenai stimulasi perkembangan kognitif dan
bahasa

3.2.5.5 Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan,
keterlibatan dan proses pelaksanaan secara keseluruhan
Format Evaluasi
SESI II ; Stimulasi Perkembangan Biologis dan Psikoseksual

No Penilaian Ya Tidak
1 Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan
biologis dan psikoseksual
2 Menyampaikan cara mengontrol perubahan-
perubahan biologis dan psikoseksual
3 Mengeksplorasi dan membuat komitmen
terhadap perkembangan fisik dan psikoseksual

3.3 SESI III : Stimulasi perkembangan kognitif, bahasa dan bakat serta
kreativitas
3.3.1 Tujuan
3.3.1.1 Klien mengetahui cara menstimulasi perkembangan kognitif,
bahasa dan bakat serta kreativitas
3.3.1.2 Klien mampu menstimulasi perkembangan kognitif, bahasa dan
bakat serta kreativitas
3.3.1.3 Klien mampu mengeksplorasi dan membuat komitmen terhadap
perkembangan kognitif, bahasa dan bakat serta kreativitas.

3.3.2 Setting
1. Terapis dan anggota kelompok duduk bersama
2. Tempat yang nyaman dan tenang

3.3.3 Alat
1. Buku kerja
2. Alat tulis
3. Leaflet Menjadi Pribadi Unggulan
4. Materi tentang Tuliskan Mimpimu

3.3.4 Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3.3.5 Langkah Kegiatan
3.3.5.1 Persiapan
a. Membuat kontrak dengan anggota kelompok
b. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
3.3.5.2 Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada anggota kelompok
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anggota kelompok
Menanyakan kembali pada anggota kelompok mengenai
cara perkembangan biologis dan psikoseksual
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menstimulasi
perkembangan kognitif dan bahasa
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu: Jika ada anggota
yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin
pada fasilitator/terapis, lama kegiatan 45-60 menit setiap
anggota kelompok mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.

3.3.5.3 Tahap Kerja


a. Berdiskusi dan berbagi pengalaman tentang stimulasi
perkembangan kognitif, bahasa dan bakat serta kreativitas
yang pernah diperoleh dari keluarga, kampus, maupun
masyarakat.
b. Berikan umpan balik positif bagi peserta yang mau
mengungkapkan pendapatnya.
c. Menonton video cuplikan tentang Tuliskan Mimpimu
d. Berikan kesempatan mahasiswa untuk mengungkapkan inti
dari video tersebut.
e. Berikan umpan balik positif bagi mahasiswa yang mau
mengungkapkan hasil pemikirannya.
f. Memberikan pertanyaan pada mahasiswa jika tidak dapat
mencapai target mimpinya, apa yang akan dilakukan oleh
klien, dan bagaimana caranya ?
g. Memberikan umpan balik positif bagi peserta.
h. Menjelaskan stimulasi kognitif, bahasa dan bakat serta
kreativitas yang dapat dilakukan oleh dewasa muda, mislanya
menjelaskan bagaimana menjadi manusia yang unggul, yaitu
dengan mengetahui potensi diri, melatih potensi yang dimiliki
dengan rajin membaca buku (minimal 1-2 jam sehari),
mengikuti berita terkini baik dalam maupun luar negeri,
berani mengungkapkan pendapat, mengkritik dan
mengajukan usul yang baik, dan latihan memberikan
penolakan dengan tidak menyinggung perasaan orang yang
ditolak (latihan asertif), serta belajar menguasai bahasa asing.
i. Memberikan kesempatan bagi peserta untuk bertanya akan
hal-hal yang kurang dimengerti.
j. Berikan kesimpulan tentang stimulasi kognitif, bahasa dan
bakat serta kreativitas
k. Membuat komitmen terhadap perkembangan kognitif bahasa
dan bakat serta kreativitas.

3.3.5.4 Tahap Terminasi


i. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan anggota kelompok
setelah mengikuti kegiatan
Terapis memberikan pujian kepada kelompok
j. Tindak Lanjut
Menganjurkan dan memotivasi anggota kelompok
untuk mencoba latihan asertif yang sudah dipelajari,
dan menggunakan dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari, serta melatih kecerdasan dengan
banyak membaca dan melatih potensi diri agar semakin
optimal.
k. Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang
yaitu mengenai stimulasi perkembangan moral dan
spiritual.

3.3.5.5 Evaluasi dan Dokumentasi


Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.

Format Evaluasi
Sesi III : Stimulasi Perkembangan Kognitif, Bahasa dan
Bakat serta Kreativitas

No Penilaian Ya Tidak
1 Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan
kognitif, bahasa dan bakat serta kreativitas
2 Mengikuti permainan stimulasi perkembangan
kognitif, bahasa dan bakat serta kreativitas
3 Mampu mengeksplorasi dan membuat komitmen
terhadap perkembangan kognitif, bahasa dan
bakat serta kreativitas
3.4 SESI IV : Stimulasi perkembangan moral dan spiritual
3.4.1 Tujuan :
3.4.1.1 Setelah kegiatan dilakukan, diharapkan klien dalam kelompok
mampu menstimulasi perkembangan moral dan spiritual.
3.4.1.2 Setelah kegiatan, diharpkan klien mampu mengeskporasi dan
membuat komitmen terhadap perkembangan moral dan spiritual
3.4.2 Setting
1. Terapis dan anggota kelompok duduk bersama
2. Tempat yang nyaman dan tenang

3.4.3 Alat
1. Buku Kerja
2. Alat tulis

3.4.4 Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

3.4.5 Langkah Kegiatan


3.4.5.1 Persiapan
a. Membuat kontrak dengan anggota kelompok
b. Mempersiapkan alat dan tempat kegiatan
3.4.5.2 Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada anggota kelompok
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anggota kelompok
Menanyakan kembali pemahaman anggota kelompok
mengenai stimulasi perkembangan dari sesi 1 3.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi
perkembangan moral dan spiritual.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada anggota
kelompok yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta ijin pada terapis, lama kegiatan 45 menit,
setiap anggota kelompok mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai.

3.4.5.3 Tahap Kerja


a. Memberikan kesempatan pada anggota kelompok untuk
mengungkapkan cara-cara yang harus dilakukan untuk
menstimulasi perkembangan moral dan spiritual.
b. Memberikan kesempatan pada anggota kelompok untuk
mengungkapkan cara yang sudah dilakukan dalam
menstimulsasi perkembangan moral dan spiritual.
c. Memberikan umpan balik positif bagi anggota kelompokyang
mau mengungkapkan pendapatnya dengan baik.
d. Menayangkan video cuplikan film The Virgin 3 dan Ketika
Cinta Bertasbih yang berisi tentang nilai-nilai moralitas dan
spiritual dewasa muda.
e. Memberikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk
mengungkapkan isi tayangan kedua video tersebut tentang
nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
f. Memberikan kesempatan untuk bertanya pada anggota
kelompok
g. Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.
h. Membuat komitmen terhadap perkembangan moral dan
spiritual yang dilakukan.

3.4.5.4 Tahap Terminasi


a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan anggota kelompok setelah
mengikuti kegiatan.
Terapis memberikan pujian kepada kelompok
b. Tindak Lanjut
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TKT sesi
4, memberikan umpan balik positif atas kerjasama klien
yang baik.
c. Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang
yaitu mengenai stimulasi perkembangan emosi dan
psikososial.

3.4.5 5 Evaluasi dan Dokumentasi


Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.

Format Evaluasi
Sesi IV ; Stimulasi Perkembangan Moral dan Spiritual

No Penilaian Ya Tidak
1 Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan
moral dan spiritual
2 Mengikuti permainan stimulasi perkembangan
moral dan spiritual
3 Mampu mengeksplorasi dan membuat komitmen
terhadap perkembangan moral dan spiritual

3.5 SESI V : Stimulasi perkembangan emosi dan psikososial


3.5.1 Tujuan
1. Klien setelah kegiatan, diharapkan mampu untuk menstimulasi
kemampuan perkembangan emosi dan psikososial dewasa muda.
2. Klien setelah kegiatan membuat komitmen dalam perkembangan emosi
dan spikososial

3.5.2 Setting
1. Terapis dan anggota kelompok duduk bersama
2. Tempat yang nyaman dan tenang

3.5.3 Alat
1. Buku kerja
2. Alat tulis
3. Leaflet anger management

3.5.4 Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Role play

3.5.5 Langkah Kegiatan


2.5.5.1 Persiapan
a. Membuat kontrak dengan anggota kelompok
b. Mempersiapkan alat dan tempat kegiatan
2.5.5.2 Oreintasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada anggota kelompok
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anggota kelompok
Menanyakan kembali pemahaman anggota kelompok
mengenai stimulasi perkembangan dari sesi 1 4.
c. Kontrak :
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi
perkembangan emosi dan psikososial.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada anggota
kelompok yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta ijin pada fasilitator/terapis, lama kegiatan 45-
60 menit, setiap anggota kelompok mengikuti kegiatan
dari awal sampai selesai.

2.5.5.3 Kerja
a. Berikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk
mengungkapkan pengalamannya dalam menstimulasi
perkembangan emosi dan psikososial.
b. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk
menceritakan hal-hal yang sudah dilakukannya saat
menghadapi masalah emosional.
c. Melakukan latihan untuk mengendalikan marah dengan
menggunakan anger management.
d. Berikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk
mengungkapkan cara mereka menjalin pertemanan atau
persahabatan, pengalaman saat memulai hubungan dengan
lawan jenis atau saat mereka berpisah/putus dengan pacar.
e. Berikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk
mengemukakan pendapatnya mengenai intimasi
f. Berikan penjelasan mengenai intimasi, membina hubungan
intim dengan orang tua, teman maupun lawan jenis.
g. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk bertanya.
h. Menanyakan kembali pada anggota kelompok mengenai
intimasi dan anger management.
i. memberikan umpan balik posititf bagi peserta yang mau
mengungkapkan pendapatnya.

2.5.5.4 Terminasi
a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan anggota kelompok
setelah mengikuti kegiatan.
Terapis memberikan pujian kepada kelompok
b. Tindak Lanjut
Menganjurkan pada anggota kelompok untuk
menggunakan anger management untuk mencapai
perkembangan emosional yang optimal di usia dewasa
muda.
Menganjurkan pada anggota kelompok untuk
meningkatkan kemampuan dalam membina persahabatan
dan kemampuan intimasi.
Mengajak anggota kelompok yang lain untuk melakukan
stimulasi perkembangan emosi dan psikososial yang telah
dipelajari dalam kegiatan.
c. Kontrak akan datang
Menyepakati kegiatan, waktu, dan tempat, serta topik yang
akan datang yaitu evaluasi dan sharing pengalaman
tentang kegiatan stimulasi dewasa muda yang telah
dilakukan

2.5.5.5 Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan,
keterlibatan dan proses pelaksanaan secara keseluruhan

Format Evaluasi
SESI V ; Stimulasi Perkembangan emosi dan psikososial

No Penilaian Ya Tidak
1 Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan
emosi dan psikososial
2 Mengikuti permainan stimulasi perkembangan
emosi dan psikososial
3 Mampu mengeksplorasi dan membuat komitmen
terhadap perkembangan emosi dan psikososial

3.6 SESI VI : Sharing Persepsi dan pengalaman tentang kegiatan stimulasi dewasa
muda yang telah dilakukan

3.7.1 Tujuan
Setelah kegiatan dilakukan, diharapkan mahasiswa dalam kelompok mampu :
1. Berbagi pengalaman dalam memberikan stimulasi perkembangan yang
telah dipelajari selama sesi 1 6
2. Memahami pentingnya stimulasi perkembangan psikososial pada usia
dewasa muda.
3.7.2 Setting
1. Terapis dan anggota kelompok duduk bersama
2. Tempat yang nyaman dan tenang

3.7.3 Alat
Leaflet tentang stimulasi perkembangan dari berbagai aspek
perkembangan yang telah dipelajari sebelumnya.

3.7.4 Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

3.7.5 Langkah Kegiatan


3.7.5.1 Persiapan
a. Membuat kontrak dengan anggota kelompok
b. Mempersiapkan alat dan tempat kegiatan
3.7.5.2 Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada anggota kelompok
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anggota kelompok
Menanyakan kembali pemahaman anggota kelompok
mengenai stimulasi perkembangan dari sesi 1 5.

c. Kontrak :
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu evaluasi dan berbagi
pengalaman tentang cara memberikan stimulasi
perkembangan yang telah dipelajari.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada anggota
kelompok yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta ijin pada fasilitator/terapis, lama kegiatan 45
menit, setiap anggota kelompok mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai.

3.7.5.3 Tahap Kerja :


a. Beri kesempatan pada anggota kelompok untuk
mengungkapkan pendapat mengenai stimulasi perkembangan
yang dipelajari bersama.
b. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk
berbagi pengalaman tentang manfaat yang didapatkan
setelah pelatihan kelompok ini.
c. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk
bertanya tentang hal-hal yang masih belum dipahami.
d. Berikan kesempatan anggota kelompok untuk berbagi dan
saling memberi masukan tentang tehnik tehnik dalam
melakukan stimulasi perkembangan yang selama ini
dilakukan.
e. Beri kesempatan pada anggota kelompok untuk
menyampaikan dampak jika individu dewasa muda tidak
melakukan stimulasi perkembangan psikososial dewasa
muda .
f. Beri pujian/penghargaan atas kemampuan anggota
kelompok dalam menjawab dan berbagi pengalaman.
g. Beri kesempatan pada anggota kelompok untuk
mengekspresikan perasaannya mengenai suka duka selama
mengikuti kegiatan terapi kelompok terapeutik ini, dan
harapan-harapan anggota kelompok serta komitmen tiap
individu untuk selanjutnya menghadapi hari-hari
selanjutnya setelah terminasi kelompok.
h. Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas

3.7.5.4 Terminasi
a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan anggota kelompok
setelah mengikuti kegiatan.
Terapis memberikan pujian kepada kelompok

b. Tindak Lanjut
Menganjurkan pada anggota kelompok untuk selalu
melakukan stimulasi untuk mencapai perkembangan
psikososial yang optimal di usia dewasa muda.
Mengajak anggota kelompok yang lain untuk melakukan
stimulasi perkembangan psikososial : intimasi seperti yang
telah dipelajari dalam kegiatan.
c. Kontrak akan datang
Mengakhiri kontrak pertemuan, kesepakatan akan dibuat
kembali jika diperlukan.

3.7.5.5 Evaluasi dan Dokumentasi


Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.

Format Evaluasi
SESI VI ; Evaluasi Manfaat dan Stimulus yang sudah dilakukan

No Penilaian Ya Tidak
1 Berbagi pengalaman tentang manfaat yang dirasakan
selama kegiatan 6 sesi
2 Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dan
kegiatan yang telah dilakukan di rumah, kampus, dan
masyarakat untuk meningkatkan perkembangannya
3 Mampu mengeksplorasi semua potensi yang dimiliki,
nilai-nilai, keyakinan dan membuat komitmen
terhadap pilihan yang positif dan disenangi

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sepanjang kehidupannya manusia terus berkembang yang dimulai sejak dia
lahir sampai dia lanjut usia, bahkan sampai dia akan meninggal sekalipun.
Guna menjalani kehidupannya manusia belajar dari sejak lahir sampai dia
lanjut usia agar mampu menjalankan tugas perkembangannya dengan baik,
termasuk masa usia dewasa muda. Menurut Notoatmodjo (2007),
terbentuknya perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan proses
interaksi dengan lingkungan melalui suatu proses belajar. Perubahan perilaku
merupakan hasil dari proses belajar.

Setiap orang tidak terlepas dari proses belajar, bahkan manusia sebenarnya
harus memegang prinsip belajar seumur hidup atau sepanjang masa. Dimana
kehidupan itu dipelajari dari pengalaman yang membuat individu menjadi
bertambah dewasa dan semakin matang dari waktu ke waktu. Berbagai metoda
diterapkan dalam proses belajar baik secara individu, kelompok maupun
dalam kelompok massa atau komunitas.

Untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan perkembangan usia dewasa muda,


agar mereka dapat menjalankan kehidupannya dengan optimal, mereka perlu
latihan atau stimulasi melalui terapi kelompok terapeutik, dimana dalam terapi
kelompok terapeutik ini membutuhkan peran serta individu secara. Selain itu,
peran perawat sebagai terapis juga sangat berpengaruh. Bagaimana perawat
memodifikasi kegiatan dalam kelompok agar menarik dan tidak membosankan
adalah hal yang harus diperhatiakn oleh terapis sehingga menimbulkan rasa
ingin tahu dan motivasi yang tinggi dari tiap anggota untuk mengikuti setiap
kegiatan kelompok yang telah direncanakan.

4.2 Saran

7. Kerjasama antara terapis dan individu dalam kelompok harus


berkesinambungan guna tercapai pemenuhan kebutuhan perkembangan
mahasiswa dewasa muda yang optimal.
8. Modul ini masih perlu perbaikan untuk kesempurnaan isi modul ini.
DAFTAR PUSTAKA
Berk. (2005). Development through the life span (2th Ed.). USA : Allyn & Bacon
Bahari, Kissa (2010). Modul terapi kelompok terapeutik pada remaja. Depok:
FIK UI (tidak dipublikasikan).
Depkes.(2003). Buku pedoman kesehatan jiwa. Jakarta : Depkes
FIK (2011). Draft Terapi Kelompok Terapeutik. Depok: FIK-UI (tidak
dipublikasikan)
Hapsah.(2010). Modul terapi kelompok terapeutik pada perempuan paruh
baya. Depok: FIK UI (tidak dipublikasikan).

International team of therapists for kids, teens, adults, & couples. (2010).
Group therapy. 18 Maret 2010. Error! Hyperlink reference not
valid..
Notoatmojo,S.(2003).Pendidikan dan perilaku kesehatan.Jakarta: Reneka Cipta

Papalia, Diane E, Old Sally Wendkos and Feldman, Ruth Duskin. ( 2008). Human
development (psikologi Perkembangan) bagian V s/d IX edisi
kesembilan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Slavin, Roberta L. (2000). Group, Vol 26, No 4. 18 Maret 2010.
http://www.group-
psychotherapy.com/articles/slavinrl01.htm.
Stuart. (2009). Principle and practice of psychiatric nursing (8 th ed.) Missouri :
Elsevier Mosby.
Townsend, C.M. (2009). Essentials of psychiatric mental health nursing (5th ed.).
Philadelphia: F.A. Davis Company.

WHO. (2005). Briefing note on tsunami affected region. 20 Maret 2010.


www.who.int.
Universitas Indonesia

MODUL
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
DEWASA PERTENGAHAN

Tim Penyusun:

Ega Agustine, S.Kep., Ns


Novy Helena C.D, S.Kp., M.Sc (Pembimbing I)
Dewi Gayatri, SKp M.Kes (Pembimbing II)

UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
DEPOK,
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan

Karunia-Nya sehingga Modul Terapi kelompok terapeutik bagi perempuan paruh

baya ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Penulis menyadari masih banyak yang perlu diperbaiki guna lebih

menyempurnakan modul ini, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih

yang setulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam

penyusunan modul ini.

1. Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia.

2. Ibu Krisna Yetti, SKp, M. App. Sc, selaku Ketua Program Pascasarjana

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

3. Prof. Achir Yani S. Hamid, DN.Sc., selaku pembimbing I tesis yang telah

membimbing penulis dengan sabar, tekun, bijaksana dan sangat cermat

memberikan masukan serta motivasi dalam penyelesaian modul ini.

4. Ibu Herni Susanti, MN, selaku pembimbing II tesis, yang membimbing

penulis dengan sabar, tekun, bijaksana dan juga sangat cermat memberikan

masukan serta motivasi dalam penyelesaian modul ini.

5. Rekan-rekan angkatan IV Program Magister Kekhususan Keperawatan Jiwa.


6. Suami, anak dan keluargaku tersayang yang telah memberikan motivasi dan

doa untuk membantu memberikan dukungan dalam menyelesaikan modul ini.

7. Semua pihak yang telah memberikan dorongan selama penyelesaian modul

ini.

Semoga amal dan budi baik Bapak dan Ibu mendapat pahala yang berlimpah dari

Tuhan Yang Maha Esa. Mudah-mudahan modul ini bermanfaat bagi upaya

peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan jiwa.

Depok, Maret 2010

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................................. i
Kata pengantar .................................................................................................... ii
Daftar isi .............................................................................................................. iv
Bab I Pendahuluan ........................ 1
a. Latar belakang ............ 1
b. Tujuan .......................... 3
c. Sistematika Penulisan .......................................................................... 3
Bab II Pedoman pelaksanaan Terapi kelompok terapeutik ...................... 4
a. Pengertian Terapi kelompok terapeutik ............................................. 4
b. Tujuan Terapi kelompok terapeutik ....................... 5
c. Prinsip Terapi kelompok terapeutik ................... 5
d. Karakteristik Terapi kelompok terapeutik ......................................... 6
e. Aturan Terapi kelompok terapeutik ..................... .. 6
f. Keanggotaan Terapi kelompok terapeutik .................. 6
g. Waktu pelaksanaan Terapi kelompok terapeutik .. 7
h. Tempat pelaksanaan Terapi kelompok terapeutik........................ 7
i. Pelaksanaan Terapi kelompok terapeutik............. 7
Bab III Implementasi Terapi kelompok terapeutik .............. 11
a. Sesi 1...........................................11
b. Sesi 2.................................. 14
c. Sesi 3.................................. 17
d. Sesi 4.................................................. 22
e. Sesi 5 ................................................................................................. 25
Bab IV Penutup ................................................................................................ 29
a. Kesimpulan ....................................................................................... 29
b. Saran ................................................................................................. 30
Daftar Pustaka
Lampiran

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembinaan kesehatan perempuan paruh baya di awal usia pertengahan


ditujukan untuk membantu individu mencapai kebahagiaan dan kesuksesan di
pertengahan usianya tersebut. Sehingga dampak yang ditimbulkan oleh
kegagalan usia perempuan paruh baya menjalani kehidupan di pertengahan
usia tersebut seperti gangguan kesehatan fisik dan mental dapat dicegah dan
otomatis akan mengurangi beban kerja masyarakat dan negara. Oleh larena
itu, diperlukan upaya yang nyata baik oleh pemerintah, tenaga kesehatan, para
kader maupun individu sendiri untuk dibekali ilmu dan praktek tentang
perkembangan psikososial, stimulasi dan deteksi dini pada usia paruh baya.

Usia perempuan paruh baya merupakan periode kritis karena pada masa ini
krisis besar terjadi. Masa kritis adalah masa dimana individu berusaha untuk
mengatasi kesenjangan antara masa lalu dan masa depan yang mengancam
kontinuitas kehidupannya (Levinson, 1978; Berk, 2005.). Masa krisis yang
ditakuti dilihat dari seluruh periode kehidupan manusia adalah masa
perempuan paruh baya karena pada masa ini krisis besar terjadi (Hurlock,
2003).

Krisis perempuan paruh baya seringkali lebih dikenal dengan istilah puber
kedua. Sebagaimana halnya dengan masa pubertas yang dialami remaja,
puber kedua ini terkait dengan terjadinya perubahan fisik yang signifikan
dalam diri individu. Perbedaannya, karakter utama perubahan fisik pada masa
remaja adalah penambahan kapasitas, sementara perubahan fisik pada usia
perempuan paruh baya yang ditandai dengan penyusutan kapasitas. Puber
pertama merupakan masa perpindahan dari seorang anak menjadi seorang
remaja, sementara puber kedua adalah tahapan dari seorang dewasa berpindah
menjadi tua. Berbeda dengan masa puber pertama yang ditunggu-tunggu dan
disambut dengan suka cita, masa puber kedua justru menjadi masa-masa di
mana seseorang dihinggapi rasa takut dan keraguan diri, yaitu takut menjadi
tua, takut menjadi tidak menarik lagi,1takut mati, takut tidak berguna lagi,
takut tidak kuat lagi, dan sebagainya.
Individu perempuan paruh baya yang mampu menyelesaikan tugas
perkembangannya dengan baik di masa tersebut akan mencapai generativitas
dan memiliki rasa puas serta bahagia menjalani kehidupannya. Tapi,
sebaliknya, bila ia gagal mencapai tugas perkembangannya, ia akan
mengalami stagnasi. Beberapa ciri yang nampak pada individu yang
mengalami stagnasi antara lain : tidak ingin berkonstribusi terhadap
kesejahteraan masyarakat (tidak berjiwa sosial) karena ia tetap merasa aman
dan nyaman di atas penderitaan orang lain; kepekaan diri yang kurang
ditunjukkan dengan kurangnya perhatian dan keterlibatannya pada perawatan
anak-anak misalnya pada anaknya sendiri; lebih terfokus pada apa yang bisa
didapatkannya dari orang lain dibanding apa yang bisa diberikannya; kurang
tertarik pada pekerjaan yang produktif; kurang tertarik mengembangkan
kemampuan ataupun membuat hidup lebih baik (Hamcheck, 1990; Laura &
Berk, 2005). Ciri-ciri stagnasi dapat mengarah pada terjadinya depresi
sebagai akibat akumulasi keputusasaan karena gagal mencapai tugas
perkembangannya. Hal ini tentunya bisa memicu terjadinya bunuh diri.
Dengan demikian terlihat betapa buruknya dampak yang bisa ditimbulkan bila
individu perempuan paruh baya tidak dibekali dengan ilmu untuk menghadapi
krisis di pertengahan usianya tersebut. Hal ini menjadikan alasan betapa
pentingnya memberikan perhatian khusus terhadap perempuan paruh baya yang
baru memasuki awal perempuan paruh baya untuk menghadapi tantangan besar
yang akan datang dalam hidupnya melalui pendidikan stimulasi yang diberikan.

Stimulasi merupakan rangsangan yang diberikan kepada individu yang dapat


dilakukan oleh individu sendiri melalui kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan pencapaian kesehatan fisik dan mental serta sosial. Oleh karena
itu, sebagai tenaga kesehatan, seorang perawat hendaknya mengetahui dan
mampu memandirikan individu perempuan paruh baya melalui pemberian
terapi stimulasi perkembangan usia paruh baya di tatanan pelayanan yang
menjadi tanggung jawabnya.

B. Tujuan Umum
Agar individu perempuan paruh baya mengetahui dan dapat melakukan
stimulasi perkembangan dalam rangka mencapai kesehatan yang optimal.

C. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari makalah ini terdiri dari :


Bab I : Pendahuluan
Bab II : Pedoman Pelaksanaan Terapi kelompok terapeutik
Bab III : Implementasi Terapi kelompok terapeutik perempuan paruh
baya.
Bab IV : Kesimpulan
Daftar Pustaka

BAB II

PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK

PADA PEREMPUAN PARUH BAYA


Terapi Kelompok Terapeutik merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat
dilakukan pada berbagai situasi dan kondisi di antaranya pada individu yang
memasuki usia paruh baya. Berikut ini akan disampaikan konsep terapi kelompok
terapeutik.

I. Pengertian

Kelompok adalah individu yang memiliki hubungan antara satu dengan yang
lainnya, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart &
Laraia, 2005). Sedangkan terapi kelompok terapeutik merupakan salah satu
jenis dari terapi kelompok yang memberi kesempatan kepada anggotanya
untuk saling berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, dan
untuk menemukan cara menyelesaikan masalah serta mengantisipasi masalah
yang akan dihadapi dengan mengajarkan cara yang efektif untuk
mengendalikan stres. Kelompok terapeutik lebih berfokus pada hubungan di
dalam kelompok, interaksi antara anggota kelompok dan mempertimbangkan
isu yang selektif (Townsend, 2009).

Menurut Shives (1998), kelompok terapeutik berfokus pada masalah stres


emosional yang dapat diakibatkan munculnya penyakit fisik, krisis
perkembangan atau menurunnya penyesuaian sosial. Dalam kelompok akan
terjadi interaksi dalam kelompok yang secara bersama-sama berbagi demi
tercapainya tujuan kelompok yang mencerminkan tujuan individu.

J. Tujuan Terapi Kelompok Terapeutik4

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pemberian terapi kelompok
terapeutik, antara lain :

a. Membantu anggotanya mengatasi stres dalam kehidupan, berfokus pada


disfungsi perasaan, pikiran dan perilaku (Stuart & Laraia, 2005).

b. Menawarkan dukungan kepada pasien dari seseorang terapis selama


periode krisis, atau dekompensasi sementara, memulihkan dan
memperkuat pertahanan sementara serta mengintegrasikan kapasitas yang
telah terganggu (Kaplan dkk, 1996).

c. Mempertahankan homeostasis terhadap adanya perubahan yang tidak


diperkirakan sebelumnya maupun kejadian yang terjadi secara bertahap
(Montgomery, 2002).

d. Menurunkan rasa terisolasi, meningkatkan penyesuaian kembali dan juga


hubungan bagi komunitas yang bermasalah serta meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah (Gardner and Laselle, 1997; Shives
1998).

Dari berbagai tujuan tersebut maka bisa diasumsikan bahwa tujuan terapi
kelompok teraputik pada perempuan paruh baya yaitu untuk membantu paruh
bayadalam mencapai tugas perkembangannya secara bersama dalam
kelompok dan saling bertukar pengalaman dalam memberikan solusi dalam
mencapai generativitas yang optimal.

K. Indikasi Terapi Kelompok Terapeutik

Terapi kelompok terapeutik dapat dilakukan pada mereka yang mengalami


stres emosional, penyakit fisik krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian
sosial (wanita hamil, individu yang kehilangan dan penyakit terminal). Terapi
kelompok terapeutik perkembangan dewasa tengah atau pada usia tertentu
diarahkan pada peningkatan potensi yang dimiliki guna mencapai tahap
tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan umur.

L. Prinsip Terapi Kelompok Terapeutik

Prinsip terapi kelompok terapeutik ada beberapa yaitu segera menolong klien,
melibatkan dukugan keluarga dan sistem sosial, berfokus pada kondisi saat
ini, menurunkan stres dengan cara memberikan dukungan atau menggunakan
obat obatan bila dianggap penting, menggunakan tehnik klarifikasi dan
pemecahan masalah, membantu pasien untuk mengatasi krisis dimasa yang
akan datang dan secepatnya mencari pertolongan bila mengalami stres.
M. Karakteristik Terapi Kelompok Terapeutik

Kelompok kecil berjumlah 10 orang, perempuan paruh baya yang berusia 40


50 tahun, berpartisipasi penuh, mempunyai otonomi, keanggotaan sukarela
dan saling membantu untuk berbagi pengalaman dalam kelompok nantinya.

N. Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik

Aturan dalam Terapi Kelompok Terapeutik adalah sebagai berikut :

7. Kooperatif,.
8. Menjaga keamanan dan keselamatan kelompok
9. Mengekspresikan perasaan dan keinginan berbagi pengalaman
10. Penggunaan waktu efektif dan efisien.
11. Menjaga kerahasiaan
12. Mempunyai rasa memiliki, berkontribusi, dapat menerima satu sama lain,
mendengarkan, mempunyai kebebasan, loyalitas, dan mempunyai
kekuatan.
O. Keanggotaan

Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Terapi Kelompok


Terapeutik ini adalah :

Perempuan paruh baya yang berusia 40 50 tahun, tidak sedang menderita


suatu penyakit/cacat fisik maupun mental, bisa membaca dan menulis, masih
memiliki pasangan hidup, memiliki anak (masih hidup), bersedia menjadi
responden dan kooperatif.

P. Waktu pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik

Waktu pelaksanaan sesuai dengan kesepakatan kelompok. Pertemuan setiap


sesi dilaksanakan dalam 1 hari dan hari berikutnya untuk sesi yang berbeda.
Kelima sesi diselesaikan dalam satu minggu. Alokasi waktu yang diperlukan
selama kegiatan adalah 45 - 90 menit.

Q. Tempat pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik


Tempat pelaksaanaan terapi ini menggunakan setting komunitas dapat
dilakukan dirumah salah satu keluarga, balai pertemuan, ataupun sarana
lainnya yang tersedia dimasyarakat seperti posyandu sesuai dengan
kesepakatan kelompok.

R. Pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik

Penelitian ini menggunakan dua referensi utama yaitu oleh Townsend (2008)
dan Stuart & Laraia (2005). Pada penelitian ini, Terapi Kelompok Terapeutik
diterapkan pada kelompok usia Paruh Baya. Tujuan yang diharapkan adalah
paruh baya mampu meningkatkan pengetahuan dalam memenuhi kebutuhan
tahap perkembangannya..

Adapun pertimbangan pemberian terapi ini antara lain; terapi ini dilakukan
pada kelompok perempuan paruh baya yang sehat, dimana setiap anggota
membutuhkan pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan
psikosialnya yaitu mencapai generativitas yang optimal. Metode yang
dilakukan adalah dinamika kelompok, diskusi, tanya jawab dan role play.

Strategi pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik dibagi menjadi lima sesi


(Modifikasi fase-fase perkembangan terapi kelompok terapeutik dari
Townsend (2009) dan Stuart & Laraia (2005) ) :

a. Sesi Pertama

Konsep stimulasi perkembangan psikososial : generativitas paruh baya :


Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan tentang
kesehatan jiwa, kesehatan fisik/tubuh, perkembangan psikososial paruh
baya serta hubungan ketiganya, ciri-ciri perkembangan paruh baya yang
normal dan menyimpang, dan bagaimana selama ini individu paruh baya
memenuhi kebutuhan perkembangannya. Hasil dari sesi pertama ini,
paruh baya mengetahui kebutuhan perkembangan psikososialnya,
penyimpangan perkembangan paruh baya, serta pentingnya stimulasi di
masa perkembangannya.
b. Sesi Kedua

Penerapan stimulasi perkembangan biologis dan psikoseksual paruh baya


: pada sesi ini, kegiatan yang dilakukan adalah :

1) Mendiskusikan tentang perubahan-perubahan fisik dan seksual yang


terjadi, perasaan dan pikiran terkait dengan perubahan yang dialami,
memberi kesempatan paruh baya mengungkapkan masalah dan
upaya dalam menjaga kesehatan serta membina dan
mempertahankan hubungan dengan pasangannya yang selama ini
dilakukan.

2) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan oleh paruh baya


untuk mampu menerima perubahan biologis dan menyeimbangkan
aspek psikoseksual yang terjadi dan bagaimana mengupayakan agar
tetap bugar dan sehat serta mempertahankan hubungan harmonis
dengan pasangan.

c. Sesi Ketiga

Penerapan stimulasi perkembangan sosial emosional paruh baya :


kegiatan yang dilakukan adalah :

1) Mendiskusikan dan saling sharing pengalaman tentang perubahan


peran yang dialami saat memasuki usia paruh baya dan saat ini peran
apa saja yang sedang dijalankan, apa yang dirasakan dan dipikirkan
terkait pengalaman tersebut.

2) Mendiskusikan dan mempraktekkan tentang cara berkomunikasi


yang baik dengan orang lain.

3) Mendiskusikan dan saling sharing pengalaman tentang cara


membina hubungan baik yang harmonis dengan anak untuk
mencegah dan mengatasi konflik antara keduanya serta bagaimana
mendidik anak menjadi dewasa.
4) Mendiskusikan tentang pengalaman menghadapi stres/masalah dan
bagaimana mengatasinya; mengajarkan teknik manajemen stres yang
sederhana seperti latihan nafas dalam.

5) Memotivasi anggota kelompok membagi pengetahuan yang dimiliki


kepada orang lain.

d. Sesi Keempat

Penerapan stimulasi perkembangan kognitif paruh baya : kegiatan yang


dilakukan adalah :

1. Memberikan kesempatan pada anggota kelompok untuk


menceritakan pengalamannya tentang kemampuan daya
ingat/memori saat ini dibanding sebelumnya dan bagaimana
perempuan paruh baya mempertahankan kemampuan tersebut.

2. Memberikan penjelasan tentang konsep daya ingat/memori serta


hubungannya dengan kemampuan pemecahan masalah.

3. Mendiskusikan cara pemecahan masalah kasus yang telah dibagikan


oleh fasilitator.

4. Memberikan penjelasan tentang langkah-langkah pemecahan


masalah pada kasus tersebut.

5. Memberikan penjelasan cara menstimulasi kemampuan


kognitif/memori di usia perempuan paruh baya (olahraga teratur,
konsumsi makanan bergizi, minum air putih minimal 8 gelas sehari,
banyak membaca, melatih daya ingat dan mengurangi stres dengan
latihan konsentrasi dan latihan berpikir positif, dan mengasah
kemampuan memecahkan masalah secara adaptif).

6. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk bertanya.


7. Melakukan cara menstimulasi perkembangan memori/daya ingat
yaitu latihan konsentrasi dan latihan berpikir positif.

8. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk berbagi


pengalaman tentang manfaat yang didapatkan setelah pelatihan
kelompok ini.

e. Sesi lima

Express feeling terkait pengalaman yang telah dilalui bersama dalam


kelompok, suka duka selama mengikuti kegiatan terapi kelompok
terapeutik ini, dan harapan-harapan anggota kelompok serta komitmen
tiap individu untuk selanjutnya menghadapi hari-hari selanjutnya setelah
terminasi kelompok.

BAB III

IMPLEMENTASI TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK

Pada bab ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi kelompok
terpeutik pada masing masing sesi dan bagaimana melakukannya.

SESI I : Penjelasan Konsep Perkembangan Generativitas Perempuan paruh


baya

7. Tujuan
a. Perempuan paruh baya menyampaikan pendapatnya tentang sehat jiwa dan
hubungannya dengan kesehatan fisik/tubuh dan perkembangan diri di usia
paruh baya.
b. Perempuan paruh baya menyampaikan pendapat tentang ciri
perkembangan paruh baya yang sehat/normal yang merupakan tugas
perkembangan yang harus dicapai di usia paruh baya.
c. Perempuan paruh baya menyampaikan pendapat tentang dampak yang bisa
ditimbulkan bila tugas perkembangan tidak tercapai.
d. Perempuan paruh baya menyampaikan pendapat tentang pentingnya
stimulasi perkembangan usia paruh baya.

8. Setting

a. Terapis dan individu perempuan paruh baya dalam kelompok duduk


bersama secara melingkar.

b. Tempat yang nyaman dan tenang.

9. Alat

Leaflet tentang stimulasi perkembangan generativitas perempuan paruh baya


yang berjudul Sehat Jiwa Di Usia Paruh Baya.

10. Metode

a. Dinamika kelompok

b. Diskusi dan tanya jawab

11. Langkah Kegiatan

a. Persiapan

1) Membuat kontrak dengan individu perempuan paruh baya

2) Mempersiapkan alat dan tempat untuk melakukan pertemuan

b. Orientasi
1) Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada kelompok individu perempuan paruh


baya.

Perkenalkan nama dan nama panggilan terapis (pakai papan nama)

Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan masing-masing


anggota kelompok perempuan paruh baya.

2) Evaluasi/Validasi

Menanyakan perasaan anggota kelompok perempuan paruh baya

3) Kontrak

Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mendiskusikan dan berbagi


informasi mengenai kesehatan jiwa, kesehatan fisik/tubuh dan
perkembangan usia paruh baya dan hubungan antara ketiganya
serta pentingnya mencapai perkembangan paruh baya yang
optimal.

Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : terapi ini terdiri dari 5 sesi


dan setiap anggota harus mengikuti setiap sesi. Jika ada anggota
kelompok yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin
pada terapis, lama kegiatan 60 menit, setiap anggota kelompok
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c. Tahap Kerja

1) Tanyakan pada masing masing anggota kelompok tentang


pendapatnya mengenai sehat jiwa, bagaimana pemahaman mereka
selama ini mengenai kesehatan jiwa.

2) Berikan penjelasan/informasi mengenai kesehatan jiwa, kesehatan fisik


dan perkembangan psikososial di usia paruh baya serta hubungan
ketiganya.
3) Tanyakan pada masing-masing anggota kelompok mengenai ciri
seseorang yang memiliki perkembangan yang sehat/normal.

4) Berikan penjelasan/informasi tentang ciri perkembangan sehat/normal


di usia paruh baya yang merupakan tugas perkembangan psikososial
mencapai generativitas yang harus dicapai oleh setiap perempuan yang
berusia paruh baya, dan dampaknya bila gagal menyelesaikan tugas
perkembangan tersebut. Jelaskan pula arti dan pentingnya stimulasi
untuk mencapai tugas perkembangan tersebut.

5) Beri kesempatan pada anggota kelompok untuk mengungkapkan


pendapat tentang stimulasi perkembangan generativitas pada usia
perempuan paruh baya.

6) Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.

d. Tahap Terminasi

1) Evaluasi

Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan

Terapis memberikan pujian kepada kelompok

2) Tindak Lanjut

Memotivasi individu perempuan paruh baya untuk lebih


memahami mengenai kebutuhan stimulasi perkembangan
psikososialnya di usia paruh baya .

3) Kontrak akan datang

c) Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu


mengenai stimulasi perkembangan psikososial perempuan paruh
baya pada aspek biologis dan psikoseksual.

12. Evaluasi dan Dokumentasi


SESI II : Stimulasi perempuan paruh baya untuk menstimulasi aspek
biologis dan psikoseksual

1. Tujuan

a. Perempuan paruh baya menyampaikan pendapatnya tentang perubahan-


perubahan fisik dan seksual yang terjadi di usia paruh baya, perasaan dan
pikiran terkait dengan perubahan yang dialami.
b. Perempuan paruh baya menyampaikan pendapatnya tentang upaya-upaya
yang dapat dilakukan agar tetap bugar dan sehat dalam rangka menerima
perubahan yang terjadi.

2. Setting

a. Terapis dan individu perempuan paruh baya dalam kelompok duduk


bersama

b. Tempat yang nyaman dan tenang

3. Alat

Leaflet Sehat di Usia Paruh dan Leaflet Makin dekat dengannya di usia
paruh baya.

4. Metode

a. Dinamika kelompok

b. Diskusi dan tanya jawab

5. Langkah Kegiatan

a. Persiapan

1) Membuat kontrak dengan anggota kelompok perempuan paruh baya

2) Mempersiapkan alat dan tempat pelaksanaan kegiatan


b. Orientasi

1) Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada anggota kelompok

2) Evaluasi/Validasi

Menanyakan perasaan anggota kelompok

Menanyakan kembali pemahaman anggota kelompok tentang


kebutuhan untuk mencapai perkembangan paruh baya yang normal.

Menanyakan kembali tentang aspek aspek perkembangan yang


harus dicapai oleh individu perempuan paruh baya.

Menanyakan kembali penyimpangan perilaku yang bisa


diakibatkan jika tidak perkembangan psikoseksual tidak tercapai.

3) Kontrak

Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mendiskusikan tentang


perkembangan psikoseksual perempuan paruh baya serta upaya
untuk mencapainya.

Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada anggota kelompok


yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator (terapis), lama kegiatan 45 menit, setiap anggota
kelompok mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c. Tahap Kerja

Beri kesempatan pada individu perempuan paruh baya untuk


mengungkapkan pendapat mengenai menopause yang akan dialami di
usia perempuan paruh baya.
Berikan kesempatan pada individu perempuan paruh baya untuk
berbagi pengalamannya tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan
terkait menopause yang akan dialami nantinya atau telah dialami serta
gejala yang mungkin dirasakan sebagai tanda akan/telah terjadinya
menopause.

Diskusikan tentang dampak dari isu menopause terhadap perubahan


psikologis dan keintiman hubungan dengan pasangan.

Menjelaskan perubahan psikoseksual yang terjadi di usia perempuan


paruh baya.

Berikan kesempatan individu dalam kelompok untuk bertanya

Berikan kesempatan pada individu dalam kelompok untuk


mengungkapkan cara mencapai keharmonisan hubungan dengan
pasangan.

Beri pujian/penghargaan bila cara yang diungkapkan sudah tepat.

Berikan penjelasan tentang cara mencapai keharmonisan hubungan


dengan pasangan (tambahkan yang belum disebutkan/dibahas dalam
kelompok).

Berikan kesimpulan tentang mencapai perkembangan psikoseksual


yang normal.

d. Tahap Terminasi

1) Evaluasi

Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan

Terapis memberikan pujian kepada kelompok

2) Tindak Lanjut
Memotivasi anggota kelompok untuk mencoba menerapkan cara-
cara mencapai perkembangan psikoseksual yang telah dibahas
dalam kelompok.

3) Kontrak akan datang

Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu


mengenai stimulasi perkembangan sosial emosional di usia
perempuan paruh baya.

6. Evaluasi dan Dokumentasi

Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.

SESI III : Stimulasi Perkembangan Sosial Emosional Perempuan paruh baya

1. Tujuan

e. Perempuan paruh baya mampu menceritakan perubahan peran yang


dialaminya selama ini, dan saat ini peran apa saja yang sedang
dijalankannya, apa yang dirasakan dan dipikirkan terkait pengalaman
tersebut.

f. Perempuan paruh baya mampu mempraktekkan cara berkomunikasi yang


baik dengan orang lain.

g. Perempuan paruh baya menyampaikan pendapatnya tentang cara membina


hubungan baik yang harmonis dengan anak untuk mencegah dan
mengatasi konflik antara keduanya serta bagaimana mendidik anak
menjadi dewasa.

h. Perempuan paruh baya mampu menyebutkan cara mengatasi stres dengan


menggunakan teknik relaksasi nafas dalam sebagai antisipasi dalam
menghadapi berbagai macam stresor nantinya.

i. Perempuan paruh baya mampu mempraktekkan cara mengatasi stres


dengan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam.
j. Perempuan paruh baya mampu menyebutkan pentingnya membagi
pengetahuan yang dimiliki kepada orang lain.

2. Setting

a. Terapis dan anggota kelompok duduk bersama

b. Tempat yang nyaman dan tenang

3. Alat

Leaflet Membina hubungan harmonis dengan orang lain

Leaflet Mendidik Sekaligus Menjadi Sahabat Yang Baik Bagi Anak

Leaflet Jiwa Lebih Tenang dengan Relaksasi

4. Metode

a. Dinamika kelompok

b. Diskusi dan tanya jawab

c. Role play

5. Langkah Kegiatan

a. Persiapan

c. Membuat kontrak dengan anggota kelompok

d. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi

b. Orientasi

1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada anggota kelompok

2) Evaluasi/Validasi

Menanyakan perasaan anggota kelompok

Menanyakan kembali pada anggota kelompok mengenai cara


membina hubungan yang harmonis dengan pasangan.

3) Kontrak

Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi perkembangan untuk


merangsang perkembangan sosial usia perempuan paruh baya .

Menjelaskan peraturan terapi, yaitu: Jika ada anggota yang ingin


meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan 90 menit setiap anggota
kelompok mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c. Tahap Kerja

1. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk menceritakan


perubahan peran yang dialaminya selama ini, dan saat ini peran apa
saja yang sedang dijalankannya, apa yang dirasakan dan dipikirkan
terkait pengalaman tersebut.

2. Berikan penjelasan tentang kehidupan sosial perempuan paruh baya


dan perubahan peran yang terjadi di dalamnya termasuk hubungan
dengan anak, orang tua, teman, tetangga maupun orang lain. Berikan
penjelasan dan praktekkan tentang cara berkomunikasi yang baik dan
benar dengan orang lain.

3. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk


mempraktekkannya.

4. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk menceritakan


kendala yang mungkin dihadapi saat mendidik anak menjadi dewasa.
5. Berikan penjelasan pada anggota kelompok tentang cara membina
hubungan baik yang harmonis dengan anak untuk mencegah dan
mengatasi konflik antara keduanya serta bagaimana mendidik anak
menjadi dewasa.

6. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk bertanya.

7. Diskusikan tentang masalah-masalah yang terjadi selama perubahan


peran terjadi dan bagaimana mengatasinya.

8. Beri kesempatan pada individu perempuan paruh baya untuk


menceritakan pengalamannya selama ini dalam menghadapi
stres/masalah dan bagaimana mengatasinya.

9. Berikan pujian bila hal yang dilakukannya benar.

10. Berikan penjelasan tentang stres, penyebab, tanda dan gejala serta
akibat yang bisa ditimbulkan (khusus untuk stressor yang ada pada
usia perempuan paruh baya).

11. Sebutkan cara-cara yang adaptif dalam menghadapi stres dan


bagaimana memanajemennya.

12. Berikan kesempatan anggota kelompok untuk bertanya.

13. Ajarkan teknik manajemen stres yang sederhana seperti latihan nafas
dalam.

14. Berikan kesempatan tiap anggota kelompok mempraktekkannya.

15. Berikan pujian bila anggota kelompok dapat melakukannya.

16. Motivasi Perempuan paruh baya untuk membagi pengetahuan yang


mereka miliki dan pengetahuan yang baru saja mereka dapatkan
kepada orang lain. Tekankan pentingnya membagi pengetahuan yang
dimiliki pada orang lain.
17. Berikan kesimpulan tentang stimulasi perkembangan sosial dan
emosional yang telah didiskusikan bersama.

d. Tahap Terminasi

Evaluasi

l. Terapis menanyakan perasaan anggota kelompok setelah


mengikuti kegiatan

m. Terapis memberikan pujian kepada kelompok

Tindak Lanjut

Menganjurkan dan memotivasi individu perempuan paruh baya


untuk mencoba menerapkan cara berkomunikasi yang baik dan
benar, cara mendidik anak seperti yang baru saja didiskusikan
serta menggunakan teknik manajemen stres yang telah dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari nantinya.

Kontrak akan datang

Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu


mengenai perkembangan kognitif pada usia perempuan paruh baya

e. Evaluasi dan Dokumentasi

Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.

SESI IV : Stimulasi Perkembangan Kognitif Perempuan paruh baya

1. Tujuan :

Setelah kegiatan dilakukan, diharapkan individu dalam kelompok mampu


mengidentifikasi cara-cara yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah
dalam keluarga dan cara-cara untuk menstimulasi perkembangan kognitif
untuk mencegah kepikunan di usia perempuan paruh baya.

2. Setting

a. Terapis dan anggota kelompok duduk bersama

b. Tempat yang nyaman dan tenang

3. Alat

Leaflet Cara Menyelesaikan Masalah

Leaflet Mengasah Daya Ingat Di Usia Paruh Baya

Leaflet Latihan Berpikir Positif

4. Metode

a. Dinamika kelompok

b. Diskusi dan tanya jawab

c. Role play

5. Langkah Kegiatan

a. Persiapan

Membuat kontrak dengan anggota kelompok

Mempersiapkan alat dan tempat kegiatan

b. Orientasi

Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada anggota kelompok


Evaluasi/Validasi

Menanyakan perasaan anggota kelompok

Menanyakan kembali pemahaman anggota kelompok mengenai


stimulasi perkembangan dari sesi 1 3.

Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi perkembangan pada


aspek kognitif.

2. Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada anggota kelompok


yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin pada
terapis, lama kegiatan 60 menit, setiap anggota kelompok
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

Tahap Kerja

1. Memberikan kesempatan pada anggota kelompok untuk menceritakan


pengalamannya tentang kemampuan daya ingat/memori saat ini
dibanding sebelumnya dan bagaimana perempuan paruh baya
mempertahankan kemampuan tersebut.

2. Memberikan penjelasan tentang konsep daya ingat/memori serta


hubungannya dengan kemampuan pemecahan masalah.

3. Mendiskusikan cara pemecahan masalah kasus yang telah dibagikan


oleh fasilitator.

4. Memberikan penjelasan tentang langkah-langkah pemecahan masalah


pada kasus tersebut.

5. Memberikan penjelasan cara menstimulasi kemampuan


kognitif/memori di usia perempuan paruh baya (olahraga teratur,
konsumsi makanan bergizi, minum air putih minimal 8 gelas sehari,
banyak membaca, melatih daya ingat dan mengurangi stres dengan
latihan konsentrasi dan latihan berpikir positif, dan mengasah
kemampuan memecahkan masalah secara adaptif).

6. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk bertanya.

7. Melakukan cara menstimulasi perkembangan memori/daya ingat yaitu


latihan konsentrasi dan latihan berpikir positif.

8. Berikan penghargaan bagi yang mampu menyelesaikan permainan


paling cepat.

9. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk berbagi


pengalaman tentang manfaat yang didapatkan setelah pelatihan
kelompok ini.

10. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk bertanya tentang


hal-hal yang masih belum dipahami.

11. Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.

c. Tahap Terminasi

Evaluasi

Terapis menanyakan perasaan anggota kelompok setelah mengikuti


kegiatan.

Terapis memberikan pujian kepada kelompok

Tindak Lanjut

Menganjurkan pada anggota kelompok untuk selalu melakukan


latihan konsentrasi dan latihan berpikir positif yang baru saja
dipelajari serta membagi pengetahuan yang dimiliki tersebut pada
orang lain.

Kontrak akan datang


Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
mengenai saling bertukar pengalaman mengenai stimulasi
perkembangan yang telah dipelajari selama 4 sesi sebelumnya.

6. Evaluasi dan Dokumentasi

Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.

SESI V : Sharing Persepsi dan pengalaman tentang kegiatan stimulasi


Perempuan paruh baya yang telah dilakukan

1. Tujuan :

Setelah kegiatan dilakukan, diharapkan individu dalam kelompok mampu :


3. Berbagi pengalaman dalam memberikan stimulasi perkembangan yang telah
dipelajari selama sesi 1 4
4. Memahami pentingnya stimulasi perkembangan psikososial pada usia paruh
baya.

2. Setting

a. Terapis dan anggota kelompok duduk bersama

b. Tempat yang nyaman dan tenang

3. Alat

Leaflet tentang stimulasi perkembangan dari berbagai aspek perkembangan


yang telah dipelajari sebelumnya.

4. Metode

a. Dinamika kelompok

b. Diskusi dan tanya jawab

5. Langkah Kegiatan

a. Persiapan
Membuat kontrak dengan anggota kelompok

Mempersiapkan alat dan tempat kegiatan

b. Orientasi

Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada anggota kelompok

Evaluasi/Validasi

Menanyakan perasaan anggota kelompok

Menanyakan kembali pemahaman anggota kelompok mengenai


stimulasi perkembangan dari sesi 1 4.

Kontrak :

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berbagi pengalaman tentang cara


memberikan stimulasi perkembangan yang telah dipelajari.
2) Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada anggota kelompok yang
ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap anggota kelompok
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

Tahap Kerja :

1. Beri kesempatan pada anggota kelompok untuk mengungkapkan


pendapat mengenai stimulasi perkembangan yang dipelajari bersama.

2. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk berbagi


pengalaman tentang manfaat yang didapatkan setelah pelatihan
kelompok ini.

3. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk bertanya tentang


hal-hal yang masih belum dipahami.
4. Berikan kesempatan anggota kelompok untuk berbagi dan saling
memberi masukan tentang tehnik tehnik dalam melakukan stimulasi
perkembangan yang selama ini dilakukan.

5. Beri kesempatan pada anggota kelompok untuk menyampaikan


dampak jika individu perempuan paruh baya tidak melakukan
stimulasi perkembangan psikososial perempuan paruh baya .

6. Beri pujian/penghargaan atas kemampuan anggota kelompok dalam


menjawab dan berbagi pengalaman.

7. Beri kesempatan pada anggota kelompok untuk mengekspresikan


perasaannya mengenai suka duka selama mengikuti kegiatan terapi
kelompok terapeutik ini, dan harapan-harapan anggota kelompok serta
komitmen tiap individu untuk selanjutnya menghadapi hari-hari
selanjutnya setelah terminasi kelompok.

8. Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.

c. Tahap Terminasi

Evaluasi

Terapis menanyakan perasaan anggota kelompok setelah mengikuti


kegiatan.

Terapis memberikan pujian kepada kelompok

Tindak Lanjut

Menganjurkan pada anggota kelompok untuk selalu melakukan


stimulasi untuk mencapai perkembangan psikososial yang optimal di
usia perempuan paruh baya .

Mengajak individu perempuan paruh baya yang lain untuk melakukan


stimulasi perkembangan psikososial : generativitas seperti yang telah
dipelajari dalam kegiatan.
Kontrak akan datang

d) Mengakhiri kontrak pertemuan, kesepakatan akan dibuat kembali jika


diperlukan.

6. Evaluasi dan Dokumentasi

Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Notoatmodjo (2007), terbentuknya perilaku dapat terjadi karena


proses kematangan dan proses interaksi dengan lingkungan melalui suatu
proses belajar. Perubahan perilaku merupakan hasil dari proses belajar.
Menurut teori yang dirumuskan oleh Neiser bahwa proses belajar adalah
transformasi dari masukan (input), kemudian input tersebut direduksi,
diuraikan, disimpan, ditemukan kembali dan dimanfaatkan. Dalam hal ini
faktor internal dan eksternal (metode pengajaran) juga berpengaruh terhadap
proses belajar.

Setiap orang tidak terlepas dari proses belajar, bahkan manusia sebenarnya
harus memegang prinsip belajar seumur hidup atau sepanjang masa. Dimana
kehidupan itu dipelajari dari pengalaman yang membuat individu menjadi
bertambah dewasa dan semakin matang dari waktu ke waktu. Berbagai metoda
diterapkan dalam proses belajar baik secara individu, kelompok maupun
dalam kelompok massa atau komunitas.

Proses belajar berkaitan dengan proses perkembangan seseorang. Dimana


dalam menjalani proses perkembangannya manusia cenderung mempelajari
melalui pengamatan, analisa dan sintesis berbagai pengalaman yang dilaluinya
di masa perkembangan tersebut. Bila individu mampu belajar secara optimal
untuk memperbaiki kualitas personalnya, individu dapat mencapai
perkembangannya secara optimal juga. Untuk mewujudkan hal tersebut,
stimulasi merupakan suatu objek yang akan memberi reaksi tertentu pada
individu tergantung pada kelompok umur.

Stimulasi yang diajarkan pada terapi kelompok terapeutik membutuhkan peran


serta individu secara serius untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
perkembangannya di usia dewasa tengah.selain itu, peran perawat sebagai
terapis juga sangat berpengaruh. Bagaimana perawat memodifikasi aktivitas
dalam kelompok agar menarik dan tidak membosankan adalah hal yang harus
29
diperhatiakn oleh terapis sehingga menimbulkan rasa ingin tahu dan motivasi
yang tinggi dari tiap anggota untuk mengikuti setiap kegiatan kelompok yang
telah direncanakan.

C. Saran

9. Kerjasama antara terapis dan individu dalam kelompok harus


berkesinambungan guna tercapai pemenuhan kebutuhan perkembangan
perempuan paruh baya yang optimal.
10. Modul ini masih perlu perbaikan untuk kesempurnaan isi modul ini.
DAFTAR PUSTAKA
Berk. (2005). Development through the life span (2th Ed.). USA : Allyn & Bacon.
Depkes.(2003). Buku pedoman kesehatan jiwa. Jakarta : Depkes
International team of therapists for kids, teens, adults, & couples. (2010).
Group therapy. 18 Maret 2010. Error! Hyperlink reference not
valid..
Slavin, Roberta L. (2000). Group, Vol 26, No 4. 18 Maret 2010.
http://www.group-psychotherapy.com/articles/slavinrl01.htm.

Stuart, Laraia. (2005). Principle and practice of psychiatric nursing (8 th ed.)


Missouri : Elsevier Mosby.
Townsend, C.M. (2009). Essentials of psychiatric mental health nursing (5 th ed.).
Philadelphia: F.A. Davis Company.
WHO. (2005). Briefing note on tsunami affected region. 20 Maret 2010.
www.who.int.
Universitas Indonesia

MODUL
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK LANSIA

Oleh:

Ns. Guslinda, S.Kep


Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp, M.App.Sc

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2011
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Proses perkembangan lanjut usia merupakan proses alamiah sesuai dengan
peningkatan usia seseorang dalam bentuk penuaan. Proses menua dialami oleh
individu yang telah mencapai usia lanjut (lansia). Lansia adalah seseorang
yang telah berusia 60 tahun atau lebih (WHO, 2010; BPKP, 1998). Dalam
proses perkembangan lansia ini dapat terjadi beberapa perubahan alamiah atau
normal yang menyangkut beberapa aspek, pertama aspek perubahan Biologi
(Biological Aspect Of Aging), perubahan dari tingkat sel sampai kesemua
sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernapasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, system pengaturan tubuh, muskuloskletal, gastrointestinal,
genitor urinaria endokrin dan integument (Stuart & Laraia 2005; Stuart 2009).
Kondisi perubahan pada aspek biologis ini menggambarkan terjadinya
penurunan pada fungsi tubuh secara fisik dan fisiologis. Aspek kedua adalah
aspek perubahan psikologi (Psychological Aspec of Aging), pada aspek ini
terjadi perubahan pada fungsi kognitif, perubahan fungsi intelektual,
selanjutnya perubahan kemampuan penyesuaian secara psikologis terhadap
proses menua (Learning Ability) (Stuart & Laraia,2005; Stuart, 2009).
Perubahan yang terjadi pada aspek ini berhubungan dengan memori,
penurunan kemampuan lansia dalam megatasi masalah atau pemecahan
masalah serta penurunan kemampuan penyesuaian.

Aspek alamiah yang ketiga adalah aspek sosial (Social aspect Of Aging),
dimana lanjut usia diberikan posisi terhormat dalam budaya, dan dihormati
untuk pengetahuan dan kebijaksanaan yang diperoleh melalui pengalaman
hidup mereka. (Giger & Davidhizar, 1991 dalam Stuart & laraia 2005).
Keadaan interaksi sosial para lansia mulai menurun akibat perubahan pada
aspek ini. Aspek alamiah yang ke empat adalah aspek seksualitas (Sexual
Aspect of Aging), pada aspek ini terjadi perubahan dimana produksi
testosterone dan sperma menurun mulai usia 45 tahun. Pada usia 70 tahun
seorang laki-laki masih memilki libido dan mampu melakukan kopulasi.
Sedangkan pada wanita karena jumlah ovum dan volikel yang sangat rendah
maka kadar esterogen akan menurun setelah menopause di usia 45 50 tahun
(Masters & Johnson, 1966). Hal ini menyebabkan dinding rahim menipis,
selaput lendir mulut rahim dan saluran kemih menjadi kering (Tamher &
Noorkasiani, 2009). Perubahan pada aspek ini akan mengakibatkan infeksi
saluran kemih pada wanita yang dapat meghambat aktifitas seeksual pada
wanita.

Perubahan aspek kelima adalah perubahan pada aspek spiritual, pada aspek
spiritual terjadi peningkatan dalam agama atau kepercayaan yang terintegrasi
dalam kehidupannya (Maslow, 1970), lansia semakin matur dalam kehidupan
agamanya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan
sehari-hari (Murray & Zentner 1970, dalam Ebersol, 2005). Dari segi spiritual
pada umumnya lansia mengharapkan panjang umur, semangat hidup, tetap
berperan sosial, dihormati, mempertahankan hak dan hartanya, tetap
berwibawa, kematian dalam ketenangan dan diterima di sisi-Nya (khusnul
khotimah) dan masuk surga (Suardiman, 1999).

Perubahan yang terjadi memerlukan adaptasi atau penyesuaian untuk


tercapainya integritas diri bagi lansia. Adaptasi yang digunakan oleh lansia
bergantung pada mekanisme pertahanan yang telah digunakan sebelumnya
(Erickson, 1963, dalam Stanley 2007). Kemampuan lansia menghadapi
perubahan sangat berbeda antara setiap individu tergantung pada koping dan
adaptasi yang digunakan, hal ini juga diperkuat oleh Roy (1999), bahwa
adaptasi dari koping yang inefektif akan mempengaruhi individu untuk
berespon terhadap stimulus. Proses adaptasi pada setiap individu sangat
membantu individu untuk mencapai integritas kesehatan dalam dirinya.
Tercapainya integritas diri yang utuh, pemahaman terhadap makna hidup
secara keseluruhan membuat lansia berusaha menuntun generasi berikutnya
(anak dan cucunya) berdasarkan sudut pandangnya.
Erikson (1995, dalam Meiner, 2006) menyebutkan karakteristik normal lansia sehat
yang mencapai integritas diri adalah: mempunyai harga diri yang tinggi, menilai
kehidupannya berarti, menerima nilai dan keunikan orang lain, menerima dan
menyesuaikan kematian pasangan, menyiapkan diri menerima datangnya kematian,
melaksanakan kegiatan agama secara rutin. Sebaliknya karakteristik yang nampak
pada lansia yang mengalami despair atau isolation adalah: Tidak memiliki harga diri
yang sesuai, mencela / menyesali kehidupan yang telah dilaluinya, merasakan
kehilangan, tidak memiliki makna hidup, masih menginginkan berbuat lebih banyak
namun merasa ketakutan tidak memiliki waktu yang cukup, menyalahkan diri sendiri,
orang lain dan lingkungan, mengisolasi diri (Erikson 1950, dalam Berk, 2005).
Akibatnya masalah yang muncul tidak hanya masalah fisik saja tetapi masalah mental
berupa kecemasan, ketidakberdayaan, isolasi social, harga diri rendah serta
keputusasaan.

Menurut Depsos yang dikatakan lansia sehat adalah lansia yang memiliki potensi dan
dapat membantu dirinya sendiri bahkan membantu sesamanya (Depsos RI, direktorat
jendral binaan keluarga sosial, 1997). Berbagai upaya dilakukan untuk memaksimalkan
potensi lansia dan meminimalkan efek penuaan yang dapat membantu memelihara
atau meningkatkan kesejahteraan dan integritas diri lansia (Stanley, 2007). Untuk
memelihara dan mempertahankan integritas diri lansia dapat dilakukan terapi
kelompok terapeutik lansia yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan lansia
dengan diagnosa potensial perkembanagn integritas diri pada kelompok lansia sehat.

Terapi kelompok terapeutik adalah terapi yang diberikan kepada sekumpulan


orang yang memiliki hubungan satu sama lain, saling bergantung, dan
memiliki norma-norma umum (Townsend,1995). Tujuan terapi kelompok
terapeutik, mempertahankan homeostasis (Montgomery, 2002), berfokus pada
disfungsi perasaan, pikiran dan perilaku, membantu mengatasi stress emosi,
penyakit fisik, krisis tumbuh kembang atau penyesuaian sosial. Secara garis
besar tujuan dari terapi kelompok terapeutik adalah mengantisipasi dan
mangatasi masalah dengan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
anggota kelompok itu sendiri (Keliat, 2005). Terapi kelompok terepeutik ini
dapat diberikan kepada semua tingkat usia sesuai tahap tumbuh kembangnya
dan dapat dilakukan secara kelompok maupun secara individu .Modul ini
merupakan modul terapi kelompok terapeutik lansia dalam bentuk kelompok.
Modul ini modifikasi dengan mengadopsi tahapan terapi kelompok terapeutik
oleh Mackenzie, (1997) modifikasi dari Townsend, (2009) berupa tiga langkah
terapi kelompok terapeutik yang terdiri dari fase orientasi, fase kerja dan fase
terminasi. Menurut Stuart dan Laraia (2005) TKT terdiri dari tiga langkah.
yang berisi fase pre group, fase initial, dan fase terminasi (dalam Trihadi,
2009). Terapi kelompok terapeutik diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan adaptasi lansia terhadap proses perubahan. Terapi ini dilakukan
pada kelompok lansia sehat, fokus terapi ini adalah stimulasi adaptasi pada
perubahan aspek biologis, aspek seksual, aspek sosial, aspek psikososial, dan
aspek spiritual.

Modul TKT lansia ini terdiri dari 6 (enam) sesi kegiatan yaitu :
1. Stimulasi adaptasi perubahan aspek biologis dan seksual.
2. Stimulasi adaptasi perubahan aspek psikologis (kognitif)
3. Stimulasi adaptasi perubahan aspek kognitif (emosional)
4. Stimulasi adaptasi perubahan aspek sosial
5. Stimulasi adaptasi perubahan aspek spiritual
6. Sharing dan evaluasi kemampuan integritas diri

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah mempelajari modul ini diharapkan perawat spesialis
keperawatan jiwa dapat memahami dan melaksanakan Terapi
Kelompok terapeutik lansia pada kelompok lansia sehat dengan
diagnosa keperawatan potensial perkembangan integritas diri.

1.2.3 Tujuan khusus


Setelah mempelajari modul ini perawat spesialis keperawatan jiwa
diharapkan mampu :
a. Memahami terapi kelompok terapeutik lansia dan prosedur
pelaksanaannya yang diberikan pada lansia sehat.
b. Menerapkan terapi kelompok terapeutik lansia pada lansia sehat
dengan potensial perkembangan integritas diri
c. Melakukan evaluasi pelaksanaan terapi kelompok terapeutik
lansia pada kelompok lansia sehat
d. Melakukan monitoring dan evaluasi terapi kelompok terapeutik
lansia pada lansia sehat dengan potensial perkembangan integritas
diri.
e. Melakukan pendokumentasian terapi kelompok terapeutik lansia
pada lansia sehat dengan potensial perkembangan integritas diri.

1.3 Manfaat
Modul ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang terlibat dalam
pemeliharaan kesehatan jiwa lansia
1.3.1 Bagi lansia, dapat dijadikan sebagai panduan dalam meningkatkan
kemampuan adaptasi dan perkembangan integritas diri.
1.3.2 Bagi puskesmas, dapat dijadikan program kesehatan jiwa lansia
untuk mempertahankan dan memelihara perkembangan integritas
diri lansia
1.3.3 Bagi perawat, dapat menerapkan perannya sebagai pelaksana upaya
peningkatan kesehatan jiwa terutama bagi lansia
1.3.4 Bagi masyarakat, dapat meningkatkan peran lansia dalam
berkontribusi untuk mencapai integritas diri.

BAB 2
PELAKSANAAN
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK LANSIA
PADA LANSIA SEHAT
Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik ini terdiri dari 6 (enam) sesi dan masing-
masing sesi dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 40-60 menit. Adapun uraian
kegiatan sebagai berikut :

2.1 Sesi 1 : Stimulasi adaptasi perubahan aspek biologi dan seksual

Menurut Erik H. Erikson dalam theory of psychosocial development (Teori


Perkembangan Psikososial), lanjut usia itu terletak pada tahap ke delapan
perkembangan psikososial yang terjadi pada usia sekitar 60 atau 65 ke atas
dimana dalam usia itu terjadi konflik antara Integritas vs Keputusasaan
(integrity vs despair). Setiap individu mengalami delapan tingkatan
perkembangan dalam hidupnya dan setiap tahapan mempunyai tugas
perkembangan yang harus dicapai. Tugas perkembangan lansia menurut
Havighurst, dalam Stanley (2007) adalah; 1) menyesuaikan diri terhadap
penurunan kekuatan fisik dan psikis, 2) menyesuaikan diri terhadap masa
pensiun dan penurunan pendapatan, 3) menyesuaikan diri terhadap kematian
pasangan dan orang penting lainnya, 4) membentuk gabungan eksplisit dengan
kelompok yang seusia dengannya, 5) memenuhi kewajiban-kewajiban sosial,
6) menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga, membentuk kepuasan
pengaturan kehidupan fisik (Stanley,2007).

Perubahan aspek biologi memberi pengaruh terhadap penyelesaian tugas


perkembangan tahap akhir lansia. Lansia yang tidak mampu menyesuaikan
dan beradptasi dengan perubahan biologis dan seksualnya akan merasa tidak
percaya diri dan minder dengan penampilannya. Perubahan pada aspek biologi
dapat terlihat pada system kulit dan integument, pernapasan, kardiovaskuler,
gastro intestinal, genitor urinaria, sensoris, dan muskulo skeletal. Sedangkan
perubahan pada seksual sering merasakan sakit pada saat hubungan seksual
dan terjadinya penurunan produksi sperma dan testosteron pada pria yang
menimbulkan dampak penurunan aktivitas seksual pada lansia

Diawal kegiatan ini lansia akan belajar tentang perubahan alamiah aspek
biologi dan seksual dan cara adaptasi terhadap perubahan tersebut. Lansia
akan berbagi pengalaman tentang perubahan-perubahan dan cara yang
dilakukan untuk beradaptasi dengan perubahan aspek biologi dan seksual.
Stimulasi adaptasi aspek perubahan biologis diberikan berupa
mempertahankan kesehatan pada kulit lansia dengan cara meghindari
pemajanan berlebihan terhadap matahari dan udara dingin, penjelasan
pemakaian kosmetik yang sesuai untuk kulit lanjut usia terutama pada wanita.
Pemberian materi terkait perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia
dengan materi bahagia dan sehat di usia lansia serta bagaimana upaya-upaya
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dengan olah raga yang teratur,
nutrisi seimbang, latihan otot-otot pernapasan, latihan otot-otot perkemihan
untuk menghindari inkontinentia dan menjelaskan lingkungan yang aman
untuk menghindari terjadinya injuri.

Pada aspek seksual terjadi perubahan sering merasakan sakit pada saat
hubungan seksual dan terjadinya penurunan produksi sperma dan testosteron
pada pria juga menimbulkan dampak penurunan aktivitas seksual pada lansia.
Stimulasi untuk adaptasi pada aspek seksualitas ini dapat diberikan penjelasan
bagaimana upaya meningkatkan hubungan kasih sayang yang harmonis
dengan pasangan yang disesuaikan dengan kondisi biologisnya, menjelaskan
penggunakan cairan lubrikan sebelum melakukan hubungan seksual, posisi
yang sesuai dan memperpanjang waktu stumulasi serta mengatur kebiasaan
tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup yang positif. Serta
menjelaskan frekwensi hubungan seksual yang sesuai dengan mengutamakan
kualitas dari pada kuantitas. Memotivasi menggunakan sentuhan yang tepat
untuk meningkatkan hubungan karena sentuhan sangat mengkomunikasikan
nilai dan harga diri pada lansia seperti berpegangan tangan dan berpelukan
saat berjalan. Hasil dari sesi pertama ini lansia mengetahui perubahan biologis
dan seksual yang terjadi secara alamiah dan mampu melakukan stimulasi
perkembangan aspek biologis dan aspek seksual sehingga lansia dapat
beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan biologis dan seksual.

2.1.1 Strategi pelaksanaan sesi 1


A. Tujuan: peserta mampu :
a. Mengenal perubahan-perubahan alamiah aspek biologi dan seksual pada
lansia
b. Menyampaikan pendapatnya tentang perubahan perubahan biologi dan
seksual yang terjadi di usia lansia, perasaan dan pikiran terkait dengan
perubahan tersebut.
c. Menyampaikan pendapatnya tentang upaya-upaya yang dapat
dilakukan agar tetap bugar dan sehat di usia lansia dalam rangka
menerima perubahan yang terjadi.
d. Menyebutkan cara beradaptasi terhadap perubahan alamiah aspek
biologi dan seksual
e. Saling memberi suport antar sesama lansia

B. Setting tempat
Di mushola atau ruangan pertemuan yang ada di masyarakat
a. Kelompok lansia dan terapis duduk bersama secara melingkar
b. Suasana ruangan harus nyaman dan tenang.
c. Peserta dan terapis menggunakan papan nama

C. Alat
Kartu nama, leaflet, buku kerja, pena, buku raport dan format evaluasi sesi
1.

D. Metode
Diskusi dan tanya jawab

E. Langkah-langkah
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan lansia satu hari sebelumnya bahwa terapi akan
dilaksanakan secara kelompok dalam 6 (enam) sesi dengan waktu
pelaksanaan masing-masing sesi 40 sampai 60 menit. Lansia berada
ditempat 15 menit sebelum kegiatan dimulai.
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Pelaksanaan
1) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
Salam terapeutik dari terapis kepada peserta, perkenalan dengan
semua anggota kelompok nama dan panggilan terapis,
menanyakan nama dan panggilan lansia.
b) Evaluasi/validasi
Menanyakan bagaimana perasaan lansia saat ini.
c) Kontrak
(1) Menjelaskan kegiatan terapi kelompok terapeutik dengan jumlah
sesi sebanyak 6 (enam) kali pertemuan dan membuat jadawal
pertemuan
(2) Menjelaskan tujuan sesi pertama yaitu: mampu mengetahui
perubahan- perubahan yang terjadi pada aspek biologi dan seksual
dan tahu bagaimana cara menyesuaikan dan beradaptasi terhadap
perubahan tersebut.
(3) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut:
- Lama kegiatan 40 sampai 60 menit.
- lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
- lansia berperan aktif dalam mengungkapkan pikiran,
perasaan dan prilakunya.

1) Fase Kerja
1. Ice breaking
a) Terapis meminta peserta untuk duduk membentuk setengah
lingkaran dan membagi kartu nama dengan warna yang berbeda
b) Meminta peserta menuliskan namanya dan memakai kartu nama
tersebut
c) Meminta setiap peserta memperkenalkan dirinya dengan
menyebutkan nama, panggilan, alamat dan hobi
d) Meminta peserta untuk memperkenalkan salah satu temannya.
2. Berbagi pengalaman tentang perubahan-perubahan aspek biologi
yang dialami
a) Tanyakan pada masing-masing anggota kelompok tentang
perubahan biologi (fisik) lansia yang terjadi.
b) Berikan penjelasan atau informasi mengenai perubahan aspek
biologi seperti kulit keriput, rambut memutih dan rontok, gigi
copot, motorik melemah, aktivitas terbatas, cepat lelah,napas
mudah sesak, reflek berkemih menurun, resiko cedera dan
penurunan daya tahan tubuh.
c) Terapis meminta lansia untuk mengidentifikasi perubahan-
perubahan yang terjadi dan upaya yang dilakukan untuk
beradaptasi dengan perubahan tersebut di buku kerja.
d) Terapis menjelaskan cara beradaptasi terhadap perubahan aspek
biologi seperti, perawatan kulit, pearawatan rambut,
penggunaan alat bantu, membatasi aktivitas yang berat, istirahat
yang cukup, nutrisi yang seimbang, minum air putih minimal 8
gelas sehari, olah raga yang teratur dan menjaga keamanan dan
kenyamanan lingkungan tempat tinggal seperti lantai rumah
tidak licin, menggunakan warna terang untuk ruangan.

3. Berbagi pengalaman tentang perubahan aspek seksual


a) Berikan kesempatan pada lansia menyampaikan pengalaman dan
pendapat terkait perubahan aktifitas seksual dan hal-hal yang
dirasakan saat ini dengan pasangan.
b) Berikan kesempatan pada lansia untuk mengungkapkan cara
mencapai keharmonisan hubungan dengan pasangan
c) Berikan pujian bila cara yang diungkapkan sudah tepat
d) Berikan penjelasan tentang cara mencapai keharmonisan
hubungan dengan pasangan seperti mengurangi frekwensi
hubungan seksual dan meningkatkan kualitas hubungan dengan
cara memeluk pasangan, memuji pasangan bergandengan
tangan bila berjalan,dan membelai pasangan.

2) Terminasi
a. Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti kegiatan
b) Megevaluasi kemampuan peserta mengenal nama temannya
c) Mengevaluasi kemampuan adaptasi aspek perubahan biologi dan
seksual
d) Terapist memberikan pujian kepada kelompok
b. Tindak lanjut
a) Memotivasi kelompok untuk mencoba menerapkan cara-cara
adaptasi perkembangan biologi dan seksual yang telah
dibahas dalam kelompok.
b) Catat dalam buku kerja
c. Kontrak yang akan datang
(a) Menyepakati kegiatan untuk melakukan stimulasi perkembangan
kognitif
(b) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan sesi 2 (dua).

2.1.2 Evaluasi
Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja,
keaktifan lansia, keterlibatan lansia, proses pelaksanaan secara keseluruhan.

Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok terapeutik lansia saat


pelaksanaan
Tanggal :........................... kelompok:
Kode Peserta
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Memperkenalkan diri dengan baik.
2 Mengungkapkan perasaan
3 Meampaikan perubahan biologi yang
terjadi pada masa lansia dan upaya
yang dilakukan untuk beradaptasi
dengan perubahan tersebut
4 Menceritakan pengalaman terkait
dengan perubahan seksual dan upaya
yang dilakukan untuk beradaptasi
dengan perubahan tersebut.
5 Mennyampaikan cara adaptasi
perubahan aspek biologi dan seksual
6 Menyampaikan perasaan setelah
menyampaikan adaptasi perubahan
aspek biologi dan seksual
Jumlah

A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: lansia dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : lansia harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.

Evaluasi kemampuan adaptasi lansia dalam kehidupan sehari-hari


Sesi 1 : Adaptasi perubahan aspek biologi dan seksual

Tanggal No Perubahan Biologi Adaptasi


Tanggal No Perubahan seksual Adaptasi

2.2 Sesi 2 : Stimulasi adaptasi perubahan aspek kognitif

Perubahan pada aspek psikologi berkaitan dengan perubahan pada kognitif


dan emosional. Perubahan yang terjadi pada aspek kognitif adalah perubahan
pada fungsi berhubungan dengan memori yang dikaitkan dengan penurunan
fisiologis organ otak. Perubahan ini berupa penurunan daya ingat atau
memori baik jangka panjang maupun jangka pendek. Perkembangan kognitif
lansia ada penurunan daya ingat atau memori, seringkali lansia disebut uzur
dan pikun karena penurunan daya ingat tersebut. Memori merupakan hal yang
sangat penting dalam aspek proses intelektual karena kita menyimpan banyak
nilai dalam kerangka dimemori di usia lansia. Banyak kenangan dan
pengalaman masa lalu yang menjadi acuan untuk mendidik anak serta
cucunya.

Perubahan kemampuan memori disebabkan oleh penurunan strategi


penggunaan memori dalam menjalankan tugas-tugasnya. Orang yang sudah
tua sulit mengulang informasi terhadap dirinya seperti orang yang usianya
masih muda (Salthchouse & bobcock, 1991 dalam Berk, 2005). Cunningham
(1985, dalam Meiner & Lueckenotte, 2006) menyatakan mekanisme adaptasi
pada lansia adalah memori, kemampuan belajar, perasaan, fungsi intelektual
dan motivasi untuk melakukan atau tidak melakukan aktivitas. Hal ini karena
orang yang sudah tua berpikir bahwa ia tak mungkin lagi bisa balajar dalam
menggunakan memorinya sebaik dulu lagi, namun hal ini hanyalah
disebabkan oleh kurangnya stimulasi yang diberikan pada memori untuk
menjalankan tugas-tugasnya sehingga memori menjadi tidak aktif (Berk,
2005). Hal ini berarti manusia bisa terus memiliki daya ingat memorinya yang
baik bila memorinya itu terus dilatih atau di stimulasi dengan belajar. Untuk
melatih daya ingat lansia dapat melakukannya dengan sering membaca buku
yang disenanginya. Pada lansia yang aktif dapat terus belajar dan
meningkatkan pendidikannya dan mempelajari mketerampilan-keterampilan
tekhnis untuk mengisi harai-harinya.

Perubahan aspek kognitif ini juga terjadi perubahan fungsi intelektual dimana
terjadinya penurunan kemampuan lansia dalam megatasi masalah atau
pemecahan masalah, selanjutnya juga pada aspek ini terjadi perubahan
kemampuan penyesuaian secara psikologis terhadap proses menua (Learning
Ability), (Stuart & Laraia, 2009). Pada aspek kognitif ini untuk meningkatkan
intelektualnya lansia dapat diberikan pendidikan kesehatan atau edukasi agar
perkembangan dimensia dapat ditunda. Perubahan yang dapat terlihat adalah
penurunan daya ingat atau memori lansia sering lupa atau pikun, dan terjadi
penurunan kemampuan menyelesaikan masalah. Stimulasi adaptasi yang
dilakukan untuk perubahan kognitif lansia dengan cara menjelaskan
pentingnya membaca untuk melatih daya ingat dan memotivasi lansia untuk
membaca bacaan yang disenanginya memberikan contoh kasus dalam
kehidupan sehari-hari dan mencarikan solusinya. Metoda pencatatan untuk
meminimalkan kelupaan, latihan konsentarasi dan asah otak melalui
permainan puzzle dan teka teki silang. Diharapkan setelah menyelesaikan sesi
ini lansia mampu melatih ingatan untuk menunda dimensia dan menggunakan
intelektualnya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.1 Strategi pelaksanaan kegiatan sesi 2


A. Tujuan: peserta mampu :
a. Menyebutkan perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek kognitif
b. Mengidentifikasi cara-cara adaptasi dengan perubahan kognitif untuk
mencegah kepikunan diusia lansia.
B. Setting
a. Kelompok dan terapis duduk dengan melingkar
b. Suasana ruangan harus nyaman dan tenang.
c. Peserta dan terapis menggunakan papan nama
C. Alat
a. Alat tulis, buku kerja, buku raport
b. Contoh kasus Cara menyelesaikan masalah, kalender ,puzzle
c. Lembar evaluasi sesi 1 dan 2
D. Metode
a. Dinamika kelompok,
b. Diskusi, Role play
c. Tanya jawab
E. Langkah-Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Persiapan peserta : Mengingatkan kontrak dengan dengan lansia satu
hari sebelumnya
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Pelaksanaan
1) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
Salam terapeutik dari terapis kepada peserta dan peserta
memakai kartu nama
b) Evaluasi/validasi
(1) Menanyakan perasaan saat ini
(2) Menanyakan apakah lansia telah memenuhi kebutuhan
perkembangan biologi dan seksualnya
(3) Meminta lansia menceritakan bagaimana cara memenuhi
kebutuhan perkembangan biologi dan seksual
(4) Minta peserta mengecek pada buku kerjanya
(5) Berikan pujian jika peserta telah melakukannya.
c) Kontrak
(1) Menjelaskan tujuan sesi 2(dua) yaitu meingidentifikasi
perubahan kognitif yang terjadi pada lansia dan bagaimana cara
beradaptasi dengan perubahan tersebut.
(2) Menjelaskan aturan main sebagai berikut :
- Setiap peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Lama kegiatan 40-60 menit
- Jika peserta akan meninggalkan kelompok harus meminta
izin kepada terapis
- Setiap peserta berperan aktif dalam mengungkapkan
pikiran, perasaan dan prilakunya
(3) Menyepakati terapi sesi 2 (kedua) yaitu melakukan stimulasi
perkembangan kognitif
(4) Menjelaskan aturan main
2) Fase Kerja
a) Memberikan kesempatan pada anggota kelompok untuk
menceritakan pengalamannya tentang kemampuan daya ingat atau
memori saat ini dibanding sebelumnya dan bagaimana lansia
mempertahankan kemampuan daya ingatnya.
b) Memberikan penjelasan tentang konsep daya ingat atau memori
serta hubungannya dengan kemampuan konsentrasi serta
memecahkan masalah.
c) Latihan cara pemecahan masalah kasus yang telah dibagikan oleh
fasilitator.
d) Mendiskusikan tentang langkah-langkah pemecahan masalah pada
kasus tersebut
e) Memberikan penjelasan cara menstimulasi kemampuan kognitif
atau memori di usia lansia banyak membaca melatih daya ingat dan
mengurangi stress, dengan latihan konsentrasi dan latihan asah otak
dan mengasah kemampuan memecahkan masalah secara adaptif.
f) Menstimulasi memori dengan latihan mengingat peristiwa dari masa
kanak-kanak sampai dewasa.
g) Melakukan latihan konsentrasi melalui permainan puzle dan teka
teki silang.
h) Berikan penghargaan bagi yang maenyelesaikan permainan paling
cepat berikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk berbagi
pengalaman tentang manfaat yang didapatkan setelah pelatihan
kelompok ini
i) Berikan kesempatan kepada kelompok untuk bertanya.
3) Terminasi
a) Evaluasi
1) Menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti sesi 2 (dua)
stimulasi kognitif
2) Terapis memberikan pujian pada kelompok
b) Tindak lanjut
1) Menganjurkan kepada lansia untuk melakukan stimulus perkembangan
kognitif dengan cara latihan membaca bacaan yang di senangi
2) Catat dalam buku kerja
c) Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan cara adaptasi yang telah diajarkan
pada sesi kedua dan apa manfaatnya serta berbagi
pengalaman antar anggota mengenai adaptasi perkembangan
yang telah dilakukan selama ini
2) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan sesi 3
(tiga).
2.2.2 Evaluasi
Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja,
keaktifan peserta dalam proses pelaksanaan secara keseluruhan.

Format evaluasi dan dokumentasi proses terapi kelompok terapeutik lansia pada
saat kegiatan

Format Evaluasi dan Dokumentasi


Terapi Kelompok Terapeutik lansia
Sesi 2 : stimulasi adaptasi aspek perubahan kognitif
Tanggal :....................................... Kelompok :
kode peserta
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Mengungkapkan perasaan
2 Menyampaikan pengalaman berkaitan
dengan ingatan masa kini dan masa lalu
3 Menyebutkan cara menstimulasi
perubahan kognitif
4 Menyampaikan perasan setelah
menyebutkan cara menstimulasi
perubhan kognitif
Jumlah

A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai > 2: lansia dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : lansia harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.

Evaluasi kemampuan adaptasi lansia dalam kehidupan sehari-hari


Sesi 2 : Adaptasi perubahan aspek kognitif

Tanggal No Perubahan kgnitif Adaptasi

2.3 Sesi 3 : Stimulasi adaptasi perubahan aspek emosional


Perubahan yang terjadi pada aspek emosional adalah respon lansia terhadap
perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejadian atau peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang disebut dengan stress. Stress
berdampak terhadap emosi, lansia cendrung mudah marah, merasa tidak
dihargai, merasa sendiri, tidak diperhatikan, mudah tersinggung dan merasa
tidak berdaya (Maryam, 2008). Untuk itu diperlukan manajemen stress agar
lansia mampu menghadapi stressor dan menyesuaikan diri terhadap stressor.
Pada sesi tiga ini lansia belajar mengidentifikasi dampak stress terhadap
emosi, dan bagaimana cara mengatasinya. Cara-cara mengatasinya bersifat
individu bagi lansia adapun beberapa cara untuk menghadapi stress antara
lain :

1. Lakukan relaksasi otot (napas lega)

Latihan ini berupa latihan pernapasan, apabila mengalami gejala-gejala


seperti cepat marah, cepat tersinggung, tegang dan lelah. Lukan langkah-
langkah sebagai berikut : duduk senyaman mungkin, atau berdiri tegak,
tarik napas dalam dan tahan ( sampai hitungan ketiga), hembuskan napas
perlahan-lahan dengan suara kelegaan. Ulangi latihan ini sampai empat kali

2. Lakukan latihan fisik

Cara ini dapat digunakan apabila muncul gejala-gejala seperti lelah,


kram otot, nyeri leher dan punggung, tegang, sukar tidur, dan cemas.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

a. Kerutkan dahi dan pejamkan mata dengan kencang (sampai hitungan


ketiga-4) kemudian lemaskan
b. Monyongkan mulut kedepan (sampai hitungan 3-4) kemudian
lemaskan
c. Tarik pipi kesamping (hitungan 3-4) lemaskan
d. Tarik dagu sampai sampai menyentuh dada (sampai hitungan 3-4),
angkat dagu mendongak kedepan (sampai hitungan 3-4) kemudian
lemaskan
e. Angkat kedua bahu setinggi mungkin (sampai hitungan 3-4) kemudian
lemaskan
f. Kepalkan kedua telapak tangan, kencangkan lengan bawah dan lengan
atas kearah depan atau kesamping (sampai hitungan 3-4) kemudian
lemaskan
g. Lengkungkan punggung kebelakang sambil membusungkan dada
(sampai hitungan 3-4) kemudian lemaskan
h. Tarik napas dalam, kempiskan perut (sampai hitungan 3-4) kemudian
lemaskan
i. Dalam posisi duduk tarik ibu jari kaki, kencangkan betis, paha dan
bokong (sampai hitungan 3-4) kemudian lemaskan.

Ulangi setiap kegiatan sampai empat kali

3. Berpikir positif

Cara berpikir seseorang merupakan dasar dari kekuatan untuk bertindak,


cara berpikir mempengaruhi perasaan dan prilaku. Mengubah cara berpikir
dari negative ke positif merupakan psikoterapi jangka pendek, yang
menjadi dasar bagaimana seseorang berfikir dan bertingkah laku positif
dalam setiap interaksi. Dalam latihan ini akan membantu lansia berpikir
positif tentang dirinya, tentang orang lain dan lingkungan. Menerima
masukan positif dari orang lain danlingkungan selalu berpikir positif
tentang diri sendiri.

Latihan pada sesi ini akan diawali dengan mengidentifikasi pikiran- pikiran
negative pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Setelah itu lansia
diminta untuk mengidentifikasi pikiran-pikiran positif untuk mengkounter
pikiran negative. (Keliat, 2011).

2.3.1 Strategi pelaksanaan sesi 3


A. Tujuan: peserta mampu
a. Melakukan latihan pernapasan dan latihan fisik
b. Mengidentifikasi pikiran negatif terhadap diri sendiri, orang lain atau
lingkungan
c. Mengidentifikasi pikiran positif terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan
d. Mengubah pikiran negatif terhadap diri sendiri, lingkungan atau orang lain
B. Setting dan tempat
a. Kelompok dan terapis duduk dengan melingkar
b. Suasana ruangan harus nyaman dan tenang.
c. Peserta dan terapis menggunakan papan nama
C. Alat
Tape recorder, Alat tulis, buku kerja, raport, lembar evaluasi sesi 1, 2 dan
3.
D. Metode
a. Dinamika kelompok,
b. Diskusi,
c. Tanya jawab
d. Role play
E. Langkah-Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Persiapan peserta: Mengingatkan kontrak satu hari sebelumnya
dan sudah berada di ttempat pertemuan 15 menit sebelum dimulai
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Pelaksanaan
1. Fase orientasi
1) Salam terapeutik
Salam terapeutik terapis kepada peserta dan peserta memakai
papan nama
2) Evaluasi/validasi
(1) Menanyakan perasaan saat ini
(2) Menanyakan apakah peserta mendapatkan pengalaman baru
tentang perubahan aspek biologi dan seksual dan mendapatkan
cara baru beradaptasi dengan perubahan tersebut.
(3) Menanyakan apakah peserta mendapatkan pengalaman baru
tentang perubahan aspek kognitif dan menemukan cara baru
beradaptasi dengan perubahan tersebut.
(4) Menganjurkan peserta untuk mencek buku kerja
(5) Berikan pujian jika peserta telah melakukannya.
3) Kontrak
(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu adaptasi perkembangan
emosional dengan melakukan latihan napas lega, latihan fisik
dan latihan berpikir positif

(2) Menjelaskan aturan main sebagai berikut


- Setiap peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
- Lama kegiatan 40-60 menit
- Jika peserta akan meninggalkan kelompok harus meminta
izin kepada terapis
- Setiap peserta harus berperan aktif dalam mengungkapkan
pikiran, perasaan dan prilaku.
2. Fase Kerja
a) Latihan pernapasan, latihan fisik dan mengubah cara berpikir
(a) Terapis menjelaskan tetang manejemen stress; latihan otot
(napas lega), latihan fisik dan berpikir positif
(b) Terapis memperagakan latihan pernapasan dan latihan fisik,
peserta diminta memperhatikan dan menyimak latihan
(c) Terapis melatih lansia melakukan relaksasi napas dalam dan
relaksasi progresive
(d) Terapis meminta peserta untuk berpasangan melakukan latihan
pernapasan dan latihan fisik dan saling menilai. Berikan pujian
atas kemampuan peserta.
(e) Terapis menyepakati bersama dengan peserta bahwa
mengembangkan pikiran positif dapat mengurangi pikiran
negative. Setelah itu terapis menanyakan keyakinan peserta
terhadap kemampuan untuk dapat mengendalikan pikiran
dengan tekhnik tertentu.
(f) Terapis meminta peserta untuk memikirkan satu hal yang
peserta khawatirkan tentang diri peserta dan setelah itu
meminta peserta berkonsentrasi memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, tempat favorit, berpikir positif tentang diri
peserta sendiri.
(g) Terapis menanyakan bagaimana perasaan peserta pada saat
berpikir tentang point e.
(h) Terapis meminta peserta untuk mengidentifikasi pikiran
negative tentang dirinya, orang lain dan lingkungan dan
meminta untuk mencatat dibuku kerjanya.
(i) Meminta peserta lebih banyak menulis pikiran positif
dibandingkan pikiran negative
(j) Meminta peserta berbagi dalam kelompok tentang pikiran-
pikirannya
(k) Terapis memberikan pujian

b) Latihan berpikir positif


1) Terapis memberikan beberapa pernyataan kepada peserta untuk
diidentifikasi sebagai pikiran positif atau negative
2) Terapis meminta setiap peserta membacakan pikiran-pikiran
positifnya kemudian meminta setiap peserta memberikan
penilaian terhadap apa yang di sampaikan orang lain. Setelah
selesai, terapis akan membacakan juga penilaian positif terapis
terhadap semua anggota kelompok. Meminta peserta menulis
penilaian positif terhadap mereka yang disampaikan orang lain.
3) Memberikan kesempatan kepaada peserta untuk memikirkan
satu hal negative negative dalm dirinya dan mensubstitusi
dengan pikiran positif.
4) Terapis menganjurkan peserta agar jika menemukan perasan
negative, langsung disubstitusi dengan pikiran yang mereka
miliki.
5) Berikan pujian
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan peserta setelah kegiatan
2) Mengevaluasi kemampuan peserta melakukan latihan
pernapasan dan latihan fisik
3) Mengevaluasi kemampuan peserta mengidentifikasipikiran
negatif terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
4) Mengevaluasi kemampuan peserta mengubah pikiran positif
terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
5) Mengevaluasi kemampuan peserta mengubah pikiran negatif
menjadi pikiran positif dalam satu situasi tertentu
6) Memberikan pujian
b. Tindak lanjut
a) Menganjurkan peserta melakukan latihan pernapasan dan
latihan fisik
b) Menganjurkan peserta untuk mengenal pikiran-pikiran negatif
yang muncul
c) Menganjurkan peserta untuk mengembangkan pikiran-pikiran
positif dalam dirinya
d) Menganjurkan peserta mengembangkan kemampuannya dalam
merubah pikiran negatif menjadi pikiran positif
e) Mengingatkan peserta untuk mengembangkan kemampuannya
yang telah dilatih pada sesi satu, dua dan tiga.
f) Menganjurkan peserta untuk mencatat di buku kerja
c. Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati pertemuan sesi 4(empat)

2.3.2 Evaluasi Dan Dokumentasi


Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja,
keaktifan peserta dalam proses pelaksanaan secara keseluruhan.

Evaluasi dan dokumentasi kemampuan saat melakukan sesi 3 proses terapi


kelompok terapeutik lansia

Format Evaluasi dan Dokumentasi


Terapi Kelompok Terapeutik lansia
Sesi 3 : stimulasi adaptasi aspek perubahan emosional
Pertemuan ke 3; latihan pernapasan, latihan fisik, berikir positif

Tanggal.................................. kelompok :..........


kode peserta
No Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Mengungkapkan perasaan
2 Menyampaikan pengalaman
emosional berkaitan dengan kondisi
saat ini
3 Menyampaikan perubahan perubahan
emosional yang terjadi saat ini
4 Menyampaikan cara menstimulasi
adaptasi aspek perubahan emosional.
5 Menyampaikan perasaan setelah
menyebutkan cara beradaaptasi
dengan perubahan emosional
Jumlah

A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: Lansia dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : Lansia harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.
Evaluasi kemampuan peserta dalam kehidupan sehari-hari
1. Latihan pernapasan dan latihan fisik

Latihan yang dilakukan


Tanggal No
Latihan pernapasan Latihan fisik

2. Mengidentifikasi pikiran negatif


Pikiran negatif
Pikiran negatif Pikiran negatif
Tanggal No Terhadap diri
terhadap orang terhadap
sendiri
lain lingkungan

3. Mengidentifikasi pikiran positif

Pikiran positif
Pikiran positif Pikiran positif
Tanggal No Terhadap diri
terhadap orang terhadap
sendiri
lain lingkungan

4. Merubah cara berpikir

Tanggal No pikiran negatif Pikiran positif


2.4 Sesi 4 (empat) : stimulasi adaptasi perubahan aspek sosial

Aspek perubahan sosial ini juga didukung oleh teori ; teori sosiologi teori
pemutusan hubungan (disengagement theory) yang diperkenalkan oleh
Cumming dan Henry pada tahun 1961 (Meiner & Lueckenotte, 2006;
Ebersole, dkk, 2005; Fortinash & Worret, 2004). Teori ini menyatakan bahwa
dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya (Cumming & Henry, 1961 dalam Meiner & Lueckenotte, 2006;
Ebersole, at all, 2005; Fortinash & Worret, 2004). Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loos), yakni
kehilangan peran (loos of role), hambatan kontak sosial (restraction of
contacts and relationships) dan berkurangnya komitmen (reduced
commitment to social mores and values). Pada teori ini seorang lansia dapat
mengalami pemutusan hubungan atau interaksi dengan lingkungan sosialnya
sehubungan dengan perubahan peran sosial lansia tersebut di masyarakat.
Hilangnya peran sosial di masyarakat dapat mengarahkan lansia mengalami
isolasi sosial, perasaan sedih, merasa tidak berguna dan merasa sendiri.

Kondisi lain yang juga merupakan factor yang mempengaruhi integritas lansia
adalah pos power sindrom. Supardi, (2002) menyatakan Post Power Syndrom
(PPS) sebagai perubahan suatu keadaan yang sebelumnya menguntungkan
menjadi tidak menguntungkan seperti kehilangan pekerjaan, jabatan atau
perubahan status sosial ekonomi. Turner dan Helms (dalam Supardi, 2002)
menggambarkan penyebab terjadinya PPS dalam kasus kehilangan pekerjaan
yakni (1) kehilangan harga diri hilangnya jabatan menyebabkan hilangnya
perasaan atas pengakuan diri (2) kehilangan fungsi eksekutif, fungsi yang
memberikan kebanggaan diri; (3) kehilangan perasaan sebagai orang yang
memiliki arti dalam kelompok tertentu; (4) kehilangan orientasi kerja; (5)
kehilangan sumber penghasilan terkait dengan jabatan terdahulu. Semua ini
bisa membuat individu pada frustrasi dan menggiring pada gangguan
psikologis, fisik serta sosial.
Teori aktivitas menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang
aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Meiner & Lueckenotte, 2006;
Fortinash & Worret, 2004). Havighurst dan Albrecht (1953) pertama kali
mengemukakan bahwa lansia yang sukses berarti lansia yang tetap aktif
(Meiner & Lueckenotte, 2006). Teori ini melihat bahwa aktivitas diperlukan
untuk memelihara kepuasan hidup seseorang dan konsep diri yang positif.
Aktivitas lansia dapat dilihat secara luas sebagai fisik ataupun intelektual.
Oleh karena itu ketika seseorang sakit atau lansia, lansia dapat tetap aktif
dan mencapai kepuasan hidupnya (Havighurst, Neugarten & Tobin, 1963
dalam Meiner & Lueckenotte, 2006; Ebersole, dkk., 2005).

Berdasarkan teori ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas sosial sangat penting
bagi lansia khususnya sebagai sistem pendukung dan meningkatkan konsep
diri lansia itu sendiri. Namun pada kenyataannya masa lansia sebagian orang
merupakan masa pensiun atau berhenti bekerja. Kehilangan fungsi peran ini
akan mempengaruhi konsep diri lansia itu sendiri. Untuk menyesuaikan
dengan kondisi ini lansia memerlukan aktivitas sosial dalam kelompok seperti
perkumpulan lansia, majlis taqlim dan organisasi lainnya.

Stimulus aspek sosial yang dapat dilakukan dengan cara mendiskusikan bagaimana
upaya meningkatkan harga diri lansia sehingga lansia dapat merasa percaya diri
kembali untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain dan mampu
mengatasi situasi sulit atau konflik yang terjadi baik dari dalam diri sendiri, keluarga
maupun masyarakat. Pada sesi ini lansia belajar menidentifikasi aspek positif yang ada
di dalam diri dan aspek positif yang masih bisa di lakukan saat ini, cara berkomunikasi
yang baik, belajar cara menjalin persahabatan dengan orang lain dan belajar
mengatasi situasi sulit yang mungkin dihadapai dengan cara menjelaskan tentang
manfaat membina hubungan dengan orang lain serta kerugian bila menjauhkan diri
dari orang lain. Memotivasi lansia untuk mengikuti kegiatan bersama yang ada
dimasyarakat serta mengunjungi sanak keluarga. Sehingga setelah sesi ini lansia
diharapkan memiliki pengetahuan tentang cara membina hubungan dengan orang lain
dan dapat menghadapi situasi sulit seperti kesepian (loneliness) dan diharapkan
mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3.4.1 Tujuan: peserta mampu :


a. Mengidentifikasi aspek positif yang ada didalam diri
b. Menggunakan aspek positif yang dapat digunakan saat ini
c. Menjalin hubungan dengan keluarga dan masyarakat
d. Mengatasi situasi sulit yang dihadapi
e. Melakukan kegiatan bersama di kelompok maupun di masyarakat
3.4.2 Setting
a. Kelompok dan terapis duduk dengan melingkar
b. Suasana ruangan harus nyaman dan tenang.
c. Peserta dan terapis menggunakan papan nama
3.4.3 Alat
Flip chart, Leaflet membina hubungan harmonis dengan orang lain, Modul,
Alat tulis, buku raport, buku kerja,Lembar evaluasi sesi 1,2,3 dan 4
3.4.4 Metode
a. Dinamika kelompok,
b. Diskusi,
c. Tanya jawab
d. Role play
3.4.5 Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Persiapan peserta :Mengingatkan kontrak sehari sebelumnya
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
a) Salam terapeutik terapis pada peserta, kemudian terapis dan
peserta memakai papan nama
b) Evaluasi/validasi
(1) Menayakan perasaan lansia hari ini
(2) Menanyakan apakah lansia menemukan pengalaman baru
tentang perubahan-perubahan baik aspek biologi, seksual,
kognitif maupun emosional serta menemukan cara baru
untuk mengatasinya.
(3) Menanyakan pada lansia apakah apkah pikiran-pikiran
negatif yang muncul saat dirumah
(4) Menanyakan kepada lansia apakah tekhnik napas dalam
latihan fisik, dan berpikir positif dilakukan dirumah
(5) Melihat buku kerja lansia
(6) Berikan pujian jika lansia telah melakukannya.
c) Kontrak
(1) Menyepakati terapi sesi 4 (empat) yaitu stimulasi sosial
(2) Menyepakati tempat dan waktu pertemuan.

b. Fase Kerja
a) Terapis meminta peserta untuk menceritakan pengalaman dan
kondisi saat ini terkait dengan pekerjaan, dan situasi dirumah yang
membuat lansia merasa tidak percaya diri dan membatasi diri untuk
berinteraksi dengan orang lain serta upaya apa yang telah dilakukan
untuk mengatasinya.
b) Terapis meminta peserta untuk mengidentifikasi aspek positif yang
dimiliki peserta dan aspek positif yang masih bisa dilakukan saat ini.
c) Terapis memberikan pujian kepada peserta
d) Terapis memberikan materi tentang membina hubungan harmonis
dengan orang lain
e) Terapis menjelaskan dan mendemonstrasikan cara berkomunikasi
yang baik, menjalin persahabatan serta mengatasi situasi sulit.
f) Terapis meminta lansia untuk berpasangan mendemonstrasikan cara
berkomunikasi, menjalin persahabatan dan mengatasi situasi sulit.
g) Terapis memberikan permainan susun kata untuk memotivasi
kegiatan bersama.
h) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
c. Terminasi
a) Evaluasi
(1) Menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti terapi kelompok
terapeutik sesi 4
(2) Mengevaluasi kemampuan peserta tentang penggunaan aspek
positif diri
(3) Mengevaluasi cara berkomunikasi yang baik, menjalin
persahabatan, mengatasi situasi sulit dan melakukan kerjasama
dengan anggota kelompok
(4) Mengevaluasi kemampuan peserta mendemonstrasikan cara
berkomunikasi, dan menjalin persahabatan
(5) Memberikan umpan balik positif atas kerjasama lansia yang baik.
b) Tindak lanjut
(1) Menganjurkan kepada lansia untuk melakukan membina
hubungan harmonis dengan tetangga
(2) Masukan dalam jadwal kegiatan harian lansia.
c) Kontrak yang akan datang
Menyepakati pertemuan sesi 5(lima) tentang adaptasi aspek
perubahan spiritual

2.4.2 Evaluasi Dan Dokumentasi


Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan
peserta, dalam proses pelaksanaan secara keseluruhan.

Evaluasi dan dokumentasi kemampuan saat melakukan sesi 4 proses terapi


kelompok terapeutik lansia

Format Evaluasi dan Dokumentasi


Terapi Kelompok Terapeutik lansia
Sesi 4 : stimulasi adaptasi aspek perubahan sosial

Tanggal.................................. kelompok :..........


No Aspek yang dinilai kode peserta
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Mengungkapkan perasaan
2 Menyampaikan positif yang ada di
dalam diri dan mengidentifikasi
aspek positif yang masih bisa
dilkukan
3 Menyampaikan dan
mendemonstrasikan cara
berkomunikasi yang baik
4 Menyampaikan dan
mendemonstrasikan cara menjalin
persahabatan
5 Menyampaikan dan
mendemonstrasikan cara mengatasi
situasi sulit
6 Melakukan kerjasama di dalam
kelompok
Jumlah

A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: lansia dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai < 3 : lansia harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.

Evaluasi kemampuan peserta dalam kehidupan sehari-hari


1. Mengidentifikasi aspek positif diri
2. Mengidentifikasi aspek positif yang bisa dilakukan saat ini
3. Cara berkomunikasi yang baik
4. Cara menjalin persahabatan
5. Cara mengatasi situasi sulit
6. Bekerjasama dengan orang lain

a. Kemampuan identifikasi aspek positif diri


aspek positifku yang
Tanggal No Aspek positifku
bisa dilakukan saat ini

b. Kemampuan berkomunikasi ku
Kemampuan Tanggal
No
Berkomunikasi
1 Kontak mata
2 Tersenyum
3 Posisi badan tegak
4 Menjawab pertanyaan
5 Bertanya untuk klarifikasi

c. Kemampuan menjalin persahabatan


Kemampuan Menjalin Tanggal
No
Persahabatan
1 Memberi pertolongan
2 Meminta pertolongan
3 Memberikan pujian
4 Menerima pujian

d. Bekerjasama dalam melakukan aktivitas

Tanggal No Aktivitas di Keluarga Aktivitas di Masyarakat

2.5 Sesi 5 (kelima) : stimulasi adaptasi perubahan aspek spiritual


Dari segi spiritual pada umumnya lansia mengharapkan panjang umur,
semangat hidup, tetap berperan sosial, dihormati, mempertahankan hak dan
hartanya, tetap berwibawa, kematian dalam ketenangan dan diterima di sisi-
Nya (khusnul khotimah), dan masuk surga (Suardiman, 1999). Bertambah
usia meningkatkan kematangan dalam berpikir dan bertindak sehingga segi
spiritual lansia menjadi lebih baik yang akan berpengaruh dalam mengambil
keputusan dan menentukan sikap dalam kehidupan sehari-hari.

Kebutuhan spiritual (keagamaan) dapat memberikan ketenangan batiniah.


Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya
terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa lanjut usia
yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada orang
yang religious, lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih
cepat dibandingkan yang non religious, lanjut usia yang religius lebih kebal
dan tenang menghadapi operasi, lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah
menghadapi stres daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental
emosional jauh lebih kecil, lanjut usia yang religius tabah dan tenang
menghadapi saat-saat terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.

Beberapa penelitian juga menunjukkan adanya hubungan positif antara


agama dan keadaan psikologis lanjut usia, yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Koenig, Goerge dan Segler (1988 dalam Papalia & Olds, 1995) yang
menunjukkan bahwa strategi menghadapi masalah yang tersering dilakukan
oleh 100 responden berusia 55th 80th tahun terhadap peristiwa yang paling
menimbulkan stres adalah berhubungan dengan agama dan kegiatan religius
(Saadah, 2003).

Keintensifan pada kehidupan agama pada lanjut usia tidak hanya mempunyai
sisi nilai positif pada aspek kejiwaannya saja, tetapi memiliki sisi positif pada
aspek fisik dan sosialnya. Koenig (Schumaker, 1992) mengemukakan bahwa
dari penelitiannya menunjukkan bahwa lanjut usia yang berminat pada
keyakinan agama dan melaksanakan berbagai ritual yang ada dalam
keyakinan beragamanya, memiliki proporsi yang berarti dalam menghadapi
suatu masalah (cope) dengan lingkungannya, hubungan interpersonal dan
stress yang diakibatkan oleh kesehatan fisik. Koping agama juga terkait erat
dengan penyesuaian diri yang baik pada lanjut usia (Hadisuprapto dalam
Hakim, 2003). Sehingga stimulasi adaptasi pada aspek ini dapat diberikan
mengenai bagaimana manfaat mengikuti kegiatan yang berkaitan degan
keagamaan serta pemberian materi manfaat spiritual dalam persiapan
menghadapi kematian. Materi ini diberikan dengan tujuan agar setelah
menyelesaikan sesi ini lansia diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam
menghadapi kematian.

A. Tujuan: perserta mampu :


a. Mengidentifikasi keyakinan spiritual yang memenuhi kebutuhan untuk
memperoleh arti dan tujuan hidup, mencintai, keterikatan dan pengampuan
dari Tuhan.
b. Menggunakan kekuatan keyakinan, harapan dan rasa nyaman ketika
menghadapi peristiwa hidup
c. Mengembangkan praktek spiritual yang memupuk komunikasi dengan diri
sendiri dan dengan Tuhan dalam mempersiapkan kematian.
d. Mengekspresikan kepuasan dengan keharmonisan antara keyakinan spiritual
dengan kehidupan sehari-hari
B. Setting dan tempat
a. Kelompok dan terapis duduk dengan melingkar
b. Suasana ruangan harus nyaman dan tenang.
c. Peserta dan terapis menggunakan papan nama
C. Alat
Flip chart, Leaflet, Modul, Alat tulis, Lembar evaluasi 1,2,3 dan 4, buku kerja buku
raport
D. Metode
a. Dinamika kelompok,
b. Diskusi,
c. Tanya jawab
E. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a Persiapan peserta : Mengingatkan kontrak satu hari sebelum kegiatan
b Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
a) Salam terapeutik terapis kepada peserta
b) Evaluasi/validasi
(1) Menayakan perasaan peserta saat ini
(2) Mengevaluasi pengalaman baru peserta terhadap perubahan
aspek biologis dan seksual dan upaya adaptasi yang dibunakan
(3) Mengevaluasi perubahan aspek kognitif peserta dan
kemampuan adaptasi yang dilakukan
(4) Mengevaluasi perubahan aspek emosional peserta dan
kemampuan adaptasi yang dilakukan
(5) Mengevaluasi perubahan aspek sosial peserta dan kemampuan
adapatasi yang dilakukan
(6) Memotivasi peserta untuk melihatkan buku kerja
(7) Berikan pujian jika peserta telah melakukannya.
c) Kontrak
(1) Menyepakati terapi sesi 5(lima) yaitu stimulasi spiritual
(2) Menyepakati tempat dan waktu pertemuan.
b. Fase Kerja
a) Terapis meminta peserta untuk mengidentifikasi tujuan hidup dan
harapan hidup yang belum tercapai dan yang sudah tercapai
b) Terapis meminta peserta menceritakan pengalaman terhadap
suatu peristiwa yang berkaitan dengan keyakinan (agama) dan
upaya yang dilakukan.
c) Terapis meminta peserta mengidentifikasi kegiatan ibadah yang
dilakukan saat ini.
d) Terapis memberikan pujian
e) Terapis menjelaskan manfaat spiritual bagi lansia sebagai motivasi
hidup semangat hidup dan persiapan menghadapai kematian
c. Terminasi
a) Evaluasi
(1) Menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti terapi
kelompok terapeutik sesi 5
(2) Memberikan umpan balik positif atas kerjasama lansia yang
baik.
b) Tindak lanjut
(1) Memotivasi peserta meningkatkan aktivitas rutin keagamaan
(2) Memotivasi lansia mengikuti kegiatan keagaman di masyarakat
(3) Memotivasi peserta menggunakan kekuatan keyakinan sebagai
motivasi dan semangat hidup dalam menghadapi kematian
(4) Catat dalam buku kerja
c) Kontrak yang akan datang
Menyepakati rencana pertemuan sesi 5(lima) adaptasi
perubahan aspek spiritual.

2.5.2 Evaluasi Dan Dokumentasi


Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan
peserta, proses pelaksanaan secara keseluruhan.

Evaluasi dan dokumentasi kemampuan saat melakukan sesi 5(lima) proses


terapi kelompok terapeutik lansia.

Format Evaluasi dan Dokumentasi


Terapi Kelompok Terapeutik lansia
Sesi 5 : stimulasi adaptasi aspek perubahan Spiritual

Tanggal.................................. kelompok :..........


Kode Peserta
No Aspek yang Dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Mengungkapkan perasaan
2 Mengidentifikasi kekuatan dukungan
spiritual( kelompok pengajian, membaca
kitab suci dll)
2 Menyampaikan tujuan dan harapan hidup
yang sudah tercapai dan yang belum
tercapai
3 Menyampaikan peristiwa yang menantang
spiritual dan upaya mengatasinya
4 Menyampaikan kepuasan terhadap
keyakinan dan menggali alternatif baru
untuk menguatkan keyakinan.
6 menyatakan dukungan keyakinan untuk
kesiapan menghadapi kematian
Jumlah

A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: lansia dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai < 3 : lansia harus melatih diri untuk meningkatkan
keyakinan atau aspek spiritualnya

Evaluasi kemampuan peserta dalam kehidupan sehari-hari


a. Mengidentifikasi harapan dan tujauan yang sudah tercapai dan belum
tercapai
b. Mengidentifikasi dukungan kekuatan keyakinan dalam peristiwa sehari-
hari.
c. Mengidentifikasi peristiwa yang menantang spiritual dan upaya yang
dilakukan untuk adaptasi

a. Kemampuan identifikasi pencapaian harapan dan tujuan hidup

Tujuan
Tujuan
Harapan yang Harapan yang yang
Tanggal No yang belum
belum tercapai sudah tercapai sudah
tercapai
tercapai

b. Kemampuan menggunakan kekuatan keyakinan


Tanggal No Peristiwa/Kejadian Hidup Kekuatan Keyakinan

c. Kemampuan adaptasi terhadap peristiwa yang menantang keyakinan


Peristiwa yang menantang
Tanggal No Adaptasi
spiritual

2.6 Sesi 6 (enam) : Evaluasi perkembangan integritas diri lansia.


Evaluasi intergritas diri, sesi ini merupakan kegiatan terakhir dari terapi.
Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah mengevaluasi pencapaian
integritas diri lansia. Kegiatan ini meliputi berbagi pengalaman yang didapat
setelah melakukan kegiatan sesi 1 sampai 5untuk mencapai peningkatan
integritas diri, penerimaan diri sebagai lansia dan meningkatkan interaksi
lansia dengan orang lain,
A. Tujuan: Peserta mampu :
a. Menyampaikan perubahan aspek biologi dan seksual dan kemampuan adaptasi
terhadap perubhan tersebut
b. Menyampaikan perubahan kognitif dan kemampuan adaptasi terhadap
perubahan tersebut
c. Menyampaikan perubahan emosional dan kemampuan adaptasi terhadap
perubahan tersebut
d. Menyampaikan perubahan sosial dan kemampuan adaptasi terhadap
perubahan tersebut
e. Menyampaikan perubahan spiritual dan kemampuan adaptasi terhadap
perubahan tersebut.
B. Setting dan tempat
a. Kelompok dan terapis duduk dengan melingkar
b. Suasana ruangan harus nyaman dan tenang.
c. Peserta dan terapis menggunakan papan nama
C. Alat
Modul, alat tulis, buku kerja, buku raport, lembar evaluasi sesi 1,2,3,4,5 dan 6
D. Metode
a. Dinamika kelompok,
b. Diskusi dan Tanya jawab
E. Langkah-Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Persiapan peserta : Mengingatkan kontrak satu hari sebelumnya
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Pelaksanaan
1) Fase Orientasi
a) Salam terapeutik terapis kepada peserta
b) Evaluasi/validasi
(1) Menayakan perasaan lansia hari ini
(2) Menanyakan apakah lansia telah melakukan sesi 1,2,3 4, dan 5 di
rumah
(3) Meminta lansia untuk melakukan sesi 1,2,3,dan 4 dan 5
(4) Berikan pujian jika klien telah melakukannya.
c) Kontrak
(1) Menyepakati terapi sesi 6(enam) yaitu sharing stimulasi
integritas diri
(2) Menyepakati tempat dan waktu pertemuan.
2) Fase Kerja
a) Terapis meminta lansia untuk menjelaskan adaptasi aspek biologis
dan seksual
b) Terapis meminta kepada lansia untuk menjelaskan adaptasi aspek
kognitif
c) Terapis meminta kepada lansia untuk menjelaskan adaptasi aspek
emosional
d) Terapis meminta lansia untuk menjelaskan adaptasi aspek sosial
e) Terapis meminta kepada lansia menjelaskan adaptasi aspek spiritual
f) Terapis memberikan pujian
g) Terapis bersama kelompok membuat kesimpulan
3) Terminasi
a) Evaluasi
(1) Menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti terapi kelompok
terapeutik sesi 6 (enam)
(2) Memberikan umpan balik positif atas kerjasama lansia yang baik.
b) Tindak lanjut
(1) Menganjurkan kepada lansia untuk melakukan semua sesi yang
sudah diberikan dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
(2) Masukan dalam jadwal kegiatan harian lansia.

2.6.2 Evaluasi Dan Dokumentasi


Evaluasi kegiatan secara periodik
Format Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok terapeutik lansia
Format Evaluasi dan Dokumentasi
Terapi Kelompok terapeutik lansia
Sesi 6 : Evaluasi Integritas diri
Pertemuan ke 6; Pencapaian integritas diri

Nilai
No Aspek yang dinilai
Tanggal Tanggal
1 Menyampaikan stimulasi adaptasi aspek
perubahan biologi dan seksual
2 Menyampaikan stimulasi adaptasi aspek
perubahan kognitif
3 Menyampaikan stimulasi adaptasi aspek
perubahan emosional
4 Menyampaikan stimulasi perubahan aspek
sosial
5 menyampaikan stimulasi adaptasi aspek
perubahan spiritual
6 Mengungkapkan perasaan senang (gembira)
setelah mengikuti kegitan terapi dari sesi 15
6 Menyampaikan perasaan puas atas kehidupan
yang telah dijalani.
7 Menyampaikan perasaan dirinya masih
berguna.
8 Menyampaikan perasaan dirinya masih
berharga.
9 Menyampaikan perasaan masih mempunyai
semangat dalam menjalani kehidupan.
10 Menyatakan memperoleh banyak teman
setelah mengikuti kegiatan terapi.
11 Menyampaikan motivasi klien untuk
melakukan kegiatan yang sama lebih sering.
12 menyampaikan perasaan siap menghadapi
datangnya kematian
13 Menyampaikan komitmen (pernyataan) untuk
lebih banyak melakukan kegiatan spiritual
dalam kehidupan sehari-hari.
Jumlah

Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
BAB 3
PENUTUP

Kemampuan adaptasi lansia terhadap perubahan yang terjadi pada tahap tumbuh
kembangnya, dapat membantu lansia menyelesaikan tugas tumbuh kembangnya
dalam mencapai integritas diri. Dimana kondisi perubahan pada lansia tersebut
dapat berdampak terhadap fisik dan mental sehingga menyebabkan lansia menjadi
tidak produktif dan berguna bagi keluarga dan masyarakat.

Komunitas adalah tempat dimana lansia sehat berada yang dapat dijadikan sebagai
lahan untuk mengembangkan program kesehatan jiwa. Diharapkan dengan
kegiatan ini dapat membekali lansia menyelesaikan tugas perkembangannya
dalam mempertahankan dan memelihara integritas diri. Untuk itulah dibutuhkan
stimulasi adaptasi melalui terapi kelompok terapeutik lansia yang ditujukan untuk
kelompok lansia sehat dengan diagnose potensial perkembangan integritas diri.

Terapi kelompok terapeutik adalah terapi yang tepat untuk individu sehat dimana
salah satu indikasi dari terapi ini adalah untuk stimulasi perkembangan pada
semua tingkat usia. Melalui modul terapi kelompok terapeutik lansia, lansia
memiliki modal yang kuat untuk mempertahankan dan memelihara kesehatan jiwa
serta dapat mencapai integritas diri dan dapat terhindar dari keputusasaan
DAFTAR PUSTAKA

Atchley, R.C. dan Barusch, A.S. (2004). Social forces and Aging ; an introduction
to social gerontology. (10th ed.). USA: Thomson Learning, Inc.
BPKP Republik Indonesia. (1998). Undang-undang Republik Indonesia nomor 13
tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia.
http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/uu/1998/13-98.pdf, diperoleh 03
Pebruari 2010
Collins, C. (2006). Life Review And Reminiscence Group Therapy Among Senior
Adults. http://etd.lib.ttu.edu/theses/available/etd-
04182006223851/unrestricted/Collins_Cassondra_Diss.pdf, diperoleh 14
Pebruari 2009
Ebersole, P., et al., (2005). Gerontological nursing and health aging, (2nd ed.).
USA, Philadelphia: Mosby, Inc.
Fortinash, K.M. dan Worret, P.A.H. (2004). Psychiatric mental health nursing.
(3rd ed.). USA: Mosby, Inc
Ham, R.J., et al (2007). Primary care geriatric ; a case-based approach. (5th ed.).
Philadelphia: Mosby, Inc
Kennard, C (2006). Reminiscance Therapy and Aktivities for People with
Dementia.
http.//www.alzheimers.about.com/cs/treatmentoptions/a/reminiscence.html,
diperoleh 24 Pebruari 2009
Parese, E.F., Simon, M.R. dan Ryan, E. (2008). Promoting positive student
clinical experiences with older adults through use of group Reminiscence
therapy. Journal of Gerontological Nursing Vol. 34, No. 12, 2008.
http://proquest.umi.com, diperoleh 10 Januari 2010ield
RIPFA (2006). Reminiscance therapy for people with Dementia. http.//www.
ripfa.org.uk/evidenceclusters/displayCLUSTER4.asp?catID, diperoleh 24
Pebruari 2009
Stinson, C. K. (2009). Structured group reminiscence: An intervention for older
adults. The Journal of Continuing Education in Nursing. November 2009
Vol 40, No 11. http://proquest.umi.com, diperoleh 11 Januari 2010
Stuart, G. W. & Laraia, M.T. (2005). Principle and Practice of Psychiatric
Nursing. (8th ed.). Philadelphia, USA: Mosby, Inc.
Wheeler, K. (2008). Psychotherapy for the advanced practice psychiatric nurse.
USA: Mosby, Inc.
World Health Organization. (2010). Proposed working definition of an older
person in Africa for the MDS project. http://www.who.int.html, diperoleh
12 Januari 2010.
MODUL

TERAPI KELOMPOK SUPORTIF

Oleh:

Mustikasari,SKp., MARS

Prof. Achir Yani S Hamid, MN., DNSc

Ners.M. Nawawi N, S.Kp

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Terapi kelompok suportif merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang

secara luas digunakan pada tatanan keluarga sakit dan komunitas didasarkan

pada penatalaksanaan psikiatri (Stuart & Laraia, 2005). Terapi ini dilakukan

dengan menggunakan tiga pendekatan dasar: ekspresi perasaan, dukungan

sosial, dan keterampilan manajemen kognitif. Supportif group merupakan

sekumpulan orang-orang yang berencana, mengatur dan berespon secara

langsung terhadap isu-isu dan tekanan yang khusus maupun keadaan yang

merugikan. Tujuan awal dari grup ini didirikan adalah memberikan suport dan

menyelesaikan pengalaman isolasi dari masing-masing anggotanya (Grant-

Iramu, 1997 dalam Hunt, 2004).

Kriteria pemberian psikoterapi kelompok adalah suatu kelompok

individu yang berkumpul untuk satu tujuan terapeutik, dibantu oleh seorang

pemimpin yang profesional, interaksi serta hubungan antar anggota digunakan

sebagai alat untuk mengklarifikasi, memotivasi, atau mengubah perilaku

(Powles, 1964 dalam Scott, 1995). Diharapkan dengan terapi kelompok suportif

ini mampu mengakomodasi respon negative dan mengatasi masalah

kemampuan keluarga dalam merawat anak tunagrahita yang dialami kelompok.

Strategi dasar dalam Terapi kelompok suportif adalah menciptakan

suasana yang aman dimana anggota dapat bekerja bersama terapis untuk

mengatasi rintangan baik dari dalam maupun dari luar yang hadir dalam

mencapai tujuannya (Appelbaum, 2005). Pemberiannya terapi suportif dapat


dilakukan satu atau dua kali dalam seminggu dengan durasi 50 menit setiap

sesinya (Rockland, 1989), namun menurut Holmes (1995), di Inggris

pelaksanaannya dapat kurang dari satu minggu yakni bisa empat hari sekali,

sebulan sekali, atau bahkan dua bulan sekali dengan durasi 20-50 menit untuk

setiap sesinya. Jadi pemberian Dalam pelaksanaannya terapi kelompok suportif

dipimpin oleh seorang profesional dengan kemampuan mengelola kelompok,

sehingga seluruh anggota berperan aktif menyampaikan gagasan dan

mengekspresikan perasaannya sehingga tujuan dari terapi dapat tercapai.

B. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan perawat:
1. Mampu melakukan Terapi Suportif
2. Mampu melakukan evaluasi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor
BAB II
PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI SUPORTIF KELOMPOK
Terapi Suportif merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat dilakukan pada
berbagai situasi dan kondisi.
A. Pengertian
Supportif group merupakan sekumpulan orang-orang yang berencana,
mengatur dan berespon secara langsung terhadap issue-isue dan tekanan yang
khusus maupun keadaan yang merugikan. Tujuan awal dari grup ini didirikan
adalah memberikan support dan menyelesaikan pengalaman isolasi dari
masing-masing anggotanya (Grant-Iramu, 1997 dalam Hunt, 2004).

Menurut Heller, dkk.(1997, dalam Chien, Chan, dan Thompson, 2006), hasil
penelitian mengindikasi peer support (dukungan kelompok) berhubungan
dengan peningkatan fungsi secara psikologis dan beban keluarga, sedangkan
mutual support (dukungan yang bermanfaat) adalah suatu proses pastisipasi
dimana terjadi aktifitas berbagi berbagai pengalaman (sharing experiences),
situasi, dan masalah yang difokuskan pada prinsip memberi dan menerima,
mengaplikasikan keterampilan swabantu (self help), dan pengembangan
pengetahuan (Cook, dkk., 1999 dalam Chien, Chan, dan Thompson, 2006).

Supportif group hampir mirip dengan self help group, hanya saja pada support
group fasilitator kelompok merupakan orang professional yang terlatih dalam
pekerjaan sosial, psikologi, keperawatan dan lainnya yang dapat memberikan
arti dan aturan kepemimpinan yang benar dalam kelompok.

B. Tujuan Terapi Kelompok Suportif


Tujuan Terapi Kelompok Suportif adalah memberikan support terhadap
kelompok (keluarga) sehingga mampu menyelesaikan krisis yang dihadapinya
dengan cara membangun hubungan yang bersifat suportif antara klien-terapis,
meningkatkan kekuatan keluarga, meningkatkan keterampilan koping
keluarga, meningkatkan kemampuan keluarga menggunakan sumber
kopingnya, meningkatkan otonomi keluarga dalam keputusan tentang
pengobatan, meningkatkan kemampuan keluarga mencapai kemandirian
seoptimal mungkin, serta meningkatkan kemampuan mengurangi distres
subyektif dan respons koping yang maladaptif.

C. Prinsip Terapi Kelompok Suportif


Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan Terapi Suportif
Keluarga (Chien, Chan, & Thompson, 2006):
1. Memperlihatkan hubungan saling percaya.
2. Memikirkan mengenai ide dan alternatif untuk memecahkan masalah (the
dialetical process).
3. Mendiskusikan area yang tabu (tukar pengalaman mengenai rahasia dan
konflik internal secara psikologis).
4. Menghargai situasi yang sama dan bertindak bersama.
5. Adanya sistem dukungan yang membantunya (mutual support and
assistance).
6. Pemecahan masalah secara individu.

D. Karakteristik Terapi Kelompok Suportif


1. Kelompok kecil berjumlah 10-12 orang
2. Anggota homogen
3. Anggota berpartisipasi penuh dan mempunyai otonomi
4. Kepemimpinan kolektif
5. Keanggotaan sukarela dan non politik
6. Anggota saling membantu dan dapat melakukan pertemuan di luar sesi.

E. Aturan dalam Terapi Kelompok Suportif


Aturan dalam pemberian Terapi Suportif Kelompok meliputi:
13. Terapis dan kelompok berperan aktif dengan komunikasi dua arah. Terapis
harus selalu berperan serta aktif dalam memimpin dan tiap keluarga
berperan secara aktif untukberbagi pengetahuan dan harapan terhadap
pemecahan masalah serta menemukan solusi melalui kelompok.
14. Melibatkan dukungan dari keluarga dan sosial serta tanggung jawabnya
dalam pengambilan keputusan.
15. Supportive group adalah kelompok self supporting sehingga keluarga
harus berbagi pengetahuan dan harapan terhadap pemecahan masalah
serta menemukan solusi melalui kelompok. Pembiayaan untuk
pelaksanaan kegiatan ditanggung bersama kelompok.
16. Terapis merespon pertanyaan anggota kelompok, menghindari interograsi,
konfrontasi, dan interpretasi. Melakukan klarifikasi pada keluarga tentang
masalahnya dengan memberikan nasehat, melakukan konfrontasi suportif,
membatasi seting, memberikan pendidikan kesehatan dan jika perlu
melakukan perubahan lingkungan keluarga.
17. Kenyamanan secara fisik dan emosi harus dijaga. Sesama anggota saling
memahami, mengetahui dan membantu berdasarkan kesetaraan, respek
antara satu dengan yang lain dan hubungan timbal balik. Kelompok harus
menghargai privacy dan kerahasiaan dari anggota kelompoknya.
18. Harus mampu menunjukkan rasa empati, ketertarikan atau keseriusan
terhadap masalah keluarga, dan menganggap keluarga sejajar
kedudukannya dengan terapis.
19. Setiap anggota kelompok harus mengekpresikan pikiran dan perasaannya.
20. Tujuan terapi harus dijaga sejak awal sampai akhir.
21. Berperilaku jujur kepada kelompok dengan selalu menceritakan setiap
perkembangan yang terjadi pada keluarga dan melihat bagaimana respon
keluarga saat diberitahukan tentang kondisinya.

F. Keanggotaan Terapi Kelompok Suportif


Syarat yang harus dipenuhi dalam melibatkan keluarga meliputi:
8. Keluarga yang memiliki anggota keluarga dan tinggal serumah.
9. Berusia antara 26 sampai 60 tahun.
10. Bersedia untuk berpartisipasi penuh selama mengikuti terapi.
11. Dapat membaca dan menulis.
G. Pengorganisasian Terapi Suportif Kelompok
1. Leader Terapi Suportif Kelompok
Terapi dipimpin oleh terapis dengan tugasnya yang meliputi:
a. Memimpin jalannya diskusi.
b. Menentukan lama pertemuan (50 menit).
c. Menciptakan dan mempertahankan suasana yang bersahabat agar
keluarga dapat kooperatif, produktif, dan berpartisipasi.
d. Memilih topik pertemuan sesuai dengan daftar masalah bersama
dengan keluarga..
e. Membimbing diskusi, menstimulasi keluarga, dan mencegah monopoli
saat diskusi.
f. Memberikan kesempatan keluarga untuk mengungkapkan apa yang
diketahuinya mengenai tunagrahita.
g. Memberikan kesempatan keluarga untuk mengekspresikan
masalahnya.
h. Memberikan motivasi keluarga untuk mengungkapkan pendapat dan
pikirannya tentang berbagai macam informasi.
i. Memahami opini yang diberikan keluarga.
j. Memberikan umpan balik positif kepada keluarga mengenai perawatan
anggota keluargayang sudah benar dilakukannya selama ini.
k. Memberikan penjelasan dan masukan mengenai perawatan anggota
keluargayang belum diketahui/belum dipahami oleh keluarga.

2. Anggota kelompok Terapi Kelompok Suportif


Tugas keluarga sebagai anggota kelompok meliputi:
a. Mengikuti jalan atau proses pelaksanaan Terapi KelompokSuportif
sesuai dengan kesepakatan yang dibuat antara anggota kelompok dan
leader (pemimpin kelompok).
b. Berpartisipasi aktif selama proses kegiatan berlangsung, memberikan
masukan, umpan balik selama proses diskusi, dan melakukan simulasi.
H. Waktu pelaksanaan Terapi Kelompok Suportif
Waktu pelaksanaan terapi sesuai dengan kesepakatan kelompok. Pertemuan
dilaksanakan seminggu sekali, seminggu dua kali atau dua minggu sekali
disesuaikan dengan kebutuhan keluarga dengan alokasi waktu selama kegiatan
50 menit.

I. Tempat pelaksanaan Terapi Suportif Kelompok


Tempat pelaksaanaan terapi ini menggunakan setting komunitas sehingga
dapat dilakukan di rumah salah satu keluarga, balai pertemuan, ataupun sarana
lainnya yang tersedia di masyarakat.

J. Pelaksanaan Terapi Suportif Kelompok


Pada penelitian ini, Terapi Suportif Kelompok (TSK) dilaksanakan dalam 4
(empat) sesi, yakni: sesi pertama mengidentifikasi kemampuan keluarga dan
sistem pendukung yang ada, sesi kedua menggunakan sistem pendukung
dalam keluarga, sesi ketiga sistem menggunakan sistem pendukung di luar
keluarga, dan sesi keempat mengevaluasi hasil dan hambatan penggunaan
sumber.
Keempat sesi pada TSK merupakan pengembangan dari berbagai
aktifitasSupport System Enhancement yang dijelaskan oleh McCloskey &
Bulechek (1996, dalam Stuart Laraia, 1998) dan mutual support group bagi
keluarga menurut Chien, Chan, dan Thompson (2006). Berbagai aktifitas di
dalam Support System Enhancement meliputi:
1. Mengakses respon psikologis
2. Menentukan jejaring sosial yang ada dan adekuat
3. Mengidentifikasi family support (dukungan bagi keluarga)
4. Mengidentifikasi family financial support (dukungan finansial bagi
keluarga)
5. Menentukan support system (sistem dukungan) yang biasa digunakan
6. Menentukan hambatan dalam menggunakan support system
7. Memonitor situasi keluarga saat ini
8. Menganjurkan klien berpartisipasi dalam aktifitas sosial dan masyarakat
9. Menganjurkan berinteraksi dengan orang lain yang sama-sama tertarik
dan memiliki tujuan
10. Mengarahkan pada Self Help Group sebagai terapi yang dapat dilakukan
secara mandiri.
11. Mengakses sumber masyarakat yang adekuat untuk mengidentifikasi
kelemahan dan kelebihan
12. Mengarahkan pada masyarakat berdasarkan pada hal peningkatan,
pencegahan, pengobatan, atau program rehabilitasi yang tepat
13. Menyediakan layanan perawatan dan cara yang suportif
14. Melibatkan keluarga, pihak lain, dan teman dalam hal perawatan dan
perencanaan
15. Menjelaskan pada yang lain bagaimana cara mereka dapat membantu
Terapi Suportif Kelompok ini, sesi merupakan cakupan dari tahapan aktifitas:
1, 2, 3, 4, 5, dan 6, sesi dua merupakan cakupan dari aktifitas: 7, 8, dan 9, sesi
ketiga merupakan cakupan dari aktifitas: 10, 11, dan 12 sedangkan sesi
keempat merupakan cakupan dari aktifitas: 13, 14 dan 15. Sedangkan 5 tahap
di dalam pengembangan mutual support group meliputi: perjanjian,
penyampaian kebutuhan psikologis, pemberian kebutuhan psikologis bagi
klien dan keluarga, penggunaan peran baru dan tantangannya, dan terminasi.
1. Sesi pertama: mengidentifikasi kemampuan keluarga dan sumber
pendukung yang ada.
Pada sesi ini, yang dilakukan adalah mendiskusikan dengan keluarga
mengenai: apa yang diketahuinya mengenai masalh yang dialami, cara
yang biasa dilakukan dan hambatannya dalam merawat Anggota keluarga
yang sakit, sumber pendukung yang ada, selain itu, memberi motivasi
pada keluarga untuk mengungkapkan pendapat dan pikirannya tentang
berbagai macam informasi yang diketahui, memberi umpan balik positif
kepada keluarga mengenai perawatan anggota keluarga yang sakit yang
sudah benar dilakukannya selama ini, dan memberi masukan serta
penjelasan mengenai perawatan anggota keluarga yang sakit yang belum
diketahui/belum dipahami. Hasil dari sesi pertama ini, keluarga mampu
menjelaskan: kemampuan positifnya dalam merawat klien dan masalah
yang dihadapinya, serta menjelaskan sumber pendukung yang ada.
2. Sesi kedua: menggunakan sistem pendukung dalam keluarga, monitor, dan
hambatannya.
Pada sesi ini yang dilakukan adalah: mendiskusikan dengan keluarga
mengenai sistem pendukung dalam keluarga dan kemampuan positif
dalam merawat anggota keluarga yang sakit serta hambatannya, melatih
serta meminta keluarga untuk melakukan demonstrasi menggunakan
sistem pendukung dalam keluarga dengan melibatkan anggota kelompok
lainnya.Hasil dari sesi kedua ini, keluarga memiliki daftar sistem
pendukung yang ada dalam keluarga dan kemampuan yang dimiliki untuk
membantu klien, keluarga mampu melakukan role play menggunakan
sistem pendukung yang ada dalam keluarga, mengetahui cara mengunakan
sistem pendukung yang ada dalam keluarga, dan mampu memonitor dalam
pelaksanaan, hasil, serta hambatan menggunakan sistem pendukung yang
ada dalam keluarga.
3. Sesi ketiga: menggunakan sistem pendukung di luar keluarga.
Pada sesi ini yang dilakukan adalah: mendiskusikan dengan keluarga
mengenai sistem pendukung di luar keluarga, manfaat sistem pendukung
tersebut dan cara menggunakannya. Selanjutnyamelatih serta meminta
keluarga untuk melakukan demonstrasi menggunakan sistem pendukung
di luar keluarga dengan melibatkan anggota kelompok lainnya.Hasil dari
sesi ketiga ini, keluarga: memiliki daftar sistem pendukung yang ada di
luar keluarga, mengetahui manfaat masing-masing pendukung dan
kemampuan dalam menggunakan sistem pendukung yang ada di luar
keluarga, mampu melakukan role play menggunakan sistem pendukung
yang ada di luar keluarga.

Sesi keempat: mengevaluasi hasil dan hambatan penggunaan sistem


pendukung.
Pada sesi ini yang dilakukan adalah mengevaluasi pengalaman yang
dipelajari dan pencapaian tujuan, mendiskusikan hambatan dan kebutuhan
yang diperlukan berkaitan dengan penggunaan sumber pendukung yang
ada baik di dalam keluarga maupun diluar keluarga, dan cara memenuhi
kebutuhan tersebut, serta mendiskusikan kelanjutan dari perawatan setelah
program terapi.
Hasil dari sesi keempat ini, keluarga mampu mengungkapkan hasil
pelaksanaan dalam pemanfaatan atau penggunaan berbagai sumber
dukungan yang ada baik di dalam dan di luar keluarga dan hambatan yang
ditemukan.
Metode yang dilakukan adalah dinamika kelompok, diskusi, tanya jawab, dan
role play dengan setting posisi ibu-terapis dalam formasi melingkar. Adapun
alat dan bahan yang harus diperlukan meliputi: kursi, meja, alat tulis, alat
gambar, kertas/buku gambar terkait tujuan.
BAB III
IMPLEMENTASI TERAPI KELOMPOK SUPORTIF

Sesi I: Mengidentifikasi kemampuan keluarga dan sistem pendukung yang


ada
1. Tujuan
a. Keluarga mampu menjelaskan apa yang diketahuinya mengenai masalah
yang dialamiKeluarga mampu menjelaskan dampak yang dirasakan
keluarga.
b. Keluarga mampu menjelaskan tujuan, peran, dan tanggung jawabnya
berkaitan dengan kemampuan dalam merawat anggota keluarga yang sakit
c. Keluarga mampu mengidentifikasi masalah dalam upaya merawat anggota
keluarga
d. Keluarga mampu mengidentifikasi sumber pendukung yang ada yang
dapat digunakan.
2. Setting
a. Keluarga dan terapis duduk dalam formasi setengah lingkaran.
b. Ruangan dalam kondisi nyaman dan tenang.
3. Alat
a. Meja dan kursi
b. Alat tulis
c. Buku Kerja
d. Audio visual/gambar terkait materi
4. Metoda
a. Diskusi
b. Tanya jawab
5. Langkah-langkah pelaksanaan
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan keluarga.
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

b. Orientasi
1) Salam terapeutik:
a. Terapis menyampaikan salam terapeutik kepada seluruh keluarga.
b. Seluruh keluarga saling memperkenalkan diri.
2) Evaluasi validasi:
a. Menanyakan perasaan keluarga pada hari ini.
b. Menanyakan apa yang dirasakan keluarga sekarang.
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan terapi, kegiatan, dan peraturan terapi (lama
kegiatan 50 menit, jika keluarga ingin meninggalkan kelompok
meminta ijin terlebih dahulu pada terapis).
4) Doa bersama
c. Kerja
1) Meminta pada anggota kelompok untuk menjelaskan apa yang mereka
ketahui mengenai retardasi mental, meliputi definisi, penyebab, tanda
dan gejala, cara perawatan yang diketahui, dan sumber koping yang
dapat digunakan.
2) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga menyampaikan
pendapatnya.
3) Menanyakan pada anggota kelompok mengenai apa yang biasa
dilakukan selama merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga menyampaikan
pendapatnya.
5) Mendiskusikan sumber pendukung yang ada.
d. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
a. Menanyakan kepada keluarga perasaannya setelah mengikuti
terapi.
b. Terapis memberikan pujian kepada kelompok.
2) Evaluasi objektif
a. Menanyakan masalah yang dihadapi selama merawat anggota
keluarga yang sakit.

b. Menanyakan sumber pendukung yang dapat digunakan.


3) Rencana tindak lanjut
a. Memotivasi anggota kelompok untuk mengenal masalah dan
ketidakmampuan dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

b. Memotivasi anggota kelompok untuk mengidentifikasi sumber


pendukung yang ada lainya.

4) Kontrak yang akan datang


a. Bersama keluarga menentukan waktu dan tempat untuk pertemuan
berikutnya.
b. Bersama keluarga menyepakati topik untuk pertemuan yang akan
datang.
5) Doa penutup

6. Evaluasi
Kemampuan keluarga yang dievaluasi:
a. Menjelaskan apa yang diketahuinya mengenai masalah yang dialami.
b. Menjelaskan cara yang biasa dilakukan dalam merawat anggota keluarga.
c. Mengidentifikasi sistem pendukung yang ada.

Sesi II :Menggunakan sistem pendukung dalam keluarga


1. Tujuan
b. Keluarga mampu mengidentifikasi kemampuan positif dari sistem
pendukung dalam keluarga.
c. Keluarga mampu mendemonstrasikan penggunaan sistem pendukung yang
ada dalam keluarga.
d. Keluarga mampu membuat jadwal penggunaan sistem pendukung yang
ada dalam keluarga.
2. Setting
a. Keluarga dan terapis duduk dalam formasi setengah lingkaran.
b. Ruangan dalam kondisi nyaman dan tenang.
3 Alat
a. Meja dan kursi
b. Alat tulis
c. Buku kerja
d. Audio visual/gambar terkait materi
4 Metoda
a. Diskusi
b. Tanya jawab
c. Redemonstrasi atau role play
5 Langkah-langkah pelaksanaan
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan keluarga sebagai anggoa kelompok.
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Terapis menyampaikan salam terapeutik kepada anggota kelompok
2) Evaluasi validasi
b. Menanyakan perasaan keluarga pada hari ini.
c. Menanyakan hasil diskusi sesi I.
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan dan peraturan terapi (lama kegiatan
50 menit, jika keluarga ingin meninggalkan kelompok meminta ijin
terlebih dahulu pada terapis).
4) Doa bersama
c. Kerja
1) Mendiskusikan sumber- sumber pendukung yang ada dalam keluarga
2) Mendiskusikan kemampuan positif sistem pendukung yang dalam
keluarga: keluarga inti dan keluarga besar.
3) Meminta keluarga untuk melakukan role play penggunaan sistem
pendukung yang ada dalam keluarga.
4) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga melakukan role play.
5) Meminta keluarga membuat jadwal penggunaan sistem pendukung
yang ada dalam keluarga.
6) Memberikan motivasi pada keluarga untuk menggunakannya (sistem
pendukung yang ada dalam keluaega

d. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Menanyakan kepada keluarga perasaannya setelah mengikuti terapi.
2) Evaluasi objektif
Menanyakan kepada kelompok untuk mengungkapkan kembali
kemampuan positif yang dimiliki sumber pendukung yang ada dalam
keluarga.
3) Rencana tindak lanjut
a. Menganjurkan kepada keluarga untuk menggunakan kemampuan
yang dimiliki sumber pendukung yang ada dalam keluarga bagi
keluarga.
b. Menganjurkan kepada keluarga untuk menggunakan kemampuan
yang dimiliki sumber pendukung yang ada dalam keluarga bagi
keluarga.
4) Kontrak yang akan datang
a. Bersama kelompok menentukan waktu dan tempat untuk
pertemuan berikutnya.
b. Bersama kelompok menyepakati topik untuk pertemuan yang
akan datang.
5) Doa penutup
6. Evaluasi
Kemampuan keluarga yang dievaluasi:
a. Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki sistem pendukung
dalam keluarga.
b. Mengidentifikasi hambatan dalam menggunakan kemampuan positif yang
dimiliki sistem pendukung dalam keluarga.
c. Mendemonstrasikan penggunaan sistem pendukung dalam keluarga
dengan melibatkan anggota lain dalam kelompok.
d. Mengungkapkan hasil monitor terhadap pelaksanaan, hasil, dan hambatan
menggunakan sistem pendukung dalam keluarga.

Sesi III : Menggunakan sistem pendukung di luar keluarga, monitor hasil,


dan hambatannya
1. Tujuan
a. Keluarga mampu mengidentifikasi kemampuan positif dari sistem
pendukung di luar keluarga.
b. Keluarga mampu mendemonstrasikan penggunaan sistem pendukung yang
ada di luar keluarga.
c. Keluarga mampu membuat jadwal penggunaan sistem pendukung yang
ada di luar keluarga.
d. Keluarga mampu memantau dan menilai hasil penggunaan sistem
pendukung di luar keluarga.
e. Keluarga mampu mengidentifikasi hambatan dalam menggunakan sistem
pendukung yang ada di luar keluarga.
2. Setting
a. Keluarga dan terapis duduk dalam formasi setengah lingkaran.
b. Ruangan dalam kondisi nyaman dan tenang.
3. Alat
a. Meja dan kursi
b. Alat tulis
c. Kertas/buku
d. Audio visual/gambar terkait materi
4. Metoda
a. Diskusi
b. Tanya jawab
c. Redemonstrasi atau role play

5. Langkah-langkah pelaksanaan
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan keluarga.
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Terapis menyampaikan salam terapeutik kepada seluruh keluarga.
2) Evaluasi validasi
(a) Menanyakan perasaan keluarga pada hari ini.
(b) Menanyakan hasil diskusi sesi II.
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan dan peraturan terapi (lama kegiatan
50 menit, jika keluarga ingin meninggalkan kelompok meminta ijin
terlebih dahulu pada terapis).
4) Doa bersama
c. Kerja
1) Mendiskusikan kemampuan positif sistem pendukung yang ada di luar
keluarga: kelompok dalam masyarakat, pelayanan di masyarakat, dan
pelayanan lainnya yang terkait.
2) Meminta keluarga untuk melakukan role play penggunaan sistem
pendukung yang ada di luar keluarga.
3) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga melakukan role play.
4) Meminta keluarga membuat jadwal penggunaan sistem pendukung
yang ada di luar keluarga.
5) Memberikan motivasi pada keluarga untuk menggunakannya (sistem
pendukung yang ada di luar keluarga).
6) Meminta keluarga memantau dan menilai hasil penggunaannya (sistem
pendukung yang ada di luar keluarga).
7) Mendiskusikan hambatan dalam menggunakan sistem pendukung yang
ada di luar keluarga.
d. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Menanyakan kepada keluarga perasaannya setelah mengikuti terapi.
2) Evaluasi objektif
Menanyakan kepada kelompok untuk mengungkapkan kembali
kemampuan positif yang dimiliki sumber pendukung yang ada di luar
keluarga.
3) Rencana tindak lanjut
a. Menganjurkan kepada keluarga untuk menggunakan kemampuan
yang dimiliki sumber pendukung yang ada di luar keluarga bagi
keluarga.
b. Menganjurkan kepada keluarga untuk menggunakan kemampuan
yang dimiliki sumber pendukung yang ada di luar keluarga bagi
anggota keluarga.
4) Kontrak yang akan datang
a. Bersama kelompok menentukan waktu dan tempat untuk
pertemuan berikutnya.
b. Bersama kelompok menyepakati topik untuk pertemuan yang akan
datang.
5) Doa penutup

6. Evaluasi
Kemampuan keluarga yang dievaluasi:
a. Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki sistem pendukung di
luar keluarga.
b. Mengidentifikasi hambatan dalam menggunakan kemampuan positif yang
dimiliki sistem pendukung di luar keluarga.
c. Mendemonstrasikan penggunaan sistem pendukung di luar keluarga
dengan melibatkan anggota lain dalam kelompok.
d. Mengungkapkan hasil monitor terhadap pelaksanaan, hasil, dan hambatan
menggunakan sistem pendukung di luar keluarga.

Sesi IV : Mengevaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung


baik di dalam maupun di luar keluarga.
1. Tujuan
a. Keluarga mampu mengevaluasi pengalaman yang dilajari berkitan dengan
penggunaan sistem pendukung baik di dalam maupun di luar keluarga.
b. Keluarga mampu mengidentifkasi hambatan dan kebutuhan yang
diperlukan berkaitan dengan penggunaan sumber pendukung yang ada
baik di dalam keluarga maupun diluar keluarga.
c. Keluarga mampu mengidentifikasi upaya untuk mengatasi hambatan dan
memenuhi kebutuhan yang diperlukan berkaitan dengan penggunaan
sumber pendukung yang ada baik di dalam keluarga maupun diluar
keluarga.
d. Keluarga mampu mengungkapkan rencana kelanjutan dari perawatan
setelah program terapi.
2. Setting
a. Keluarga dan terapis duduk dalam formasi setengah lingkaran.
b. Ruangan dalam kondisi nyaman dan tenang.
3. Alat
a. Meja dan kursi
b. Alat tulis
c. Kertas/buku
d. Audio visual/gambar terkait materi
4. Metoda
a. Diskusi
b. Tanya jawab
c. Redemonstrasi atau role play
5. Langkah-langkah pelaksanaan
a. Persiapan
1. Membuat kontrak dengan keluarga.
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
Terapis menyampaikan salam terapeutik kepada seluruh keluarga.
2. Evaluasi validasi
(a) Menanyakan perasaan keluarga pada hari ini.
(b) Menanyakan hasil diskusi sesi III.
3. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan dan peraturan terapi (lama kegiatan
50 menit, jika keluarga ingin meninggalkan kelompok meminta ijin
terlebih dahulu pada terapis).
4. Doa bersama
c. Kerja
1. Menanyakan pada seluruh keluarga tentang pengalaman yang
dipelajari berkitan dengan penggunaan sistem pendukung baik di
dalam maupun di luar keluarga dan meminta mengevaluasinya.
2. Memberikan pujian atas kemampuan keluarga menyampaikan
pendapatnya dan reinforcement atas pengalamannya menggunakan
sistem pendukung baik di dalam maupun di luar keluarga.
3. Mendiskusikan hambatan dan kebutuhan yang diperlukan berkaitan
dengan penggunaan sumber pendukung yang ada baik di dalam
keluarga maupun di luar keluarga.
4. Mendiskusikan upaya yang diperlu dilakukan berkaitan dengan
penggunaan sumber pendukung yang ada baik di dalam keluarga
maupun di luar keluarga.
5. Mendiskusikan rencana kelanjutan dari perawatan setelah program
terapi.

d. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Menanyakan kepada keluarga perasaannya setelah mengikuti terapi.
2) Evaluasi objektif
Menanyakan kepada seluruh keluarga untuk mengungkapkan kembali
kemampuannya dalam memilih tindakan untuk memenuhi kebutuhan.
3) Rencana tindak lanjut
Menganjurkan kembali kepada keluarga untuk mengingat dan
mempraktekan kemampuan positif sistem pendukung baik yang di
dalam maupun di luar keluarga.
4) Kontrak yang akan datang
Menyampaikan pada seluruh keluarga bahwa sesi pertemuan sudah
selesai.Bila keluarga masih mempunyai masalah dapat menghubungi
perawat guru ataupun petugas kesehatan yang ada di Puskesmas.
5) Doa penutup
6. Evaluasi
Kemampuan keluarga yang dievaluasi:
a. Keluarga mampu mengungkapkan hasil evaluasinya terhadap pengalaman
yang dipelajarinya dalam menggunakan berbagai sistem pendukung yang
ada.
b. Keluarga mampu mengungkapkan hasil evaluasinya terhadap pencapaian
tujuan menggunakan berbagai sistem pendukung yang ada.
c. Keluarga mampu mengungkapkan hambatan dalam menggunakan
berbagai sistem pendukung yang ada.
d. Keluarga mampu menjelaskan upaya mengatasi hambatan dalam
menggunakan berbagai sistem pendukung yang ada.
e. Keluarga mampu menyatakan kesediaannya mengikuti kelanjutan
perawatan setelah program terapi.
BAB IV
PENUTUP

Keluarga merupakan support system yang sangat dibutuhkan klien dalam


mencapai kondisi sehat yang optimal.Peranannya sangat perlu dikembangkan dan
ditingkatkan demi tercapainya suatu keluarga yang sehat dan dinamis.Dengan
demikian, upaya pemenuhan kebutuhan yang diperlukan dalam meningkatkan
peran dan fungsi keluarga sangat penting untuk dilakukan.Terapi Kelompok
Suportif merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh perawat jiwa komunitas
agar kemampuan keluarga sebagai pendukung sosial klien dapat optimal.
Universitas Indonesia

MODUL
KELOMPOK SWABANTU
(SELF HELP GROUP)

Oleh:
Tantri Widyarti Utami
NPM 0606037222

PROGRAM MAGISTER KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2008
BAB I
PENDAHULUAN

Gangguan jiwa menurut Townsend (2005) adalah respons maladaptif terhadap stressor dari
lingkungan internal dan eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan, dan perilaku yang
tidak sesuai dengan norma-norma lokal atau budaya setempat, dan mengganggu fungsi
sosial, pekerjaan dan/atau fisik. Berdasarkan hal tersebut terjadinya gangguan jiwa tidak
hanya satu faktor saja tetapi banyak faktor yang saling mempengaruhi satu sama lainnya
yaitu faktor predisposisi, presipitasi, sumber koping dan mekanisme koping.

Data World Mental Health Survey 2000 ditemukan gangguan mental berat yang cenderung
menimbulkan hendaya berat pada fungsi sehari-hari (psikosis, depresi berat, anxietas yang
berat, penyalahgunaan zat yang parah dsb.) didapati pada sekitar 1% populasi umum di
seluruh dunia. Distres psikologik sedang atau berat yang mungkin mereda dengan berlalunya
waktu atau dengan distres ringan yang kronik diperkirakan sebesar 30-50% dari populasi
yang terkena.(WHO, 2005). Bila dilihat dari data diatas populasi gangguan jiwa terlihat masih
rendah.

Belum optimalnya upaya puskesmas dalam mengatasi gangguan jiwa dimasyarakat akan
menyebabkan semakin kompleksnya masalah kesehatan jiwa yang ada dimasyarakat dan
berdampak bukan hanya kepada individu tetapi keluarga dan masyarakat itu sendiri. Salah
satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak tersebut adalah melakukan terapi pada
keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang dikenal dengan kelompok swabantu atau self
help group.

Self help group merupakan satu pendekatan untuk mempertemukan kebutuhan keluarga dan
sumber penting untuk keluarga dengan gangguan jiwa (Citron, et.all, 1999) . Self help group
merupakan suatu kelompok atau peer dimana saling tiap anggota berbagi masalah baik fisik
maupun emosional atau issue tertentu. (Anonim,2008). Self help group bertujuan untuk
mengembangkan empathy diantara sesama anggota kelompok dimana sesama anggota
kelompok saling memberikan penguatan untuk membentuk koping yang adaptif. Self help
group pada keluarga dengan gangguan jiwa perlu dilakukan untuk membantu keluarga
mengatasi permasalahannya yang diselesaikan bersama dalam kelompok.
Penelitian pada keluarga dengan gangguan jiwa membuktikan manfaat yang dirasakan dalam
self help group sebanyak 84.1% meningkatkan pengetahuan tentang gangguan jiwa, 78%
mendapatkan lebih banyak informasi tentang pelayanan terhadap gangguan jiwa, 73%
berkurangnya perasaan kesendirian, 19.9% merasa dapat menemukan kebutuhan yang
bekaitan dengan gangguan jiwa didalam kelompok.(Citron, et.all, 1999 ). Bila dilihat dari hasil
tersebut manfaat terbanyak dirasakan adalah terdapatnya peningkatan pengetahuan keluarga
tentang gangguan jiwa. Peningkatan pengetahuan ini akan berdampak terhadap kemampuan
keluarga dalam merawat gangguan jiwa.

Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan mampu:
3. Membentuk self help group pada keluarga dengan gangguan jiwa
4. Melakukan implementasi self help group pada keluarga dengan gangguan jiwa
5. Melakukan evaluasi self help group pada keluarga dengan gangguan jiwa
6. Melakukan pendokumentasian kegiatan self help group pada keluarga dengan gangguan jiwa
BAB II
PEDOMAN PELAKSANAAN SELF HELP GROUP PADA KELUARGA
DENGAN GANGGUAN JIWA

Self help group merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat dilakukan pada berbagai
situasi dan kondisi diantaranya pada keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan
gangguan jiwa.
S. Pengertian
Pengertian self help group pada keluarga dengan gangguan jiwa merupakan sekumpulan
dua orang atau lebih yang mempunyai keinginan untuk berbagi permasalahan, saling
membantu terhadap hal yang dialami atau yang menjadi fokus perhatian bertujuan
mengatasi gangguan jiwa dan meningkatkan kemampuan kognitif dan emosional sehingga
tercapai perasaan sejahtera.

T. Tujuan self help group


Tujuan self help group dalam kelompok adalah memberikan support terhadap sesama
anggota dan membuat penyelesaian masalah secara lebih baik dengan cara berbagi
perasaan dan pengalaman, belajar tentang penyakit dan memberikan asuhan,
memberikan kesempatan caregiver untuk berbicara tentang permasalahan dan memilih
apa yang akan dilakukan, saling mendengarkan satu sama lain, membantu sesama
anggota kelompok untuk berbagi ide-ide dan informasi serta memberikan support,
meningkatkan kepedulian antar sesama anggota sehingga tercapainya perasaan aman
dan sejahtera, mengetahui bahwa mereka tidak sendiri

U. Prinsip Self help group


Pembentukan self help group harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Tiap anggota kelompok berperan secara aktif untuk berbagi pengetahuan dan harapan
terhadap pemecahan masalah serta menemukan solusi melalui kelompok.
2. Sesama anggota saling memahami, mengetahui dan membantu berdasarkan
kesetaraan, respek antara satu dengan yang lain dan hubungan timbal balik
3. Self help group merupakan kelompok informal dan dibimbing oleh volunteer
4. Self help group adalah kelompok self supporting. anggota self help group berbagi
pengetahuan dan harapan terhadap pemecahan masalah serta menemukan solusi
melalui kelompok. Pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan ditanggung bersama
kelompok
5. Kelompok harus menghargai privacy dan kerahasiaan dari anggota kelompoknya.
6. Pengambilan keputusan dengan melibatkan kelompok dan kelompok harus
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan

V. Karakteristik self help group


Kelompok kecil berjumlah 10 -12 orang, homogen, berpartisipasi penuh, mempunyai
otonomi, kepemimpinan kolektif, keanggotaan sukarela, non politik dan saling membantu.

W. Aturan dalam self help group


Aturan dalam self help group adalah sebagai berikut :
22. Kooperatif,.
23. Menjaga keamanan dan keselamatan kelompok
24. Mengekspresikan perasaan dan keinginan berbagi pengalaman
25. Penggunaan waktu efektif dan efisien.
26. Menjaga kerahasiaan
27. Komitmen untuk berubah
28. Mempunyai rasa memiliki, berkontribusi,dapat menerima satu sama lain,
mendengarkan, saling ketergantungan, mempunyai kebebasan, loyalitas, dan
mempunyai kekuatan.

X. Keanggotaan
Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota self help group ini adalah
12. Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa
13. Tinggal serumah dengan klien
14. Bersedia untuk berpartisipasi penuh
15. Sukarela
16. Dapat membaca dan menulis

Y. Pengorganisasian kelompok
1. Leader
Leader dipilih oleh anggota kelompok. Setiap anggota kelompok bergantian menjadi
leader. Tugas leader adalah :
l. Memimpin jalannya diskusi
m. Memilih topik pertemuan sesuai dengan daftar masalah bersama dengan anggota
kelompok
n. Menentukan lama pertemuan (120 menit)
o. Mempertahankan suasana yang bersahabat agar anggota dapat kooperatif, produktif
dan berpartisipasi.
p. Membimbing diskusi dan menstimulasi anggota kelompok
q. Memberikan kesempatan peserta untuk mengekspresikan masalahnya, berpartisipasi
dan mencegah monopoli saat diskusi
r. Memahami opini yang diberikan anggota kelompok.

2. Anggota kelompok
Anggota kelompok bertugas mengikuti jalannya proses pelaksanaan self help group
sesuai dengan yang kesepakatan kelompok dan leader. Anggota kelompok juga harus
berpartisipasi aktif selama proses kegiatan berlangsung. Memberikan masukan, umpan
balik selama proses diskusi, dan melakukan simulasi.

3. Fasilitator
Fasilitator dalam kelompok ini adalah terapis. . Tugas fasilitator mendampingi leader,
memberikan motivasi peserta untuk mengungkapkan pendapat dan pikirannya tentang
berbagai macam informasi. Memberikan penjelasan , masukan dan umpan balik positif
jika diperlukan.

Z. Waktu pelaksanaan self help group


Waktu pelaksanaan sesuai dengan kesepakatan kelompok. Pertemuan dilaksanakan
seminggu sekali ,seminggu dua kali atau dua minggu sekali disesuaikan dengan
kebutuhan kelompok. Alokasi waktu yang diperlukan selama kegiatan adalah 120 menit

AA. Tempat pelaksanaan self help group


Tempat pelaksaanaan terapi ini menggunakan setting komunitas dapat dilakukan dirumah
salah satu keluarga, balai pertemuan, ataupun sarana lainnya yang tersedia dimasyarakat

BB. Pelaksanaan self help group


Strategi pelaksanaan self help group terbagi menjadi dua tahap yaitu
1. Pembentukan self help group terdiri dari tiga kali pertemuan : pertemuan pertama
menjelaskan tentang konsep self help group, pertemuan kedua melakukan role play
lima langkah kegiatan self help group dan pertemuan ketiga melakukan role play lima
langkah kegiatan self help group.
Kelima langkah kegiatan tersebut adalah :
a. Langkah I : Memahami masalah
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan masalah yang dihadapi oleh
keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Setiap anggota
mengungkapkan masalah yang dihadapinya. Pertemuan kedua dan seterusnya
mendiskusikan kembali apa ada masalah lain yang dialami oleh keluarga.
Hasil dari langkah pertama adalah kelompok memiliki daftar masalah .
b. Langkah II : cara untuk menyelesaikan masalah.
Kegiatan yang dilakukan adalah peserta saling berbagi informasi bagaimana cara
mengatasi permasalahan yang terjadi berdasarkan daftar masalah yang sudah
dibuat.Bila penyelesaian masalah tidak ditemukan maka dibawah ini ada pedoman
untuk menyelesaikan masalah . Materi yang dapat diberikan adalah memberikan
informasi tentang kesehatan jiwa, tanda sehat jiwa, gangguan jiwa (penyebab,
tanda dan gejala, dampak gangguan jiwa bagi klien dan keluarga), cara yang dapat
dilakukan untuk merawat anggota keluarga seperti berinteraksi,membantu
melakukan pperawatan diri (mandi, menyisir rambut, menggosok gigi, berpakaian)
,melakukan kegiatan (seperti menyiapkan makan, mencuci piring, merapihkan
rumah, berbelanja), memberikan pujian klien dan keluarga, cara memberikan
obat..Materi tersebut diberikan oleh anggota kelompok itu sendiri ataupun oleh
tenaga kesehatan yang ditunjuk dan sepakati oleh kelompok. Pertemuan kedua
dan seterusnya kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan cara penyelesaian
masalah yang lain, apakah ada tambahan . Jika cara penyelesaian masalah tidak
ditemukan dapat konsul kepada ahlinya.
Hasil dari langkah kedua adalah kelompok memiliki daftar cara penyelesaian
masalah
c. Langkah III: Memilih cara pemecahan masalah .
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan tiap-tiap cara penyelesaian
masalah yang ada dalam daftar penyelesaian masalah dan memilih cara
penyelesaian masalah dengan mempertimbangkan faktor pendukung dan
penghambat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Pertemuan ke dua dan
seterusnya adalah mendiskusikan apakah ada cara lain yang dipilih dalam
mengatasi masalah.
Hasil dari langkah ke tiga ini adalah Daftar cara penyelesaian masalah yang dipilih
d. Langkah IV : melakukan tindakan untuk penyelesaian masalah.
Kegiatan yang dilakukan adalah tiap peserta melakukan role play (bermain peran)
cara penyelesaian masalah yang telah dipilih. Pertemuan ke dua dan selanjutnya
melakukan role play cara lain yang telah dipilih oleh kelompok.
Hasil dari langkah ke empat adalah kelompok memiliki daftar penyelesaian
masalah yang sudah dilatih.
e. Langkah V : Pencegahan kekambuhan.
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan cara cara mencegah
kekambuhan, tanda dan tanda kekambuhan dan tindakan yang dilakukan saat
kekambuhan terjadi. Pertemuan kedua dan selanjutkan adalah mendiskusikan
tentang cara lain untuk mencegah kekambuhan dan tindakan yang dilakukan saat
kekambuhan terjadi.
Hasil dari langkah kelima adalah daftar cara mencegah kekambuhan dan tindakan
yang dilakukan jika kekambuhan terjadi.

2. Implementasi
Implementasi adalah penerapan kegiatan self help group. Implementasi dilakukan
sebagai upaya menjaga keberlangsungan kegiatan self help group agar dapat
mencapai tujuan pelaksanaan self help group itu sendiri
Kegiatan yang dilakukan adalah : menyusun jadual kegiatan self help group,
menyusun topik setiap pertemuan, menyusun leader setiap pertemuan ( leader yang
dipilih merupakan anggota kelompok itu sendiri, dan setiap anggota kelompok
mempunyai kesempatan untuk menjadi leader) , melaksanakan lima langkah
kegiatan self help group yang dimulai dengan pembukaan, kerja dan penutup (
seperti pada saat pertemuan pembentukan self help group), mencatat kemampuan
yang dimiliki oleh kelompok, melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.
BAB III
PETUNJUK PEMBENTUKAN SELF HELP GROUP PADA KELUARGA
DENGAN GANGGUAN JIWA

Pembentukan kelompok self help group merupakan langkah awal dalam kegiatan self help group.
Pembentukan self help group dilaksananakan dalam tiga kali pertemuan .
A. Pertemuan pertama
Pertemuan pertama merupakan tahap awal pembentukan self help group. Pertemuan ini
menjelaskan tentang konsep self help group dan langkah-langkah pelaksanaan self help
group.
1. Tujuan
Tujuan umum peserta memahami tentang self help group
Tujuan khusus
a. Peserta memahami konsep self help group
b. Peserta memahami langkah-langkah kegiatan self help group
2. Setting
a. Terapis dan peserta duduk bersama, setengah lingkaran
b. Ruangan nyaman dan tenang
3. Alat
a. AVA / flipchart.
b. Buku kerja dan pulpen.
4. Metode
a. Diskusi dan tanya jawab
b. Bermain peran/simulasi
5. Langkah- langkah pelaksanaan
a. Pembukaan
1) Mengucapkan salam
2) Membacakan doa pembuka
3) Memperkenalkan diri terapis dan peserta self help group
4) Menanyakan perasaan peserta hari ini
5) Menjelaskan tujuan, waktu dan tempat pertemuan
b. Kerja
1) Menjelaskan tentang konsep self help group meliputi pengertian self help group,
tujuan self help group, prinsip self help group, membuat beberapa kesepakatan
(seperti nama kelompok, anggota kelompok) dan aturan dalam melaksanakan
self help group.
2) Menjelaskan lima langkah kegiatan self help group :
a) Langkah I : Memahami masalah
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan masalah yang dihadapi oleh
keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Setiap
anggota mengungkapkan masalah yang dihadapinya. Pertemuan kedua dan
seterusnya mendiskusikan kembali apa ada masalah lain yang dialami oleh
keluarga.
Hasil dari langkah pertama adalah kelompok memiliki daftar masalah .
b) Langkah II : cara untuk menyelesaikan masalah.
Kegiatan yang dilakukan adalah peserta saling berbagi informasi
bagaimana cara mengatasi permasalahan yang terjadi berdasarkan daftar
masalh yang sudah dibuat.Bila penyelesaian masalah tidak ditemukan maka
dibawah ini ada pedoman untuk menyelesaikan masalah . Materi yang
dapat diberikan adalah memberikan informasi tentang kesehatan jiwa, tanda
sehat jiwa, gangguan jiwa (penyebab, tanda dan gejala, dampak gangguan
jiwa bagi klien dan keluarga), cara yang dapat dilakukan untuk merawat
anggota keluarga seperti berinteraksi,membantu melakukan pperawatan diri
(mandi, menyisir rambut, menggosok gigi, berpakaian) ,melakukan kegiatan
(seperti menyiapkan makan, mencuci piring, merapihkan rumah, berbelanja),
memberikan pujian klien dan keluarga, cara memberikan obat..Materi
tersebut diberikan oleh anggota kelompok itu sendiri ataupun oleh tenaga
kesehatan yang ditunjuk dan sepakati oleh kelompok. Pertemuan kedua dan
seterusnya kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan cara
penyelesaian masalah yang lain, apakah ada tambahan . Jika cara
penyelesaian masalah tidak ditemukan dapat konsul kepada ahlinya.
Hasil dari langkah kedua adalah kelompok memiliki daftar cara
penyelesaian masalah
c) Langkah III: Memilih cara pemecahan masalah .
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan tiap-tiap cara penyelesaian
masalah yang ada dalam daftar penyelesaian masalah dan memilih cara
penyelesaian masalah dengan mempertimbangkan faktor pendukung dan
penghambat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Pertemuan ke dua
dan seterusnya adalah mendiskusikan apakah ada cara lain yang dipilih
dalam mengatasi masalah.
Hasil dari langkah ke tiga ini adalah Daftar cara penyelesaian masalah yang
dipilih
d) Langkah IV : melakukan tindakan untuk penyelesaian masalah.
Kegiatan yang dilakukan adalah tiap peserta melakukan role play (bermain
peran) cara penyelesaian masalah yang telah dipilih. Pertemuan ke dua
dan selanjutnya melakukan role play cara lain yang telah dipilih oleh
kelompok.
Hasil dari langkah ke empat adalah kelompok memiliki daftar penyelesaian
masalah yang sudah dilatih.
e) Langkah V : Pencegahan kekambuhan.
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan cara cara mencegah
kekambuhan, tanda dan tanda kekambuhan dan tindakan yang dilakukan
saat kekambuhan terjadi. Pertemuan kedua dan selanjutkan adalah
mendiskusikan tentang cara lain untuk mencegah kekambuhan dan tindakan
yang dilakukan saat kekambuhan terjadi.
Hasil dari langkah kelima adalah daftar cara mencegah kekambuhan dan
tindakan yang dilakukan jika kekambuhan terjadi.
c. Penutup
1) Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti pertemuan
2) Kesepakatan untuk waktu, tempat dan topik pertemuan berikutnya
3) Doa penutup
4) Mengucapkan salam penutup
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan menggunakan fortmat evaluasi (lampiran 1) kegiatan self help group
7. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki peserta ditulis pada buku kerja masing-masing
anggota.

B. Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dilakukan setelah penjelasan konsep self help group dan lima langkah
kegiatan self help group .
1. Tujuan
Tujuan umum : peserta dapat melakukan lima langkah kegiatan self help group.
Tujuan khusus
a. Peserta dapat mengidentifikasi masalah yang dialami oleh keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
b. Peserta dapat mengetahui cara penyelesaian masalah keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
c. Peserta dapat memilih cara penyelesaian masalah keluarga keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
d. Peserta dapat melakukan cara penyelesaian masalah keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
e. Peserta dapat mengertahui cara mencegah kekambuhan pada keluarga yang
memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa.

2. Setting
a. Peserta (keluarga) duduk melingkar bersama dengan terapis
b. Klien dan fasilitator berada dalam suatu ruangan yang nyaman dan menyenangkan.
3. Alat dan bahan
a. AVA/ Flipchart
b. Buku kerja dan pulpen
c. Spidol.
4. Metoda
a. Curah pendapat
b. Ceramah
c. Diskusi
d. Tanya jawab
e. Bermain peran / simulasi
5. Langkah-langkah pelaksanaan
a. Pembukaan
1) Mengucapkan salam.
2) Membacakan doa pembuka.
3) Menanyakan perasaan peserta hari ini .
4) Menjelaskan tujuan, waktu pertemuan (120 menit) dan tempat
pertemuan.
b. Kerja
1) Mendiskusikan masalah yang dihadapi oleh keluarga yang memiliki anggota
keluarga dengan gangguan jiwa. Setiap peserta mengungkapkan masalah yang
dihadapinya. Kelompok membuat daftar masalah .
2) Mendiskusikan cara mengatasi permasalahan yang terjadi berdasarkan daftar
masalah yang sudah dibuat. Kelompok menyusun daftar cara penyelesaian
masalah.
3) Mendiskusikan tiap-tiap cara penyelesaian masalah yang ada dalam daftar
penyelesaian masalah dan memilih cara penyelesaian masalah. Kelompok
membuat daftar cara penyelesaian masalah yang dipilih.
4) Melakukan role play (bermain peran) oleh peserta tentang cara penyelesaian
masalah yang telah dipilih. Kelompok membuat daftar penyelesaian masalah
yang sudah dilatih.
5) Mendiskusikan cara cara mencegah kekambuhan, tanda dan tanda
kekambuhan dan tindakan yang dilakukan saat kekambuhan terjadi. Kelompok
membuat daftar cara mencegah kekambuhan dan tindakan yang dilakukan jika
kekambuhan terjadi.
6) Memberikan pujian atar keberhasilan kelompok menjalankan langkah-langkah
kegiatan self help group.
c. Penutup
1) Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti pertemuan
2) Meminta setiap peserta melakukan cara yang sudah diajarkan kepada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa
3) Kesepakatan untuk waktu, tempat dan topik pertemuan berikutnya
4) Doa penutup
5) Mengucapkan salam penutup
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan menggunakan fortmat evaluasi (lampiran 1) kegiatan self help group
7. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan kelompok yang dimiliki ditulis pada buku kerja masing-masing
anggota.

C. Pertemuan ketiga
Pertemuan ketiga merupakan tahap akhir pembentukan self help group . Pertemuan ketiga
dipimpin oleh leader yang merupakan anggota kelompok tersebut. Peran terapis pada
pertemuan ketiga ini adalah memfasilitasi jalannya kegiatan self help group
1. Tujuan
Tujuan umum : peserta dapat melakukan lima langkah kegiatan self help group.
Tujuan khusus
a. Peserta dapat mengidentifikasi masalah yang dialami oleh keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
b. Peserta dapat mengetahui cara penyelesaian masalah keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
c. Peserta dapat memilih cara penyelesaian masalah keluarga keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
d. Peserta dapat melakukan cara penyelesaian masalah keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
e. Peserta dapat mengertahui cara mencegah kekambuhan pada keluarga yang
memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa.

2. Setting
a. Peserta (keluarga) duduk melingkar bersama dengan terapis.
b. Klien dan fasilitator berada dalam suatu ruangan yang nyaman dan menyenangkan
3. Alat dan bahan
a. AVA/ Flipchart
b. Buku kerja dan pulpen
c. Spidol
4. Metode
a. Curah pendapat
b. Ceramah
c. Diskusi
d. Tanya jawab
e. Bermain peran / simulasi
5. Langkah-langkah pelaksanaan
a. Pembukaan
1) Mengucapkan salam
2) Membacakan doa pembuka
3) Menanyakan perasaan peserta hari ini.
4) Menanyakan cara yang sudah dilakukan kepada anggota keluarga .
5) Menjelaskan tujuan, waktu pertemuan (120 menit) dan tempat pertemuan
b. Kerja
1) Mendiskusikan masalah lain yang dihadapi oleh keluarga yang memiliki anggota
keluarga dengan gangguan jiwa berdasarkan daftar masalah .Bila ada masalah
baru, kelompok menulis pada daftar masalah.
2) Mendiskusikan cara mengatasi permasalahan yang terjadi berdasarkan daftar
masalah yang sudah dibuat.
3) Mendiskusikan cara penyelesaian masalah yang lain yang ditulis dalam daftar
cara penyelesaian masalah.
4) Melakukan role play (bermain peran) oleh peserta tentang cara penyelesaian
masalah yang telah dipilih .
5) Mendiskusikan tindakan lain yang dapat dilakukan saat kekambuhan terjadi.
6) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok menjalankan langkah-langkah
kegiatan self help group.
c. Penutup
1)Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti pertemuan
2)Meminta setiap peserta melakukan cara yang sudah diajarkan kepada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
3)Kesepakatan untuk waktu, tempat dan topik pertemuan berikutnya
4)Doa penutup
5)Mengucapkan salam penutup
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan menggunakan fortmat evaluasi (lampiran 1) kegiatan self help group .
7. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan kelompok yang dimiliki ditulis pada buku kerja masing-masing
anggota.
BAB IV
IMPLEMENTASI SELF HELP GROUP

Implementasi adalah penerapan kegiatan self help group. Implementasi dilakukan sebagai upaya
menjaga keberlangsungan kegiatan self help group agar dapat mencapai tujuan pelaksanaan self
help group itu sendiri

Pedoman pelaksanaan implementasi :


2. Menyusun jadual kegiatan self help group
3. Menentukan topik pertemuan sesuai dengan daftar masalah yang disepakti.
4. Menentukan leader setiap pertemuan ( leader yang dipilih merupakan anggota kelompok itu
sendiri, dan setiap anggota kelompok mempunyai kesempatan untuk menjadi leader) .
5. Melaksanakan lima langkah kegiatan self help group yang dimulai dengan seperti pada saat
pertemuan pembentukan self help group.
Langkah-langkah kegiatan tersebut adalah
a. Pembukaan
6) Mengucapkan salam
7) Membacakan doa pembuka
8) Menanyakan perasaan peserta hari ini.
9) Menanyakan cara yang sudah dilakukan kepada anggota keluarga .
10) Menjelaskan tujuan, waktu pertemuan (120 menit) dan tempat pertemuan.

b. Kerja
7) Mendiskusikan masalah lain yang dihadapi oleh keluarga yang memiliki anggota
keluarga dengan gangguan jiwa berdasarkan daftar masalah .Bila ada masalah baru,
kelompok menulis pada daftar masalah.
8) Mendiskusikan cara mengatasi permasalahan yang terjadi berdasarkan daftar
masalah yang sudah dibuat.
9) Mendiskusikan cara penyelesaian masalah yang lain yang ditulis dalam daftar cara
penyelesaian masalah.
10) Melakukan role play (bermain peran) oleh peserta tentang cara penyelesaian
masalah yang telah dipilih .
11) Mendiskusikan tindakan lain yang dapat dilakukan saat kekambuhan terjadi.
12) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok menjalankan langkah-langkah
kegiatan self help group.
a. Penutup
6) Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti pertemuan
7) Meminta setiap peserta melakukan cara yang sudah diajarkan kepada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa
8) Kesepakatan untuk waktu, tempat dan topik pertemuan berikutnya
9) Doa penutup
10) Mengucapkan salam penutup
6. Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2008). Self Help Group.http://www.minddisorder.com.diperoleh tanggal


11 Februari 2008

Citron, et.all(1999). Self-help groups for families of persons with mental illness:
Perceived benefits of helpfulness. http://www.proquest.com. diperoleh
tanggal 30 Januari 2008

Depkes.(2003).Buku pedoman kesehatan jiwa. Jakarta : Depkes

Sugarman,, M.(2000). Peer Counseling and Help Group fasilitation For People.
http://www.mnsu.edu. Diperoleh tanggal 20 Februari 2008

Townsend, C.M. (2005). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing. (3th


Ed.). Philadelphia: F.A. Davis Company

WHO.(2005). Briefing note on tsunami affected region. www.who.int. diperoleh


pada tanggal 20 Februari 2008.
Universitas Indonesia

MODUL
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK LANSIA

Oleh:

Ns. Guslinda, S.Kep


Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp, M.App.Sc

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2011
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................. 4
1. Tujuan umum ...... 4
2. Tujuan khusus 4

BAB II PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI REMINISCENCE 5


KELOMPOK PADA LANSIA ................................................
A. Pengertian Terapi Reminiscence Kelompok .......................... 5
B. Tujuan Terapi Reminiscence Kelompok.................................. 5
C. Indikasi Terapi Reminiscence Kelompok ............................... 6
D. Tipe Terapi Reminiscence Kelompok..................................... 6
E. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kelompok ... 6
F. Ukuran Kelompok Terapi Reminiscence Kelompok . 7
G. Media dalam Terapi Reminiscence Kelompok ... 7
H. Kriteria Terapis pada Terapi Reminiscence Kelompok .. 7
I. Peran Terapis Terapi Reminiscence Kelompok .. 8
J. Proses Pelaksanaan Terapi Reminiscence Kelompok . 8

BAB III PETUNJUK PELAKSANAAN TERAPI REMINISCENCE PADA


LANSIA DENGAN DEPRESI ..................................... 19
SESI I : BERBAGI PENGALAMAN PADA MASA ANAK 19
SESI II : BERBAGI PENGALAMAN PADA MASA REMAJA
. 32
SESI III : BERBAGI PENGALAMAN PADA MASA DEWASA
46
SESI IV : BERBAGI PENGALAMAN BERSAMA KELUARGA
DAN DI RUMAH . 59

Halaman
SESI V : EVALUASI INTEGRASI DIRI . 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Proses menua merupakan proses alamiah yang akan terjadi dan dialami oleh
setiap individu. Proses menua dialami oleh individu yang telah mencapai usia
lanjut (lansia). Lansia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun atau lebih
(WHO, 2010; BPKP, 1998). Dalam proses menua dapat terjadi berbagai
perubahan baik biologis, psikologis maupun sosial.

Perubahan biologis yang terjadi dalam proses menua akan menimbulkan


berbagai perubahan pada sel, organ dan sistem organ (Hayflick, 1996, dalam
Meiner & Lueckenotte, 2006). Semua perubahan biologis ini akan
menurunkan fungsi sistem tubuh secara keseluruhan, sehingga individu
rentan untuk mengalami berbagai penyakit yang bersifat sistemik maupun
penyakit infeksi (Ham, 2007; Ebersole, et al., 2005; Atchley & Barusch,
2004). Penyakit sistemik yang sering dialami lansia adalah penyakit jantung,
hipertensi, gagal jantung, diabetes mellitus dan osteoporosis (Nugroho, 2000).
Penyakit tersebut merupakan kelompok penyakit kronis yang memerlukan
pengobatan dan perawatan yang cukup lama dan terus-menerus. Penyakit ini
juga akan mengakibatkan lansia mengalami keterbatasan kemampuan dan
aktivitas fisik sehingga lansia menjadi ketergantungan dengan orang lain.
Segala keterbatasan ini dapat membuat lansia merasa putus asa, frustasi dan
merasa tidak berdaya.

Selain mengalami perubahan biologis, lansia juga dapat mengalami


perubahan psikologis karena adanya stressor yang berhubungan dengan
kehilangan (kematian) pasangan hidup dan teman serta anggota keluarga
lain. Stressor ini akan mencetuskan perasaan kesendirian pada lansia.
Masa lansia merupakan masa pensiun, dimana lansia tidak lagi aktif bekerja.
Perubahan status pekerjaan dapat berdampak pada kemampuan ekonomi
sebagian lansia. Status ekonomi yang tidak adekuat dapat mencetuskan
perasaan harga diri rendah, ketidakberdayaan dan keputusasaan atau frustasi.
Perubahan peran sosial lansia di masyarakat dapat menjadi pencetus
terjadinya isolasi sosial pada lansia, dimana lansia secara berangsur-angsur
menarik diri dari pergaulan sosial (Meiner & Lueckenotte, 2006; Ebersole, et
al., 2005; Fortinash & Worret, 2004). Oleh karena itu pada lansia yang
mengalami harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan dan isolasi
sosial dapat diberikan suatu intervensi keperawatan baik generalis maupun
spesialis. Terapi Reminiscence merupakan suatu intervensi keperawatan tahap
spesialis yang ditujukan untuk meningkatkan harga diri dan kemampuan
interaksi sosial klien untuk mencapai integritas diri lansia.

Terapi Reminiscence adalah suatu terapi yang memberikan perhatian terhadap


kenangan terapeutik pada lansia (Webster, 1999, dalam Collins 2006).
Menurut Fontaine dan Fletcher (2003) Reminiscence atau kenangan adalah
suatu kemampuan pada lansia yang dipandu untuk mengingat memori masa
lalu dan disampaikan memori tersebut dengan keluarga, kelompok atau staf.
Terapi Reminiscence ini dapat diberikan secara individu maupun
berkelompok. Modul ini merupakan Terapi Reminiscence dalam bentuk
kelompok.

Dalam kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence pengalaman masa lalu yang


disampaikan berupa pengalaman yang menyenangkan atau pengalaman yang
paling berkesan berkaitan dengan keberhasilan atau kesenangan pada masa
anak, masa remaja, masa dewasa, pengalaman bersama keluarga dan di
rumah. Pengalaman pada masa anak yang disampaikan dapat berupa
pengalaman pada waktu bersekolah baik tingkat taman kanak-kanak maupun
sekolah dasar, pengalaman bermain bersama teman, pengalaman prestasi
yang dicapai pada masa anak maupun kesenangan lainnya yang terjadi pada
waktu usia anak-anak. Pada modul ini pengalaman masa anak yang menjadi
topik diskusi adalah pengalaman tentang permainan yang paling disukai dan
pengalaman pada waktu duduk di bangku sekolah dasar.

Pengalaman pada masa remaja yang menjadi topik diskusi dalam kegiatan
Terapi Kelompok Reminiscence dapat berupa pengalaman yang
menyenangkan tentang hobi, kegiatan olah raga, rekreasi, kreasi seni,
pengalaman pada waktu duduk di bangku sekolah lanjutan yaitu Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas serta pengalaman yang
berhubungan dengan prestasi yang telah dicapai pada masa remaja. Dalam
modul ini pengalaman yang paling menyenangkan yang berkaitan dengan
hobi dan kegiatan rekreasi yang dilakukan bersama teman sebaya pada waktu
remaja disajikan sebagai topik diskusi dalam kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence pada lansia.

Dalam kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence pengalaman yang berkaitan


dengan usia dewasa yang dapat disampaikan anggota kelompok dapat berupa
pengalaman yang menyenangkan yang berhubungan dengan pekerjaan,
makanan dan minuman favorit, musik dan film yang disenangi, perkawinan,
pengalaman mempunyai anak dan mengasuh anak. Pada modul Terapi
Kelompok Reminiscence ini pengalaman masa dewasa yang menjadi topik
diskusi adalah pengalaman menyenangkan berkaitan dengan pekerjaan dan
makana yang paling disukai.

Pengalaman bersama keluarga dan di rumah dapat menjadi topik diskusi


dalam pelaksanaan kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence. Adapun topik
tersebut dapat berkaitan dengan pengalaman rekreasi bersama keluarga,
kegiatan pesta atau kegiatan perayaan keagamaan yang dilaksanakan bersama
anggota keluarga serta aktivitas lain yang berkesan dan menyenangkan yang
dilakukan bersama keluarga dan orang di sekitar klien. Topik diskusi yang
disajikan dalam modul Terapi Kelompok Reminiscence ini yang berkaitan
dengan pengalaman klien bersama keluarga dan di rumah adalah pengalaman
yang paling menyenangkan yang dilakukan klien bersama keluarga pada saat
melaksanakan perayaan hari raya agama dan pengalaman mengenai tetangga
yang paling disenangi.

Modul Terapi Kelompok Reminiscence ini diharapkan dapat digunakan oleh


perawat spesialis keperawatan jiwa untuk memberikan terapi psikososial pada
klien lansia yang mengalami harga diri rendah, ketidakberdayaan,
keputusasaan dan isolasi social. Setelah mengikuti kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence ini klien lansia juga diharapkan dapat mencapai integritas diri
sehingga terjadi peningkatan harga diri, memulihkan perasaaan
ketidakberdayaan, keputusasaan dan meningkatkan interaksi dengan orang
lain.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mempelajari modul ini diharapkan perawat spesialis keperawatan
jiwa dapat memahami dan melaksanakan Terapi Kelompok Reminiscence
pada klien lansia dengan diagnosa keperawatan harga diri rendah,
ketidakberdayaan, keputusasaan dan isolasi sosial.

2. Tujuan khusus
Setelah mempelajari modul ini perawat spesialis keperawatan jiwa
diharapkan mampu :
f. Memahami mengenai Terapi Kelompok Reminiscence dan prosedur
pelaksanaannya yang diberikan pada klien lansia.
g. Menerapkan Terapi Kelompok Reminiscence pada klien lansia
dengan harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan dan isolasi
sosial.
h. Melakukan evaluasi pelaksanaan Terapi Kelompok Reminiscence
pada klien lansia dengan harga diri rendah, ketidakberdayaan,
keputusasaan dan isolasi sosial.
i. Melakukan monitoring dan evaluasi Terapi Kelompok Reminiscence
pada klien lansia dengan harga diri rendah, ketidakberdayaan,
keputusasaan dan isolasi sosial.
j. Melakukan pendokumentasian Terapi Kelompok Reminiscence pada
klien lansia dengan harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan
dan isolasi sosial.

BAB II
PEDOMAN PELAKSANAAN
TERAPI KELOMPOK REMINISCENCE
PADA LANSIA

A. Pengertian Terapi Kelompok Reminiscence


Terapi Reminiscence Kelompok adalah terapi yang memberikan perhatian terhadap
kenangan terapeutik lansia yaitu pengalaman yang menyenangkan, paling berkesan
atau keberhasilan dan kesuksesan yang pernah dicapai oleh lansia pada masa lalunya,
kemudian lansia dimotivasi untuk mengingat kembali pengalaman tersebut dan
disampaikan kepada anggota kelompok.
B. Tujuan Terapi Kelompok Reminiscence
Menurut Fontaine dan Fletcher (2003) Terapi Reminiscence bertujuan untuk
meningkatkan harga diri dan membantu individu mencapai kesadaran diri dan
memahami diri, beradaptasi terhadap stress dan melihat bagian dirinya dalam
konteks sejarah dan budaya. Sedangkan menurut Nussbaum, Pecchioni,
Robinson & Thompson (2000, dalam Fontaine & Fletcher, 2003) Terapi
Reminiscence bertujuan untuk menciptakan kebersamaan kelompok dan
meningkatkan keintiman sosial.

Frisch dan Frisch (2006) juga menyatakan bahwa Terapi Reminiscence


bertujuan untuk meningkatkan harga diri dan sosialisasi. Tujuan lain
dilakukannya Terapi Reminiscence adalah untuk meningkatkan fungsi
kognitif, kemampuan berkomunikasi dan fungsi prilaku (RIPFA, 2006). Boyd
& Nihart (1998) dan Bohlmeijer (2003; Haight & Burnside, 1993, dalam
Ebersole, et al., 2005) menyatakan bahwa Terapi Reminiscence bertujuan
tidak hanya untuk memberikan pengalaman yang menyenangkan untuk
meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga meningkatkan sosialisasi dan
hubungan dengan orang lain, memberikan stimulasi kognitif, meningkatkan
komunikasi dan dapat menjadi suatu terapi yang efektif untuk gejala depresi.

Terapi Kelompok Reminiscence mempunyai potensi untuk menurunkan


isolasi sosial, memperbaiki fungsi kognitif dan depresi, dan meningkatkan
harga diri, perasaan berharga, keterampilan sosial dan kepuasan hidup (Chao
et al, 2006; Lin et al., 2003, dalam Parese, Simon & Ryan, 2008). Secara
terperinci tujuan Terapi Kelompok Reminiscence adalah :
1. Meningkatkan harga diri.
2. Meningkatkan perasaan berharga.
3. Meningkatkan kemampuan komunikasi.
4. Meningkatkan keintiman sosial.
5. Menciptakan kebersamaan kelompok.
6. Menurunkan isolasi sosial (meningkatkan
sosialisasi)
7. Meningkatkan kepuasan hidup.

C. Indikasi Terapi Kelompok Reminiscence


Indikasi medis untuk pelaksanaan Terapi Reminiscence adalah lansia dengan
depresi, demensia dan gangguan kognitif yaitu Alzheimer (RIPFA, 2006)

Indikasi keperawatan untuk Terapi Kelompok Reminiscence ini adalah lansia


dengan diagnosa keperawatan :
1. Harga diri rendah.
2. Ketidakberdayaan.
3. Keputusasaan.
4. Isolasi sosial.

D. Tipe Terapi Kelompok Reminiscence


Tipe Terapi Kelompok Reminiscence dalam modul ini adalah tipe simple atau positif
reminiscence yaitu anggota kelompok menyampaikan pengalaman dan perasaan
masa lalunya yang menyenangkan atau paling berkesan pada usia anak, remaja,
dewasa, pengalaman bersama keluarga dan di rumah.

E. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Terapi Kelompok Reminiscence


Terapi Kelompok Reminiscence ini dilaksanakan di ruang khusus (aula pertemuan)
yang ada di panti sosial tresna werdha dimana ruangan dan lingkungannya sangat
kondusif untuk kegiatan kelompok.

Jumlah sesi dalam Terapi Kelompok Reminiscence ini sebanyak 5 sesi dan
dilaksanakan dalam 9 kali pertemuan. Sesi 1 sampai 4 dilaksanakan masing-masing 2
kali pertemuan dan sesi 5 hanya 1 kali pertemuan. Waktu untuk setiap pertemuan
selama 75 menit atau maksimal 90 menit. Dalam setiap minggu dilakukan 3 kali
pertemuan dengan selang waktu 1 hari untuk setiap pertemuan.
Pada modul Terapi Kelompok Reminiscence ini klien diberikan terapi setiap 2 hari
sekali, atau dengan kata lain 1 kali pertemuan dilaksanakan setiap 2 hari.

F. Ukuran kelompok Terapi Kelompok Reminiscence


Jumlah anggota setiap kelompok pada Modul Terapi Kelompok Reminiscence ini
sebanyak 7 - 8 klien lansia dan jumlah kelompok sebanyak 5 kelompok. Pembagian
jumlah anggota kelompok yaitu kelompok 1 dan 2 sebanyak 7 klien lansia dan
kelompok 3, 4 dan 5 sebanyak 8 klien lansia.

G. Media dalam Terapi Reminiscence Kelompok


Menurut Collins (2006) media yang digunakan dalam kegiatan Terapi Reminiscence
adalah Reminiscance kit yaitu berbagai barang-barang/benda pada masa lalu,
majalah, alat untuk memasak, dan membersihkan, foto pribadi masing-masing
anggota, alat untuk memutar musik dan video, video dan kaset, buku, pulpen,
stimulus bau yang berbeda (seperti cofe, keju, cuka), rasa (seperti coklat, jeruk, kulit
pie dan lain-lain), dan bahan-bahan lain untuk menstimulasi sensori sentuhan (seperti
bulu binatang, wol dan flanel, pasir, lumpur dan lain-lain).

Penyediaan media terapi pada modul Terapi Kelompok Reminscence ini dengan cara
terapis terlebih dahulu melakukan pengkajian (identifikasi) mengenai benda-benda
yang masih dimiliki klien yang berhubungan dengan pengalaman masa lalunya. Jika
klien masih memiliki benda kenangan tersebut maka klien dianjurkan untuk
membawa media tersebut pada saat kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence.
Kegiatan pengkajian (identifikasi) ini dilakukan minimal 1 hari sebelum kegiatan
Terapi Kelompok Reminiscence dilaksanakan dan 1 jam sebelum pelaksanaan terapi.
\
H. Kriteria Terapis pada Terapi Kelompok Reminiscence
1. Perawat spesialis keperawatan jiwa (minimal lulus S2 keperawatan jiwa)
yang telah lulus uji kompetensi Terapi Kelompok Reminiscence (lulus uji
Expert Validity).
2. Berpengalaman dalam praktek keperawatan jiwa
I. Peran Terapis dalam Terapi Kelompok Reminiscence
Peran terapis dalam Terapi Kelompok Reminiscence ini adalah :
1. Menjelaskan tujuan Terapi Kelompok Reminiscence pada klien.
2. Menjelaskan manfaat Terapi Kelompok Reminiscence bagi klien.
3. Menjelaskan prosedur kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence.
4. Menjelaskan peraturan selama kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence.
5. Membuat kontrak awal yang jelas dengan anggota kelompok.
6. Memotivasi anggota kelompok menyampaikan pengalaman masa lalu
baik yang bersifat pengalaman yang menyenangkan, pengalaman paling
berkesan, atau keberhasilan dan kesuksesan yang pernah dicapai baik
pada usia anak, remaja, dewasa dan pengalaman bersama keluarga dan
di rumah.
7. Membantu klien mengekspresikan perasaan secara verbal setelah
menyampaikan pengalaman yang menyenangkan atau paling berkesan,
atau keberhasilan dan kesuksesan yang pernah dicapainya pada orang
lain.
8. Memotivasi klien untuk memperlihatkan pada anggota kelompok
benda-benda yang masih dimiliki klien yang mempunyai nilai khusus
bagi klien sesuai dengan topik terapi.
9. Membantu klien untuk menerima pengalaman masa lalunya yang
menyenangkan atau paling berkesan, atau keberhasilan dan kesuksesan
yang pernah dicapainya sebagai bagian yang berarti bagi klien.
10. Mengobservasi perilaku verbal dan non verbal setiap klien selama proses
terapi berlangsung.
11. Memberikan umpan balik pada klien atas kemajuan dan perkembangan
yang dicapai klien.
12. Memberikan penguatan positif atas kemampuan yang telah dicapai klien.
13. Membuat komitmen dengan klien untuk secara aktif melakukan
komunikasi dan interaksi dengan orang lain dalam rangka berbagi
pengalaman masa lalu yang menyenangkan atau paling berkesan, atau
keberhasilan dan kesuksesan yang pernah dicapai klien.
14. Mendokumentasikan proses dan hasil kegiatan terapi.

J. Proses Pelaksanaan Terapi Kelompok Reminscence


Proses pelaksanaan Terapi Kelompok Reminiscence dalam modul terapi ini mencakup
pengalaman pada masa anak, masa remaja, masa dewasa, pengalaman dengan
keluarga dan di rumah dan dilaksanakan secara berkelompok. Pada modul ini proses
pelaksanaan Terapi Kelompok Reminiscence meliputi tahapan persiapan,
pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.

Proses kerja Terapi Kelompok Reminiscence ini sebagai berikut :


1. Persiapan
a. Melakukan seleksi klien.
Seleksi dilakukan dengan cara mengukur kondisi depresi pada klien
dengan menggunakan skala pengukuran depresi pada lansia atau
Geraitric Depression Scale, kemudian klien yang mengalami depresi
berdasarkan hasil pengukuran tersebut dijadikan klien dalam Terapi
Kelompok Reminiscence. Sebelum diberikan Terapi Kelompok
Reminiscence terlebih dahulu klien diberikan asuhan keperawatan
standar (generalis) sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
ditegakkan yaitu harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan
dan isolasi sosial. Setelah tindakan keperawatan generalis diberikan,
maka klien yang belum mencapai tujuan yang optimal pada diagnosa
keperawatan tersebut diikutsertakan sebagai klien dalam Terapi
Kelompok Reminiscence yang diberikan oleh terapis.
b. Menyiapkan tempat dan setting
Pelaksanaan Terapi Kelompok Reminiscence ini bertempat di ruang
aula pertemuan yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera yang berlokasi di Kota Banjarbaru. Ruangan ini sangat
kondusif untuk kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence karena
lingkungannya yang cukup tenang dan jauh dari kebisingan.
Setting tempat pelaksanaan Terapi Kelompok Reminiscence ini klien
duduk membentuk lingkaran dan terapis berada di antara klien.
c. Menyiapkan Media
Media yang digunakan dalam kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence ini benda-benda yang masih dimiliki klien yang
berhubungan dengan pengalaman yang menyenangkan atau paling
berkesan pada masa anak, remaja, dewasa, pengalaman bersama
keluarga dan dirumah. Untuk persiapan media ini 1 hari sebelum
kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence terapi terlebih dahulu
menanyakan pada klien apakah klien masih memiliki media tersebut
atau tidak. Apabila klien masih memiliki benda-benda kenangan
tersebut maka klien dianjurkan untuk membawa benda tersebut pada
saat kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence dilaksanakan.
d. Membuat kontrak waktu dan topik.
Pada modul ini Terapi Kelompok Reminiscence dilaksanakan dalam
5 sesi dan dilakukan dalam 9 kali pertemuan. Sesi 1 sampai 4 masing-
masing dilakukan 2 kali pertemuan dan sesi 5 dilakukan hanya 1 kali
pertemuan. Setiap pertemuan waktu yang digunakan adalah 75 menit.
Topik yang didiskusikan dalam kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence dalam modul ini meliputi : 1) pengalaman masa anak
yang berhubungan dengan permainan yang paling disukai dan
pengalaman tentang guru yang paling disenangi pada waktu Sekolah
Dasar atau setingkat SD, 2) pengalaman masa remaja berkaitan
dengan hobi yang paling menyenangkan dan kegiatan rekreasi yang
paling berkesan yang dilakukan bersama teman sebaya pada waktu
remaja, 3) pengalaman masa dewasa berhubungan dengan pekerjaan
yang paling menyenangkan atau prestasi kerja yang dicapai dan
makanan yang paling disukai, dan 4) pengalaman yang berhubungan
dengan keluarga dan di rumah yaitu pengalaman yang paling berkesan
pada saat merayakan hari raya agama dan pengalaman yang berkaitan
dengan tetangga yang paling disenangi.
2. Pelaksanaan
Terapi Kelompok Reminiscence ini dilaksanakan dalam 5 sesi. Sesi 1 sampai 4
masing-masing dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan, sedangkan sesi 5 dilakukan 1
kali pertemuan. Kegiatan setiap sesi pada Terapi Kelompok Reminiscence ini
adalah sebagai berikut :
a. Sesi 1 : Berbagi pengalaman masa anak. Kegiatan pada sesi ini adalah
perkenalan antara terapis dengan semua anggota kelompok,
terapis menyampaikan tujuan kelompok dan peraturan
kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan berbagi pengalaman
atau diskusi tentang pengalaman menyenangkan atau
keberhasilan yang pernah dicapai pada masa anak. Pada modul
ini pengalaman pada masa anak lebih difokuskan kepada
pengalaman yang berkaitan dengan permainan yang paling
disenangi dan pengalaman yang berhubungan dengan teman
yang paling disenangi pada masa anak.

Pedoman pertanyaan yang digunakan pada sesi 1 ini adalah :


1) Hal apa yang paling menyenangkan atau prestasi yang pernah
dicapai Saudara sewaktu masa anak ?
2) Permainan apa saja yang Saudara lakukan pada masa anak ?
3) Permainan apa yang paling saudara sukai pada masa anak ?
4) Coba ceritakan peristiwa apa yang menyenangkan atau lucu terkait
dengan pengalaman permainan yang saudara sukai tersebut ! Apa
nama permainanannya ? Bersama siapa saja Saudara bermain ? Di
mana Saudara bermain ? Kapan waktu permainan itu Saudara
lakukan ? Pakaian apa yang Saudara pakai pada saat bermain
tersebut, warna baju, warna celana, jenis alas kaki ? Apa cerita yang
menarik atau paling berkesan saat melakukan permainan tersebut ?
5) Coba perlihatkan benda atau sesuatu yang masih saudara miliki
berkaitan dengan permainan tersebut.
6) Siapa saja teman pada waktu usia anak (usia 5 12 tahun) ?
7) Siapa teman yang paling Saudara senangi ? Apa jenis kelaminnya ?
Bagaimana penampilan sehari-harinya ? Bagian Apa yang paling
Saudara senangi pada teman tersebut, apakah penampilannya,
sifatnya, gaya bicaranya, senyumnya ?
8) Coba ceritakan peristiwa apa yang paling menyenangkan atau
paling berkesan yang berhubungan dengan teman yang paling
Saudara senangi pada masa anak tersebut ? Apa yang terjadi pada
waktu itu ? Apa warna pakaian yang dipakai oleh teman tersebut
pada waktu itu ? Apa kalimat yang diucapkan teman tersebut
sehingga bagi Saudara sangat berkesan ?
9) Coba perlihatkan benda atau sesuatu yang masih saudara miliki
berkaitan dengan teman yang Saudara paling sukai sewaktu masa
anak.
10) Bagaimana perasaan saudara setelah berbagi cerita masa anak
dengan orang lain.

b. Sesi 2 : Berbagi pengalaman masa remaja. Sesi ini berfokus pada


pengalaman masa remaja. Dalam modul Terapi Kelompok
Reminiscence ini topik yang didiskusikan lebih ditujukan hobi
yang dilakukan bersama teman-teman sebaya dan pengalaman
rekreasi bersama teman pada masa remaja tersebut.
Pedoman pertanyaan yang digunakan dalam sesi 2 ini adalah :
1) Kegiatan apa saja yang saudara lakukan pada masa remaja ?
2) Apa saja hobi saudara sewaktu usia remaja ?
3) Hobi apa yang paling saudara sukai yang dilakukan bersama teman
sebaya pada waktu remaja dulu ?
4) Coba ceritakan pengalaman yang paling berkesan (menyenangkan
atau lucu) berkaitan dengan hobi yang saudara lakukan bersama
teman sebaya tersebut ! Apa hobi yang dilakukan waktu itu ? Bersama
siapa Saudara melakukannya ? Di mana Saudara melakukannya ?
Kapan Saudara melakukannya ? Apa saja peralatan atau media yang
digunakan dalam melakukan hobi tersebut ? Apa warna pakaian yang
Saudara pakai waktu itu ? Apa warna pakaian teman Saudara waktu itu
? Apa yang telah dihasilkan atau dicapai dari kegiatan tersebut ?
Peristiwa apa yang Saudara alami yang menurut Saudara paling
menyenangkan atau paling berkesan atau paling lucu pada waktu
melakukan hobi tersebut ?
5) Coba perlihatkan benda atau sesuatu yang masih Saudara miliki yang
berkaitan dengan hobi yang paling saudara sukai pada waktu remaja.
6) Pada waktu remaja, apa saja kegiatan rekreasi yang dilakukan
bersama teman sebaya ?
7) Coba ceritakan pengalaman yang paling menyenangkan atau lucu
pada waktu rekreasi bersama teman sebaya ! Apa kegiatan rekreasi
yang dilakukan ? Bersama siapa saja Saudara melakukan kegiatan
rekreasi tersebut ? Di mana kegiatan rekreasi tersebut dilakukan ?
Kapan kegiatan rekreasi tersebut dilakukan ? Apa saja yang Saudara
lakukan pada saat kegiatan rekreasi tersebut ? Apa saja yang dilakukan
oleh teman Saudara pada saat kegiatan rekreasi tersebut ? Apa warna
pakaian yang Saudara pakai pada waktu kegiatan rekreasi tersebut ?
Apa warna pakaian yang teman Saudara pakai pada saat kegiatan
rekreasi tersebut ? Siapa teman yang paling berkesan pada saat
kegiatan rekreasi tersebut ? Peristiwa atau pengalaman apa yang
paling berkesan atau paling menyenangkan atau paling lucu pada
waktu kegiatan rekreasi tersebut ?
8) Coba perlihatkan benda atau sesuatu yang berkaitan dengan rekreasi
yang Saudara lakukan bersama teman-teman sewaktu remaja.
9) Bagaimana perasaan saudara setelah berbagi cerita masa remaja
dengan orang lain.

c. Sesi 3 : Berbagi pengalaman masa dewasa. Pada sesi 3 topik kegiatan


terapi berhubungan dengan pengalaman masa dewasa. Fokus
diskusi pada sesi 3 dalam modul Terapi Kelompok Reminiscence
ini adalah pengalaman yang berkaitan dengan pekerjaan dan
makanan yang paling disukai.
Pedoman pertanyaan yang digunakan pada sesi 3 kegiatan terapi ini adalah :
1) Apa saja kegiatan Saudara pada masa dewasa ?
2) Pekerjaan apa saja yang pernah Saudara lakukan ?
3) Pekerjaan apa yang paling Saudara sukai ?
4) Coba ceritakan pengalaman yang paling berkesan atau paling
menyenangkan atau lucu atau prestasi yang dicapai yang berkaitan
dengan pekerjaan yang paling saudara sukai tersebut ! Apa
kegiatannya ? Di mana Saudara melakukannya ? Kapan Saudara
melakukannya ? Apa warna pakaian yang Saudara pakai pada saat
bekerja tersebut ? Siapa saja yang Saudara temui pada saat bekerja
tersebut ? Benda-benda apa saja yang Saudara gunakan pada saat
melakukan pekerjaan tersebut ? Apa hasil dari pekerjaan yang telah
Saudara lakukan tersebut ? Peristiwa apa yang paling berkesan atau
paling menyenangkan atau paling lucu atau keberhasilan yang telah
Saudara capai berkaitan dengan pekerjaan Saudara tersebut ?
5) Coba perlihatkan benda atau sesuatu yang berkaitan dengan
pekerjaan yang saudara sukai tersebut.
6) Apa saja makanan yang paling saudara sukai ?
7) Coba ceritakan pengalaman yang paling berkesan (paling
menyenangkan atau lucu) yang berkaitan dengan makanan yang
paling saudara sukai ! Apa nama makanannya ? Apa saja bahan-
bahan untuk membuat makanan tersebut ? Bagaimana cara
membuatnya ? Bagaimana cara memasaknya ? Bagaimana cara
menyajikannya ? Apa rasa yang dominan dari makanan tersebut ?
Apa warna yang dominan dari makanan tersebut ? Jika makanan
tersebut didapatkan dengan cara membeli, berapa harga 1
makanannya ? Di mana Saudara membelinya ? Biasanya bersama
siapa Saudara memakan makanan tersebut ? Biasanya kalau makan
makanan tersebut, minuman apa yang Saudara minum setelah
makan makanan tersebut ? Jika membuat makanan tersebut
bersama siapa Saudara membuatnya ? Peristiwa apa yang paling
berkesan atau paling menyenangkan atau paling lucu yang
berhubungan dengan makanan yang paling saudara sukai tersebut ?
8) Coba perlihatkan benda atau sesuatu yang masih Saudara miliki
yang berkaitan dengan makanan yang paling saudara sukai.
9) Bagaimana perasaan saudara setelah menceritakan pengalaman
saudara tentang pekerjaan dan makanan yang paling saudara sukai.

d. Sesi 4 : Berbagi pengalaman keluarga dan di rumah. Pada sesi 4 topik


kegiatan terapi berfokus pada pengalaman bersama keluarga
dan di rumah. Dalam modul Terapi Kelompok Reminiscence ini
topik pada sesi 4 adalah mencakup pengalaman merayakan hari
raya agama bersama anggota keluarga dan bergaul dengan
tetangga yang paling disukai.
Pada sesi 4 pedoman pertanyaan yang digunakan adalah :
1) Sewaktu di rumah saudara tinggal bersama siapa saja ? Coba
sebutkan dan apa hubungannya dengan saudara.
2) Hari raya agama apa yang biasanya Saudara lakukan bersama
keluarga ?
3) Apa yang Saudara dan keluarga lakukan berkaitan dengan perayaan
hari raya agama (misalnya hari raya idul fitri) ?
4) Apa yang paling Saudara sukai dalam kegiatan merayakan hari raya
agama bersama keluarga ?
5) Coba ceritakan pengalaman yang paling berkesan atau
menyenangkan atau lucu pada waktu Saudara dan keluarga
merayakan hari raya agama tersebut ! Hari raya agama apa yang
Saudara rayakan bersama keluarga pada waktu itu ? Kapan
merayakannya ? Di mana Saudara dan Keluarga merayakannya ?
Siapa saja keluarga Saudara yang hadir pada waktu merayakan hari
raya agama tersebut ? Apa yang Saudara dan keluarga lakukan pada
waktu merayakan hari raya agama tersebut ? Apa saja alat atau
media yang Saudara dan keluarga gunakan pada waktu merayakan
hari raya agama tersebut ? Hidangan apa saja yang disajikan pada
waktu merayakan hari raya agama tersebut ? Apa warna pakaian
yang Saudara pakai pada waktu merayakan hari raya agama tersebut
? Apa warna pakaian yang dipakai oleh keluarga Saudara pada waktu
merayakan hari raya agama tersebut ? Peristiwa apa yang paling
berkesan atau paling menyenangkan atau paling lucu yang terjadi
pda waktu merayakan hari raya agama bersama kelurga tersebut ?
6) Coba perlihatkan benda atau sesuatu yang masih Saudara miliki
yang berkaitan dengan perayaan hari raya agama yang Saudara
lakukan bersama keluarga di rumah.
7) Bagaimana perasaan saudara setelah berbagi cerita tentang
kegiatan Saudara dan keluarga dalam merayakan hari raya agama.
8) Siapa saja tetangga Saudara ?
9) Siapa tetangga yang paling saudara senangi ?
10) Coba ceritakan tetangga yang paling menyenangkan bagi Saudara !
Siapa namanya ? Jenis kelaminnya apa ? Umurnya berapa ? Apa yang
paling Saudara senangi pada tetangga tersebut, penampilannya, gaya
bicaranya, sifat atau perilakunya ? Apa yang sering Saudara lakukan
bersama tetangga tersebut ? Apa warna pakaian yang sering dipakai
oleh tetangga Saudara tersebut ? Coba ceritakan pengalaman yang
paling berkesan atau paling menyenangkan atau lucu yang berkaitan
dengan tetangga Saudara yang paling Saudara sukai tersebut.
11) Coba perlihatkan benda atau sesuatu yang masih Saudara miliki yang
berkaitan dengan tetangga yang paling saudara senangi.
12) Bagaimana perasaan Saudara setelah menceritakan pengalaman
bersama tetangga yang paling Saudara sukai tadi.

e. Sesi 5 : Evaluasi intergritas diri. Sesi ini merupakan kegiatan terakhir dari
terapi. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah mengevaluasi
pencapaian integritas diri klien lansia. Kegiatan sesi 5 dalam
modul Terapi Kelompok Reminiscence ini meliputi berbagi
pengalaman yang didapat setelah melakukan kegiatan sesi 1
sampai 4 untuk mencapai peningkatan harga diri, penerimaan diri
sebagai lansia dan meningkatkan interaksi lansia dengan orang
lain, sehingga rasa ketidakberdayaan dan keputusasaan dapat
diatasi. Pada akhir kegiatan ini ditutup dengan terminasi
kelompok.
Pada sesi ke 5 pedoman pertanyaan yang digunakan adalah :
1) Bagaimana perasaan Saudara setelah mengikuti kegiatan Terapi
Kelompok Reminiscence dari sesi 1 sampai dengan 4 ?
2) Apa manfaat yang sudah Saudara dapatkan (rasakan) setelah
mengikuti kegiatan terapi ini dari sesi 1 sampai 4 ?
3) Apa perubahan pada diri Saudara yang dialami (dirasakan) setelah
mengikuti kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence ini ?
4) Apa harapan Saudara setelah kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence ini ?
5) Apa rencana Saudara setelah kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence ini ?
6) Bagaimana perasaan Saudara setelah mengetahui bahwa ini adalah
pertemuan terakhir dari kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence ini
?

Dalam setiap pertemuan dari kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence ini


setiap anggota kelompok (klien) dimotivasi dan diberikan kesempatan yang
sama untuk menyampaikan pengalaman yang dimilikinya sesuai dengan topik
pada setiap sesi, dank lien juga diminta untuk memperlihatkan benda-benda
yang berkaitan pengalaman tersebut yang masih dimilikinya.

Secara lebih terperinci kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence yang


disajikan dalam modul ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1
Kegiatan Terapi Reminiscence Kelompok pada Klien Lansia

HARI/
NO SESI PERTEMUAN TOPIK
MINGGU
1 1: Ke 1 Ke 1 Berbagi pengalaman tentang
Pengalaman masa Minggu I permainan yang paling disukai
Anak pada masa anak.
2 Mengulang sesi 1 Ke 2 Ke 2 Berbagi pengalaman tentang
Minggu I pengalaman yang paling
menyenangkan pada masa anak
berkaitan dengan teman yang
paling disenangi.
3 2: Ke 3 Ke 3 Berbagi pengalaman tentang
Pengalaman masa Minggu I hobi yang paling
Remaja menyenangkan yang dilakukan
bersama teman sebaya sewaktu
usia remaja.
4 Mengulang sesi 2 Ke 4 Ke 4 Berbagi pengalaman tentang
Minggu II kegiatan rekreasi yang paling
berkesan yang dilakukan
bersama teman sebaya pada
waktu usia remaja.
5 3: Ke 5 Ke 5 Berbagi pengalaman tentang
Pengalaman masa Minggu II pekerjaan yang paling
dewasa menyenangkan yang dilakukan
pada usia dewasa.
6 Mengulang sesi 3 Ke 6 Ke 6 Berbagi pengalaman yang
Minggu II paling menyenangkan tentang
makanan yang paling disukai
pada waktu usia dewasa.
7 4 : Ke 7 Ke 7 Berbagi pengalaman yang
Pengalaman Minggu III paling menyenangkan pada
dengan Keluarga saat merayakan hari raya
dan di rumah agama beserta keluarga.
8 Mengulang sesi 4 Ke 8 Ke 8 Berbagi pengalaman tentang
Minggu III tetangga yang paling disukai.
\

HARI/
NO SESI PERTEMUAN TOPIK
MINGGU
9 5 : Ke 9 Ke 9 Menyampaikan perasaan
Evaluasi Minggu III setelah mengikuti
integrasi diri kegiatan terapi dari sesi
1 4.
Menyampaikan manfaat
yang dicapai (dirasakan)
setelah mengikuti
kegiatan terapi sampai
selesai.
Menyampaikan harapan
dan rencana kegiatan
setelah kegiatan terapi
selesai.

3. Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan terhadap kemampuan klien dalam menyampaikan pengalaman
dan perasaannya selama proses kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence pada setiap
sesi. Pendokumentasian dilakukan terhadap proses dan hasil terapi yang dilakukan
yang berkaitan dengan kemampuan yang dicapai klien.

BAB III
PETUNJUK PELAKSANAAN
TERAPI KELOMPOK REMINISCENCE
PADA LANSIA DENGAN DEPRESI

SESI I : BERBAGI PENGALAMAN PADA MASA ANAK


Pertemuan ke 1
A. Tujuan
f. Klien mampu berkenalan dengan semua anggota kelompok.
g. Klien mampu menceritakan pengalamannya yang menyenangkan pada
masa anak yang berhubungan dengan permainan anak yang paling disukai
klien pada saat itu.

B. Setting
1. Pertemuan dilakukan di ruang aula pertemuan pada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin yang berlokasi di Kota Banjarbaru.
2. Suasana ruangan harus tenang
3. Klien duduk membentuk lingkaran dan terapis berada di antara klien.

C. Media/Alat
b. Benda-benda yang masih dimiliki klien yang berkaitan dengan masa lalu
klien pada masa anak yaitu permainan pada masa anak atau foto.
c. Format evaluasi proses
d. Format dokumentasi
e. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport)
f. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen

D. Metode
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play

E. Langkah Langkah Kegiatan


1. Persiapan
a. Menyepakati pelaksanaan kegiatan terapi dengan klien sebelum sesi 1
dilaksanakan.
b. Mengingatkan klien 1 jam sebelum pelaksanaan terapi.
c. Mempersiapkan tempat pertemuan yaitu ruang aula pertemuan di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru.
d. Mempersiapkan media/alat :
1) Papan nama terapis dan klien
2) Terapis mengevaluasi benda-benda yang masih dimiliki klien
terkait dengan topik diskusi pada Terapi Kelompok Reminiscence
pada pertemuan pertama yaitu pengalaman tentang permainan
pada masa anak yang paling disukai. Kegiatan evaluasi ini
dilakukan 1 hari sebelum kegiatan terapi dilaksanakan.
3) Terapis meminta klien untuk membawa benda-benda yang
masih dimiliki klien yang terkait dengan permainan pada masa
anak yang paling disukai. Kegiatan ini dilaksanakan 1 hari
sebelum kegiatan terapi dan diulang lagi 1 jam sebelum
pelaksanaan kegiatan terapi.
4) Terapis mempersiapkan format evaluasi proses, format
dokumentasi, format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku
raport) dan alat tulis yaitu buku kerja dan pulpen

2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis.
b) Perkenalan nama dan panggilan terapis.
c) Menanyakan nama dan panggilan klien dan memakai papan
nama
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini
3) Kontrak
a) Menyepakati lama pertemuan dan jumlah sesi yaitu 9 kali
pertemuan dan 5 sesi, sesi pengalaman masa anak, sesi 2
pengalaman masa remaja, sesi 3 pengalaman masa dewasa,
sesi 4 pengalaman bersama keluarga dan di rumah dan sesi 5
evaluasi kegiatan. Setiap pertemuan lama waktunya 75 menit.
b) Menjelaskan tujuan pertemuan pertama yaitu:
(1) Klien berbagi pengalaman yang menyenangkan yang
terjadi pada usia anak yang berhubungan dengan
permainan yang paling disukai pada masa anak.
(2) Klien diharapkan mampu mengekpresikan perasaannya
setelah berbagi pengalaman dengan anggota kelompok.
c) Terapis menjelaskan tata tertib sebagai berikut:
(1) Lama kegiatan 75 menit
(2) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
(3) Klien berperan aktif dalam membagi pengalaman dan
mengungkapkan perasaannya setelah berbagi pengalaman
dengan orang lain.

b. Fase Kerja
1) Terapis memperkenalkan diri ; nama, nama panggilan, asal
tempat tinggal dan status pendidikan.
2) Terapis meminta setiap anggota kelompok memperkenalkan
diri meliputi nama, nama panggilan yang disenangi, usia dan
asal tempat tinggal. Kegiatan perkenalan ini dimulai dari klien
yang duduk di sebelah kanan terapis dan diteruskan searah
jarum jam sampai semua anggota kelompok telah
memperkenalkan diri.
3) Terapis memimpin klien untuk melakukan tahnik nafas dalam
sebanyak 3 kali, kemudian klien diminta menutup mata, terapis
mengajak klien untuk mengingat pengalaman masa anak,
kemudian klien diminta mengingat kembali permainan yang
sering dilakukan pada masa anak, apa saja permainan yang
pernah dilakukan, permainan apa yang paling disenangi pada
masa anak tersebut, bersama siapa saja melakukan permainan
tersebut, di mana permainan tersebut dilakukan, kapan
permainan tersebut dilakukan dan peristiwa apa yang paling
menyenangkan atau paling berkesan dengan permainan yang
paling disukai tersebut. Kemudian klien diminta untuk
membuka mata kembali dan tarik nafas dalam sebanyak 3 kali.
4) Terapis memberikan kesempatan pada 1 orang klien untuk
menceritakan pengalaman yang paling menyenangkan yang
berhubungan dengan permainan yang paling disukai pada masa
anak.
5) Terapis memberikan kesempatan pada klien tersebut untuk
memperlihatkan benda-benda yang masih dimilikinya yang
berarti bagi klien yang berhubungan dengan permainan yang
paling disukainya pada masa anak.
6) Terapis meminta klien lain untuk memberikan tanggapan atas
pengalaman yang telah disampaikan oleh rekannya.
7) Terapis mendiskusikan perasaan klien setelah berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain ; apa yang
klien rasakan setelah menyampaian pengalaman dengan orang
lain, apakah ada manfaat yang dirasakan klien serta hubungan
masa lalu dengan keadaan klien saat ini.
8) Terapis menganjurkan klien untuk menerima masa lalunya
yang menyenangkan sebagai bagian yang berharga bagi klien.
9) Ulangi kegiatan 4 sampai dengan 8 untuk klien lain sampai
semua anggota kelompok mendapat kesempatan yang sama.
10) Terapis menjelaskan hubungan mengingat kembali dan berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain dengan
penerimaan diri pada saat ini.
11) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama
dengan orang lain tanpa terstruktur.
12) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.

c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan pengalaman
masa lalu yang menyenangkan pada masa anak.
c) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan dan
kerjasama klien yang baik
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien mengingat kembali pengalaman-
pengalaman lainnya yang menyenangkan yang terjadi pada
masa anak dan menyampaikan pengalaman tersebut dengan
orang lain diluar kegiatan terapi kelompok baik secara
berkelompok maupun dengan orang lain secara perorangan.
Kegiatan yang dilakukan klien akan dievaluasi pada setiap
pertemuan dari pertemuan ke 2 sampai pertemuan ke 9.
3) Kontrak yang akan datang
(c) Menyepakati topik pada pertemuan ke 2 yaitu berbagi
pengalaman menyenangkan pada masa anak yang berhubungan
dengan pengalaman tentang teman yang paling disenangi pada
masa anak. Klien diminta membawa benda-benda kenangan
yang masih dimiliki klien terkait topik tersebut.
(d) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke 2 yakni di
aula pertemuan PSTW Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru dan waktu pertemuan 75 menit.
3. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada
tahap fase kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 1 adalah kemampuan
klien memperkenalkan diri, mengungkapkan perasaan, menyampaikan
pengalamannya sesuai topik dan mengekpresikan perasaan setelah
kegiatan.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence
sesi 1, klien mampu mengungkapkan perasaan, menyampaikan
pengalamannya sesuai topik dan mengekpresikan perasaan setelah
kegiatan. Klien dapat melanjutkan untuk mengikuti sesi 2. Jika klien
dianggap belum mampu, maka catatan keperawatan adalah klien
mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence sesi 1, klien belum mampu
mengungkapkan perasaan, belum mampu menyampaikan
pengalamannya sesuai topik dan belum mampu mengekpresikan
perasaan setelah kegiatan, dianjurkan klien untuk mengingat kembali
kenangan masa lalu sesuai topik dan melakukan latihan untuk
menyampaikan pada orang lain diluar kegiatan terapi.
Format Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok
Reminiscence.

Format Evaluasi dan Dokumentasi


Terapi Kelompok Reminiscence
Sesi 1 : Berbagi pengalaman masa anak
Pertemuan 1; Permainan yang paling disukai

No Aspek yang dinilai Nilai


Tanggal Tanggal
1 Memperkenalkan diri dengan baik.
2 Mengungkapkan perasaan
3 Menyebutkan permainan yang paling disukai
pada masa anak.
4 Menceritakan pengalaman yang menyenangkan
terkait dengan permainan yang paling disukai
pada masa anak.
5 Menyampaikan perasaan setelah menceritakan
pengalaman yang menyenangkan pada masa anak
yang berhubungan dengan permainan yang
paling disukai.
Jumlah
A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : pasien harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.

SESI I : BERBAGI PENGALAMAN PADA MASA ANAK


Pertemuan ke 2
A. Tujuan
1. Klien mampu menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan setelah
pertemuan ke 1.
2. Klien mampu menceritakan pengalamannya yang menyenangkan pada
masa anak yang berhubungan dengan pengalaman tentang teman yang
paling disenangi pada masa anak.

B. Setting
1. Pertemuan dilakukan di ruang aula pertemuan pada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin yang berlokasi di Kota Banjarbaru.
2. Suasana ruangan harus tenang.\
3. Klien duduk membentuk lingkaran dan terapis berada di antara klien.

C. Media/Alat
1. Benda-benda yang masih dimiliki klien yang berkaitan dengan masa lalu
klien pada masa anak yang berhubungan dengan teman yang paling
disenangi pada masa anak : foto, buku, buku diary, buku gambar.
2. Format evaluasi proses
3. Format dokumentasi
g. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport)
4. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen

D. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Role play

E. Langkah Langkah Kegiatan


1. Persiapan
a. Mengingatkan klien 1 jam sebelum pelaksanaan terapi.
b. Mempersiapkan tempat pertemuan yaitu ruang aula pertemuan di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru.
c. Mempersiapkan media/alat :
1) Terapis mengevaluasi benda-benda yang masih dimiliki klien
terkait dengan topik diskusi pada Terapi Kelompok Reminiscence
pada pertemuan ke 2 yaitu pengalaman tentang teman yang paling
disenangi pada masa anak. Kegiatan evaluasi ini dilakukan 1 hari
sebelum kegiatan terapi dilaksanakan.
2) Terapis meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berhubungan dengan teman yang paling
disenangi pada masa anak. Kegiatan ini dilaksanakan 1 hari
sebelum kegiatan terapi dan diulang lagi 1 jam sebelum
pelaksanaan kegiatan terapi.
3) Terapis mempersiapkan format evaluasi proses, format
dokumentasi, format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport)
dan alat tulis yaitu buku kerja dan pulpen

2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis.
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan klien setelah
pertemuan pertama.
3) Kontrak
a) Menyepakati lama waktu pertemuan.
b) Mengingatkan tata tertib kegiatan.
c) Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu:
(1) Klien berbagi pengalaman yang menyenangkan yang
terjadi pada usia anak yang berhubungan dengan
pengalaman bergaul pada masa anak yaitu teman yang
paling disenangi.
(2) Klien diharapkan mampu mengekpresikan perasaannya
setelah berbagi pengalaman dengan anggota kelompok.

b. Fase Kerja
1) Terapis memimpin klien untuk melakukan tahnik nafas dalam sebanyak
3 kali, kemudian klien diminta menutup mata, terapis mengajak klien
untuk mengingat pengalaman masa anak, kemudian klien diminta
membayangkan kembali pengalaman pada saat bergaul dengan teman-
teman pada masa anak, nama teman-teman pada masa anak, teman
yang paling disenangi, penampilan sehari-hari teman-teman tersebut,
bagian yang paling disenangi pada teman tersebut seperti
penampilannya, sifatnya, gaya bicaranya, senyumnya, peristiwa apa
yang paling menyenangkan atau paling berkesan yang berhubungan
dengan teman yang paling disenangi tersebut, apa warna pakaian yang
dipakai oleh teman tersebut pada waktu itu, apa kalimat yang diucapkan
teman tersebut sehingga bagi klien sangat berkesan. Kemudian klien
diminta untuk membuka mata kembali dan melakukan tarik nafas dalam
sebanyak 3 kali.
2) Terapis memberikan kesempatan pada 1 orang klien untuk
menceritakan pengalaman yang paling menyenangkan yang
berhubungan dengan teman yang paling disenangi pada masa anak.
3) Terapis memberikan kesempatan pada klien tersebut untuk
memperlihatkan benda-benda yang masih dimilikinya yang berarti bagi
klien yang berhubungan dengan teman yang paling disenangi pada masa
anak.
4) Terapis meminta klien lain untuk memberikan tanggapan atas
pengalaman yang telah disampaikan oleh rekannya.
5) Terapis mendiskusikan perasaan klien setelah berbagi pengalaman yang
menyenangkan dengan orang lain ; apa yang klien rasakan setelah
menyampaian pengalaman dengan orang lain, apakah ada manfaat yang
dirasakan klien serta hubungan masa lalu dengan keadaan klien saat ini.
6) Terapis menganjurkan klien untuk menerima masa lalunya yang
menyenangkan sebagai bagian yang berharga bagi klien.
7) Ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 untuk klien lain sampai semua
anggota kelompok mendapat kesempatan yang sama.
8) Terapis menjelaskan hubungan mengingat kembali dan berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain dengan penerimaan
diri pada saat ini.
9) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama dengan
orang lain tanpa terstruktur.
10) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.

c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan pengalaman
masa lalu yang menyenangkan pada masa anak.
c) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan dan
kerjasama klien yang baik

2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien mengingat kembali pengalaman-
pengalaman lainnya yang menyenangkan yang terjadi pada
masa anak dan berbagi cerita dengan orang lain. Kegiatan yang
dilakukan klien akan dievaluasi pada setiap pertemuan dari
pertemuan ke 3 sampai pertemuan ke 9.
b) Meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berkaitan dengan pengalaman tentang hobi
yang dimiliki klien pada waktu remaja.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati sesi 2 dan topik pada pertemuan ke 3 yaitu
berbagi pengalaman menyenangkan pada masa remaja yang
berhubungan dengan hobi yang paling disenangi yang
dilakukan bersama teman sebaya pada waktu remaja. Klien
diminta membawa benda-benda kenangan yang masih dimiliki
klien terkait topik tersebut.
b) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke 3 yakni di
aula pertemuan PSTW Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru dan waktu pertemuan 75 menit.

3. Evaluasi dan Dokumentasi


a. Evaluasi Proses
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada
tahap fase kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 1 pertemuan ke 2
adalah klien dapat menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan
mengenai berbagi pengalaman masa anak yang dilaksanakan diluar
kegiatan terapi, menyebutkan nama dan tempat SD atau MI,
kemampuan klien menyampaikan pengalamannya sesuai topik dan
mengekpresikan perasaan setelah kegiatan.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence
sesi 1 pertemuan ke 2, klien mampu mengungkapkan perasaan,
menyampaikan kegiatan berbagi pengalaman masa anak yang
dilakukan diluar kegiatan terapi, menyampaikan pengalamannya
sesuai topik dan mengekpresikan perasaan setelah kegiatan. Klien
dapat melanjutkan untuk mengikuti sesi 2 pertemuan ke 3. Jika klien
dianggap belum mampu, maka catatan keperawatan adalah klien
mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence sesi 1 pertemuan ke 2,
klien belum mampu mengungkapkan perasaan, belum mampu
menyampaikan kegiatan berbagi pengalaman masa anak yang
dilakukan diluar kegiatan terapi belum mampu menyampaikan
pengalamannya sesuai topik dan belum mampu mengekpresikan
perasaan setelah kegiatan, dianjurkan klien untuk mengingat kembali
kenangan masa lalu sesuai topik dan melatih menyampaikan pada
orang lain diluar kegiatan terapi.
Format Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok
Reminiscence

Format Evaluasi dan Dokumentasi


Terapi Kelompok Reminiscence
Sesi 1 : Berbagi pengalaman masa anak
Pertemuan ke 2; Pengalaman Sekolah Dasar

No Aspek yang dinilai Nilai


Tanggal Tanggal

1 Melakukan kegiatan berbagi pengalaman pada


masa anak diluar kegiatan terapi.
2 Mengungkapkan perasaan

3 Menyebutkan nama teman-teman pada masa


anak
4 Menyebutkan nama teman yang paling disenangi
pada masa anak.
Menceritakan pengalaman paling menyenangkan
5 pada saat bergaul yang berhubungan dengan
teman yang paling disenangi.
Menyampaikan perasaan setelah menceritakan
pengalaman yang menyenangkan pada masa anak
6
yang berhubungan dengan teman yang paling
disenangi.
Jumlah

A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : pasien harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.
SESI II : BERBAGI PENGALAMAN MASA REMAJA
Pertemuan ke 3
A. Tujuan
1. Klien mampu menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan setelah
pertemuan ke 2.
2. Klien mampu menceritakan pengalamannya yang menyenangkan pada
masa remaja yang berhubungan dengan hobi yang paling disukai yang
dilakukan bersama teman sebaya sewaktu usia remaja.

B. Setting
1. Pertemuan dilakukan di ruang aula pertemuan pada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin yang berlokasi di Kota Banjarbaru.
2. Suasana ruangan harus tenang.
3. Klien duduk membentuk lingkaran dan terapis berada di antara klien.

C. Media/Alat
1. Benda-benda yang masih dimiliki klien yang berkaitan dengan masa lalu
klien pada masa remaja terkait dengan hobi yang paling disukai klien
yang dilakukan bersama teman sebaya ; foto, buku diari, koleksi lainnya.
2. Format evaluasi proses.
3. Format dokumentasi.
4. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport)
5. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen

D. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Role play
E. Langkah Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan klien 1 jam sebelum pelaksanaan terapi.
b. Mempersiapkan tempat pertemuan yaitu ruang aula pertemuan di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru.
c. Mempersiapkan media/alat :
1) Terapis mengevaluasi benda-benda yang masih dimiliki klien
terkait dengan topik diskusi pada Terapi Kelompok Reminiscence
pada pertemuan ke 3 yaitu hobi yang paling disenangi yang
dilakukan bersama teman sebaya pada waktu remaja. Kegiatan
evaluasi ini dilakukan 1 hari sebelum kegiatan terapi dilaksanakan.
4) Terapis meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berhubungan dengan hobi yang paling
disenangi yang dilakukan bersama teman sebaya pada waktu
remaja. Kegiatan ini dilaksanakan 1 hari sebelum kegiatan terapi
dan diulang lagi 1 jam sebelum pelaksanaan kegiatan terapi.
5) Terapis mempersiapkan format evaluasi proses, format
dokumentasi, format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport)
dan alat tulis yaitu buku kerja dan pulpen

2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik ; Salam dari terapis.
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan klien berhubungan
dengan berbagi pengalaman pada masa anak yang dilakukan
diluar jadwal kegiatan terapi.
3) Kontrak
a) Menyepakati lama waktu pertemuan.
b) Mengingatkan tata tertib kegiatan.
c) Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu:
(1) Klien berbagi pengalaman yang menyenangkan yang
terjadi pada usia remaja yang berhubungan dengan hobi
yang paling disenangi yang dilakukan bersama teman
sebaya.
(2) Klien diharapkan mampu mengekpresikan perasaannya
setelah berbagi pengalaman dengan anggota kelompok.
b. Fase Kerja
1) Terapis memimpin klien untuk melakukan tahnik nafas dalam
sebanyak 3 kali, kemudian klien diminta menutup mata, terapis
mengajak klien untuk mengingat pengalaman masa remaja, kemudian
klien diminta mengingat kembali hobi yang dilakukan klien pada waktu
remaja, hobi apa yang paling disukai yang dilakukan bersama teman
sebaya pada waktu remaja, pengalaman yang paling berkesan atau
paling menyenangkan atau lucu berkaitan dengan hobi yang dilakukan
bersama teman sebaya, apa hobi yang dilakukan waktu itu, bersama
siapa melakukannya, di mana melakukannya, kapan melakukannya,
apa saja peralatan atau media yang digunakan dalam melakukan hobi
tersebut, apa warna pakaian yang klien pakai waktu itu, apa warna
pakaian teman klien waktu itu, apa yang telah dihasilkan atau dicapai
dari kegiatan hobi tersebut, peristiwa apa yang klien alami yang
menurut klien paling menyenangkan atau paling berkesan atau paling
lucu pada waktu melakukan hobi tersebut. Kemudian klien diminta
untuk membuka mata kembali dan tarik nafas dalam sebanyak 3 kali.
2) Terapis memberikan kesempatan pada 1 orang klien untuk
menceritakan pengalaman yang paling menyenangkan yang
berhubungan dengan hobi yang paling disenangi yang dilakukan
bersama teman sebaya pada waktu remaja.
3) Terapis memberikan kesempatan pada klien tersebut untuk
memperlihatkan benda-benda yang masih dimilikinya yang berarti bagi
klien yang berhubungan dengan hobi yang paling disenangi yang
dilakukan bersama teman sebaya pada waktu remaja.
4) Terapis meminta klien lain untuk memberikan tanggapan atas
pengalaman yang telah disampaikan oleh rekannya.
5) Terapis mendiskusikan perasaan klien setelah berbagi pengalaman
yang menyenangkan dengan orang lain ; apa yang klien rasakan setelah
menyampaian pengalaman dengan orang lain, apakah ada manfaat
yang dirasakan klien serta hubungan masa lalu dengan keadaan klien
saat ini.
6) Terapis menganjurkan klien untuk menerima masa lalunya yang
menyenangkan sebagai bagian yang berharga bagi klien.
7) Ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 untuk klien lain sampai semua
anggota kelompok mendapat kesempatan yang sama.
8) Terapis menjelaskan hubungan mengingat kembali dan berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain dengan
penerimaan diri pada saat ini.
9) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama
dengan orang lain tanpa terstruktur.
10) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.

c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan pengalaman
masa lalu yang menyenangkan pada masa remaja.
c) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan dan
kerjasama klien yang baik
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien mengingat kembali pengalaman-
pengalaman lainnya yang menyenangkan yang terjadi pada
masa dan remaja, dan berbagi cerita pengalaman tersebut
dengan orang lain. Kegiatan akan dievaluasi pada pertemuan
ke 4 sampai dengan pertemuan ke 9.
b) Meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berkaitan dengan pengalaman tentang
kegiatan rekreasi yang dilakukan bersama teman sebaya pada
waktu remaja untuk pertemuan ke 4.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati sesi 2 dan topik pada pertemuan ke 4 yaitu
berbagi pengalaman menyenangkan pada masa remaja yang
berhubungan dengan kegiatan rekreasi yang paling disenangi
yang dilakukan bersama teman sebaya pada waktu remaja.
Klien diminta membawa benda-benda kenangan yang masih
dimiliki klien terkait topik tersebut.
c) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke 4 yakni di
aula pertemuan PSTW Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru dan waktu pertemuan 75 menit
3. Evaluasi dan
Dokumentasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 2 pertemuan ke 3 adalah
klien dapat menyampaikan pengalaman pada masa anak yang
dilakukan diluar kegiatan terapi, menyebutkan hobi yang dilakukan
sewaktu remaja, menyampaikan pengalaman tentang hobi yang paling
disenangi yang dilakukan bersama teman sebaya sewaktu usia remaja
dan mengekpresikan perasaan setelah kegiatan.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence
sesi 2 pertemuan ke 3, klien mampu mengungkapkan perasaan,
menyampaaikan pengalaman masa anak yang dilakukan diluar
kegiatan terapi, menyampaikan pengalamannya sesuai topik dan
mengekpresikan perasaan setelah kegiatan. Klien dapat melanjutkan
untuk mengikuti sesi 2 pertemuan ke 4. Jika klien dianggap belum
mampu, maka catatan keperawatan adalah klien mengikuti Terapi
Kelompok Reminiscence sesi 2 pertemuan ke 3, klien belum mampu
mengungkapkan perasaan, belum mampu menyampaikan pengalaman
masa anak yang dilakukan diluar kegiatan terapi, belum mampu
menyampaikan pengalamannya sesuai topik dan belum mampu
mengekpresikan perasaan setelah kegiatan, dianjurkan klien untuk
mengingat kembali kenangan masa lalu sesuai topik dan melatih
menyampaikan pada orang lain diluar kegiatan terapi.
Format Evaluasi Proses Terapi Kelompok Reminiscence.

Format Evaluasi dan Dokumentasi


Terapi Kelompok Reminiscence
Sesi 2 : Berbagi pengalaman masa remaja
Pertemuan ke 3; Pengalaman tentang hobi pada masa remaja

No Aspek yang dinilai Nilai


Tanggal Tanggal
1 Mengungkapkan perasaan
2 Menyampaikan pengalaman masa lalu pada masa
anak yang dilakukan diluar kegiatan terapi.
3 Menyebutkan hobi yang dilakukan pada masa
remaja.
4 Menceritakan pengalaman paling menyenangkan
tentang hobi yang paling disenangi yang
dilakukan bersama teman sebaya pada waktu usia
remaja.
5 Menyampaikan perasaan setelah menceritakan
pengalaman yang menyenangkan pada masa
remaja yang berhubungan dengan hobi yang
paling disenangi yang dilakukan bersama teman
sebaya.
Jumlah

A. Petunjuk penilaian:
3. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan
4. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : pasien harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.

SESI II : BERBAGI PENGALAMAN MASA REMAJA


Pertemuan ke 4
A. Tujuan
1. Klien mampu menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan setelah
pertemuan ke 3.
2. Klien mampu menceritakan pengalamannya yang menyenangkan pada
masa remaja yang berhubungan dengan kegiatan rekreasi yang paling
disukai yang dilakukan bersama teman sebaya sewaktu usia remaja.
B. Setting
1. Pertemuan dilakukan di ruang aula pertemuan pada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin yang berlokasi di Kota Banjarbaru.
2. Suasana ruangan harus tenang.
3. Klien duduk membentuk lingkaran dan terapis berada di antara klien.

C. Media/Alat
1. Benda-benda masa lalu klien pada masa remaja yang masih dimiliki yang
berhubungan dengan kegiatan rekreasi yang paling disukai klien yang
dilakukan bersama teman sebaya ; foto, majalah, koleksi lainnya.
2. Format evaluasi proses.
3. Format dokumentasi.
4. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport).
5. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen

D. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Role play

E. Langkah Langkah Kegiatan


1. Persiapan
a. Mengingatkan klien 1 jam sebelum pelaksanaan terapi.
b. Mempersiapkan tempat pertemuan yaitu ruang aula pertemuan di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru.
c. Mempersiapkan media/alat :
1) Terapis mengevaluasi benda-benda yang masih dimiliki klien
terkait dengan topik diskusi pada Terapi Reminiscence Kelompok
pada pertemuan ke 4 yaitu kegiatan rekreasi yang paling disenangi
yang dilakukan bersama teman sebaya pada waktu remaja.
Kegiatan evaluasi ini dilakukan 1 hari sebelum kegiatan terapi
dilaksanakan.
2) Terapis meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berhubungan dengan kegiatan rekreasi yang
paling disenangi yang dilakukan bersama teman sebaya pada waktu
remaja. Kegiatan ini dilaksanakan 1 hari sebelum kegiatan terapi
dan diulang lagi 1 jam sebelum pelaksanaan kegiatan terapi.
3) Terapis mempersiapkan format evaluasi proses, format
dokumentasi, format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport)
dan alat tulis yaitu buku kerja dan pulpen.

2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik ; Salam dari terapis.
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan klien yaitu berbagi
pengalaman dengan orang lain tentang pengalaman masa anak
dan masa remaja yang dilaksanakan diluar kegiatan terapi.
3) Kontrak
a) Menyepakati lama waktu pertemuan.
b) Mengingatkan tata tertib kegiatan.
c) Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu:
(1) Klien berbagi pengalaman yang menyenangkan yang
terjadi pada usia remaja yang berhubungan dengan
kegiatan rekreasi yang paling disenangi yang dilakukan
bersama teman sebaya.
(2) Klien diharapkan mampu mengekpresikan perasaannya
setelah berbagi pengalaman dengan anggota kelompok.

b. Fase Kerja
1) Terapis memimpin klien untuk melakukan tahnik nafas dalam sebanyak
3 kali, kemudian klien diminta menutup mata, terapis mengajak klien
untuk mengingat pengalaman masa remaja, kemudian klien diminta
mengingat kembali tentang kegiatan rekreasi yang dilakukan klien pada
waktu remaja, kegiatan rekreasi yang paling disukai yang dilakukan
bersama teman sebaya pada waktu remaja, bersama siapa saja klien
melakukan kegiatan rekreasi tersebut, di mana kegiatan rekreasi
tersebut dilakukan, kapan kegiatan rekreasi tersebut dilakukan, apa saja
yang klien lakukan pada saat kegiatan rekreasi tersebut, Apa saja yang
dilakukan oleh teman klien pada saat kegiatan rekreasi tersebut, apa
warna pakaian yang klien pakai pada waktu kegiatan rekreasi tersebut,
Apa warna pakaian yang teman klien pakai pada saat kegiatan rekreasi
tersebut, siapa teman yang paling berkesan pada saat kegiatan rekreasi
tersebut, peristiwa atau pengalaman apa yang paling berkesan atau
paling menyenangkan atau paling lucu pada waktu kegiatan rekreasi
tersebut. Kemudian klien diminta untuk membuka mata kembali dan
tarik nafas dalam sebanyak 3 kali.
2) Terapis memberikan kesempatan pada 1 orang klien untuk
menceritakan pengalaman yang paling menyenangkan yang
berhubungan dengan kegiatan rekreasi yang paling disenangi yang
dilakukan bersama teman sebaya pada waktu remaja.
3) Terapis memberikan kesempatan pada klien tersebut untuk
memperlihatkan benda-benda yang masih dimilikinya yang berarti bagi
klien yang berhubungan dengan kegiatan rekreasi yang paling disenangi
yang dilakukan bersama teman sebaya pada waktu remaja.
4) Terapis meminta klien lain untuk memberikan tanggapan atas
pengalaman yang telah disampaikan oleh rekannya.
5) Terapis mendiskusikan perasaan klien setelah berbagi pengalaman yang
menyenangkan dengan orang lain ; apa yang klien rasakan setelah
menyampaian pengalaman dengan orang lain, apakah ada manfaat yang
dirasakan klien serta hubungan masa lalu dengan keadaan klien saat ini.
6) Terapis menganjurkan klien untuk menerima masa lalunya yang
menyenangkan sebagai bagian yang berharga bagi klien.
7) Ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 untuk klien lain sampai semua
anggota kelompok mendapat kesempatan yang sama.
8) Terapis menjelaskan hubungan mengingat kembali dan berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain dengan penerimaan
diri pada saat ini.
9) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama dengan
orang lain tanpa terstruktur.
10) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.

c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan pengalaman
masa lalu yang menyenangkan pada masa remaja.
c) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan dan
kerjasama klien yang baik
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien mengingat kembali pengalaman-
pengalaman lainnya yang menyenangkan yang terjadi pada
masa anak dan remaja dan berbagi cerita dengan orang lain.
Kegiatan akan dievaluasi pada pertemuan ke 5 sampai dengan
pertemuan ke 9.
b) Meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berkaitan dengan pengalaman masa dewasa
tentang pekerjaan yang paling disenangi untuk pertemuan ke 5.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati sesi 3 dan topik pada pertemuan ke 5 yaitu
berbagi pengalaman menyenangkan pada masa dewasa yang
berhubungan dengan pekerjaan yang paling disenangi. Klien
diminta membawa benda-benda kenangan yang masih dimiliki
klien terkait topik tersebut.
b) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke 5 yakni di
aula pertemuan PSTW Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru dan waktu pertemuan 75 menit.

3. Evaluasi dan
Dokumentasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 2 pertemuan ke 4 adalah
klien dapat menyampaikan kegiatan bebragi pengalaman pada masa
anak dan remaja yang dilakukan diluar kegiatan terapi, menyebutkan
kegiatan rekreasi yang dilakukan pada usia remaja, menyampaikan
pengalaman tentang rekreasi yang paling disenangi yang dilakukan
bersama teman sebaya pada usia remaja dan mengekpresikan perasaan
setelah kegiatan.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence
sesi 2 pertemuan ke 4, klien mampu mengungkapkan perasaan,
menyampaikan pengalaman mada anak dan remaja diluar kegiatan
terapi, menyampaikan pengalamannya sesuai topik dan
mengekpresikan perasaan setelah kegiatan. Klien dapat melanjutkan
untuk mengikuti sesi 3 pertemuan ke 5. Jika klien dianggap belum
mampu, maka catatan keperawatan adalah klien mengikuti Terapi
Kelompok Reminiscence sesi 2 pertemuan ke 4, klien belum mampu
mengungkapkan perasaan, belum mampu menyampaikan pengalaman
masa anak dan remaja yang dilakukan diluar kegiatan terapi, belum
mampu menyampaikan pengalamannya sesuai topik dan belum
mampu mengekpresikan perasaan setelah kegiatan, dianjurkan klien
untuk mengingat kembali kenangan masa lalu sesuai topik dan melatih
menyampaikan pada orang lain diluar kegiatan terapi.
Format Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok
Reminiscence.
Format Evaluasi dan Dokumentasi
Terapi Kelompok Reminiscence
Sesi 2 : Berbagi pengalaman masa remaja
Pertemuan ke 4; Pengalaman tentang kegiatan rekreasi

No Aspek yang dinilai Nilai


Tanggal Tanggal
1 Mengungkapkan perasaan
2 Menyampaikan pengalaman pada masa anak yang
dilakukan diluar kegiatan terapi.
3 Menyampaikan pengalaman pada masa remaja yang
dilakukan diluar kegiatan terapi.
4 Menyebutkan kegiatan rekreasi yang dilakukan pada
masa remaja.
5 Menceritakan pengalaman paling menyenangkan
tentang rekreasi yang paling disenangi yang
dilakukan bersama teman sebaya pada waktu usia
remaja.
6 Menyampaikan perasaan setelah menceritakan
pengalaman yang menyenangkan pada masa remaja
yang berhubungan dengan kegiatan rekreasi yang
paling disenangi yang dilakukan bersama teman
sebaya.
Jumlah

A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : pasien harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.

SESI III : BERBAGI PENGALAMAN MASA DEWASA


Pertemuan ke 5
A. Tujuan
1. Klien mampu menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan setelah
pertemuan ke 4.
2. Klien mampu menceritakan pengalamannya yang menyenangkan pada
masa dewasa yang berhubungan dengan pekerjaan yang paling disenangi.

B. Setting
1. Pertemuan dilakukan di ruang aula pertemuan pada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin yang berlokasi di Kota Banjarbaru.
2. Suasana ruangan harus tenang.
3. Klien duduk membentuk lingkaran dan terapis berada di antara klien.

C. Media/Alat
1. Benda-benda masa lalu klien pada masa dewasa ;yang masih dimiliki klien
yang berhubungan dengan pengalaman tentang pekerjaan yang paling
disenangi ; foto, majalah, alat kerja dan koleksi lainnya.
2. Format evaluasi proses.
3. Format dokumentasi.
4. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport).
5. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen.

D. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Role play

E. Langkah Langkah Kegiatan


1. Persiapan
a. Mengingatkan klien 1 jam sebelum pelaksanaan terapi.
b. Mempersiapkan tempat pertemuan yaitu ruang aula pertemuan di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru.
c. Mempersiapkan media/alat :
1) Terapis mengevaluasi benda-benda yang masih dimiliki klien
terkait dengan topik diskusi pada Terapi Kelompok Reminiscence
pada pertemuan ke 5 yaitu pekerjaan yang paling disenangi yang
dilakukan pada usia dewasa. Kegiatan evaluasi ini dilakukan 1 hari
sebelum kegiatan terapi dilaksanakan.
2) Terapis meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berhubungan dengan pekerjaan yang paling
disenangi yang dilakukan pada usia dewasa. Kegiatan ini
dilaksanakan 1 hari sebelum kegiatan terapi dan diulang lagi 1 jam
sebelum pelaksanaan kegiatan terapi.
3) Terapis mempersiapkan format evaluasi proses, format
dokumentasi, format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport)
dan alat tulis yaitu buku kerja dan pulpen.
2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik ; Salam dari terapis.
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan klien yaitu berbagi
pengalaman dengan orang lain tentang pengalaman masa anak
dan masa remaja yang dilaksanakan diluar kegiatan terapi.
3) Kontrak
a) Menyepakati lama waktu pertemuan.
b) Mengingatkan tata tertib kegiatan.
c) Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu:
(1) Klien berbagi pengalaman yang menyenangkan yang
terjadi pada usia dewasa yang berhubungan dengan
pekerjaan.yang paling disenangi.
(2) Klien diharapkan mampu mengekpresikan perasaannya
setelah berbagi pengalaman dengan anggota kelompok.

b. Kerja
1) Terapis memimpin klien untuk melakukan tahnik nafas dalam
sebanyak 3 kali, kemudian klien diminta menutup mata, terapis
mengajak klien untuk mengingat pengalaman masa dewasa, kemudian
klien diminta mengingat kembali tentang pekerjaan yang dilakukan
klien pada waktu dewasa, pekerjaan yang paling disukai, apa saja
kegiatannya, di mana klien melakukannya, kapan klien melakukannya,
apa warna pakaian yang klien pakai pada saat bekerja tersebut, siapa
saja yang klien temui pada saat bekerja tersebut, benda-benda apa
saja yang klien gunakan pada saat melakukan pekerjaan tersebut, apa
hasil dari pekerjaan yang telah klien lakukan tersebut, dan peristiwa
apa yang paling berkesan atau paling menyenangkan atau paling lucu
atau keberhasilan yang telah klien capai berkaitan dengan pekerjaan
klien tersebut. Kemudian klien diminta untuk membuka mata kembali
dan tarik nafas dalam sebanyak 3 kali.
2) Terapis memberikan kesempatan pada 1 orang klien untuk
menceritakan pengalaman yang paling menyenangkan yang
berhubungan dengan pekerjaan yang paling disenangi yang dilakukan
klien pada usia dewasa.
3) Terapis memberikan kesempatan pada klien tersebut untuk
memperlihatkan benda-benda yang masih dimilikinya yang berarti bagi
klien yang berhubungan dengan pekerjaan yang paling disenangi yang
dilakukan pada usia dewasa.
4) Terapis meminta klien lain untuk memberikan tanggapan atas
pengalaman yang telah disampaikan oleh rekannya.
5) Terapis mendiskusikan perasaan klien setelah berbagi pengalaman
yang menyenangkan dengan orang lain ; apa yang klien rasakan setelah
menyampaian pengalaman dengan orang lain, apakah ada manfaat
yang dirasakan klien serta hubungan masa lalu dengan keadaan klien
saat ini.
6) Terapis menganjurkan klien untuk menerima masa lalunya yang
menyenangkan sebagai bagian yang berharga bagi klien.
7) Ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 untuk klien lain sampai semua
anggota kelompok mendapat kesempatan yang sama.
8) Terapis menjelaskan hubungan mengingat kembali dan berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain dengan
penerimaan diri pada saat ini.
9) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama
dengan orang lain tanpa terstruktur.
10) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.

c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan pengalaman
masa lalu yang menyenangkan pada masa dewasa.
c) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan dan
kerjasama klien yang baik
2) Tindak lanjut
c) Menganjurkan klien mengingat kembali pengalaman-
pengalaman lainnya yang menyenangkan yang terjadi pada
masa anak, remaja dan dewasa dan berbagi cerita dengan orang
lain. Kegiatan akan dievaluasi pada pertemuan ke 6 sampai
dengan pertemuan ke 9.
a) Meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berkaitan dengan pengalaman masa dewasa
tentang makanan yang paling disenangi untuk pertemuan ke 6.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati sesi 3 dan topik pada pertemuan ke 6 yaitu
berbagi pengalaman menyenangkan pada masa dewasa yang
berhubungan dengan makanan yang paling disenangi. Klien
diminta membawa benda-benda kenangan yang masih dimiliki
klien terkait topik tersebut.
b) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke 6 yakni di
aula pertemuan PSTW Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru dan waktu pertemuan 75 menit.
3. Evaluasi dan
Dokumentasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 3 pertemuan ke 5 adalah
klien dapat menyampaikan pengalaman masa anak, remaja dan
dewasa yang dilakukan diluar kegiatan terapi, menyebutkan kegiatan
pekerjaan yang dilakukan pada usia dewasa, menyampaikan
pengalaman tentang pekerjaan yang paling disenangi yang dilakukan
pada usia dewasa dan mengekpresikan perasaan setelah kegiatan.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence
sesi 3 pertemuan ke 5, klien mampu mengungkapkan perasaan,
menyampaikan pengalamannya pada masa anak, remaja dan dewasa
diluar kegiatan terapi, menyampaikan pengalamannya sesuai topik dan
mengekpresikan perasaan setelah kegiatan. Klien dapat melanjutkan
untuk mengikuti sesi 3 pertemuan ke 6.
Jika klien dianggap belum mampu, maka catatan keperawatan adalah
klien mengikuti Terapi Kelompok Kelompok Reminiscence sesi 3
pertemuan ke 5 klien belum mampu mengungkapkan perasaan, belum
mampu menyampaikan pengalaman pada masa anak, remaja dan
dewasa diluar kegiatan terapi, belum mampu menyampaikan
pengalamannya sesuai topik dan belum mampu mengekpresikan
perasaan setelah kegiatan, dianjurkan klien untuk mengingat kembali
kenangan masa lalu sesuai topik dan melatih menyampaikan pada
orang lain diluar kegiatan terapi.
Format Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok
Reminiscence.

Format Evaluasi dan Dokumentasi


Terapi Kelompok Reminiscence
Sesi 3 : Berbagi pengalaman masa dewasa
Pertemuan ke 5; Pengalaman tentang pekerjaan

No Aspek yang dinilai Nilai


Tanggal Tanggal
1 Mengungkapkan perasaan
2 Menyampaikan pengalaman pada masa anak yang
dilakukan diluar kegiatan terapi.
3 Menyampaikan pengalaman pada masa remaja yang
dilakukan diluar kegiatan terapi.
4 Menyampaikan pengalaman pada masa dewasa
yang dilakukan diluar kegiatan terapi.
5 Menyebutkan pekerjaan yang dilakukan pada usia
dewasa.
6 Menceritakan pengalaman paling menyenangkan
tentang pekerjaan yang paling disenangi yang
dilakukan pada usia dewasa.
7 Menyampaikan perasaan setelah menceritakan
pengalaman yang menyenangkan pada masa dewasa
yang berhubungan dengan pekerjaan yang paling
disenangi.
Jumlah

A. Petunjuk penilaian:
3. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
4. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : pasien harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.

SESI III : BERBAGI PENGALAMAN MASA DEWASA


Pertemuan ke 6
A. Tujuan
1. Klien mampu menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan setelah
pertemuan ke 5.
2. Klien mampu menceritakan pengalamannya yang menyenangkan pada
masa dewasa yang berhubungan dengan makanan yang paling disenangi.
B. Setting
1. Pertemuan dilakukan di ruang aula pertemuan pada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin yang berlokasi di Kota Banjarbaru.
2. Suasana ruangan harus tenang.
3. Klien duduk membentuk lingkaran dan terapis berada di antara klien.

C. Media/Alat
1. Benda-benda masa lalu klien pada masa dewasa yang masih dimiliki klien
yang berhubungan dengan makanan yang paling disenangi klien pada usia
dewasa; foto, majalah, tempat makanan dan koleksi lainnya.
2. Format evaluasi proses.
3. Format dokumentasi.
4. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport).
5. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen

D. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Role play

E. Langkah Langkah Kegiatan


1. Persiapan
a. Mengingatkan klien 1 jam sebelum pelaksanaan terapi.
b. Mempersiapkan tempat pertemuan yaitu ruang aula pertemuan di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru.
c. Mempersiapkan media/alat :
1) Terapis mengevaluasi benda-benda yang masih dimiliki klien
terkait dengan topik diskusi pada Terapi Kelompok Reminiscence
pada pertemuan ke 6 yaitu makanan yang paling disenangi pada
usia dewasa. Kegiatan evaluasi ini dilakukan 1 hari sebelum
kegiatan terapi dilaksanakan.
2) Terapis meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berhubungan dengan makanan yang paling
disenangi pada usia dewasa. Kegiatan ini dilaksanakan 1 hari
sebelum kegiatan terapi dan diulang lagi 1 jam sebelum
pelaksanaan kegiatan terapi.
3) Terapis mempersiapkan format evaluasi proses, format
dokumentasi, format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport)
dan alat tulis yaitu buku kerja dan pulpen.

2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik ; Salam dari terapis.
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan klien yaitu berbagi
pengalaman dengan orang lain tentang pengalaman masa anak,
masa remaja dan masa dewasa yang dilaksanakan diluar
kegiatan terapi.
3) Kontrak
a) Menyepakati sesi 3 pertemuan ke 6.
b) Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu:
(1) Klien berbagi pengalaman yang menyenangkan yang
terjadi pada usia dewasa yang berhubungan dengan
makanan yang paling disenangi.
(2) Klien diharapkan mampu mengekpresikan perasaannya
setelah berbagi pengalaman dengan anggota kelompok.
b. Fase Kerja
1) Terapis memimpin klien untuk melakukan tahnik nafas dalam
sebanyak 3 kali, kemudian klien diminta menutup mata, terapis
mengajak klien untuk mengingat pengalaman masa dewasa, kemudian
klien diminta mengingat kembali tentang makanan yang paling
disenangi pada waktu dewasa, apa nama makanannya, apa saja bahan-
bahan untuk membuat makanan tersebut, bagaimana cara
membuatnya, bagaimana cara memasaknya, bagaimana cara
menyajikannya, apa rasa yang dominan dari makanan tersebut, apa
warna yang dominan dari makanan tersebut, jika makanan tersebut
didapatkan dengan cara membeli, berapa harga 1 makanannya, di
mana klien membelinya, biasanya bersama siapa klien memakan
makanan tersebut, biasanya kalau makan makanan tersebut minuman
apa yang klien minum setelah makan makanan tersebut, jika membuat
makanan tersebut bersama siapa klien membuatnya, dan peristiwa
apa yang paling berkesan atau paling menyenangkan atau paling lucu
yang berhubungan dengan makanan yang paling klien sukai tersebut.
Kemudian klien diminta untuk membuka mata kembali dan tarik nafas
dalam sebanyak 3 kali.
2) Terapis memberikan kesempatan pada 1 orang klien untuk
menceritakan pengalaman yang paling menyenangkan yang
berhubungan dengan makanan yang paling disenangi pada usia
dewasa.
3) Terapis memberikan kesempatan pada klien tersebut untuk
memperlihatkan benda-benda yang masih dimilikinya yang berarti bagi
klien yang berhubungan dengan makanan yang paling disenangi pada
usia dewasa.
4) Terapis meminta klien lain untuk memberikan tanggapan atas
pengalaman yang telah disampaikan oleh rekannya.
5) Terapis mendiskusikan perasaan klien setelah berbagi pengalaman
yang menyenangkan dengan orang lain ; apa yang klien rasakan setelah
menyampaian pengalaman dengan orang lain, apakah ada manfaat
yang dirasakan klien serta hubungan masa lalu dengan keadaan klien
saat ini.
6) Terapis menganjurkan klien untuk menerima masa lalunya yang
menyenangkan sebagai bagian yang berharga bagi klien.
7) Ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 untuk klien lain sampai semua
anggota kelompok mendapat kesempatan yang sama.
8) Terapis menjelaskan hubungan mengingat kembali dan berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain dengan
penerimaan diri pada saat ini.
9) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama
dengan orang lain tanpa terstruktur.
10) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan pengalaman
masa lalu yang menyenangkan pada masa dewasa.
c) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan dan
kerjasama klien yang baik.

2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien mengingat kembali pengalaman-
pengalaman lainnya yang menyenangkan yang terjadi pada
masa anak, remaja dan dewasa dan berbagi cerita dengan orang
lain. Kegiatan akan dievaluasi pada pertemuan ke 7 sampai
dengan pertemuan ke 9.
b) Meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berkaitan dengan pengalaman bersama
keluarga dan di rumah tentang kegiatan perayaan hari raya
agama untuk pertemuan ke 7.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati sesi 4 dan topik pada pertemuan ke 7 yaitu
berbagi pengalaman menyenangkan tentang perayaan hari raya
agama bersama keluarga di rumah. Klien diminta membawa
benda-benda kenangan yang masih dimiliki klien terkait topik
tersebut.
b) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke 7 yakni di
aula pertemuan PSTW Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru dan waktu pertemuan 75 menit.
3. Evaluasi dan
Dokumentasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 3 pertemuan ke 6 adalah
klien dapat menyampaikan pengalaman masa anak, remaja dan
dewasa yang dilakukan diluar kegiatan terapi, menyebutkan makanan
yang paling disenangi klien, menyampaikan pengalaman yang paling
menyenangkan yang berkaitan dengan makanan yang paling disenangi
dan mengekpresikan perasaan setelah kegiatan.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti Terapi Reminiscence Kelompok
sesi 3 pertemuan ke 6, klien mampu mengungkapkan perasaan,
menyampaikan pengalamannya pada masa anak, remaja dan dewasa
diluar kegiatan terapi, menyampaikan pengalamannya sesuai topik dan
mengekpresikan perasaan setelah kegiatan. Klien dapat melanjutkan
untuk mengikuti sesi 4 pertemuan ke 7. Jika klien dianggap belum
mampu, maka catatan keperawatan adalah klien mengikuti TR sesi 3
pertemuan ke 6 klien belum mampu mengungkapkan perasaan, belum
mampu menyampaikan pengalamannya pada masa anak, remaja dan
dewasa diluar kegiatan terapi, belum mampu menyampaikan
pengalamannya sesuai topik dan belum mampu mengekpresikan
perasaan setelah kegiatan, dianjurkan klien untuk mengingat kembali
kenangan masa lalu sesuai topik dan melatih menyampaikan pada
orang lain diluar kegiatan terapi.
Format Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok
Reminiscence.

Format Evaluasi dan Dokumentasi


Terapi Kelompok Reminiscence
Sesi 3 : Berbagi pengalaman masa dewasa
Pertemuan ke 6; Pengalaman tentang makanan yang paling disenangi

No Aspek yang dinilai Nilai


Tanggal Tanggal
1 Mengungkapkan perasaan
2 Menyampaikan pengalaman pada masa anak
yang dilakukan diluar kegiatan terapi.
3 Menyampaikan pengalaman pada masa remaja
yang dilakukan diluar kegiatan terapi.
4 Menyampaikan pengalaman pada masa dewasa
yang dilakukan diluar kegiatan terapi.
5 Menyebutkan makanan yang disenangi.
6 Menceritakan pengalaman paling menyenangkan
yang berkaitan dengan makanan yang paling
disenangi klien.
7 Menyampaikan perasaan setelah menceritakan
pengalaman yang menyenangkan pada masa
dewasa yang berhubungan dengan makanan yang
paling disenangi.
Jumlah

A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : pasien harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.

SESI IV : BERBAGI PENGALAMAN BERSAMA KELUARGA


DAN DI RUMAH
Pertemuan ke 7
A. Tujuan
1. Klien mampu menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan setelah
pertemuan ke 6.
2. Klien mampu menceritakan pengalamannya yang menyenangkan pada
waktu merayakan hari raya agama bersama keluarga.

B. Setting
1. Pertemuan dilakukan di ruang aula pertemuan pada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin yang berlokasi di Kota Banjarbaru.
2. Suasana ruangan harus tenang.
3. Klien duduk membentuk lingkaran dan terapis berada di antara klien.

C. Media/Alat
1. Benda-benda masa lalu klien yang berkaitan dengan kegiatan bersama
keluarga dan di rumah yang masih dimiliki klien yang berhubungan
dengan perayaan hari raya agama bersama keluarga ; foto, pakaian dan
koleksi lainnya.
2. Format evaluasi proses.
3. Format dokumentasi.
4. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport).
5. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen

D. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Role play

E. Langkah Langkah Kegiatan


1. Persiapan
a. Mengingatkan klien 1 jam sebelum pelaksanaan terapi.
b. Mempersiapkan tempat pertemuan yaitu ruang aula pertemuan di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru.
c. Mempersiapkan media/alat :
1) Terapis mengevaluasi benda-benda yang masih dimiliki klien
terkait dengan topik diskusi pada Terapi Reminiscence Kelompok
pada pertemuan ke 7 yaitu perayaan hari raya agama yang
dilakukan bersama keluarga di rumah. Kegiatan evaluasi ini
dilakukan 1 hari sebelum kegiatan terapi dilaksanakan.
2) Terapis meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berhubungan dengan perayaan hari raya agama
yang dilakukan bersama keluarga di rumah. Kegiatan ini
dilaksanakan 1 hari sebelum kegiatan terapi dan diulang lagi 1 jam
sebelum pelaksanaan kegiatan terapi.
3) Terapis mempersiapkan format evaluasi proses, format
dokumentasi, format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport)
dan alat tulis yaitu buku kerja dan pulpen.

2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik ; Salam dari terapis.
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan klien yaitu berbagi
pengalaman dengan orang lain tentang pengalaman masa anak,
masa remaja dan masa dewasa yang dilaksanakan diluar
kegiatan terapi.
3) Kontrak
a) Menyepakati lama waktu pertemuan.
b) Mengingatkan tata tertib kegiatan.
c) Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu:
(1) Klien berbagi pengalaman yang menyenangkan tentang
perayaan hari raya agama bersama keluarga di rumah.
(2) Klien diharapkan mampu mengekpresikan perasaannya
setelah berbagi pengalaman dengan anggota kelompok.
b. Fase Kerja
1) Terapis memimpin klien untuk melakukan tehnik nafas dalam
sebanyak 3 kali, kemudian klien diminta menutup mata, terapis
mengajak klien untuk mengingat pengalaman bersama keluarga di
rumah, kemudian klien diminta mengingat kembali tentang perayaan
hari raya agama bersama keluarga di rumah, hari raya agama apa saja
yang klien rayakan bersama keluarga di rumah, kapan merayakannya,
di mana klien dan keluarga merayakannya, siapa saja keluarga klien
yang hadir pada waktu merayakan hari raya agama tersebut, apa yang
klien dan keluarga lakukan pada waktu merayakan hari raya agama
tersebut, apa saja alat atau media yang klien dan keluarga gunakan
pada waktu merayakan hari raya agama tersebut, hidangan apa saja
yang disajikan pada waktu merayakan hari raya agama tersebut, apa
warna pakaian yang klien pakai pada waktu merayakan hari raya
agama tersebut, apa warna pakaian yang dipakai oleh keluarga klien
pada waktu merayakan hari raya agama tersebut, dan peristiwa apa
yang paling berkesan atau paling menyenangkan atau paling lucu yang
terjadi pada waktu merayakan hari raya agama bersama keluarga
tersebut. Kemudian klien diminta untuk membuka mata kembali dan
tarik nafas dalam sebanyak 3 kali.
2) Terapis memberikan kesempatan pada 1 orang klien untuk
menceritakan pengalaman yang paling menyenangkan yang
berhubungan dengan perayaan hari raya agama yang paling disenangi
pada usia dewasa yang dilakukan bersama keluarga di rumah.
3) Terapis memberikan kesempatan pada klien tersebut untuk
memperlihatkan benda-benda yang masih dimilikinya yang berarti bagi
klien yang berhubungan dengan perayaan hari raya agama yang paling
disenangi pada usia dewasa yang dilakukan bersama keluarga di
rumah.
4) Terapis meminta klien lain untuk memberikan tanggapan atas
pengalaman yang telah disampaikan oleh rekannya.
5) Terapis mendiskusikan perasaan klien setelah berbagi pengalaman
yang menyenangkan dengan orang lain ; apa yang klien rasakan setelah
menyampaian pengalaman dengan orang lain, apakah ada manfaat
yang dirasakan klien serta hubungan masa lalu dengan keadaan klien
saat ini.
6) Terapis menganjurkan klien untuk menerima masa lalunya yang
menyenangkan sebagai bagian yang berharga bagi klien.
7) Ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 untuk klien lain sampai semua
anggota kelompok mendapat kesempatan yang sama.
8) Terapis menjelaskan hubungan mengingat kembali dan berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain dengan
penerimaan diri pada saat ini.
9) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama
dengan orang lain tanpa terstruktur.
10) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.

c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan pengalaman
masa lalu yang menyenangkan bersama keluarga.
c) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan dan
kerjasama klien yang baik
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien mengingat kembali pengalaman-
pengalaman lainnya yang menyenangkan pada masa anak,
remaja, dewasa dan pengalaman menyenangkan yang
dilakukan bersama keluarga dan berbagi cerita dengan orang
lain. Kegiatan akan dievaluasi pada pertemuan ke 8 dan ke 9.
b) Meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berkaitan dengan pengalaman bersama
keluarga dan di rumah tentang tetangga yang paling disenangi
untuk pertemuan ke 8.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati sesi 4 dan topik pada pertemuan ke 8 yaitu
berbagi pengalaman menyenangkan tentang tetangga yang
paling disenangi. Klien diminta membawa benda-benda
kenangan yang masih dimiliki klien terkait topik tersebut.
b) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke 8 yakni di
aula pertemuan PSTW Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru dan waktu pertemuan 75 menit.

3. Evaluasi dan
Dokumentasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 4 pertemuan ke 7 adalah
klien dapat menyampaikan pengalaman pada masa anak, remaja dan
dewasa yang dilakukan diluar kegiatan terapi, menceritakan perayaan
hari raya agama bersama keluarga, menyampaikan pengalaman yang
paling menyenangkan yang berkaitan dengan perayaan hari raya
agama yang dilakukan bersama keluarga dan mengekpresikan
perasaan setelah kegiatan.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence
sesi 4 pertemuan ke 7, klien mampu mengungkapkan perasaan,
menyampaikan pengalaman masa anak, remaja dan dewasa yang
dilakukan diluar kegiatan terapi, menyampaikan pengalamannya
sesuai topik dan mengekpresikan perasaan setelah kegiatan. Klien
dapat melanjutkan untuk mengikuti sesi 4 pertemuan ke 8.
Jika klien dianggap belum mampu, maka catatan keperawatan adalah
klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence sesi 4 pertemuan ke
7 klien belum mampu mengungkapkan perasaan, belum mampu
menyampaikan pengalaman masa anak, remaja dan dewasa yang
dilakukan diluar kegiatan terapi, belum mampu menyampaikan
pengalamannya sesuai topik dan belum mampu mengekpresikan
perasaan setelah kegiatan, dianjurkan klien untuk mengingat kembali
kenangan masa lalu sesuai topik dan melatih menyampaikan pada
orang lain diluar kegiatan terapi.
Format Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok
Reminiscence.

Format Evaluasi dan Dokumentasi


Terapi Kelompok Reminiscence
Sesi 4 : Berbagi pengalaman bersama keluarga dan di rumah
Pertemuan ke 7; Pengalaman tentang perayaan hari raya agama
bersama keluarga

No Aspek yang dinilai Nilai


Tanggal Tanggal
1 Mengungkapkan perasaan
2 Menyampaikan pengalaman pada masa anak
yang dilakukan diluar kegiatan terapi.
3 Menyampaikan pengalaman pada masa remaja
yang dilakukan diluar kegiatan terapi.
4 Menyampaikan pengalaman pada masa dewasa
yang dilakukan diluar kegiatan terapi.
5 Menyebutkan kegiatan perayaan hari raya agama
yang biasa dilakukan bersama keluarga.
6 Menceritakan pengalaman paling menyenangkan
yang berkaitan dengan perayaan hari raya agama
bersama keluarga.
7 Menyampaikan perasaan setelah menceritakan
pengalaman yang menyenangkan pada waktu
perayaan hari raya agama bersama keluarga.
Jumlah

A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : pasien harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.

SESI IV : BERBAGI PENGALAMAN BERSAMA KELUARGA


DAN DI RUMAH
Pertemuan ke 8
A. Tujuan
1. Klien mampu menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan setelah
pertemuan ke 7.
2. Klien mampu menceritakan pengalamannya yang menyenangkan
berhubungan dengan tetangga yang paling disenangi.

B. Setting
1. Pertemuan dilakukan di ruang aula pertemuan pada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin yang berlokasi di Kota Banjarbaru.
2. Suasana ruangan harus tenang.
3. Klien duduk membentuk lingkaran dan terapis berada di antara klien.

C. Media/Alat
1. Benda-benda masa lalu klien yang berhubungan dengan tetangga yang
paling disenangi yang masih dimiliki klien ; foto, benda kenang-kenangan
dan koleksi lainnya.
2. Format evaluasi proses.
3. Format dokumentasi.
4. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport).
5. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen
D. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Role play

E. Langkah Langkah Kegiatan


1. Persiapan
a. Mengingatkan klien 1 jam sebelum pelaksanaan terapi.
b. Mempersiapkan tempat pertemuan yaitu ruang aula pertemuan di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru.
c. Mempersiapkan media/alat :
1) Terapis mengevaluasi benda-benda yang masih dimiliki klien
terkait dengan topik diskusi pada Terapi Kelompok Reminiscence
pada pertemuan ke 8 yaitu tetangga yang paling disenangi sewaktu
di rumah. Kegiatan evaluasi ini dilakukan 1 hari sebelum kegiatan
terapi dilaksanakan.
2) Terapis meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berhubungan dengan tetangga yang paling
disenangi sewaktu di rumah. Kegiatan ini dilaksanakan 1 hari
sebelum kegiatan terapi dan diulang lagi 1 jam sebelum
pelaksanaan kegiatan terapi.
3) Terapis mempersiapkan format evaluasi proses, format
dokumentasi, format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport)
dan alat tulis yaitu buku kerja dan pulpen.

2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik ; Salam dari terapis.
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan klien yaitu berbagi
pengalaman dengan orang lain tentang pengalaman masa anak,
masa remaja, masa dewasa dan pengalaman bersama keluarga
di rumah yang dilaksanakan diluar kegiatan terapi.
3) Kontrak
a) Menyepakati lama waktu pertemuan.
b) Mengingatkan tata tertib kegiatan.
c) Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu:
(1) Klien berbagi pengalaman yang menyenangkan tentang
tetangga yang paling disenangi sewaktu di rumah.
(2) Klien diharapkan mampu mengekpresikan perasaannya
setelah berbagi pengalaman dengan anggota kelompok.

b. Kerja
1) Terapis memimpin klien untuk melakukan tehnik nafas dalam
sebanyak 3 kali, kemudian klien diminta menutup mata, terapis
mengajak klien untuk mengingat pengalaman masa dewasa, kemudian
klien diminta mengingat kembali tentang tetangga yang paling
disenangi sewaktu di rumah, siapa namanya, jenis kelaminnya apa,
umurnya berapa, apa yang paling klien senangi pada tetangga
tersebut, penampilannya, gaya bicaranya, sifat atau perilakunya, apa
yang sering klien lakukan bersama tetangga tersebut, apa warna
pakaian yang sering dipakai oleh tetangga klien tersebut, dan
pengalaman apa yang paling berkesan atau paling menyenangkan atau
lucu yang berkaitan dengan tetangga klien yang paling klien senangi
tersebut. Kemudian klien diminta untuk membuka mata kembali dan
tarik nafas dalam sebanyak 3 kali.
2) Terapis memberikan kesempatan pada 1 orang klien untuk
menceritakan pengalaman yang paling menyenangkan yang
berhubungan dengan tetangga yang paling disenangi sewaktu di
rumah.
3) Terapis memberikan kesempatan pada klien tersebut untuk
memperlihatkan benda-benda yang masih dimilikinya yang berarti bagi
klien yang berhubungan dengan tetangga yang paling disenangi
sewaktu di rumah.
4) Terapis meminta klien lain untuk memberikan tanggapan atas
pengalaman yang telah disampaikan oleh rekannya.
5) Terapis mendiskusikan perasaan klien setelah berbagi pengalaman
yang menyenangkan dengan orang lain ; apa yang klien rasakan setelah
menyampaian pengalaman dengan orang lain, apakah ada manfaat
yang dirasakan klien serta hubungan masa lalu dengan keadaan klien
saat ini.
6) Terapis menganjurkan klien untuk menerima masa lalunya yang
menyenangkan sebagai bagian yang berharga bagi klien.
7) Ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 untuk klien lain sampai semua
anggota kelompok mendapat kesempatan yang sama.
8) Terapis menjelaskan hubungan mengingat kembali dan berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain dengan
penerimaan diri pada saat ini.
9) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama
dengan orang lain tanpa terstruktur.
10) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.

c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan pengalaman
masa lalu yang menyenangkan bersama tetangga.
c) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan dan
kerjasama klien yang baik.

2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien mengingat kembali pengalaman-
pengalaman lainnya yang menyenangkan yang berhubungan
dengan masa anak, remaja, dewasa, pengalaman bersama
keluarga dan di rumah. Kegiatan akan dievaluasi pada
pertemuan ke 9.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati sesi 5 dan topik pada pertemuan ke 9 yaitu
evaluasi pencapaian integrasi diri setelah mengikuti kegiatan
Terapi Reminiscence Kelompok.
b) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke 9 yakni di
aula pertemuan PSTW Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru dan waktu pertemuan 75 menit.

3. Evaluasi dan
Dokumentasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 4 pertemuan ke 8 adalah
klien dapat menyampaikan pengalaman pada masa anak, remaja,
dewasa dan pengalaman bersama keluarga di rumah yang dilakukan
diluar kegiatan terapi, menceritakan pengalamannya bersama
tetangga, menyampaikan pengalaman yang paling menyenangkan
yang berhubungan dengan tetangga yang paling disenang dan
mengekpresikan perasaan setelah kegiatan.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence
sesi 4 pertemuan ke 8, klien mampu mengungkapkan perasaan,
menyampaikan pengalaman pada masa anak, remaja, dewasa dan
pengalaman bersama keluarga yang dilakukan diluar kegiatan terapi,
menyampaikan pengalamannya sesuai topik dan mengekpresikan
perasaan setelah kegiatan. Klien dapat melanjutkan untuk mengikuti
sesi 5 pertemuan ke 9.
Jika klien dianggap belum mampu, maka catatan keperawatan adalah
klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence sesi 4 pertemuan ke
8 klien belum mampu mengungkapkan perasaan, belum mampu
menyampaikan pengalaman pada masa anak, remaja, dewasa dan
pengalaman bersama keluarga yang dilakukan diluar kegiatan terapi,
belum mampu menyampaikan pengalamannya sesuai topik dan belum
mampu mengekpresikan perasaan setelah kegiatan, dianjurkan klien
untuk mengingat kembali kenangan masa lalu sesuai topik dan melatih
menyampaikan pada orang lain diluar kegiatan terapi.
Format Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok
Reminiscence.

Format Evaluasi dan Dokumentasi


Terapi Kelompok Reminiscence
Sesi 4 : Berbagi pengalaman bersama keluarga dan di rumah
Pertemuan ke 8; Pengalaman bersama tetangga

No Aspek yang dinilai Nilai


Tanggal Tanggal
1 Mengungkapkan perasaan
2 Menyampaikan pengalaman pada masa anak yang
dilakukan diluar kegiatan terapi.
3 Menyampaikan pengalaman pada masa remaja
yang dilakukan diluar kegiatan terapi.
4 Menyampaikan pengalaman pada masa dewasa
yang dilakukan diluar kegiatan terapi.
5 Menyampaikan pengalaman bersama keluarga di
rumah yang dilakukan diluar kegiatan terapi.
6 Menceritakan tetangga yang disenangi pada
waktu di rumah.
7 Menceritakan pengalaman paling
menyenangkan yang berhubungan dengan
tetangga yang paling disenangi.
8 Menyampaikan perasaan setelah menceritakan
pengalaman yang menyenangkan bersama
tetangga yang paling disenangi.
Jumlah

A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : pasien harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.
SESI V : EVALUASI INTEGRASI DIRI
Pertemuan ke 9
A. Tujuan
1. Klien mampu menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan setelah
pertemuan ke 8.
2. Klien mampu menyampaikan perasaannya setelah mengikuti kegiatan
Terapi Reminiscence dari sesi 1 sampai sesi 4.
3. Klien mampu menyebutkan manfaat yang diperoleh (dirasakan) klien
setelah mengikuti kegiatan Terapi Reminiscence dari sesi 1 sampai sesi 4.
4. Klien mampu menyampaikan harapannya setelah kegiatan terapi.
5. Klien mampu menyampaikan rencana tujuan yang akan dicapai setelah
kegiatan terapi.

B. Setting
1. Pertemuan dilakukan di ruang aula pertemuan pada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin yang berlokasi di Kota Banjarbaru.
2. Suasana ruangan harus tenang.
3. Klien duduk membentuk lingkaran dan terapis berada di antara klien.

C. Media/Alat
1. Format evaluasi proses.
2. Format dokumentasi.
3. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport).
4. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen
D. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab.

E. Langkah Langkah Kegiatan


1. Persiapan
a. Mengingatkan klien 1 jam sebelum pelaksanaan terapi.
b. Mempersiapkan tempat pertemuan yaitu ruang aula pertemuan di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru.
d. Mempersiapkan media/alat :
1) Terapis mempersiapkan format evaluasi proses, format
dokumentasi, format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport)
dan alat tulis yaitu buku kerja dan pulpen.

2. Pelaksanaan
a. Orientasi
1) Salam terapeutik ; Salam dari terapis.
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan klien yaitu berbagi
pengalaman dengan orang lain tentang pengalaman masa anak,
masa remaja, masa dewasa dan pengalaman bersama keluarga
dan di rumah yang dilaksanakan diluar kegiatan terapi.
3) Kontrak
a) Menyepakati lama waktu pertemuan.
b) Mengingatkan tata tertib kegiatan.
c) Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu:
(1) Klien diharapkan mampu menyampaikan perasaannya
setelah mengikuti kegiatan Terapi Reminiscence
Kelompok dari sesi 1 sampai sesi 4.
(2) Klien diharapkan mampu menyampaikan manfaat yang
diperoleh (dirasakan) setelah mengikuti kegiatan Terapi
Reminiscence Kelompok.
(3) Klien diharapkan mampu menyampaikan harapannya
setelah kegiatan Terapi Reminiscence Kelompok.
(4) Klien diharapkan mampu menyampaikan rencana tujuan
yang ingin dicapai setelah kegiatan Terapi Reminiscence
Kelompok.

b. Fase Kerja
1) Terapis memotivasi anggota kelompok untuk :
a) Menyampaikan perasaannya setelah mengikuti kegiatan Terapi
Reminiscence Kelompok dari sesi 1 sampai sesi 4 ; perasaan
senang, gembira, suka.
b) Menyampaikan manfaat yang diperoleh (dirasakan) setelah
mengikuti kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence ; merasa
puas dengan kehidupan, merasa berguna, berharga, memiliki
semangat hidup dan mempunyai banyak teman.
c) Menyampaikan harapannya setelah kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence yaitu akan melakukan kegiatan yang sama
dengan sesama lansia lain.
d) Menyampaikan rencana tujuan yang ingin dicapai setelah
kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence yaitu berkomitmen
untuk lebih banyak mengingat pengalaman yang
menyenangkan atau keberhasilan yang pernah dicapai pada
masa lalu dan diceritakan dengan orang lain.
2) Terapis memberikan penguatan atas manfaat Terapi Kelompok
Reminiscence untuk meningkatkan harga diri klien, menurunkan
perasaan ketidakberdayaan, perasaan keputusasaan dan
meningkatkan kemampuan sosialisasi klien untuk mencapai
integritas diri klien.
3) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama
dengan klien lain meskipun kegiatan terapi telah selesai
dilaksanakan.
4) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.
5) Melakukan terminasi dengan semua anggota kelompok.

c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan terapi selesai.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan perasaannya
setelah mengikuti kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence
dari sesi 1 sampai sesi 4.
c) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan manfaat yang
diperoleh (dirasakan) setelah mengikuti kegiatan Terapi
Kelompok Reminiscence .
e) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan harapannya
setelah kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence .
d) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan rencana
tujuan yang ingin dicapai setelah kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence.
e) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan yang telah
dicapai klien.
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien untuk melakukan kegiatan yang sama
meskipun kegiatan terapi telah selesai dilaksanakan.
b) Memberikan tindak lanjut pada perawat di panti sosial untuk
melakukan evaluasi dan monitoring kegiatan yang telah
dicapai klien.

3. Evaluasi dan
Dokumentasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 5 pertemuan ke 9 adalah
klien dapat menyampaikan pengalaman pada masa anak, remaja,
dewasa dan pengalaman bersama keluarga dan di rumah yang
dilakukan diluar kegiatan terapi, menyampaikan perasaannya setelah
mengikuti kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence dari sesi 1 sampai
sesi 4, menyampaikan pengalaman pada masa anak, remaja, dewasa
dan pengalaman bersama keluarga dan di rumah yang dilakukan diluar
kegiatan terapi, klien menyampaikan manfaat yang diperoleh
(dirasakan) setelah mengikuti kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence , klien menyampaikan harapannya setelah kegiatan
Terapi Kelompok Reminiscence dan klien menyampaikan rencana
tujuan yang ingin dicapai setelah kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence
sesi 5 pertemuan ke 9, klien mampu menyampaikan pengalaman pada
masa anak, remaja, dewasa dan pengalaman bersama keluarga dan di
rumah yang dilakukan diluar kegiatan terapi, mampu mengungkapkan
perasaan, menyampaikan manfaat yang diperoleh (dirasakan) setelah
kegiatan terapi, harapan klien setelah kegiatan terapi dan rencana
tujuan yang ingin dicapai setelah kegiatan terapi.
Jika klien dianggap belum mampu, maka catatan keperawatan adalah
klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence sesi 5 pertemuan ke
9 klien belum mampu mengungkapkan perasaan, belum mampu
menyampaikan pengalaman pada masa anak, remaja, dewasa dan
pengalaman bersama keluarga dan di rumah yang dilakukan diluar
kegiatan terapi, belum mampu menyampaikan manfaat yang
diperoleh (dirasakan) setelah kegiatan terapi, harapan klien setelah
kegiatan terapi dan rencana tujuan yang ingin dicapai setelah kegiatan
terapi. dianjurkan klien untuk menapatkan perawatan psikososial lebih
lanjut dari tenaga perawat yang ada di panti sosial.
Format Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok
Reminiscence.

Format Evaluasi dan Dokumentasi


Terapi Kelompok Reminiscence
Sesi 5 : Evaluasi Integrasi diri
Pertemuan ke 9; Pencapaian integritas diri

No Aspek yang dinilai Nilai


Tanggal Tanggal
1 Menyampaikan pengalaman pada masa anak
yang dilakukan diluar kegiatan terapi.
2 Menyampaikan pengalaman pada masa remaja
yang dilakukan diluar kegiatan terapi.
3 Menyampaikan pengalaman pada masa dewasa
yang dilakukan diluar kegiatan terapi.
4 Menyampaikan pengalaman bersama keluarga
dan di rumah yang dilakukan diluar kegiatan
terapi.
5 Mengungkapkan perasaan senang (gembira)
setelah mengikuti kegitan terapi dari sesi 1 4.
6 Menyampaikan perasaan puas atas kehidupan
yang telah dijalani.
7 Menyampaikan perasaan dirinya masih berguna.
8 Menyampaikan perasaan dirinya masih berharga.
9 Menyampaikan perasaan masih mempunyai
semangat dalam menjalani kehidupan.
10 Menyatakan memperoleh banyak teman setelah
mengikuti kegiatan terapi.
11 Menyampaikan motivasi klien untuk melakukan
kegiatan yang sama lebih sering.
12 Menyampaikan komitmen (pernyataan) untuk
lebih banyak mengingat hal-hal yang
menyenangkan atau berhasil pada kehidupan
yang lalu dan menceritakannya dengan orang
lain.
Jumlah

Petunjuk penilaian:
3. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
4. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Atchley, R.C. dan Barusch, A.S. (2004). Social forces and Aging ; an introduction
to social gerontology. (10th ed.). USA: Thomson Learning, Inc.

BPKP Republik Indonesia. (1998). Undang-undang Republik Indonesia nomor 13


tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia.
http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/uu/1998/13-98.pdf, diperoleh 03 Pebruari
2010

Collins, C. (2006). Life Review And Reminiscence Group Therapy Among Senior
Adults. http://etd.lib.ttu.edu/theses/available/etd-
04182006223851/unrestricted/Collins_Cassondra_Diss.pdf, diperoleh 14
Pebruari 2009

Ebersole, P., et al., (2005). Gerontological nursing and health aging, (2nd ed.).
USA, Philadelphia: Mosby, Inc.

Fortinash, K.M. dan Worret, P.A.H. (2004). Psychiatric mental health nursing.
(3rd ed.). USA: Mosby, Inc

Ham, R.J., et al (2007). Primary care geriatric ; a case-based approach. (5th ed.).
Philadelphia: Mosby, Inc

Kennard, C (2006). Reminiscance Therapy and Aktivities for People with


Dementia.
http.//www.alzheimers.about.com/cs/treatmentoptions/a/reminiscence.html,
diperoleh 24 Pebruari 2009

Parese, E.F., Simon, M.R. dan Ryan, E. (2008). Promoting positive student
clinical experiences with older adults through use of group Reminiscence therapy.
Journal of Gerontological Nursing Vol. 34, No. 12, 2008.
http://proquest.umi.com, diperoleh 10 Januari 2010ield

RIPFA (2006). Reminiscance therapy for people with Dementia. http.//www.


ripfa.org.uk/evidenceclusters/displayCLUSTER4.asp?catID, diperoleh 24
Pebruari 2009

Stinson, C. K. (2009). Structured group reminiscence: An intervention


for older adults. The Journal of Continuing Education in Nursing. November
2009 Vol 40, No 11. http://proquest.umi.com, diperoleh 11 Januari 2010

Stuart, G. W. & Laraia, M.T. (2005). Principle and Practice of Psychiatric


Nursing. (8th ed.). Philadelphia, USA: Mosby, Inc.
Wheeler, K. (2008). Psychotherapy for the advanced practice psychiatric nurse.
USA: Mosby, Inc.

World Health Organization. (2010). Proposed working definition of an older


person in Africa for the MDS project. http://www.who.int.html, diperoleh 12
Januari 2010.

Anda mungkin juga menyukai