MODUL
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
IBU HAMIL
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
DEPOK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masalah kesehatan jiwa memiliki ruang lingkup yang sangat luas, antara lain
masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan kualitas
hidup. Peningkatan kulitas hidup manusia harus dimulai dari kehidupan pra
nikah, kehamilan, kelahiran, bayi, balita, anak, remaja, dewasa sampai lanjut
usia(Depkes,2006). Periode hamil, melahirkan dan menyusui merupakan
bagian dari daur hidup yang membutuhkan perhatian khusus dalam bidang
kesehatan termasuk kesehatan jiwa. Periode tersebut penting karena memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Dalam upaya untuk menyiapkan kehamilan dan janin yang sehat secara fisik,
psikologis dan sosial baik selama dalam kandungan maupun di kemudian hari
perlu tindakan prevensi dan promosi kesehatan ibu dan janin secara
komprehensif. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk memenuhi
kesehatan ibu dan janin adalah antenatal care (ANC). Melalui kegiatan ini
diharapkan ibu hamil akan memperoleh informasi secara lengkap terkait
dengan kehamilan dan janinnya. Di Indonesia dan negara berkembang
lainnya program ANC dikenal sebagai pemeriksaan kehamilan. Laporan dari
World Health Organization (WHO) 2003 menyebutkan bahwa hampir 70 %
wanita hamil di negara berkembang hanya memeriksakan kandungan
sebanyak satu kali selama kehamilan. Padahal standar WHO mensyaratkan
bahwa selama hamil seorang wanita hendaknya memeriksaan diri sekurang
kurangnya empat kali. Kejadian di atas terjadi karena beberapa faktor yaitu;
masih rendahnya tingkat pendidikan pada ibu hamil, masih rendahnya
kesadaran tentang pentingnya pemantauan kesehatan ibu dan janin, faktor
budaya, dan kurangnya akses ke sarana kesehatan.
Perubahan dalam kehamilan tentu akan menimbulkan gejala spesifik sesuai
dengan tahapan kehamilan. Oleh karena itu diharapkan ibu hamil dapat
menghadapi dan mampu beradaptasi terhadap setiap perubahan fisiologis dan
psikologis dalam dirinya secara realistis tanpa adanya tekanan, dengan cara
meningkatkan kesehatan baik fisik maupun psikologisnya (Sherwen
dkk,1999). Hasil penelitian melaporkan stress ibu hamil akan
mempengaruhi peningkatan angka kematian baik pada bayi, anak, dan dewasa
termasuk gangguan fungsi kognitif, emosional, neurodevelopmental dan
fisiologis seseorang ( O, Connor dkk, 2002).
Kehamilan pada seorang wanita yang sehat secara psikologis merupakan satu
ekspresi rasa perwujudan diri dan identitasnya sebagai seorang wanita.
Kehamilan menurut sebagian wanita juga merupakan pengalaman
pertumbuhan yang positif untuk persiapan menjadi orang tua. Pada beberapa
kasus juga dilaporkan bahwa menjalani kehamilan adalah pengalaman kreatif
yang mampu memuaskan kebutuhan yang mendasar bagi seorang wanita,
karena pengalaman ini tidak mungkin dialami oleh pria (Caplan &
Saddok,1997.,Weist & Lederman 2009). Lebih lanjut dijelaskan bahwa
kehamilan dapat dipandang oleh wanita sebagai cara pembuktian diri untuk
menentramkan diri dan sekaligus menghilangkan keraguan bahwa mereka
bisa menjadi hamil. Selama kehamilan, seorang ibu akan mengumpulkan
berbagai pengalaman terkait perkembangan dirinya. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi rasa takut yang tidak disadari, dan khayalan tentang
pengalaman yang akan dihadapi dalam melahirkan calon bayinya. Oleh
karena itu terkadang ditemukan berbagai perilaku negatif terhadap kehamilan
yang disertai dengan rasa takut akan kelahiran bayi maupun peran menjadi
ibu.
Kesiapan menjadi orang tua sangat diperlukan sebelum anak lahir. Sikap
mental pasangan suami isteri dalam menyambut kehadiran anak dan
bagaimana mereka akan menjalankan peran sebagai orang tua, sangat
membantu menentukan kesehatan anak baik secara fisik, mental dan sosial di
kemudian hari (Kementerian Kesehatan,2006). Oleh karena itu diperlukan
berbagai upaya prevensi dan promosi dari pihak terkait, sehingga dampak
masalah seperti yang sudah diuraikan diatas dapat diminimalkan. Salah satu
upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah permasalahan di atas antara lain;
program penyuluhan kesehatan tentang perubahan dan adaptasi selama
kehamilan, kelompok pendukung ( supportif group)(Graft Johnson 2003),
group therapeutic (Keliat,2005) dan psikotherapi. Antenatal care merupakan
salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menjalankan program prevensi
dan promosi kesehatan ibu hamil.
Upaya ini bisa dilakukan antara lain adalah menciptakan lingkungan yang
mendukung untuk kesehatan ibu hamil, merubah perilaku yang negatif, dan
meningkatkan kesadaran ibu hamil dan keluarga tentang pentingnya
kesehatan baik fisik dan psikologis selama kehamilan. Salah satu upaya yang
bisa dilakukan adalah program pemberian informasi dengan tujuan
pendidikan pada individu dengan masalah emosional agar mampu
mempertahankan homeostasis terhadap adanya perubahan yang tidak
diperkirakan sebelumnya maupun kejadian yang terjadi secara bertahap
(Montgomery,2002), membantu anggotanya mengatasi stres dalam
kehidupan, berfokus pada disfungsi perasaan, pikiran dan perilaku (Stuart &
Laraia, 2005) yang dikenal sebagai Terapi Kelompok Terapeutik ( TKT).
Intervensi ini sangat sesuai untuk membantu mengatasi stres emosional,
penyakit fisik, krisis tumbuh kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya
wanita hamil, individu yang kehilangan dan penyakit terminal serta gangguan
psikiatri,(Keliat, 2005) karena memberi kesempatan kepada anggotanya untuk
saling berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang
akan dihadapi dengan mengajarkan cara yang efektif untuk mengendalikan
stres.
TKT bagi ibu hamil perlu dilakukan karena adanya situasi krisis yang
memerlukan dukungan baik fisik, psikologis dan social baik oleh ibu sendiri
maupun orang orang di sekitarnya(Murray,2003., DeGraft- Johnson, 2005)
intervensi ini penting dilakukan dengan harapan bahwa ibu hamil dapat
beradaptasi dengan baik terhadap setiap perubahan dalam kehamilan,
terutama perubahan psikologis dan mampu melakukan stimulasi
perkembangan terhadap janin yang dikandungnya , karena ibu telah memiliki
pengetahuan yang memadai tentang kedua hal di atas. Selain itu diharapkan
ibu juga mampu secara mandiri melakukan perawatan bayi dan juga mampu
menjalankan peran ibu secara proporsional, setelah melahirkan nanti.
B. Tujuan
1. Bagi perawat
Perawat diharapkan mampu berperan sebagai terapis dan promotor dalam
meningkatkan status kesehatan biologis, dan psikososial ibu hamil di
masyarkat dengan cara melakukan terapi kelompok terapeutik .
2. Bagi ibu hamil
Ibu hamil bisa mendapatakan pengetahuan tentang tugas perkembangan
yang dicapai selama kehamilan, perubahan perubahan fisiologis,
psikososial dalam kehamilan, cara beradaptasi terhadap perubahan,
pertumbuhan dan perkembangan janin, dan cara stimulasi janin sehingga
ibu mampu melakukan cara cara beradaptasi dan stimulasi janinnya, agar
dilahirkan bayi yang sehat dan cerdas di kemudian hari.
BAB II
Pada bab ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi kelompok
terpeutik pada masing masing sesi dan bagaimana melakukannya.
Sesi 1 : Tugas perkembangan kehamilan, perubahan kehamilan
1. Tujuan :
Peserta mampu :
a. Menjelaskan tugas perkembangan
b. Menjelaskan penyimpangan perkembangan pada kehamilan
c. Menjelaskan perubahan perubahan pada kehamilan
2. Setting
a. Terapis dan peserta duduk bersama secara melingkar
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Buku kerja Ibu
b. Buku raport
c. Booklet/ lembar balik
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Melakukan seleksi peserta yang memenuhi kriteria
2) Mengelompokkan peserta seseuai dengan usia kehamilan dengan
cara memberikan tanda khusus pada papan nama yang
dipakai(bintang trimester 1, bulan sabit trimester 2, dan matahari
trimester 3).
3) Menyepakati kontrak dengan peserta
4) Mempersiapkan alat dan tempat untuk melakukan cara adaptasi
kehamilan dan stimulasi perkembangan
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada ibu hamil
Perkenalkan nama dan nama panggilan terapis (pakai papan
nama)
Menanyakan nama ibu
2) Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan ibu saat ini
Menanyakan pengalaman dalam menjalani kehamilan,
bagaimana tugas perkembangan, ciri penyimpangan perubahan
pada kehamilan
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memberikan informasi dan
berbagi pengalaman antar anggota kelompok tentang tugas
perkembangan dan ciri penyimpangan, perubahan
perubahan pada kehamilan,
Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu : terapi ini terdiri dari 7
sesi, 12 kali pertemuan. Terapi akan dilaksanakan setiap hari,
jam 09.00, 11.00, 13.00 dan 15.00 untuk tiap kelompok.
Setiap anggota harus mengikuti setiap sesi dari sesi satu
sampai tujuh, lama kegiatan 60 90 setiap ibu mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai, jika ada ibu yang ingin
meninggalkan kelompok harus meminta izin pada fasilitator
(terapis)
Mengelompokkan peserta seseuai dengan usia kehamilan
dengan cara memberikan tanda khusus pada papan nama yang
dipakai(bintang trimester 1, bulan sabit trimester 2, dan
matahari trimester 3).
Menjelaskan cara mengisi buku kerja yaitu memberikan
tanda() pada kolom yang telah disediakan sesuai tanggal
pertemuan.
Secara rinci jadual terapi kelompok terapeutik adl sebagi
berikut ;
Tabel 1. Jadual pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik
(TKT) di Kel. Balumbang Jaya, Bogor Juni, 2010
Hari Sesi Klp 1 ulang Klp 2 ulang Klp 3 ulang Klp 4 ulang
I 1 09.00 11.00 13.00 15.00
II 2 09.00 09.00 11.00 11.00 13.00 13.00 15.00 15.00
III 3 09.00 09.00 11.00 11.00 13.00 13.00 15.00 15.00
IV 4 09.00 09.00 11.00 11.00 13.00 13.00 15.00 15.00
V 5 09.00 09.00 11.00 11.00 13.00 13.00 15.00 15.00
VI 6 09.00 09.00 11.00 11.00 13.00 13.00 15.00 15.00
VII 7 09.00 11.00 13.00 15.00
c. Tahap kerja
1) Terapis dan peserta berdiskusi tentang tugas perkembangan
kehamilan yang harus dicapai pada pada masa kehamilan
a. Minta peserta untuk menyebutkan tugas perkembangan pada
kehamilan yang dialami.
b. Terapis menjelaskani tugas perkembangan pada kehamilan
c. Minta peserta untuk melakukan penilaian diri tentang tugas
perkembangan kehamilan yang telah dicapai dan menuliskan
dalam buku kerja.
d. Beri kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-hal yang
belum jelas
e. Berikan pujian akan kemampuan ibu
f. Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.
d. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
b) Terapis meminta peserta menyebutkan kembali tentang tugas
perkembangan kehamilan, ciri penyimpangan perkembangan
kehamilan dan perubahan tubuh dan emosi dengan menggunakan
c) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak lanjut
a) Memotivasi ibu untuk mengobservasi ciri perkembangan
kehamilan, perubahan selama kehamilan, dengan menggunakan
buku kerja
b) Menambahkan dalam buku kerja jika ada tugas tambahan yang
belum dimasukkan.
e . Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
mengenai cara menyesuaikan diri dengan perubahan tubuh dan emosi
selama kehamilan.
f. Evaluasi dan Dokumentasi
Terapis mendokumentasikan hasil sesi satu pada buku raport. Evaluasi
dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan peserta sesuai dengan
tujuan, yaitu dapat menyebutkan ciri perkembangan, ciri
penyimpangan, perubahan kehamilan kemudian melakukan
dokumentasi pada buku raport ibu hamil.
Format evaluasi
Sesi I : Terapi Kelompok Terapeutik
Kelompok : Tanggal :
No Aspek yang Dinilai Nama Peserta
Petunjuk :
a. Beri nilai 1 jika ibu hamil mampu menyebutkan aspek yang
dinilai.
b. Beri nilai 0 jika ibu hamil tidak mampu menyebutkan aspek
yang dinilai.
c. Bila nilai 2 ibu hamil dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
d. Bila nilai < 2 ibu hamil dikeluarkan dari kelompok
SESI II : Cara menyesuaikan diri terhadap perubahan tubuh dan emosi
selama kehamilan
1. Tujuan
Peserta mampu :
a. Menjelaskan cara menyesuaikan diri terhadap perubahan tubuh selama
kehamilan
b. Menjelaskan cara menyesuaikan diri terhadap perubahan emosi selama
kehamilan.
c. Mempraktikkan cara menyesuaikan diri terhadap perubahan tubuh dan
emosi selama kehamilan.
2. Setting
a. Terapis dan peserta (ibu) duduk bersama
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat yang diperlukan
a. Booklet tentang perubahan tubuh selama kehamilan dan cara
mengatasinya
b. Booklet tentang perubahan emosi selama kehamilan dan cara
menghadapinya
c. Bantal dan guling
d. Buku kerja keluarga
e. Buku raport perawat
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play
5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan peserta (ibu )
2) Mempersiapkan alat dan tempat
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada ibu
2) Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan ibu.
Meminta ibu bersama-sama membuka buku kerja dan menanyakan
apakah ada tambahan tugas tentang tugas perkembangan ibu hamil,
peyimpangan tugas perkembangan dan perubahan pada kehamilan
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu latihan cara menyesuaikan diri
terhadap perubahan tubuh dan emosi selama kehamilan
Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu: lama kegiatan 60 - 90 menit,
setiap ibu mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai, jika ada
ibu ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin pada
fasilitator/ terapis
b. Tahap kerja
A. Diskusi tentang perubahan tubuh selama kehamilan
1) Mengulang/ mereview tentang perubahan tubuh selama kehmilan
2) Diskusikan dan beri kesempatan pada ibu hamil untuk mengungkapkan
pendapat mengenai cara menyesuaikan diri terhadap perubahan tubuh
3) Diskusikan mengenai cara menyesuaikan diri terhadap perubahan
tubuh yaitu ;
mengatasi keluhan keluhan fisik yang terjadi seperti mual
muntah
menjaga kebersihan perineum
latihan posisi tidur
beraktivitas sehari - hari memakai pakaian yang sesuai dan
posisi yang benar
1. Latih kemampuan ibu dalam menjaga kebersihan daerah kewanitaan ;
a) Minta peserta menyampaikan cara yang biasa dilakukan
membersihkan daerah kewanitaan
b) Jelaskan pada peserta tujuan dan cara menjaga kebersihan daerah
kewanitaan
c) Minta peserta menjelaskan kembali cara yang benar dalam
menjaga daerah kewanitaan
d) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
e) Minta peserta untuk melakukan penilaian diri tentang cara merawat
daerah kewanitaan yang benar dan menuliskannya dalam buku
kerja.
f) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu
g) Berikan kesimpulan tentang topik yang dibahas
Kelompok : Tanggal :
No Aspek yang Dinilai Nama Peserta
Petunjuk :
a. Beri nilai 1 jika ibu hamil mampu menyebutkan dan melakukan aspek
yang dinilai.
b. Beri nilai 0 jika ibu hamil tidak mampu menyebutkan dan melakukan
aspek yang dinilai.
c. Bila nilai 2 ibu hamil dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
d. Bila nilai < 2 ibu hamil dikeluarkan dari kelompok
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan peserta (ibu )
2) Mempersiapkan alat dan tempat.
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada ibu hamil
2) Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan ibu hamil
Menanyakan kembali pemahaman ibu hamil tentang tugas
perkembangan, perubahan tubuh, emosi dan sosial dalam
kehamilan serta cara menyesuaikan diri pada perubahan tubuh dan
emosi selama kehamilan.
Meminta ibu bersama-sama membuka buku kerja dan menanyakan
apakah ada tugas tambahan untuk cara menyesuaikan diri terhadap
perubahan tubuh dan emosi selama kehamilan pada sesi
sebelumnya.
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara penyesuaian sosial
terhadap kehamilan peran sebagai istri, sebagai ibu bagi bayi dan
anak lain.
Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu: lama kegiatan 60 - 90 menit,
setiap ibu hamil mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai, jika
ada ibu yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin
pada fasilitator/ terapis
c. Tahap Kerja
1) Diskusikan mengenai cara adaptasi peran sosial ibu dalam kehamilan
Peran ibu bagi bayi
Peran ibu bagi anak lain
Peran sebagai istri
A. Peran ibu bagi bayi
a) Minta peserta menyampaikan pengalamannya tentang bagaimana
cara merawat bayi
b) Minta peserta menjelaskan manfaat perawatan bayi secara fisik,
emosi dan social
c) Jelaskan pada peserta tentang manfaat perawatan bayi secara umum
yaitu memenuhi kebutuhan fisik bayi, meningkatkan kenyamanan
dan melindungi bayi dari bahaya kelaparan, kedinginan, dan
penyakit, menciptakan ikatan emosional ibu anak, menyediakan
rasa aman, dan memberikan stimulasi pada bayi. Semua itu bisa
dilakukan antara lain dengan melakukan kontak pertama setelah
bayi lahir, menatap wajah bayi saat kontak, menyiapkan nama,
selalu memanggil namanya saat berinteraksi, memeluk,
menggendong, membelai dan mencium bayi setiap kali
berinteraksi, selalu bersikap responsive, bersikap positif(memuji,
tersenyum) dan menciptakan lingkungan yang kondusif( hangat,
menerima, peduli, dan consistent).
d) Terapis memodelkan cara perawatan bayi misalnya: bila bayi
menangis ibu segera datang, menggendong, memeluk dan
mendiamkan bayi dengan nyayian atau perkataan yang lembut yang
lembut. Kenali penyebab bayi menangis apakah karena lapar, haus,
basah atau sakit.
e) Peserta mempraktikkan cara mendiamkan bayi menangis sesuai
cara yang diajarkan
f) Memberi kesempatan peserta untuk menanyakan hal hal yang
belum jelas
g) Berikan pujian dan umpan balik atas kemampuan ibu
h) Berikan kesimpulan tentang topik yang dibahas
Kelompok : Tanggal :
No Aspek yang Dinilai Nama Peserta
Petunjuk :
a. Beri nilai 1 jika ibu hamil mampu menyebutkan dan melakukan aspek
yang dinilai.
b. Beri nilai 0 jika ibu hamil tidak mampu menyebutkan dan melakukan
aspek yang dinilai.
c. Bila nilai 2 ibu hamil dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
d. Bila nilai < 2 ibu hamil dikeluarkan dari kelompok
e. Tahap Kerja
A. Pertumbuhan dan perkembangan janin
1) Minta peserta untuk menyebutkan pertumbuhan dan
perkembangan janin yang dialami
2) Terapis menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan janin
sesuai usia kehamilan dan menekankan pentingnya hal tersebut
untuk antisipasi timbulnya masalah kesehatan jiwa di kemudian
hari baik bagi ibu maupun calon bayi.
3) Minta peserta untuk menjelaskan kembali tentang pertumbuhan
dan perkembangan janin dan menuliskan dalam buku kerja.
4) Beri kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-hal yang
belum jelas
5) Berikan pujian akan kemampuan ibu
6) Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.
f. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan ibu setelah mengikuti
kegiatan
b. Terapis meminta peserta untuk menyebutkan kembali
tentang pertumbuhan dan perkembangan serta cara
stimulasi janin yang telah dipelajari
c. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
Memotivasi ibu hamil untuk mempelajari tentang
pertumbuhan dan perkembangan janin, mencoba cara
stimulasi janin dengan menggunakan buku kerja
Meminta ibu hamil untuk mempelajari, mencoba dan
mempraktikkan cara lain yang diajarkan pada sesi sebelumnya
seperti tugas perkembangan, ciri penyimpangan, perubahan
tubuh, emosi dan sosial ibu hamil
Menambahkan dalam buku kerja bila ada hal lain yang
diketahui dan dilakukan
2. Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
cara melakukan stimulasi aspek kognitif dan motorik pada
janin.
3. Evaluasi dan Dokumentasi
Mendokumentasikan hasil kegiatan sesi empat pada buku
raport
Format evaluasi
Sesi IV: Terapi Kelompok Terapeutik
Kelompok : Tanggal :
No Aspek yang Dinilai Nama Peserta
1 Menyebutkan pertumbuhan
dan perkembangan janin
sesuai usia kehamilan
2 Menyebutkan cara melakukan
stimulasi janin
Jumlah
Petunjuk :
a. Beri nilai 1 jika ibu hamil mampu menyebutkan dan melakukan aspek
yang dinilai.
b. Beri nilai 0 jika ibu hamil tidak mampu menyebutkan dan melakukan
aspek yang dinilai.
c. Bila nilai 2 ibu hamil dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
d. Bila nilai < 2 ibu hamil dikeluarkan dari kelompok
SESI V : Stimulasi janin untuk merangsang aspek kognitif dan motorik
( fisik)
1. Tujuan
Peserta mampu ;
a. Menyebutkan cara - cara melakukan stimulasi janin pada aspek kognitif
dan motorik( fisik)
b. Mempratikkan cara stimulasi perkembangan janin pada aspek kognitif dan
motorik
2. Setting
a. Terapis dan peserta (ibu) duduk bersama
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Buku kerja
b. Buku raport perawat
c. Alat untuk stimulasi kognitif ; buku cerita, booklet/ lembar balik,
DVD/VCD player, atau laptop dan CD kitab suci.
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play
5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan peserta (ibu )
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada peserta
2) Evaluasi/ validasi
a) Menanyakan perasaan ibu hamil
b) Menanyakan kembali pemahaman ibu mengenai sesi tugas
perkembangan, perubahan ibu hamil, cara menyesuaikan diri terhadap
perubahan tubuh, emosi dan sosial, cara stimulasi janin pada aspek
kognitif dan motorik yang telah di bahas pada sesi sebelumnya.
c) Meminta ibu bersama-sama membuka buku kerja dan menanyakan
apakah ada tambahan tugas yang sudah dilakukan
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu melakukan stimulasi
perkembangan janin pada aspek psikososial
b) Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu: lama kegiatan 60 - 90 menit,
setiap ibu mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai, jika ada ibu
yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/ terapis
c. Tahap kerja
1) Diskusikan langkah langkah dalam melakukan stimulasi
perkembangan janin antara lain ; mengajak janin bicara,
membacakan cerita secara teratur , memperdengarkan musik
berirama lembut yang menenangkan, membacakan ayat yat dari
kitab suci. Latihan stimulasi akan dilakukan sesuai langkah
langkah sebagai berikut :
1. Membacakan cerita
a) Jelaskan pada peserta tentang cara merangsang perkembangan
janin dengan membacakan cerita pada janin, seolah olah dia
ada disamping kita, sambil mengelus perut
b) Terapis memodelkan kepada peserta tentang cara merangsang
perkembangan janin dengan membacakan cerita secara teratur
2 kali sehari
c) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara menyusun
rencana bersama sesuai dengan cara yang telah diajarkan
d) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan
hal-hal yang belum jelas
e) Minta ibu melakukan penilaian diri tentang kemampuan cara
stimulasi janin dan menuliskannya dalam buku kerja
f) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu hamil
2. Memperdengarkan musik berirama lembut/ alunan kitab suci
a) Jelaskan pada peserta tentang cara merangsang perkembangan
janin dengan memperdengarkan musik berirama lembut yang
menenangkan atau bacaan kitab suci, lakukan 2 kali sehari
pada saat yang tenang misalnya malam dan menjelang pagi,
yakinkan ibu bahwa pada saat stimulasi ini ibu harus tenang
dan terlibat secara fisik dan emosi.
b) Terapis memodelkan kepada peserta tentang cara merangsang
perkembangan janin dengan memperdengarkan musik yang
berirama lembut/ kitab suci secara teratur 2 kali sehari
c) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara merangsang
perkembangan janin sesuai cara yang telah diajarkan
d) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan
hal-hal yang belum jelas
e) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu hamil
f) Berikan kesimpulan topic yang telah dibahas
c. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan ibu setelah mengikuti
kegiatan
b) Terapis menanyakan kembali hal-hal yang telah dipelajari
c) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan pada ibu hamil melatih cara merangsang
perkembangan janin pada aspek kognitif dan motorik .
b) Memasukkan kegiatan cara stimulasi perkembangan janin
pada buku kerja
c) Meminta ibu mencari cara yang tepat untuk melatih
stimulasi perkembangan janin pada aspek psikososial
untuk didiskusikan pada pertemuan yang akan datang
3) Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang
yaitu mengenai teknik stimulasi perkembangan janin
pada aspek psikososial.
a) Evaluasi dan Dokumentasi
Mendokumentasikan hasil pelaksanaan sesi empat pada buku
raport.
Format evaluasi
Sesi V: Terapi Kelompok Terapeutik
Kelompok : Tanggal :
No Aspek yang Dinilai Nama Peserta
1 Membacakan cerita
2 Memperdengarkan musik/
alunan kitab suci
3 Mengelus perut, menekan
4 Mengajak bicara
Jumlah
Petunjuk :
5. Langkah kegiatan
a) Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan peserta (ibu )
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b) Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada peserta
2) Evaluasi/ validasi
a. Menanyakan perasaan ibu hamil
b. Menanyakan kembali pemahaman ibu mengenai sesi tugas
perkembangan, perubahan ibu hamil, cara menyesuaikan diri
terhadap perubahan tubuh, emosi dan sosial, yang telah di bahas
pada sesi sebelumnya
c. Meminta ibu bersama-sama membuka buku kerja dan menanyakan
apakah ada tambahan tugas yang sudah dilakukan
3) Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu melakukan stimulasi
perkembangan janin pada aspek kognitif dan motorik ( fisik)
b. Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu: lama kegiatan 60 - 90
menit, setiap ibu mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai,
jika ada ibu yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta ijin pada fasilitator/ terapis
d. Tahap kerja
1) Diskusikan dengan ibu hamil untuk menyampaikan pendapat
bagaimana cara melakukan stimulasi pada aspek psikososial
janin.
2) Diskusikan langkah langkah dalam melakukan stimulasi
perkembangan janin dengan cara merasakan keterikatan dengan
janin dengan cara mengurut perut ibu dengan bola tenis yang
telah dilumuri minyak, merasakan gerakan janin, mengajak janin
bicara, membacakan cerita secara teratur , hamil,
memperdengarkan musik berirama lembut yang menenangkan,
membacakan ayat yat dari kitab suci. Latihan stimulasi akan
dilakukan sesuai langkah langkah sebagai berikut :
c. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan ibu setelah mengikuti
kegiatan
b. Terapis menanyakan kembali hal-hal yang telah
dipelajari
c. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a. Menganjurkan pada ibu hamil melatih cara
merangsang perkembangan janin pada aspek
psikososial.
b. Memberikan motivasi pada ibu agar melakukan
kegiatan yang telah diajarkan.
c. Memasukkan kegiatan cara stimulasi perkembangan
janin pada buku kerja
d. Menambahkan dalam buku kerja jika ada tambahan
ciri perkembangan kehamilan, perubahan pada
kehamilan, cara menyesuaikan diri pada perubahan
kehamilan secara fisik, psikologis, sosial,
pertumbuhan dan perkembangan janin, cara
stimulasi janin pada aspek motorik, kognitif, dan
psikososial.
3) Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang
yaitu mengenai sharing pengalaman yaitu sharing atau
berbagi pengalaman dengan kelompok
Format evaluasi
Sesi VI: Terapi Kelompok Terapeutik
Kelompok : Tanggal :
No Aspek yang Dinilai Nama Peserta
2. Setting : Terapis dan ibu hamil duduk bersama, tempat yang nyaman dan
tenang
3. Alat dan metode :
a. Alat yang digunakan dalan sesi ini adalah buku kerja dan buku raport
b. Metode diskusi dalan sesi ini adalah dinamika kelompok, diskusi dan
tanya jawab
4. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan ibu hamil
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b. Orientasi
1) Salam terapeutik dari terapis kepada ibu hamil
2) Evaluasi/Validasi
a) Menanyakan perasaan ibu hamil
b) Membuka buku kerja, cek kembali apa yang sudah
dilakukan selama di rumah. Apakah sudah ada tambahan
yang dilakukan untuk mengisi sesi satu, sesi dua, sesi tiga,
sesi empat, sesi lima dan sesi enam yaitu ciri
perkembangan, ciri penyimpangan, perubahan fisik,
psikologis dan sosial, adaptasi terhadap perubahan tersebut,
pertumbuhan dan perkembangan janin, dan cara stimulasi
janin. Jika sudah ada isi kembali kedalam buku kerja.
c) Berikan pujian pada ibu hamil yang sudah melakukan.
d) Berikan motivasi untuk mengulang pada ibu hamil yang
belum bisa melakukan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berbagi pengalaman
tentang cara cara beradaptasi terhadap kehamilan meliputi
adaptasi fisik, psikologis, sosial dan memberikan stimulasi
perkembangan pada janin.
2) Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada ibu hamil yang
ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap ibu hamil
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
d. Tahap Kerja.
1) Beri kesempatan pada ibu hamil untuk mengungkapkan
pendapat mengenai cara adaptasi terhadap kehamilan dan
stimulasi janin yang dipelajari
2) Tanyakan pada ibu hamil tentang cara adaptasi kehamilan
dan stimulasi janin yang telah dipelajari serta hambatan yang
ditemukan
3) Berikan kesempatan pada ibu hamil untuk berbagi
pengalaman tentang manfaat yang didapatkan setelah
mencoba melakukan cara beradaptasi terhadap kehamilan dan
memberikan stimulasi perkembangan pada janinnya.
4) Berikan kesempatan pada orang tua untuk bertanya tentang
hal- hal yang masih belum dipahami
5) Berikan kesempatan anggota kelompok untuk berbagi dan
saling memberi masukan tentang tehnik tehnik dalam
melakukan adaptasi terhadap kehamilannya dan memberikan
stimulasi perkembangan pada janin yang telah dilakukan
6) Beri kesempatan pada anggota kelompok untuk
menyampaikan dampak jika ibu hamil tidak bisa beradaptasi
terhadap kehamilan dan janin tidak diberikan stimulasi
perkembangan
7) Beri pujian/penghargaan atas kemampuan anggota kelompok
dalam menjawab dan berbagi pengalaman
8) Berikan kesimpulan tentang stimulasi perkembangan yang
telah dibahas dan motivasi anggota kelompok untuk saling
memberikan stimulasi perkembangan pada anaknya.
e. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan ibu hamil setelah
mengikuti kegiatan.
b. Tanyakan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan dan
masukkan kedalam buku kerja.
c. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a. Menganjurkan pada ibu hamil untuk selalu
melaksanakan cara- cara adaptasi terhadap kehamilan
dan memberikan stimulasi perkembangan pada janin
yang telah dipelajari bersama kelompok.
b. Mencatat semuan kegiatan aspek yang sudah
dilakukan.
c. Menganjurkan ibu hamil untuk berbagi pengalaman
denagan ibu hamil atau calon ibu lain tentang cara
menyesuaikan diri selama kehamilan dan memberikan
stimulasi janin, sesuai dengan cara yang telah
diajarkan.
3) Kontrak akan datang
Mengakhiri kontrak pertemuan, dan semua sesi sudah
dilakukan. Kesepakatan akan dibuat kembali jika
diperlukan.
Kelompok : Tanggal :
Jumlah
Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan.
3. Bila nilai 3 : klien mampu.
4. Bila nilai 2 : klien belum mampu.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan ibu hamil memiliki efek yang bermakna terhadap pertumbuhan
dan perkembangan anak. Meskipun sudah ada upaya peningkatan kesehatan
ibu melalui berbagai program pemerintah tetapi upaya tersebut baru
menyentuh aspek fisik dan belum pada upaya untuk peningkatan aspek
psikososial maupun kejiwaan ibu hamil. Hal ini menjadi penting karena
pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan emosional anak sangat
berkaitan dengan masalah kejiwaan ibu selama hamil.
Kesiapan menjadi orang tua sangat diperlukan sebelum anak lahir. Sikap
mental pasangan suami isteri dalam menyambut kehadiran anak dan
bagaimana mereka akan menjalankan peran sebagai orang tua, sangat
membantu menentukan kesehatan anak baik secara fisik, mental dan sosial
di kemudian hari.
Upaya yang bisa dilakukan antara lain adalah menciptakan lingkungan yang
mendukung untuk kesehatan ibu hamil, merubah perilaku yang negatif, dan
meningkatkan kesadaran ibu hamil dan keluarga tentang pentingnya
kesehatan baik fisik dan psikologis selama kehamilan. Salah satu upaya
yang bisa dilakukan adalah program pemberian informasi dengan tujuan
pendidikan pada individu dengan masalah fisik dan emosional agar mampu
mempertahankan homeostasis terhadap adanya perubahan yang tidak
diperkirakan sebelumnya maupun kejadian yang terjadi secara bertahap
membantu anggotanya mengatasi stres dalam kehidupan, berfokus pada
disfungsi perasaan, pikiran dan perilaku pada kehamilan.
Program promosi kesehatan pada ibu hamil salah satunya bisa dilakukan
melalui terapi kelompok terapeutik(TKT). hal ini perlu dilakukan karena
adanya situasi krisis yang memerlukan dukungan baik fisik, psikologis dan
social baik oleh ibu sendiri maupun orang orang di sekitarnya intervensi
ini penting dilakukan dengan harapan bahwa ibu hamil dapat beradaptasi
dengan baik terhadap setiap perubahan dalam kehamilan, terutama
perubahan psikologis dan juga ibu mampu melakukan stimulasi
perkembangan terhadap janin yang dikandungnya , karena ibu telah
memiliki pengetahuan yang memadai tentang kedua hal di atas. Selain itu
diharapkan ibu juga mampu secara mandiri melakukan perawatan bayi dan
juga mampu menjalankan peran ibu secara proporsional, setelah
melahirkan nanti.
Peran perawat dalam hal ini, sebagai terapis dapat membantu ibu hamil
dan keluarga untuk mempersiapkan dan melakukan terapi agar ibu hamil
mampu beradaptasi terhadap perubahan fisik, psikologis dan sosial serta
mampu melakukan stimulasi perkembangan janin, sehingga tugas
perkembangan ibu hamil dapat tercapai, janin sehat dan dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal. Ibu yang kuat akan melahirkan generasi
yang sehat.
B. Saran
1. Berdasarkan uraian-uraian diatas, sebaiknya ibu hamil diberikan
infotrmasi yang lengkap tentang perubahan dalam kehamilan dan
bagaimana mengatasinya agar ibu hamil mampu menerima kehamilan
dengan aman sehingga janin yang dikandungnya mendapat stimulasi yang
tepat, dikemudian hari akan lahir generasi yang cerdas.
2. Keluarga hendaknnya mendukung kehamilan ibu, dengan cara yang
benar dan turut berperan dalam melakukan stimulasi pada janin, agar
tumbuh kembang janin berjalan sesuai yang diharapkan.
3. Perawat spesialis jiwa sebagai terapis dalam Terapi Kelompok Terapeutik
hendaknya bisa ditempatkan di Puskesemas sehingga bisa membantu
pelaksanaan terapi ini di masyarakat secara langsung.
Universitas Indonesia
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Erikson perkembangan masa bayi ini merupakan tahap awal
mengembangkan rasa percaya terhadap orang tua. Anak yang memiliki rasa
percaya dalam dirinya cenderung untuk memiliki rasa aman dan percaya diri
untuk mengeksplorasi lingkungan yang baru. Sebaliknya anak yang tidak
memiliki rasa percaya cenderung tidak memiliki harapan harapan positif,
sehingga terjadi penyimpangan berupa rasa tidak percaya dan setelah dewasa
maka menjadi orang yang mudah curiga dan tidak mampu menjalin hubungan
baru dengan orang lain.
Soetjiningsih, 1998 menyatakan bahwa kasih sayang dari orang tua akan
menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic trust).
Ikatan batin yang erat, mesra dan selaras yang diciptakan lebih awal dan lebih
permanen sangat penting, karena :turut menentukan perilaku anak di kemudian
hari, menstimulasi perkembangan otak anak, merangsang perhatian anak
terhadap dunia luar, menciptakan kelekatan (attachment) antara ibu dan anak,
serta meningkatkan rasa kepercayaan diri anak.
Menurut Santrock (2007) rasa percaya dan rasa tidak percaya bukan hanya
muncul dan sesudah itu selesai selama tahun tahun pertama anak saja,
melainkan akan muncul kembali pada tahap tahap perkembangan berikutnya.
Faktor yang mempengaruhi rasa percaya bayi menurut Soetjiningsih, 1998
adalah factor genetik dan factor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi
lingkungan prenatal yaitu lingkungan pada waktu masih didalam kandungan
dan lingkungan post natal yaitu lingkungan setelah lahir. Yang termasuk post
natal adalah lingkungan biologis, faktor fisik, faktor psikososial, faktor
keluarga. Faktor psikososial yaitu stimulasi, stimulasi adalah kegiatan
merangsang kebutuhan dasar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.
Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus
pada setiap kesempatan.
B. Tujuan
Terapi kelompok terapeutik dilakukan oleh perawat spesialis kepada
kelompok keluarga agar keluarga mengetahui kebutuhan dan penyimpangan
perkembangan anak usia 6 12 bulan sehingga keluarga dapat memberikan
stimulasi perkembangan pada usia bayi ( 6 12 bulan ).
BAB II
PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
PADA KELUARGA DENGAN BAYI
E. Keanggotaan
Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Terapi Kelompok
Terapeutik ini adalah
1. Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan usia bayi
2. Umur kehamilan waktu bayi lahir 37 42 minggu
3. Berat badan bayi waktu lahir 2,5 Kg
4. Tinggal serumah dengan anaknya
5. Bersedia untuk berpartisipasi penuh
6. Sukarela
7. Dapat membaca dan menulis
Setiap sesi menggunakan enam metode yaitu metode pertama; diskusi terkait
pengalaman ibu mengenai topik yang akan dibahas, kedua; penjelasan dari
terapis tentang topik pembahasan, ketiga ; role model oleh terapis terkait
dengan cara melakukan stimulasi, keempat ; role play oleh ibu cara
melakukan stimulasi, kelima ; feedback terkait cara ibu dalam memberikan
stimulasi, keenam ; tindak lanjut terkait tugas yang harus dilakukan ibu
setelah terapi yaitu melatih anak dan mendokumentasikan dalam buku kerja.
Pada bab ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi kelompok
terpeutik pada masing masing sesi dan bagaimana melakukannya.
6. Tahap Kerja
1) Diskusikan dan beri kesempatan pada ibu untuk bercerita cara cara
menstimulasi psikososial
2) Jelaskan mengenai tehnik stimulasi perkembangan pada aspek
psikososial yaitu mengembangkan rasa percaya dengan bermain ciluk
ba, memanggil bayi sesuai dengan namanya, memberikan pujian jika
anak berhasil melakukan sesuatu
3) Berikan kesempatan pada ibu untuk bertanya
4) Latihan menstimulasi bayi dengan cara bermain ciluk ba
a.Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara melakukan permainan
ciluk ba
b.Ibu melakukan role play cara melakukan ciluk ba agar dapat
menimbulkan rasa percaya pada bayi
c.Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d.Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi pada
bayi
e.Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
5) Latihan menstimulasi bayi dengan cara memnggil bayi sesuai dengan
namanya
a. Terapis mendemonstrasikan kepada ibu cara memanggil bayi
sesuai dengan namanya
b. Ibu melakukan role play cara memanggil nama bayi sesuai
dengan namanya agar tumbuh rasa percaya pada anak
c. Terapis memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
mengenai hal hal yang tidak jelas
d. Berikan pujian atas kemampuan ibu dalam melakukan stimulasi
pada bayi
e. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mencoba
f. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan oleh ibu dalam memberikan stimulasi
7. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
b. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a. Menganjurkan pada ibu untuk mencoba melatih dirumah gerakan
halus dan kasar, kognitif, bahasa, emosional, kepribadian, moral,
spiritual dan psikososial minimal 1 kali
b. Memasukan kegiatan stimulasi motorik, kognitif, bahasa,
emosional, kepribadian, moral, spiritual, dan psikososial pada
buku kerja
3) Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
berbagi pengalaman setelah mencoba memberikan stimulasi
perkembangan pada bayi.
6. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Terapis menulis perkembangan bayi, kemampuan menstimulasi motorik ,
kognitif, bahasa, emosional, kepribadian, moral, spiritual, psikososial
pada bayi
SESI VII : Sharing Persepsi tentang Stimulasi Bayi yang telah dilakukan
1. Tujuan
a. Anggota kelompok mampu untuk berbagi pengalaman dalam memberikan
stimulasi perkembangan yang telah dipelajari selama sesi 1 6
b. Ibu mampu memahami pentingnya stimulasi perkembangan pada bayi
2. Setting
a. Terapis dan ibu serta bayi duduk bersama
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Buku kerja dan rapot
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
i. Membuat kontrak dengan ibu dan bayi
ii. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada ibu dan bayi
2) Evaluasi/Validasi
a) Menanyakan perasaan ibu
b) Meminta ibu bersama sama membuka buku kerja dan menanyakan
tambahan apakah ada tambahan tugas perkembangan rasa percaya
yang sudah dicapai bayi
c) Menanyakan kegiatan melatih kemampuan gerakan kasar, gerakan
halus, kognitif, bahasa, emosional, kepribadian, moral, spiritual
dan psikososial yang sudah dilatih
3) Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berbagi pengalaman tentang
cara memberikan stimulasi perkembangan yang telah dipelajari
b. Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada ibu dan bayi yang
ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan 90 menit, setiap ibu dan bayi
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c. Tahap Kerja
Mengevaluasi seluruh kemampuan yang sudah dilakukan oleh ibu
1. Beri kesempatan pada ibu untuk mengungkapkan pendapat mengenai
ciri ciri perkembangan rasa percaya dan ciri ciri penyimpangan rasa
percaya
2. Mengevaluasi kemampuan motorik
a) Menayakan apa saja yang sudah dilakukan ibu dalam
menstimulasi gerakan kasar dan halus pada bayi
b) Menanyakan hasil setelah memberikan stimulasi
c) Memberikan pujian dan yang belum jelas dilatih ulang lagi
3. Mengevaluasi latihan kemampuan motorik
a) Menayakan apa saja yang sudah dilakukan ibu dalam
menstimulasi gerakan kognitif dan bahasa pada bayi
b) Menanyakan hasil setelah memberikan stimulasi
c) Memberikan pujian dan yang belum jelas dilatih ulang lagi
4. Mengevaluasi latihan kemampuan kognitif dan bahasa
a) Menayakan apa saja yang sudah dilakukan ibu dalam
menstimulasi kognitif dan bahasa pada bayi
b) Menanyakan hasil setelah memberikan stimulasi
c) Memberikan pujian dan yang belum jelas dilatih ulang lagi
5. Mengevaluasi latihan kemampuan emosional dan kepribadian
a) Menayakan apa saja yang sudah dilakukan ibu dalam
menstimulasi emosional dan kepribadian pada bayi
b) Menanyakan hasil setelah memberikan stimulasi
c) Memberikan pujian dan yang belum jelas dilatih ulang lagi
6. Mengevaluasi latihan kemampuan moral dan spiritual
a) Menayakan apa saja yang sudah dilakukan ibu dalam
menstimulasi aspek moral dan spiritual pada bayi
b) Menanyakan hasil setelah memberikan stimulasi
c) Memberikan pujian dan yang belum jelas dilatih ulang lagi
7. Mengevaluasi latihan kemampuan psikososial
a) Menayakan apa saja yang sudah dilakukan ibu dalam
menstimulasi psikososial pada bayi
b) Menanyakan hasil setelah memberikan stimulasi
c) Memberikan pujian dan yang belum jelas dilatih ulang lagi
8. Berikan kesimpulan tentang stimulasi perkembangan yang telah
dibahas dan motivasi anggota kelompok untuk saling memberikan
stimulasi perkembangan pada bayinya.
d. Tahap Terminasi
1. Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
b) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2. Tindak Lanjut
a) Menganjurkan pada ibu untuk selalu memberikan stimulasi pada bayi
b) Minta ibu untuk membagi pengalaman dengan ibu yang lain
c) Mengajak ibu yang mempunyai bayi usia bayi untuk memberikan
stimulasi perkembangan
3. Kontrak akan datang
a) Mengakhiri kontrak pertemuan, kesepakatan akan dibuat kembali jika
diperlukan
6. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Terapis menulis perkembangan bayi, kemampuan menstimulasi motorik ,
kognitif, bahasa, emosional, kepribadian, moral, spiritual, psikososial
dan sharing pengalaman tentang stimulasi bayi
TKT PADA PRA ANAK SEKOLAH
BAB I
PENDAHULUAN
C. Latar belakang
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia
seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang
dilakukan sedini mungkin sejak anak masih dalam kandungan. Upaya
kesehatan yang dilakukan sejak anak masih dalam kandungan sampai lima
tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh
kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki
intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya (Depkes, 2007)
Perkembangan anak dipengaruhi berbagai faktor yang satu sama lain saling
mempengaruhi, antara lain : stimulasi yang diterima anak sejak bayi,
kematangan anak pada saat menerima stimulasi, sifat-sifat bawaan dari anak,
sikap orang tua terhadap anak atau bayi dan interaksi antara orang tua
terhadap anak ( Maimunah, 2001)
Stimulasi merupakan rangsangan yang diberikan kepada anak oleh
lingkungan, khususnya ibunya, agar anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Stimulasi dapat diberikan setiap ada kesempatan bersama
anak melalui kegiatan rumah tangga ataupun di luar rumah tangga.
D. Tujuan
Terapi Kelompok Terapeutik (TKT) dilakukan oleh perawat spesialis kepada
kelompok keluarga agar keluarga mengetahui kebutuhan dan penyimpangan
perkembangan anak usia pra sekolah (3-6 tahun ) sehingga dapat memberikan
stimulasi perkembangan pada anak usia pra sekolah
BAB II
PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
PADA KELUARGA DENGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH
F. Keanggotaan
Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Terapi Kelompok
Terapeutik
ini adalah
1. Orang tua (ibu) yang memiliki anak usia pra sekolah (3-4,5 tahun)
2. Tinggal serumah dengan anaknya
3. Bersedia untuk berpartisipasi penuh
4. Sukarela
5. Dapat membaca dan menulis
G. Waktu pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik
Waktu pelaksanaan disesuaikan dengan kesepakatan kelompok. Terapi
Kelompok Terapeutik (TKT) dilakukan sebanyak tujuh sesi yang terdiri dari
sesi satu : konsep stimulasi inisiatif, sesi dua : stimulasi motorik kasar dan
halus, sesi tiga : stimulasi kognitif dan bahasa, sesi empat : stimulasi emosi
dan kepribadian, sesi lima : stimulasi moral dan spiritual, sesi enam :
stimulasi psikososial, sesi tujuh : sharing pengalaman. Pertemuan sesi satu
dan sesi tujuh dilaksanakan masing-masing satu kali pertemuan, sedangkan
sesi dua sampai sesi enam dilaksanakan masing-masing sebanyak dua kali
pertemuan, setiap pertemuan dilakukan dalam satu hari selama enam puluh
sampai sembilan puluh menit, sehingga terapi dilaksanakan dalam lima
minggu dengan dua belas kali pertemuan tiap kelompok untuk memberikan
kesempatan bagi orang tua memberikan stimulasi pada anaknya
H. Tempat pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik
Tempat pelaksaanaan terapi ini menggunakan setting komunitas dapat
dilakukan di rumah salah satu keluarga, balai pertemuan, ataupun sarana
lainnya yang tersedia di masyarakat seperti Posyandu.
Pada bab ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi kelompok
terpeutik pada masing masing sesi dan bagaimana melakukannya.
c. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan ibu dan anak setelah
mengikuti kegiatan
b) Terapis menanyakan kembali hal-hal yang telah dipelajari
c) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
c) Menganjurkan pada ibu untuk mencoba melatih aspek
motorik kasar dan halus pada anak di rumah minimal satu
kali setiap hari
d) Memasukkan kegiatan stimulasi motorik kasar dan halus
pada buku kerja
e) Meminta ibu mencari cara yang tepat untuk melatih aspek
kognitif dan bahasa untuk didiskusikan pada pertemuan
yang akan datang
3) Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang
yaitu mengenai tehnik stimulasi perkembangan anak pada aspek
kognitif dan bahasa
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan peserta (ibu dan anak)
2) Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada orang tua dan anak
2) Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan ibu dan anak
Menanyakan kembali pemahaman orang tua mengenai stimulasi
perkembangan yang dibutuhkan anak
Meminta ibu bersama-sama membuka buku kerja dan menanyakan
apakah ada tambahan tugas perkembangan inisiatif yang sudah
dicapai anak dan kegiatan melatih kemampuan motorik anak
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu stimulasi perkembangan untuk
merangsang perkembangan aspek kognitif (mengelompokkan
benda berdasarkan ukuran dan bentuk, mengenal warna, bercerita
dengan fantasi) dan bahasa (bercerita dengan kalimat lengkap,
menyebutkan nama-nama hari dan bulan, mengikuti tiga perintah)
Menjelaskan tata tertib terapi, yaitu: lama kegiatan 60 - 90 menit,
setiap ibu dan anak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai,
jika ada ibu dan anak yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta izin pada fasilitator/ terapis
c. Tahap Kerja
1) Diskusikan dan beri kesempatan pada orang tua untuk
mengungkapkan pendapat mengenai perkembangan aspek kognitif
dan bahasa usia pra sekolah dan cara melakukan stimulasi
2) Jelaskan mengenai teknik stimulasi perkembangan pada aspek
kognitif : mengajarkan pada keluarga untuk melatih anak
mengelompokkan benda berdasarkan bentuk, ukuran, melatih anak
mengenal 4 warna atau lebih, melatih anak bercerita dengan
fantasi, sedangkan pada aspek bahasa : melatih anak bercerita
dengan menggunakan kalimat lengkap (3-4 kata), melatih anak
menyebutkan nama-nama hari dalam seminggu, nama-nama bulan,
dan melatih anak mengikuti tiga perintah sekaligus
3) Berikan kesempatan pada orang tua untuk bertanya
4) Latih kemampuan ibu cara mengelompokkan benda berdasarkan
bentuk dan ukuran kepada anak:
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah dapat
mengelompokkan benda berdasarkan bentuk bangun (persegi, segi
tiga, bulat) dan ukuran (besar kecil)
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah dapat mengelompokkan benda berdasarkan
bentuk dan ukuran
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan ibu dan anak setelah mengikuti
kegiatan
b. Terapis menanyakan kembali hal-hal yang telah dipelajari
c. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a. Menganjurkan pada orang tua untuk melatih aspek kognitif dan
bahasa pada anak di rumah minimal satu kali perhari
b. Memasukkan kegiatan stimulasi kognitif dan bahasa pada buku
kerja
c. Meminta ibu mencari cara yang tepat untuk melatih aspek emosi
dan kepribadian untuk didiskusikan pada pertemuan yang akan
datang
3) Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
mengenai tehnik stimulasi perkembangan anak pada aspek emosi
dan kepribadian.
Latih kemampuan ibu cara melatih anak berani tampil di depan umum:
a) Terapis memodelkan/ mendemonstrasikan kepada ibu cara
melakukan stimulasi agar anak pra sekolah mampu tampil
(bernyanyi) di depan umum
b) Ibu melakukan role play/ redemonstrasi cara melakukan stimulasi
agar anak pra sekolah mampu tampil di depan umum
c) Terapis memberi kesempatan kepada ibu untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas
d) Terapis memberikan pujian dan umpan balik kepada ibu dan anak
5) Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas.
e. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan ibu dan anak setelah mengikuti
kegiatan
b) Terapis menanyakan kembali hal-hal yang telah dipelajari
c) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan pada orang tua melatih aspek emosi dan kepribadian
pada anak di rumah minimal satu kali perhari
b) Memasukkan kegiatan stimulasi aspek emosi dan kepribadian pada
buku kerja
c) Meminta ibu mencari cara yang tepat untuk melatih aspek moral
dan spiritual untuk didiskusikan pada pertemuan yang akan datang
3) Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
mengenai teknik stimulasi perkembangan anak pada aspek moral dan
spiritual
f. Evaluasi dan Dokumentasi
Mendokumentasikan hasil pelaksanaan sesi empat pada buku raport.
e. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan ibu dan anak setelah mengikuti
kegiatan
b) Terapis menanyakan kembali hal-hal yang telah dipelajari
c) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan pada ibu untuk melatih aspek moral dan spiritual pada
anak di rumah minimal satu kali perhari
b) Memasukkan kegiatan stimulasi moral dan spiritual pada buku kerja
c) Meminta ibu memikirkan cara melatih aspek psikososial anak untuk
didiskusikan pada pertemuan yang akan datang
3) Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu mengenai
stimulasi perkembangan aspek psikososial pada anak.
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan ibu dan anak setelah mengikuti
kegiatan
b) Terapis menanyakan kembali hal-hal yang telah dipelajari
c) Terapis memberikan pujian kepada
kelompok
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan pada orang tua untuk mencoba untuk menstimulasi
aspek psikososial pada anak pada setiap kesempatan
b) Memasukkan kegiatan stimulasi aspek psikososial pada buku kerja
c) Meminta ibu memikirkan manfaat yang dirasakan dan hambatan
yang ditemukan dalam melatih perkembangan anak dari sesi satu
sampai enam untuk didisksikan pada pertemuan yang akan datang
3) Kontrak yang akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan datang yaitu
berbagi pengalaman setelah mencoba memberikan stimulasi
perkembangan pada anak.
SESI VII : Sharing persepsi tentang stimulasi anak yang telah dilakukan
1. Tujuan
Peserta mampu :
c. Berbagi pengalaman dalam memberikan stimulasi perkembangan yang
telah dipelajari selama sesi 1 6.
d. Memahami pentingnya stimulasi perkembangan pada usia pra sekolah
2. Setting
a. Terapis dan peserta (ibu dan anak) duduk bersama
b. Tempat yang nyaman dan tenang
3. Alat
a. Buku kerja keluarga tentang stimulasi perkembangan dari berbagai aspek
perkembangan
b. Buku raport
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1. Mengingatkan kontrak dengan peserta (ibu dan anak)
2. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada ibu dan anak
2) Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan ibu dan anak
Menanyakan kembali pemahaman ibu mengenai stimulasi
perkembangan yang telah dipelajari pada sesi 1 - 6
Menanyakan tehnik-tehnik untuk stimulasi perkembangan yang
telah diberikan pada anak
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berbagi pengalaman tentang
cara memberikan stimulasi perkembangan yang telah dipelajari
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : lama kegiatan 60 90 menit,
setiap ibu dan anak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai,
jika ada ibu dan anak yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta izin pada fasilitator/ terapis
c. Tahap kerja
1) Beri kesempatan pada ibu untuk mengungkapkan pendapat mengenai
stimulasi perkembangan yang dipelajari
2) Tanyakan pada orang tua tentang stimulasi perkembangan yang telah
diberikan pada anak, hambatan yang ditemukan
3) Berikan kesempatan pada orang tua untuk berbagi pengalaman tentang
manfaat yang didapatkan setelah mencoba memberikan stimulasi
perkembangan pada anaknya
4) Berikan kesempatan pada orang tua untuk bertanya tentang hal hal
yang masih belum dipahami
5) Berikan kesempatan anggota kelompok untuk berbagi dan saling
memberi masukan tentang tehnik tehnik dalam memberikan
stimulasi perkembangan yang selama ini dilakukan
6) Beri kesempatan pada anggota kelompok untuk menyampaikan
dampak jika anak tidak diberikan stimulasi perkembangan
7) Beri pujian/penghargaan atas kemampuan anggota kelompok dalam
menjawab dan berbagi pengalaman
8) Berikan kesimpulan tentang stimulasi perkembangan yang telah
dibahas dan motivasi anggota kelompok untuk saling memberikan
stimulasi perkembangan pada anaknya.
a. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
b) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan pada orang tua untuk selalu memberikan stimulasi
pada anak, memberikan pujian bila berhasil dan senantiasa
mendorong anak bila belum mampu
b) Mengajak orang tua luntuk membagi pengalaman pada orang tua
lain yang mempunyai anak usia pra sekolah mengenai stimulasi
perkembangan
3) Kontrak akan datang
b) Mengakhiri kontrak pertemuan, kesepakatan akan dibuat kembali
jika diperlukan
A. Simpulan
Setiap anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang sesuai keunikan dan
potensi yang dimiliki. Banyak orang tua yang hanya disibukkan dengan upaya
meningkatkan pertumbuhan anak tetapi mengabaikan perkembangan terutama
perkembangan jiwa anak. Padahal untuk menjadi anak yang berkompeten
tidak cukup hanya memiliki tubuh yang sehat tetapi juga harus ditunjang oleh
perkembangan yang sesuai dengan usia. Banyak cara yang bisa dilakukan
untuk melejitkan potensi yang dimiliki anak, antara lain melalui stimulasi dari
keluarga, karena waktu anak paling banyak adalah bersama keluarga di rumah.
B. Saran
4. Berdasarkan uraian-uraian diatas, terapi stimulasi sebaiknya dilakukan
sesuai dengan perkembangan usia anak, dengan memperhartikan alat
permainan yang digunakan serta cara bermainnya.
5. Keluarga hendaknnya melakukan stimulasi secara terus menerus dan
berkesinambungan untuk mencapai perkembangan yang optimal
6. Perawat spesialis jiwa sebagai terapis dalam Terapi Kelompok Terapeutik
hendaknya bisa ditempatkan di Puskesemas sehingga bisa membantu
pelaksanaan terapi ini di masyarakat secara langsung, maupun pelayanan
anak usia dini lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Clunn, (1991). Child psychiatric nursing. Philadelphia : Mosby Years Book Inc
Depkes RI. (2007) Stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di
tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta
Hamid, A.Y.S. (2009) Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta
: EGC
Keliat & Akemat (2005). Keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok. Jakarta:
EGC.
Potter, P.A. & Perry,A.G. (2005). Fundamental of nursing : concept, process, and
practice. Philadelphia : Mosby Years Book Inc.
Somantri, T.S. (2007) Psikologi anak luar biasa. Bandung : PT Refika Aditama
Stuart, G.W & Laraia, M.T (2005). Principles and practice of psychiatric nursing.
(7th edition). St Louis : Mosby Year Book Inc
Wong, D.L. (2004). Nursing care of infant and children. Texas: Mosby Year
Book Inc
Yasmira, H. (2009) Ayo ajarkan anak seks. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
MODUL
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
ANAK USIA SEKOLAH
Oleh:
Tim Penyusun
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
DEPOK
2013
LAPORAN PENDAHULUAN
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK : ANAK SEKOLAH
1. Pengertian
Pengertian kelompok dalam terapi kelompok terapeutik adalah
individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lainnya,
saling ketergantungan dan mempunyai norma yang sama (Stuart
& Laraia, 2005). Terapi kelompok terapeutik merupakan salah
satu jenis dari terapi kelompok yang memberi kesempatan
kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling
membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara
menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang akan
dihadapi dengan mengajarkan cara yang efektif untuk
mengendalikan stres. Kelompok terapeutik lebih berfokus pada
hubungan didalam kelompok, interaksi antara anggota kelompok
dan mempertimbangkan isu yang selektif (Townsend, 2009).
6. Keanggotaan
Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Terapi
Kelompok Terapeutik ini adalah:
a. Anak dengan usia sekolah.
b. Bersedia untuk berpartisipasi penuh
c. Sukarela
d. Dapat membaca dan menulis
e. Tidak cacat fisik dan mental.
Bab tiga ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi
kelompok terpeutik pada masing masing sesi dan bagaimana
melakukannya.
3.1.4 Tujuan
Anak mampu menyebutkan ciri perkembangan yang
dimiliki.
3.1.5 Setting
3.1.5.1 Terapis anak duduk bersama secara melingkar
3.1.5.2 Tempat yang nyaman dan tenang
3.1.6 Alat
Buku kerja dan buku evaluasi
3.1.7 Metode
Metode dalam sesi ini adalah dinamika kelompok, diskusi
dan tanya jawab.
3.1.8 Langkah Kegiatan
3.1.8.1 Persiapan
a. Melakukan seleksi peserta di sekolah
b. Membuat kontrak dengan anak.
c. Mempersiapkan alat dan tempat untuk
melakukan stimulasi perkembangan
3.1.8.2 Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada anak
Perkenalkan nama dan nama panggilan
terapis (pakai papan nama)
Menanyakan nama dan nama panggilan
anak
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anak saat ini
Menanyakan pengalaman dalam
melaksanakan tugas perkembangan anak
usia sekolah.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
memberikan informasi dan berbagi
pengalaman antar anggota kelompok
tentang cara menstimulasi kemampuan
perkembangan anak usia sekolah. Terapi ini
terdiri dari tujuh sesi, duabelas kali
pertemuan, lama kegiatan 45 menit.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika
ada anak yang ingin meninggalkan
kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator (terapis), setiap anak mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai.
b. Tindak Lanjut
Buku dibaca dirumah lalu di cek apakah
ada yang berubah atau bertambah ciri yang
sudah didapat.
c. Kontrak akan datang
Menyepakati waktu, tempat dan topik yang
akan datang yaitu cara melatih motorik atau
gerakan perkembangan anak pada aspek
motorik.
3.2.3 Tujuan
3.2.3.1 Anak mampu menyebutkan stimulasi
perkembangan yang sudah dilakukan oleh anak
untuk merangsang aspek motorik.
3.2.3.2 Anak mampu mempraktekkan stimulasi
perkembangan aspek motorik.
3.2.4 Setting
3.2.4.1 Terapis dan anak duduk bersama.
3.2.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang
3.2.5 Alat
3.2.5.1 Lompat tali atau karet: alat yang digunakan adalah
tali dan atau beberapa karet gelang yang sudah di
ikat menjadi satu.
3.2.5.2 Permainan engklek: alat yang di gunakan adalah
spidol whiteboard, untuk membuat lingkaran atau
kotak yang akan digunakan sebagai lompatan
anak.
3.2.5.3 Permainan menangkap dan melempar bola: alat
yang digunakan adalah bola kecil.
3.2.5.4 Latihan menulis tulisan sambung: alat yang
digunakan adalah buku tulis bergaris dan pencil.
3.2.5.5 Permainan memotong kertas bergambar: alat yang
digunakan adalah gunting dan kertas gambar yang
sudah berpola.
3.2.5.6 Menggambar atau melukis: alat yang digunakan
adalah buku gambar dan pencil warna.
3.2.5.7 Buku evaluasi.
3.2.5.8 Buku kerja.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu latihan
motorik atau gerakan yang menggunakan
badan agar anak mampu bergerak kesegala
arah, melatih otot untuk bergerak
keseimbangan dan supaya mampu berlomba
dalam kelompok. Anak membuka buku
kerja dan melihat kegiatan yang akan di
latih peda pertemuan sesi dua ini.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu: Jika
ada anak yang ingin meninggalkan
kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan 45 menit
setiap anak mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai.
3.2.7.3 Tahap Kerja.
a. Diskusikan dengan anak tentang ciri
perkembangan yang sudah didapat tambahan
dari pertemuan sebelumnya dan minta anak
untuk mengisi ke dalam buku kerja dan
berikan kesempatan kepada anak untuk
berbagi pengalaman dengan apa yang sudah
dilakukan atau jika masih ada yang belum di
mengerti dari pertemuan sebelumnya
mengenai ciri perkembangan anak usia
sekolah.
b. Mendiskusikan kegiatan motorik yang sudah
pernah dikakukan anak seperti: lompat tali,
main engklek, menangkap dan melempar bola,
menulis tulisan sambung, menggungting
kertas berpola, menggambar dan melukis.
c. Permainan Lompat tali atau karet.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
lompat tali atau karet, tujuan dari lompat
tali adalah untuk melatih gerak badan
secara keseluruhan dan melalukan kerja
sama antara badan dan pikiran, supaya anak
dapat menghasilkan kemenangan.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara melakukan lompat tali atau lompat
karet. Pertama bagi anak dalam dua
kelompok, kelompok pertama menjadi
pemaain pertama, kemudian kelompok ke
dua yang menjadi pemegang karet dua
orang, dimana kelompok pertama
melompati karet terlebih dahulu, juka tidak
dapat melompoti karet maka akan kalah,
dan siapa yang paling tinggi melompati
karet kelompok tersebut yang akan menang.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis
dalam kelompok.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
d. Permainan engklek.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan engklek yaitu dengan melompat
pada kotak yang sudah tersedia, melompat
dengan cara membuka dan menutup kaki
dengan sempurna, dan melompat dengan
satu kaki.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara melakukan permainan engklek. Bagi
anak dalam dua lompok, kelompok pertama
yang akan menjaga garis, dan kelompok
dua menjadi pemain pertama. Kemudian
buat beberapa kotak sesuai permaian. Jika
ada yang mengenai garis maka akan
berganti pemain, siapa yang pertama
mencapai petak paling ujung kelompok
tersebut yang akan menang. Permainan ini
menggunakan alat berupa batu berukuran
lima kali lima centimeter sebagai alat yang
digunakan dan dilempar sesuai kotak yang
diinginkan.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis
dalam kelompok.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil melakukan
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
e. Permainan menangkap dan melempar bola.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan menangkap dan melempar bola
yaitu dengan menangkap bola terlebih
dahulu kemudian melempar bola kepada
lawan yang ada didepan, dengan
menggunakan setting melingkar.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara melakukan permainan menangkap dan
melempar bola yaitu pertama-tama terapis
membentuk dua kelompok dan saling
berhadapan antara kelompok yang satu
dengan yang lain dengan jarak
menyesuaikan dengan kondisi tempat
bermain, terapis berada ditengah kedua
kelompok, kemudian terapi melempar bola
kepada salah satu anak, dan anak tersebut
melanjutkan melempar kepada anak yang
lain sampai semua anak mendapat giliran.
Bola dilempar dengan menggunakan atau
menggerakkan kedua tangan, bila bola tidak
dapat di tangkap maka nilai atau poin akan
bertambah pada pihak lawan, dan bila bola
dilempar tidak sampai pada pihak lawan
maka nilai akan bertambah pada lawan
main.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis
dalam kelompok.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil melakukan
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
f. Permainan tulisan sambung.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan tulisan sambung yaitu dengan
mengikuti garis yang sudah ada dan
menulis didalam batas garis dengan tulisan
sambung.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara melakukan permainan menulis tulisan
sambung.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan dengan baik dan dengan tulisan
yang rapi, kemudian berikan nilai pada
masing-masing anak sesuai dengan hasil
yang dicapai menurut terapis. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan semangat
dan kemauan anak dalam melaksanakan
tugasnya.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil melakukan
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan.
g. Permainan menggungting kertas dengan
mengikuti pola.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan menggungting kertas dengan
mengikuti pola yang ada, menggunting
kertas dengan mengikuti garis.
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara melakukan permainan menggunting
kertas yang sudah ada.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil melakukan
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
h. Permainan melukis atau menggambar.
Jelaskan kepada anak cara melakukan
permainan melukis atau menggambar sesuai
dengan keinginan anak
Berikan kesempatan pada anak untuk
bertanya.
Berikan contoh kepada anak bagaimana
cara melakukan permainan melukis atau
menggambar.
Minta anak satu persatu untuk melakukan
apa yang sudah dicontohkan oleh terapis.
Berikan nilai pada masing-masing anak
sesuai dengan hasil yang dicapai menurut
terapis, dan usahakan memberikan nilai
yang baik.
Berikan pujian bagi anak yang berhasil
melakukan.
Berikan dorongan bagi anak yang belum
berhasil melakukan.
Berikan umpan balik.
Berikan kesimpulan
i. Berikan kesimpulan tentang stimulasi
perkembangan pada aspek motorik yang telah
dibahas.
3.3.3 Tujuan
3.3.3.1 Anak mampu menyebutkan stimulasi
perkembangan yang diberikan untuk merangsang
aspek kognitif dan bahasa.
3.3.3.2 Anak mampu menstimulasi perkembangan aspek
kognitif dan bahasa.
3.3.4 Setting
3.3.4.1 Terapis dan anak duduk bersama
3.3.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang
3.3.5 Alat
3.3.5.1 Beberapa bentuk benda seperti lingkaran, kotak,
segitiga.
3.3.5.2 Buku kerja dan buku evaluasi
3.3.5.3 Cerita pendek yang telah disusun oleh terapis.
3.3.5.4 Teka-teki silang yang di modifikasi oleh terapis.
3.3.6 Metode
Metode yang digunakan dalam sesi ini adalah dinamika
kelompok, diskusi, tanya jawab dan role play.
3.3.7 Langkah Kegiatan
3.3.7.1 Persiapan
c. Membuat kontrak dengan anak.
d. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
3.3.7.2 Orientasi
a. Salam terapeutik : Salam dari terapis kepada
anak
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anak.
Membuka buku kerja, cek kembali apa
yang sudah dilakukan selama dirumah.
Apakah sudah ada tambahan yang
dilakukan oleh anak terkait dengan sesi satu
dan sesi dua yaitu ciri perkembangan dan
pergerakan tubuh sesuai dengan sesi dua.
Berikan pujian kepada anak yang sudah
melakukan di rumah.
Beri motivasi kepada anak yang belum
mampu melakukan.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
stimulasi perkembangan untuk merangsang
perkembangan aspek berpikir dan
berbicara.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu: Jika
ada anak yang ingin meninggalkan
kelompok harus meminta ijin pada
fasilitator/terapis, lama kegiatan
empatpuluh lima menit.
3.4.3 Tujuan
3.4.3.1 Anak mampu menyebutkan stimulasi yang
diberikan pada anak untuk merangsang aspek
emosi dan kepribadian.
3.4.3.2 Anak mampu melatih stimulasi perkembangan
emosi dan kepribadian usia anak sekolah.
3.4.4 Setting
3.4.4.1 Terapis dan anak duduk bersama
3.4.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang
3.4.5 Alat
Alat yang dipergunakan dalam sesi ini adalah buku kerja
dan buku evaluasi
3.4.6 Metode
Metode yang digunakan pada sesi ini adalah dinamika
kelompok, diskusi, tanya jawab, role play
3.4.7 Langkah Kegiatan
3.4.7.1 Persiapan
g. Membuat kontrak dengan anak.
h. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi.
3.4.7.2 Orientasi
a. Salam terapeutik yaitu salam dari terapis
kepada anak
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anak
Membuka buku kerja, cek kembali apa
yang sudah dilakukan selama di rumah.
Apakah sudah ada tambahan yang
dilakukan untuk mengisi sesi satu dan sesi
dua yaitu ciri perkembangan, pergerakan
tubuh, berpikir dan berbicara. Jika sudah
ada isi kembali ke dalam buku kerja.
Berikan pujian pada anak yang sudah
melakukan.
Berikan motivasi untuk mengulang pada
anak yang belum bisa melakukan.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
stimulasi perkembangan pada aspek emosi
dan kepribadian.
Menjelaskan peraturan terapi: Jika ada anak
yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta ijin pada terapis, lama kegiatan 45
menit.
3.5.3 Tujuan.
3.5.3.1 Anak mampu menyebutkan stimulasi yang
diberikan pada anak untuk merangsang aspek
moral dan spiritual.
3.5.3.2 Anak mampu melatih stimulasi perkembangan
moral dan spiritual usia anak sekolah.
3.5.4 Setting
3.5.4.1 Terapis dan anak duduk bersama
3.5.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang
3.5.5 Alat
Metode yang digunakan adalah buku kerja dan buku
evaluasi, dan kitab suci.
3.5.6 Metode
Metode dalam sesi ini adalah : dinamika kelompok,
diskusi, tanya jawab dan role play.
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anak.
Membuka buku kerja, cek kembali apa
yang sudah dilakukan selama di rumah.
Apakah sudah ada tambahan yang
dilakukan untuk mengisi sesi satu dan sesi
dua, sesi tiga dan sesi empat yaitu ciri
perkembangan, pergerakan tubuh, berpikir
dan berbicara, mengendalikan emosi dan
kepribadian. Jika sudah ada isi kembali
kedalam buku kerja.
Berikan pujian pada anak yang sudah
melakukan.
Berikan motivasi untuk mengulang pada
anak yang belum bisa melakukan.
c. Kontrak.
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
stimulasi perkembangan pada aspek moral
dan spiritual.
Menjelaskan peraturan terapi: jika ada anak
yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta ijin pada terapis, lama kegiatan 45
menit, setiap anak mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai.
3.6.3 Tujuan
3.6.3.1 Anak mampu menyebutkan stimulasi yang
dilakukan untuk merangsang perkembangan aspek
psikososial
3.6.3.2 Anak mampu mempraktekkan stimulasi
perkembangan aspek psikososial pada anak yang
lain.
3.6.4 Setting
3.6.4.1 Terapis serta anak duduk bersama
3.6.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang.
3.6.5 Alat
Alat yang dipergunakan adalah buku kerja dan buku
evaluasi
3.6.6 Metode
Metode yang digunakan adalah dinamika kelompok,
diskusi dan tanya jawab, role plays
3.7.3 Tujuan
3.7.3.1 Anggota kelompok mampu untuk berbagi
pengalaman dalam memberikan stimulasi
perkembangan yang telah dipelajari selama sesi
16.
3.7.3.2 Anak mampu memahami stimulasi perkembangan
pada usia anak sekolah.
3.7.4 Setting
Terapis dan anak duduk bersama, tempat yang nyaman dan
tenang
3.7.5 Alat
Alat yang digunakan dalan sesi ini adalah buku kerja dan
buku evaluasi.
3.7.6 Metode
Metode diskusi dalan sesi ini adalah dinamika kelompok,
diskusi dan tanya jawab.
Bab empat ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi
kelompok terpeutik pada masing masing sesi dan bagaimana
melakukannya pada orang tua dan guru dalam melakukan pengamatan
dan pendampingan anak.
4.1.4 Tujuan
Orang tua dan guru mampu mengamati dan mendampingi
anak dalam menstimulasi ciri perkembangan yang dimiliki
anak.
4.1.5 Setting
4.1.5.1 Terapis, orang tua dan guru duduk bersama secara
melingkar.
4.1.5.2 Tempat yang nyaman dan tenang
4.1.6 Alat
Buku kerja dan buku evaluasi orang tua dan guru.
4.1.7 Metode
Metode dalam sesi ini adalah dinamika kelompok, diskusi
dan tanya jawab.
4.1.8.2 Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada orang tua dan
anak.
Perkenalkan nama dan nama panggilan
terapis (pakai papan nama)
Menanyakan nama dan nama panggilan
orang tua dan guru.
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan orang tua dan guru
saat ini
Menanyakan pengalaman dalam
menstimulasi tugas perkembangan anak
usia sekolah.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
memberikan informasi dan berbagi
pengalaman antar anggota kelompok
tentang cara menstimulasi kemampuan
perkembangan anak usia sekolah. Terapi ini
terdiri dari tujuh sesi, duabelas kali
pertemuan, lama kegiatan 45 menit.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika
ada orang tua dan guru yang ingin
meninggalkan kelompok harus meminta ijin
pada fasilitator (terapis), setiap orang tua
dan guru mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai.
4.2.3 Tujuan
4.2.3.1 Orang tua dan guru mampu menyebutkan,
stimulasi perkembangan yang sudah dilakukan
oleh anak untuk merangsang aspek motorik.
4.2.3.2 Orang tua dan guru mampu mengamati dan
mendampingi anak dalam stimulasi
perkembangan oleh anak untuk merangsang aspek
motorik.
4.2.4 Setting
4.2.4.1 Terapis, orang tua dan guru duduk bersama.
4.2.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang.
4.2.5 Alat
4.2.5.1 Buku evaluasi orang tua dan guru.
4.2.5.2 Buku kerja orang tua dan guru.
4.3.3 Tujuan
Orang tua dan guru mampu mengamati dan mendampingi
anak dalam menstimulasi perkembangan aspek kognitif
dan bahasa anak.
4.3.4 Setting
4.3.4.1 Terapis, orang tua dan guru duduk bersama
4.3.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang
4.3.5 Alat
Buku kerja dan buku evaluasi
4.3.6 Metode
Metode yang digunakan dalam sesi ini adalah dinamika
kelompok, diskusi dan tanya jawab.
4.4.3 Tujuan
Orang tua dan guru mampu mengamati dan mendampingi
anak dalam menstimulasi ciri perkembangan aspek emosi
dan kepribadian.
4.4.4 Setting
4.4.4.1 Terapis orang tua dan guru duduk bersama
4.4.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang
4.4.5 Alat
Buku kerja dan buku evaluasi orang tua dan guru
4.4.6 Metode
Metode yang digunakan pada sesi ini adalah dinamika
kelompok, diskusi dan tanya jawab
4.5.3 Tujuan.
Orang tua dan guru mampu mengamati dan mendampingi
anak dalam menstimulasi aspek moral dan spiritual.
4.5.4 Setting
4.5.4.1 Terapis, orang tua dan guru duduk bersama
4.5.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang
4.5.5 Alat
Metode yang digunakan adalah buku kerja dan buku
evaluasi.
4.5.6 Metode
Metode dalam sesi ini adalah : dinamika kelompok, diskusi
dan tanya jawab.
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan orang tua dan guru.
Membuka buku kerja, cek kembali apa
yang sudah dilakukan selama di
rumah/sekolah. Apakah sudah ada
tambahan yang dilakukan untuk mengisi
sesi satu dan sesi dua, sesi tiga dan sesi
empat yaitu ciri perkembangan, pergerakan
tubuh, berpikir dan berbicara,
mengendalikan emosi dan kepribadian. Jika
sudah ada isi kembali ke dalam buku kerja.
Berikan pujian pada orang tua dan guru
yang sudah melakukan.
c. Kontrak.
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
stimulasi perkembangan pada aspek moral
dan spiritual.
Menjelaskan peraturan terapi: jika ada
orang tua dan guru yang ingin
meninggalkan kelompok, harus meminta
ijin pada terapis, lama kegiatan 45 menit,
setiap anak mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai.
4.6.3 Tujuan
Orang tua dan guru mampu mengamati dan mendampingi
anak dalam menstimulasi perkembangan aspek psikososial
pada anak.
4.6.4 Setting
4.6.4.1 Terapis serta orang tua dan guru duduk bersama
4.6.4.2 Tempat yang nyaman dan tenang.
4.6.5 Alat
Alat yang dipergunakan adalah buku kerja dan buku
evaluasi.
4.6.6 Metode
Metode yang digunakan adalah dinamika kelompok,
diskusi dan tanya jawab
4.7.3 Tujuan
4.7.3.1 Anggota kelompok mampu untuk berbagi
pengalaman dalam memberikan stimulasi
perkembangan yang telah dipelajari selama sesi
16.
4.7.3.2 Orang tua dan guru mampu memahami stimulasi
perkembangan pada anak usia sekolah.
4.7.4 Setting
Terapis, orang tua dan guru duduk bersama, tempat yang
nyaman dan tenang
4.7.5 Alat
Alat yang digunakan dalan sesi ini adalah buku kerja dan
buku evaluasi.
4.7.6 Metode
Metode diskusi dalan sesi ini adalah dinamika kelompok,
diskusi dan tanya jawab.
5.1 Kesimpulan
Setiap waktu manusia tidak pernah lepas dari belajar. Belajar
merupakan perubahan tingkah laku yang menetap sebagai akibat
dari latihan atau pengalaman. Latihan atau pengalaman yang di
peroleh anak tidak hanya dari buku-buku atau sekolah saja, tetapi
dipelajari pula dari tingkah laku kehidupan sehari-hari. Dan
kebiasaan tingkah laku ini dipengaruhi oleh pola asuh yang
berlaku dalam suatu keluarga dan stimulus yang diterima oleh
anak.
5.2 Saran
5.2.1 Berdasarkan uraian-uaraian diatas, terapi stimulasi
sebaiknya dilakukan sesuai dengan perkembangan usia
anak, dan memberikan stimulasi terhadap anak sedini
mungkin dengan memperhartikan alat permainan yang
digunakan serta cara bermainnya.
5.2.2 Kerjasama antara terapis, anak, orang tua dan guru harus
berkesinambungan guna memantau tumbuh kembang anak
agar optimal dan sesuai dengan tahap perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
MODUL
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
KELUARGA DENGAN REMAJA
DepKes RI., Pola Mengasuh Anak Sejak Umur 1 Tahun Sampai 6 Tahun,
Jakarta
Einon Dorothy, (2004), Permainan Cerdas Untuk Anak Usia 2-6 Tahun, Penerbit
Erlangga, Jakarta
MODUL
OLEH :
NURLIS
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN
JUDUL................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR
ISI............................................................................................................... iii
BAB I :
PENDAHULUAN............................................................................ 1
BAB II : PROSES PELAKSANAAN LATIHAN
MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI.......................................
5
BAB III : PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN
MEMBANGUN RASA PERCAYA DIRI.....................................
. 9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
Barang Bogor. Penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai
atas segala kebaikan, bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis
selama ini. Saran dan kritik yang membangun dari pembaca diharapkan demi
Jakarta .Maret
2008
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya
untuk mengembangkan penilaiaan positif, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya (Rini, 2002) merupakan keberanian
diri yang datang dari kepastian tentang kemampuan , nilai-nilai dan tujuan dari
individu masing-masing. Kepercayaan diri atau Self confidence adalah perilaku
yang membuat individu memiliki pandangan positif dan realistis mengenai diri
mereka sendiri dan situasi disekelilingnya (WHO, 2003) .
Hasil penelitian Freda (2006) tentang masalah yang dihadapi remaja dalam
berbagai aspek kehidupan didapatkan data bahwa masalah kepribadian yang
paling sering muncul adalah masalah kurang percaya diri 26,88 % Hal ini
menunjukkan bahwa masalah perkembangan psikososial pada remaja penting
diperhatikan, terutama perkembangan rasa percaya dirinya. Orang yang percaya
diri yakin akan kemampuannya , dapat mengendalikan kehidupannya dan yakin
bahwa mereka akan mampu mengerjakan apa yang mereka inginkan/
rencanakan/harapkan serta mempunyai harapan yang realistic. Walaupun sebagian
harapannya tidak tercapai, mereka tetap positif dan menerima diri mereka.
Rasa percaya diri selalu dikaitkan dengan harga diri. Harga diri adalah penilaian
individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik
perilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya (Stuart & Sundeen, 2005).
Penentuan harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain (dicintai,
dihormati dan dihargai) yang timbul sejak kecil dan berkembang sesuai dengan
meningkatnya usia. Untuk meningkatkan harga diri, anak diberi kesempatan untuk
sukses, beri penguatan / pujian yang wajar bila anak mendapat sukses,
menanamkan harapan jangan terlalu tinggi, berikan dorongan untuk menyalurkan
aspirasi dan cita-cita serta bantu untuk membentuk pertahanan diri.
Menurut Suliswati (2003) harga diri sangat mengancam pada masa pubertas,
sedangkan pada usia dewasa harga diri menjadi stabil memberikan gambaran
yang jelas tentang dirinya dan cenderung lebih mampu menerima keberadaan
dirinya. Hal ini dapat dikaitkan dengan kematuran seseorang, dimana semakin
dewasa seseorang maka semakin lebih baik cara berfikirnya. Pada remaja dengan
banyaknya perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikososial serta banyaknya
keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya, sehinga remaja harus mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Kondisi lain yang dapat
mengancam harga diri remaja adalah tuntutan yang harus dipilihnya, posisi peran,
kemampuan meraih sukses serta kemampuan berpartisipasi atau penerimaan
dilingkungan masyarakat.
Latihan ini dapat diberikan pada remaja yang sedang dalam keadaan sehat baik
fisik, Latihan ini dapat dilakukan secara individu, kelompok. Tempat pelaksanaan
bisa di sekolah, dirumah, dimasyarakat, atau diklinik kesehatan seperti puskesmas,
rumah sakit yang menyediakan fasilitas.
Latihan ini berbentuk tanya jawab, diskusi, role play dapat dimodifikasi sesuai
kondisi dan situasi. Latihan ini dilakukan dalam beberapa kali pertemuan sesuai
kegiatan/aktivitas.
7) Aktivitas VII : Akhir dari kegiatan ini adalah belajar membangun dan merasa
positif mengenai diri remaja sendiri dan bereaksi untuk
memperbaiki diri melalui pesan pesan yang diterimanya.
BAB II
PROSES PELAKSANAAN LATIHAN
MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA
2. Proses Kerja
b. Persiapan
1) Menseleksi remaja sesuai indikasi, yaitu remaja yang berumur
antara 12-19 tahun, kondisi sehat, dapat menulis dan membaca,
belum menikah, tinggal bersama keluarga.
c. Pelaksanaan
.
d. Evaluasi dan Dokumentasi
1) Evaluasi
Evaluasi dilakukan mulai dari persiapan sampai dengan
pelaksananaan (selama proses berlangsung ). Evaluasi yang akan
dilakukan terdiri atas evaluasi terhadap diri terapis sendiri seperti
ketepatan waktu pelaksanaan, sistimatika kegiatan dan evaluasi
terhadap pelaksanaan terapi terutama pada fase kerja, keterlibatan
remaja dalam tiap kegiatan. Remaja yang tidak memenuhi penilaian
yang telah ditetapkan pada setiap sesi, akan dicatat dan dilakukan
tindakan secara individu setelah pelaksanaan terapi oleh perawat.
Untuk evaluasi tiap sesi terapis akan dibantu oleh assisten.
2) Dokumentasi
Melakukan pendokumentasian selama proses kegiatan berlangsung.
kemampuan remaja mengikuti proses pelaksanaan tiap kegiatan dari
awal sampai akhir kegiatan dan kemampuan remaja menyelesaikan
rencana tindak lanjut.
3. Peran Terapis
C. WAKTU PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pagi, siang atau sore hari sesuai perjanjian dengan
remaja. Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan 1 (satu) kegiatan lamanya
45-60 menit.
4. Metode:
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi tanya jawab
3. Curah pendapat
5. Langkah-Langkah Kegiatan
a. Persiapan:
- Mengingatkan remaja 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Pelaksanaan:
Format Evaluasi
Kegiatan I : Membina hubungan dan informasi diri
Kelompok : .. Tanggal :
..
N Nama Remaja
Aspek yang dinilai
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Memperkenalkan diri dengan baik
(spontan, tidak gugup/malu/gemetar)
2 Menceritakan tentang dirinya
3 Mengungkapkan perasaan berada
dalam kelompok
Jumlah
Petujuk : Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan.
Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan.
2. Dokumentasi
Pada dokumentasi dituliskan ungkapan apa yang jelas disampaikan
oleh remaja. Jika dianggap mampu, maka catatan keperawatan
remaja sehat adalah remaja mampu mengikuti aktivitas I sampai
selesai, menyebutkan nama, umur, sekolah, cita-cita, keinginan,
perasaan remaja berada dalam kelompok.
Format Dokumentasi
Aktivitas I : Membina Hubungan dan Informasi diri
10
11
12
1. Tujuan :
- Remaja dapat mengidentifikasi potensi yang terdapat dalam diri mereka
untuk digunakan meraih kepercayaan diri.
- Remaja mampu menunjukkan bakat yang dimiliki di depan kelas.
2. Setting
Terapis, remaja duduk setengah melingkar.
3. Alat
- Alat tulis (pulpen) - Format evaluasi
- Kertas - Modul
- Spidol - lambang bintang emas dan biru yang terbuat dari kertas
manila
4. Metode : - Diskusi
- demontrasi
5. Langkah-Langkah Kegiatan
a. Persiapan
- Mengingatkan remaja tentang kesepakatan kegiatan selanjutnya
- Mempersiapkan diri, bahan/alat, tempat
b. Pelaksanaan
Fase orientasi (5-7 menit)
a. Salam terapeutik : salam terapeutik dari terapis
b. Evaluasi :
- Menanyakan perasaan remaja saat ini
- Menanyakan apakah sudah membuat daftar potensi-potensi yang
ada pada diri remaja
c. Kontrak : menyepakati waktu, tempat, serta topik pertemuan hari ini
Fase kerja (40-45 menit )
1) Diskusikan dengan remaja tentang hal-hal yang baik yang ada pada
remaja, yang membuat remaja bangga memilikinya. Antara lain
keadaan fisik, tingkah laku dan perilaku tertentu atau bakat yang
dimiliki.
2) Jelaskan pada peserta untuk memberikan tanda bintang emas pada
aspek-aspek yang paling luar biasa yang membuat mereka bangga,
anjurkan peserta untuk menuliskannya minimal 2.
3) Identifikasi bersama remaja 2 hal baik yang dimiliki remaja diluar
dirinya. Tuliskan apa saja dan berikan tanda bintang biru.
4) Motivasi remaja untuk mengungkapkan aspek-aspek yang baik dari
dirinya dan dari luar dirinya yang membuatnya merasa sangat
bangga serta kemukakan alasan mereka menuliskannya.
5) Diskusikan dengan remaja mengenai bakat yang mereka miliki.
6) Minta remaja untuk maju ke depan memperagakan bakat mereka.
7) Berikan pujian pada tiap peserta yang tampil.
Format Evaluasi
Aktivitas II : Merasa senang terhadap Diri Sendiri
Kelompok: Tanggal :
Nama Remaja
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Menyebutkan
dua aspek
positif yang
luar biasa
tentang
dirinya
2 Menyebutkan
dua hal lain
yang dimiliki
yang
membuatnya
bangga
3 Tampil
kedepan
menunjukkan
bakatnya
Jumlah
Format Dokumentasi
Aktivitas II. : Merasa senang terhadap Diri Sendiri
Kelompok : Tanggal :
Dua aspek positif Dua aspek lain yang
Nama
No yang luar biasa dimiliki yang Bakat yang dimiliki
remaja
tentang dirinya membuatnya bangga
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
5. Langkah-langkah kegiatan
a. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan remaja 2 hari sebelum terapi aktivitas
III dan IV yang akan dilakukan sesuai dengan waktu dan tempat
yang telah disepakati.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Pelaksanaan
Fase Orientasi ( 3-5 menit )
a. Salam Terapeutik : - Salam terapis kepada peserta
b. Evaluasi/validasi
- Menanyakan bagaimana perasaan remaja saat ini
- Menanyakan apakah ada lagi aspek positif yang luar biasa yang
dibanggakan oleh remaja
- Menanyakan apakah lembar kuisioner sudah diisi dan dibawa
c. Kontrak
a) Menjelaskan tujuan pertemuan II yaitu remaja akan menyelami
dirinya untuk menemukan jati dirinya dan memahami apa itu
percaya diri
b) Menyepakati waktu, tempat , topik yaitu aktivitas III dan IV
aturan kegiatan sama seperti pertemuan I
Fase Kerja ( 40-45 menit )
1) Motivasi remaja untuk mengungkapkan perasaannya saat ini sebagai
remaja laki-laki/perempuan, perasaannya pada umur sekarang,
perasaannya terhadap agama /keyakinannya dan status sosialnya,
perasaannya tanpa cacat tubuh, perasaannya berada dalam
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Anjurkan remaja
untuk menuliskannya dikertas selama 5 menit
2) Remaja dipersilahkan satu persatu untuk membacakan hasil
ungkapannya tersebut mengenai dirinya.
3) Berikan pujian yang wajar tiap remaja yang tampil kedepan
4) Diskusikan bersama remaja tanggapan pertanyaan tentang perasaan
dan penilaan terhadap dirinya yang diberikan dan sejauh mana kesan
pelatihan ini terhadap mereka.
5) Minta remaja untuk menilai kuesioner Apakah aku menyukai
diriku yang sudah diberikan dan di isi selama 5 menit. Tunjukkan
nilai jawaban tiap poin kuesioner.
6) Beri kesempatan remaja menilai dirinya serta seberapa jauh mereka
menyenangi dirinya.
Format Evaluasi
Aktivitas III. : Siapa diriku ?
Kelompok :.. Tanggal:..
N Nama Remaja
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 -Mampu
mengungkapkan
perasaan sebagai
remaja laki-
laki/perempuan,
perasaannya pada
umur sekarang,
perasaannya
terhadap agama
/keyakinannya
dan status
sosialnya,
perasaannya
tanpa cacat tubuh,
perasaannya
berada dalam
lingkungan
sekolah, keluarga
dan masyarakat
2 Mengerjakan
tugas penilaian
diri sendiri
Jumlah
2). Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan remaja mengikuti kegiatan III yaitu
ungkapan apa yang telah disampaikan oleh remaja tentang
perasaannya sebagai remaja laki-laki/perempuan, perasaannya pada
umur sekarang, perasaannya terhadap agama /keyakinannya dan
status sosialnya, perasaannya tanpa cacat tubuh, perasaannya berada
dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dan seberapa
jauh peserta menyukai dirinya
Format Dokumentasi
Aktivitas III : Siapa Diriku ?
Kelompok : Tanggal :
Perasaannya sebagai remaja laki-laki
/perempuan, perasaannya pada umur
sekarang, perasaannya terhadap agama Nilai yang
N
Nama remaja /keyakinannya dan status sosialnya, didapat terhadap
o
perasaannya tanpa cacat tubuh, perasaannya diri sendiri
berada dalam lingkungan sekolah, keluarga
dan masyarakat
1
4
5
10
11
12
5. Langkah-langkah Kegiatan
a. Persiapan
- Mengingatkan kembali remaja tentang pelaksanaan kegiatan
selanjutnya
- Menyiapkan tempat dan alat untuk kegiatan
b. Pelaksanaan
Fase Orientasi (3-5 menit)
1). Salam terapeutik : Salam dari terapis
2). Evaluasi/validasi :
- Menanyakan kondisi remaja saat ini
- Menanyakan bagaimana hasil latihan ke III apakah sudah dipahami
- Menanyakan apakah peserta siap untuk melanjutkan kegiatan IV
3). Kontrak :
- Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan disampaikan yaitu
penyelesaian masalah
b. Tindak lanjut
- Menganjurkan kepada remaja untuk mengingat kembali apa yang
sudah dipelajari
- Menganjurkan remaja untuk meneliti situasi yang cukup
menganggu yang dapat membuat perasaan dan tindakan negatif.
Kemudian alternatif cara remaja mengatasi situasi tersebut seperti
permainan ular dan tangga
c. Kontrak
- Menyepakati waktu, tempat dan topik berikutnya yaitu mengatasi
situasi secara sistem permainan ular tangga.
1). Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan kegiatan latihan, keaktifan remaja dan ketapatan
waktu, serta kemampuan remaja menyerap proses pembelajaran.
Format Evaluasi
Aktivitas IV : Memahami Pengertian Rasa Percaya Diri
Kelompok : Tanggal :
N Nama Remaja
o Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Menjelaskan
kembali tentang
rasa percaya diri :
pengertian,
faktor2 yang
mempengaruhi,
ciri orang percaya
diri, bagaimana
membangun rasa
percaya diri
2 Membuat/menje-
laskan cara-cara
bagaimana
membangun dan
mempertahankan
rasa percaya diri
Jumlah
2). Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan remaja yang dimiliki oleh remaja pada catatan
masing-masing remaja. Tuliskan ungkapan yang disampaikan oleh
remaja dan yang didapat hasil evaluasi.
Format Dokumentasi
Aktivitas IV : Memaham Pengertian Rasa Percaya Diri
Kelompok : Tanggal :
Mampu mengulang kembali Mampu menunjukkan dan
pengertian percaya diri, faktor2 menjelaskan cara
No Nama remaja yang mempengaruhi, ciri-ciri membangun rasa percaya
orang percaya diri, tujuan diri dan
membangun percaya diri mempertahankannya
1
10
11
12
5. Langkah-langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan remaja 1 hari sebelum kegiatan dilaksanakan
2) Mempersiapkan diri, tempat, alat dan bahan serta peserta remaja
b. Pelaksanaan
1) Evaluasi
- Menyimpulkan hasil kegiatan latihan V
- Menanyakan kembali tehnik mengatasi situasi negatif dengan sitem ular
tangga
- Menanyakan perasaan remaja mengikuti kegiatan latihan V
2) Tindak lanjut
- Anjurkan kepada remaja jika ada situasi yang mempengaruhi perasaan
dan tindakan yang akan dilakukan secara negatif, remaja dapat
mempraktekkan situasi ular tangga tersebut
- Berikan tugas tentang latihan meningkatkan kepercayaan dengan sistem
bangku berkaki tiga
3) Kontrak
- Menyepakati waktu, tempat, dan topik yang akan datang yaitu :
meningkatkan kepercayaan diri dengan sistem bangku berkaki tiga
Format Evaluasi
Aktivitas V : Merubah Persepsi Dan Sikap Dengan Sistem Ular Tangga
Kelompok: Tanggal :
N Nama Remaja
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Mampu
mengungkapkan 3
situasi yang
mempengaruhi
perasaan dan
keyakinan negatif
2 Memahami cara
mengatasi 3
situasi tersebut
dengan sistem
ular tangga
Jumlah
2). Dokumentasi
Dokumentasikan semua proses pelaksanaan kegiatan mulai dari ketepatan
waktu pelaksanaan, proses, keaktifan remaja serta kemampuan remaja
mengungkapkan situasi yang mempengaruhi perasaan dan persepsi yang
negatif dan mampu memahami cara mengatasi situasi dengan sistem
pandangan ular tangga.
Format Dokumentasi
Aktivitas V : Merubah Persepsi dandengan Sikap Sistem Ular Tangga
Kelompok : Tanggal :
N Nama 3 situasi yang mempengaruhi Cara mengatasi 3 situasi
o remaja perasaan dan keyakinan negatif tersebut
1
10
11
12
5. Langkah-langkah kegiatan
a. Persiapan
- Mengingatkan kontrak dengan remaja 1 hari sebelum kegiatan
dilaksanakan
- Mempersiapkan diri, tempat, alat dan bahan pelaksanan kegiatan
b. Pelaksanaan
1. Jelaskan kepada remaja tentang situasi bangku berkaki tiga, yaitu salah
satu cara melatih meningkatkan rasa percaya diri
2. Jelaskan kepada remaja kaki bangku tiga diibaratkan dengan :
- Merasa cakap dalam suatu bidang
- Merasa dihargai
- Menerima tanggung jawab
3. Diskusikan dengan remaja contoh : tugas bangku berkaki tiga
a) Merasa cakap dalam suatu bidang :
Hal apa saja yang dapat dilakukan dengan baik walau sedikit
b) Merasa dihargai : merasa dicintai, diterima, didengarkan dan
didukung oleh orang lain
c) Menerima tanggung jawab : dapat membuat keputusan yang baik,
bertanggung jawab pada tindakan, dan peka pada efek dan perasaan
diri dalam kehidupan, tidak pasif.
4. Motivasi remaja untuk mengungkapkan/menyebutkan hal apa saja yang
dapat dilakukan dengan baik walau sedikit, perasaannya tentang
penerimaan, keluarga, dan sosial terhadap dirinya dan tanggung jawab
yang diberikan/diterima terhadap dirinya oleh keluarganya, sekolah dan
masyarakat terhadap perannya
5. Diskusikan hasil yang dibuat remaja terhadap kemampuan/keterampilan,
penghargaan terhadap dirinya dan tanggung jawab yang dipunyai
remaja.
Format Evaluasi
Aktivitas VI : Meningkatkan Kepercayaan Diri Dengan Sistem Bangku Berkaki
Tiga
Kelompok: Tanggal :
N Nama Remaja
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Mampu membuat
contoh kaki
bangku satu :
merasa cakap dan
terampil
2 Mampu
membuat contoh
kaki bangku dua
: perasaan
terhadap
penerimaan
orang lain
terhadap dirinya
3 Mampu
membuat contoh
kaki bangku
yang ketiga :
menerima
tanggung jawab
Jumlah
Petunjuk : Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan
Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan
2) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang diperlihatkan oleh remaja ke
dalam catatan keperawatan. Tuliskan ungkapan/contoh yang
disampaikan oleh remaja.
Format Dokumentasi
Aktivitas V : Meningkatkan Kepercayaan Diri dengan Sistem Bangku Berkaki
Tiga
Kelompok : Tanggal :
Contoh kaki bangku Contoh kaki bangku
Contoh kaki bangku ke
Nama kedua: perasaan ketiga : tanggung
No satu : merasa cakapdan
remaja terhadap orang lain jawab
terampil
tentang dirinya
1
10
11
12
G. Aktivitas VII : MENINGKATKAN CITRA DIRI
5. Langkah-langkah kegiatan
a. Persiapan
- Mengingatkan kontrak dengan remaja 2 hari sebelum kegiatan
dilaksanakan
- Mempersiapkan diri, tempat, alat dan bahan pelaksanan kegiatan
b. Pelaksanaan
Fase orientasi (3-5 menit)
1) Salam terapeutik : Salam terapeutik dari terapis
2) Evaluasi :
- Menanyakan perasaan remaja pada hari ini
- Menanyakan apakah cara bangku berkaki tiga sudah dipraktekkan
- Menanyakan tugas yang diberikan apakah sudah dibuat
3). Kontrak :
- Menyepakati wkatu, tempat dan topik yang akan disampaikan yaitu
penyelesaian tanggapan terhadap respon diri sendiri dan orang
- Menegaskan untuk terminasi
Format Evaluasi
Aktivitas VII : Meningkatkan Citra Diri
Kelompok : Tanggal :
N Nama Remaja
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Mampu
menuliskan 6
pesan yang ingin
dikirm kepada diri
sendiri atau pesan
yang diharapkan
dari orang lain
2 Mampu
membuat
pengaruh 6
pesan yang
dikirimkan
tersebut terhadap
dirinya
3 Mampu memberi
tanggapan
terhadap topik
diskusi :
1. siapa yang
memberitahu
bahwa kamu
seharusnya tidak
boleh
mempercayai
orang lain
Jumlah
2). Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang diperlihatkan oleh remaja ke dalam
catatan keperawatan. Tuliskan ungkapan/contoh yang disampaikan atau
yang dituliskan oleh remaja.
Format Dokumentasi
Aktivitas VII : Meningkatkan Citra Diri
Kelompok: Tanggal :
Tanggapan terhadap topik
6 pesan yang ingin Siapa yang tahu Siapa yang
dikirim ke dirinya Pengaruh pesan kamu bahwa memberi suatu
Nama
No sendiri atau yang dikirimkan kamu seharusnya pesan bahwa
remaja
dikirim orang lain kepadanya tidak boleh kamu tidak dapat
untuknya mempecayai sukses
orang lain
1
10
11
12
Format Evaluasi
Format Evaluasi
Kegiatan ..: ...
Kode Kelompok : .. Tanggal :
..
Dua aspek positif yang Dua aspek lain yang
No luar biasa tentang dimiliki yang Bakat yang dimiliki Jum
Nama dirinya membuatnya bangga lah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Format Evaluasi
No Jum
Nama lah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Format Evaluasi
No Jum
Nama lah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Format Evaluasi
No Jum
Nama lah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Format Evaluasi
Kegiatan ..: ...
Kode Kelompok : .. Tanggal :
..
Memperkenalkan diri Menceritakan tentang Mengungkapkan
No dengan baik (spontan, dirinya perasaan berada dalam Jum
Nama tidak gugup /malu / kelompok lah
gemetar)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Format Evaluasi
Kegiatan ..: ...
Kode Kelompok : .. Tanggal :
..
Memperkenalkan diri Menceritakan tentang Mengungkapkan
No dengan baik (spontan, dirinya perasaan berada dalam Jum
Nama tidak gugup /malu / kelompok lah
gemetar)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Format Evaluasi
Kegiatan ..: ...
Kode Kelompok : .. Tanggal :
..
Memperkenalkan diri Menceritakan tentang Mengungkapkan
No dengan baik (spontan, dirinya perasaan berada dalam Jum
Nama tidak gugup /malu / kelompok lah
gemetar)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Format Dokumentasi
Aktivitas .. :
Format Evaluasi
Aktivitas II : Merasa senang terhadap Diri Sendiri
Kelompok: Tanggal :
Nama Remaja
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Menyebutkan
dua aspek
positif yang
luar biasa
tentang
dirinya
2 Menyebutkan
dua hal lain
yang dimiliki
yang
membuatnya
bangga
3 Tampil
kedepan
menunjukkan
bakatnya
Jumlah
Format Dokumentasi
Aktivitas II. : Merasa senang terhadap Diri Sendiri
Kelompok : Tanggal :
Dua aspek positif Dua aspek lain yang
Nama
No yang luar biasa dimiliki yang Bakat yang dimiliki
remaja
tentang dirinya membuatnya bangga
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Format Evaluasi
Aktivitas III. : Siapa diriku ?
Kelompok :.. Tanggal:..
N Nama Remaja
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 -Mampu
mengungkapkan
perasaan sebagai
remaja laki-
laki/perempuan,
perasaannya pada
umur sekarang,
perasaannya
terhadap agama
/keyakinannya
dan status
sosialnya,
perasaannya
tanpa cacat tubuh,
perasaannya
berada dalam
lingkungan
sekolah, keluarga
dan masyarakat
2 Mengerjakan
tugas penilaian
diri sendiri
Jumlah
10
11
12
6. Langkah-langkah Kegiatan
c. Persiapan
- Mengingatkan kembali remaja tentang pelaksanaan kegiatan
selanjutnya
- Menyiapkan tempat dan alat untuk kegiatan
d. Pelaksanaan
Fase Orientasi (3-5 menit)
1). Salam terapeutik : Salam dari terapis
2). Evaluasi/validasi :
- Menanyakan kondisi remaja saat ini
- Menanyakan bagaimana hasil latihan ke III apakah sudah dipahami
- Menanyakan apakah peserta siap untuk melanjutkan kegiatan IV
3). Kontrak :
- Menyepakati waktu, tempat dan topik yang akan disampaikan yaitu
penyelesaian masalah
d. Evaluasi
- Tanyakan perasaan mereka setelah mengikuti kegiatan
- Menyimpulkan hasil kegiatan latihan IV
- Menanyakan kembali tentang rasa percaya diri
- Memberikan umpan balik positif atas kerjasama remaja dalam
kegiatan latihan
e. Tindak lanjut
- Menganjurkan kepada remaja untuk mengingat kembali apa yang
sudah dipelajari
- Menganjurkan remaja untuk meneliti situasi yang cukup
menganggu yang dapat membuat perasaan dan tindakan negatif.
Kemudian alternatif cara remaja mengatasi situasi tersebut seperti
permainan ular dan tangga
f. Kontrak
- Menyepakati waktu, tempat dan topik berikutnya yaitu mengatasi
situasi secara sistem permainan ular tangga.
1). Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan kegiatan latihan, keaktifan remaja dan ketapatan
waktu, serta kemampuan remaja menyerap proses pembelajaran.
Format Evaluasi
Aktivitas IV : Memahami Pengertian Rasa Percaya Diri
Kelompok : Tanggal :
N Nama Remaja
o Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Menjelaskan
kembali tentang
rasa percaya diri :
pengertian,
faktor2 yang
mempengaruhi,
ciri orang percaya
diri, bagaimana
membangun rasa
percaya diri
2 Membuat/menje-
laskan cara-cara
bagaimana
membangun dan
mempertahankan
rasa percaya diri
Jumlah
2). Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan remaja yang dimiliki oleh remaja pada catatan
masing-masing remaja. Tuliskan ungkapan yang disampaikan oleh
remaja dan yang didapat hasil evaluasi.
Format Dokumentasi
Aktivitas IV : Memaham Pengertian Rasa Percaya Diri
Kelompok : Tanggal :
Mampu mengulang kembali Mampu menunjukkan dan
pengertian percaya diri, faktor2 menjelaskan cara
No Nama remaja yang mempengaruhi, ciri-ciri membangun rasa percaya
orang percaya diri, tujuan diri dan
membangun percaya diri mempertahankannya
1
10
11
12
E. Aktivitas V : MERUBAH PERSEPSI DAN SIKAP PERCAYA DIRI
DENGAN SISTIM ULAR DAN TANGGA
6. Langkah-langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan remaja 1 hari sebelum kegiatan dilaksanakan
2) Mempersiapkan diri, tempat, alat dan bahan serta peserta remaja
b. Pelaksanaan
1) Evaluasi
- Menyimpulkan hasil kegiatan latihan V
- Menanyakan kembali tehnik mengatasi situasi negatif dengan sitem ular
tangga
- Menanyakan perasaan remaja mengikuti kegiatan latihan V
2) Tindak lanjut
- Anjurkan kepada remaja jika ada situasi yang mempengaruhi perasaan
dan tindakan yang akan dilakukan secara negatif, remaja dapat
mempraktekkan situasi ular tangga tersebut
- Berikan tugas tentang latihan meningkatkan kepercayaan dengan sistem
bangku berkaki tiga
3) Kontrak
- Menyepakati waktu, tempat, dan topik yang akan datang yaitu :
meningkatkan kepercayaan diri dengan sistem bangku berkaki tiga
Format Evaluasi
Aktivitas V : Merubah Persepsi Dan Sikap Dengan Sistem Ular Tangga
Kelompok: Tanggal :
N Nama Remaja
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Mampu
mengungkapkan 3
situasi yang
mempengaruhi
perasaan dan
keyakinan negatif
2 Memahami cara
mengatasi 3
situasi tersebut
dengan sistem
ular tangga
Jumlah
2). Dokumentasi
Dokumentasikan semua proses pelaksanaan kegiatan mulai dari ketepatan
waktu pelaksanaan, proses, keaktifan remaja serta kemampuan remaja
mengungkapkan situasi yang mempengaruhi perasaan dan persepsi yang
negatif dan mampu memahami cara mengatasi situasi dengan sistem
pandangan ular tangga.
Format Dokumentasi
Aktivitas V : Merubah Persepsi dandengan Sikap Sistem Ular Tangga
Kelompok : Tanggal :
N Nama 3 situasi yang mempengaruhi Cara mengatasi 3 situasi
o remaja perasaan dan keyakinan negatif tersebut
1
10
11
12
6. Langkah-langkah kegiatan
d. Persiapan
- Mengingatkan kontrak dengan remaja 1 hari sebelum kegiatan
dilaksanakan
- Mempersiapkan diri, tempat, alat dan bahan pelaksanan kegiatan
d. Pelaksanaan
Format Evaluasi
Aktivitas VI : Meningkatkan Kepercayaan Diri Dengan Sistem Bangku Berkaki
Tiga
Kelompok: Tanggal :
N Nama Remaja
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Mampu membuat
contoh kaki
bangku satu :
merasa cakap dan
terampil
2 Mampu
membuat contoh
kaki bangku dua
: perasaan
terhadap
penerimaan
orang lain
terhadap dirinya
3 Mampu
membuat contoh
kaki bangku
yang ketiga :
menerima
tanggung jawab
Jumlah
Petunjuk : Beri nilai 1 jika perilaku tersebut dilakukan
Beri nilai 0 jika perilaku tersebut tidak dilakukan
3) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang diperlihatkan oleh remaja ke
dalam catatan keperawatan. Tuliskan ungkapan/contoh yang
disampaikan oleh remaja.
Format Dokumentasi
Aktivitas V : Meningkatkan Kepercayaan Diri dengan Sistem Bangku Berkaki
Tiga
Kelompok : Tanggal :
Contoh kaki bangku Contoh kaki bangku
Contoh kaki bangku ke
Nama kedua: perasaan ketiga : tanggung
No satu : merasa cakapdan
remaja terhadap orang lain jawab
terampil
tentang dirinya
1
7
8
10
11
12
6. Langkah-langkah kegiatan
b. Persiapan
- Mengingatkan kontrak dengan remaja 2 hari sebelum kegiatan
dilaksanakan
- Mempersiapkan diri, tempat, alat dan bahan pelaksanan kegiatan
e. Pelaksanaan
Fase orientasi (3-5 menit)
3) Salam terapeutik : Salam terapeutik dari terapis
4) Evaluasi :
- Menanyakan perasaan remaja pada hari ini
- Menanyakan apakah cara bangku berkaki tiga sudah dipraktekkan
- Menanyakan tugas yang diberikan apakah sudah dibuat
3). Kontrak :
- Menyepakati wkatu, tempat dan topik yang akan disampaikan yaitu
penyelesaian tanggapan terhadap respon diri sendiri dan orang
- Menegaskan untuk terminasi
Format Evaluasi
Aktivitas VII : Meningkatkan Citra Diri
Kelompok : Tanggal :
N Nama Remaja
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Mampu
menuliskan 6
pesan yang ingin
dikirm kepada diri
sendiri atau pesan
yang diharapkan
dari orang lain
2 Mampu
membuat
pengaruh 6
pesan yang
dikirimkan
tersebut terhadap
dirinya
3 Mampu memberi
tanggapan
terhadap topik
diskusi :
1. siapa yang
memberitahu
bahwa kamu
seharusnya tidak
boleh
mempercayai
orang lain
Jumlah
2). Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang diperlihatkan oleh remaja ke dalam
catatan keperawatan. Tuliskan ungkapan/contoh yang disampaikan atau
yang dituliskan oleh remaja.
Format Dokumentasi
Aktivitas VII : Meningkatkan Citra Diri
Kelompok: Tanggal :
Tanggapan terhadap topik
6 pesan yang ingin Siapa yang tahu Siapa yang
dikirim ke dirinya Pengaruh pesan kamu bahwa memberi suatu
Nama
No sendiri atau yang dikirimkan kamu seharusnya pesan bahwa
remaja
dikirim orang lain kepadanya tidak boleh kamu tidak dapat
untuknya mempecayai sukses
orang lain
1
10
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G.W., and Laraia (2005), Principles and Practice of Psyhiatric Nursing.
(7th ed.). St. Louis : Mosby Year Book
Suliswati, dkk (2002). Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa, Jakarta : EGC
Stuart G.W and Sundeen. (1995), Principles and Practice of Psyhiatric Nursing.
St. Louis : Mosby Year Book
WHO (2003) Adolescence Mental Health Promotion. New Delhi : South East
Asia Regional Office of the World Health Organization
Lampiran I:
APA KAMU MENYUKAI DIRIMU ?
Pilih salah satu jawaban apa yang akan kamu lakukan pada setiap situasi dibawah
ini.
2. Kamu telah memesan tiket untuk menonton sebuah film yang sangat populer.
Ketika kamu datang bersama teman-temanmu, kamu menemukan suatu
masalah dan kamu tidak mendapatkan tiketnya. Kamu.
a. dan teman-temanmu bersiap untuk berdebat dengan manager
b. segera menyalahkan dirimu
c. mengadukan semua masalah yang kamu temui dan temanmu memutuskan
untuk mentraktirmu nonton film
3. Ketika kamu sedang bersedih, kamu merasa jatuh dan depresi, kamu.
a. mengunci diri di kamar, mematikan lampu, berpikir, berpikir dan berpikir
b. pergi keluar mendapatkan udara segar untuk menggairahkan kembali
dirimu
c. memanjakan diri diri kamu dengan menonton film, beli sesuatu yang
sangat kamu inginkan
4. Anggaplah, sekarang adalah hari pertama kamu masuk sekolah atau kuliah, dan
kamu bertemu dengan orang baru. Kamu..
a. Menemui mereka dan memperkenalkan diri agar kamu disukai orang lain
b. bersikap sopan, karena kamu tidak ingin memperlakukan orang dengan
cara yang salah
c. tetap bersikap apa adanya. Jika seseorang menyukai kamu dengan cara ini,
berarti mereka benar-benar menyukai kamu
5. Kamu telah membeli sebuah pakaian buatan luar negeri. Tetapi ternyata tidak
cocok dengan yang kamu harapkan. Kamu.
a. Kamu tetap memakainya dengan bangga
b. Tidak pernah memakai pakaian tersebut karena takut akan memunculkan
komentar orang lain yang tidak diinginkan
c. hanya memakainya ketika kamu bersama seseorang yang mempunyai
selera berpakaian yang sama dengan kamu
6. Kamu bertemu dengan kawan dekat dari sahabatmu. Kemudian sahabatmu
mengatakan bahwa teman dekatnya itu tidak senang dengan kamu. Kamu.
a. menjadi sangat marah karenanya dan mencoba serta memaaksa temanmu
untuk menyelidiki kenapa kamu tidak disukainya
b. tidak merasa terganggu sama sekali tentang hal itu
c. merasa sedikit tidak enak karena hal ini dan memutuskan untuk berusaha
menemuinya di lain waktu.
7. Menurutmu melakukan pemeriksaan medis secara teratur adalah.
a. Sesuatu pekerjaan yang hanya dilakukan orang yang terlalu cemas pada
kesehatan
b. Buang-buang waktu dan uang, tetapi harus dilakukan
c. Suatu keharusan bagi setiap orang
8. Bila kamu mengerjakan sesuatu diluar kebiasaanmu, hal itu kamu lakukan
karena.
a. akan membuat kamu merasa lebih baik tentang dirimu
b. kamu hanya merasa ingin melakukannya saja
c. kamu ingin membuat orang lain berpikir baik tentang kamu
9. Misalkan, kamu pergi ke restoran bersama dengan kelompok. Kamu.
a. memesan menu khusus yang sangat kamu sukai
b. tidak terlalu banyak berpikir dan memesan apa yang dipesan oleh orang
lain
c. paling tidak memesan es krim
Soal
nomor Ni lai
1. a 10 b 10 c 15
2. a 5 b 10 c 15
3. a 5 b 10 c 15
4. a 15 b 5 c 10
5. a 5 b 15 c 10
6. a 5 b 10 c 15
7. a 15 b 10 c 5
8. a 15 b 5 c 10
Universitas Indonesia
MODUL
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
DEWASA MUDA
Tim Penyusun:
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
DEPOK
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga Modul Terapi kelompok terapeutik dewasa muda ini dapat
diselesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari masih banyak yang perlu diperbaiki guna lebih
menyempurnakan modul ini, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih
yang setulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam
penyusunan modul ini.
Untuk itu penyusun bermaksud mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dewi Irawaty, MA. Ph D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN, selaku Ketua Program Pascasarjana Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
3. Novy Helena. C.D, S.Kp., M. Sc. sebagai dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penyusun sehingga
penyusun dapat terus berproses menyelesaikan tesis dan modul ini.
4. Dewi Gayatri, SKp M.Kes. sebagai dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, dan mengarahkan penyusun sehingga dapat memahami
rancangan berjalannya penelitian tesis dan modul ini.
5. Seluruh dosen Program Pasca Sarjana Keperawatan Universitas Indonesia
yang telah membagi ilmu yang dimilikinya.
6. Keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penyusun.
7. Teman-teman Angkatan VI Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan
Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang
unik dan selalu memberikan semangat kepada penyusun.
Semoga amal dan budi baik Bapak dan Ibu mendapat pahala yang berlimpah dari
Tuhan Yang Maha Esa. Mudah-mudahan modul ini bermanfaat bagi upaya
peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan jiwa.
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 5
1.2 Tujuan 7
DAFTAR PUSTAKA 34
BAB 1
PENDAHULUAN
Penduduk yang produktif, dengan usia 17 tahun ke atas ini menurut Levinson (1987,
dalam Berk, 2005) termasuk dalam batasan usia dewasa muda. Dimana dewasa muda
merupakan salah satu tahapan dalam perkembangan kehidupan manusia. Masa
dewasa muda diawali dengan masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa
yang melibatkan eksperimentasi dan eksplorasi yang disebut sebagai emerging
adulthood (Arnett dalam Papalia, Olds, & Fieldman, 2008).
Menurut teori Erikson, pada tahap ini manusia mulai menerima dan memikul
tanggungjawab yang lebih berat. Pada tahap ini juga hubungan intim mulai berlaku
dan berkembang. Pada masa ini perubahan-perubahan fisik relatif sudah tidak sepesat
masa sebelumnya (saat puber dan remaja), bahkan di awal usia dewasa ini (sekitar 18
tahun) kondisi fisik cenderung sudah menetap, dalam arti bila terjadi perubahan tidak
signifikan lagi. Pada masa ini yang sedang terjadi adalah masa reproduktif, yang mulai
sempurna di awal usia dua puluhan dan akan mengalami penurunan kualitas di usia
tiga puluhan. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-
pola kehidupan dan harapan-harapan sosial baru, mereka diharapkan mulai
memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua, dan sebagai pemimpin
dalam rumah tangga, serta mengembangkan sikap, minat dan nilai yang disesuaikan
dengan peranannya yang baru.
Dewasa muda memiliki tugas perkembangan terpentinggnya adalah untuk
membentuk hubungan intim yang dekat dengan orang lain. Hal ini sesuai
dengan yang dikatakan oleh Erickson, dimana permasalahan utama individu
yang berada dalam tahap perkembangan dewasa muda adalah intimacy versus
isolation. Intimasi versus isolasi adalah isu utama masa dewasa awal. Intimasi
merupakan kemampuan individu untuk membangun hubungan yang akrab
dengan orang lain. Jika seorang dewasa awal tidak dapat membuat komitmen
personal yang dalam terhadap orang lain, menurut Erikson, maka mereka akan
terisolasi dan self absorb (terpaku dalam kegiatan dan pikirannya sendiri),
meskipun kadang-kadang mereka juga membutuhkan kesendirian (isolasi)
sebagai upaya merefleksikan kehidupan mereka. (Papalia, Olds & Feldman,
2008).
1.2 Tujuan
Terapi Kelompok Terapeutik (TKT) dilakukan oleh perawat spesialis jiwa
kepada kelompok dewasa muda (18 24 tahun) agar dewasa muda
mengetahui kebutuhan ciri-ciri perkembangan, penyimpangan, dan dapat
melakukan stimulasi perkembangan dirinya.
BAB 2
PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
PADA DEWASA MUDA
2.7 Keanggotaan
Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Terapi Kelompok
Terapeutik ini adalah : Dewasa muda yang berusia 18 24 tahun, bersedia
terlibat dalam penelitian dan kooperatif, nilai intimasi hasil pengukuran tidak
kurang dari 162, mahasiswa laki-laki/ perempuan, belum pernah
mendapatkan terapi kelompok terapeutik, dan tidak sakit/ cacat fisik maupun
gangguan jiwa.
BAB III
IMPLEMENTASI TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
Pada bab ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi kelompok
terpeutik pada masing masing sesi dan bagaimana melakukannya.
3.1.2 Setting
1. Terapis dan klien dalam kelompok duduk bersama secara melingkar.
2. Tempat yang nyaman dan tenang.
3.1.3 Alat
Leaflet tentang stimulasi perkembangan dewasa muda yang berjudul
Perkembangan Dewasa Muda.
3.1.4 Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3.1.5 Langkah Kegiatan
3.1.5.1 Persiapan
a. Membuat kontrak dengan Klien
b. Mempersiapkan alat dan tempat untuk melakukan
pertemuan
3.1.5.2 Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada kelompok
Perkenalkan nama dan nama panggilan terapis (pakai
papan nama)
Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan
masing-masing anggota kelompok
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anggota kelompok
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu ciri-ciri perkembangan
usia dewasa muda yang sehat/normal dan yang mengalami
penyimpangan, dan stimulasi perkembangan pada dewasa
muda, serta pentingnya mencapai perkembangan dewasa
muda yang optimal.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : terapi ini terdiri dari 6
sesi dan setiap anggota harus mengikuti setiap sesi. Jika ada
anggota kelompok yang ingin meninggalkan kelompok
harus meminta izin pada terapis, lama kegiatan 30 menit,
setiap anggota kelompok mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai.
Format Evaluasi
Sesi I Pengkajian dan Diskusi Perkembangan Dewasa Muda
No Penilaian Ya Tidak
1 Menyampaikan perkembangan yang dicapai dan
masalah yang dihadapi
2 Menyampaikan ciri-ciri dan tugas perkembangan
dewasa muda yang sehat
3 Menyampaikan pendapat tentang penyimpangan
perkembangan dewasa muda
3.2.2 Setting
1. Terapis dan Klien dalam kelompok duduk bersama
2. Tempat yang nyaman dan tenang
3.2.3 Alat
1. Buku kerja
2. Alat tulis
3. Leaflet Perkembangan Dewasa Muda
4. Leaflet Gaya hidup sehat.
3.2.4 Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3.2.5.2 Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada anggota kelompok
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anggota kelompok
Menanyakan kembali pemahaman anggota kelompok
tentang kebutuhan untuk mencapai perkembangan dewasa
muda yang normal.
Menanyakan kembali tentang aspek aspek perkembangan
yang harus dicapai oleh individu dewasa muda.
Menanyakan kembali penyimpangan perilaku yang bisa
diakibatkan jika perkembangan psikoseksual tidak tercapai.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mendiskusikan tentang
pengembangan biologis dan psikoseksual
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada anggota
kelompok yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta ijin pada fasilitator (terapis), lama kegiatan 30 - 45
menit, setiap anggota kelompok mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai.
No Penilaian Ya Tidak
1 Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan
biologis dan psikoseksual
2 Menyampaikan cara mengontrol perubahan-
perubahan biologis dan psikoseksual
3 Mengeksplorasi dan membuat komitmen
terhadap perkembangan fisik dan psikoseksual
3.3 SESI III : Stimulasi perkembangan kognitif, bahasa dan bakat serta
kreativitas
3.3.1 Tujuan
3.3.1.1 Klien mengetahui cara menstimulasi perkembangan kognitif,
bahasa dan bakat serta kreativitas
3.3.1.2 Klien mampu menstimulasi perkembangan kognitif, bahasa dan
bakat serta kreativitas
3.3.1.3 Klien mampu mengeksplorasi dan membuat komitmen terhadap
perkembangan kognitif, bahasa dan bakat serta kreativitas.
3.3.2 Setting
1. Terapis dan anggota kelompok duduk bersama
2. Tempat yang nyaman dan tenang
3.3.3 Alat
1. Buku kerja
2. Alat tulis
3. Leaflet Menjadi Pribadi Unggulan
4. Materi tentang Tuliskan Mimpimu
3.3.4 Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3.3.5 Langkah Kegiatan
3.3.5.1 Persiapan
a. Membuat kontrak dengan anggota kelompok
b. Mempersiapkan alat dan tempat stimulasi
3.3.5.2 Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada anggota kelompok
b. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan anggota kelompok
Menanyakan kembali pada anggota kelompok mengenai
cara perkembangan biologis dan psikoseksual
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menstimulasi
perkembangan kognitif dan bahasa
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu: Jika ada anggota
yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin
pada fasilitator/terapis, lama kegiatan 45-60 menit setiap
anggota kelompok mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
Format Evaluasi
Sesi III : Stimulasi Perkembangan Kognitif, Bahasa dan
Bakat serta Kreativitas
No Penilaian Ya Tidak
1 Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan
kognitif, bahasa dan bakat serta kreativitas
2 Mengikuti permainan stimulasi perkembangan
kognitif, bahasa dan bakat serta kreativitas
3 Mampu mengeksplorasi dan membuat komitmen
terhadap perkembangan kognitif, bahasa dan
bakat serta kreativitas
3.4 SESI IV : Stimulasi perkembangan moral dan spiritual
3.4.1 Tujuan :
3.4.1.1 Setelah kegiatan dilakukan, diharapkan klien dalam kelompok
mampu menstimulasi perkembangan moral dan spiritual.
3.4.1.2 Setelah kegiatan, diharpkan klien mampu mengeskporasi dan
membuat komitmen terhadap perkembangan moral dan spiritual
3.4.2 Setting
1. Terapis dan anggota kelompok duduk bersama
2. Tempat yang nyaman dan tenang
3.4.3 Alat
1. Buku Kerja
2. Alat tulis
3.4.4 Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
Format Evaluasi
Sesi IV ; Stimulasi Perkembangan Moral dan Spiritual
No Penilaian Ya Tidak
1 Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan
moral dan spiritual
2 Mengikuti permainan stimulasi perkembangan
moral dan spiritual
3 Mampu mengeksplorasi dan membuat komitmen
terhadap perkembangan moral dan spiritual
3.5.2 Setting
1. Terapis dan anggota kelompok duduk bersama
2. Tempat yang nyaman dan tenang
3.5.3 Alat
1. Buku kerja
2. Alat tulis
3. Leaflet anger management
3.5.4 Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Role play
2.5.5.3 Kerja
a. Berikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk
mengungkapkan pengalamannya dalam menstimulasi
perkembangan emosi dan psikososial.
b. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk
menceritakan hal-hal yang sudah dilakukannya saat
menghadapi masalah emosional.
c. Melakukan latihan untuk mengendalikan marah dengan
menggunakan anger management.
d. Berikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk
mengungkapkan cara mereka menjalin pertemanan atau
persahabatan, pengalaman saat memulai hubungan dengan
lawan jenis atau saat mereka berpisah/putus dengan pacar.
e. Berikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk
mengemukakan pendapatnya mengenai intimasi
f. Berikan penjelasan mengenai intimasi, membina hubungan
intim dengan orang tua, teman maupun lawan jenis.
g. Berikan kesempatan pada anggota kelompok untuk bertanya.
h. Menanyakan kembali pada anggota kelompok mengenai
intimasi dan anger management.
i. memberikan umpan balik posititf bagi peserta yang mau
mengungkapkan pendapatnya.
2.5.5.4 Terminasi
a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan anggota kelompok
setelah mengikuti kegiatan.
Terapis memberikan pujian kepada kelompok
b. Tindak Lanjut
Menganjurkan pada anggota kelompok untuk
menggunakan anger management untuk mencapai
perkembangan emosional yang optimal di usia dewasa
muda.
Menganjurkan pada anggota kelompok untuk
meningkatkan kemampuan dalam membina persahabatan
dan kemampuan intimasi.
Mengajak anggota kelompok yang lain untuk melakukan
stimulasi perkembangan emosi dan psikososial yang telah
dipelajari dalam kegiatan.
c. Kontrak akan datang
Menyepakati kegiatan, waktu, dan tempat, serta topik yang
akan datang yaitu evaluasi dan sharing pengalaman
tentang kegiatan stimulasi dewasa muda yang telah
dilakukan
Format Evaluasi
SESI V ; Stimulasi Perkembangan emosi dan psikososial
No Penilaian Ya Tidak
1 Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan
emosi dan psikososial
2 Mengikuti permainan stimulasi perkembangan
emosi dan psikososial
3 Mampu mengeksplorasi dan membuat komitmen
terhadap perkembangan emosi dan psikososial
3.6 SESI VI : Sharing Persepsi dan pengalaman tentang kegiatan stimulasi dewasa
muda yang telah dilakukan
3.7.1 Tujuan
Setelah kegiatan dilakukan, diharapkan mahasiswa dalam kelompok mampu :
1. Berbagi pengalaman dalam memberikan stimulasi perkembangan yang
telah dipelajari selama sesi 1 6
2. Memahami pentingnya stimulasi perkembangan psikososial pada usia
dewasa muda.
3.7.2 Setting
1. Terapis dan anggota kelompok duduk bersama
2. Tempat yang nyaman dan tenang
3.7.3 Alat
Leaflet tentang stimulasi perkembangan dari berbagai aspek
perkembangan yang telah dipelajari sebelumnya.
3.7.4 Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
c. Kontrak :
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu evaluasi dan berbagi
pengalaman tentang cara memberikan stimulasi
perkembangan yang telah dipelajari.
Menjelaskan peraturan terapi, yaitu : Jika ada anggota
kelompok yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta ijin pada fasilitator/terapis, lama kegiatan 45
menit, setiap anggota kelompok mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai.
3.7.5.4 Terminasi
a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan anggota kelompok
setelah mengikuti kegiatan.
Terapis memberikan pujian kepada kelompok
b. Tindak Lanjut
Menganjurkan pada anggota kelompok untuk selalu
melakukan stimulasi untuk mencapai perkembangan
psikososial yang optimal di usia dewasa muda.
Mengajak anggota kelompok yang lain untuk melakukan
stimulasi perkembangan psikososial : intimasi seperti yang
telah dipelajari dalam kegiatan.
c. Kontrak akan datang
Mengakhiri kontrak pertemuan, kesepakatan akan dibuat
kembali jika diperlukan.
Format Evaluasi
SESI VI ; Evaluasi Manfaat dan Stimulus yang sudah dilakukan
No Penilaian Ya Tidak
1 Berbagi pengalaman tentang manfaat yang dirasakan
selama kegiatan 6 sesi
2 Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dan
kegiatan yang telah dilakukan di rumah, kampus, dan
masyarakat untuk meningkatkan perkembangannya
3 Mampu mengeksplorasi semua potensi yang dimiliki,
nilai-nilai, keyakinan dan membuat komitmen
terhadap pilihan yang positif dan disenangi
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sepanjang kehidupannya manusia terus berkembang yang dimulai sejak dia
lahir sampai dia lanjut usia, bahkan sampai dia akan meninggal sekalipun.
Guna menjalani kehidupannya manusia belajar dari sejak lahir sampai dia
lanjut usia agar mampu menjalankan tugas perkembangannya dengan baik,
termasuk masa usia dewasa muda. Menurut Notoatmodjo (2007),
terbentuknya perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan proses
interaksi dengan lingkungan melalui suatu proses belajar. Perubahan perilaku
merupakan hasil dari proses belajar.
Setiap orang tidak terlepas dari proses belajar, bahkan manusia sebenarnya
harus memegang prinsip belajar seumur hidup atau sepanjang masa. Dimana
kehidupan itu dipelajari dari pengalaman yang membuat individu menjadi
bertambah dewasa dan semakin matang dari waktu ke waktu. Berbagai metoda
diterapkan dalam proses belajar baik secara individu, kelompok maupun
dalam kelompok massa atau komunitas.
4.2 Saran
International team of therapists for kids, teens, adults, & couples. (2010).
Group therapy. 18 Maret 2010. Error! Hyperlink reference not
valid..
Notoatmojo,S.(2003).Pendidikan dan perilaku kesehatan.Jakarta: Reneka Cipta
Papalia, Diane E, Old Sally Wendkos and Feldman, Ruth Duskin. ( 2008). Human
development (psikologi Perkembangan) bagian V s/d IX edisi
kesembilan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Slavin, Roberta L. (2000). Group, Vol 26, No 4. 18 Maret 2010.
http://www.group-
psychotherapy.com/articles/slavinrl01.htm.
Stuart. (2009). Principle and practice of psychiatric nursing (8 th ed.) Missouri :
Elsevier Mosby.
Townsend, C.M. (2009). Essentials of psychiatric mental health nursing (5th ed.).
Philadelphia: F.A. Davis Company.
MODUL
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
DEWASA PERTENGAHAN
Tim Penyusun:
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
DEPOK,
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan
yang setulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam
1. Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Ibu Krisna Yetti, SKp, M. App. Sc, selaku Ketua Program Pascasarjana
3. Prof. Achir Yani S. Hamid, DN.Sc., selaku pembimbing I tesis yang telah
penulis dengan sabar, tekun, bijaksana dan juga sangat cermat memberikan
ini.
Semoga amal dan budi baik Bapak dan Ibu mendapat pahala yang berlimpah dari
Tuhan Yang Maha Esa. Mudah-mudahan modul ini bermanfaat bagi upaya
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................................. i
Kata pengantar .................................................................................................... ii
Daftar isi .............................................................................................................. iv
Bab I Pendahuluan ........................ 1
a. Latar belakang ............ 1
b. Tujuan .......................... 3
c. Sistematika Penulisan .......................................................................... 3
Bab II Pedoman pelaksanaan Terapi kelompok terapeutik ...................... 4
a. Pengertian Terapi kelompok terapeutik ............................................. 4
b. Tujuan Terapi kelompok terapeutik ....................... 5
c. Prinsip Terapi kelompok terapeutik ................... 5
d. Karakteristik Terapi kelompok terapeutik ......................................... 6
e. Aturan Terapi kelompok terapeutik ..................... .. 6
f. Keanggotaan Terapi kelompok terapeutik .................. 6
g. Waktu pelaksanaan Terapi kelompok terapeutik .. 7
h. Tempat pelaksanaan Terapi kelompok terapeutik........................ 7
i. Pelaksanaan Terapi kelompok terapeutik............. 7
Bab III Implementasi Terapi kelompok terapeutik .............. 11
a. Sesi 1...........................................11
b. Sesi 2.................................. 14
c. Sesi 3.................................. 17
d. Sesi 4.................................................. 22
e. Sesi 5 ................................................................................................. 25
Bab IV Penutup ................................................................................................ 29
a. Kesimpulan ....................................................................................... 29
b. Saran ................................................................................................. 30
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia perempuan paruh baya merupakan periode kritis karena pada masa ini
krisis besar terjadi. Masa kritis adalah masa dimana individu berusaha untuk
mengatasi kesenjangan antara masa lalu dan masa depan yang mengancam
kontinuitas kehidupannya (Levinson, 1978; Berk, 2005.). Masa krisis yang
ditakuti dilihat dari seluruh periode kehidupan manusia adalah masa
perempuan paruh baya karena pada masa ini krisis besar terjadi (Hurlock,
2003).
Krisis perempuan paruh baya seringkali lebih dikenal dengan istilah puber
kedua. Sebagaimana halnya dengan masa pubertas yang dialami remaja,
puber kedua ini terkait dengan terjadinya perubahan fisik yang signifikan
dalam diri individu. Perbedaannya, karakter utama perubahan fisik pada masa
remaja adalah penambahan kapasitas, sementara perubahan fisik pada usia
perempuan paruh baya yang ditandai dengan penyusutan kapasitas. Puber
pertama merupakan masa perpindahan dari seorang anak menjadi seorang
remaja, sementara puber kedua adalah tahapan dari seorang dewasa berpindah
menjadi tua. Berbeda dengan masa puber pertama yang ditunggu-tunggu dan
disambut dengan suka cita, masa puber kedua justru menjadi masa-masa di
mana seseorang dihinggapi rasa takut dan keraguan diri, yaitu takut menjadi
tua, takut menjadi tidak menarik lagi,1takut mati, takut tidak berguna lagi,
takut tidak kuat lagi, dan sebagainya.
Individu perempuan paruh baya yang mampu menyelesaikan tugas
perkembangannya dengan baik di masa tersebut akan mencapai generativitas
dan memiliki rasa puas serta bahagia menjalani kehidupannya. Tapi,
sebaliknya, bila ia gagal mencapai tugas perkembangannya, ia akan
mengalami stagnasi. Beberapa ciri yang nampak pada individu yang
mengalami stagnasi antara lain : tidak ingin berkonstribusi terhadap
kesejahteraan masyarakat (tidak berjiwa sosial) karena ia tetap merasa aman
dan nyaman di atas penderitaan orang lain; kepekaan diri yang kurang
ditunjukkan dengan kurangnya perhatian dan keterlibatannya pada perawatan
anak-anak misalnya pada anaknya sendiri; lebih terfokus pada apa yang bisa
didapatkannya dari orang lain dibanding apa yang bisa diberikannya; kurang
tertarik pada pekerjaan yang produktif; kurang tertarik mengembangkan
kemampuan ataupun membuat hidup lebih baik (Hamcheck, 1990; Laura &
Berk, 2005). Ciri-ciri stagnasi dapat mengarah pada terjadinya depresi
sebagai akibat akumulasi keputusasaan karena gagal mencapai tugas
perkembangannya. Hal ini tentunya bisa memicu terjadinya bunuh diri.
Dengan demikian terlihat betapa buruknya dampak yang bisa ditimbulkan bila
individu perempuan paruh baya tidak dibekali dengan ilmu untuk menghadapi
krisis di pertengahan usianya tersebut. Hal ini menjadikan alasan betapa
pentingnya memberikan perhatian khusus terhadap perempuan paruh baya yang
baru memasuki awal perempuan paruh baya untuk menghadapi tantangan besar
yang akan datang dalam hidupnya melalui pendidikan stimulasi yang diberikan.
B. Tujuan Umum
Agar individu perempuan paruh baya mengetahui dan dapat melakukan
stimulasi perkembangan dalam rangka mencapai kesehatan yang optimal.
C. Sistematika Penulisan
BAB II
I. Pengertian
Kelompok adalah individu yang memiliki hubungan antara satu dengan yang
lainnya, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart &
Laraia, 2005). Sedangkan terapi kelompok terapeutik merupakan salah satu
jenis dari terapi kelompok yang memberi kesempatan kepada anggotanya
untuk saling berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, dan
untuk menemukan cara menyelesaikan masalah serta mengantisipasi masalah
yang akan dihadapi dengan mengajarkan cara yang efektif untuk
mengendalikan stres. Kelompok terapeutik lebih berfokus pada hubungan di
dalam kelompok, interaksi antara anggota kelompok dan mempertimbangkan
isu yang selektif (Townsend, 2009).
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pemberian terapi kelompok
terapeutik, antara lain :
Dari berbagai tujuan tersebut maka bisa diasumsikan bahwa tujuan terapi
kelompok teraputik pada perempuan paruh baya yaitu untuk membantu paruh
bayadalam mencapai tugas perkembangannya secara bersama dalam
kelompok dan saling bertukar pengalaman dalam memberikan solusi dalam
mencapai generativitas yang optimal.
Prinsip terapi kelompok terapeutik ada beberapa yaitu segera menolong klien,
melibatkan dukugan keluarga dan sistem sosial, berfokus pada kondisi saat
ini, menurunkan stres dengan cara memberikan dukungan atau menggunakan
obat obatan bila dianggap penting, menggunakan tehnik klarifikasi dan
pemecahan masalah, membantu pasien untuk mengatasi krisis dimasa yang
akan datang dan secepatnya mencari pertolongan bila mengalami stres.
M. Karakteristik Terapi Kelompok Terapeutik
7. Kooperatif,.
8. Menjaga keamanan dan keselamatan kelompok
9. Mengekspresikan perasaan dan keinginan berbagi pengalaman
10. Penggunaan waktu efektif dan efisien.
11. Menjaga kerahasiaan
12. Mempunyai rasa memiliki, berkontribusi, dapat menerima satu sama lain,
mendengarkan, mempunyai kebebasan, loyalitas, dan mempunyai
kekuatan.
O. Keanggotaan
Penelitian ini menggunakan dua referensi utama yaitu oleh Townsend (2008)
dan Stuart & Laraia (2005). Pada penelitian ini, Terapi Kelompok Terapeutik
diterapkan pada kelompok usia Paruh Baya. Tujuan yang diharapkan adalah
paruh baya mampu meningkatkan pengetahuan dalam memenuhi kebutuhan
tahap perkembangannya..
Adapun pertimbangan pemberian terapi ini antara lain; terapi ini dilakukan
pada kelompok perempuan paruh baya yang sehat, dimana setiap anggota
membutuhkan pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan
psikosialnya yaitu mencapai generativitas yang optimal. Metode yang
dilakukan adalah dinamika kelompok, diskusi, tanya jawab dan role play.
a. Sesi Pertama
c. Sesi Ketiga
d. Sesi Keempat
e. Sesi lima
BAB III
Pada bab ini akan dijelaskan aplikasi dan strategi pelaksanaan terapi kelompok
terpeutik pada masing masing sesi dan bagaimana melakukannya.
7. Tujuan
a. Perempuan paruh baya menyampaikan pendapatnya tentang sehat jiwa dan
hubungannya dengan kesehatan fisik/tubuh dan perkembangan diri di usia
paruh baya.
b. Perempuan paruh baya menyampaikan pendapat tentang ciri
perkembangan paruh baya yang sehat/normal yang merupakan tugas
perkembangan yang harus dicapai di usia paruh baya.
c. Perempuan paruh baya menyampaikan pendapat tentang dampak yang bisa
ditimbulkan bila tugas perkembangan tidak tercapai.
d. Perempuan paruh baya menyampaikan pendapat tentang pentingnya
stimulasi perkembangan usia paruh baya.
8. Setting
9. Alat
10. Metode
a. Dinamika kelompok
a. Persiapan
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
2) Evaluasi/Validasi
3) Kontrak
c. Tahap Kerja
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
2) Tindak Lanjut
1. Tujuan
2. Setting
3. Alat
Leaflet Sehat di Usia Paruh dan Leaflet Makin dekat dengannya di usia
paruh baya.
4. Metode
a. Dinamika kelompok
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Salam terapeutik
2) Evaluasi/Validasi
3) Kontrak
c. Tahap Kerja
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
2) Tindak Lanjut
Memotivasi anggota kelompok untuk mencoba menerapkan cara-
cara mencapai perkembangan psikoseksual yang telah dibahas
dalam kelompok.
1. Tujuan
2. Setting
3. Alat
4. Metode
a. Dinamika kelompok
c. Role play
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada anggota kelompok
2) Evaluasi/Validasi
3) Kontrak
c. Tahap Kerja
10. Berikan penjelasan tentang stres, penyebab, tanda dan gejala serta
akibat yang bisa ditimbulkan (khusus untuk stressor yang ada pada
usia perempuan paruh baya).
13. Ajarkan teknik manajemen stres yang sederhana seperti latihan nafas
dalam.
d. Tahap Terminasi
Evaluasi
Tindak Lanjut
1. Tujuan :
2. Setting
3. Alat
4. Metode
a. Dinamika kelompok
c. Role play
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
b. Orientasi
Salam terapeutik
Kontrak
Tahap Kerja
c. Tahap Terminasi
Evaluasi
Tindak Lanjut
1. Tujuan :
2. Setting
3. Alat
4. Metode
a. Dinamika kelompok
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
Membuat kontrak dengan anggota kelompok
b. Orientasi
Salam terapeutik
Evaluasi/Validasi
Kontrak :
Tahap Kerja :
c. Tahap Terminasi
Evaluasi
Tindak Lanjut
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap orang tidak terlepas dari proses belajar, bahkan manusia sebenarnya
harus memegang prinsip belajar seumur hidup atau sepanjang masa. Dimana
kehidupan itu dipelajari dari pengalaman yang membuat individu menjadi
bertambah dewasa dan semakin matang dari waktu ke waktu. Berbagai metoda
diterapkan dalam proses belajar baik secara individu, kelompok maupun
dalam kelompok massa atau komunitas.
C. Saran
MODUL
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK LANSIA
Oleh:
Aspek alamiah yang ketiga adalah aspek sosial (Social aspect Of Aging),
dimana lanjut usia diberikan posisi terhormat dalam budaya, dan dihormati
untuk pengetahuan dan kebijaksanaan yang diperoleh melalui pengalaman
hidup mereka. (Giger & Davidhizar, 1991 dalam Stuart & laraia 2005).
Keadaan interaksi sosial para lansia mulai menurun akibat perubahan pada
aspek ini. Aspek alamiah yang ke empat adalah aspek seksualitas (Sexual
Aspect of Aging), pada aspek ini terjadi perubahan dimana produksi
testosterone dan sperma menurun mulai usia 45 tahun. Pada usia 70 tahun
seorang laki-laki masih memilki libido dan mampu melakukan kopulasi.
Sedangkan pada wanita karena jumlah ovum dan volikel yang sangat rendah
maka kadar esterogen akan menurun setelah menopause di usia 45 50 tahun
(Masters & Johnson, 1966). Hal ini menyebabkan dinding rahim menipis,
selaput lendir mulut rahim dan saluran kemih menjadi kering (Tamher &
Noorkasiani, 2009). Perubahan pada aspek ini akan mengakibatkan infeksi
saluran kemih pada wanita yang dapat meghambat aktifitas seeksual pada
wanita.
Perubahan aspek kelima adalah perubahan pada aspek spiritual, pada aspek
spiritual terjadi peningkatan dalam agama atau kepercayaan yang terintegrasi
dalam kehidupannya (Maslow, 1970), lansia semakin matur dalam kehidupan
agamanya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan
sehari-hari (Murray & Zentner 1970, dalam Ebersol, 2005). Dari segi spiritual
pada umumnya lansia mengharapkan panjang umur, semangat hidup, tetap
berperan sosial, dihormati, mempertahankan hak dan hartanya, tetap
berwibawa, kematian dalam ketenangan dan diterima di sisi-Nya (khusnul
khotimah) dan masuk surga (Suardiman, 1999).
Menurut Depsos yang dikatakan lansia sehat adalah lansia yang memiliki potensi dan
dapat membantu dirinya sendiri bahkan membantu sesamanya (Depsos RI, direktorat
jendral binaan keluarga sosial, 1997). Berbagai upaya dilakukan untuk memaksimalkan
potensi lansia dan meminimalkan efek penuaan yang dapat membantu memelihara
atau meningkatkan kesejahteraan dan integritas diri lansia (Stanley, 2007). Untuk
memelihara dan mempertahankan integritas diri lansia dapat dilakukan terapi
kelompok terapeutik lansia yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan lansia
dengan diagnosa potensial perkembanagn integritas diri pada kelompok lansia sehat.
Modul TKT lansia ini terdiri dari 6 (enam) sesi kegiatan yaitu :
1. Stimulasi adaptasi perubahan aspek biologis dan seksual.
2. Stimulasi adaptasi perubahan aspek psikologis (kognitif)
3. Stimulasi adaptasi perubahan aspek kognitif (emosional)
4. Stimulasi adaptasi perubahan aspek sosial
5. Stimulasi adaptasi perubahan aspek spiritual
6. Sharing dan evaluasi kemampuan integritas diri
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah mempelajari modul ini diharapkan perawat spesialis
keperawatan jiwa dapat memahami dan melaksanakan Terapi
Kelompok terapeutik lansia pada kelompok lansia sehat dengan
diagnosa keperawatan potensial perkembangan integritas diri.
1.3 Manfaat
Modul ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang terlibat dalam
pemeliharaan kesehatan jiwa lansia
1.3.1 Bagi lansia, dapat dijadikan sebagai panduan dalam meningkatkan
kemampuan adaptasi dan perkembangan integritas diri.
1.3.2 Bagi puskesmas, dapat dijadikan program kesehatan jiwa lansia
untuk mempertahankan dan memelihara perkembangan integritas
diri lansia
1.3.3 Bagi perawat, dapat menerapkan perannya sebagai pelaksana upaya
peningkatan kesehatan jiwa terutama bagi lansia
1.3.4 Bagi masyarakat, dapat meningkatkan peran lansia dalam
berkontribusi untuk mencapai integritas diri.
BAB 2
PELAKSANAAN
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK LANSIA
PADA LANSIA SEHAT
Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik ini terdiri dari 6 (enam) sesi dan masing-
masing sesi dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 40-60 menit. Adapun uraian
kegiatan sebagai berikut :
Diawal kegiatan ini lansia akan belajar tentang perubahan alamiah aspek
biologi dan seksual dan cara adaptasi terhadap perubahan tersebut. Lansia
akan berbagi pengalaman tentang perubahan-perubahan dan cara yang
dilakukan untuk beradaptasi dengan perubahan aspek biologi dan seksual.
Stimulasi adaptasi aspek perubahan biologis diberikan berupa
mempertahankan kesehatan pada kulit lansia dengan cara meghindari
pemajanan berlebihan terhadap matahari dan udara dingin, penjelasan
pemakaian kosmetik yang sesuai untuk kulit lanjut usia terutama pada wanita.
Pemberian materi terkait perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia
dengan materi bahagia dan sehat di usia lansia serta bagaimana upaya-upaya
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dengan olah raga yang teratur,
nutrisi seimbang, latihan otot-otot pernapasan, latihan otot-otot perkemihan
untuk menghindari inkontinentia dan menjelaskan lingkungan yang aman
untuk menghindari terjadinya injuri.
Pada aspek seksual terjadi perubahan sering merasakan sakit pada saat
hubungan seksual dan terjadinya penurunan produksi sperma dan testosteron
pada pria juga menimbulkan dampak penurunan aktivitas seksual pada lansia.
Stimulasi untuk adaptasi pada aspek seksualitas ini dapat diberikan penjelasan
bagaimana upaya meningkatkan hubungan kasih sayang yang harmonis
dengan pasangan yang disesuaikan dengan kondisi biologisnya, menjelaskan
penggunakan cairan lubrikan sebelum melakukan hubungan seksual, posisi
yang sesuai dan memperpanjang waktu stumulasi serta mengatur kebiasaan
tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup yang positif. Serta
menjelaskan frekwensi hubungan seksual yang sesuai dengan mengutamakan
kualitas dari pada kuantitas. Memotivasi menggunakan sentuhan yang tepat
untuk meningkatkan hubungan karena sentuhan sangat mengkomunikasikan
nilai dan harga diri pada lansia seperti berpegangan tangan dan berpelukan
saat berjalan. Hasil dari sesi pertama ini lansia mengetahui perubahan biologis
dan seksual yang terjadi secara alamiah dan mampu melakukan stimulasi
perkembangan aspek biologis dan aspek seksual sehingga lansia dapat
beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan biologis dan seksual.
B. Setting tempat
Di mushola atau ruangan pertemuan yang ada di masyarakat
a. Kelompok lansia dan terapis duduk bersama secara melingkar
b. Suasana ruangan harus nyaman dan tenang.
c. Peserta dan terapis menggunakan papan nama
C. Alat
Kartu nama, leaflet, buku kerja, pena, buku raport dan format evaluasi sesi
1.
D. Metode
Diskusi dan tanya jawab
E. Langkah-langkah
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan lansia satu hari sebelumnya bahwa terapi akan
dilaksanakan secara kelompok dalam 6 (enam) sesi dengan waktu
pelaksanaan masing-masing sesi 40 sampai 60 menit. Lansia berada
ditempat 15 menit sebelum kegiatan dimulai.
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Pelaksanaan
1) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
Salam terapeutik dari terapis kepada peserta, perkenalan dengan
semua anggota kelompok nama dan panggilan terapis,
menanyakan nama dan panggilan lansia.
b) Evaluasi/validasi
Menanyakan bagaimana perasaan lansia saat ini.
c) Kontrak
(1) Menjelaskan kegiatan terapi kelompok terapeutik dengan jumlah
sesi sebanyak 6 (enam) kali pertemuan dan membuat jadawal
pertemuan
(2) Menjelaskan tujuan sesi pertama yaitu: mampu mengetahui
perubahan- perubahan yang terjadi pada aspek biologi dan seksual
dan tahu bagaimana cara menyesuaikan dan beradaptasi terhadap
perubahan tersebut.
(3) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut:
- Lama kegiatan 40 sampai 60 menit.
- lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
- lansia berperan aktif dalam mengungkapkan pikiran,
perasaan dan prilakunya.
1) Fase Kerja
1. Ice breaking
a) Terapis meminta peserta untuk duduk membentuk setengah
lingkaran dan membagi kartu nama dengan warna yang berbeda
b) Meminta peserta menuliskan namanya dan memakai kartu nama
tersebut
c) Meminta setiap peserta memperkenalkan dirinya dengan
menyebutkan nama, panggilan, alamat dan hobi
d) Meminta peserta untuk memperkenalkan salah satu temannya.
2. Berbagi pengalaman tentang perubahan-perubahan aspek biologi
yang dialami
a) Tanyakan pada masing-masing anggota kelompok tentang
perubahan biologi (fisik) lansia yang terjadi.
b) Berikan penjelasan atau informasi mengenai perubahan aspek
biologi seperti kulit keriput, rambut memutih dan rontok, gigi
copot, motorik melemah, aktivitas terbatas, cepat lelah,napas
mudah sesak, reflek berkemih menurun, resiko cedera dan
penurunan daya tahan tubuh.
c) Terapis meminta lansia untuk mengidentifikasi perubahan-
perubahan yang terjadi dan upaya yang dilakukan untuk
beradaptasi dengan perubahan tersebut di buku kerja.
d) Terapis menjelaskan cara beradaptasi terhadap perubahan aspek
biologi seperti, perawatan kulit, pearawatan rambut,
penggunaan alat bantu, membatasi aktivitas yang berat, istirahat
yang cukup, nutrisi yang seimbang, minum air putih minimal 8
gelas sehari, olah raga yang teratur dan menjaga keamanan dan
kenyamanan lingkungan tempat tinggal seperti lantai rumah
tidak licin, menggunakan warna terang untuk ruangan.
2) Terminasi
a. Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti kegiatan
b) Megevaluasi kemampuan peserta mengenal nama temannya
c) Mengevaluasi kemampuan adaptasi aspek perubahan biologi dan
seksual
d) Terapist memberikan pujian kepada kelompok
b. Tindak lanjut
a) Memotivasi kelompok untuk mencoba menerapkan cara-cara
adaptasi perkembangan biologi dan seksual yang telah
dibahas dalam kelompok.
b) Catat dalam buku kerja
c. Kontrak yang akan datang
(a) Menyepakati kegiatan untuk melakukan stimulasi perkembangan
kognitif
(b) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan sesi 2 (dua).
2.1.2 Evaluasi
Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja,
keaktifan lansia, keterlibatan lansia, proses pelaksanaan secara keseluruhan.
A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: lansia dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : lansia harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.
Perubahan aspek kognitif ini juga terjadi perubahan fungsi intelektual dimana
terjadinya penurunan kemampuan lansia dalam megatasi masalah atau
pemecahan masalah, selanjutnya juga pada aspek ini terjadi perubahan
kemampuan penyesuaian secara psikologis terhadap proses menua (Learning
Ability), (Stuart & Laraia, 2009). Pada aspek kognitif ini untuk meningkatkan
intelektualnya lansia dapat diberikan pendidikan kesehatan atau edukasi agar
perkembangan dimensia dapat ditunda. Perubahan yang dapat terlihat adalah
penurunan daya ingat atau memori lansia sering lupa atau pikun, dan terjadi
penurunan kemampuan menyelesaikan masalah. Stimulasi adaptasi yang
dilakukan untuk perubahan kognitif lansia dengan cara menjelaskan
pentingnya membaca untuk melatih daya ingat dan memotivasi lansia untuk
membaca bacaan yang disenanginya memberikan contoh kasus dalam
kehidupan sehari-hari dan mencarikan solusinya. Metoda pencatatan untuk
meminimalkan kelupaan, latihan konsentarasi dan asah otak melalui
permainan puzzle dan teka teki silang. Diharapkan setelah menyelesaikan sesi
ini lansia mampu melatih ingatan untuk menunda dimensia dan menggunakan
intelektualnya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Format evaluasi dan dokumentasi proses terapi kelompok terapeutik lansia pada
saat kegiatan
A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai > 2: lansia dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : lansia harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.
3. Berpikir positif
Latihan pada sesi ini akan diawali dengan mengidentifikasi pikiran- pikiran
negative pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Setelah itu lansia
diminta untuk mengidentifikasi pikiran-pikiran positif untuk mengkounter
pikiran negative. (Keliat, 2011).
A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: Lansia dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : Lansia harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.
Evaluasi kemampuan peserta dalam kehidupan sehari-hari
1. Latihan pernapasan dan latihan fisik
Pikiran positif
Pikiran positif Pikiran positif
Tanggal No Terhadap diri
terhadap orang terhadap
sendiri
lain lingkungan
Aspek perubahan sosial ini juga didukung oleh teori ; teori sosiologi teori
pemutusan hubungan (disengagement theory) yang diperkenalkan oleh
Cumming dan Henry pada tahun 1961 (Meiner & Lueckenotte, 2006;
Ebersole, dkk, 2005; Fortinash & Worret, 2004). Teori ini menyatakan bahwa
dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya (Cumming & Henry, 1961 dalam Meiner & Lueckenotte, 2006;
Ebersole, at all, 2005; Fortinash & Worret, 2004). Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loos), yakni
kehilangan peran (loos of role), hambatan kontak sosial (restraction of
contacts and relationships) dan berkurangnya komitmen (reduced
commitment to social mores and values). Pada teori ini seorang lansia dapat
mengalami pemutusan hubungan atau interaksi dengan lingkungan sosialnya
sehubungan dengan perubahan peran sosial lansia tersebut di masyarakat.
Hilangnya peran sosial di masyarakat dapat mengarahkan lansia mengalami
isolasi sosial, perasaan sedih, merasa tidak berguna dan merasa sendiri.
Kondisi lain yang juga merupakan factor yang mempengaruhi integritas lansia
adalah pos power sindrom. Supardi, (2002) menyatakan Post Power Syndrom
(PPS) sebagai perubahan suatu keadaan yang sebelumnya menguntungkan
menjadi tidak menguntungkan seperti kehilangan pekerjaan, jabatan atau
perubahan status sosial ekonomi. Turner dan Helms (dalam Supardi, 2002)
menggambarkan penyebab terjadinya PPS dalam kasus kehilangan pekerjaan
yakni (1) kehilangan harga diri hilangnya jabatan menyebabkan hilangnya
perasaan atas pengakuan diri (2) kehilangan fungsi eksekutif, fungsi yang
memberikan kebanggaan diri; (3) kehilangan perasaan sebagai orang yang
memiliki arti dalam kelompok tertentu; (4) kehilangan orientasi kerja; (5)
kehilangan sumber penghasilan terkait dengan jabatan terdahulu. Semua ini
bisa membuat individu pada frustrasi dan menggiring pada gangguan
psikologis, fisik serta sosial.
Teori aktivitas menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang
aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Meiner & Lueckenotte, 2006;
Fortinash & Worret, 2004). Havighurst dan Albrecht (1953) pertama kali
mengemukakan bahwa lansia yang sukses berarti lansia yang tetap aktif
(Meiner & Lueckenotte, 2006). Teori ini melihat bahwa aktivitas diperlukan
untuk memelihara kepuasan hidup seseorang dan konsep diri yang positif.
Aktivitas lansia dapat dilihat secara luas sebagai fisik ataupun intelektual.
Oleh karena itu ketika seseorang sakit atau lansia, lansia dapat tetap aktif
dan mencapai kepuasan hidupnya (Havighurst, Neugarten & Tobin, 1963
dalam Meiner & Lueckenotte, 2006; Ebersole, dkk., 2005).
Berdasarkan teori ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas sosial sangat penting
bagi lansia khususnya sebagai sistem pendukung dan meningkatkan konsep
diri lansia itu sendiri. Namun pada kenyataannya masa lansia sebagian orang
merupakan masa pensiun atau berhenti bekerja. Kehilangan fungsi peran ini
akan mempengaruhi konsep diri lansia itu sendiri. Untuk menyesuaikan
dengan kondisi ini lansia memerlukan aktivitas sosial dalam kelompok seperti
perkumpulan lansia, majlis taqlim dan organisasi lainnya.
Stimulus aspek sosial yang dapat dilakukan dengan cara mendiskusikan bagaimana
upaya meningkatkan harga diri lansia sehingga lansia dapat merasa percaya diri
kembali untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain dan mampu
mengatasi situasi sulit atau konflik yang terjadi baik dari dalam diri sendiri, keluarga
maupun masyarakat. Pada sesi ini lansia belajar menidentifikasi aspek positif yang ada
di dalam diri dan aspek positif yang masih bisa di lakukan saat ini, cara berkomunikasi
yang baik, belajar cara menjalin persahabatan dengan orang lain dan belajar
mengatasi situasi sulit yang mungkin dihadapai dengan cara menjelaskan tentang
manfaat membina hubungan dengan orang lain serta kerugian bila menjauhkan diri
dari orang lain. Memotivasi lansia untuk mengikuti kegiatan bersama yang ada
dimasyarakat serta mengunjungi sanak keluarga. Sehingga setelah sesi ini lansia
diharapkan memiliki pengetahuan tentang cara membina hubungan dengan orang lain
dan dapat menghadapi situasi sulit seperti kesepian (loneliness) dan diharapkan
mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Fase Kerja
a) Terapis meminta peserta untuk menceritakan pengalaman dan
kondisi saat ini terkait dengan pekerjaan, dan situasi dirumah yang
membuat lansia merasa tidak percaya diri dan membatasi diri untuk
berinteraksi dengan orang lain serta upaya apa yang telah dilakukan
untuk mengatasinya.
b) Terapis meminta peserta untuk mengidentifikasi aspek positif yang
dimiliki peserta dan aspek positif yang masih bisa dilakukan saat ini.
c) Terapis memberikan pujian kepada peserta
d) Terapis memberikan materi tentang membina hubungan harmonis
dengan orang lain
e) Terapis menjelaskan dan mendemonstrasikan cara berkomunikasi
yang baik, menjalin persahabatan serta mengatasi situasi sulit.
f) Terapis meminta lansia untuk berpasangan mendemonstrasikan cara
berkomunikasi, menjalin persahabatan dan mengatasi situasi sulit.
g) Terapis memberikan permainan susun kata untuk memotivasi
kegiatan bersama.
h) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
c. Terminasi
a) Evaluasi
(1) Menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti terapi kelompok
terapeutik sesi 4
(2) Mengevaluasi kemampuan peserta tentang penggunaan aspek
positif diri
(3) Mengevaluasi cara berkomunikasi yang baik, menjalin
persahabatan, mengatasi situasi sulit dan melakukan kerjasama
dengan anggota kelompok
(4) Mengevaluasi kemampuan peserta mendemonstrasikan cara
berkomunikasi, dan menjalin persahabatan
(5) Memberikan umpan balik positif atas kerjasama lansia yang baik.
b) Tindak lanjut
(1) Menganjurkan kepada lansia untuk melakukan membina
hubungan harmonis dengan tetangga
(2) Masukan dalam jadwal kegiatan harian lansia.
c) Kontrak yang akan datang
Menyepakati pertemuan sesi 5(lima) tentang adaptasi aspek
perubahan spiritual
A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: lansia dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai < 3 : lansia harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.
b. Kemampuan berkomunikasi ku
Kemampuan Tanggal
No
Berkomunikasi
1 Kontak mata
2 Tersenyum
3 Posisi badan tegak
4 Menjawab pertanyaan
5 Bertanya untuk klarifikasi
Keintensifan pada kehidupan agama pada lanjut usia tidak hanya mempunyai
sisi nilai positif pada aspek kejiwaannya saja, tetapi memiliki sisi positif pada
aspek fisik dan sosialnya. Koenig (Schumaker, 1992) mengemukakan bahwa
dari penelitiannya menunjukkan bahwa lanjut usia yang berminat pada
keyakinan agama dan melaksanakan berbagai ritual yang ada dalam
keyakinan beragamanya, memiliki proporsi yang berarti dalam menghadapi
suatu masalah (cope) dengan lingkungannya, hubungan interpersonal dan
stress yang diakibatkan oleh kesehatan fisik. Koping agama juga terkait erat
dengan penyesuaian diri yang baik pada lanjut usia (Hadisuprapto dalam
Hakim, 2003). Sehingga stimulasi adaptasi pada aspek ini dapat diberikan
mengenai bagaimana manfaat mengikuti kegiatan yang berkaitan degan
keagamaan serta pemberian materi manfaat spiritual dalam persiapan
menghadapi kematian. Materi ini diberikan dengan tujuan agar setelah
menyelesaikan sesi ini lansia diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam
menghadapi kematian.
A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: lansia dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai < 3 : lansia harus melatih diri untuk meningkatkan
keyakinan atau aspek spiritualnya
Tujuan
Tujuan
Harapan yang Harapan yang yang
Tanggal No yang belum
belum tercapai sudah tercapai sudah
tercapai
tercapai
Nilai
No Aspek yang dinilai
Tanggal Tanggal
1 Menyampaikan stimulasi adaptasi aspek
perubahan biologi dan seksual
2 Menyampaikan stimulasi adaptasi aspek
perubahan kognitif
3 Menyampaikan stimulasi adaptasi aspek
perubahan emosional
4 Menyampaikan stimulasi perubahan aspek
sosial
5 menyampaikan stimulasi adaptasi aspek
perubahan spiritual
6 Mengungkapkan perasaan senang (gembira)
setelah mengikuti kegitan terapi dari sesi 15
6 Menyampaikan perasaan puas atas kehidupan
yang telah dijalani.
7 Menyampaikan perasaan dirinya masih
berguna.
8 Menyampaikan perasaan dirinya masih
berharga.
9 Menyampaikan perasaan masih mempunyai
semangat dalam menjalani kehidupan.
10 Menyatakan memperoleh banyak teman
setelah mengikuti kegiatan terapi.
11 Menyampaikan motivasi klien untuk
melakukan kegiatan yang sama lebih sering.
12 menyampaikan perasaan siap menghadapi
datangnya kematian
13 Menyampaikan komitmen (pernyataan) untuk
lebih banyak melakukan kegiatan spiritual
dalam kehidupan sehari-hari.
Jumlah
Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
BAB 3
PENUTUP
Kemampuan adaptasi lansia terhadap perubahan yang terjadi pada tahap tumbuh
kembangnya, dapat membantu lansia menyelesaikan tugas tumbuh kembangnya
dalam mencapai integritas diri. Dimana kondisi perubahan pada lansia tersebut
dapat berdampak terhadap fisik dan mental sehingga menyebabkan lansia menjadi
tidak produktif dan berguna bagi keluarga dan masyarakat.
Komunitas adalah tempat dimana lansia sehat berada yang dapat dijadikan sebagai
lahan untuk mengembangkan program kesehatan jiwa. Diharapkan dengan
kegiatan ini dapat membekali lansia menyelesaikan tugas perkembangannya
dalam mempertahankan dan memelihara integritas diri. Untuk itulah dibutuhkan
stimulasi adaptasi melalui terapi kelompok terapeutik lansia yang ditujukan untuk
kelompok lansia sehat dengan diagnose potensial perkembangan integritas diri.
Terapi kelompok terapeutik adalah terapi yang tepat untuk individu sehat dimana
salah satu indikasi dari terapi ini adalah untuk stimulasi perkembangan pada
semua tingkat usia. Melalui modul terapi kelompok terapeutik lansia, lansia
memiliki modal yang kuat untuk mempertahankan dan memelihara kesehatan jiwa
serta dapat mencapai integritas diri dan dapat terhindar dari keputusasaan
DAFTAR PUSTAKA
Atchley, R.C. dan Barusch, A.S. (2004). Social forces and Aging ; an introduction
to social gerontology. (10th ed.). USA: Thomson Learning, Inc.
BPKP Republik Indonesia. (1998). Undang-undang Republik Indonesia nomor 13
tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia.
http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/uu/1998/13-98.pdf, diperoleh 03
Pebruari 2010
Collins, C. (2006). Life Review And Reminiscence Group Therapy Among Senior
Adults. http://etd.lib.ttu.edu/theses/available/etd-
04182006223851/unrestricted/Collins_Cassondra_Diss.pdf, diperoleh 14
Pebruari 2009
Ebersole, P., et al., (2005). Gerontological nursing and health aging, (2nd ed.).
USA, Philadelphia: Mosby, Inc.
Fortinash, K.M. dan Worret, P.A.H. (2004). Psychiatric mental health nursing.
(3rd ed.). USA: Mosby, Inc
Ham, R.J., et al (2007). Primary care geriatric ; a case-based approach. (5th ed.).
Philadelphia: Mosby, Inc
Kennard, C (2006). Reminiscance Therapy and Aktivities for People with
Dementia.
http.//www.alzheimers.about.com/cs/treatmentoptions/a/reminiscence.html,
diperoleh 24 Pebruari 2009
Parese, E.F., Simon, M.R. dan Ryan, E. (2008). Promoting positive student
clinical experiences with older adults through use of group Reminiscence
therapy. Journal of Gerontological Nursing Vol. 34, No. 12, 2008.
http://proquest.umi.com, diperoleh 10 Januari 2010ield
RIPFA (2006). Reminiscance therapy for people with Dementia. http.//www.
ripfa.org.uk/evidenceclusters/displayCLUSTER4.asp?catID, diperoleh 24
Pebruari 2009
Stinson, C. K. (2009). Structured group reminiscence: An intervention for older
adults. The Journal of Continuing Education in Nursing. November 2009
Vol 40, No 11. http://proquest.umi.com, diperoleh 11 Januari 2010
Stuart, G. W. & Laraia, M.T. (2005). Principle and Practice of Psychiatric
Nursing. (8th ed.). Philadelphia, USA: Mosby, Inc.
Wheeler, K. (2008). Psychotherapy for the advanced practice psychiatric nurse.
USA: Mosby, Inc.
World Health Organization. (2010). Proposed working definition of an older
person in Africa for the MDS project. http://www.who.int.html, diperoleh
12 Januari 2010.
MODUL
Oleh:
Mustikasari,SKp., MARS
A. Latar belakang
Terapi kelompok suportif merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang
secara luas digunakan pada tatanan keluarga sakit dan komunitas didasarkan
pada penatalaksanaan psikiatri (Stuart & Laraia, 2005). Terapi ini dilakukan
langsung terhadap isu-isu dan tekanan yang khusus maupun keadaan yang
merugikan. Tujuan awal dari grup ini didirikan adalah memberikan suport dan
individu yang berkumpul untuk satu tujuan terapeutik, dibantu oleh seorang
(Powles, 1964 dalam Scott, 1995). Diharapkan dengan terapi kelompok suportif
suasana yang aman dimana anggota dapat bekerja bersama terapis untuk
mengatasi rintangan baik dari dalam maupun dari luar yang hadir dalam
pelaksanaannya dapat kurang dari satu minggu yakni bisa empat hari sekali,
sebulan sekali, atau bahkan dua bulan sekali dengan durasi 20-50 menit untuk
B. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan perawat:
1. Mampu melakukan Terapi Suportif
2. Mampu melakukan evaluasi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor
BAB II
PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI SUPORTIF KELOMPOK
Terapi Suportif merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat dilakukan pada
berbagai situasi dan kondisi.
A. Pengertian
Supportif group merupakan sekumpulan orang-orang yang berencana,
mengatur dan berespon secara langsung terhadap issue-isue dan tekanan yang
khusus maupun keadaan yang merugikan. Tujuan awal dari grup ini didirikan
adalah memberikan support dan menyelesaikan pengalaman isolasi dari
masing-masing anggotanya (Grant-Iramu, 1997 dalam Hunt, 2004).
Menurut Heller, dkk.(1997, dalam Chien, Chan, dan Thompson, 2006), hasil
penelitian mengindikasi peer support (dukungan kelompok) berhubungan
dengan peningkatan fungsi secara psikologis dan beban keluarga, sedangkan
mutual support (dukungan yang bermanfaat) adalah suatu proses pastisipasi
dimana terjadi aktifitas berbagi berbagai pengalaman (sharing experiences),
situasi, dan masalah yang difokuskan pada prinsip memberi dan menerima,
mengaplikasikan keterampilan swabantu (self help), dan pengembangan
pengetahuan (Cook, dkk., 1999 dalam Chien, Chan, dan Thompson, 2006).
Supportif group hampir mirip dengan self help group, hanya saja pada support
group fasilitator kelompok merupakan orang professional yang terlatih dalam
pekerjaan sosial, psikologi, keperawatan dan lainnya yang dapat memberikan
arti dan aturan kepemimpinan yang benar dalam kelompok.
b. Orientasi
1) Salam terapeutik:
a. Terapis menyampaikan salam terapeutik kepada seluruh keluarga.
b. Seluruh keluarga saling memperkenalkan diri.
2) Evaluasi validasi:
a. Menanyakan perasaan keluarga pada hari ini.
b. Menanyakan apa yang dirasakan keluarga sekarang.
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan terapi, kegiatan, dan peraturan terapi (lama
kegiatan 50 menit, jika keluarga ingin meninggalkan kelompok
meminta ijin terlebih dahulu pada terapis).
4) Doa bersama
c. Kerja
1) Meminta pada anggota kelompok untuk menjelaskan apa yang mereka
ketahui mengenai retardasi mental, meliputi definisi, penyebab, tanda
dan gejala, cara perawatan yang diketahui, dan sumber koping yang
dapat digunakan.
2) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga menyampaikan
pendapatnya.
3) Menanyakan pada anggota kelompok mengenai apa yang biasa
dilakukan selama merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga menyampaikan
pendapatnya.
5) Mendiskusikan sumber pendukung yang ada.
d. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
a. Menanyakan kepada keluarga perasaannya setelah mengikuti
terapi.
b. Terapis memberikan pujian kepada kelompok.
2) Evaluasi objektif
a. Menanyakan masalah yang dihadapi selama merawat anggota
keluarga yang sakit.
6. Evaluasi
Kemampuan keluarga yang dievaluasi:
a. Menjelaskan apa yang diketahuinya mengenai masalah yang dialami.
b. Menjelaskan cara yang biasa dilakukan dalam merawat anggota keluarga.
c. Mengidentifikasi sistem pendukung yang ada.
d. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Menanyakan kepada keluarga perasaannya setelah mengikuti terapi.
2) Evaluasi objektif
Menanyakan kepada kelompok untuk mengungkapkan kembali
kemampuan positif yang dimiliki sumber pendukung yang ada dalam
keluarga.
3) Rencana tindak lanjut
a. Menganjurkan kepada keluarga untuk menggunakan kemampuan
yang dimiliki sumber pendukung yang ada dalam keluarga bagi
keluarga.
b. Menganjurkan kepada keluarga untuk menggunakan kemampuan
yang dimiliki sumber pendukung yang ada dalam keluarga bagi
keluarga.
4) Kontrak yang akan datang
a. Bersama kelompok menentukan waktu dan tempat untuk
pertemuan berikutnya.
b. Bersama kelompok menyepakati topik untuk pertemuan yang
akan datang.
5) Doa penutup
6. Evaluasi
Kemampuan keluarga yang dievaluasi:
a. Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki sistem pendukung
dalam keluarga.
b. Mengidentifikasi hambatan dalam menggunakan kemampuan positif yang
dimiliki sistem pendukung dalam keluarga.
c. Mendemonstrasikan penggunaan sistem pendukung dalam keluarga
dengan melibatkan anggota lain dalam kelompok.
d. Mengungkapkan hasil monitor terhadap pelaksanaan, hasil, dan hambatan
menggunakan sistem pendukung dalam keluarga.
5. Langkah-langkah pelaksanaan
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan keluarga.
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Terapis menyampaikan salam terapeutik kepada seluruh keluarga.
2) Evaluasi validasi
(a) Menanyakan perasaan keluarga pada hari ini.
(b) Menanyakan hasil diskusi sesi II.
3) Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan dan peraturan terapi (lama kegiatan
50 menit, jika keluarga ingin meninggalkan kelompok meminta ijin
terlebih dahulu pada terapis).
4) Doa bersama
c. Kerja
1) Mendiskusikan kemampuan positif sistem pendukung yang ada di luar
keluarga: kelompok dalam masyarakat, pelayanan di masyarakat, dan
pelayanan lainnya yang terkait.
2) Meminta keluarga untuk melakukan role play penggunaan sistem
pendukung yang ada di luar keluarga.
3) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga melakukan role play.
4) Meminta keluarga membuat jadwal penggunaan sistem pendukung
yang ada di luar keluarga.
5) Memberikan motivasi pada keluarga untuk menggunakannya (sistem
pendukung yang ada di luar keluarga).
6) Meminta keluarga memantau dan menilai hasil penggunaannya (sistem
pendukung yang ada di luar keluarga).
7) Mendiskusikan hambatan dalam menggunakan sistem pendukung yang
ada di luar keluarga.
d. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Menanyakan kepada keluarga perasaannya setelah mengikuti terapi.
2) Evaluasi objektif
Menanyakan kepada kelompok untuk mengungkapkan kembali
kemampuan positif yang dimiliki sumber pendukung yang ada di luar
keluarga.
3) Rencana tindak lanjut
a. Menganjurkan kepada keluarga untuk menggunakan kemampuan
yang dimiliki sumber pendukung yang ada di luar keluarga bagi
keluarga.
b. Menganjurkan kepada keluarga untuk menggunakan kemampuan
yang dimiliki sumber pendukung yang ada di luar keluarga bagi
anggota keluarga.
4) Kontrak yang akan datang
a. Bersama kelompok menentukan waktu dan tempat untuk
pertemuan berikutnya.
b. Bersama kelompok menyepakati topik untuk pertemuan yang akan
datang.
5) Doa penutup
6. Evaluasi
Kemampuan keluarga yang dievaluasi:
a. Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki sistem pendukung di
luar keluarga.
b. Mengidentifikasi hambatan dalam menggunakan kemampuan positif yang
dimiliki sistem pendukung di luar keluarga.
c. Mendemonstrasikan penggunaan sistem pendukung di luar keluarga
dengan melibatkan anggota lain dalam kelompok.
d. Mengungkapkan hasil monitor terhadap pelaksanaan, hasil, dan hambatan
menggunakan sistem pendukung di luar keluarga.
d. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Menanyakan kepada keluarga perasaannya setelah mengikuti terapi.
2) Evaluasi objektif
Menanyakan kepada seluruh keluarga untuk mengungkapkan kembali
kemampuannya dalam memilih tindakan untuk memenuhi kebutuhan.
3) Rencana tindak lanjut
Menganjurkan kembali kepada keluarga untuk mengingat dan
mempraktekan kemampuan positif sistem pendukung baik yang di
dalam maupun di luar keluarga.
4) Kontrak yang akan datang
Menyampaikan pada seluruh keluarga bahwa sesi pertemuan sudah
selesai.Bila keluarga masih mempunyai masalah dapat menghubungi
perawat guru ataupun petugas kesehatan yang ada di Puskesmas.
5) Doa penutup
6. Evaluasi
Kemampuan keluarga yang dievaluasi:
a. Keluarga mampu mengungkapkan hasil evaluasinya terhadap pengalaman
yang dipelajarinya dalam menggunakan berbagai sistem pendukung yang
ada.
b. Keluarga mampu mengungkapkan hasil evaluasinya terhadap pencapaian
tujuan menggunakan berbagai sistem pendukung yang ada.
c. Keluarga mampu mengungkapkan hambatan dalam menggunakan
berbagai sistem pendukung yang ada.
d. Keluarga mampu menjelaskan upaya mengatasi hambatan dalam
menggunakan berbagai sistem pendukung yang ada.
e. Keluarga mampu menyatakan kesediaannya mengikuti kelanjutan
perawatan setelah program terapi.
BAB IV
PENUTUP
MODUL
KELOMPOK SWABANTU
(SELF HELP GROUP)
Oleh:
Tantri Widyarti Utami
NPM 0606037222
Gangguan jiwa menurut Townsend (2005) adalah respons maladaptif terhadap stressor dari
lingkungan internal dan eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan, dan perilaku yang
tidak sesuai dengan norma-norma lokal atau budaya setempat, dan mengganggu fungsi
sosial, pekerjaan dan/atau fisik. Berdasarkan hal tersebut terjadinya gangguan jiwa tidak
hanya satu faktor saja tetapi banyak faktor yang saling mempengaruhi satu sama lainnya
yaitu faktor predisposisi, presipitasi, sumber koping dan mekanisme koping.
Data World Mental Health Survey 2000 ditemukan gangguan mental berat yang cenderung
menimbulkan hendaya berat pada fungsi sehari-hari (psikosis, depresi berat, anxietas yang
berat, penyalahgunaan zat yang parah dsb.) didapati pada sekitar 1% populasi umum di
seluruh dunia. Distres psikologik sedang atau berat yang mungkin mereda dengan berlalunya
waktu atau dengan distres ringan yang kronik diperkirakan sebesar 30-50% dari populasi
yang terkena.(WHO, 2005). Bila dilihat dari data diatas populasi gangguan jiwa terlihat masih
rendah.
Belum optimalnya upaya puskesmas dalam mengatasi gangguan jiwa dimasyarakat akan
menyebabkan semakin kompleksnya masalah kesehatan jiwa yang ada dimasyarakat dan
berdampak bukan hanya kepada individu tetapi keluarga dan masyarakat itu sendiri. Salah
satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak tersebut adalah melakukan terapi pada
keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang dikenal dengan kelompok swabantu atau self
help group.
Self help group merupakan satu pendekatan untuk mempertemukan kebutuhan keluarga dan
sumber penting untuk keluarga dengan gangguan jiwa (Citron, et.all, 1999) . Self help group
merupakan suatu kelompok atau peer dimana saling tiap anggota berbagi masalah baik fisik
maupun emosional atau issue tertentu. (Anonim,2008). Self help group bertujuan untuk
mengembangkan empathy diantara sesama anggota kelompok dimana sesama anggota
kelompok saling memberikan penguatan untuk membentuk koping yang adaptif. Self help
group pada keluarga dengan gangguan jiwa perlu dilakukan untuk membantu keluarga
mengatasi permasalahannya yang diselesaikan bersama dalam kelompok.
Penelitian pada keluarga dengan gangguan jiwa membuktikan manfaat yang dirasakan dalam
self help group sebanyak 84.1% meningkatkan pengetahuan tentang gangguan jiwa, 78%
mendapatkan lebih banyak informasi tentang pelayanan terhadap gangguan jiwa, 73%
berkurangnya perasaan kesendirian, 19.9% merasa dapat menemukan kebutuhan yang
bekaitan dengan gangguan jiwa didalam kelompok.(Citron, et.all, 1999 ). Bila dilihat dari hasil
tersebut manfaat terbanyak dirasakan adalah terdapatnya peningkatan pengetahuan keluarga
tentang gangguan jiwa. Peningkatan pengetahuan ini akan berdampak terhadap kemampuan
keluarga dalam merawat gangguan jiwa.
Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan mampu:
3. Membentuk self help group pada keluarga dengan gangguan jiwa
4. Melakukan implementasi self help group pada keluarga dengan gangguan jiwa
5. Melakukan evaluasi self help group pada keluarga dengan gangguan jiwa
6. Melakukan pendokumentasian kegiatan self help group pada keluarga dengan gangguan jiwa
BAB II
PEDOMAN PELAKSANAAN SELF HELP GROUP PADA KELUARGA
DENGAN GANGGUAN JIWA
Self help group merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat dilakukan pada berbagai
situasi dan kondisi diantaranya pada keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan
gangguan jiwa.
S. Pengertian
Pengertian self help group pada keluarga dengan gangguan jiwa merupakan sekumpulan
dua orang atau lebih yang mempunyai keinginan untuk berbagi permasalahan, saling
membantu terhadap hal yang dialami atau yang menjadi fokus perhatian bertujuan
mengatasi gangguan jiwa dan meningkatkan kemampuan kognitif dan emosional sehingga
tercapai perasaan sejahtera.
X. Keanggotaan
Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota self help group ini adalah
12. Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa
13. Tinggal serumah dengan klien
14. Bersedia untuk berpartisipasi penuh
15. Sukarela
16. Dapat membaca dan menulis
Y. Pengorganisasian kelompok
1. Leader
Leader dipilih oleh anggota kelompok. Setiap anggota kelompok bergantian menjadi
leader. Tugas leader adalah :
l. Memimpin jalannya diskusi
m. Memilih topik pertemuan sesuai dengan daftar masalah bersama dengan anggota
kelompok
n. Menentukan lama pertemuan (120 menit)
o. Mempertahankan suasana yang bersahabat agar anggota dapat kooperatif, produktif
dan berpartisipasi.
p. Membimbing diskusi dan menstimulasi anggota kelompok
q. Memberikan kesempatan peserta untuk mengekspresikan masalahnya, berpartisipasi
dan mencegah monopoli saat diskusi
r. Memahami opini yang diberikan anggota kelompok.
2. Anggota kelompok
Anggota kelompok bertugas mengikuti jalannya proses pelaksanaan self help group
sesuai dengan yang kesepakatan kelompok dan leader. Anggota kelompok juga harus
berpartisipasi aktif selama proses kegiatan berlangsung. Memberikan masukan, umpan
balik selama proses diskusi, dan melakukan simulasi.
3. Fasilitator
Fasilitator dalam kelompok ini adalah terapis. . Tugas fasilitator mendampingi leader,
memberikan motivasi peserta untuk mengungkapkan pendapat dan pikirannya tentang
berbagai macam informasi. Memberikan penjelasan , masukan dan umpan balik positif
jika diperlukan.
2. Implementasi
Implementasi adalah penerapan kegiatan self help group. Implementasi dilakukan
sebagai upaya menjaga keberlangsungan kegiatan self help group agar dapat
mencapai tujuan pelaksanaan self help group itu sendiri
Kegiatan yang dilakukan adalah : menyusun jadual kegiatan self help group,
menyusun topik setiap pertemuan, menyusun leader setiap pertemuan ( leader yang
dipilih merupakan anggota kelompok itu sendiri, dan setiap anggota kelompok
mempunyai kesempatan untuk menjadi leader) , melaksanakan lima langkah
kegiatan self help group yang dimulai dengan pembukaan, kerja dan penutup (
seperti pada saat pertemuan pembentukan self help group), mencatat kemampuan
yang dimiliki oleh kelompok, melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.
BAB III
PETUNJUK PEMBENTUKAN SELF HELP GROUP PADA KELUARGA
DENGAN GANGGUAN JIWA
Pembentukan kelompok self help group merupakan langkah awal dalam kegiatan self help group.
Pembentukan self help group dilaksananakan dalam tiga kali pertemuan .
A. Pertemuan pertama
Pertemuan pertama merupakan tahap awal pembentukan self help group. Pertemuan ini
menjelaskan tentang konsep self help group dan langkah-langkah pelaksanaan self help
group.
1. Tujuan
Tujuan umum peserta memahami tentang self help group
Tujuan khusus
a. Peserta memahami konsep self help group
b. Peserta memahami langkah-langkah kegiatan self help group
2. Setting
a. Terapis dan peserta duduk bersama, setengah lingkaran
b. Ruangan nyaman dan tenang
3. Alat
a. AVA / flipchart.
b. Buku kerja dan pulpen.
4. Metode
a. Diskusi dan tanya jawab
b. Bermain peran/simulasi
5. Langkah- langkah pelaksanaan
a. Pembukaan
1) Mengucapkan salam
2) Membacakan doa pembuka
3) Memperkenalkan diri terapis dan peserta self help group
4) Menanyakan perasaan peserta hari ini
5) Menjelaskan tujuan, waktu dan tempat pertemuan
b. Kerja
1) Menjelaskan tentang konsep self help group meliputi pengertian self help group,
tujuan self help group, prinsip self help group, membuat beberapa kesepakatan
(seperti nama kelompok, anggota kelompok) dan aturan dalam melaksanakan
self help group.
2) Menjelaskan lima langkah kegiatan self help group :
a) Langkah I : Memahami masalah
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan masalah yang dihadapi oleh
keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Setiap
anggota mengungkapkan masalah yang dihadapinya. Pertemuan kedua dan
seterusnya mendiskusikan kembali apa ada masalah lain yang dialami oleh
keluarga.
Hasil dari langkah pertama adalah kelompok memiliki daftar masalah .
b) Langkah II : cara untuk menyelesaikan masalah.
Kegiatan yang dilakukan adalah peserta saling berbagi informasi
bagaimana cara mengatasi permasalahan yang terjadi berdasarkan daftar
masalh yang sudah dibuat.Bila penyelesaian masalah tidak ditemukan maka
dibawah ini ada pedoman untuk menyelesaikan masalah . Materi yang
dapat diberikan adalah memberikan informasi tentang kesehatan jiwa, tanda
sehat jiwa, gangguan jiwa (penyebab, tanda dan gejala, dampak gangguan
jiwa bagi klien dan keluarga), cara yang dapat dilakukan untuk merawat
anggota keluarga seperti berinteraksi,membantu melakukan pperawatan diri
(mandi, menyisir rambut, menggosok gigi, berpakaian) ,melakukan kegiatan
(seperti menyiapkan makan, mencuci piring, merapihkan rumah, berbelanja),
memberikan pujian klien dan keluarga, cara memberikan obat..Materi
tersebut diberikan oleh anggota kelompok itu sendiri ataupun oleh tenaga
kesehatan yang ditunjuk dan sepakati oleh kelompok. Pertemuan kedua dan
seterusnya kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan cara
penyelesaian masalah yang lain, apakah ada tambahan . Jika cara
penyelesaian masalah tidak ditemukan dapat konsul kepada ahlinya.
Hasil dari langkah kedua adalah kelompok memiliki daftar cara
penyelesaian masalah
c) Langkah III: Memilih cara pemecahan masalah .
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan tiap-tiap cara penyelesaian
masalah yang ada dalam daftar penyelesaian masalah dan memilih cara
penyelesaian masalah dengan mempertimbangkan faktor pendukung dan
penghambat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Pertemuan ke dua
dan seterusnya adalah mendiskusikan apakah ada cara lain yang dipilih
dalam mengatasi masalah.
Hasil dari langkah ke tiga ini adalah Daftar cara penyelesaian masalah yang
dipilih
d) Langkah IV : melakukan tindakan untuk penyelesaian masalah.
Kegiatan yang dilakukan adalah tiap peserta melakukan role play (bermain
peran) cara penyelesaian masalah yang telah dipilih. Pertemuan ke dua
dan selanjutnya melakukan role play cara lain yang telah dipilih oleh
kelompok.
Hasil dari langkah ke empat adalah kelompok memiliki daftar penyelesaian
masalah yang sudah dilatih.
e) Langkah V : Pencegahan kekambuhan.
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan cara cara mencegah
kekambuhan, tanda dan tanda kekambuhan dan tindakan yang dilakukan
saat kekambuhan terjadi. Pertemuan kedua dan selanjutkan adalah
mendiskusikan tentang cara lain untuk mencegah kekambuhan dan tindakan
yang dilakukan saat kekambuhan terjadi.
Hasil dari langkah kelima adalah daftar cara mencegah kekambuhan dan
tindakan yang dilakukan jika kekambuhan terjadi.
c. Penutup
1) Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti pertemuan
2) Kesepakatan untuk waktu, tempat dan topik pertemuan berikutnya
3) Doa penutup
4) Mengucapkan salam penutup
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan menggunakan fortmat evaluasi (lampiran 1) kegiatan self help group
7. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki peserta ditulis pada buku kerja masing-masing
anggota.
B. Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dilakukan setelah penjelasan konsep self help group dan lima langkah
kegiatan self help group .
1. Tujuan
Tujuan umum : peserta dapat melakukan lima langkah kegiatan self help group.
Tujuan khusus
a. Peserta dapat mengidentifikasi masalah yang dialami oleh keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
b. Peserta dapat mengetahui cara penyelesaian masalah keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
c. Peserta dapat memilih cara penyelesaian masalah keluarga keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
d. Peserta dapat melakukan cara penyelesaian masalah keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
e. Peserta dapat mengertahui cara mencegah kekambuhan pada keluarga yang
memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
2. Setting
a. Peserta (keluarga) duduk melingkar bersama dengan terapis
b. Klien dan fasilitator berada dalam suatu ruangan yang nyaman dan menyenangkan.
3. Alat dan bahan
a. AVA/ Flipchart
b. Buku kerja dan pulpen
c. Spidol.
4. Metoda
a. Curah pendapat
b. Ceramah
c. Diskusi
d. Tanya jawab
e. Bermain peran / simulasi
5. Langkah-langkah pelaksanaan
a. Pembukaan
1) Mengucapkan salam.
2) Membacakan doa pembuka.
3) Menanyakan perasaan peserta hari ini .
4) Menjelaskan tujuan, waktu pertemuan (120 menit) dan tempat
pertemuan.
b. Kerja
1) Mendiskusikan masalah yang dihadapi oleh keluarga yang memiliki anggota
keluarga dengan gangguan jiwa. Setiap peserta mengungkapkan masalah yang
dihadapinya. Kelompok membuat daftar masalah .
2) Mendiskusikan cara mengatasi permasalahan yang terjadi berdasarkan daftar
masalah yang sudah dibuat. Kelompok menyusun daftar cara penyelesaian
masalah.
3) Mendiskusikan tiap-tiap cara penyelesaian masalah yang ada dalam daftar
penyelesaian masalah dan memilih cara penyelesaian masalah. Kelompok
membuat daftar cara penyelesaian masalah yang dipilih.
4) Melakukan role play (bermain peran) oleh peserta tentang cara penyelesaian
masalah yang telah dipilih. Kelompok membuat daftar penyelesaian masalah
yang sudah dilatih.
5) Mendiskusikan cara cara mencegah kekambuhan, tanda dan tanda
kekambuhan dan tindakan yang dilakukan saat kekambuhan terjadi. Kelompok
membuat daftar cara mencegah kekambuhan dan tindakan yang dilakukan jika
kekambuhan terjadi.
6) Memberikan pujian atar keberhasilan kelompok menjalankan langkah-langkah
kegiatan self help group.
c. Penutup
1) Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti pertemuan
2) Meminta setiap peserta melakukan cara yang sudah diajarkan kepada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa
3) Kesepakatan untuk waktu, tempat dan topik pertemuan berikutnya
4) Doa penutup
5) Mengucapkan salam penutup
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan menggunakan fortmat evaluasi (lampiran 1) kegiatan self help group
7. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan kelompok yang dimiliki ditulis pada buku kerja masing-masing
anggota.
C. Pertemuan ketiga
Pertemuan ketiga merupakan tahap akhir pembentukan self help group . Pertemuan ketiga
dipimpin oleh leader yang merupakan anggota kelompok tersebut. Peran terapis pada
pertemuan ketiga ini adalah memfasilitasi jalannya kegiatan self help group
1. Tujuan
Tujuan umum : peserta dapat melakukan lima langkah kegiatan self help group.
Tujuan khusus
a. Peserta dapat mengidentifikasi masalah yang dialami oleh keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
b. Peserta dapat mengetahui cara penyelesaian masalah keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
c. Peserta dapat memilih cara penyelesaian masalah keluarga keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
d. Peserta dapat melakukan cara penyelesaian masalah keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
e. Peserta dapat mengertahui cara mencegah kekambuhan pada keluarga yang
memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
2. Setting
a. Peserta (keluarga) duduk melingkar bersama dengan terapis.
b. Klien dan fasilitator berada dalam suatu ruangan yang nyaman dan menyenangkan
3. Alat dan bahan
a. AVA/ Flipchart
b. Buku kerja dan pulpen
c. Spidol
4. Metode
a. Curah pendapat
b. Ceramah
c. Diskusi
d. Tanya jawab
e. Bermain peran / simulasi
5. Langkah-langkah pelaksanaan
a. Pembukaan
1) Mengucapkan salam
2) Membacakan doa pembuka
3) Menanyakan perasaan peserta hari ini.
4) Menanyakan cara yang sudah dilakukan kepada anggota keluarga .
5) Menjelaskan tujuan, waktu pertemuan (120 menit) dan tempat pertemuan
b. Kerja
1) Mendiskusikan masalah lain yang dihadapi oleh keluarga yang memiliki anggota
keluarga dengan gangguan jiwa berdasarkan daftar masalah .Bila ada masalah
baru, kelompok menulis pada daftar masalah.
2) Mendiskusikan cara mengatasi permasalahan yang terjadi berdasarkan daftar
masalah yang sudah dibuat.
3) Mendiskusikan cara penyelesaian masalah yang lain yang ditulis dalam daftar
cara penyelesaian masalah.
4) Melakukan role play (bermain peran) oleh peserta tentang cara penyelesaian
masalah yang telah dipilih .
5) Mendiskusikan tindakan lain yang dapat dilakukan saat kekambuhan terjadi.
6) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok menjalankan langkah-langkah
kegiatan self help group.
c. Penutup
1)Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti pertemuan
2)Meminta setiap peserta melakukan cara yang sudah diajarkan kepada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
3)Kesepakatan untuk waktu, tempat dan topik pertemuan berikutnya
4)Doa penutup
5)Mengucapkan salam penutup
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan menggunakan fortmat evaluasi (lampiran 1) kegiatan self help group .
7. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan kelompok yang dimiliki ditulis pada buku kerja masing-masing
anggota.
BAB IV
IMPLEMENTASI SELF HELP GROUP
Implementasi adalah penerapan kegiatan self help group. Implementasi dilakukan sebagai upaya
menjaga keberlangsungan kegiatan self help group agar dapat mencapai tujuan pelaksanaan self
help group itu sendiri
b. Kerja
7) Mendiskusikan masalah lain yang dihadapi oleh keluarga yang memiliki anggota
keluarga dengan gangguan jiwa berdasarkan daftar masalah .Bila ada masalah baru,
kelompok menulis pada daftar masalah.
8) Mendiskusikan cara mengatasi permasalahan yang terjadi berdasarkan daftar
masalah yang sudah dibuat.
9) Mendiskusikan cara penyelesaian masalah yang lain yang ditulis dalam daftar cara
penyelesaian masalah.
10) Melakukan role play (bermain peran) oleh peserta tentang cara penyelesaian
masalah yang telah dipilih .
11) Mendiskusikan tindakan lain yang dapat dilakukan saat kekambuhan terjadi.
12) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok menjalankan langkah-langkah
kegiatan self help group.
a. Penutup
6) Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti pertemuan
7) Meminta setiap peserta melakukan cara yang sudah diajarkan kepada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa
8) Kesepakatan untuk waktu, tempat dan topik pertemuan berikutnya
9) Doa penutup
10) Mengucapkan salam penutup
6. Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Citron, et.all(1999). Self-help groups for families of persons with mental illness:
Perceived benefits of helpfulness. http://www.proquest.com. diperoleh
tanggal 30 Januari 2008
Sugarman,, M.(2000). Peer Counseling and Help Group fasilitation For People.
http://www.mnsu.edu. Diperoleh tanggal 20 Februari 2008
MODUL
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK LANSIA
Oleh:
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................. 4
1. Tujuan umum ...... 4
2. Tujuan khusus 4
Halaman
SESI V : EVALUASI INTEGRASI DIRI . 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Proses menua merupakan proses alamiah yang akan terjadi dan dialami oleh
setiap individu. Proses menua dialami oleh individu yang telah mencapai usia
lanjut (lansia). Lansia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun atau lebih
(WHO, 2010; BPKP, 1998). Dalam proses menua dapat terjadi berbagai
perubahan baik biologis, psikologis maupun sosial.
Pengalaman pada masa remaja yang menjadi topik diskusi dalam kegiatan
Terapi Kelompok Reminiscence dapat berupa pengalaman yang
menyenangkan tentang hobi, kegiatan olah raga, rekreasi, kreasi seni,
pengalaman pada waktu duduk di bangku sekolah lanjutan yaitu Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas serta pengalaman yang
berhubungan dengan prestasi yang telah dicapai pada masa remaja. Dalam
modul ini pengalaman yang paling menyenangkan yang berkaitan dengan
hobi dan kegiatan rekreasi yang dilakukan bersama teman sebaya pada waktu
remaja disajikan sebagai topik diskusi dalam kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence pada lansia.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mempelajari modul ini diharapkan perawat spesialis keperawatan
jiwa dapat memahami dan melaksanakan Terapi Kelompok Reminiscence
pada klien lansia dengan diagnosa keperawatan harga diri rendah,
ketidakberdayaan, keputusasaan dan isolasi sosial.
2. Tujuan khusus
Setelah mempelajari modul ini perawat spesialis keperawatan jiwa
diharapkan mampu :
f. Memahami mengenai Terapi Kelompok Reminiscence dan prosedur
pelaksanaannya yang diberikan pada klien lansia.
g. Menerapkan Terapi Kelompok Reminiscence pada klien lansia
dengan harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan dan isolasi
sosial.
h. Melakukan evaluasi pelaksanaan Terapi Kelompok Reminiscence
pada klien lansia dengan harga diri rendah, ketidakberdayaan,
keputusasaan dan isolasi sosial.
i. Melakukan monitoring dan evaluasi Terapi Kelompok Reminiscence
pada klien lansia dengan harga diri rendah, ketidakberdayaan,
keputusasaan dan isolasi sosial.
j. Melakukan pendokumentasian Terapi Kelompok Reminiscence pada
klien lansia dengan harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan
dan isolasi sosial.
BAB II
PEDOMAN PELAKSANAAN
TERAPI KELOMPOK REMINISCENCE
PADA LANSIA
Jumlah sesi dalam Terapi Kelompok Reminiscence ini sebanyak 5 sesi dan
dilaksanakan dalam 9 kali pertemuan. Sesi 1 sampai 4 dilaksanakan masing-masing 2
kali pertemuan dan sesi 5 hanya 1 kali pertemuan. Waktu untuk setiap pertemuan
selama 75 menit atau maksimal 90 menit. Dalam setiap minggu dilakukan 3 kali
pertemuan dengan selang waktu 1 hari untuk setiap pertemuan.
Pada modul Terapi Kelompok Reminiscence ini klien diberikan terapi setiap 2 hari
sekali, atau dengan kata lain 1 kali pertemuan dilaksanakan setiap 2 hari.
Penyediaan media terapi pada modul Terapi Kelompok Reminscence ini dengan cara
terapis terlebih dahulu melakukan pengkajian (identifikasi) mengenai benda-benda
yang masih dimiliki klien yang berhubungan dengan pengalaman masa lalunya. Jika
klien masih memiliki benda kenangan tersebut maka klien dianjurkan untuk
membawa media tersebut pada saat kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence.
Kegiatan pengkajian (identifikasi) ini dilakukan minimal 1 hari sebelum kegiatan
Terapi Kelompok Reminiscence dilaksanakan dan 1 jam sebelum pelaksanaan terapi.
\
H. Kriteria Terapis pada Terapi Kelompok Reminiscence
1. Perawat spesialis keperawatan jiwa (minimal lulus S2 keperawatan jiwa)
yang telah lulus uji kompetensi Terapi Kelompok Reminiscence (lulus uji
Expert Validity).
2. Berpengalaman dalam praktek keperawatan jiwa
I. Peran Terapis dalam Terapi Kelompok Reminiscence
Peran terapis dalam Terapi Kelompok Reminiscence ini adalah :
1. Menjelaskan tujuan Terapi Kelompok Reminiscence pada klien.
2. Menjelaskan manfaat Terapi Kelompok Reminiscence bagi klien.
3. Menjelaskan prosedur kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence.
4. Menjelaskan peraturan selama kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence.
5. Membuat kontrak awal yang jelas dengan anggota kelompok.
6. Memotivasi anggota kelompok menyampaikan pengalaman masa lalu
baik yang bersifat pengalaman yang menyenangkan, pengalaman paling
berkesan, atau keberhasilan dan kesuksesan yang pernah dicapai baik
pada usia anak, remaja, dewasa dan pengalaman bersama keluarga dan
di rumah.
7. Membantu klien mengekspresikan perasaan secara verbal setelah
menyampaikan pengalaman yang menyenangkan atau paling berkesan,
atau keberhasilan dan kesuksesan yang pernah dicapainya pada orang
lain.
8. Memotivasi klien untuk memperlihatkan pada anggota kelompok
benda-benda yang masih dimiliki klien yang mempunyai nilai khusus
bagi klien sesuai dengan topik terapi.
9. Membantu klien untuk menerima pengalaman masa lalunya yang
menyenangkan atau paling berkesan, atau keberhasilan dan kesuksesan
yang pernah dicapainya sebagai bagian yang berarti bagi klien.
10. Mengobservasi perilaku verbal dan non verbal setiap klien selama proses
terapi berlangsung.
11. Memberikan umpan balik pada klien atas kemajuan dan perkembangan
yang dicapai klien.
12. Memberikan penguatan positif atas kemampuan yang telah dicapai klien.
13. Membuat komitmen dengan klien untuk secara aktif melakukan
komunikasi dan interaksi dengan orang lain dalam rangka berbagi
pengalaman masa lalu yang menyenangkan atau paling berkesan, atau
keberhasilan dan kesuksesan yang pernah dicapai klien.
14. Mendokumentasikan proses dan hasil kegiatan terapi.
e. Sesi 5 : Evaluasi intergritas diri. Sesi ini merupakan kegiatan terakhir dari
terapi. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah mengevaluasi
pencapaian integritas diri klien lansia. Kegiatan sesi 5 dalam
modul Terapi Kelompok Reminiscence ini meliputi berbagi
pengalaman yang didapat setelah melakukan kegiatan sesi 1
sampai 4 untuk mencapai peningkatan harga diri, penerimaan diri
sebagai lansia dan meningkatkan interaksi lansia dengan orang
lain, sehingga rasa ketidakberdayaan dan keputusasaan dapat
diatasi. Pada akhir kegiatan ini ditutup dengan terminasi
kelompok.
Pada sesi ke 5 pedoman pertanyaan yang digunakan adalah :
1) Bagaimana perasaan Saudara setelah mengikuti kegiatan Terapi
Kelompok Reminiscence dari sesi 1 sampai dengan 4 ?
2) Apa manfaat yang sudah Saudara dapatkan (rasakan) setelah
mengikuti kegiatan terapi ini dari sesi 1 sampai 4 ?
3) Apa perubahan pada diri Saudara yang dialami (dirasakan) setelah
mengikuti kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence ini ?
4) Apa harapan Saudara setelah kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence ini ?
5) Apa rencana Saudara setelah kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence ini ?
6) Bagaimana perasaan Saudara setelah mengetahui bahwa ini adalah
pertemuan terakhir dari kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence ini
?
Tabel 2.1
Kegiatan Terapi Reminiscence Kelompok pada Klien Lansia
HARI/
NO SESI PERTEMUAN TOPIK
MINGGU
1 1: Ke 1 Ke 1 Berbagi pengalaman tentang
Pengalaman masa Minggu I permainan yang paling disukai
Anak pada masa anak.
2 Mengulang sesi 1 Ke 2 Ke 2 Berbagi pengalaman tentang
Minggu I pengalaman yang paling
menyenangkan pada masa anak
berkaitan dengan teman yang
paling disenangi.
3 2: Ke 3 Ke 3 Berbagi pengalaman tentang
Pengalaman masa Minggu I hobi yang paling
Remaja menyenangkan yang dilakukan
bersama teman sebaya sewaktu
usia remaja.
4 Mengulang sesi 2 Ke 4 Ke 4 Berbagi pengalaman tentang
Minggu II kegiatan rekreasi yang paling
berkesan yang dilakukan
bersama teman sebaya pada
waktu usia remaja.
5 3: Ke 5 Ke 5 Berbagi pengalaman tentang
Pengalaman masa Minggu II pekerjaan yang paling
dewasa menyenangkan yang dilakukan
pada usia dewasa.
6 Mengulang sesi 3 Ke 6 Ke 6 Berbagi pengalaman yang
Minggu II paling menyenangkan tentang
makanan yang paling disukai
pada waktu usia dewasa.
7 4 : Ke 7 Ke 7 Berbagi pengalaman yang
Pengalaman Minggu III paling menyenangkan pada
dengan Keluarga saat merayakan hari raya
dan di rumah agama beserta keluarga.
8 Mengulang sesi 4 Ke 8 Ke 8 Berbagi pengalaman tentang
Minggu III tetangga yang paling disukai.
\
HARI/
NO SESI PERTEMUAN TOPIK
MINGGU
9 5 : Ke 9 Ke 9 Menyampaikan perasaan
Evaluasi Minggu III setelah mengikuti
integrasi diri kegiatan terapi dari sesi
1 4.
Menyampaikan manfaat
yang dicapai (dirasakan)
setelah mengikuti
kegiatan terapi sampai
selesai.
Menyampaikan harapan
dan rencana kegiatan
setelah kegiatan terapi
selesai.
BAB III
PETUNJUK PELAKSANAAN
TERAPI KELOMPOK REMINISCENCE
PADA LANSIA DENGAN DEPRESI
B. Setting
1. Pertemuan dilakukan di ruang aula pertemuan pada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin yang berlokasi di Kota Banjarbaru.
2. Suasana ruangan harus tenang
3. Klien duduk membentuk lingkaran dan terapis berada di antara klien.
C. Media/Alat
b. Benda-benda yang masih dimiliki klien yang berkaitan dengan masa lalu
klien pada masa anak yaitu permainan pada masa anak atau foto.
c. Format evaluasi proses
d. Format dokumentasi
e. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport)
f. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen
D. Metode
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Role play
2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis.
b) Perkenalan nama dan panggilan terapis.
c) Menanyakan nama dan panggilan klien dan memakai papan
nama
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini
3) Kontrak
a) Menyepakati lama pertemuan dan jumlah sesi yaitu 9 kali
pertemuan dan 5 sesi, sesi pengalaman masa anak, sesi 2
pengalaman masa remaja, sesi 3 pengalaman masa dewasa,
sesi 4 pengalaman bersama keluarga dan di rumah dan sesi 5
evaluasi kegiatan. Setiap pertemuan lama waktunya 75 menit.
b) Menjelaskan tujuan pertemuan pertama yaitu:
(1) Klien berbagi pengalaman yang menyenangkan yang
terjadi pada usia anak yang berhubungan dengan
permainan yang paling disukai pada masa anak.
(2) Klien diharapkan mampu mengekpresikan perasaannya
setelah berbagi pengalaman dengan anggota kelompok.
c) Terapis menjelaskan tata tertib sebagai berikut:
(1) Lama kegiatan 75 menit
(2) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
(3) Klien berperan aktif dalam membagi pengalaman dan
mengungkapkan perasaannya setelah berbagi pengalaman
dengan orang lain.
b. Fase Kerja
1) Terapis memperkenalkan diri ; nama, nama panggilan, asal
tempat tinggal dan status pendidikan.
2) Terapis meminta setiap anggota kelompok memperkenalkan
diri meliputi nama, nama panggilan yang disenangi, usia dan
asal tempat tinggal. Kegiatan perkenalan ini dimulai dari klien
yang duduk di sebelah kanan terapis dan diteruskan searah
jarum jam sampai semua anggota kelompok telah
memperkenalkan diri.
3) Terapis memimpin klien untuk melakukan tahnik nafas dalam
sebanyak 3 kali, kemudian klien diminta menutup mata, terapis
mengajak klien untuk mengingat pengalaman masa anak,
kemudian klien diminta mengingat kembali permainan yang
sering dilakukan pada masa anak, apa saja permainan yang
pernah dilakukan, permainan apa yang paling disenangi pada
masa anak tersebut, bersama siapa saja melakukan permainan
tersebut, di mana permainan tersebut dilakukan, kapan
permainan tersebut dilakukan dan peristiwa apa yang paling
menyenangkan atau paling berkesan dengan permainan yang
paling disukai tersebut. Kemudian klien diminta untuk
membuka mata kembali dan tarik nafas dalam sebanyak 3 kali.
4) Terapis memberikan kesempatan pada 1 orang klien untuk
menceritakan pengalaman yang paling menyenangkan yang
berhubungan dengan permainan yang paling disukai pada masa
anak.
5) Terapis memberikan kesempatan pada klien tersebut untuk
memperlihatkan benda-benda yang masih dimilikinya yang
berarti bagi klien yang berhubungan dengan permainan yang
paling disukainya pada masa anak.
6) Terapis meminta klien lain untuk memberikan tanggapan atas
pengalaman yang telah disampaikan oleh rekannya.
7) Terapis mendiskusikan perasaan klien setelah berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain ; apa yang
klien rasakan setelah menyampaian pengalaman dengan orang
lain, apakah ada manfaat yang dirasakan klien serta hubungan
masa lalu dengan keadaan klien saat ini.
8) Terapis menganjurkan klien untuk menerima masa lalunya
yang menyenangkan sebagai bagian yang berharga bagi klien.
9) Ulangi kegiatan 4 sampai dengan 8 untuk klien lain sampai
semua anggota kelompok mendapat kesempatan yang sama.
10) Terapis menjelaskan hubungan mengingat kembali dan berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain dengan
penerimaan diri pada saat ini.
11) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama
dengan orang lain tanpa terstruktur.
12) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan pengalaman
masa lalu yang menyenangkan pada masa anak.
c) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan dan
kerjasama klien yang baik
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien mengingat kembali pengalaman-
pengalaman lainnya yang menyenangkan yang terjadi pada
masa anak dan menyampaikan pengalaman tersebut dengan
orang lain diluar kegiatan terapi kelompok baik secara
berkelompok maupun dengan orang lain secara perorangan.
Kegiatan yang dilakukan klien akan dievaluasi pada setiap
pertemuan dari pertemuan ke 2 sampai pertemuan ke 9.
3) Kontrak yang akan datang
(c) Menyepakati topik pada pertemuan ke 2 yaitu berbagi
pengalaman menyenangkan pada masa anak yang berhubungan
dengan pengalaman tentang teman yang paling disenangi pada
masa anak. Klien diminta membawa benda-benda kenangan
yang masih dimiliki klien terkait topik tersebut.
(d) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke 2 yakni di
aula pertemuan PSTW Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru dan waktu pertemuan 75 menit.
3. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada
tahap fase kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 1 adalah kemampuan
klien memperkenalkan diri, mengungkapkan perasaan, menyampaikan
pengalamannya sesuai topik dan mengekpresikan perasaan setelah
kegiatan.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence
sesi 1, klien mampu mengungkapkan perasaan, menyampaikan
pengalamannya sesuai topik dan mengekpresikan perasaan setelah
kegiatan. Klien dapat melanjutkan untuk mengikuti sesi 2. Jika klien
dianggap belum mampu, maka catatan keperawatan adalah klien
mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence sesi 1, klien belum mampu
mengungkapkan perasaan, belum mampu menyampaikan
pengalamannya sesuai topik dan belum mampu mengekpresikan
perasaan setelah kegiatan, dianjurkan klien untuk mengingat kembali
kenangan masa lalu sesuai topik dan melakukan latihan untuk
menyampaikan pada orang lain diluar kegiatan terapi.
Format Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok
Reminiscence.
B. Setting
1. Pertemuan dilakukan di ruang aula pertemuan pada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin yang berlokasi di Kota Banjarbaru.
2. Suasana ruangan harus tenang.\
3. Klien duduk membentuk lingkaran dan terapis berada di antara klien.
C. Media/Alat
1. Benda-benda yang masih dimiliki klien yang berkaitan dengan masa lalu
klien pada masa anak yang berhubungan dengan teman yang paling
disenangi pada masa anak : foto, buku, buku diary, buku gambar.
2. Format evaluasi proses
3. Format dokumentasi
g. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport)
4. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen
D. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Role play
2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis.
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan klien setelah
pertemuan pertama.
3) Kontrak
a) Menyepakati lama waktu pertemuan.
b) Mengingatkan tata tertib kegiatan.
c) Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu:
(1) Klien berbagi pengalaman yang menyenangkan yang
terjadi pada usia anak yang berhubungan dengan
pengalaman bergaul pada masa anak yaitu teman yang
paling disenangi.
(2) Klien diharapkan mampu mengekpresikan perasaannya
setelah berbagi pengalaman dengan anggota kelompok.
b. Fase Kerja
1) Terapis memimpin klien untuk melakukan tahnik nafas dalam sebanyak
3 kali, kemudian klien diminta menutup mata, terapis mengajak klien
untuk mengingat pengalaman masa anak, kemudian klien diminta
membayangkan kembali pengalaman pada saat bergaul dengan teman-
teman pada masa anak, nama teman-teman pada masa anak, teman
yang paling disenangi, penampilan sehari-hari teman-teman tersebut,
bagian yang paling disenangi pada teman tersebut seperti
penampilannya, sifatnya, gaya bicaranya, senyumnya, peristiwa apa
yang paling menyenangkan atau paling berkesan yang berhubungan
dengan teman yang paling disenangi tersebut, apa warna pakaian yang
dipakai oleh teman tersebut pada waktu itu, apa kalimat yang diucapkan
teman tersebut sehingga bagi klien sangat berkesan. Kemudian klien
diminta untuk membuka mata kembali dan melakukan tarik nafas dalam
sebanyak 3 kali.
2) Terapis memberikan kesempatan pada 1 orang klien untuk
menceritakan pengalaman yang paling menyenangkan yang
berhubungan dengan teman yang paling disenangi pada masa anak.
3) Terapis memberikan kesempatan pada klien tersebut untuk
memperlihatkan benda-benda yang masih dimilikinya yang berarti bagi
klien yang berhubungan dengan teman yang paling disenangi pada masa
anak.
4) Terapis meminta klien lain untuk memberikan tanggapan atas
pengalaman yang telah disampaikan oleh rekannya.
5) Terapis mendiskusikan perasaan klien setelah berbagi pengalaman yang
menyenangkan dengan orang lain ; apa yang klien rasakan setelah
menyampaian pengalaman dengan orang lain, apakah ada manfaat yang
dirasakan klien serta hubungan masa lalu dengan keadaan klien saat ini.
6) Terapis menganjurkan klien untuk menerima masa lalunya yang
menyenangkan sebagai bagian yang berharga bagi klien.
7) Ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 untuk klien lain sampai semua
anggota kelompok mendapat kesempatan yang sama.
8) Terapis menjelaskan hubungan mengingat kembali dan berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain dengan penerimaan
diri pada saat ini.
9) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama dengan
orang lain tanpa terstruktur.
10) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan pengalaman
masa lalu yang menyenangkan pada masa anak.
c) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan dan
kerjasama klien yang baik
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien mengingat kembali pengalaman-
pengalaman lainnya yang menyenangkan yang terjadi pada
masa anak dan berbagi cerita dengan orang lain. Kegiatan yang
dilakukan klien akan dievaluasi pada setiap pertemuan dari
pertemuan ke 3 sampai pertemuan ke 9.
b) Meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berkaitan dengan pengalaman tentang hobi
yang dimiliki klien pada waktu remaja.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati sesi 2 dan topik pada pertemuan ke 3 yaitu
berbagi pengalaman menyenangkan pada masa remaja yang
berhubungan dengan hobi yang paling disenangi yang
dilakukan bersama teman sebaya pada waktu remaja. Klien
diminta membawa benda-benda kenangan yang masih dimiliki
klien terkait topik tersebut.
b) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke 3 yakni di
aula pertemuan PSTW Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru dan waktu pertemuan 75 menit.
A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : pasien harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.
SESI II : BERBAGI PENGALAMAN MASA REMAJA
Pertemuan ke 3
A. Tujuan
1. Klien mampu menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan setelah
pertemuan ke 2.
2. Klien mampu menceritakan pengalamannya yang menyenangkan pada
masa remaja yang berhubungan dengan hobi yang paling disukai yang
dilakukan bersama teman sebaya sewaktu usia remaja.
B. Setting
1. Pertemuan dilakukan di ruang aula pertemuan pada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin yang berlokasi di Kota Banjarbaru.
2. Suasana ruangan harus tenang.
3. Klien duduk membentuk lingkaran dan terapis berada di antara klien.
C. Media/Alat
1. Benda-benda yang masih dimiliki klien yang berkaitan dengan masa lalu
klien pada masa remaja terkait dengan hobi yang paling disukai klien
yang dilakukan bersama teman sebaya ; foto, buku diari, koleksi lainnya.
2. Format evaluasi proses.
3. Format dokumentasi.
4. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport)
5. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen
D. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Role play
E. Langkah Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan klien 1 jam sebelum pelaksanaan terapi.
b. Mempersiapkan tempat pertemuan yaitu ruang aula pertemuan di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru.
c. Mempersiapkan media/alat :
1) Terapis mengevaluasi benda-benda yang masih dimiliki klien
terkait dengan topik diskusi pada Terapi Kelompok Reminiscence
pada pertemuan ke 3 yaitu hobi yang paling disenangi yang
dilakukan bersama teman sebaya pada waktu remaja. Kegiatan
evaluasi ini dilakukan 1 hari sebelum kegiatan terapi dilaksanakan.
4) Terapis meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berhubungan dengan hobi yang paling
disenangi yang dilakukan bersama teman sebaya pada waktu
remaja. Kegiatan ini dilaksanakan 1 hari sebelum kegiatan terapi
dan diulang lagi 1 jam sebelum pelaksanaan kegiatan terapi.
5) Terapis mempersiapkan format evaluasi proses, format
dokumentasi, format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport)
dan alat tulis yaitu buku kerja dan pulpen
2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik ; Salam dari terapis.
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan klien berhubungan
dengan berbagi pengalaman pada masa anak yang dilakukan
diluar jadwal kegiatan terapi.
3) Kontrak
a) Menyepakati lama waktu pertemuan.
b) Mengingatkan tata tertib kegiatan.
c) Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu:
(1) Klien berbagi pengalaman yang menyenangkan yang
terjadi pada usia remaja yang berhubungan dengan hobi
yang paling disenangi yang dilakukan bersama teman
sebaya.
(2) Klien diharapkan mampu mengekpresikan perasaannya
setelah berbagi pengalaman dengan anggota kelompok.
b. Fase Kerja
1) Terapis memimpin klien untuk melakukan tahnik nafas dalam
sebanyak 3 kali, kemudian klien diminta menutup mata, terapis
mengajak klien untuk mengingat pengalaman masa remaja, kemudian
klien diminta mengingat kembali hobi yang dilakukan klien pada waktu
remaja, hobi apa yang paling disukai yang dilakukan bersama teman
sebaya pada waktu remaja, pengalaman yang paling berkesan atau
paling menyenangkan atau lucu berkaitan dengan hobi yang dilakukan
bersama teman sebaya, apa hobi yang dilakukan waktu itu, bersama
siapa melakukannya, di mana melakukannya, kapan melakukannya,
apa saja peralatan atau media yang digunakan dalam melakukan hobi
tersebut, apa warna pakaian yang klien pakai waktu itu, apa warna
pakaian teman klien waktu itu, apa yang telah dihasilkan atau dicapai
dari kegiatan hobi tersebut, peristiwa apa yang klien alami yang
menurut klien paling menyenangkan atau paling berkesan atau paling
lucu pada waktu melakukan hobi tersebut. Kemudian klien diminta
untuk membuka mata kembali dan tarik nafas dalam sebanyak 3 kali.
2) Terapis memberikan kesempatan pada 1 orang klien untuk
menceritakan pengalaman yang paling menyenangkan yang
berhubungan dengan hobi yang paling disenangi yang dilakukan
bersama teman sebaya pada waktu remaja.
3) Terapis memberikan kesempatan pada klien tersebut untuk
memperlihatkan benda-benda yang masih dimilikinya yang berarti bagi
klien yang berhubungan dengan hobi yang paling disenangi yang
dilakukan bersama teman sebaya pada waktu remaja.
4) Terapis meminta klien lain untuk memberikan tanggapan atas
pengalaman yang telah disampaikan oleh rekannya.
5) Terapis mendiskusikan perasaan klien setelah berbagi pengalaman
yang menyenangkan dengan orang lain ; apa yang klien rasakan setelah
menyampaian pengalaman dengan orang lain, apakah ada manfaat
yang dirasakan klien serta hubungan masa lalu dengan keadaan klien
saat ini.
6) Terapis menganjurkan klien untuk menerima masa lalunya yang
menyenangkan sebagai bagian yang berharga bagi klien.
7) Ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 untuk klien lain sampai semua
anggota kelompok mendapat kesempatan yang sama.
8) Terapis menjelaskan hubungan mengingat kembali dan berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain dengan
penerimaan diri pada saat ini.
9) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama
dengan orang lain tanpa terstruktur.
10) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan pengalaman
masa lalu yang menyenangkan pada masa remaja.
c) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan dan
kerjasama klien yang baik
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien mengingat kembali pengalaman-
pengalaman lainnya yang menyenangkan yang terjadi pada
masa dan remaja, dan berbagi cerita pengalaman tersebut
dengan orang lain. Kegiatan akan dievaluasi pada pertemuan
ke 4 sampai dengan pertemuan ke 9.
b) Meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berkaitan dengan pengalaman tentang
kegiatan rekreasi yang dilakukan bersama teman sebaya pada
waktu remaja untuk pertemuan ke 4.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati sesi 2 dan topik pada pertemuan ke 4 yaitu
berbagi pengalaman menyenangkan pada masa remaja yang
berhubungan dengan kegiatan rekreasi yang paling disenangi
yang dilakukan bersama teman sebaya pada waktu remaja.
Klien diminta membawa benda-benda kenangan yang masih
dimiliki klien terkait topik tersebut.
c) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke 4 yakni di
aula pertemuan PSTW Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru dan waktu pertemuan 75 menit
3. Evaluasi dan
Dokumentasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 2 pertemuan ke 3 adalah
klien dapat menyampaikan pengalaman pada masa anak yang
dilakukan diluar kegiatan terapi, menyebutkan hobi yang dilakukan
sewaktu remaja, menyampaikan pengalaman tentang hobi yang paling
disenangi yang dilakukan bersama teman sebaya sewaktu usia remaja
dan mengekpresikan perasaan setelah kegiatan.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence
sesi 2 pertemuan ke 3, klien mampu mengungkapkan perasaan,
menyampaaikan pengalaman masa anak yang dilakukan diluar
kegiatan terapi, menyampaikan pengalamannya sesuai topik dan
mengekpresikan perasaan setelah kegiatan. Klien dapat melanjutkan
untuk mengikuti sesi 2 pertemuan ke 4. Jika klien dianggap belum
mampu, maka catatan keperawatan adalah klien mengikuti Terapi
Kelompok Reminiscence sesi 2 pertemuan ke 3, klien belum mampu
mengungkapkan perasaan, belum mampu menyampaikan pengalaman
masa anak yang dilakukan diluar kegiatan terapi, belum mampu
menyampaikan pengalamannya sesuai topik dan belum mampu
mengekpresikan perasaan setelah kegiatan, dianjurkan klien untuk
mengingat kembali kenangan masa lalu sesuai topik dan melatih
menyampaikan pada orang lain diluar kegiatan terapi.
Format Evaluasi Proses Terapi Kelompok Reminiscence.
A. Petunjuk penilaian:
3. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan
4. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : pasien harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.
C. Media/Alat
1. Benda-benda masa lalu klien pada masa remaja yang masih dimiliki yang
berhubungan dengan kegiatan rekreasi yang paling disukai klien yang
dilakukan bersama teman sebaya ; foto, majalah, koleksi lainnya.
2. Format evaluasi proses.
3. Format dokumentasi.
4. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport).
5. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen
D. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Role play
2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik ; Salam dari terapis.
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan klien yaitu berbagi
pengalaman dengan orang lain tentang pengalaman masa anak
dan masa remaja yang dilaksanakan diluar kegiatan terapi.
3) Kontrak
a) Menyepakati lama waktu pertemuan.
b) Mengingatkan tata tertib kegiatan.
c) Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu:
(1) Klien berbagi pengalaman yang menyenangkan yang
terjadi pada usia remaja yang berhubungan dengan
kegiatan rekreasi yang paling disenangi yang dilakukan
bersama teman sebaya.
(2) Klien diharapkan mampu mengekpresikan perasaannya
setelah berbagi pengalaman dengan anggota kelompok.
b. Fase Kerja
1) Terapis memimpin klien untuk melakukan tahnik nafas dalam sebanyak
3 kali, kemudian klien diminta menutup mata, terapis mengajak klien
untuk mengingat pengalaman masa remaja, kemudian klien diminta
mengingat kembali tentang kegiatan rekreasi yang dilakukan klien pada
waktu remaja, kegiatan rekreasi yang paling disukai yang dilakukan
bersama teman sebaya pada waktu remaja, bersama siapa saja klien
melakukan kegiatan rekreasi tersebut, di mana kegiatan rekreasi
tersebut dilakukan, kapan kegiatan rekreasi tersebut dilakukan, apa saja
yang klien lakukan pada saat kegiatan rekreasi tersebut, Apa saja yang
dilakukan oleh teman klien pada saat kegiatan rekreasi tersebut, apa
warna pakaian yang klien pakai pada waktu kegiatan rekreasi tersebut,
Apa warna pakaian yang teman klien pakai pada saat kegiatan rekreasi
tersebut, siapa teman yang paling berkesan pada saat kegiatan rekreasi
tersebut, peristiwa atau pengalaman apa yang paling berkesan atau
paling menyenangkan atau paling lucu pada waktu kegiatan rekreasi
tersebut. Kemudian klien diminta untuk membuka mata kembali dan
tarik nafas dalam sebanyak 3 kali.
2) Terapis memberikan kesempatan pada 1 orang klien untuk
menceritakan pengalaman yang paling menyenangkan yang
berhubungan dengan kegiatan rekreasi yang paling disenangi yang
dilakukan bersama teman sebaya pada waktu remaja.
3) Terapis memberikan kesempatan pada klien tersebut untuk
memperlihatkan benda-benda yang masih dimilikinya yang berarti bagi
klien yang berhubungan dengan kegiatan rekreasi yang paling disenangi
yang dilakukan bersama teman sebaya pada waktu remaja.
4) Terapis meminta klien lain untuk memberikan tanggapan atas
pengalaman yang telah disampaikan oleh rekannya.
5) Terapis mendiskusikan perasaan klien setelah berbagi pengalaman yang
menyenangkan dengan orang lain ; apa yang klien rasakan setelah
menyampaian pengalaman dengan orang lain, apakah ada manfaat yang
dirasakan klien serta hubungan masa lalu dengan keadaan klien saat ini.
6) Terapis menganjurkan klien untuk menerima masa lalunya yang
menyenangkan sebagai bagian yang berharga bagi klien.
7) Ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 untuk klien lain sampai semua
anggota kelompok mendapat kesempatan yang sama.
8) Terapis menjelaskan hubungan mengingat kembali dan berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain dengan penerimaan
diri pada saat ini.
9) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama dengan
orang lain tanpa terstruktur.
10) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan pengalaman
masa lalu yang menyenangkan pada masa remaja.
c) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan dan
kerjasama klien yang baik
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien mengingat kembali pengalaman-
pengalaman lainnya yang menyenangkan yang terjadi pada
masa anak dan remaja dan berbagi cerita dengan orang lain.
Kegiatan akan dievaluasi pada pertemuan ke 5 sampai dengan
pertemuan ke 9.
b) Meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berkaitan dengan pengalaman masa dewasa
tentang pekerjaan yang paling disenangi untuk pertemuan ke 5.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati sesi 3 dan topik pada pertemuan ke 5 yaitu
berbagi pengalaman menyenangkan pada masa dewasa yang
berhubungan dengan pekerjaan yang paling disenangi. Klien
diminta membawa benda-benda kenangan yang masih dimiliki
klien terkait topik tersebut.
b) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke 5 yakni di
aula pertemuan PSTW Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru dan waktu pertemuan 75 menit.
3. Evaluasi dan
Dokumentasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 2 pertemuan ke 4 adalah
klien dapat menyampaikan kegiatan bebragi pengalaman pada masa
anak dan remaja yang dilakukan diluar kegiatan terapi, menyebutkan
kegiatan rekreasi yang dilakukan pada usia remaja, menyampaikan
pengalaman tentang rekreasi yang paling disenangi yang dilakukan
bersama teman sebaya pada usia remaja dan mengekpresikan perasaan
setelah kegiatan.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence
sesi 2 pertemuan ke 4, klien mampu mengungkapkan perasaan,
menyampaikan pengalaman mada anak dan remaja diluar kegiatan
terapi, menyampaikan pengalamannya sesuai topik dan
mengekpresikan perasaan setelah kegiatan. Klien dapat melanjutkan
untuk mengikuti sesi 3 pertemuan ke 5. Jika klien dianggap belum
mampu, maka catatan keperawatan adalah klien mengikuti Terapi
Kelompok Reminiscence sesi 2 pertemuan ke 4, klien belum mampu
mengungkapkan perasaan, belum mampu menyampaikan pengalaman
masa anak dan remaja yang dilakukan diluar kegiatan terapi, belum
mampu menyampaikan pengalamannya sesuai topik dan belum
mampu mengekpresikan perasaan setelah kegiatan, dianjurkan klien
untuk mengingat kembali kenangan masa lalu sesuai topik dan melatih
menyampaikan pada orang lain diluar kegiatan terapi.
Format Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok
Reminiscence.
Format Evaluasi dan Dokumentasi
Terapi Kelompok Reminiscence
Sesi 2 : Berbagi pengalaman masa remaja
Pertemuan ke 4; Pengalaman tentang kegiatan rekreasi
A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : pasien harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.
B. Setting
1. Pertemuan dilakukan di ruang aula pertemuan pada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin yang berlokasi di Kota Banjarbaru.
2. Suasana ruangan harus tenang.
3. Klien duduk membentuk lingkaran dan terapis berada di antara klien.
C. Media/Alat
1. Benda-benda masa lalu klien pada masa dewasa ;yang masih dimiliki klien
yang berhubungan dengan pengalaman tentang pekerjaan yang paling
disenangi ; foto, majalah, alat kerja dan koleksi lainnya.
2. Format evaluasi proses.
3. Format dokumentasi.
4. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport).
5. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen.
D. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Role play
b. Kerja
1) Terapis memimpin klien untuk melakukan tahnik nafas dalam
sebanyak 3 kali, kemudian klien diminta menutup mata, terapis
mengajak klien untuk mengingat pengalaman masa dewasa, kemudian
klien diminta mengingat kembali tentang pekerjaan yang dilakukan
klien pada waktu dewasa, pekerjaan yang paling disukai, apa saja
kegiatannya, di mana klien melakukannya, kapan klien melakukannya,
apa warna pakaian yang klien pakai pada saat bekerja tersebut, siapa
saja yang klien temui pada saat bekerja tersebut, benda-benda apa
saja yang klien gunakan pada saat melakukan pekerjaan tersebut, apa
hasil dari pekerjaan yang telah klien lakukan tersebut, dan peristiwa
apa yang paling berkesan atau paling menyenangkan atau paling lucu
atau keberhasilan yang telah klien capai berkaitan dengan pekerjaan
klien tersebut. Kemudian klien diminta untuk membuka mata kembali
dan tarik nafas dalam sebanyak 3 kali.
2) Terapis memberikan kesempatan pada 1 orang klien untuk
menceritakan pengalaman yang paling menyenangkan yang
berhubungan dengan pekerjaan yang paling disenangi yang dilakukan
klien pada usia dewasa.
3) Terapis memberikan kesempatan pada klien tersebut untuk
memperlihatkan benda-benda yang masih dimilikinya yang berarti bagi
klien yang berhubungan dengan pekerjaan yang paling disenangi yang
dilakukan pada usia dewasa.
4) Terapis meminta klien lain untuk memberikan tanggapan atas
pengalaman yang telah disampaikan oleh rekannya.
5) Terapis mendiskusikan perasaan klien setelah berbagi pengalaman
yang menyenangkan dengan orang lain ; apa yang klien rasakan setelah
menyampaian pengalaman dengan orang lain, apakah ada manfaat
yang dirasakan klien serta hubungan masa lalu dengan keadaan klien
saat ini.
6) Terapis menganjurkan klien untuk menerima masa lalunya yang
menyenangkan sebagai bagian yang berharga bagi klien.
7) Ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 untuk klien lain sampai semua
anggota kelompok mendapat kesempatan yang sama.
8) Terapis menjelaskan hubungan mengingat kembali dan berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain dengan
penerimaan diri pada saat ini.
9) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama
dengan orang lain tanpa terstruktur.
10) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan pengalaman
masa lalu yang menyenangkan pada masa dewasa.
c) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan dan
kerjasama klien yang baik
2) Tindak lanjut
c) Menganjurkan klien mengingat kembali pengalaman-
pengalaman lainnya yang menyenangkan yang terjadi pada
masa anak, remaja dan dewasa dan berbagi cerita dengan orang
lain. Kegiatan akan dievaluasi pada pertemuan ke 6 sampai
dengan pertemuan ke 9.
a) Meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berkaitan dengan pengalaman masa dewasa
tentang makanan yang paling disenangi untuk pertemuan ke 6.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati sesi 3 dan topik pada pertemuan ke 6 yaitu
berbagi pengalaman menyenangkan pada masa dewasa yang
berhubungan dengan makanan yang paling disenangi. Klien
diminta membawa benda-benda kenangan yang masih dimiliki
klien terkait topik tersebut.
b) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke 6 yakni di
aula pertemuan PSTW Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru dan waktu pertemuan 75 menit.
3. Evaluasi dan
Dokumentasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 3 pertemuan ke 5 adalah
klien dapat menyampaikan pengalaman masa anak, remaja dan
dewasa yang dilakukan diluar kegiatan terapi, menyebutkan kegiatan
pekerjaan yang dilakukan pada usia dewasa, menyampaikan
pengalaman tentang pekerjaan yang paling disenangi yang dilakukan
pada usia dewasa dan mengekpresikan perasaan setelah kegiatan.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence
sesi 3 pertemuan ke 5, klien mampu mengungkapkan perasaan,
menyampaikan pengalamannya pada masa anak, remaja dan dewasa
diluar kegiatan terapi, menyampaikan pengalamannya sesuai topik dan
mengekpresikan perasaan setelah kegiatan. Klien dapat melanjutkan
untuk mengikuti sesi 3 pertemuan ke 6.
Jika klien dianggap belum mampu, maka catatan keperawatan adalah
klien mengikuti Terapi Kelompok Kelompok Reminiscence sesi 3
pertemuan ke 5 klien belum mampu mengungkapkan perasaan, belum
mampu menyampaikan pengalaman pada masa anak, remaja dan
dewasa diluar kegiatan terapi, belum mampu menyampaikan
pengalamannya sesuai topik dan belum mampu mengekpresikan
perasaan setelah kegiatan, dianjurkan klien untuk mengingat kembali
kenangan masa lalu sesuai topik dan melatih menyampaikan pada
orang lain diluar kegiatan terapi.
Format Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok
Reminiscence.
A. Petunjuk penilaian:
3. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
4. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : pasien harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.
C. Media/Alat
1. Benda-benda masa lalu klien pada masa dewasa yang masih dimiliki klien
yang berhubungan dengan makanan yang paling disenangi klien pada usia
dewasa; foto, majalah, tempat makanan dan koleksi lainnya.
2. Format evaluasi proses.
3. Format dokumentasi.
4. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport).
5. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen
D. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Role play
2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik ; Salam dari terapis.
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan klien yaitu berbagi
pengalaman dengan orang lain tentang pengalaman masa anak,
masa remaja dan masa dewasa yang dilaksanakan diluar
kegiatan terapi.
3) Kontrak
a) Menyepakati sesi 3 pertemuan ke 6.
b) Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu:
(1) Klien berbagi pengalaman yang menyenangkan yang
terjadi pada usia dewasa yang berhubungan dengan
makanan yang paling disenangi.
(2) Klien diharapkan mampu mengekpresikan perasaannya
setelah berbagi pengalaman dengan anggota kelompok.
b. Fase Kerja
1) Terapis memimpin klien untuk melakukan tahnik nafas dalam
sebanyak 3 kali, kemudian klien diminta menutup mata, terapis
mengajak klien untuk mengingat pengalaman masa dewasa, kemudian
klien diminta mengingat kembali tentang makanan yang paling
disenangi pada waktu dewasa, apa nama makanannya, apa saja bahan-
bahan untuk membuat makanan tersebut, bagaimana cara
membuatnya, bagaimana cara memasaknya, bagaimana cara
menyajikannya, apa rasa yang dominan dari makanan tersebut, apa
warna yang dominan dari makanan tersebut, jika makanan tersebut
didapatkan dengan cara membeli, berapa harga 1 makanannya, di
mana klien membelinya, biasanya bersama siapa klien memakan
makanan tersebut, biasanya kalau makan makanan tersebut minuman
apa yang klien minum setelah makan makanan tersebut, jika membuat
makanan tersebut bersama siapa klien membuatnya, dan peristiwa
apa yang paling berkesan atau paling menyenangkan atau paling lucu
yang berhubungan dengan makanan yang paling klien sukai tersebut.
Kemudian klien diminta untuk membuka mata kembali dan tarik nafas
dalam sebanyak 3 kali.
2) Terapis memberikan kesempatan pada 1 orang klien untuk
menceritakan pengalaman yang paling menyenangkan yang
berhubungan dengan makanan yang paling disenangi pada usia
dewasa.
3) Terapis memberikan kesempatan pada klien tersebut untuk
memperlihatkan benda-benda yang masih dimilikinya yang berarti bagi
klien yang berhubungan dengan makanan yang paling disenangi pada
usia dewasa.
4) Terapis meminta klien lain untuk memberikan tanggapan atas
pengalaman yang telah disampaikan oleh rekannya.
5) Terapis mendiskusikan perasaan klien setelah berbagi pengalaman
yang menyenangkan dengan orang lain ; apa yang klien rasakan setelah
menyampaian pengalaman dengan orang lain, apakah ada manfaat
yang dirasakan klien serta hubungan masa lalu dengan keadaan klien
saat ini.
6) Terapis menganjurkan klien untuk menerima masa lalunya yang
menyenangkan sebagai bagian yang berharga bagi klien.
7) Ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 untuk klien lain sampai semua
anggota kelompok mendapat kesempatan yang sama.
8) Terapis menjelaskan hubungan mengingat kembali dan berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain dengan
penerimaan diri pada saat ini.
9) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama
dengan orang lain tanpa terstruktur.
10) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan pengalaman
masa lalu yang menyenangkan pada masa dewasa.
c) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan dan
kerjasama klien yang baik.
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien mengingat kembali pengalaman-
pengalaman lainnya yang menyenangkan yang terjadi pada
masa anak, remaja dan dewasa dan berbagi cerita dengan orang
lain. Kegiatan akan dievaluasi pada pertemuan ke 7 sampai
dengan pertemuan ke 9.
b) Meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berkaitan dengan pengalaman bersama
keluarga dan di rumah tentang kegiatan perayaan hari raya
agama untuk pertemuan ke 7.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati sesi 4 dan topik pada pertemuan ke 7 yaitu
berbagi pengalaman menyenangkan tentang perayaan hari raya
agama bersama keluarga di rumah. Klien diminta membawa
benda-benda kenangan yang masih dimiliki klien terkait topik
tersebut.
b) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke 7 yakni di
aula pertemuan PSTW Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru dan waktu pertemuan 75 menit.
3. Evaluasi dan
Dokumentasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 3 pertemuan ke 6 adalah
klien dapat menyampaikan pengalaman masa anak, remaja dan
dewasa yang dilakukan diluar kegiatan terapi, menyebutkan makanan
yang paling disenangi klien, menyampaikan pengalaman yang paling
menyenangkan yang berkaitan dengan makanan yang paling disenangi
dan mengekpresikan perasaan setelah kegiatan.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti Terapi Reminiscence Kelompok
sesi 3 pertemuan ke 6, klien mampu mengungkapkan perasaan,
menyampaikan pengalamannya pada masa anak, remaja dan dewasa
diluar kegiatan terapi, menyampaikan pengalamannya sesuai topik dan
mengekpresikan perasaan setelah kegiatan. Klien dapat melanjutkan
untuk mengikuti sesi 4 pertemuan ke 7. Jika klien dianggap belum
mampu, maka catatan keperawatan adalah klien mengikuti TR sesi 3
pertemuan ke 6 klien belum mampu mengungkapkan perasaan, belum
mampu menyampaikan pengalamannya pada masa anak, remaja dan
dewasa diluar kegiatan terapi, belum mampu menyampaikan
pengalamannya sesuai topik dan belum mampu mengekpresikan
perasaan setelah kegiatan, dianjurkan klien untuk mengingat kembali
kenangan masa lalu sesuai topik dan melatih menyampaikan pada
orang lain diluar kegiatan terapi.
Format Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok
Reminiscence.
A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : pasien harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.
B. Setting
1. Pertemuan dilakukan di ruang aula pertemuan pada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin yang berlokasi di Kota Banjarbaru.
2. Suasana ruangan harus tenang.
3. Klien duduk membentuk lingkaran dan terapis berada di antara klien.
C. Media/Alat
1. Benda-benda masa lalu klien yang berkaitan dengan kegiatan bersama
keluarga dan di rumah yang masih dimiliki klien yang berhubungan
dengan perayaan hari raya agama bersama keluarga ; foto, pakaian dan
koleksi lainnya.
2. Format evaluasi proses.
3. Format dokumentasi.
4. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport).
5. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen
D. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Role play
2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik ; Salam dari terapis.
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan klien yaitu berbagi
pengalaman dengan orang lain tentang pengalaman masa anak,
masa remaja dan masa dewasa yang dilaksanakan diluar
kegiatan terapi.
3) Kontrak
a) Menyepakati lama waktu pertemuan.
b) Mengingatkan tata tertib kegiatan.
c) Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu:
(1) Klien berbagi pengalaman yang menyenangkan tentang
perayaan hari raya agama bersama keluarga di rumah.
(2) Klien diharapkan mampu mengekpresikan perasaannya
setelah berbagi pengalaman dengan anggota kelompok.
b. Fase Kerja
1) Terapis memimpin klien untuk melakukan tehnik nafas dalam
sebanyak 3 kali, kemudian klien diminta menutup mata, terapis
mengajak klien untuk mengingat pengalaman bersama keluarga di
rumah, kemudian klien diminta mengingat kembali tentang perayaan
hari raya agama bersama keluarga di rumah, hari raya agama apa saja
yang klien rayakan bersama keluarga di rumah, kapan merayakannya,
di mana klien dan keluarga merayakannya, siapa saja keluarga klien
yang hadir pada waktu merayakan hari raya agama tersebut, apa yang
klien dan keluarga lakukan pada waktu merayakan hari raya agama
tersebut, apa saja alat atau media yang klien dan keluarga gunakan
pada waktu merayakan hari raya agama tersebut, hidangan apa saja
yang disajikan pada waktu merayakan hari raya agama tersebut, apa
warna pakaian yang klien pakai pada waktu merayakan hari raya
agama tersebut, apa warna pakaian yang dipakai oleh keluarga klien
pada waktu merayakan hari raya agama tersebut, dan peristiwa apa
yang paling berkesan atau paling menyenangkan atau paling lucu yang
terjadi pada waktu merayakan hari raya agama bersama keluarga
tersebut. Kemudian klien diminta untuk membuka mata kembali dan
tarik nafas dalam sebanyak 3 kali.
2) Terapis memberikan kesempatan pada 1 orang klien untuk
menceritakan pengalaman yang paling menyenangkan yang
berhubungan dengan perayaan hari raya agama yang paling disenangi
pada usia dewasa yang dilakukan bersama keluarga di rumah.
3) Terapis memberikan kesempatan pada klien tersebut untuk
memperlihatkan benda-benda yang masih dimilikinya yang berarti bagi
klien yang berhubungan dengan perayaan hari raya agama yang paling
disenangi pada usia dewasa yang dilakukan bersama keluarga di
rumah.
4) Terapis meminta klien lain untuk memberikan tanggapan atas
pengalaman yang telah disampaikan oleh rekannya.
5) Terapis mendiskusikan perasaan klien setelah berbagi pengalaman
yang menyenangkan dengan orang lain ; apa yang klien rasakan setelah
menyampaian pengalaman dengan orang lain, apakah ada manfaat
yang dirasakan klien serta hubungan masa lalu dengan keadaan klien
saat ini.
6) Terapis menganjurkan klien untuk menerima masa lalunya yang
menyenangkan sebagai bagian yang berharga bagi klien.
7) Ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 untuk klien lain sampai semua
anggota kelompok mendapat kesempatan yang sama.
8) Terapis menjelaskan hubungan mengingat kembali dan berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain dengan
penerimaan diri pada saat ini.
9) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama
dengan orang lain tanpa terstruktur.
10) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan pengalaman
masa lalu yang menyenangkan bersama keluarga.
c) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan dan
kerjasama klien yang baik
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien mengingat kembali pengalaman-
pengalaman lainnya yang menyenangkan pada masa anak,
remaja, dewasa dan pengalaman menyenangkan yang
dilakukan bersama keluarga dan berbagi cerita dengan orang
lain. Kegiatan akan dievaluasi pada pertemuan ke 8 dan ke 9.
b) Meminta klien untuk membawa benda-benda yang masih
dimiliki klien yang berkaitan dengan pengalaman bersama
keluarga dan di rumah tentang tetangga yang paling disenangi
untuk pertemuan ke 8.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati sesi 4 dan topik pada pertemuan ke 8 yaitu
berbagi pengalaman menyenangkan tentang tetangga yang
paling disenangi. Klien diminta membawa benda-benda
kenangan yang masih dimiliki klien terkait topik tersebut.
b) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke 8 yakni di
aula pertemuan PSTW Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru dan waktu pertemuan 75 menit.
3. Evaluasi dan
Dokumentasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 4 pertemuan ke 7 adalah
klien dapat menyampaikan pengalaman pada masa anak, remaja dan
dewasa yang dilakukan diluar kegiatan terapi, menceritakan perayaan
hari raya agama bersama keluarga, menyampaikan pengalaman yang
paling menyenangkan yang berkaitan dengan perayaan hari raya
agama yang dilakukan bersama keluarga dan mengekpresikan
perasaan setelah kegiatan.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence
sesi 4 pertemuan ke 7, klien mampu mengungkapkan perasaan,
menyampaikan pengalaman masa anak, remaja dan dewasa yang
dilakukan diluar kegiatan terapi, menyampaikan pengalamannya
sesuai topik dan mengekpresikan perasaan setelah kegiatan. Klien
dapat melanjutkan untuk mengikuti sesi 4 pertemuan ke 8.
Jika klien dianggap belum mampu, maka catatan keperawatan adalah
klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence sesi 4 pertemuan ke
7 klien belum mampu mengungkapkan perasaan, belum mampu
menyampaikan pengalaman masa anak, remaja dan dewasa yang
dilakukan diluar kegiatan terapi, belum mampu menyampaikan
pengalamannya sesuai topik dan belum mampu mengekpresikan
perasaan setelah kegiatan, dianjurkan klien untuk mengingat kembali
kenangan masa lalu sesuai topik dan melatih menyampaikan pada
orang lain diluar kegiatan terapi.
Format Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok
Reminiscence.
A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : pasien harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.
B. Setting
1. Pertemuan dilakukan di ruang aula pertemuan pada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin yang berlokasi di Kota Banjarbaru.
2. Suasana ruangan harus tenang.
3. Klien duduk membentuk lingkaran dan terapis berada di antara klien.
C. Media/Alat
1. Benda-benda masa lalu klien yang berhubungan dengan tetangga yang
paling disenangi yang masih dimiliki klien ; foto, benda kenang-kenangan
dan koleksi lainnya.
2. Format evaluasi proses.
3. Format dokumentasi.
4. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport).
5. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen
D. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Role play
2. Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik ; Salam dari terapis.
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan klien yaitu berbagi
pengalaman dengan orang lain tentang pengalaman masa anak,
masa remaja, masa dewasa dan pengalaman bersama keluarga
di rumah yang dilaksanakan diluar kegiatan terapi.
3) Kontrak
a) Menyepakati lama waktu pertemuan.
b) Mengingatkan tata tertib kegiatan.
c) Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu:
(1) Klien berbagi pengalaman yang menyenangkan tentang
tetangga yang paling disenangi sewaktu di rumah.
(2) Klien diharapkan mampu mengekpresikan perasaannya
setelah berbagi pengalaman dengan anggota kelompok.
b. Kerja
1) Terapis memimpin klien untuk melakukan tehnik nafas dalam
sebanyak 3 kali, kemudian klien diminta menutup mata, terapis
mengajak klien untuk mengingat pengalaman masa dewasa, kemudian
klien diminta mengingat kembali tentang tetangga yang paling
disenangi sewaktu di rumah, siapa namanya, jenis kelaminnya apa,
umurnya berapa, apa yang paling klien senangi pada tetangga
tersebut, penampilannya, gaya bicaranya, sifat atau perilakunya, apa
yang sering klien lakukan bersama tetangga tersebut, apa warna
pakaian yang sering dipakai oleh tetangga klien tersebut, dan
pengalaman apa yang paling berkesan atau paling menyenangkan atau
lucu yang berkaitan dengan tetangga klien yang paling klien senangi
tersebut. Kemudian klien diminta untuk membuka mata kembali dan
tarik nafas dalam sebanyak 3 kali.
2) Terapis memberikan kesempatan pada 1 orang klien untuk
menceritakan pengalaman yang paling menyenangkan yang
berhubungan dengan tetangga yang paling disenangi sewaktu di
rumah.
3) Terapis memberikan kesempatan pada klien tersebut untuk
memperlihatkan benda-benda yang masih dimilikinya yang berarti bagi
klien yang berhubungan dengan tetangga yang paling disenangi
sewaktu di rumah.
4) Terapis meminta klien lain untuk memberikan tanggapan atas
pengalaman yang telah disampaikan oleh rekannya.
5) Terapis mendiskusikan perasaan klien setelah berbagi pengalaman
yang menyenangkan dengan orang lain ; apa yang klien rasakan setelah
menyampaian pengalaman dengan orang lain, apakah ada manfaat
yang dirasakan klien serta hubungan masa lalu dengan keadaan klien
saat ini.
6) Terapis menganjurkan klien untuk menerima masa lalunya yang
menyenangkan sebagai bagian yang berharga bagi klien.
7) Ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 untuk klien lain sampai semua
anggota kelompok mendapat kesempatan yang sama.
8) Terapis menjelaskan hubungan mengingat kembali dan berbagi
pengalaman yang menyenangkan dengan orang lain dengan
penerimaan diri pada saat ini.
9) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama
dengan orang lain tanpa terstruktur.
10) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan pengalaman
masa lalu yang menyenangkan bersama tetangga.
c) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan dan
kerjasama klien yang baik.
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien mengingat kembali pengalaman-
pengalaman lainnya yang menyenangkan yang berhubungan
dengan masa anak, remaja, dewasa, pengalaman bersama
keluarga dan di rumah. Kegiatan akan dievaluasi pada
pertemuan ke 9.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati sesi 5 dan topik pada pertemuan ke 9 yaitu
evaluasi pencapaian integrasi diri setelah mengikuti kegiatan
Terapi Reminiscence Kelompok.
b) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke 9 yakni di
aula pertemuan PSTW Budi Sejahtera Banjarmasin di Kota
Banjarbaru dan waktu pertemuan 75 menit.
3. Evaluasi dan
Dokumentasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 4 pertemuan ke 8 adalah
klien dapat menyampaikan pengalaman pada masa anak, remaja,
dewasa dan pengalaman bersama keluarga di rumah yang dilakukan
diluar kegiatan terapi, menceritakan pengalamannya bersama
tetangga, menyampaikan pengalaman yang paling menyenangkan
yang berhubungan dengan tetangga yang paling disenang dan
mengekpresikan perasaan setelah kegiatan.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence
sesi 4 pertemuan ke 8, klien mampu mengungkapkan perasaan,
menyampaikan pengalaman pada masa anak, remaja, dewasa dan
pengalaman bersama keluarga yang dilakukan diluar kegiatan terapi,
menyampaikan pengalamannya sesuai topik dan mengekpresikan
perasaan setelah kegiatan. Klien dapat melanjutkan untuk mengikuti
sesi 5 pertemuan ke 9.
Jika klien dianggap belum mampu, maka catatan keperawatan adalah
klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence sesi 4 pertemuan ke
8 klien belum mampu mengungkapkan perasaan, belum mampu
menyampaikan pengalaman pada masa anak, remaja, dewasa dan
pengalaman bersama keluarga yang dilakukan diluar kegiatan terapi,
belum mampu menyampaikan pengalamannya sesuai topik dan belum
mampu mengekpresikan perasaan setelah kegiatan, dianjurkan klien
untuk mengingat kembali kenangan masa lalu sesuai topik dan melatih
menyampaikan pada orang lain diluar kegiatan terapi.
Format Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok
Reminiscence.
A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 3: klien dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
2. Bila nilai 2 : pasien harus melatih diri untuk belajar
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
terapi.
SESI V : EVALUASI INTEGRASI DIRI
Pertemuan ke 9
A. Tujuan
1. Klien mampu menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan setelah
pertemuan ke 8.
2. Klien mampu menyampaikan perasaannya setelah mengikuti kegiatan
Terapi Reminiscence dari sesi 1 sampai sesi 4.
3. Klien mampu menyebutkan manfaat yang diperoleh (dirasakan) klien
setelah mengikuti kegiatan Terapi Reminiscence dari sesi 1 sampai sesi 4.
4. Klien mampu menyampaikan harapannya setelah kegiatan terapi.
5. Klien mampu menyampaikan rencana tujuan yang akan dicapai setelah
kegiatan terapi.
B. Setting
1. Pertemuan dilakukan di ruang aula pertemuan pada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Banjarmasin yang berlokasi di Kota Banjarbaru.
2. Suasana ruangan harus tenang.
3. Klien duduk membentuk lingkaran dan terapis berada di antara klien.
C. Media/Alat
1. Format evaluasi proses.
2. Format dokumentasi.
3. Format evaluasi kegiatan mandiri klien (buku raport).
4. Alat tulis ; buku kerja dan pulpen
D. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Pelaksanaan
a. Orientasi
1) Salam terapeutik ; Salam dari terapis.
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan klien yaitu berbagi
pengalaman dengan orang lain tentang pengalaman masa anak,
masa remaja, masa dewasa dan pengalaman bersama keluarga
dan di rumah yang dilaksanakan diluar kegiatan terapi.
3) Kontrak
a) Menyepakati lama waktu pertemuan.
b) Mengingatkan tata tertib kegiatan.
c) Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu:
(1) Klien diharapkan mampu menyampaikan perasaannya
setelah mengikuti kegiatan Terapi Reminiscence
Kelompok dari sesi 1 sampai sesi 4.
(2) Klien diharapkan mampu menyampaikan manfaat yang
diperoleh (dirasakan) setelah mengikuti kegiatan Terapi
Reminiscence Kelompok.
(3) Klien diharapkan mampu menyampaikan harapannya
setelah kegiatan Terapi Reminiscence Kelompok.
(4) Klien diharapkan mampu menyampaikan rencana tujuan
yang ingin dicapai setelah kegiatan Terapi Reminiscence
Kelompok.
b. Fase Kerja
1) Terapis memotivasi anggota kelompok untuk :
a) Menyampaikan perasaannya setelah mengikuti kegiatan Terapi
Reminiscence Kelompok dari sesi 1 sampai sesi 4 ; perasaan
senang, gembira, suka.
b) Menyampaikan manfaat yang diperoleh (dirasakan) setelah
mengikuti kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence ; merasa
puas dengan kehidupan, merasa berguna, berharga, memiliki
semangat hidup dan mempunyai banyak teman.
c) Menyampaikan harapannya setelah kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence yaitu akan melakukan kegiatan yang sama
dengan sesama lansia lain.
d) Menyampaikan rencana tujuan yang ingin dicapai setelah
kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence yaitu berkomitmen
untuk lebih banyak mengingat pengalaman yang
menyenangkan atau keberhasilan yang pernah dicapai pada
masa lalu dan diceritakan dengan orang lain.
2) Terapis memberikan penguatan atas manfaat Terapi Kelompok
Reminiscence untuk meningkatkan harga diri klien, menurunkan
perasaan ketidakberdayaan, perasaan keputusasaan dan
meningkatkan kemampuan sosialisasi klien untuk mencapai
integritas diri klien.
3) Terapis memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama
dengan klien lain meskipun kegiatan terapi telah selesai
dilaksanakan.
4) Terapis memberikan pujian atas komitmen dan semangat klien.
5) Melakukan terminasi dengan semua anggota kelompok.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah kegiatan terapi selesai.
b) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan perasaannya
setelah mengikuti kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence
dari sesi 1 sampai sesi 4.
c) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan manfaat yang
diperoleh (dirasakan) setelah mengikuti kegiatan Terapi
Kelompok Reminiscence .
e) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan harapannya
setelah kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence .
d) Mengevaluasi kemampuan klien menyampaikan rencana
tujuan yang ingin dicapai setelah kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence.
e) Memberikan umpan balik positif atas kemampuan yang telah
dicapai klien.
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien untuk melakukan kegiatan yang sama
meskipun kegiatan terapi telah selesai dilaksanakan.
b) Memberikan tindak lanjut pada perawat di panti sosial untuk
melakukan evaluasi dan monitoring kegiatan yang telah
dicapai klien.
3. Evaluasi dan
Dokumentasi
a. Evaluasi Proses
Evaluasi dilakukan saat proses terapi berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi pada sesi 5 pertemuan ke 9 adalah
klien dapat menyampaikan pengalaman pada masa anak, remaja,
dewasa dan pengalaman bersama keluarga dan di rumah yang
dilakukan diluar kegiatan terapi, menyampaikan perasaannya setelah
mengikuti kegiatan Terapi Kelompok Reminiscence dari sesi 1 sampai
sesi 4, menyampaikan pengalaman pada masa anak, remaja, dewasa
dan pengalaman bersama keluarga dan di rumah yang dilakukan diluar
kegiatan terapi, klien menyampaikan manfaat yang diperoleh
(dirasakan) setelah mengikuti kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence , klien menyampaikan harapannya setelah kegiatan
Terapi Kelompok Reminiscence dan klien menyampaikan rencana
tujuan yang ingin dicapai setelah kegiatan Terapi Kelompok
Reminiscence.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan. Jika klien dianggap mampu, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence
sesi 5 pertemuan ke 9, klien mampu menyampaikan pengalaman pada
masa anak, remaja, dewasa dan pengalaman bersama keluarga dan di
rumah yang dilakukan diluar kegiatan terapi, mampu mengungkapkan
perasaan, menyampaikan manfaat yang diperoleh (dirasakan) setelah
kegiatan terapi, harapan klien setelah kegiatan terapi dan rencana
tujuan yang ingin dicapai setelah kegiatan terapi.
Jika klien dianggap belum mampu, maka catatan keperawatan adalah
klien mengikuti Terapi Kelompok Reminiscence sesi 5 pertemuan ke
9 klien belum mampu mengungkapkan perasaan, belum mampu
menyampaikan pengalaman pada masa anak, remaja, dewasa dan
pengalaman bersama keluarga dan di rumah yang dilakukan diluar
kegiatan terapi, belum mampu menyampaikan manfaat yang
diperoleh (dirasakan) setelah kegiatan terapi, harapan klien setelah
kegiatan terapi dan rencana tujuan yang ingin dicapai setelah kegiatan
terapi. dianjurkan klien untuk menapatkan perawatan psikososial lebih
lanjut dari tenaga perawat yang ada di panti sosial.
Format Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok
Reminiscence.
Petunjuk penilaian:
3. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan.
4. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Atchley, R.C. dan Barusch, A.S. (2004). Social forces and Aging ; an introduction
to social gerontology. (10th ed.). USA: Thomson Learning, Inc.
Collins, C. (2006). Life Review And Reminiscence Group Therapy Among Senior
Adults. http://etd.lib.ttu.edu/theses/available/etd-
04182006223851/unrestricted/Collins_Cassondra_Diss.pdf, diperoleh 14
Pebruari 2009
Ebersole, P., et al., (2005). Gerontological nursing and health aging, (2nd ed.).
USA, Philadelphia: Mosby, Inc.
Fortinash, K.M. dan Worret, P.A.H. (2004). Psychiatric mental health nursing.
(3rd ed.). USA: Mosby, Inc
Ham, R.J., et al (2007). Primary care geriatric ; a case-based approach. (5th ed.).
Philadelphia: Mosby, Inc
Parese, E.F., Simon, M.R. dan Ryan, E. (2008). Promoting positive student
clinical experiences with older adults through use of group Reminiscence therapy.
Journal of Gerontological Nursing Vol. 34, No. 12, 2008.
http://proquest.umi.com, diperoleh 10 Januari 2010ield