Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Sumedang merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Barat,

Indonesia dengan Ibukotanya adalah Sumedang, terletak sekitar 45 km Timur


Laut kota Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan kabupaten Indramayu di

Utara, kabupaten Majalengka di Timur, kabupaten Garut di Selatan, kabupaten

Bandung di Barat Daya, serta kabupaten Subang di Barat. Kabupaten Sumedang
terdiri atas 26 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Kota
ini meliputi kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan. Sumedang
dilintasi jalur utama Bandung-Cirebon di mana jalur Bandung-Cirebon merupakan
jalan arteri primer yang merupakan jalur transpostasi darat utama dengan status
sebagai jalan Nasional dengan arus lalu lintas yang cukup padat, seperti yang
terlihat pada gambar 1.1 peta jalur utama Bandung-Cirebon berikut:

Gambar 1.1 jalur utama Bandung-Cirebon

Keterangan :

- : Jalur utama Bandung-Cirebon

: Jalur Sumedang-Cilejag KM 62+300


BAB I Pendahuluan 2

Lintas jalur utama Bandung-Cirebon ini terdapat ruas jalan Sumedang-

Cijelag, disepanjang ruas jalan Sumedang-Cijelag terdapat beberapa permasalahan



longsor pada lereng jalannya, salah satu permasalahan longsor diruas jalan
tersebut
terdapat pada bagian lereng jalan di KM 62+300, di mana longsor pada
lereng jalan tersebut sangat membahayakan arus lalu lintas di jalur transportasi
darat di ruas jalan tersebut. Bila masalah longsor pada jalan KM 62+300 tersebut

terus berlangsung dan tidak ditangani di khawatirkan keruntuhan lereng pada tepi

jalan KM 62+300 akan mengakibatkan longsornya jalan pada lokasi di KM

tersebut yang akan berdampak terhadap lumpuhnya transportasi di jalan tersebut,
oleh karena itu berdasarkan fungsi dan peranan jalan ini diharapkan pada ruas
jalan Sumedang-Cijelag khususnya pada KM 62+300 dapat selalu memberikan
pelayanan optimal pada arus lalu lintas yang lewat di atasnya, sehingga pada tugas
akhir ini penulis sangat tertarik untuk melakukan perencanaan penanganan
longsor pada lereng ruas jalan KM 62+300 tersebut.

1.2 Lokasi Kajian


Lokasi longsor yang akan dikaji terletak di ruas jalan Sumedang-Cijelag
KM 62+300, kabupaten Sumedang propinsi Jawa Barat. Berikut ini merupakan
lokasi longsoran pada KM 62 + 300 sesuai pada gambar 1.2 berikut.

Lokasi longsoran

Gambar 1.2 Lokasi longsoran pada tepi jalan KM 62 + 300

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng


Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat


BAB I Pendahuluan 3

Keterangan :

Arah ke Sumedang

Arah ke Cijelag

1.3 Rumusan Masalah

Dilihat dari permasalahan longsor yang ada pada KM 62+300, diduga


kemungkinan
gerakan tanah/longsor pada KM tersebut diakibatkan oleh:


a. Daerah ini terletak pada kawasan dengan curah hujan tinggi, saat lereng pada
tepi jalan tersebut terkena hujan berjam-jam dengan curah hujan yang tinggi,
masa tanah akan meningkat dan menyebabkan turunnya kuat geser tanah.
b. Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 merupakan kawasan daerah yang labil
bila ditinjau dari segi geologi. Sepanjang ruas jalan tersebut termasuk ke
dalam zona yang mempunyai tingkat kerawanan gerakan tanah tinggi
(Sugalang & Sugianto, 1994). Lihat peta zonasi gerakan tanah pada Gambar
1.3 berikut ini.

Gambar 1.3 Peta zonasi gerakan tanah

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng


Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat


BAB I Pendahuluan 4

Keterangan :

Warna Keterangan
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah :
daerah yang mempunyai tingkat kerentanan sangat
rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada umumnya
daerah datar sampai landai bergelombang dengan
sudut lereng alam kurang 15%.

Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah : Daerah


yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk
gerakan tanah. Pada zona ini umumnya jarang terjadi
gerakan tanah kecuali bila mengalami gangguan
pada lereng alamnya.
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah :
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan
menengah untuk terjadi gerakan tanah. Gerakan
tanah dapat terjadi pada zona ini, terutama pada
daerah yang berbatasan dengan sungai, gawir, tebing
galian jalan dan pada lereng yang mengalami
gangguan maupun dibeberapa tempat pada daerah
sekitar kontak ketidak selarasan antara satua batuan
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi : Daerah
yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk
terjadi gerakan tanah. Gerakan tanah sering terjadi
pada zona ini. Gerakan tanah lama dan gerakan
tanah baru masih ada dan aktif akibat dipicu curah
hujan tinggi dan proses erosi yang kuat. Umumnya
terjadi pada batu lempung Formasi Subang, batuan
gunung api, serpih dan perselingan antara batu pasir,
batu lempung dan serpih

c. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Arjawinangun (Djuri, 1995), lokasi


terjadinya longsoran pada KM 62+300, umumnya terletak pada satuan Tms
yang merupakan batu lempung dari Formasi Subang mulai dari bagian atas
lereng (crest) sampai ke bagian bawah lereng (toe). Dimana batu lempung dari
Formasi Subang mempunyai durabilitas yang rendah terhadap slaking, akibat
pembasahan-pengeringan akan mempercepat penurunan kuat gesernya (Djuri,
1995). Berikut pada gambar 1.4 merupakan peta geologi regional sekitar ruas
jalan Sumedang-Cijelag KM 6+300 (Lembar Arjawinangun, Djuri, 1995)

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng


Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat


BAB I Pendahuluan 5

Km 62 +300


Gambar 1.4 Peta geologi regional sekitar ruas jalan Sumedang-Cijelag KM
6+300 (Lembar Arjawinangun, Djuri, 1995)
Keterangan :
Hasil Gunung Api Muda Tak Teruraikan : Breksi, Lava bersifat
andesit dan basal, pasir tufa, lapili berasal dari G. Tampomas.
Biasanya batuan ini membentuk dataran atau perbukitan rendah
berwarna abu-abu, kuning kemerah-merahan, termasuk kala quarter

Anggota Batu Lempung Formasi Subang : Batu lempung


mengandung lapisan batu gamping, napalan abu-abu tua termasuk
kala miosen

1.4 Tujuan
Tujuan Tugas Akhir ini adalah untuk merancang penanganan longsor yang
harus dilakukan pada lereng ruas jalan Sumedang-Cijelag KM 62 + 300 yang
dikaji dengan beberapa alternatif penanganan yaitu dengan dinding penahan
tanah, bronjong, dan dengan pondasi bored pile. Dari beberapa alternatif
penanganan longsor tersebut terpilihlah alternatif penanganan longsor dengan
pondasi bored pile dan alternatif penanganan dengan pondasi bored pile akan
dibahas lebih detail dari mulai perancangan hingga DED (Detail Enggineering
Design).

1.5 Ruang Lingkup


Batasan masalah dan kajian yang akan dibahas dalam laporan Tugas Akhir
ini adalah sebagai berikut:
a. Dilakukannnya alternatif penanganan longsor dengan dinding penahan tanah.

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng


Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat


BAB I Pendahuluan 6

b. Dilakukannnya alternatif penanganan longsor dengan bronjong

c. Dilakukannnya alternatif penanganan longsor dengan pondasi bored pile.



d. Dilakukan pemilihan alternatif penanganan longsor berdasarkan pembobotan
terhadap factor keamanan, pelaksanaan, lahan, mutu, dan waktu pelaksanaan.

e. Mendesain pondasi bored pile untuk penanganan longsor pada jalan KM


62+300 tersebut.

f. Merencanakan metoda pelaksanaan pondasi bored pile untuk penanganan



longsoran pada jalan KM 62+300 tersebut.
g. Membuat rencana anggaran biaya (RAB) untuk penangan longsor dengan
pondasi bored pile pada jalan KM 62+300 tersebut.

Hal-hal inilah yang akan dibahas dan dijabarkan lebih rinci di dalam laporan
tugas akhir ini. Dengan pembatasan masalah ini, diharapkan pada proses
penyusunan laporan difokuskan pada suatu topik peninjauan, sehingga tidak
menyimpang dari tujuan semula dan isi dari laporan tugas akhir ini dapat dengan
mudah dipahami oleh pembaca.

1.6 Hipotesa
Dari bebererapa rumusan masalah sebelumnya, apakah dengan dilakukan
beberapa kemungkinan penanganan yang akan dijelaskan berikut ini, kondisi
lereng pada ruas jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 aman terhadap longsor.
a. Dilakukannnya alternatif penanganan longsor dengan dinding penahan tanah
apakah pada lereng ruas jalan tersebut masih aman terhadap longsor.
b. Dilakukannnya alternatif penanganan longsor dengan bronjong apakah pada
lereng ruas jalan tersebut masih aman terhadap longsor.
c. Dilakukannnya alternatif penanganan longsor dengan pondasi bored pile
apakah pada lereng ruas jalan tersebut masih aman terhadap longsor..

1.7 Sistematika Penyusunan Laporan Tugas Akhir


Secara garis besar sistematika penulisan Laporan Tugas Akhir adalah
sebagai berikut :

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng


Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat


BAB I Pendahuluan 7

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, lokasi kajian, tujuan,



ruang lingkup, dan sistematika penyusunan laporan tugas
akhir.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang uraianuraian yang disajikan

berdasarkan studi pustaka dari berbagai referensi pedoman



teknis maupun literaturliteratur.
BAB III. DASAR TEORI
Bab ini menjelaskan tentang perhitungan-perhitungan
sebagai dasar dan acuan dalam melakukan analisa dan
evaluasi pembahasan permasalahan tugas akhir ini.
BAB IV. METODOLOGI
Bab ini berisi tentang cara dalam menyelesaikan
penyusunan tugas akhir, perancangan penanganan longsor
di KM 62+300, dan perancangan rencana anggaran biaya
yang disajikan dalam bentuk diagram alir.
BAB V. ANALISA DATA DAN SOLUSI
Bab ini berisi tentang data-data sebagai perhitungan dalam
melakukan analisa longsor yang kemudian dari data-data
tersebut digunakan untuk melakukan perhitungan beberapa
alternatif penanganan longsor yang dapat digunakan
sebagai solusi penanganan longsor pada lereng jalan
tersebut. Dan kemudian dari beberapa alternatif
penanganan tersebut dipilih salah satu penanganan yang
tepat berdasarkan kondisi-kondisi yang ada.
BAB VI. PERANCANGAN PONDASI BORED PILE
Berisi tentang pembahasan penyusunan tugas akhir ini yang
meliputi perancangan penanganan longsor dan metoda
pelaksanaan yang akan digunakan pada penyelasaian
penanganan longsornya dan juga berisi tentang Rencana

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng


Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat


BAB I Pendahuluan 8

Anggaran Biaya (RAB) pekerjaan penanganan longsor pada

peyusunan tugas akhir ini.



BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan serta saran dari

penanganan longsoran pada jalan KM 62+300.

Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng


Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat

Anda mungkin juga menyukai