Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak orang tidak menyadari pentingnya fungsi tulang dalam
hidup, yaitu memberi bentuk tubuh, sebagai melekatnya otot, serta
memberikan perlindungan pada organ dibawahnya. Tulang manusia
mengalami puncaknya pada kurun waktu umur 20-40 tahun, sampai terjadi
proses penuaan dimana tulang mulai kehilangan kekuatannya. Selain itu
juga banyak kondisi yang dapat mempercepat proses berkurangnya massa
tulang. Dengan rendahnya massa tulang dapat menimbulkan pengeroposan
tulang atau osteoporosis. Hal ini dapat menyebabkan pergerakan tulang
sangat terbatas, timbul rasa nyeri, bentuk tubuh atau anggota badan
berubah dan kemampuan fisik menurun. Komplikasi yang berakibat fatal
adalah terjadinya patah tulang panggul, yang merupakan penyebab
kecelakaan yang membawa maut apabila tidak ditangani dengan serius.
Insiden osteoporosis pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria.
Satu dari tiga wanita mempunyai kecenderungan terkena osteoporosis
yang biasanya terjadi pada wanita pasca menopause, sedangkan pada pria
insidennya lebih kecil yaitu 1 dari 7 pria. Osteoporosis menjangkit pada
usia di atas 45 tahun. Namun berdasarkan penelitian lain, wanita usia
muda yaitu 23 tahun juga beresiko mengalami osteoporosis.
Penyebab osteoporosis di pengaruhi berbagai faktor dan pada
individu bersifat multifaktor seperti gaya hidup tidak sehat (maerokok,
minum alkohol, soft drink, kopi, mengkonsumsi nutrisi dengan kadar
lemak yang tinggi), kurang gerak atau tidak berolahraga serta pengetahuan
mencegah osteoporosis yang kurang yaitu kurangnya mengkonsumsi
kalsiaum dan vitamin D. Vitamin D secara alami bisa kita dapatkan dari
sinar matahari.

Menurut Menteri Kesehatan RI tahun 2004, osteoporosis sering


disebut sebagai silent killer diseases, seperti penyakit kronik lainnya

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 1


osteoporosis tidak menunjukkan gejala awal dan tidak dapat terdiagnosa,
hingga terjadinya patah tulang. Perubahan massa tulang dapat dideteksi
dengan pemeriksaan kalsium dalam darah. Dengan kemajuan teknologi
osteoporosis dapat dideteksi dengan cara yang mudah yaitu dengan
menggunakan alat Bone Densito Metry (BDM), bagian yang diukur adalah
lengan bawah, tulang punggung atau tulang panggul. Dari hasil
pemeriksaan tersebut akan menginformasikan kandungan mineral tulang,
densitas tulang dan presentasi massa tulang, sehingga resiko
berkembangnya patah tulang dari penderita dapat dideteksi terlebih
dahulu.

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 2


BAB II
PEMBAHASAN
A. Skenario

TULANGKU SAKIT

Seorang perempuan berinisial Ny. M berusia 60 tahun dibawa ke RS


UNIZAR, karena panggul kiri terasa nyeri setelah jatuh dengan posisi duduk
di kamar mandi. Ny. M sudah menopause sejak usia 50 tahun. Sehari-hari Ny.
M bekerja sebagai tukang jahit di rumahnya. Sejak kecil Ny. M mengaku
tidak suka minum susu dan jarang berolahrag. Dari pemeriksaan fisik,
didapatkan punggung Ny. M bungkuk, BB: 45 kg, TB: 155 cm, dan tungkai
kiri lebih panjang dari tungkai kanan, Ny, M merasa heran karena sebelum
menopause tinggi badannya 160cm. Dokter menyarankan dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis.

B. Terminologi
1. Menopause; keadaan dimana seorang wanita sudah kehilangan masa
subur yang ditandai dengan berhentinya masa menstruasi. Menopause
disebabkan oleh menurunnya kadar hormon pada tubuh. Umumnya
menopause terjadi pada usia 50 tahun.
C. Permasalahan
1. Perubahan anatomi sistem muskuloskeletal pada lansia?
2. Interpretasi keluhan dan pemeriksaan fisik pada skenario?
3. Faktor-faktor yang sering menyebabkan jatuh pada lansia?
4. Diagnosis pada skenario tersebut?
D. Pembahasan
1. Perubahan anatomi sistem muskuloskeletal pada lansia?
Massa tulang kontinu sampai mencapai puncak pada usia 30-35
tahun setelah itu akan menurun karena disebabkan berkurangnya
aktivitas osteoblast sedangkan aktivitas osteoklast tetap normal. Secara
teratur tulang mengalami turn over yang dilaksanakan melalui 2 proses
yaitu; modeling dan remodeling, pada keadaan normal jumlah tulang

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 3


yang dibentuk remodeling sebanding dengan tulang yang dirusak. Ini
disebut positively coupled jadi masa tulang yang hilang nol. Bila
tulang yang dirusak lebih banyak terjadi kehilangan masa tulang ini
disebut negatively coupled yang terjadi pada usia lanjut.
Dengan bertambahnya usia terdapat penurunan masa tulang secara
linier yang disebabkan kenaikan turn over pada tulang sehingga tulang
lebih pourus. Pengurangan ini lebih nyata pada wanita, tulang yang
hilang kurang lebih 0,5 sampai 1% per tahun dari berat tulang pada
wanita pasca menopouse dan pada pria diatas 80 tahun, pengurangan
tulang lebih mengenai bagian trabekula dibanding dengan kortek. Pada
pemeriksaan histologi wanita pasca menopouse dengan osteoporosis
spinal hanya mempunyai trabekula kurang dari 14%. Selama kehidupan
laki-laki kehilangan 20-30% dan wanita 30-40% dari puncak massa
tulang.
Pada sinofial sendi terjadi perubahan berupa tidak ratanya
permukaan sendi terjadi celah dan lekukan dipermukaan tulang rawan.
Erosi tulang rawan hialin menyebabkan pembentukan kista di rongga
sub kondral. Ligamen dan jaringan peri artikuler mengalami degenerasi
Semuanya ini menyebabkan penurunan fungsi sendi, elastisitas dan
mobilitas hilang sehingga sendi kaku, kesulitan dalam gerak yang rumit
Perubahan yang jelas pada sistem otot adalah berkurangnya masa otot
terutama mengenai serabut otot tipe II. Penurunan ini disebabkan
karena atropi dan kehilangan serabut otot. Perubahan ini menyebabkan
laju metabolik basal dan laju komsumsi oksigen maksimal berkurang.
Otot menjadi mudah lelah dan kecepatan laju kontraksi melambat.
Selain penurunan masa otot juga dijumpai berkurangnya rasio otot dan
jaringan lemak.
2. Interpretasi keluhan dan pemeriksaan fisik pada skenario?
Mekanisme nyeri panggul kiri
Nyeri panggul pada kasus ini disebabkan oleh karena fraktur yang
terjadi akibat jatuh terduduk sehingga menyebabkan kompresi pada

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 4


tulang vertebrae. Ketika sebuah tekanan mengenai tulang dan kekuatan
tersebut tidak dapat diabsorbsi oleh tulang, tendon dan otot maka terjadi
fraktur. Dikarenakan terjadinya fraktur yang menyebabkan produksi
tulang kortikal dan trabekular berkurang yang fungsinya sebagai
perlindungan terhadap beban gerakan rotasi lengkungan.

Hubungan pekerjaan sebagai tukang jahit dengan keluhan.


Makin lama seseorang duduk maka ketegangan otot dan
keregangan ligamentum khususnya ligamentum longitudinalis posterior
makin bertambah, khususnya dengan duduk membungkuk.
Sebagaimana diketahui ligamentum longitudinalis posterior memiliki
lapisan paling tipis setinggi L2-L5. Keadaan ini mengakibatkan daerah
tersebut lebih sering terjadi gangguan. Duduk yang lama menyebabkan
beban yang berlebihan dan kerusakan jaringan pada vertebra lumbal.
Posisi duduk meningkatkan tekanan pada diskus intervertebralis sebesar
30%. Menurut teori tekanan diskus intervertebralis pada saat duduk
tegak mencapai 175, dan bila duduk dengan posisi batang tubuh
membungkuk tekanannya mencapai 200.
Hubungan tidak suka minum susu dan jarang berolahraga.
Susu mengandung kalsium dimana kalsium itu sangat penting
bagi pertumbuhan dan pembentukan tulang. Tanpa kalsium, tubuh tidak
sanggup membangun kembali selsel tulang baru selama proses
remodeling tulang. Tulang merupakan kumpulan dari 2 mineral kalsium
dan fosfor. Kita memerlukan kadar kalsium yang stabil dalam darah
karna banyak organ, terutama jantung, otot, dan saraf, bergantung pada
kalsium. Ketika organorgan ini membutuhkan kalsium, mereka
mengambilnya dari tempat penyimpanan mineral di tulang. Seiring
berjalannya waktu tulang jadi rapuh karna persediaan kalsium dalam
tulang semakin menipis.. Kadar kalsium sangat dipengaruhi oleh
hormone paratiroid (PTH). Apabila PTH meningkat maka kalsium di
dalam darah juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Disini pasien
kekurangan asupan kalsium yang akan membuat terjadinya

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 5


hipokalsemia. Hal ini pula akan memicu peningkatan hormone
paratiroid sebagai kompensasi. Hormone paratiroid bekerja
meningkatkan kalsium dalam darah dengan cara meningkatkan resorpsi
kalsium dalam tulang yang akan memperburuk keadaan tulang.
Seseorang yang kurang gerak atau kurang aktivitas maka otot
ototnya tidak terlatih dan mudah kendor. Dimana otot yang kendor akan
mempercepat menurunnya kekuatan tulang.

Penurunan tinggi badan.


Saat penuaan jumlah masa otot semakin berkurang maka tinggi
badan secara progersif berkurang karena terjadi penyempitan diskus
intervertebral dan terjadi penekan pada columna vertebralis sehingga
bisa menyebabkan bungkuk.

Hubungan usia dan menopause dengan keluhan.

Semakin bertambahnya usia fungsi organ semakin menurun dan


peluang untuk kehilangan tulang juga akan semakin
meningkat.Bertambahnya umur maka sel Osteoblast lebih cepat mati
karena sel osteoblast menjadi aktif sehingga tulang tidak dapat diganti
dengan baik maka massa tulang akan menurun.

Menopause ditandai dengan hilangnya produksi estrogen oleh


indung telur. Hal ini dapat terjadi dengan cara alami atau dengan
operasi pengangkatan kedua indung telur. Hilangnya estrogen ini
mempercepat kehilangan tulang untuk jangka waktu berkisar antara 5
sampai 8 tahun. Dalam hal remodeling tulang kurangnya estrogen
meningkatkan kemampuan osteoklas menyerap tulang. Karena
osteoblas yang merupakan sel-sel yang menghasilkan tulang, tidak
dapat memproduksi tulang lebih, osteoklas menang dan tulang lebih
banyak hilang daripada yang diproduksi. Menopause dapat
mendatangkan malapetaka pada tulang. Bila estrogen yang hilang tidak
diganti, tulang bisa menjadi tipis dan rapuh dengan cepat. Inilah

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 6


hubungan langsung antara kurangnya estrogen selama masa pra-
menopause dan menopause dengan osteoporosis. Menopause dini
(sebelum usia 40) dan setiap waktu yang lama di mana kadar hormon
rendah dan periode menstruasi jarang atau tidak terjadi dapat
menyebabkan hilangnya massa tulang.

3. Faktor-faktor yang bisa menyebabkan jatuh pada lansia?

Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan


beberapa faktor, antara lain: (Kane, 1994; Reuben , 1996; Tinetti, 1992;
campbell, 1987; Brocklehurs, 1987).

a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama (30-50%


kasus jatuh lansia)
- Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung//
- Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-
kelainan akibat proses menua misalnya karena mata kurang
awas, benda-benda yang ada di rumah tertabrak, lalu jatuh
b. Nyeri kepala dan atau vertigo
c. Hipotensi orthostatic
- Hipovilemia / curah jantung rendah
- Disfungsi otonom
- Penurunan kembalinya darah vena ke jantung
- Terlalu lama berbaring
- Pengaruh obat-obat hipotensi
- Hipotensi sesudah makan
d. Obat-obatan
- Diuretik/antihipertensi
- Antidepresen trisiklik
- Sedativa
- Antipsikotik
- Obat-obat hipoglikemia
- Alkohol

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 7


e. Proses penyakit yang spesifik
Penyakit-penyakit akut seperti:
- Kardiovaskuler; aritmia, stenosis aorta.
- Neurologi; TIA, stroke, serangan kejang, Parkinson,
Kompresi saraf spinal karena spondilosis, Penyakit serebelum
f. Idiopatik (tak jelas sebabnya)
g. Sinkope : kehilangan kesadaransecara tiba-tiba
- Drop attack (serangan roboh)
- Penurunan darah ke otak secara tiba-tiba

FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN YANG SERING


DIHUBUNGKAN DENGAN KECELAKAAN DENGAN LANSIA

a. alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak


stabil, atau tergeletak di bawah
b. tempat tidur atau WC yang rendah / jongkok
c. tempat berpegangan yang tidak kuat / tidak mudah dipegang
- Lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun.
- Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal /
menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin
atau mudah tergeser.
- Lantai yang licin atau basah.
- Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan).
- Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara
penggunaannya
FAKTOR-FAKTOR SITUASIONAL YANG MUNGKIN
MEMPRESIPITASI JATUH ANTARA LAIN: (Reuben, 1996;
Campbell, 1987)

a. Aktivitas
Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan
aktivitas biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga, mengganti
posisi. Hanya sedikit sekali (5%), jatuh terjadi pada saat lansia

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 8


melakukan aktivitas berbahaya seperti mendaki gunung atau
olahraga berat. Jatuh juga sering terjadi pada lansia dengan banyak
kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan oleh kelelahan atau
terpapar bahaya yang lebih banyak. Jatuh juga sering terjadi pada
lansia yang imobil (jarang bergerak) ketika tiba-tiba dia ingin
pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan.

b. Lingkungan
Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di
tangga, dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak
dibanding saat naik, yang lainnya terjadi karena tersandung /
menabrak benda perlengkapan rumah tangga, lantai yang licin atau
tak rata, penerangan ruang yang kurang

c. Penyakit Akut
Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh.
Eksaserbasi akut dari penyakit kronik yang diderita lansia juga
sering menyebabkan jatuh, misalnya sesak nafas akut pada
penderita penyakit paru obstruktif menahun, nyeri dada tiba-tiba
pada penderita penyakit jantung iskenmik, dan lain-lain.

4. Diagnosa
a. OSTEOPOROSIS
1) Definisi
Osteoporosis adalah penyakit sistemik pada tulang
yang ditandai dengan masa tulang yang rendah dan
gangguan mikro arsitektur tulang dengan konsekuensi
meningkatnya kerapuhan tulang dan memudahkan
terjadinya patah tulang.
Osteoporosis sering disebut silent disease karena
kehilangan tulang terjadi tanpa gejala pada awalnya. Orang
mungkin tidak tahu bahwa mereka memiliki osteoporosis
sampai tulang mereka menjadi begitu lemah hingga sebuah

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 9


tegangan, benturan, atau jatuh mendadak menyebabkan
patah tulang atau runtuhnya tulang belakang. Runtuhnya
tulang belakang awalnya mungkin dirasakan atau dilihat
dalam bentuk sakit punggung yang parah, kehilangan tinggi
badan, atau kelainan bentuk tulang belakang seperti postur
membungkuk.

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 10


2) Etiologi
Faktor-faktor Resiko Penyebab Osteoporosis :
1. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Di Ubah
a. Faktor Mekanis Atau Usia Lanjut
Faktor mekanis merupakan faktor yang
terpenting dalarn proses penurunan massa tulang
sehubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun
demikian telah terbukti bahwa ada interaksi
panting antara faktor mekanis dengan faktor
nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis
akan menurun dengan bertambahnya usia, dan
karena massa tulang merupakan fungsi beban
mekanis, massa tulang tersebut pasti akan
menurun dengan bertambahnya usia.
b. Jenis Kelamin
Osrteoporosis tiga kali lebih sering terjadi
pada wanita dibandingkan pria, perbedaan ini
disebabkan oleh faktor hormonal dan rangka
tulang yang lebih kecil.
c. Faktor Genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh
terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa
orang mempunyai tulang yang cukup besar dan
yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit
hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang
lebih kuat dan berat dari pada bangsa kulit putih.
Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat
biasanya jarang terserang osteoporosis.
d. Riwayat Keluarga Atau Keturunan
Riwayat keluarga juga mempengaruhi
penyakit osteoporosis, pada keluarga yang

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 11


mempunyai riwayat osteoporosis, anak-anak
yang dilahirkannya cenderung mempunyai
penyakit yang sama.
e. Bentuk Tubuh
Kerangka tubuh dan skoliosis vertebra yang
lemah juga dapat menyebabkan penyakit
osteoporesis. Keadaan ini terutama terjadi pada
wanita antara usia 50-60 tahun dengan identitas
tulang yang rendah dan di atas usia 70 tahun
dengan keadaan tubuh yng tidak ideal.
2. Faktor Resiko Yang Dapat Di Ubah
a. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan
penting dalam proses penurunan massa tulang
sehubungan dengan bertambahnya uisia,
terutama pada wanita post menopause. Kalsium,
merupakan nutrisi yang sangat penting, wanita-
wanita pada masa pascamenopause, dengan
masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya
tidak baik, akan mengakibatkan keseimbangan
kalsiumnya menjadi berkurang maka
kemungkinan terjadinya osteoporosis ada, pada
wanita dalam masa menopause keseimbangan
kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta
absorbsinya kurang dan ekskresi melalui urin
yang bertambah dapat menyebabkan kekurangan
atau kehilangan estrogen serta pergeseran
keseimbangan kalsium sejumlah 25 mg per sehari
pada masa menopause.
b. Protein

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 12


Protein juga merupakan faktor yang penting
dalam mempengaruhi penurunan massa tulang.
Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan
ekskresi asam amino yang mengandung sulfat
melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi
kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan
secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain.
Apabila makanan tersebut mengandung fosfor,
maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi
kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut
akan mengubah pengeluaran kalsium melalui
tinja. Hasil akhir dari makanan yang
mengandung protein berlebihan akan
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi
keseimbangan kalsium yang negatif.

c. Estrogen
Berkurangnya estrogen dari dalam tubuh
akan mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh
karena menurunnya efesiensi absorbsi kalsium
dari makanan dan juga menurunnya konservasi
kalsium di ginjal.
d. Rokok Dan Kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah
banyak cenderung akan mengakibatkan
penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai
masukan kalsium yang rendah. Mekanisme
pengaruh merokok terhadap penurunan massa
tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 13


memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin
maupun tinja.
e. Alkohol
Alkoholi merupakan masalah yang sering
ditemukan. Individu dengan pengguna alkohol
mempunyai kecenderungan masukan kalsium
rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang
meningkat. Mekanisme yang jelas belum
diketahui dengan pasti tentang pengguna alkohol.
f. Gaya hidup.
Aktifitas fisik yang kurang dan imobilisasi
dengan penurunan penyangga berat badan
merupakan stimulus penting bagi resorpsi tulang.
Beban fisik yang terintegrasi merupakan penentu
dari puncak massa tulang.
3) Klasifikasi
Osteoporosis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Osteoporosis Primer ( involusional )
Yaitu osteoporosis yang tidak
diketahui penyebabnya, dibagi menjadi dua
kelompok yakni : osteoporosis tipe I dan tipe
II Osteoporosis tipe I disebut juga
osteoporosis pasca menopause, disebabkan
oleh defisiensi estrogen akibat menopause.
Osteoporosis tipe II disebut juga
osteoporosis senilis, disebabkan oleh
gangguan absorpi kalsium di usus sehingga
menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder
yang mengakibatkan timbulnya osteoporosis
b. Osteoporosis Sekunder

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 14


Yaitu osteoporosis yang diketahui
sebabnya, dapat disebabkan oleh penyakit-
penyakit tulang erosif (misalnya mieloma
multiple,hipertiroidisme,hiperparatiroidism)
dan akibat obat-obatan yang toksik untuk
tulang (misalnya glukokortikoid). Jenis ini
ditemukan pada kurang lebih 2-3 juta klien.
c. Osteoporosis Idiopatik
Idiopatik adalah osteoporosis yang
tidak di ketahui penyebabnya dan di
temukan pada : usia kanak-kanak juvenile ;
Usia remaja (adolesen) ; Pria usia
pertengahan.
4) Patofisiologi
Peran estrogen pada tulang : Estrogen merupakan
regulator pertumbuhan dan homeostatis tulang yang
penting. Estrogen memiliki efek langsung dan tidak
langsung pada tulang. Efek tidak langsungnya meliputi
estrogen terhadap tulang berhubungan dengan homeostatis
kalsium yang meliputi regulasi absorpsi kalsium di usus,
modulasi 1,25 (OH)2D, ekskresi Ca di ginjal dan sekresi
hormone paratioid. Efek langsung dari estrogen
meningkatkan formasi tulang dan menghambat resorpsi
tulang oleh esteoklas.
Patogenesis dari Osteoporosis tipe I : Pasca
menopause terjadi penurunan estrogen yang menyebabkan
produksi sitokin seperti IL-1, IL-6 dan TNF- yang
meningkatkan kerja osteoklas sehingga menyebabkan
aktifitas osteoklas meningkat, yang apabila aktifitas
osteoklas maka akan terjadi meningkatan resorbsi tulang
sehingga dapat menyebabkan osteoporosis karena terjadi

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 15


penurunan densitas tulang terutama pada tulang trabekuler.
Selain itu, menopause juga meningkatkan eksresi kalsium
di ginjal sehinga terjadi reabsorpsi kalsium di ginjal
sehingga timbul keseimbangan negatife kalsium akibat
menopause, maka kadar PTH akan meningkat karena tejadi
pengaturan kadar ion Ca dalam jaringan sehingga
didapatkan peningkatan kadar kalsium dalam serum.

Patogenesis Osteoporosis tipe II : Lebih


disebabkan oleh usia lanjut, terutama pada decade ke-
delapan dan kesembilan kehidupannya terjadi
ketidakseimbangan remodeling tulang, dimana resorpsi
tulang meningkat, sedangkan formasi tulang tidak berubah
atau menurun. Defisiensi kalsium dan vitamin D terjadi
karena asupannya berkurang sehingga terjadi
hiperparatiroidisme sekunder yang persisten sehingga akan
semakin meningkatakan resorpsi tulang dan kehilangan
massa tulang. Selain itu juga terjadi penurunan sekresi GH

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 16


dan IGF-1, penurunan aktifitas fisik, penurunan sekresi
estrogen yang menyebabkan terganggunya fungsi
oesteoblas dan peningkatan turnover tulang yang memicu
terjadinya osteoporosis, yang padat menimbulkan fraktur
apabila terjadi trauma ringan.

5) Gejala klinis
Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent
disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara
perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis) dan
berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa
kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala. Gejala-gejala
baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti: patah
tulang, punggung yang semakin membungkuk, hilangnya
tinggi badan dan nyeri punggung.
6) Pemeriksaan dan Diagnosis
Anamnesis : Anamnesis diperlukan karena keluhan
utama dapat langsung mengarah ke pada diagnosis,
misalnya fraktur kolum femoris pada osteoporosis,

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 17


kesemutan dan rasa kebal disekitar mulut,
immobilisasi yang lama, pengaruh obat-obtan,
alcohol, merokok.

Pemeriksaan Fisik : Tinggi badan dan berat badan


harus diukur pada apsien osteoporosis, gaya
berjalan, nyeri spinal, sering ditemukannya kifosis
dorsal atau gibbus dan penurunan tinggi badan

Pemeriksaan Biokimia Tulang : Pemeriksaan ini


dilakukan prediksi kehilangan massa tulang,
prediksi fraktur, evaluasi efektivitas terapi. Meliputi
hitung kalsium total kalsium dalam serum, ion
kalsium, kadar fosfor dalam serum, kalsium urin,
fosfat urin

Pemeriksaan Radiologis :

- Dual Energy X-Ray Absorptimetry : (DXA)


DXA merupakan metode yang paling sering
digunakan dalm diagnosis osteoporosis karena
mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang tinggi.
Sumber energinya bukan dari sinar X tapi enerigi
yang dihasilkan dari tabung sinar X. Hasil
pengukurannya berupad densitas mineral tulang,
kandungan mineral, perbandingan hasil densitas
mineral tulang. Katagori Diagnostiknya Normal
untuk T-score >-1 ; Osteopenia <-1 ; Osteopororsis
<-2,5 (tanpa fraktur) ; Osteoporosis berat <-2,5
(dengan fraktur).
- Single-Photon Absorptimetry (SPA) : SPA
digunakan unsure radioisotope I yang mempunyai
energy photon rendah dan digunakan hanya pada

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 18


bagian tulang yang mempunyai jaringan lunak yang
tidak tebal seperti distal radius dan kalkaneus.
- Magnetic Resonance Imaging (MRI) :
Metode ini mempunyai kelebihan berupa tidak
menggunakan radiasi, aplikasi ini dipakai untuk
menilai tulang trabekula melalui dua langkah yaitu
T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai
densitas serta kualitas jaringan tulang trabekula dan
kedua untuk menilai arsitektur trabekula.
7) Tatalaksana dan pencegahan
Tatalaksana : Tujuan pengobatan adalah
meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita,
terutama yang menderita osteoporosis, harus
mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam
jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause
yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan
estrogen (biasanya bersama dengan progesteron)
atau alendronat, yang bisa memperlambat atau
menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga
digunakan untuk mengobati osteoporosis. Pria yang
menderita osteoporosis biasanya mendapatkan
kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika
hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya
tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang
mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa
diberikan testosteron.
Patah tulang karena osteoporosis harus diobati.
Patah tulang pergelangan biasanya digips atau
diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang
belakang disertai nyeri punggung yang hebat,
diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 19


back brace dan dilakukan terapi fisik.
Penanganan yang dapat di lakukan pada klien
osteoporosis meliputi :
- Diet
- Pemberian kalsium dosis tinggi
- Pemberian vitamin D dosis tinggi
- Pemasangan penyangga tulang belakang
(spina brace) untuk mengurangi nyeri
punggung.

Pencegahan osteoporosis meliputi :

- Mempertahankan atau meningkatkan


kepadatan tulang dengan mengkonsumsi
kalsium yang cukup .
- Melakukan olah raga dengan beban . Olah
raga beban (misalnya berjalan dan menaiki
tangga) akan meningkatkan kepadatan
tulang.
- Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang
tertentu)
Estrogen membantu mempertahankan
kepadatan tulang pada wanita dan sering
diminum bersamaan dengan progesteron.
Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai
dalam 4-6 tahun setelah menopause, tetapi
jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah
menopause, masih bisa memperlambat
kerapuhan tulang dan mengurangi resiko
patah tulang.

8) Komplikasi dan prognosis

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 20


Komplikasi : Dapat terjadi fraktur pada penderita,
karena terjadinya trauma-trauma ringan karena osteoporosis
menyebabkan berkurangnya densitas massa tulang.
Prognosis : Tergantung dengan tindak pencegahan
dini osteoporosis saat masih masa pertumbuhan sesuai
pemenuhan kalsium tubuh, nutrisi, asupan, aktivitas fisik,
dan pada masa menopause pemenuhan hormone estrogen.

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 21


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dari hasil diskusi kelompok kami, pasien skenario diatas mengalami
osteoporosis, Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai
oleh penurunan densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur
tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Gejala dari
osteoporosis adalah nyeri akut yang berlangsung lama berbulan-bulan
kemudian apabila terjadi trauma ringan gampang terjadi fraktur.
Pencegahan meliputi olahraga dengan beban, makan-makanan bergizi
empat sehat lima sempurna, edukasi pada penderita.

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 22


DAFTAR PUSTAKA

De Jong, Wim; Sjamsuhidajat, R. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. pp 907-10.

Hayes,WS. 2004, Bone density studies : dual-energy x-ray absorptiometry


(DEXA).Pp1-11

Rasjad C. 2005, Fraktur vetebrae dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Ed.II.
Makassar: Bintang Lamumpatue.Pp. 144-149

Robbins, Stanley L; Kumar, Vinay. 2005. Buku Ajar Patologi II. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. pp 463-4.

Sudoyo S. et al, 2005, Tulang, Sendi dan Infeksi, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Ed.3 jilid 1, FKUI, Jakarta, Hal : 145-150

LBM 2-TULANGKU SAKIT Page 23

Anda mungkin juga menyukai