Anda di halaman 1dari 10

BAB II

Definisi

Resusitasi adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang


adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk
menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya.
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002

Resusitasi yang efektif akan dapat merangsang pernafasan awal


dan mencegah asfiksia progresif. Tujuan tindakan resusitasi adalah
memberikan ventilasi adekuat, O2, dan curah jantung yang cukup untuk
menyalurkan O2 ke otak, jantung, dan alat vital lainnya. Skor APGAR
tidak dipakai untuk menentukan kapan kita memulai resusitasi.
Intervensi tidak menunggu hasil penilaian APGAR satu menit. Walaupun
demikian, skor APGAR dapat membantu dalam upaya penilaian
keadaan bayi lebih lanjut, rangkaian upaya resusitas, dan efektivitas
upaya resusitasi. Skor APGAR dinilai pada 1 dan 5 menit. Bila skor
APGAR < 7, penilaian skor tambahan masih diperlukan tiap 5-20 menit
atau sampai dua kali penilaian menunjukan skor 8. Penyesuaian tahap
dan intensitas upaya resusitasi harus terus dilakukan berdasar
perubahan nilai APGAR.
Gambar. Bagan resusitasi
A. Langkah awal
Pada saat bayi lahir harus dilakukan penilaian untuk
menjawab pertanyaan berikut (lihat kotak merah muda pada
bagan). Jika semua pertanyaan dijawab YA, cukup dilakukan
perawatan rutin, tetapi jika pada penilaian didapatkan satu jawaban
TIDAK, maka langkah awal yang perlu dilakukan dalam resusitasi,
meliputi:
o Begitu bayi lahir tidak menangis, maka dilakukan langkah awal yang
terdiri dari :
- Hangatkan bayi di bawah pemancar panas atau lampu
- Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
- Isap lendir dari mulut bayi kemudian dari hidung
- Keringkan bayi sambil merangsang taktil dengan menggosok
punggung atau menyentil ujung jari kaki dan mengganti kain
yang basah dengan kain yang kering
- Reposisi kepala bayi
- Nilai bayi : usaha nafas, warna kulit dan denyut jantung
o Bila bayi tidak bernapas lakukan ventilasi tekanan positif (VTP)
dengan memakai balon dan sungkup selama 30 detik dengan
kecepatan 40 60 kali per menit.
o Nilai bayi : usaha nafas, warna kulit dan denyut jantung
o Bila belum bernafas dan denyut jantung 60 kali permenit lanjutkan
VTP dengan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik
o Nilai bayi : usaha nafas, warna kulit dan denyut jantung
- Bila denyut jantung < 60 kali permenit , beri epinefrin dan
lanjutkan VTP dan kompresi dada
- Bila denyut jantung > 60 kali permenit, kompresi dada dihentikan,
VTP dilanjutkan
B. Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
VTP dilakukan apabila pada penilaian pasca langkah awal
didapatkan salah satu keadaan berikut:
1. Apnu
2. Frekuensi jantung < 100 kali/menit
3. Tetap sianosis sentral walaupun telah diberikan oksigen aliran
bebas.

Prosedur pelaksanaan VPT adalah sebagai berikut:


1. Sebelum persalinan berlangusng, pada saat persiapan alat
resusitasi, alat yang akan dipakai untuk ventilasi tekanan positif
dipasang dan dirangkai serta dihubungkan dengan oksigen
sehingga dapat memberikan kadar sampai 90-100%. Siapkan
sungkup dengan ukuran yang sesuai berdasarkan antisipasi
ukuran/berat bayi. Ukuran sungkup yang tepat ialah yang dapat
menutupi hidung, mulut dan dagu.
2. Setelah alat yang dipilih dan dipasang, pastikan bahwa alat dan
sungkup berfungsi baik. Peralatan harus disiapkan dan diperiksa
sebelum setiap persalinan berlangsung dan operator harus
memeriksa kembali tempat sebelum penggunaan.
3. Operator berdiri di sisi kepala atau samping bayi. Sungkup
diletakan di wajah bayi dengan lekatan baik.
4. Dilakukan pemompaan pada balon resusitasi dengan tekanan
awal > 30 cmH2O dan selanjutnya 15-20 cmH2O dengan
frekuensi 40-60 kali permenit.
5. Ventilasi tekanan positif dilakukan selama 30 detik sebanyak 20-
30 kali, dengan fase ekspirasi lebih lama dari fase inspirasi.
6. Bila ventilasi tidak adekuat yang ditandai dengan tidak terjadinya
perbaikan frekuensi jantung, periksa gerakan dada. Bila tidak
atau sedikit saja gerakan dada maka teknik ventilasi harus
diperbaiki dengan cara berikut :
o Memperbaiki lekatan sungkup wajah
o Memperbaiki posisi kepala
o Bila terdapat secret dalam jalan nafas, isap sekretnya
o Usahakan mulut sedikit terbuka
o Bila tekanan kurang, naikkan tekanan saat meremas
balon.

C. Cara atau Teknik Melakukan kompresi Dada


1. Perlu dua orang yang bekerja sama untuk melakukan kompresi
dada yang efektif, satu menekan dada dan yang lain melanjutkan
ventilasi. Orang yang melakukan ventilasi mengambil posisi di
sisi kepala bayi agar sungkup wajah dapat ditempatkan secara
efektif atau untuk menstabilkan pipa endotrakeal dan memantau
gerakan dada yang efektif.

2. Lokasi kompresi dada pada BBL adalah sepertiga bawah tulang


dada, yang terletak antara ujung tulang dada dan garis khayal
yang menghubungkan ke dua putting susu, atau satu jari di
atas/superior xiphoid. Hindari penekanan langsung pada
xiphoid.

3. Dua cara yang di anjurkan

a. Teknik ibu jari


Ke dua ibu jari di atas sternum dan jari lain melingkar di
bawah bayi menyangga tulang belakan/punggung. Posisi ke
dua ibu jari berdampingan atau pada bayi kecil dapat saling
susun. Ibu jari difleksikan pada sendi ruas jari dan tekanan
diberikan secara vertical untuk menekan jantung yang
terletak antar tulang dada dan tulang belakang. Teknik ini
mempunyai keuntungan dibandingkan dengan teknik dua jari
karena memperbaiki tekanan puncak sistolik dan perfusi
koroner tanpa komplikasi. Teknik ini mempunyai
keterbatasan yaitu tidak dapat dilakukan secara efektif bila
bayi besar dan tangan penolong kecil dan lebih sulit bila
diperlukan akses tali pusat untuk memberikan obat.

b. Teknik dua jari

Pada teknik dua jari, ujung jari tengah dan telunjuk atau jari
manis dari satu tangan digunakan untuk menekan. Ke dua
jari tegak lurus didinding dada dan penekanan dengan ujung
jari. Tangan lain harus digunakan untuk menopang bagian
belakan bayi sehingga penekanan pada jantung antara tulan
dada dan tulang belakang menjadi lebih efektif. Dengan
tangan ke dua menopang bagian belakang, dapat dirasakan
tekanan dan dalamnyapenekanan dengan lebih mudah.
Teknik dua jari lebih melelahkan dibandingkan dengan teknik
dua ibu jari.
4. Kompresi dada dan ventilasi harus dilakukan secara sinkron
dengan rasio 3:1 yaitu 90 kompresi dan 30 inflasi untuk
mencapai 120 kegiatan tiap satu menit. Rekomendasi ini
didasarkan pada pengalaman dan pengajaran dan tidak ada
penelitian yang menunjangnya. Kompresi dan inflasi harus
terkoordinasi secara sinkron. Dada harus berkembang penuh di
antara dua kompresi. Pengendalian tekanan merupakan bagian
penting. Gunakan tekanan yang cukup untuk menekan tulang
dada sedalam kiri-kira sepertiga diameter anteroposterior dada.
Kemudian tekanan dilepaskan untuk memberikan jantung terisi.
Satu kompresi terdiri dari satu tekanan ke bawah dan satu
pelepasan. Lamanya tekanan ke bawah harus lebih pendek dari
lamanya pelepasan untuk memberikan curah jantung yang
maksimal. Ibu jari atau ujung jari jangan di angkat dari dinding
dada, tetapi tetap harus memberikan pengembangan dada yang
optimal.

D. Intubasi
Endotrakea dilakukan pada keadaan berikut:
1. Ketuban tercampur mekonium & bayi depresi dan memerlukan
isapan lender tracheal
2. Jika VTP dengan balon & sungkup tidak efektif
3. Membantu koordinasi VTP & kompresi dada
4. Pemberian epinefrin untuk stimulasi jantung
5. Indikasi lain: sangat prematur & hernia diafragmatika.

E. Obat-obatan
Obat-obatan yang harus disediakan untuk resusitasi bayi
baru lahir adalah epinefrin dan cairan penambah volume plasma.
Epinefrin
Indikasi :
Denyut jantung bayi < 60 kali permenit setelah paling tidak
30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan kompresi dada
belum ada respon.
Asistolik
Dosis : 0,1 0,3 ml/kgBB dalam larutan 1: 10.000
Cara : IV atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit
bila perlu.
Cairan pengganti volume darah
Indikasi :
Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami
hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi.
Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan
atau syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk,
nadi kecil/lemah dan pada resusitasi tidak memberikan
respon yang adekuat.
Jenis cairan :
1. Larutan kristaloid yang isotonis (NaCL 0,9%, Ringer
Laktat)
2. Transfuse darah golongan O negative jika diduga
kehilangan darah banyak dan bila fasilitas tersedia.

Dosis : awal 10mg/kgBB IV pelan-pelan selama 5 10


menit. Dapat diulang sampai menunjukan respon klinis.

Cairan bikarbonat
Indikasi :
Asidosis metabolic secara klinis (nafas cepat dan dalam,
sianosis)
Syarat : bayi telah dilakukan ventilasi yang efektif
Dosis : 1-2 mEq/kgBB atau 2-4ml/kgBB (4,2%) atau 1-
2ml/kgBB (7,4%)
Cara : diencerkan dengan aquabidedes atau dekstrose
5% sama banyak diberikan secara intravena dengan
kecepatan minimal 2 menit.

Efek samping : pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan


CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak..

F. Penghentian Resusitasi
Jika sesudah 10 menit resusitasi yang benar, bayi tidak
bernapas dan tidak ada denyut jantung, pertimbangkan untuk
menghentikan resusitasi. Orang tua perlu dilibatkan dalam
pengambilan keputusan, jelaskan keadaan bayi. Persilakan ibu
memegang bayinya jika ia menginginkan.
G. Tindakan Setelah Resusitasi

Setelah dilakukan resusitasi, maka harus dilakukan tindakan :

- Pemantauan pasca resusitasi


- Dekontaminasi, mencuci dan mensterilkan alat
- Membuat catatan tindakan resusitasi
- Konseling pada keluarga

Anda mungkin juga menyukai