p
X=
pv
pi
Xi =
pv
dimana :
Vp Vb
= =
mf (1 )Vb f (1 ) f
Dengan masa uap yang ada dalam pori :
Vp
mg =
vg
Sehingga
m ai pi
= Ma
mf pv
jumlah air yang teradsorbsi per satuan massa uap pada kondisi awal
mai M a f (1 )vgi (pi / pv )
=
mgi
mai = massa fluida yang teradsorbsi pada kondisi awal (kg)
mgi = massa uap pada kondisi awal (kg)
Ma = berat molekul fluida yang teradsorbsi
f = densitas batuan (gr / cm3)
= porositas
vgi = volume spesifik uap pada kondisi awal (m3/ kg)
= slope kurva adsorbsi/desorbsi
pi = tekanan awal reservoir (bar)
p = tekanan reservoir (bar)
Apabila dengan mengasumsikan, bahwa reservoir geothermal
mempunyai kondisi seperti pada kondisi geothermal yang
umum dijumpai, densitas batuan dapat diperkirakan sebesar
165 lbm/Cuft, dan harga sebesar 300 x 10-6 lbm mol/lbm
batuan. Dari kondisi tersebut, maka persamaan (4.8) akan
menjadi :
=
(
m ai (18)(165)(1)(1 ) 300 10 6 ) m ai
= 0.893
1
m gi m gi
Persamaan ini mempunyai arti yang sangat penting. Dari
persamaan tersebut dapat diketahui bahwa, dalam sistem
geothermal uap yang mempunyai porositas sangat rendah, massa
yang ada dalam reservoir diperkirakan berbentuk air yang
teradsorbsi.
Sebagai contoh, untuk porositas 5% perbandingan adalah 17. Hal
ini berarti bahwa, jumlah air yang teradsorbsi lebih besar 17 kali
dibandingkan massa uap dalam reservoir geothermal tersebut.
Jika perbandingan fraksi massa tersebut diterjemahkan
dalam bentuk saturasi air dalam reservoir maka
Vw Vw 17 w 17 0.1229 x10 2
Sw = = = = 26%
Vtot Vw + Vv 17 w + 1 g 17 0.1229 x10 + 1 0.05875
2
PEMBUATAN OUTPUT CURVE
deliverability sumur
q = C (R2 pwf2) n
Dimana :
q = laju produksi pada keadaan standar, kg/s
R = tekanan reservoir rata-rata, ksc
pwf = tekanan alir dasar sumur, ksc
C = konstanta, tergantung pada satuan dari qsc dan p
n = harga berkisar antara 0.5 1.0
q 2 q N q
q q
a= b=
N q2 q q N q2 q q
dengan N adalah jumlah data. Selain itu konstanta a dan b
dapat pula diperoleh secara langsung dengan membuat
grafik vs qsc berdasarkan persamaan (4.16) dibawah :
q
q
= a + b qsc (4.16)
R
qqsc
0 PR - -
q w q2
q
cre
2
Ts 948
k
re 2
Ts 1000
k pR
1
Dimana, c 2
dan = viskositas pada PR
pR
2. Isochronal Test
Tutup ts(2) PR -
Buka sumur (2) t1, t2 Pwf1 (2), pwf2 (2) q1(2), q2(2)
Tutup ts(2) PR -
Buka sumur (3) t1, t2 Pwf1 (3), pwf2 (3) q1(3), q2(3)
Tutup ts(3) PR -
Buka sumur (4) T1, t2 Pwf1 (4), pwf2 (4) q1(4), q2(4)
Aliran yang stabil text pwf(5) q(5)
Modified Isochronal
Perbedaan antara metoda ini dengan isochronal adalah
terletak pada syarat penutupan sumur tidak perlu mencapai
stabil. Selain itu selang waktu penutupan dan pembukaan
sumur dibuat sama besar. Diagram tekanan dan laju
produksi dari modified isochronal dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Pengolahan data untuk analisa metode ini sama dengan
isochronal kecuali untuk harga diganti dengan pws yaitu
harga tekanan dibaca pada akhir dari setiap masa
penutupan sumur. Dari Gambar 4-8 juga dapat dilihat bahwa
untuk suatu harga q diperoleh pasangan p2 atau
dengan kombinasi :
q1 : (pws1)2 (pwf1)2
q2 : (pws2)2 (pwf2)2
q3 : (pws3)2 (pwf3)2
q4 : (pws4)2 (pwf4)2
Modified Isochronal
END OF LECTURE