Anda di halaman 1dari 40

Kuliah-8

Eksploitasi Panas Bumi


(3 SKS)
Teknik Reservoir Panas Bumi

Dosen : Ir. Andry Halim, MM


STT MIGAS, Balikpapan
2016
Objective/Sasaran

Teknik Reservoir Geothermal


PERKIRAAN
SATURASI AIR DAN
PEMBUATAN
OUTPUT CURVE
PREDIKSI SATURASI AIR DALAM RESERVOIR
DOMINASI UAP MENGGUNAKAN TEORI
ADSORBSI

Gas yang ada dalam media berpori akan selalu diadsorbsi


pada permukaan butiran. Hal tersebut dikemukakan oleh
derjauguin. Sedangkan dengan adanya uap air di dalam
batuan reservoir akan membentuk lapisan cairan yang
teradsorbsi pada sistem uap. Hal ini memberikan indikasi ,
bahwa metode pada saat ini yang digunakan untuk
mengevaluasi reservoir geothermal uap harus direvisi
kembali dengan mempertimbangkan adanya faktor
absorbsi.
Reservoir geothermal uap secara skematis digambarkan
seperti gambar berikut :
Skematik Reservoir Geothermal Uap dan
Zone Liquid Dalam Dua Phase
Phenomena Adsorbsi
Adsorbsi disebabkan oleh adanya gaya interaksi dalam
jarak yang dekat antara molekul-molekul permukaan
padatan dengan molekul-molekul gas.
Adsorbsi ada dua macam, yaitu :
1. adsorbsi kimia
2. adsorbsi fisika

Adsorbsi kimia mempunyai panas adsorbsi yang lebih besar


dan terjadi pada tekanan yang lebih rendah dibandingkan
adsorbsi fisika yang mempunyai panas adsorbsi yang lebih
rendah dan terjadi pada tekanan yang tinggi.
Adsorbsi Isothermal Unconsolidated Core
Hasil dari percobaan Hsieh
Persamaan Hsieh

p
X=
pv

dimana : X = Jumlah air yang diadsorbsi (gr mol/gr batuan )


kemiringan dari kurva adsorbsi /deadsorbsi
p = tekanan total sistem (bar)
pv = tekanan uap air (bar)
Grafik fungsi dari temperatur untuk unconsolidated sand

Slope Adsorbsi vs Temperatur untuk


Unconsolidated Core
Pada formasi yang unconsolidated sand, harga kemiringan
kurva, akan semakin naik dengan kenaikan temperatur,
yaitu antara 50 x 10-6 mol/gr batuan pada 212sampai 71 x
10-6 mol/gr batuan pada 3140F.

Sedangkan untuk formasi consolidated sandstone, harga


slope tidak tergantung dari temperatur. Seperti contoh ,
untuk Berea Sandstone mempunyai harga sama dengan
300 x 10-6 mol/gr batuan.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa , mekanisme utama
adsorbsi yang terjadi pada unconsolidated sand adalah
adsorbsi micropore, sedangkan dalam formasi consolidated
sand mekanisme adsorbsi yang utama adalah adsorbsi
permukaan.
Tekanan uap didefinisikan sebagai tekanan dimana cairan
dan uap dari substansi murni berada dalam kesetimbangan
pada temperatur tertentu. Sedangkan dalam istilah reservoir
geothermal didefinisikan sebagai tekanan minimum dimana
hanya terdapat air dalam media berpori. Tekanan ini disebut
tekanan saturasi dari fluida dalam batuan tersebut.

Phenomena adsorbsi yang telah dijelaskan tersebut,


membuktikan bahwa fluida non uap dan uap selalu ada
bersama pada semua kondisi tekanan dibawah tekanan
saturasi pada temperatur tertentu. Hal ini menjelaskan
bahwa adsorbsi terhadap air selalu terjadi didalam reservoir
geothermal uap.
Besaran Adsorbsi dalam Reservoir Geothermal Uap
jumlah mula-mula dari air yang diadsorbsi pada tekanan
awal pi, adalah :

pi
Xi =
pv

dimana :

Xi = jumlah air yang diadsorbsi pada kondisi awal


(gr mol/gr batuan )
Pi = tekanan awal (bar)
pv = tekanan uap (bar)
volume pori-pori persatuan massa materi padatan :

Vp Vb
= =
mf (1 )Vb f (1 ) f
Dengan masa uap yang ada dalam pori :
Vp
mg =
vg
Sehingga

m gi mg = massa uap pada kondisi awal (kg)


=
mf (1 ) f v gi mf = massa batuan (kg)
= porositas abtuan
= densitas batuan (gr/cm3)
vgi = volume spesifik uap awal (m3/kg)
massa dari air yang teradsorbsi pada kondisi tekanan awal :

m ai pi
= Ma
mf pv

mai = massa fluida yang teradsorbsi pada kondisi awal (kg)


mf = massa batuan (kg)
= kemiringan kurva adsorbsi / desorbsi
Ma = berat molekul fluida yang teradsorbsi
P = tekana awal (bar)
pv = tekanan uap (bar)
perbandingan antara jumlah uap dengan air yang teradsorbsi
m gi m f
=
pi
m ai
(1 ) f v gi
pv M a m f

jumlah air yang teradsorbsi per satuan massa uap pada kondisi awal
mai M a f (1 )vgi (pi / pv )
=
mgi
mai = massa fluida yang teradsorbsi pada kondisi awal (kg)
mgi = massa uap pada kondisi awal (kg)
Ma = berat molekul fluida yang teradsorbsi
f = densitas batuan (gr / cm3)
= porositas
vgi = volume spesifik uap pada kondisi awal (m3/ kg)
= slope kurva adsorbsi/desorbsi
pi = tekanan awal reservoir (bar)
p = tekanan reservoir (bar)
Apabila dengan mengasumsikan, bahwa reservoir geothermal
mempunyai kondisi seperti pada kondisi geothermal yang
umum dijumpai, densitas batuan dapat diperkirakan sebesar
165 lbm/Cuft, dan harga sebesar 300 x 10-6 lbm mol/lbm
batuan. Dari kondisi tersebut, maka persamaan (4.8) akan
menjadi :

=
(
m ai (18)(165)(1)(1 ) 300 10 6 ) m ai
= 0.893
1
m gi m gi
Persamaan ini mempunyai arti yang sangat penting. Dari
persamaan tersebut dapat diketahui bahwa, dalam sistem
geothermal uap yang mempunyai porositas sangat rendah, massa
yang ada dalam reservoir diperkirakan berbentuk air yang
teradsorbsi.
Sebagai contoh, untuk porositas 5% perbandingan adalah 17. Hal
ini berarti bahwa, jumlah air yang teradsorbsi lebih besar 17 kali
dibandingkan massa uap dalam reservoir geothermal tersebut.
Jika perbandingan fraksi massa tersebut diterjemahkan
dalam bentuk saturasi air dalam reservoir maka

Vw Vw 17 w 17 0.1229 x10 2
Sw = = = = 26%
Vtot Vw + Vv 17 w + 1 g 17 0.1229 x10 + 1 0.05875
2
PEMBUATAN OUTPUT CURVE

deliverability sumur
q = C (R2 pwf2) n
Dimana :
q = laju produksi pada keadaan standar, kg/s
R = tekanan reservoir rata-rata, ksc
pwf = tekanan alir dasar sumur, ksc
C = konstanta, tergantung pada satuan dari qsc dan p
n = harga berkisar antara 0.5 1.0

Dalam arah radial :


kh( p R 2 pwf 2 )
q=
1.422 x106 z T ln 0.472 re / rw
log qsc = log C + n log p2
p2 = (R2 pwf2)

Hubungan Linier antara P 2 vs qsc


dalam skala log-log
Harga C dapat dicari secara grafis, yaitu berdasarkan
titik perpotongan grafik dengan sumbu mendatar (qsc).
Harga n diperoleh dari sudut kemiringan grafik dengan
sumbu tegak (p2). Satuan ukuran lain yang digunakan
dalam analisa deliverability adalah Absolute Open Flow
Potential (AOF). Besar potensial ini diperoleh bila dalam
persamaan (4.20) kita masukkan harga pwf sama
dengan nol.
AOF = C (pR2)
Analisa deliverability berdasarkan persamaan (4.10)
dikenal sebagai analisa konvensional. Analisa dengan
menggunakan pseudo potensial, , serta kondisi aliran
laminer-inersia- turubulen (LIT) merupakan cara lain
dalam uji ini.
Dasar analisa LIT ini menggunakan persamaan :
(pD) rD = 1 = pt + s + D qsc (4.13)
dimana
s = skin
D = bilangan konstan
pt = ln 0.472 re/rw yang berlaku untuk keadaan stabil yang laminer.

Penjabaran dari persamaan (4.23) ini memberikan hasil sebagai


berikut,
R- wf =qD i (ln 0.472 re/rw + S + Dqsc)

R- wf =1.422 x106 (ln 0.472 re/rw+S)qsc+


(1.422 x106 (T/kh) D)qsc2
atau,

= a qsc + b qsc2 (4.14)


Bilangan b akan tetap sama baik pada kondisi aliran
transien maupun semi-mantap asalkan qsc tidak berubah.
Sebaliknya harga a akan berubah-ubah dan menjadi
konstan bila aliran semi-mantap (stabil) sudah tercapai.
Penyusunan kembali persamaan (4.14) dan kemudian
dibuat log-log akan memberikan grafik linier dengan sudut
kemiringan 450.
( - b qsc2) = a qsc (4.15)
Harga a dan b diperoleh dari least square, yaitu


q 2 q N q
q q
a= b=
N q2 q q N q2 q q
dengan N adalah jumlah data. Selain itu konstanta a dan b
dapat pula diperoleh secara langsung dengan membuat


grafik vs qsc berdasarkan persamaan (4.16) dibawah :
q

q
= a + b qsc (4.16)

Persamaan (4.15) adalah persamaan kuadrat dalam qsc,


sehingga akar persamaan tersebut dapat dicari dengan

qsc = a + ( a 2 + 4b( ))0.5 (4.17)


2b
AOF diperoleh dengan membuat wf sama dengan nol.

qAOF = a + ( a 2 + 4b( ))0.5


2b

Permeabilitas dari reservoir gas akan mempengaruhi lama


waktu aliran mencapai kondisi stabil. Pada reservoir yang
ketat kestabilan dicapai pada waktu yang lama.
Untuk mencapai keadaan ini maka ada 3 macam test yang
dapat digunakan untuk memperoleh deliverability, yaitu :
1. Back Pressure
2. Isochronal
3. Modified Isochronal
1. Back Pressure
Merupakan suatu metoda test sumur gas untuk mengetahui
kemampuan sumur berproduksi dengan memberikan
tekanan balik (back pressure) yang berbeda-beda.
Pelaksanaan dari test konvensional ini dimulai dengan
menstabilkan tekanan reservoir dengan cara menutup
sumur lalu ditentukan harga . Selanjutnya sumur diproduksi
diubah-ubah empat kali dan setiap kali sumur itu dibiarkan
berproduksi sampai tekanan mencapai stabil sebelum
diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju
produksi tidak didahului dengan penutupan sumur.
Skema Tekanan dan Laju Alir pada Uji Back Pressure
Analisa deliverability didasarkan pada
kondisi aliran yang stabil. Untuk keperluan
ini diambil tekanan alir dasar sumur, pwf,
pada akhir perioda suatu laju produksi.
Pada gambar sebelumnya dinyatakan oleh
pwfx. Analisa data untuk keperluan
pembuatan grafik deliverability didasarkan
pada metoda konvensional atau LIT. untuk
ini disiapkan tabulasi perhitungan seperti
berikut ini.
Analisa Konvensional Analaisa LIT
qsc P p2 /qsc qsc2


p RR

R
qqsc
0 PR - -

q1( Pwf1 (Pr2-pwf12) w1 (R- 1)

q2 Pwf1 (Pr2-pwf22) w2 (R- 2)

q1 Pwf1 (Pr2-pwf32) w1 (R- 3)

q1 Pwf1 (Pr2-pwf42) w1 (R- 4)

q w q2
q

Kemudian dibuat grafik hubungan :


Konvensional : Log p2 vs Log qsc
LIT : Log ( b qsc2) vs Log qsc
Harga b ditentukan lebih dulu dengan metode least square
di depan.
Berdasarkan grafik ini ditentukan absolute open flow (AOF)
dengan memberikan harga pwf sama dengan nol. Lama
waktu pencapaian kondisi stabil dipengaruhi oleh
permabilitas batuan. Makin kecil permeabilitas batuan,
makin lama waktu yang diperlukan untuk mencapai
kestabilan. Ini dapat diperkirakan berdasarkan waktu mulai
berlakunya aliran semi mantap.
tD = 0.25 reD (4.18)

Berdasarkan definisi tD, yaitu


kt
tD = 2,637 x 10-4
crw 2
Maka harga waktu untuk mencapai kondisi stabil ts, adalah :

cre
2
Ts 948
k
re 2
Ts 1000
k pR

1
Dimana, c 2
dan = viskositas pada PR
pR
2. Isochronal Test

Anggapan yang digunakan pada pada test ini adalah bahwa


jari-jari daerah penyerapan yang efektif, rD, adalah fungsi
dari tD dan tidak dipengaruhi oleh laju produksi. Uji produksi
dilakukan dalam laju yang berbeda-beda tapi dengan selang
waktu yang sama dimana akan memberikan grafik log p2
vs log qsc yang linier dengan harga eksponen n yang sama
seperti pada kondisi aliran stabil. Tes ini terdiri dari
serangkaian proses penutupan sumur sampai mencapai
kondisi stabil, . Salah satu tes ini dilakukan sampai
mencapai kondisi stabil. Diagram laju produksi dan tekanan
didasar sumur dapat dilihat pada Gambar 4-6 dibawah ini.
Skema Tekanan dan Laju Alir pada Uji Isochronal
Analisa dilakukan dengan mencatat harga tekanan alir
sumur untuk jangka waktu alir yang sama bagi masing-
masing laju produksi yang direncanakan. Setelah data
diolah, sesuai dengan jenis analisa yang digunakan
maka dibuat grafik log p2 vs log qsc. atau log ( - b
qsc2) vs log qsc.

Pada Gambar 4-7 dibawah ini terlihat bahwa harga C


berubah-ubah, bila keadaan stabil belum dicapai.
Deliverability pada keadaan stabil diperoleh dengan
membuat garis lurus yang sejajar dengan grafik utnuk t1
dan t2 melalui titik yang diperoleh pada keadaan stabil.
Plot p2 vs. qsc pada analisa data Uji Isochronal
Pada analisa LIT seperti pada Gambar 4-8 dibawah ini
dilakukan setelah harga b dihitung berdasarkan least square.

Gambar Deliverability Uji Isochronal dengan Metoda LIT


Sedangkan harga a ditetapkan berdasarkan data pengaliran sumur
sampai mencapai keadaan stabil, saat dihitung harga pada
keadaan stabil.
bqsc
2
a=
p sR qsc
Data Isochronal test

Jenis Kegiatan Lama Kegiatan Tekanan Sumur Laju Produksi


Penutupan awal ts(1) -

Buka sumur (1) T1, t2 Pwf1 (1), pwf2 (1) q1(1),q2(1)

Tutup ts(2) PR -

Buka sumur (2) t1, t2 Pwf1 (2), pwf2 (2) q1(2), q2(2)
Tutup ts(2) PR -

Buka sumur (3) t1, t2 Pwf1 (3), pwf2 (3) q1(3), q2(3)
Tutup ts(3) PR -

Buka sumur (4) T1, t2 Pwf1 (4), pwf2 (4) q1(4), q2(4)
Aliran yang stabil text pwf(5) q(5)
Modified Isochronal
Perbedaan antara metoda ini dengan isochronal adalah
terletak pada syarat penutupan sumur tidak perlu mencapai
stabil. Selain itu selang waktu penutupan dan pembukaan
sumur dibuat sama besar. Diagram tekanan dan laju
produksi dari modified isochronal dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Pengolahan data untuk analisa metode ini sama dengan
isochronal kecuali untuk harga diganti dengan pws yaitu
harga tekanan dibaca pada akhir dari setiap masa
penutupan sumur. Dari Gambar 4-8 juga dapat dilihat bahwa
untuk suatu harga q diperoleh pasangan p2 atau
dengan kombinasi :
q1 : (pws1)2 (pwf1)2
q2 : (pws2)2 (pwf2)2
q3 : (pws3)2 (pwf3)2
q4 : (pws4)2 (pwf4)2
Modified Isochronal
END OF LECTURE

Anda mungkin juga menyukai