Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS

STRUKTUR MODAL

Oleh :

Irawanperwanda Rofiq, Trisnadi Wijaya,


Megawati, Yudi Tusri

MAGISTER ILMU MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013

1
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat

permanen, utang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa. Keputusan struktur modal

berkaitan dengan pemilihan sumber dana, baik yang berasal dari dalam maupun yang dari luar,

sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal berasal dari laba

ditahan dan depresiasi. Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah berasal dari para

kreditur dan pemilik perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur

merupakan utang bagi perusahaan. Dana yang diperoleh dari pemilik merupakan modal sendiri.

Penambahan utang akan memperbesar risiko perusahaan, tetapi sekaligus juga

memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang makin tinggi akibat

membesarnya hutang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat

pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut.

Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total

shareholders equity yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya

ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga

semakin berat. Tingginya DER selanjutnya akan mempengaruhi minat investor terhadap saham

perusahaan tertentu, karena investor pasti lebih tertarik pada saham yang tidak menanggung

terlalu banyak beban hutang.

Salah satu sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diamati dalam penelitian ini adalah

sektor Aneka Industri. Berdasarkan IDX Statistics tahun 2012, sektor ini memperoleh gain

tertinggi dalam satu hari dan satu minggu, namun juga memperoleh loss tertinggi dalam satu hari

bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, seperti terlihat pada Tabel 1. Gain dan loss

tertinggi yang diperoleh dalam satu hari tersebut dipengaruhi oleh nilai perusahaan-perusahaan

yang ada di dalam sektor Aneka Industri.

2
Tabel 1. Indeks Sektoral Periode Tahun 2012

Sumber: IDX Statistics 2012, diakses 21 Mei 2013

Untuk itu, penelitian ini akan berfokus pada salah satu sub sektor yang ada di dalam

sektor Aneka Industri, yaitu sub sektor Otomotif & Komponen. Sub sektor ini merupakan sub

sektor dengan nilai kapitalisasi pasar yang tertinggi (95,67%) dibandingkan dengan sub sektor-

sub sektor lainnya yang berada di dalam sektor Aneka Industri seperti terlihat pada Tabel 2

sehingga dapat mewakili sektor Aneka Industri secara populasi.

Tabel 2. Ringkasan Perdagangan Sektor Aneka Industri

Sumber: IDX Statistics 2012, diakses 21 Mei 2013

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti

dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan

sub sektor Otomotif dan Komponen?

3
Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh struktur modal

terhadap nilai perusahaan sub sektor Otomotif dan Komponen.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun

secara praktis.

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai

pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan sub sektor Otomotif dan

Komponen di Bursa Efek Indonesia.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat praktis bagi pihak-

pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian ini, di antaranya:

1. Bagi Investor

Investor dapat mengambil keputusan investasi yang lebih baik setelah mereka

mengetahui informasi mengenai struktur modal yang dapat mempengaruhi nilai

perusahaan di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi peneliti lainnya

untuk melakukan penelitian mengenai struktur modal yang dapat mempengaruhi

nilai perusahaan di Bursa Efek Indonesia.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Struktur Modal

Pengambilan keputusan finansial oleh manajer perusahaan pada prinsipnya terdiri dari

dua aspek utama, yaitu keputusan yang berkaitan dengan pengalokasian dana (fund allocation)

dan keputusan yang berkaitan dengan pencarian dana (fund raising) yang tercatat dalam laporan

keuangan perusahaan. Pengalokasian dana erat kaitannya dengan pemilihan asset yang akan

dikelola perusahaan, sedangkan pencarian dana terkait dengan kebijakan penentuan struktur

modal (capital structure). Secara umum, tujuan dari pengelolaan struktur modal tersebut adalah

untuk mendapatkan tingkat cost of capital yang rendah dan terciptanya value perusahaan yang

maksimal.

Teori struktur modal (capital structure) berusaha menjelaskan dampak dari perubahan

komposisi modal terhadap value perusahaan. Struktur modal dapat diartika sebagai proporsi

pendanaan jangka panjang dari hutang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa. Teori-teori

struktur modal modern terdiri dari: (Brigham dan Houston, 2006: 33-41)

a. Modigliani-Miller (MM) Theory

Teori MM tanpa pajak

Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller (teori

MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai

perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka, yaitu:

a. Tidak terdapat agency cost.

b. Tidak ada pajak.

c. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan

d. Investor mempunyai informasi yang sama, seperti manajemen mengenai prospek

perusahaan di masa depan

e. Tidak ada biaya kebangkrutan


5
f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari

hutang.

g. Para investor adalah price-takers.

h. Jika terjadi kebangkrutan, maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value).

Dengan asumsi-asumsi tersebut, MM mengajukan dua preposisi yang dikenal sebagai

preposisi MM tanpa pajak, yaitu:

Preposisi I: Nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan

yang tidak berhutang. Implikasi dari preposisi I ini adalah struktur modal dari suatu perusahaan

tidak relevan, perubahan struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan dan weighted

average cost of capital (WACC) perusahaan akan tetap sama tidak dipengaruhi oleh bagaimana

perusahaan memadukan hutang dan modal untuk membiayai perusahaan.

Preposisi II: Biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan melakukan atau

mencari pinjaman dari pihak luar. Risk of the equity bergantung pada risiko dari operasional

perusahaan (business risk) dan tingkat hutang perusahaan (financial risk).

Teori MM dengan pajak

Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis kemudian MM memasukkan faktor pajak

ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas

keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai

pengurang pajak.

Dalam teori MM dengan pajak ini terdapat dua preposisi, yaitu:

Preposisi I: Nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan

yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga hutang. Implikasi dari

preposisi I ini adalah pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan MM menyatakan

bahwa struktur modal optimal perusahaan adalah seratus persen hutang.

Preposisi II: Biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang,

tetapi penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena

kenaikan biaya modal saham. Implikasi dari preposisi II ini adalah penggunaan hutang yang

6
semakin banyak akan meningkatkan biaya modal saham. Menggunakan hutang yang lebih

banyak, berarti menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil

dibandingkan dengan biaya modal saham), sehingga akan menurunkan biaya modal rata-rata

tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat).

Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah perusahaan

sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan

yang mempunyai hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan,

akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang melatarbelakangi teori

MM mengatakan agar perusahaan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya, karena MM

mengabaikan biaya kebangkrutan.

b. Trade-off Theory

Menurut trade-off theory, perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang

tertentu, di mana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya

kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah

biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs)

yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off theory dalam

menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya

keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress), tetapi tetap

mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan

manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak

(tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of

financial distress). Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam

kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan

struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan

berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan

hutang tersebut akan mengurangi pajak.

7
c. Pecking Order Theory

Pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang

tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi

memiliki sumber dana internal yang berlimpah. Menurut pecking order theory terdapat skenario

urutan (hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu :

a. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau

pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh

dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.

b. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali

mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya,

turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham

preferen, dan yang terakhir saham biasa.

c. Terdapat kebijakan deviden yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah

pembayaran dividen yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan

tersebut untung atau rugi.

d. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan dividen

yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka

perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia.

Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Manajer keuangan

tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan

investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai

tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil.

Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan tinjauan

pustaka, maka dapat disusun model penelitian seperti Gambar 1.

8
Gambar 1. Model Penelitian

Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan landasan teori, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur modal terhadap nilai

perusahaan sub sektor Otomotif dan Komponen.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur modal terhadap nilai

perusahaan sub sektor Otomotif dan Komponen.

9
BAB III

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang menunjukkan ciri-ciri tertentu yan dapat

digunakan untuk membuat kesimpulan. (Sanusi, 2013:87) Populasi penelitian ini adalah semua

emiten yang termasuk ke dalam sektor Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan

sampel yang diambil adalah semua emiten yang termasuk ke dalam sub sektor Otomotif dan

Komponen dari sektor Aneka Industri.

Daftar emiten-emiten yang termasuk ke dalam sub sektor Otomotif & Komponen dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Daftar Emiten Sub Sektor Otomotif & Komponen


No. Kode Saham Nama Emiten
1 ASII Astra International Tbk
2 AUTO Astra Otoparts Tbk
3 BRAM Indo Kordsa Tbk
4 GDYR Goodyear Indonesia Tbk
5 GJTL Gajah Tunggal Tbk
6 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk
7 INDS Indospring Tbk
8 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk
9 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk
10 NIPS Nipress Tbk
11 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk
12 SMSM Selamat Sempurna Tbk
Sumber: www.sahamok.com (http://sahamok.com/emiten/sektor-aneka-
industri/sub-sektor-otomotif-komponen/), diakses 21 Mei 2013

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data kuantitatif dan data sekunder. Data

kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). (Kuncoro, 2009:145)

Sedangkan data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang dan bukan

peneliti yang melakukan studi mutakhir. Data tersebut bisa merupakan internal atau eksternal

10
organisasi dan diakses melalui internet, penelusuran dokumen, atau publikasi informasi.

(Sekaran, 2006:65) Sumber-sumber data pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sumber-Sumber Data Penelitian


No. Variabel Sumber Data
1 Struktur Modal www.idx.co.id
2 Kapitalisasi Pasar www.sahamok.com

Nilai kapitalisasi pasar dari perusahaan-perusahaan yang termasuk ke dalam sub sektor

Otomotif & Komponen berdasarkan harga penutupan akhir tahun tanggal 28 Desember 2012

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai Kapitalisasi Pasar


No. Kode Saham Saham Beredar Harga Penutupan Kapitalisasi
(Lembar) (Rp) (Rp)
1 ASII 40.483.553.140 7.600 307.675.003.864.000
2 AUTO 3.855.786.400 3.700 14.266.409.680.000
3 BRAM 450.000.000 3.000 1.350.000.000.000
4 GDYR 41.000.000 12.300 504.300.000.000
5 GJTL 3.484.800.000 2.225 7.753.680.000.000
6 IMAS 2.765.278.412 5.300 14.655.975.583.600
7 INDS 315.000.000 4.200 1.323.000.000.000
8 LPIN 21.250.000 7.650 162.562.500.000
9 MASA 9.182.946.945 450 4.132.326.125.250
10 NIPS 20.000.000 4.100 82.000.000.000
11 PRAS 588.000.000 255 149.940.000.000
12 SMSM 1.439.668.860 2.525 3.635.163.871.500
Sumber: www.sahamok.com (http://sahamok.com/emiten/kapitalisasi-pasar/kapitalisasi-
pasar-2012/), diakses 21 Mei 2013

Struktur modal pada periode tahun 2012 dari perusahaan-perusahaan yang termasuk ke

dalam sub sektor Otomotif & Komponen dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Struktur Modal


No. Kode Saham Total Liabilities Total Equity DER (X)
(Jutaan Rp) (Jutaan Rp)
1 ASII 92.460.000 89.814.000 1,03
2 AUTO 3.396.543 5.485.099 0,62
3 BRAM 653.229 1.567.244 0,42
4 GDYR 681.156 496.402 1,37
5 GJTL 7.189.923 5.076.318 1,42
6 IMAS 11.658.780 5.461.491 2,13
7 INDS 539.519 1.105.450 0,49
8 LPIN 36.716 132.126 0,28
9 MASA 2.705.570 3.258.870 0,83
11
10 NIPS 283.843 181.811 1,56
11 PRAS 277.600 241.610 1,15
12 SMSM 620.809 797.294 0,78
Sumber: Ringkasan Kinerja Perusahaan Tercatat (http://www.idx.co.id/id-
id/beranda/publikasi/ringkasankinerjaperusahaantercatat.aspx), diakses 21 Mei 2013

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan yang tepat untuk penelitian ini di mana sumber data yang

digunakan sepenuhnya merupakan data sekunder adalah teknik dokumentasi. Menurut Sanusi

(2013:114) cara dokumentasi biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dari

berbagai sumber, baik secara pribadi maupun kelembagaan. Data yang diperoleh masih sangat

mentah karena informasinya tercerai-berai sehingga harus diatur sistematika data tersebut dan

meminta informasi lebih lanjut kepada pengumpul data pertama.

Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data regresi linier sederhana untuk

menyatakan hubungan kausalitas antara dua variabel, yaitu variabel dependen harga saham dan

variabel independen DER, dan memperkirakan nilai variabel terikat berdasarkan nilai variabel

bebas.

Bentuk umum dari persamaan regresi dinyatakan dalam persamaan matematika, yaitu:

(Sanusi, 2013:132)

Y a bX

di mana

Y = Nilai prediksi dari variabel Y berdasarkan nilai variabel X


a = Titik potong Y; merupakan nilai bagi Y ketika X = 0
b = Kemiringan (slope)
X = Nilai variabel X yang dipilih

12
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Nilai perusahaan dinyatakan dalam harga sahamnya di bursa efek sehingga harga saham

perusahaan-perusahaan yang termasuk ke dalam sub sektor Otomotif & Komponen menjadi

variabel dependen (Y) sedangkan DER menjadi variabel independen (X). Hasil perhitungan

regresi linier sederhana dengan menggunakan program Eviews 7 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Analisis Regresi Linier Sederhana

Sumber: Hasil pengolahan data, 2013

Dengan demikian, persamaan regresinya dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = a + bX

Y = 3,431091 + 0,041082X

13
Di mana Y (variabel dependen) adalah Nilai Perusahaan yang diukur dari nilai logaritma

harga saham di bursa efek sedangkan X (variabel independen) adalah Rasio Utang Terhadap

Ekuitas (DER).

Berdasarkan Tabel 7 di atas terlihat bahwa probabilitas signifikansi (p-value) untuk DER

0,8883 > 0,05 sehingga dapat menerima hipotesis null yang menyatakan bahwa tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara struktur modal terhadap nilai perusahaan sub sektor Otomotif

dan Komponen.

Hasil perhitungan korelasi Product Moment dapat dilihat seperti pada Tabel 8.

Tabel 8. Korelasi Product Moment

Berdasarkan Tabel 8 di atas terlihat bahwa struktur modal atau DER perusahaan-

perusahaan yang termasuk ke dalam sub sektor Otomotif & Komponen memiliki korelasi positif

yang sangat lemah hanya sebesar 0,045502.

Pembahasan

Dengan tidak ditemukannya pengaruh atau korelasi antara struktur modal terhadap nilai

perusahaan terwujud dari harga sahamnya di bursa efek, maka sesuai dengan teori MM tanpa

pajak yang menyatakan bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai

perusahaan. Dengan kata lain, manajer keuangan tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan

dengan merubah proporsi debt dan equity yang digunakan untuk membiayai perusahaan.

Seberapa pun besar proporsi utang dan ekuitas dalam struktur modal perusahaan emiten, maka

hal itu tidak akan mempengaruhi permintaan dan penawaran sahamnya di bursa efek. Para

investor mempertimbangkan banyak aspek selain struktur modal perusahaan emiten ketika

mereka akan mengambil keputusan investasi.

14
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

struktur modal perusahaan sub sektor Otomotif & Komponen tidak mempengaruhi nilai

perusahaan secara signifikan.

Saran

Beberapa saran yang peneliti dapat sampaikan untuk berbagai pihak yang menggunakan

hasil penelitian ini antara lain:

1. Dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara

struktur modal dan nilai perusahaan kiranya perlu dilakukan penelitian lanjutan

mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan selain

faktor struktur modal perusahaan emiten dengan jumlah sampel yang lebih banyak

dan periode waktu pengamatan yang lebih lama.

2. Para investor disarankan untuk tidak menggunakan informasi struktur modal

perusahaan emiten sebagai faktor pertimbangan utama dalam membuat keputusan

investasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F.. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Edisi
ke-10). Salemba Empat, Jakarta, Indonesia.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi: Bagaimana Meneliti &
Menulis Tesis? (Edisi ke-3). Erlangga, Jakarta, Indonesia.
Sanusi, Anwar. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis. Salemba Empat, Jakarta, Indonesia.
Sekaran, Uma. 2007. Metodologi Penelitian untuk Bisnis (Edisi ke-4). Salemba Empat,
Jakarta, Indonesia.

16

Anda mungkin juga menyukai