Anda di halaman 1dari 44

Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi

menggunakan Variasi Terner

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara dengan konsumsi energi yang besar. Konsumsi
energi terbesar selama ini berasal dari bahan bakar fosil yang tidak dapat
diperbaharui, yakni BBM 63%, gas 17%, LPG 2%, listrik 10% dan batubara 8%
(Sumber: Blueprint Pengelolaan Sumber Energi Nasional 2005-2015).
Selain itu, ketergantungan dunia terhadap bahan bakar ini semakin besar.
BP Statistical review of World Energy melaporkan bahwa konsumsi energi dunia
meningkat sebesar 4,3% sepanjang tahun 2005. Jumlah tersebut merupakan
peningkatan terbesar terhadap energi primer. Pemenuhan energi dari sektor
terbarukan merupakan solusi efektif untuk mengurangi ketergantungan dunia
terhadap bahan bahan konvensional (fosil). Penggunaan energi alternatif sangat
strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Selain terbarukan dan ramah
lingkungan, ketersediaan bahan baku energi alternatif harus mudah dijumpai di
Indonesia.
Ethanol merupakan suatu senyawa kimia primer yang produksinya
melimpah di Indonesia. Sedangkan saat ini pemanfaatan ethanol hanya terbatas
pada bahan baku utama untuk industri farmasi sebagai pencampuran obat, untuk
kosmetika sebagai antiseptik, sebagai pelarut kimia di laboratorium maupun
industri, di rumah sakit sebagai bahan disinfektan dan spiritus bakar untuk
keperluan rumah tangga. Ethanol dapat digunakan sebagai bahan baku bahan
bakar substitusi karena jumlah produksinya yang melimpah di Indonesia.
(Harwood, 1989)

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 1


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

Tabel 1. Industri Penghasil Ethanol di Indonesia


Nama Perusahaan Kapasitas Produksi Lokasi
(liter/tahun)
Molindo Raya Industri 50 juta Lawang, Jatim
PTPN XI 7 juta Jatiroto, Jatim
Indo Acidatama 45 juta Solo, Jateng
Madu Baru 7 juta Yogyakarta, DIY
PSA Palimanan 7 juta Cirebon, Jabar
Japura Sarana Jaya 3,6 juta Cirebon, Jabar
Indo Lampung Distilery 50 juta Lampung
Permata Sakti 5 juta Medan, Sumut
Molasindo 3,6 juta Medan, Sumut
Basis Indah 5 juta Makassar, Sulsel
(Henroko, 2007)
Menurut Henroko, 2007, produksi etanol di Indonesia sekitar 183,2 juta liter
per tahun sesuai Tabel 1. Mengingat ketersediaannya yang melimpah ethanol
sangatlah potensial untuk dijadikan bahan baku energi pengganti seperti yang
dibutuhkan Indonesia saat ini.
Menurut Pinto (2000) dan Mutassim (2009), ethanol teknik kemurniannya
berkisar 95% sedangkan fuel grade ethanol yang digunakan sebagai bahan bakar
kendaraan merupakan ethanol anhydrous dengan kadar kemurnian minimal
99,5%. Dalam kondisi kemurnian maksimal yaitu 95,6% ethanol akan
membentuk sistem azeotrop dengan air, dan hanya dapat dipisahkan dengan
adanya penambahan zat ketiga (terner) yang larut dalam air tapi tak larut dalam
ethanol dengan tujuan untuk mengubah titik didih air sehingga ethanol dapat
melewati titik azeotrop dan dapat dihasilkan fuel grade ethanol.
Penambahan terner sebagai separating agent pada distilasi merupakan salah
satu cara untuk memproduksi fuel grade ethanol. Produk berupa fuel grade
ethanol dapat digunakan sebagai bahan bakar substitusi untuk menyelesaikan
permasalahan keterbatasan energi terbarukan di Indonesia pada masa yang akan
datang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah yang dibahas dalam
hal ini adalah:

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 2


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

1. Bagaimana pengaruh variasi jenis terner terhadap kemurnian produk fuel


grade ethanol?
2. Bagaimana pengaruh variasi perbandingan kenaikan titik didih air dengan
penetapan volume ethanol terhadap kemurnian produk fuel grade ethanol?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat fuel grade ethanol dari ethanol
86% dengan distilasi retrifikasi menggunakan penambahan terner, dengan variasi
jenis terner dan variasi kenaikan titik didih air berbanding ethanol dengan
penetapan volume ethanol terhadap kemurnian produk fuel grade ethanol.

1.4 Tinjauan Pustaka

1.4.1 Fuel Grade Ethanol

Fuel grade ethanol digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor


bervariasi antara blend hingga ethanol murni. Endah (2012), Prihandana (2008)
dan Wahid (2005) menyatakan bahwa ethanol dengan kemurnian 100% memiliki
nilai oktan (octane) 116 129, yang lebih tinggi dibandingkan bahan bakar
premium dengan nilai oktan 88. Nilai oktan yang tinggi menyebabkan ethanol
dapat digunakan sebagai pendongkrak oktan (octane booster) untuk bahan bakar
beroktan rendah sehingga meningkatkan efisiensi dan daya mesin. Semakin tinggi
angka oktan maka semakin tinggi ketahanan bahan bakar untuk tidak terbakar
sendiri sehingga kestabilan proses pembakaran menghasilkan daya yang lebih
stabil. Bilangan oktan bergantung kepada kompresi mesin pembakaran, semakin
besar kompresi maka akan semakin besar nilai oktan untuk menstabilkan proses
pembakaran.

1.4.2 Sifat Azeotrop Ethanol


Menurut Kusuma dan Dwiatmoko (2009), saat campuran azeotrop
didihkan, uap yang terbentuk memiliki komposisi yang sama dengan cairannya.

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 3


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

Karena komposisinya yang tidak berubah oleh pendidihan, azeotrop dikenal


dengan istilah campuran didih tetap (constant boiling mixture).

Gambar 1. Kurva kesetimbangan uap-cair campuran etanol-air (Gil et al., 2012).

Setiap campuran azeotrop memiliki titik didih yang khas. Nilainya dapat
lebih tinggi (azeotrop positif) ataupun lebih rendah (azeotrop negatif) dari titik
didih komponen-komponennya. Campuran ethanol dan air merupakan campuran
azeotrop positif. Seperti pada Gambar 1, saat rasio etanol-air dalam campuran
kurang lebih 95,6 %-b dan 4,4%-b maka akan terbentuk campuran azeotrop
dengan titik didih azeotrop (78,15 C) lebih rendah dari titik didih ethanol (78,4
C) dan air (100 C) (Huang et al., 2008). Penambahan terner dalam distilasi
ekstraktif berfungsi untuk mengubah titik didih air sehingga titik azeotrop
terlewati dan terbentuk ethanol mendekati 100%.

1.4.3 Distilasi Ekstraktif/Distilasi Retrifikasi


Menurut Sri (2015), distilasi ekstraktif merupakan distilasi dengan
komponen yang relative non volatile, pelarut, dan tidak membentuk azeotrop
dengan komponen lain dalam campuran. Campuran tersebut tidak dapat
dipisahkan dengan penyulingan sederhana, karena volatilitas dari dua komponen
dalam campuran hampir sama, sehingga campuran tersebut menguap pada suhu
yang sama. Metode pemisahan dengan penambahan pelarut, non volatile, titik

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 4


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

didih 500C-1000C lebih tinggi dari titik didih campuran , namun tidak merupakan
campuran azeotrop. Ketika suatu ada penambahan terner, terner akan
meningkatkan titik didih dari pelarut tersebut atau menurunkan volatilitas pelarut.
Jika terner tersebut larut dalam salah satu komponen dalam campuran azeotrop,
namun tidak larut pada yang lain, volatilitas komponen dimana terner mampu
larut akan turun, sedangkan komponen yang lain tidak akan terpengaruh. Dengan
cara ini, dapat dilakukan pemecahan azeotrop alkohol-air dengan penambahan
terner kemudian dilakukan distilasi. (Eka,2012). Terner dalam extractive
distillation untuk etanol antara lain glikol dengan titik didih 197,30C (Perry, 1921
dan Pinto, 2000), glycerol dengan titik didih 2900C (Lee dan Pahl, 1985), asam
sitrat dengan titik didih 1530C, asam sulfat dengan titik didih 3370C dan natrium
hidroksida dengan titik didih 3180C dapat mengeliminasi titik azeotrop dengan
memperlebar perbedaan volatilitas dari masing-masing campuran sehingga
ethanol dapat terpisah dari air menjadi produk atas sedangkan air dan terner
menjadi produk bawah.

1.4.4 Perubahan Titik Didih


Fungsi dari penambahan terner adalah untuk mengikat air dan menggeser
titik didih air, sehingga ethanol dapat menguap sepenuhnya sesuai titik didihnya
dam membentuk fuel grade ethanol. Penentuan perubahan titik didih air dapat
dihitung sesuai rumus :
Tb=Kb m
g 1000
Tb=Kb
BM P
Keterangan :
Tb = Tblarutan Tbpelarut (0C)
Tb = kenaikan titik didih (0C)
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal (0C kg/m)
m = massa zat terlarut (mol/kg)
BM = massa molekul relatif (gr/mol)
P = berat pelarut (gr)

(Y. Sunarya, 2003)

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 5


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

1.5 Landasan Teori


Pada proses pembuatan fuel grade ethanol mengggunakan distilasi
retrifikasi dengan penambahan terner, faktor-faktor yang mempengaruhi proses
distilasi :
1. Suhu

Suhu dalam proses distilasi sangat menentukan tingkat keberhasilan dalam


proses pemurnian bahan. Titik didih etanol adalah 78.5C sedangkan titik didih air
yaitu pada 100C. Dalam proses distilasi, suhu kolom bawah harus dijaga agar
tetap konstan yaitu pada titik didihnya sehingga air dalam campuran etanol tidak
ikut menguap. Suhu umpan semakin tinggi akan semakin meningkatkan
kemurnian distilat (Emi,2008).
2. Konsentrasi umpan
Semakin tinggi konsentrasi umpan maka akan semakin meningkat
kemurnian distilat karena kandungan impurities semakin sedikit yang harus
dipisahkan (Gamse,2002).
3. Tinggi packing
Semakin tinggi packing maka akan semakin lama waktu kontak campuran
sehingga etanol dengan kemurniaan tinggi maka akan didapat dengan packing
yang semakin tinggi. (Emi,2008)

1.6 Batasan Masalah


Rancangan penelitian ini berbentuk eksperimental, dengan menggunakan
seperangkat peralatan distilasi kolom berpacking. Sistem ini terdiri atas dua buah
thermometer, erlemeyer untuk menampung hasil distilat serta analisa produk.
Bahan yang digunakan adalah ethanol 86%, ethylene glycol, glycerol, natrium
hidroksida, asam sulfat dan asam sitrat.
Peubah peubah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Kondisi yang ditetapkan
1. Konsentrasi feed ethanol 86%.
2. Tinggi packing kolom 55 cm.
3. Volume ethanol umpan 100 ml.
4. Waktu distilasi 1 jam.

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 6


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

Peubah yang dijalankan


1. Jenis terner (ethylene glycol, glycerol, natrium hidroksida, asam sulfat
dan asam sitrat).
2. Perubahan titik didih air (50C, 100C, 150C, 200C, dan 250C).

1.7 Hipotesa
1. Semakin tinggi titik didih terner maka akan semakin tinggi tingkat
kemurnian ethanol.
2. Semakin tinggi kenaikan titik didih air maka akan semakin tinggi tingkat
kemurnian ethanol.

BAB II
PELAKSANAAN PENELITIAN

2.1 Bahan yang digunakan

1. Ethanol 86%
2. Ethylene glycol (Perry, 1921 dan Pinto, 2000)
3. Glycerol. (Lee dan Pahl, 1985)
4. Natrium hidroksida
Chintya Rizki Hapsari (121130012) 7
Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

5. Asam sulfat
6. Asam sitrat

2.2 Alat yang Digunakan

7
4

1 6

Gambar 2. Alat Distilasi Retrifikasi

Keterangan Gambar :
1. Kompor
2. Labu leher tiga
3. Termometer
4. Kolom bahan isian
5. Pendingin balik
6. Erlenmayer
7. Statif

2.3 Cara Kerja


Prosedur penelitian yang harus dijalankan adalah sebagai berikut :
1. Memeriksa kebocoran rangkaian alat percobaan.
2. Membuat larutan umpan yaitu campuran ethanol terner dengan variasi
yang dikehendaki.

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 8


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

3. Memasukkan campuran kedalam labu leher tiga.


4. Menghidupkan pendingin balik dan pemanasnya, serta mengatur keran
pada posisi reflux total.
5. Menunggu proses distilasi selama 1 jam.
6. Mengambil destilat dengan memutar kran refluks setelah suhu destilat
dan residu konstan, kemudian mendinginkan hingga suhu 200C.
7. Setelah cukup, mengembalikan posisi kran pada posisi refluks total.
8. Mematikan pemanas, mengambil residu dan menampungnya seperti
pengambilan distilat.
9. Menganalisa terhadap distilat menggunakan piknometer.
10. Mengulang langkah diatas untuk variasi volume terner dan kenaikan
titik didih air yang berbeda.

2.4 Analisa Hasil


1. Mencari densitas alkohol
Menera piknometer sebagai berikut :
Berat piknometer kosong = A gram
Berat piknometer + aquadest = B gram
Berat aquadest = (A-B) gram
= C gram
0
Suhu aquadest = t C
Dari tabel 3-28, p.3-75 Perry Chemical Engineering Handbook, diperoleh harga
densitas aquadest ( rho aquadest ) pada suhu t 0C tersebut, maka :
C gram
Volume piknometer = Volume aquadest = gram = V ml
rho aquadest
ml
Menentukan densitas alkohol :
Berat piknometer + alkohol = D gram
Berat alkohol = (D-A) gram
= E gram
Pada suhu alkohol = t 0C (sama dengan suhu aquadest) , maka :

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 9


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

Berat Alkohol
Densitas alkohol ( rho alkohol ) =
Volume Piknometer
E gram
=
V ml
gram
= Alkohol
ml
2. Mencari Kadar Alkohol ( Sampel )
Dengan mengetahui densitas alkohol pada suhu t 0C, maka dari Perrys Chemical
Engineering Handbook tabel 3-110, P3-89 akan didapat kadar alkohol : K %.

2.5 Diagram Alir Penelitian

1. Tahap Proses Distilasi

Pencampuran etanol + terner dengan variasi


kenaikan titik didih air

terner
Proses distilasi
+ air

Ethanol fuel grade

Analisa kadar ethanol


2. Tahap Analisia Kadar Ethanol

Mendinginkan distilat
hingga 200C

Mencari Densitas
Ethanol dengan
Chintyapiknometer
Rizki Hapsari (121130012) 10
Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

Tabel 3-110
Perrys

(interpolasi data)

Menghitung Kadar
Ethanol

2.6 Jadwal Kegiatan Penelitian


2.6.1 Jadwal Keseluruhan Kegiatan

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 11


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

Gambar 3. Jadwal Keseluruhan Kegiatan

2.6.2 Jadwal Kegiatan Di laboratorium


Gambar 4. Jadwal Kegiatan di Laboratorium

BAB III

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 12


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Variabel Terner NaOH

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 13


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

Penelitian dalam laboratorium sesuai alat distilasi pada Gambar 2 dijalankan


pada tekanan atmosferis dengan kondisi kolom atas tetap pada suhu 620C dan
suhu pada kolom bawah berkisar 74-760C.
Tabel 2. Variasi Kenaikan Titik Didih Air dengan Penambahan NaOH sebagai
Terner Komponen terhadap Kadar Ethanol Hasil Distilasi
Konsentrasi feed ethanol 86%.
Tinggi packing kolom 55 cm.
Volume ethanol umpan 100 ml.
Waktu distilasi 1 jam.
deltaT Kadar Berat Densitas Kadar Kadar air
B (0C) NaOH (%) distilat (g) distilat (g/ml) ethanol (%) (ppm)
5 27,77 19,6241 0,7886 98,8195 474,3873
10 43,47 19,6092 0,788 99,0173 394,9001
15 53,57 19,5942 0,7874 99,2417 304,7256
20 60,6 19,5669 0,7863 99,5901 164,7192
25 65,79 19,5519 0,7857 99,7862 85,91628

Grafik Kenaikan Titik Didih Air dengan Kadar Ethanol


100
99.8
99.6 f(x) = 0.05x + 98.54
Kadar Ethanol (%)

R = 0.99
99.4
99.2
99
98.8
98.6
98.4
98.2
0 5 10 15 20 25 30
Kenaikan Titik Didih (C)

Gambar 3. Hubungan Kenaikan Titik Didih Air dengan Kadar Ethanol

Pada Tabel 2 dapat dilihat hasil percobaan penambahan terner berupa


NaOH(s) terjadi peningkatan yang signifikan untuk hasil distilat menjadi 98,81%
pada kenaikan titik didih air sebesar 50C dan hasil distilat terus meningkat dengan
Chintya Rizki Hapsari (121130012) 14
Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

kenaikan titik didih air yang juga diperbesar,terlihat garis linier positif seperti
pada Gambar 3 untuk konsentrasi distilat menjadi 99% , 99,24% , 99,59% dan
99,78% dengan perubahan kenaikan titik didih air sebesar 10 0C , 150C, 200C dan
250C. Kenaikan konsentrasi disebabkan akibat NaOH yang berlaku sebagai terner
yang memiliki titik didih 3180C larut dalam air. Semakin tinggi kenaikan titik
didih maka semakin tinggi kadar ethanol hasil distilasi karena ethanol menguap
pada suhu yang tetap sedangkan air dan terner menguap pada suhu yang semakin
tinggi.

3.2 Variabel Terner H2SO4

Penelitian dalam laboratorium sesuai alat distilasi pada Gambar 2 dijalankan


pada tekanan atmosferis dengan kondisi kolom atas tetap pada suhu 620C dan
suhu pada kolom bawah berkisar 74-760C.
Tabel 3. Variasi Kenaikan Titik Didih Air dengan Penambahan H2SO4
sebagai Terner Komponen terhadap Kadar Ethanol Hasil Distilasi
Konsentrasi feed ethanol 86%.
Tinggi packing kolom 55 cm.
Volume ethanol umpan 100 ml.
Waktu distilasi 1 jam.
Konsentrasi H2SO4 95%.

deltaT Kadar Berat Densitas Kadar Kadar air


B (0C) H2SO4 (%) distilat (g) distilat (g/ml) ethanol (%) (ppm)
5 49,98 19,6117 0,7881 98,9871 407,0358
10 65,54 19,5868 0,7871 99,3192 273,581
15 75,04 19,5669 0,7863 99,5739 171,2292
20 80,16 19,5495 0,7856 99,8014 79,80775
25 83,58 19,542 0,7853 99,9107 35,88542

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 15


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

Grafik Kenaikan Titik Didih dengan Kadar Ethanol

Kadar Ethanol (%)


100
99.8 f(x) = 0.05x + 98.82
99.6 R = 0.97
99.4
99.2
99
98.8
98.6
98.4
0 5 10 15 20 25 30

Kenaikan Titik Didih (C)

Gambar 4. Hubungan Kenaikan Titik Didih Air dengan Kadar Ethanol

Pada Tabel 3 dapat dilihat hasil percobaan penambahan terner berupa H2SO4
terjadi peningkatan yang signifikan untuk hasil distilat menjadi 98,98% pada
kenaikan titik didih air sebesar 50C dan hasil distilat terus meningkat dengan
kenaikan titik didih air yang juga diperbesar,terlihat garis linier positif seperti
terlihat di Gambar 4 untuk konsentrasi distilat menjadi 99,31% , 99,57% , 99,8%
dan 99,91% dengan perubahan kenaikan titik didih air sebesar 100C , 150C, 200C
dan 250C. Kenaikan konsentrasi disebabkan akibat H2SO4 yang berlaku sebagai
terner yang memiliki titik didih 3370C larut dalam air. Semakin tinggi kenaikan
titik didih maka semakin tinggi kadar ethanol hasil distilasi karena ethanol
menguap pada suhu yang tetap sedangkan air dan terner menguap pada suhu yang
semakin tinggi.

3.3 Variabel Terner Etilen Glikol

Penelitian dalam laboratorium sesuai alat distilasi pada Gambar 2 dijalankan


pada tekanan atmosferis dengan kondisi kolom atas tetap pada suhu 620C dan
suhu pada kolom bawah berkisar 74-760C.

Tabel 4. Variasi Kenaikan Titik Didih Air dengan Penambahan Etilen Glikol
sebagai Terner Komponen terhadap Kadar Ethanol Hasil Distilasi

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 16


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

Konsentrasi feed ethanol 86%.


Tinggi packing kolom 55 cm.
Volume ethanol umpan 100 ml.
Waktu distilasi 1 jam.
Konsentrasi etilen glikol 99%

deltaT Kadar etilen Berat Densitas Kadar Kadar air


B (0C) glikol (%) distilat (g) distilat (g/ml) ethanol (ppm)
(%)
5 38,46 19,6341 0,789 98,6916 525,783
10 55,65 19,6191 0,7884 98,9104 437,8594
15 65,4 19,5992 0,7876 99,1728 332,4129
20 71,68 19,5843 0,787 99,3632 255,8997
25 76,06 19,5694 0,7864 99,5545 179,025

Grafik Kenaikan Titik Didih dengan Kadar Ethanol


99.8
99.6
Kadar Ethanol

99.4 f(x) = 0.04x + 98.48


R = 1
99.2
99
98.8
98.6
98.4
98.2
0 5 10 15 20 25 30

Kenaikan Titik Didih (C)

Gambar 5. Hubungan Kenaikan Titik Didih Air dengan Kadar Ethanol

Pada Tabel 4 dapat dilihat hasil percobaan penambahan terner berupa


ethylene glikol terjadi peningkatan yang signifikan untuk hasil distilat menjadi
98,69% pada kenaikan titik didih air sebesar 50C dan hasil distilat terus meningkat
dengan kenaikan titik didih air yang juga diperbesar,terlihat garis linier positif
seperti pada Gambar 5 untuk konsentrasi distilat menjadi 98,91% , 99,17% ,

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 17


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

99,36% dan 99,55% dengan perubahan kenaikan titik didih air sebesar 100C ,
150C, 200C dan 250C. Kenaikan konsentrasi disebabkan akibat ethylene glikol
yang berlaku sebagai terner yang memiliki titik didih 197,30C larut dalam air.
Semakin tinggi kenaikan titik didih maka semakin tinggi kadar ethanol hasil
distilasi karena ethanol menguap pada suhu yang tetap sedangkan air dan terner
menguap pada suhu yang semakin tinggi.

3.4 Variabel Terner Gliserol

Penelitian dalam laboratorium sesuai alat distilasi pada Gambar 2 dijalankan


pada tekanan atmosferis dengan kondisi kolom atas tetap pada suhu 620C dan
suhu pada kolom bawah berkisar 74-760C.
Tabel 5. Variasi Kenaikan Titik Didih Air dengan Penambahan Gliserol
sebagai Terner Komponen terhadap Kadar Ethanol Hasil Distilasi
Konsentrasi feed ethanol 86%.
Tinggi packing kolom 55 cm.
Volume ethanol umpan 100 ml.
Waktu distilasi 1 jam.
Konsentrasi gliserol 99%.

deltaT Kadar Berat Densitas Kadar Kadar air


B (0C) gliserol (%) distilat (g) distilat (g/ml) ethanol (ppm)
(%)
5 48,12 19,6316 0,7889 98,7523 501,3909
10 65,06 19,6141 0,7882 98,9715 413,3066
15 73,716 19,5967 0,7875 99,2041 319,8351
20 78,97 19,5743 0,7866 99,4817 208,2806
25 82,5 19,5644 0,7862 99,6381 145,4304

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 18


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

Grafik Kenaikan Titik Didih dengan Kadar Ethanol


99.8
Kadar Ethanol (%)
99.6 f(x) = 0.05x + 98.53
99.4 R = 0.99
99.2
99
98.8
98.6
98.4
98.2
0 5 10 15 20 25 30

Kenaikan Titik Didih (C)

Gambar 6. Hubungan Kenaikan Titik Didih Air dengan Kadar Ethanol

Pada Tabel 5 dapat dilihat hasil percobaan penambahan terner berupa gliserol
terjadi peningkatan yang signifikan untuk hasil distilat menjadi 98,75% pada
kenaikan titik didih air sebesar 50C dan hasil distilat terus meningkat dengan
kenaikan titik didih air yang juga diperbesar,terlihat garis linier positif seperti
pada Gambar 6 untuk konsentrasi distilat menjadi 98,97% , 99,20% , 99,48% dan
99,63% dengan perubahan kenaikan titik didih air sebesar 10 0C , 150C, 200C dan
250C. Kenaikan konsentrasi disebabkan akibat gliserol yang berlaku sebagai
terner yang memiliki titik didih 2900C larut dalam air. Semakin tinggi kenaikan
titik didih maka semakin tinggi kadar ethanol hasil distilasi karena ethanol
menguap pada suhu yang tetap sedangkan air dan terner menguap pada suhu yang
semakin tinggi.

3.5 Variabel Terner Asam Sitrat (s)


Penelitian dalam laboratorium sesuai alat distilasi pada Gambar 2 dijalankan
pada tekanan atmosferis dengan kondisi kolom atas tetap pada suhu 620C dan
suhu pada kolom bawah berkisar 74-760C.

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 19


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

Tabel 6. Variasi Kenaikan Titik Didih Air dengan Penambahan Asam Sitrat
sebagai Terner Komponen terhadap Kadar Ethanol Hasil Distilasi
Konsentrasi feed ethanol 86%.
Tinggi packing kolom 55 cm.
Volume ethanol umpan 100 ml.
Waktu distilasi 1 jam.

deltaT Kadar asam Berat Densitas Kadar Kadar air


B (0C) sitrat (%) distilat (g) distilat (g/ml) ethanol (ppm)
(%)
5 64,88 19,6838 0,791 98,0417 786,9493
10 76,69 19,6564 0,7899 98,3921 646,1408
15 84,71 19,6216 0,7885 98,8765 451,4819
20 88,08 19,6067 0,7879 99,0619 376,9778
25 90,23 19,5793 0,7868 99,4238 231,5477

Grafik Kenaikan Titik Didih dengan Kadar Ethanol


100
Kadar Ethanol (%)

99.5
f(x) = 0.07x + 97.73
99 R = 0.99

98.5

98

97.5

97
0 5 10 15 20 25 30

Kenaikan Titik Didih (C)

Gambar 7. Hubungan Kenaikan Titik Didih Air dengan Kadar Ethanol

Pada Tabel 6 dapat dilihat hasil percobaan penambahan terner berupa asam
sitrat terjadi peningkatan yang signifikan untuk hasil distilat menjadi 98,04% pada
kenaikan titik didih air sebesar 50C dan hasil distilat terus meningkat dengan

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 20


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

kenaikan titik didih air yang juga dioerbesar,terlihat garis linier positif seperti
pada Gambar 7 untuk konsentrasi distilat menjadi 98,39% , 98,87% , 99,06% dan
99,42% dengan perubahan kenaikan titik didih air sebesar 10 0C , 150C, 200C dan
250C. Kenaikan konsentrasi disebabkan akibat asam sitrat yang berlaku sebagai
terner yang memiliki titik didih 1750C larut dalam air. Semakin tinggi kenaikan
titik didih maka semakin tinggi kadar ethanol hasil distilasi karena ethanol
menguap pada suhu yang tetap sedangkan air dan terner menguap pada suhu yang
semakin tinggi.

3.6 Variabel Jenis Terner


Penelitian dalam laboratorium sesuai alat distilasi pada Gambar 2 dijalankan
pada tekanan atmosferis dengan kondisi kolom atas tetap pada suhu 620C dan
suhu pada kolom bawah berkisar 74-760C.
Tabel 7. Variasi Jenis Terner terhadap Kadar Ethanol Hasil Distilasi
Konsentrasi feed ethanol 86%.
Tinggi packing kolom 55 cm.
Volume ethanol umpan 100 ml.
Waktu distilasi 1 jam.

Kadar ethanol (%)


deltaTB
(0C) Asam
NaOH H2SO4 Etilen Glikol Gliserol
Sitrat (s)
5 98,8195 98,9871 98,6916 98,7523 98,0417
10 99,0173 99,3192 98,9104 98,9715 98,3921
15 99,2417 99,5739 99,1728 99,2041 98,8765
20 99,5901 99,8014 99,3632 99,4817 99,0619
25 99,7862 99,9107 99,5545 99,6381 99,4238

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 21


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

Grafik Kenaikan Titik Didih dengan Kadar Ethanol


100.5
Kadar Ethanol (%)

100
99.5
data NaOH
99 data H2SO4
98.5 data Ethylene
data Gliserol
98 data Asam Sitrat
97.5
97
0 5 10 15 20 25 30

Kenaikan Titik Didih (C)

Gambar 8. Hubungan Kenaikan Titik Didih Air dengan Kadar Ethanol


Jika dilihat dalam Gambar 8 semua jenis terner memiliki karakteristik yang
sama yaitu semakin tinggi kenaikan titik didih air maka akan semakin tinggi pula
kadar ethanol yang dihasilkan. Jenis terner berupa asam sitrat hasil distilat
memiliki kemurnian seperti dalam Tabel 6 sebesar 98,04%, 98,39% , 98,87% ,
99,06% dan 99,42% dengan perubahan kenaikan titik didih air sebesar 5 0C, 100C ,
150C, 200C dan 250C. Kenaikan konsentrasi disebabkan akibat asam sitrat yang
berlaku sebagai terner yang memiliki titik didih 1750C larut dalam air.
Pada hasil percobaan penambahan terner berupa gliserol terjadi peningkatan
yang signifikan untuk hasil distilat menjadi seperti dalam Tabel 5 98,75% pada
kenaikan titik didih air sebesar 50C dan konsentrasi distilat menjadi 98,97% ,
99,20% , 99,48% dan 99,63% dengan perubahan kenaikan titik didih air sebesar
100C , 150C, 200C dan 250C. Kenaikan konsentrasi disebabkan akibat gliserol
yang berlaku sebagai terner yang memiliki titik didih 2900C larut dalam air.
Pada Tabel 4, hasil percobaan penambahan terner berupa ethylene glikol
terjadi peningkatan yang signifikan untuk hasil distilat menjadi 98,69% pada
kenaikan titik didih air sebesar 50C dan hasil distilat terus meningkat dengan
kenaikan titik didih air yang juga dioerbesar,terlihat garis linier positif untuk
konsentrasi distilat menjadi 98,91% , 99,17% , 99,36% dan 99,55% dengan
perubahan kenaikan titik didih air sebesar 100C , 150C, 200C dan 250C. Kenaikan

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 22


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

konsentrasi disebabkan akibat ethylene glikol yang berlaku sebagai terner yang
memiliki titik didih 197,30C larut dalam air.
Pada hasil percobaan penambahan terner berupa H2SO4 terjadi peningkatan
yang signifikan untuk hasil distilat seperti Tabel 3 menjadi 98,98% pada kenaikan
titik didih air sebesar 50C dan hasil distilat terus meningkat dengan kenaikan titik
didih air yang juga dioerbesar,terlihat garis linier positif untuk konsentrasi distilat
menjadi 99,31% , 99,57% , 99,8% dan 99,91% dengan perubahan kenaikan titik
didih air sebesar 100C , 150C, 200C dan 250C. Kenaikan konsentrasi disebabkan
akibat H2SO4 yang berlaku sebagai terner yang memiliki titik didih 3370C larut
dalam air.
Pada Tabel 2 dapat dilihat hasil percobaan penambahan terner berupa
NaOH(s) terjadi peningkatan yang signifikan untuk hasil distilat menjadi 98,81%
pada kenaikan titik didih air sebesar 50C dan hasil distilat terus meningkat dengan
kenaikan titik didih air yang juga diperbesar,terlihat garis linier positif untuk
konsentrasi distilat menjadi 99% , 99,24% , 99,59% dan 99,78% dengan
perubahan kenaikan titik didih air sebesar 100C , 150C, 200C dan 250C. Kenaikan
konsentrasi disebabkan akibat NaOH yang berlaku sebagai terner yang memiliki
titik didih 3180C larut dalam air.
Dari semua data percobaan yang didapat dan dapat dilihat pada Gambar 8,
semakin tinggi titik didih terner maka akan semakin tinggi kemampuan untuk
menghasilkan kadar distilat.
Sesuai dengan SNI untuk bahan bakar (SNI 7390: 2008) bahwa kandungan
air maksimal dalam bahan bakar adalah 500 ppm dapat dilihat bahwa pada
penambahan terner NaOH (Tabel 2) dan H2SO4 (Tabel 3) semua data yang
didapat berada dibawah 500ppm sehingga memenuhi SNI untuk bahan bakar
sebagai fuel grade ethanol. Pada penambahan terner ethylene glikol (Tabel 4)
maupun gliserol (Tabel 5), terdapat satu data yang tidak memenuhi SNI untuk
bahan bakar sebagai ethanol fuel grade yaitu keduanya pada kenaikan titik didih
air sebesar 50C (kadar ethanol 98,69%) dengan kadar air 525,783 ppm pada
penambahan terner ethylene glikol dan (kadar ethanol 98,75%) dengan kadar air
501,3909 ppm pada penambahan terner gliserol. Jika pada penambahan terner

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 23


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

asam sitrat (Tabel 6), terdapat dua data yang tidak memenuhi SNI untuk bahan
bakar sebagai ethanol fuel grade yaitu pada kenaikan titik didih air sebesar 5 0C
(kadar ethanol 98,04%) dengan kandungan air sebesar 786,9493 ppm dan 10 0C
(kadar ethanol 98,39%) dengan kandungan air sebesar 646,1408 ppm.

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 24


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan berupa ethanol fuel grade dengan
pengaruh jenis komponen ketiga (Terner) dan variasi kenaikan Td pada air,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengaruh variasi terner terhadap kemurnian produk ethanol, semakin
besar titik didih terner akan semakin besar tingkat kemurnian ethanol
yang dihasilkan.
2. Pengaruh variasi kenaikan titik didih air terhadap kemurnian produk
ethanol, semakin besar kenaikan titik didih ethanol maka akan semakin
besar tingkat kemurnian ethanol yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 25


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

Budi H. Bisowarno, Buana Girisuta, Philip Wijaya, Sussy, 2010, Simulasi


Kolom Distilasi Ekstraktif untuk Proses Dehidrasi Ethanol Menggunaka Ethylena
Glikol-Glicerol. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknolohi Industri, Universitas
Katolik Parahyangan.
Chianese, a., Zinnmosca, f., 1990, Ethanol Dehydration By Azeotropic
Distillation With Mixed Terner Entrainer, The Chemical Engineering Journal, 43.
Emi Erawati, 2008, Pemurnian Ethanol Dengan Metode Saline Extractive
Distillation. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Endah Retno D , Agus P , Barkah Rizki S dan Nurul Wulandari, 2012,
Pembuatan Fuel grade ethanol Dengan Metode Adsorbsi Menggunakan
Adsorbent Granulated Natural Zeolite Dan Cao. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sebelas Maret.
Endang W Laksono, 2004, Kimia I, Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.
Gamse, T., (2002), Liquid-Liquid Extraction and Solid-Liquid
Extraction, Institute of Thermal Process and Environmental Engineering, Graz
University of Technology, hal. 2-24.
Gil, I.D., Uyazan, A.M., Aguilar, J.L., Rodrguez,, G., Caicedo, L.A., 2005,
Simulation of Ethanol Extractive Distillation with A Glycols Mixture as Entrainer.
Hendroko. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta : Agromedia.
Huang, H.J., Ramaswamy, S., Tschirner, U.W., Ramarao, B.V., 2008, A
Review of Separation Technologies in Current and Future Biorefineries,
Separation and Purification Technology, 62, 1-21.
Lei, Z., Wang, H and Zhou, R.2002. Influence of Salt Added to Terner On
Extractive Distillation, Chemical Engineering Journal, Volume 24.
Lee, F., Pahl, R., 1985, Terner Screening Study and Conceptual Extractive
Distillation Process To Produce Anhydrous Ethanol From Fermentation Broth,
Industrial Engineering Chemical Process, 24.
Martin, A., 1993, Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi,
Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.
Chintya Rizki Hapsari (121130012) 26
Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

Muhammad, M, Setyawan, W.B, and Sulistyo, H., (2006), A Preeliminery


study: Distillation of Isopropanol Water Mixture Using Fixed Adsorptive
Distillation Method, Chemical Engineering Departement of Muhammadiyah
University of Surakarta(UMS) and UGM, Jurnal Separation and Purification
Technology., 48, pp. 8592.
Mutasim Billah dan Sani, 2009, Produksi Alkohol Fuel Grade Dengan
Proses Distilasi Ekstraktif, Vol 9. Prodi Teknik Kimia FTI- UPNV Jawa Timur.
Perry, R.H, 1921, Chemical Engineers Handbook 6thed, Mc Graw Hill.
Inc, USA.
Perry, R., and Green, D., (1988), Perry Chemical Engineering Hand Book,
Sixth edition, Japan : Mc.Graw Hill International edition.
Pinto, R.T.P. Wolf-Maciel, M.R. And Computers And Lintomen, L.
2000.Saline Ekstractive Distillation Process For Ethanol Purification.
Computers and Chemical Engineering, Volume 24.
Prihandana, Rama, dkk. 2008.Bioethanol Ubi Kayu Bahan Bakar Massa
Depan. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sri Rahayu Gusmawarni. 2015, Distilasi Ethanol Untuk Memperoleh Fuel
grade ethanol. Jurusan Teknik Kimia, Institute Sains dan Teknologi Akprind.
Sutarti, M, dan Rachmawati, M., (1994), Zeolit Tinjauan Literatur, Pusat
Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Jakarta
Sunarya, Y, (2003), Kimia Dasar 1 dan 2 Edisi Kedua, Bandung, Alkemi
Grafisindo Press.

Wahid, La Ode M. 2005.Pemanfaatan Bio-Ethanol Sebagai Bahan Bakar


Kendaraan Berbahan Bakar Premium. Prospek pengembangan bio-fuel sebagai
substitusi bahan bakar minyak, hal 63-74.
LAMPIRAN

Data rho air (Perry,2008- Table 2-30) :


1. Rho 1050C = 0,954815 g/ml
2. Rho 1100C = 0,95106 g/ml
3. Rho 1150C = 0,947199 g/ml
4. Rho 1200C = 0,943225 g/ml
5. Rho 1250C = 0,939148 g/ml

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 27


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

1. Menghitung volume terner

a. NaOH (s)

rho = 1,5 g/ml

Kb = 0,52 0C kg/m

BM = 40 g/mol

Volume ethanol umpan = 100 ml

P = (1-0,86) X 100 ml = 14 ml

Dengan data diatas dapat dicari berat terner sesuai dengan variasi kenaikan
titik didih air, dengan perhitungan :

g 1000
dTb=Kb
BM P

C kg g 1000
5 C=0,52
m g g
40 14 ml 0,954815
mol ml

g
5 C 40 13,3674 g
mol
g=
g C kg
1000 0,52
kg mol

g=5,1413 g 5,2 g

dengan perhitungan yang sama didapat berat terner seperti dalam tabel.

deltaTB (0C) Berat terner (gram)


5 5,1413
10 10,2422
15 15,3009
20 20,3156
25 25,2847
Berat total 76,2847
b. H2SO4

Kadar = 95%

rho = 1,84 g/ml


Chintya Rizki Hapsari (121130012) 28
Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

Kb = 0,52 0C kg/m

BM = 98 g/mol

Volume ethanol umpan = 100 ml

P = ((1-0,86) X 100 ml) + ((1-0,95) X Volume


terner)

Dengan data diatas dapat dicari berat terner sesuai dengan variasi kenaikan
titik didih air, dengan perhitungan :

g 1000
dTb=Kb
BM P

g
1000
C kg g kg
5 C=0,52
m g g
98 (14 ml+0,05 V ) 0,954815
mol ml

g
1000
C kg V rho kg
5 C=0,52
m g g
98 (14 ml +0,05 V )0,954815
mol ml

g g
5 C 98 (13,3674 g +0,0477 V )
mol ml
V=
g C kg g
1000 0,52 1,84
kg mol ml

C g2 C g2
6550,026 +23,373 V
mol mol ml
V= 2
Cg
956,8
mol ml

V =6,8457 ml +0,0244 V

V 0,0244 V =6,8457 ml

0,9756 V =6,8457 ml

V =7,0171 ml

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 29


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

dengan perhitungan yang sama didapat berat terner seperti dalam tabel.

deltaTB (0C) Volume terner (ml) Volume Air (ml)


5 7,0171 13,7024
10 14,3925 13,9992
15 22,1489 14,3097
20 30,3113 14,6346
25 38,9069 14,975
Total 112,7767 71,6209

c. Etylen Glycol

Kadar = 99%

rho = 1,1132 g/ml

Kb = 0,52 0C kg/m

BM = 62,07 g/mol

Volume ethanol umpan = 100 ml

P = ((1-0,86) X 100 ml) + ((1-0,99) X Volume


terner)

Dengan data diatas dapat dicari berat terner sesuai dengan variasi kenaikan
titik didih air, dengan perhitungan :

g 1000
dTb=Kb
BM P

g
1000
C kg g kg
5 C=0,52
m g g
62,07 (14 ml+0,01 V ) 0,954815
mol ml

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 30


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

g
1000
C kg V rho kg
5 C=0,52
m g g
62,07 (14 ml+0,01 V ) 0,954815
mol ml

g
13,3674 g+(9,5482 103 V )
ml

g
5 C 62,07
mol
V =

C g2 C g2
4148,5726 +2,9633 V
mol mol ml
V= 2
Cg
578,864
mol ml

V =7,1667 ml +(5,1191 103) V

V (5,1191 103 )V =7,1667 ml

0,9949 V =7,1667 ml

V =7,2035 ml

dengan perhitungan yang sama didapat berat terner seperti dalam tabel

deltaTB (0C) Volume terner (ml) Volume Air (ml)


5 7,2035 13,4362
10 14,4242 13,452
15 21,6579 13,4659
20 28,9028 13,4777
25 36,1569 13,4876
Total 108,3453 67,3194

d. Gliserol

Kadar = 99%

rho = 1,26 g/ml

Kb = 0,52 0C kg/m
Chintya Rizki Hapsari (121130012) 31
Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

BM = 92,0938 g/mol

Volume ethanol umpan = 100 ml

P = ((1-0,86) X 100 ml) + ((1-0,99) X Volume


terner)

Dengan data diatas dapat dicari berat terner sesuai dengan variasi kenaikan
titik didih air, dengan perhitungan :

g 1000
dTb=Kb
BM P

g
1000
C kg g kg
5 C=0,52
m g g
92,0938 (14 ml+0,01 V ) 0,954815
mol ml

g
1000
C kg V rho kg
5 C=0,52
m g g
92,0938 (14 ml+0,01 V ) 0,954815
mol ml

g
(
13,3674 g+ 9,5482 103 V
ml )

g
5 C 92,0938
mol
V =

C g2 C g2
6155,2733 +4,3966 V
mol mol ml
V= 2
Cg
655,2
mol ml

V =9,3945ml +(6,7103 103)V

V (6,7103 103 )V =9,3945 ml

0,9932V =9,3945 ml

V =9,4579ml

dengan perhitungan yang sama didapat berat terner seperti dalam tabel

deltaTB (0C) Volume terner (ml) Volume Air (ml)

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 32


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

5 9,4579 13,4577
10 18,9686 13,4952
15 28,5284 13,531
20 38,1329 13,5648
25 47,7784 13,5967
Total 142,8662 67,6454

e. Asam Sitrat

rho = 1,665 g/ml

Kb = 0,52 0C kg/m

BM = 192,13 g/mol

Volume ethanol umpan = 100 ml

P = (1-0,86) X 100 ml = 14 ml

Dengan data diatas dapat dicari berat terner sesuai dengan variasi kenaikan
titik didih air, dengan perhitungan :

g 1000
dTb=Kb
BM P

C kg g 1000
5 C=0,52
m g g
192,13 14 ml 0,954815
mol ml

g
5 C 192,13 13,3674 g
mol
g=
g C kg
1000 0,52
kg mol

g=24,6949 g 24,7 g

dengan perhitungan yang sama didapat berat terner seperti dalam tabel.

deltaTB (0C) Berat terner (gram)

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 33


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

5 24,6949
10 49,1957
15 73,494
20 97,5809
25 121,4489
Berat total 366,4144

2. Menghitung Persen Massa Terner


Data rho air (Perry,2008- Table 2-30) :
1. Rho 1050C = 0,954815 g/ml
2. Rho 1100C = 0,95106 g/ml
3. Rho 1150C = 0,947199 g/ml
4. Rho 1200C = 0,943225 g/ml
5. Rho 1250C = 0,939148 g/ml

a. NaOH (s)

rho = 1,5 g/ml

Volume ethanol umpan = 100 ml

P = (1-0,86) X 100 ml = 14 ml

1. Mencari berat air

m=rho P

g
m=0,954815 14 ml
ml

m=13,36741 g

2. Mencari persen berat terner

mterner
%m=
mterner +m air

5,1413 g
%m=
5,1413 g+13,3674 g

%m=0,2777 100

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 34


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

%m=27,77

deltaTB (0C) Berat terner (g) Berat Air (g) Persen Berat Terner (%)
5 5,1413 13,3674 27,77%
10 10,2422 13,3148 43,47%
15 15,3009 13,2608 53,57%
20 20,3156 13,2052 60,6%
25 25,2847 13,148 65,79%
Berat total 76,2847 66,2962

b. H2SO4

Kadar = 95%

rho = 1,84 g/ml

Volume ethanol umpan = 100 ml

P = ((1-0,86) X 100 ml) + ((1-0,95) X Volume


terner)

1. Mencari berat air

m=rho P

g
m=0,954815 13,7024 ml
ml

m=13,083 g

2. Mencari berat terner

m=rho P

g
m=1,84 7,1071 ml
ml

m=13,077 g

3. Mencari persen berat terner

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 35


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

mterner
%m=
mterner +m air

13,077 g
%m=
13,077 g +13,083 g

%m=0,499 100

%m=49,9

deltaTB Volume Berat terner Volume Air Berat Air Persen Berat
(0C) terner (ml) (g) (ml) (g) Terner (%)
5 7,0171 13,077 13,7024 13,083 49,98
10 14,3925 26,4822 13,9992 13,314 65,54
15 22,1489 40,7539 14,3097 13,5541 75,04
20 30,3113 55,7728 14,6346 13,8037 80,16
25 38,9069 71,5887 14,975 14,0637 83,58
Berat total 112,7767 207,4029 71,6209 67,8185

c. Etylen Glycol

Kadar = 99%

rho = 1,1132 g/ml

Volume ethanol umpan = 100 ml

P = ((1-0,86) X 100 ml) + ((1-0,99) X Volume


terner)

1. Mencari berat air

m=rho P

g
m=0,954815 13,4362ml
ml

m=12,829 g

2. Mencari berat terner

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 36


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

m=rho P

g
m=1,1132 7,2035 ml
ml

m=8,0189 g

3. Mencari persen berat terner

mterner
%m=
mterner +m air

8,0189 g
%m=
8,0189 g +12,829 g

%m=0,3846 100

%m=38,46

deltaTB Volume Berat terner Volume Air Berat Air Persen Berat
(0C) terner (ml) (g) (ml) (g) Terner (%)
5 7,2035 8,0189 13,4362 12,829 38,46
10 14,4242 16,057 13,452 12,7936 55,65
15 21,6579 24,1095 13,4659 12,7538 65,4
20 28,9028 32,1746 13,4777 12,7125 71,68
25 36,1569 40,2498 13,4876 12,6668 76,06
Berat total 108,3453 120,6098 67,3194 63,7557

d. Gliserol

Kadar = 99%

rho = 1,26 g/ml

Volume ethanol umpan = 100 ml

P = ((1-0,86) X 100 ml) + ((1-0,99) X Volume


terner)

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 37


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

1. Mencari berat air

m=rho P

g
m=0,954815 13,4577 ml
ml

m=12,8496 g

2. Mencari berat terner

m=rho P

g
m=1,26 9,4579 ml
ml

m=8,0189 g

3. Mencari persen berat terner

mterner
%m=
mterner +m air

11,9169 g
%m=
11,9169 g+12,8496 g

%m=0,4812 100

%m=48,12

deltaTB Volume Berat terner Volume Air Berat Air Persen Berat
(0C) terner (ml) (g) (ml) (g) Terner (%)
5 9,4579 11,9169 13,4577 12,8496 48,12
10 18,9686 23,9004 13,4952 12,8347 65,06
Chintya Rizki Hapsari (121130012) 38
Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

15 28,5284 35,9457 13,531 12,8165 73,716


20 38,1329 48,0474 13,5648 12,7946 78,97
25 47,7784 60,2007 13,5967 12,7693 82,5
Berat total 142,8662 180,0111 67,6454 64,0647

e. Asam Sitrat

rho = 1,665 g/ml

Kb = 0,52 0C kg/m

BM = 192,13 g/mol

Volume ethanol umpan = 100 ml

P = (1-0,86) X 100 ml = 14 ml

1. Mencari berat air

m=rho P

g
m=0,954815 14 ml
ml

m=13,36741 g

2. Mencari persen berat terner

mterner
%m=
mterner +m air

24,6949 g
%m=
24,6949 g+ 13,3674 g

%m=0,2777 100

%m=27,77

deltaTB (0C) Berat terner (g) Berat Air (g) Persen Berat Terner (%)
5 24,6949 13,3674 64,88

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 39


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

10 49,1957 13,3148 76,69


15 73,494 13,2608 84,71
20 97,5809 13,2052 88,08
25 121,4489 13,148 90,23
Berat total 366,4144 66,2962

3. Menghitung Kadar Air (ppm)


a. NaOH
deltaT Kadar Berat Densitas Kadar
B (0C) NaOH (%) distilat (g) distilat (g/ml) ethanol (%)
5 27,77 19,6241 0,7886 98,8195
10 43,47 19,6092 0,788 99,0173
15 53,57 19,5942 0,7874 99,2417
20 60,6 19,5669 0,7863 99,5901
25 65,79 19,5519 0,7857 99,7862
Dari data diatas dapat dihitung kadar air (ppm) menggunakan rumus :
(1 ethanol ) 1000
ppm=
berat distilat ( g)
g
1000 densitas distilat
ml
( 10,988195 ) 1000
ppm=
19,6241( g)
g
1000 0,7886
ml
ppm=474,387 ppm
Dengan menggunakan perhitungan yang sama didapat hasil sesuai dalam tabel :
deltaT Kadar Berat Densitas Kadar Kadar air
B (0C) NaOH (%) distilat (g) distilat (g/ml) ethanol (%) (ppm)
5 27,77 19,6241 0,7886 98,8195 474,3873
10 43,47 19,6092 0,788 99,0173 394,9001
15 53,57 19,5942 0,7874 99,2417 304,7256
20 60,6 19,5669 0,7863 99,5901 164,7192
25 65,79 19,5519 0,7857 99,7862 85,91628

b. H2SO4
deltaTB Kadar H2SO4 Berat distilat Densitas Kadar

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 40


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

(0C) (%) (g) distilat (g/ml) ethanol (%)


5 49,98 19,6117 0,7881 98,9871
10 65,54 19,5868 0,7871 99,3192
15 75,04 19,5669 0,7863 99,5739
20 80,16 19,5495 0,7856 99,8014
25 83,58 19,542 0,7853 99,9107
Dari data diatas dapat dihitung kadar air (ppm) menggunakan rumus :
(1 ethanol ) 1000
ppm=
berat distilat ( g)
g
1000 densitas distilat
ml
( 10,989871 ) 1000
ppm=
19,6117 ( g)
g
1000 0,7881
ml
ppm=407,0358 ppm
Dengan menggunakan perhitungan yang sama didapat hasil sesuai dalam tabel :
deltaT Kadar Berat Densitas Kadar Kadar air
B (0C) distilat (g) distilat (g/ml) ethanol (%) (ppm)
H2SO4 (%)
5 49,98 19,6117 0,7881 98,9871 407,0358
10 65,54 19,5868 0,7871 99,3192 273,581
15 75,04 19,5669 0,7863 99,5739 171,2292
20 80,16 19,5495 0,7856 99,8014 79,80775
25 83,58 19,542 0,7853 99,9107 35,88542

c. Etilen Glikol
deltaT Kadar etilen Berat Densitas Kadar
B (0C) glikol (%) distilat (g) distilat (g/ml) ethanol
(%)
5 38,46 19,6341 0,789 98,6916
10 55,65 19,6191 0,7884 98,9104
15 65,4 19,5992 0,7876 99,1728
20 71,68 19,5843 0,787 99,3632
25 76,06 19,5694 0,7864 99,5545
Dari data diatas dapat dihitung kadar air (ppm) menggunakan rumus :

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 41


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

(1 ethanol ) 1000
ppm=
berat distilat ( g)
g
1000 densitas distilat
ml
( 10,986916 ) 1000
ppm=
19,6341( g)
g
1000 0,789
ml
ppm=525,783 ppm
Dengan menggunakan perhitungan yang sama didapat hasil sesuai dalam tabel :
deltaT Kadar etilen Berat Densitas Kadar Kadar air
B (0C) distilat (g) distilat (g/ml) ethanol (%) (ppm)
glikol (%)
5 38,46 19,6341 0,789 98,6916 525,783
10 55,65 19,6191 0,7884 98,9104 437,8594
15 65,4 19,5992 0,7876 99,1728 332,4129
20 71,68 19,5843 0,787 99,3632 255,8997
25 76,06 19,5694 0,7864 99,5545 179,025

d. Gliserol
deltaT Kadar Berat Densitas Kadar
B (0C) gliserol (%) distilat (g) distilat (g/ml) ethanol
(%)
5 48,12 19,6316 0,7889 98,7523
10 65,06 19,6141 0,7882 98,9715
15 73,716 19,5967 0,7875 99,2041
20 78,97 19,5743 0,7866 99,4817
25 82,5 19,5644 0,7862 99,6381
Dari data diatas dapat dihitung kadar air (ppm) menggunakan rumus :
(1 ethanol ) 1000
ppm=
berat distilat ( g)
g
1000 densitas distilat
ml
( 10,987523 ) 1000
ppm=
19,6316( g)
g
1000 0,7889
ml
ppm=525,783 ppm

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 42


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

Dengan menggunakan perhitungan yang sama didapat hasil sesuai dalam tabel :
deltaT Kadar Berat Densitas Kadar Kadar air
B (0C) gliserol (%) distilat (g) distilat (g/ml) ethanol (%) (ppm)
5 48,12 19,6316 0,7889 98,7523 501,3909
10 65,06 19,6141 0,7882 98,9715 413,3066
15 73,716 19,5967 0,7875 99,2041 319,8351
20 78,97 19,5743 0,7866 99,4817 208,2806
25 82,5 19,5644 0,7862 99,6381 145,4304

e. Asam Sitrat
deltaT Kadar asam Berat Densitas Kadar
B (0C) sitrat (%) distilat (g) distilat (g/ml) ethanol (%)
5 64,88 19,6838 0,791 98,0417
10 76,69 19,6564 0,7899 98,3921
15 84,71 19,6216 0,7885 98,8765
20 88,08 19,6067 0,7879 99,0619
25 90,23 19,5793 0,7868 99,4238
Dari data diatas dapat dihitung kadar air (ppm) menggunakan rumus :
(1 ethanol ) 1000
ppm=
berat distilat ( g)
g
1000 densitas distilat
ml
( 10,980417 ) 1000
ppm=
19,6838( g)
g
1000 0,791
ml
ppm=786,9493 ppm
Dengan menggunakan perhitungan yang sama didapat hasil sesuai dalam tabel :
deltaT Kadar asam Berat Densitas Kadar Kadar air
B (0C) sitrat (%) distilat (g) distilat (g/ml) ethanol (%) (ppm)
5 64,88 19,6838 0,791 98,0417 786,9493
10 76,69 19,6564 0,7899 98,3921 646,1408
15 84,71 19,6216 0,7885 98,8765 451,4819
20 88,08 19,6067 0,7879 99,0619 376,9778
25 90,23 19,5793 0,7868 99,4238 231,5477

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 43


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)
Laporan Penelitian Pembuatan Fuel Grade Ethanol dengan Distilasi
menggunakan Variasi Terner

Chintya Rizki Hapsari (121130012) 44


Risqi Angga Yudha Prakosa (121130045)

Anda mungkin juga menyukai