Anda di halaman 1dari 21

PRAKTIKUM IV

UJI GOLONGAN DARAH DENGAN SISTEM ABO

Oleh:

Kelompok 5

Oktavia Permata Sari (14222127)


Riska Sari (14222150)
Rizki Suhertini (14222153)
Rolla Efthita (14222156)

Dosen Pembimbing:
Dr. Rismala Kusuma, S.Kp, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Sesuai dengan visi Departemen Kesehatan Indonesia yaitu masyarakat
yang mandiri untuk hidup sehat, dan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat maka diselenggarakan upaya kesehatan dengan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (kuratif)
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan diselenggarakan bersama antara pemerintah
dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, upaya kesehatan harus
dilaksanakan secara integral oleh seluruh komponen, baik pemerintah, tenaga
kesehatan maupun masyarakat. Beberapa pemeriksaan dasar diperlukan
sebagai upaya pencegahan dalam penanganan komplikasi dari penyakit, salah
satu yang dipersyaratkan adalah pemeriksaan golongan darah (Swastini, 2016).
Menurut syaifuddin (2009), darah adalah cairan di dalam pembuluh
darah yang mempunyai fungsi transportasi O2, karbohidrat, dan metabolit,
mengatur keseimbangan asam basa, mengatur suhu tubuh dengan cara
konduksi (hantaran) yaitu membawa panas tubuh dari pusat produksi panas
(hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh, serta pengaturan
hormon dengan membawa dan mengantarkan dari kelenjar ke sasaran. Jumlah
darah dalam tubuh bervariasi tergantung, dari berat badan seseorang, pada
1
orang dewasa yaitu BB atau kira-kira 4,5-5 liter. Faktor lain yang
13

menentukan banyak darah adalah umur, pekerjaan, keadaan jantung, dari


pembuluh darah.
Menurut Hidayat (2009), pengujian dan pengamatan untuk menentukan
golongan darah dan rhesus umumnya dilakukan dengan serangkaian percobaan
pada sampel darah, yaitu melakukan reaksi antara cairan antisera (anti A, B,
AB dan D) dengan sampel darah yang akan diuji pada sebuah gelas objek.
Perubahan fisis yang terjadi dari reaksi tersebut adalah aglutinasi atau non-
aglutinasi. Pengamatan reaksi ini biasanya langsung dilakukan oleh mata
penguji sampel darah, dan kombinasi dari reaksi yang dihasilkan akan
menentukan tipe golongan darah dan rhesus tertentu.
Pengujian harus dilakukan oleh orang yang berpengalaman sehingga
keakuratan data yang diperoleh benar-benar akurat karena pada dasarnya hasil
pngujian masih mengandalkan kemampuan mata penguji. Mata dipengaruhi
oleh faktor kelelahan, sehingga cara ini kurang menguntungkan untuk
pengujian sampel darah dalam jumlah yang banyak. (KUTIPAN)
Kesalahan dalam pembacaan tipe golongan darah dan rhesus ini dapat
menimbulkan masalah yang sangat serius bagi seseorang, misalnya dalam
proses transfusi darah atau identifikasi keturunan. (KUTIPAN)
Berdasarkan uraian diatas maka yang melatarbelakangi praktikum ini
adalah A mengetahui teknik uji golongan darah dan membuktikan golongan
darah O adalah golongan darah yang terbanyak di dunia dengan menggunakan
sampel pada darah dari tiap-tiap kelompok praktikum. Baca lagi kalimatnya,
masih janggal.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum yang berjudul Uji Golongan Darah
Dengan Sistem ABO yaitu untuk menentukan golongan darah dengan sistem
ABO
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Darah
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi
transportasi O2, karbohidrat, dan metabolit, mengatur keseimbangan asam basa,
mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi (hantaran) yaitu membawa panas
tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke
seluruh tubuh, serta pengaturan hormon dengan membawa dan mengantarkan
dari kelenjar ke sasaran. Jumlah darah dalam tubuh bervariasi tergantung, dari
berat badan, seseorang, pada orang dewasa yaitu 1/13 BB atau kira-kira 4,5-5
liter. Faktor lain yang menentukan banyak darah adalah umur, pekerjaan,
keadaan jantung, dari pembuluh darah (Syaifuddin, 2009).
Pada orang dewasa dan anak-anak, sel-sel darah merah, sel-sel darah putih,
dan sel pembeku darah dibentuk dalam sumsum tulang. Sum-um seluler yang
aktif dinamakan sumsum merah dan sumsum yang tidak aktif dinamakan
sumsum kuning. Sumsum tulang merupakan salah satu organ yang terbesar
dalam tubuh karena ukuran dan beratnya hampir sama dengan hati (Syaifuddin,
2009).
Darah berupa cairan dan berwarna merah. Darah terdiri dari cairan dan sel-
sel darah. Cairan darah disebut plasma. Sedangkan sel darah terdiri dari sel
darah merah, sel darah putih, dan keping darah atau trombosit. Yang
menyebabkan darah berwarna merah adalah sel darah merah atau eritrosit.
Eritrosit mengandung hemoglobin (Hb), yang dapat mengikat oksigen. Darah
berfungsi untuk mengangkut oksigen dan karbondioksida serta mengangkut
sari makanan dari usus halus ke seluruh tubuh. Selain itu darah juga sebagai
alat pertahanan tubuh. Misalkan ada kuman yang masuk ke tubuh kita, maka
akan dilawan oleh darah putih. Tetapi bila darah putih kalah dalam melawan
kuman maka kuman akan menyerang tubuh, sehingga akan sakit. Apabila
terluka dan keluar darah, maka tidak lama kemudian darah menjadi berhenti
keluar. Yang menyebabkan darah keluar adalah trombosit. Karena trombosit
berfungsi menutup luka, sehingga darah menjadi berhenti keluar tubuh
(Mardiastutik, 2010).

B. Komponen-komponen Darah
Adapun komponen-komponen dalam darah, ada 3 yaitu:
1. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Jika dilihat di bawah mikroskop bentuk darah merah seperti cakram
atau bikonkaf, tidak mempunyai inti, berukuran 0,007 mm, tidak bergerak,
jumlahnya kira-kira 4,5-5 juta/mm3, warnanya kuning kemerah-merahan,
dan sifatnya kenyal sehingga bisa berubah bentuk sesuai dengan pembuluh
darah yang dilalui. Di dalam eritrosit terdapat hemoglobin yang berfungsi
mengikat O2, membawa O2 dari paru-paru ke jaringan, membawa CO2 dari
jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan melalui jalan pernapasan. Jumlah
hemoglobin secara normal dalam masing-masing sel adalah mengandung
rata-rata 15 gram dan tiap gram mampu meningkat 1,39 ml O2. Pada orang
normal hemoglobin dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml darah
(Syaifuddin, 2009).
Sel darah merah dibuat dalam sumsum tulang. Pada proses
pembentukannya diperlukan zat besi, vitamin B12, asam folat, dan rantai
globin yang merupakan senyawa protein yang berasal dari hemositoblas.
Hemositoblas mula-mula membentuk eritroblas basofil lalu mulai
menyintesis hemoglobin menjadi eritroblas polikromatofilik yang
mengandung campuran zat basofilik dan hemoglobin merah (Syaifuddin,
2009).
2. Sel Darah Putih (Leukosit)
Keadaan bentuk dan sifat dari leukosit berbeda dengan eritrosit, tidak
berwarna, bentuknya lebih besar dari eritrosit, dapat berubah-ubah dan
bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia). Leukosit
mempunyai bermacam-macam inti sel dan banyaknya antara 6000-9000
mm3 dalam tubuh. Fungsi utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh
dengan cara menghancurkan antigen (kuman, virus, dan toksin) dan
dikerahkan ke tempat-tempat infeksi dengan jumlah berlipat ganda
(Syifuddin, 2009).
Leukosit dapat bergerak dari pembuluh darah menuju jaringan,
saluran limfe, dan kembali lagi ke dalam aliran darah. Leukosit bersama
sistem makrofag, jaringan atau sel retikuloendotel dari hepar, limfa,
sumsum tulang, alveoli paru, miroglia otak, dan kelenjar getah bening
melakukan fagositosis terhadap kuman dan virus yang masuk. Setelah di
dalam sel, kuman atau virus dicerna dan dihancurkan oleh enzim pencerna
sel (Syaifuddin, 2009).
3. Keping Darah (Trombosit)
Merupakan benda-benda kecil yang mati, bentuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang lonjong, serta warnanya
putih. Trombosit bukanlah berupa sel melainkan berbentuk keping-keping
yang merupakan bagian-bagian kecil dari sel besar. Trombosit dibuat pada
sumsum tulang, paru-paru, dan limpa dengan ukuran 2-4 mikron dan
umur peredarannya sekitar 10 hari. Jumlah trombosit pada orang dewasa
antara 200.000-300.000 keping/mm3 (Syaifuddin, 2009).
Fungsi dari trombosit adalah memegang peranan penting dalam proses
pembekuan darah dan hemeostasis (menghentikan aliran darah). Bila
terjadi kerusakan dinding pembuluh darah, trombosit akan berkumpul di
tempat tersebut dan menutup lubang bocoran dengan cara saling melekat,
berkelompok, dan menggumpal (hemostasis), selanjutnya terjadi proses
bekuan darah. Kemampuan trombosit ini dimungkinkan karena trombosit
memiliki dua jenis zat yaitu prostaglandin dan tromboksan yang segera
dikeluarkan bila ada kerusakan atau kebocoran dinding pembuluh darah.
Zat ini juga mempunyai efek vasokonstriksi pembuluh darah sehinnga
aliran darah berkurang dan membentuk proses bekuan darah (Syaifuddin,
2009).

C. Proses Pembekuan Darah


Proses pepembekuan darah adalah proses berhentinya darah mengalir ke
luar tubuh, saat terjadi luka. Bila terjadi luka, akan menyebabkan trombosit
pecah. Trombosit yang pecah akan mengeluarkan tromboplastin.
Tromboplastin dibantu vitamin K mengubah protrobin menjadi trombin,.
Trombin dibantu ion kalsium, mengubah fibrinogen menjadi benang-benang
fibrin. Terbentuknya benang fibrin akan menutup luka dan darah berhenti
keluar dari tubuh (Mardiastutik, 2010).
Darah berada dalam pembuluh darah dan dijaga selalu cair dengan
mekanisme tertentu. Bila terjadi perlukaan dan kerusakan pembuluh, darah
akan keluar dan segera terjadi mekanisme pembekuan darah agar dapat
menhentikan perdarahan serta memperbaiki dinding pembuluh darah yang
robek. Pembekuan darah adalah suatu rantai proses kimiawi yang mempunyai
pola tertentu dan berjalan dalam waktu singkat (Syaifuddin, 2009).

D. Pengertian Golongan Darah


Menurut Syaifuddin (2009), bahwa Pada permukaan dinding sel eritrosit
didapat sifat anti genitas dan ditemukan beberapa jenis sifat tersebut yang
mengakibatkan darah dapat dibagi dalam beberapa golongan. Antigen ini
diturnkan secara genetik.
Kalau darah dari golongan yang bertentangan ditransfusikan akan
mengakibatkan bahan dalam plasma yang bernama aglutinin menggumpal dan
terjadi hemolisis atau pemecahan sel darah merah.
Aglutinogen mempunyai dua jenis antigen berbeda tetapi berhubungan
yaitu Tipe A dan Tipe B terdapat pada permukaan eritrosit pada manusia.
Karena antigen ini diturunkan, sesorang kemungkinan tidak mempunyai salah
satu dari antigen ini. Beberapa darah juga mengandung antibodi kuat yang
secara spesifik bereaksi dengan antigen tipe A atau tipe B, dalam sel
menyebabkan aglutinasi dan hemolisis karena antigen tipe A dan Tipe B dalam
sel membuat sel peka terhadap aglutinasi. Antigen-antigen ini dinamakan
aglutinasi.
Dalam transfusi darah dari satu orang ke orang lain, darah donor (pemberi)
dengan darah resipien (penerima) dalam keadaan normal. Klasifikasi golongan
darah tergantung pada ada dua atau tidaknya kedua aglutinogen
Bila tidak ada aglutinogen A atau B, darah termasuk golongan O.
Bila hanya terdapat aglutinogen tipe A, darah termasuk golongan A.
Bila hanya terdapat aglutinogen tipe B, darah termasuk golongan B.
Bila terdapat kedua aglutinogen tipe A dan B, darah termasuk golongan AB.
Bila aglutinogen tipe A terdapat dalam sel darah merah seseorang
maka dalam plasma akan terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin
anti A. Sama halnya bila terdapat aglutinogen tipe B dalam sel darah merah,
dalam plasmanya terbentuk antibodi aglutinin anti B.
Golongan darah O tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung
aglutinin anti A dan aglutinin anti B. Sedangkan golongan darah AB
mengandung aglutinogen A dan aglutinogen B, tetapi tidak mengandung
aglutinin anti A dan aglutinin anti B.
Aglutinin adalah gamma globulin seperti halnya dengan antibodi
lainnya dan dihasilkan oleh sel-sel sama yang menghasilkan antibodi setiap
antigennya. Antigen A dan B dalam jumlah sedikit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, bakteri, atau dengan cara lain. Zat ini mengawali
pembentukan aglutinin anti A dan aglutinin anti B. Bayi baru lahir
mempunyai aglutinin sedikit, hal ini menunjukkan bahwa pembentukan
aglutinin terjadi setelah lahir.

E. Menentukan Golongan Darah


Menurut Syaifuddin (2009), bahwa Sebelum transfusi perlu menentukan
golongan darah resipien dan golongan darah donor sehingga darah akan cocok.
Metoda penggolongan darah yang umum dilakukan dengan cara teknik slide.
Setetes darah atau lebih diambil dari orang yang akan ditentukan golongan
darahnya. Darah ini kemudian diencerkan 50 kali dengan larutan Nacl
fisiologis sehingga pembekuan tidak terjadi, dua tetes suspensi diletakkan
secara terpisah pada mikroskop. Setetes serum aglutinin anti A dicampur
dengan salah satu tetesan serum aglutinin anti B dicampur dengan suspensi sel
kedua. Setelah dibiarkan beberapa menit akan berlangsung proses aglutinasi
yang dapat dilihat di bawah mikroskop. Dengan proses ini dapat diketahui
bahwa reaksi imun antara serum dan sel akan terjadi pada masing-masing
golongan darah. Empat golongan darah utama adalah sebagai berikut:
1. Golongan Darah O
Tidak mempunyai aglutinogen, karena tidak bereaksi dengan serum anti A
dan serum anti B.
2. Golongan Darah A
Mempunyai aglutinogen A, mempunyai aglutinasi dengan aglutinin anti A.
3. Golongan Darah B (beta).
Mempunyai aglutinogen B, mempunyai aglutinasi dengan serum atau
aglutinin anti B (alfa).
4. Golongan Darah AB
Mempunyai aglutinogen A dan aglutinogen B yang akan mengalami
aglutinasi dengan kedua jenis serum.
Reaksi transfusi akibat golongan darah tidak cocok sanagat jarang terjadi.
Darah yang ditransfusikan akan menyebabkan aglutinasi sel-sel resipien
dengan alasan bagian plasma darah donor dengan segera akan diencerkan oleh
semua plasma resipien sehingga mengurangi aglutinin yang diinfus samapai
kadarnya terlalu rendah untuk menimbulkan aglutinasi. Sebaliknya darah yang
diinfus tidak banyak mengencerkan aglutinin dalam plasma resipien, tetapi
tetap dapat mengaglutinasi sel-sel donor. Reaksi yang sering terjadi adalah
sebagai berikut:
1. Hemolisis sel darah merah setelah reaksi transfusi
Reaksi yang diakibatkan golongan darah yang tidak cocok akhirnya
menyebabkan hemolisis sel darah merah.
2. Penghentian ginjal akut setelah reaksi transfusi
Salah satu efek yang paling mematikan yang dimulai setelah beberapa
menit sampai beberapa jam dapat mengakibatkan kematian karena gagal
ginjal.

F. Alel Ganda Mengawasi Golongan Darah


Menurut Sutatmi (2013), bahwa golongan darah pada manusia itu herediter
(keturunan) yang ditentukan pula oleh alel ganda. Berhubungan dengan itu
golongan darah seseorang dapat mempunyai arti penting dalam kehidupan.
Sampai saat ini telah dikenal cukup banyak sistem golongan darah.
1. Golongan darah menurut sistem ABO
Pada permulaan abad ini (tahun 1900 dan 1901) K. Landsteiner
menemukan bahwa penggumpalan darah (aglutinasi) kadang-kadang terjadi
apabila eritrosit (sel darah merah) seseorang dicampur dengan serum darah
orang lain. Akan tetapi pada orang lain, campuran tadi tidak mengakibatkan
penggumpalan darah. Berdasarkan reaksi tadi, maka Landsteiner membagi
orang menjadi tiga golongan, ialah A, B, dan O,. Golongan yang ke empat
jarang sekali dijumpai, yaitu golongan darah AB, telah ditemukan oleh dua
orang mahasiswa Landsteiner dalam tahun 1902, ialah von Decastello dan
A. Sturli.
Dikatakan bahwa antigen atau aglutinogen yang dibawa oleh eritrosit
orang tertentu dapat mengadakan reaksi dengan zat anti atau antibodi atau
aglutinin yang dibawa oleh serum darah. Dikenal dua macam antigen yaitu
antigen-A dan antigen-B, sedangkan zat antinya dibedakan atas anti-A dan
anti-B. Orang ada yang memiliki antigen-A, lain lagi memiliki antigen-B.
Ada juga yang memiliki kedua antigen, yaitu antigen-A dan antigen-B,
sedangkan ada pula yang tidak memiliki antigen-A dan antigen-B.
Orang yang memiliki antigen-A tidak memiliki anti-A, melainkan
anti-B di dalam serum atau plasma darah. Orang demikian dimasukkan
dalam golongan darah A. Orang dari golongan darah B mempunyai
antigen-B dan anti-A. Apabila antigen-A bertemu dengan anti-A, begitu
pula antigen-B dengan anti-B, maka darah akan menggumpal dan dapat
mengakibatkan kematian pada orang yang menerima darah. Darah tipe A
tidak dapat ditransfusikan kepada orang golongan B, demikian pula
sebaliknya. Orang yang tidak memiliki antigen-A, maupun antigen-B,
tetapi memiliki anti-A dan anti-B di dalam serum atau plasma darah,
dimasukkan dalam golongan darah O. Adapun orang yang memiliki
antigen-A maupun antigen-B, tetapi tidak memilki anti-A maupun anti-B di
dalam serum atau plasma darah, dimasukkan dalam golongan darah AB.
2. Golongan Darah Menurut Sistem MNSs
Dalam tahun 1927 K. Landsteiner dan P. Levine menemukan antigen
baru yang mereka sebut antigen-M dan antigen-N. Dikatakan bahwa sel
darah merah seseorang dapat mengandung salah satu atau kedua antigen
tersebut. Jika misalnya eritrosit seseorang yang mengandung antigen-M
disuntikkan ke dalam tubuh kelinci, maka darah kelinci akan membentuk
zat anti-M dalam serum darah kelinci. Apabila antiserum (disebut
antiserum karena mengandung zat anti) dan kelinci ini dipisahkan dan
digunakan untuk menguji darah orang yang mengandung antigen-M, maka
eritrosit darah orang ini akan menggumpal.
Berbeda dengan golongan darah sistem ABO maka pada golongan
darah sistem MN, serum atau plasma darah orang tidak mengandung zat
anti-M maupun anti-N. Berhubung dengan itu golongan darah sistem MN
tidak penting untuk keperluan transfusi darah, karena tidak ada bahaya
penggumpalan darah.
3. Golongan Darah Sistem Rhesus (Rh)
K. Landsteiner dan A.S. Wiener dalam tahun 1940 menemukan
antigen baru lagi, yang dinamakan faktor Rh (singakatan dari kata Rhesus,
ialah sejenis kera di india yang dulu banyak dipakai untuk penyelidikan
darah orang). Kedua ahli itu telah menyuntikkan sel-sel darah merah dari
kera Rhesus ke dalam tubuh kelinci dan marmot. Kelinci dan marmot ini
membentuk zat anti yang menyebabkan sel-sel darah merah dari kera
Rhesus itu menggumpal. KUTIPAN
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum Fisiologi Hewan tentang Uji Golongan Darah
dengan Sistem ABO. Dilaksanakan pada Senin, 28 November 2016 pukul
13.20-15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Biologi Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Uji Golongan
Darah dengan Sistem ABO, Yaitu :
1. Alat
a. Blood Lancet Steril
b. Kapas
c. Alkohol
d. Tusuk gigi beberapa batang
2. Bahan
a. Serum anti A
b. Serum anti B
c. Serum anti AB
d. Serum anti D
e. Kapiler darah atau vena

C. Cara Kerja
Adapun cara kerja yang digunakan pada praktikum Uji Golongan
Darah dengan Sistem ABO, yaitu:
1. Cuci tangan anda sampai bersih, sambil segumpal kapas dengan pinset,
celupkan ke dalam alkohol dan gosokkan pada ujung, jari manis anda
(tangan kanan atau tangan kiri), biarkan alkohol mengering.
2. Tusukkan bagian tersebut dengan menggunakan lanset yang telah
disterilkan.
3. Tempatkan setetes kecil darah di bagian tengah kartu golongan darah
(hal ini dapat dilakukan dengan menyentuhkan kartu golongan darah
tersebut pada jari yang ditusuk). Tutuplah bekas tusukan dengan kapas
yang telah dicelupkan ke dalam alkohol (tahan kapas dengan ibu jari
tangan yang sama selama 5 menit).
4. Letakkan setetes anti A pada titik darah di belahan A kartu golongan darah.
Aduklah serum dan tetesan darah tersebut dengan menggunakan tusuk gigi
sedemikian rupa sehingga membentuk luasan sekecil mungkin. Letakan
setetes seum anti B pada titik darah di belahan B kartu golongan darah,
gunakan tusuk gigi yang kedua untuk mencampurkan darah dan serum.
5. Bandingkan bahan setiap belahan gelas objek dengan gambar yang terasedia
yang diperhatikan kedua macam reaksi, yaitu terjadi penggupalan atau tidak.
Pengamatan dilakukan dengan mata telanjang.
Kok dak sejajar ta ?
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Adapun hasil yang didapat pada praktikum Uji Golongan Darah dengan
Sistem ABO, yaitu:
Tabel 1. Pengamatan Golongan Darah
Nim Nama Golongan Rhesus
14222121 Novita Sari B +
14222123 Nur Rahma Awaliyah O +
14222124 Nurlaeli O +
14222125 Nurul Mursidah B +
14222126 Oktafitria Wati B +
14222127 Oktapia Permata Sari A +
14222128 Okvita Sugiarti A +
14222129 Puja Tiara A +
14222130 Putri Cahyaningrum A +
14222131 Putri Wardhani Agustin O +
14222132 Putri Zahrah A +
14222133 Raden Wijaya Kusuma AB +
14222134 Rani Rastika Dewi B +
14222135 Rania Medini B +
14222136 Roudhatus Saadah B +
14222137 Renvil Anggraini
14222138 Resti Wulandari B +
14222139 Rhea Ulima Caesaria B +
14222140 Ria Aryani O +
14222142 Ria Pranita AB +
14222143 Ria Pusparini A +
14222144 Ria Rahmawati A +
14222145 Rika Damayanti B +
14222146 Rika Sepriyanti B +
14222147 Rima Melina Sari B +
14222148 Ririn Anggraini A +
14222149 Riska Safitri O +
14222150 Riska Sari B +
14222151 Ristarina A +
14222153 Rizki Suhertini AB +
14222154 Rizky Nur Ardiansyah A +
14222155 Robiatun O +
14222156 Rolla Efhita O +
14222157 Rusina O +
14222158 Ruslan Abdul Ghoni AB +
14222159 Sahdan O +
14222160 Sekar Kinanti B +

B. Pembahasan
Adapun hasil yang telah didapat pada praktikum Uji golongan Darah
dengan Sistem ABO, yaitu:
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih serius dalam melakukan praktikum agar dapat
mengetahui golongan darah yang tepat dari hasil pengujian yang dilakukan.
Hal ini terkait dengan kemampuan para praktikan melihat proses aglutinasi
yang terjadi melalui mata telanjang sehingga dapat menentukan golongan
darah. Selain itu juga para praktikan diharapkan membaca terlebih dahulu
sebelum praktikum dimulai agar paham mengenai cara menentukan golongan
darah, tujuannya agar tidak salah mendiagnosis golongan darah seseorang.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat. 2009. PERANCANGAN PEMBACA GOLONGAN DARAH DAN


RHESUS MEMANFAATKAN LED DAN LDR. http://
pada tanggal: 18 November 2016. Pukul: 14.00.

Mardiastutik, Wiwik, E. 2010. Mengenal Tubuh Manusia. Bekasi: Mitra Utama.

Sutatmi. 2013.Genetika.Yogyakarta:Gajah Mada University Press.

Swastini, D. A, dkk. 2016. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH DAN RHESUS


PELAJAR KELAS 5 DAN 6 SEKOLAH DASAR DI DESA TARO
KECATAMAN TEGALLALANG GIANYAR. http:// pada
tanggal: 18 November 2016, pukul: 14.30.

Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Rapikan lagi yaaaa...


LAMPIRAN FOTO

Gambar 1. Serum anti-A berwarna biru

Gambar 2. Serum anti- AB berwarna putih

Gambar 3. Serum anti- B berwarna kuning


Gambar 4. Serum anti rhesus

Gambar 5. Blood lancet

Gambar 6. Kapas
Gambar 7. Alkohol

Gambar 8. Golongan darah oktapia

Gambar 9. Golongan darah rolla


Buat seperti contoh dibawah ini yaa...

Anda mungkin juga menyukai