BAB I Hukling
BAB I Hukling
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui keterkaitan antara
hukum dan kebijakan lingkungan dengan kasus perusakan hutan lindung oleh PT. INCO
ini.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah ini mengenai pembahasan materi hokum dan kebijakan
lingkungan yang diterapkan pada kasus PT. INCO di Provinsi Sulawesi Selatan yang
memiliki beberapa dampak lingkungan yang merugikan baik bagi masyarakat sekitar
maupun lingkungan itu sendiri.
BAB II
PERATURAN PERUNDANGAN
BERDIRINYA PT INCO
2.1 TINJAUAN HUKUM
4. Protocol Kyoto.
Berdasarkan Artikel 2 ayat 3 Protokol Kyoto berbunyi :
The parties included in annex I shall strive to implement policies an measures under
this article in such a way to minimize adverse effects, including the adverse effects of
climate change, effects on international trade, and social, environmental and
economics impacts on other parties, especially developing country parties and in
particular those identified in Article 4
Setiap negara-negara yang telah meratifikasi Protokol Kyoto berkewajiban untuk
mengurangi pemanasan global diantaranya juga yang berkaitan dengan akibat kepada
lingkungan, sosial, dan ekonomi.
BAB III
PEMBAHASAN
Kegiatan pertambangan yang dilakukan PT INCO ini mengancam lingkungan
hidup disekitar kawasan pertambangan. Misalnya saja perusakan hutan di kawasan
proyek pembangunan PLTA milik PT INCO di aliran Sungai Larona, Desa Karebbe,
Luwu Timur, yang juga merupakan kawasan hutan lindung. Akibat aktivitas PT INCO
tersebut, kelestarian flora dan fauna di kawasan itu menjadi terancam. Hutan yang gundul
tentu akan berdampak pada terjadinya bencana. Jika hujan turun dengan deras, kawasan
tersebut terancam banjir dan longsor, yang akan menjadi ancaman serius bagi penduduk
yang berada di dataran rendah.
Gambar PT INCO
3.2 Analisis Kegiatan Pertambangan PT INCO Dari Sisi Instrumen HAM Nasional
Pasal 33 UUD 1945 ini menjamin hak ekonomi dan sosial warga pemerintah
Indonesia, berdasarkan pasal ini maka kegiatan pertambangan harus dikuasai oleh
pemerintah, walaupun dalam kondisi saat ini pertambangan di bumi Indonesia sebagian
besar dikuasai oleh asing. Dengan dikuasainya sektor pertambangan oleh pihak asing
Indonesia menjadi sangat dirugikan, keuntungan yang didapat sangat kecil dibandingkan
dengan kerusakan alam serta pelanggaran terhadap hak-hak ekonomi, sosial, budaya
masyarakat.
Berdasarkan Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 bahwa bumi, air, dan kekayaan
alam lainnya dikuasai oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya demi
kemakmuran masyarakat. Masuknya investasi asing dibidang tambang menyebabkan
kekuatan Indonesia dalam mengolah kekayaan alamnya melemah. Undang-undang
penanaman modal asing dan UU No. 11 Tahun 1967 Tentang Pertambangan, yang
semakin mengukuhkan jalan bagi investasi asing di bidang mineral. Akibat dari lahirnya
dua kebijakan tersebut adalah dimulainya sistem kontrak dalam eksploitasi mineral, yang
mengakibatkan pemerintah dan perusahaan berada dalam kedudukan yang sama sebagai
para pihak pembuat kontrak. Dengan kedudukan seperti ini sesungguhnya pemerintah
telah kehilangan kekuasaan untuk mengawasi operasi perusahaan tambang di Indonesia.
BAB IV
REKOMENDASI
Hambatan utama pemajuan dan realisasi hak ekosob setidaknya datang dari dua aspek,
pertama, pressure untuk menciptakan suatu lingkungan yang kondusif bagi pasar dan investasi (
market friendly policy), kedua, pada saat yang sama, pemerintah meskipun memiliki sumberdaya
alam yang memadai untuk mencapai pemenuhan minimum hak ekosob, tidak didukung oleh
infrastruktur yang memadai, termasuk, birokrasi dan lembaga pemerintah yang efisien.
Diawali dari re-regulasi bidang investasi dengan mengurangi daftar negatif investasi di
tahun 2000 (Keppres 96/2000 tentang bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka
dengan syarat tertentu bagi penanaman modal), diikuti dengan pengaturan sumberdaya seperti
air, listrik, migas, kehutanan, dan perkebunan, sampai sektor-sektor financial seperti investasi,
dan ketenagakerjaan. (INFID; 2007) Dalam program Millenium Development Goals, minimum
core content yang merujuk kepada komponen hak yang harus segera dipenuhi oleh pemerintah
setelah menjadi pemerintah pihak dari kovenan. Dalam klasifikasi ini misalnya kewajiban untuk
menghapuskan praktek diskriminasi, pemenuhan fasilitas kesehatan dasar, dan pendidikan dasar.
Sumber :
http://alkisahku.blogspot.com
http://jaringanskripsi.wordpress.com
http://kalifhunpad.wordpress.com