Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH SEMINAR PROSTODONSIA

TATALAKSANA MAHKOTA TIRUAN PASAK


DENGAN PASAK FIBER

Disusun oleh:
Farah Diba
Dina Hoppy
Lilis Jamilah

Pembimbing: drg. Saraventi, Sp. Pros

DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA 2014

1
BAB 1
PENDAHULUAN

Gigi pasca perawatan saluran akar mempunyai karakteristik tersendiri


karena terjadi perubahan fisik dan hilangnya sebagian besar struktur pada gigi
tersebut. Jaringan terkalsifikasi pada gigi tersebut memiliki kelembaban lebih
rendah bila dibandingkan dengan gigi vital. Selain itu terdapat perubahan struktur
matriks organik dentin dengan tingginya jumlah kolagen immature. Penurunan
kelembaban dan perubahan struktur kolagen ini menyebabkan gigi pasca
perawatan saluran akar menjadi lebih rapuh dan mudah fraktur.1
Dalam mengatasi berbagai kelemahan yang terjadi pada gigi tersebut,
maka dibutuhkan suatu restorasi pasca perawatan saluran akar yang adekuat
dalam melindungi sisa jaringan gigi terhadap fraktur dan mempunyai kerapatan
(seal) yang baik. Apabila salah satu persyaratan tidak dipenuhi dapat
menyebabkan lepasnya restorasi atau terjadinya fraktur pada gigi atau restorasi
sehingga perawatan menjadi gagal.
Gigi posterior menerima beban kunyah lebih besar dibandingkan dengan
gigi anterior, karena itu pertimbangan dalam pemilihan restorasi pasca perawatan
saluran akar juga berbeda. Beberapa pilihan restorasi yang sering digunakan pada
gigi posterior yang telah dirawat endodontik yaitu berupa onlay logam tuang,
komposit high strength, mahkota tiruan pasak. Faktor yang paling utama dalam
menentukan pilihan restorasi tersebut adalah banyaknya jaringan gigi sehat yang
tersisa.2
Restorasi pasca endodontik pada gigi premolar atas dan bawah sebaiknya
berupa restorasi yang memberikan perlindungan pada semua cusp dengan tujuan
untuk melindungi sisa jaringan gigi yang ada saat beroklusi dan artikulasi. Gaya
lateral eksursive pada gigi premolar bisa menyebabkan fraktur akar vertikal.
Restorasi pasca endodontik pada gigi premolar satu bawah memungkinkan untuk
direstorasi sama seperti gigi anterior; karena bentuknya yang hampir menyerupai
bentuk gigi caninus, dimana cusp lingual gigi tersebut tidak terkena oleh gaya gesek
(shearing forces). 3
Restorasi onlay melindungi gigi dari fraktur dengan adanya kontrabevel
dari margin cusp yang menyediakan locking mekanikal, begitupun juga dengan

2
intrabevel pada onlay yang berguna untuk mengurangi ekspansi dari metalnya.
Mahkota tiruan pasak, menjadi pilihan jika restorasi yang lain tidak memiliki
retensi yang cukup untuk menggantikan struktur gigi yang hilang. Selain itu
keputusan tentang penggunaan pasak dibuat berdasarkan struktur koronal gigi
yang tersisa , fungsional gigi , dan evaluasi dari tekanan-tekanan yang bekerja pada
gigi.3
Penguunan pasak bertujuan untuk menambah retensi restorasi dan
meneruskan tekanan yang diterima gigi merata ke sepanjang akar. Secara umum
pasak dibedakan menjadi pasak metal tuang (custom cast post) dan pasak sedian
(prefabricated post). Keuntungan menggunakan prefabricated post dibandingkan
dengan custom cast post yaitu prosedur kerja yang lebih cepat, lebih mudah, kuat
dan retentif akan tetapi penggunaannya sangat selektif karena harus menyesuaikan
bentuk pasak dengan saluran akar.1
Prefabricated post dapat terbuat dari bahan logam (metal) dan non-
metal.1 Sebelumnya, pasak yang sering digunakan adalah custom cast post
dan prefabricated post yang berbahan logam yang ditempatkan dengan cara
disementasi dengan semen luting. Kedua jenis pasak yang berasal dari
material logam tersebut kurang memperkuat struktur gigi yang akan
direstorasi karena hanya mengandalkan retensi mekanis yang diperkuat oleh
semen luting saja. Pasak tersebut juga seringkali mengakibatkan tegangan
(stress) pada akar gigi. kekuatan fisik dan rigiditas yang tinggi dari pasak
logam akan mendistribusikan gaya lateral tanpa distorsi ke jaringan dentin
yang lebih lunak sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya fraktur. 4
Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran gigi, memungkinkan
banyaknya pilihan sistem pasak yang digunakan untuk merestorasi gigi pasca
perawatan saluran akar yang lebih baik, aman dan bernilai estetik. Salah satu
prefabricated post yang umum digunakan saat ini adalah pasak fiber. Pasak fiber
memiliki modulus elastisitas yang menyerupai dentin sehingga dapat memperkuat
struktur gigi, perkembangan pasak fiber saat ini juga dapat memberikan estetik
yang lebih baik. Pasak fiber melekat secara pasif ke dalam saluran akar dan
mendapatkan retensi dari lutting cement.4
Dalam makalah ini, penulis ingin memaparkan mengenai penggunaan
pasak fiber dalam pembuatan mahkota tiruan pasak pada gigi posterior, selain itu

3
akan dibahas mengenai pertimbangan apa saja yang dapat menentukan
keberhasilan suatu restorasi mahkota tiruan pasak pada gigi posterior.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi gigi restorasi pasca endo1


Jaringan terkalsifikasi pada gigi non vital memiliki kelembaban 9% lebih rendah
bila dibandingkan dengan gigi vital. Selain itu terdapat perubahan struktur matriks
organik dentin pada gigi non vital dengan tingginya jumlah kolagen immature,
tetapi sebaliknya jumlah kolagen mature yang rendah. Penurunan kelembaban dan
perubahan struktur kolagen ini menyebabkan gigi non vital menjadi lebih rapuh
dan mudah fraktur. Perubahan dan hilangnya sebagian besar struktur pada gigi
yang telah dirawat saluran akar menyebabkan gigi tersebut tidak dapat
memberikan dukungan yang baik bagi restorasi gigi tiruan cekat. Oleh karena itu
diperlukan dukungan tambahan berupa pasak dan inti

2.2 Pemilihan restorasi gigi pasca endo pada gigi posterior1,5,6


Gigi posterior menerima beban kunyah lebih besar dibandingkan dengan gigi
anterior, karena itu pertimbangan dalam pemilihan restorasi juga berbeda. Faktor
yang paling utama dalam menentukan restorasi adalah banyaknya jaringan gigi
sehat yang tersisa. Gigi yang tidak berisiko fraktur dan memiliki sisa jaringan
cukup banyak diindikasikan menggunakan restorasi sederhana. Kavitas yang tidak
meliputi proksimal dapat direstorasi dengan komposit high strength untuk gigi
posterior, seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Restorasi Direk Komposit setelah Perawatan Endodontik


a. Sebelum gigi direstorasi
b. Setelah gigi direstorasi dengan komposit resin

5
restorasi pasca PSA pada gigi posterior juga bisa berupa onlay logam cor, mahkota
tiruan penuh dan mahkota tiruan pasak. Restorasi ini melindungi gigi dengan baik,
walaupun membutuhkan pembuangan jaringan dan biayanya cukup besar.

Gambar 2. Restorasi Onlay Logam Cor


a. Sebelum gigi direstorasi
b. Setelah gigi direstorasi dengan onlay logam cor

Gambar 3. Restorasi Mahkota Porselen


a. Gigi sebelum direstorasi
b. Gigi setelah direstorasi dengan mahkota porselen

Gigi posterior selalu membutuhkan perlindungan koronal karena beban kunyahnya


yang besar. Premolar lebih rentan terhadap fraktur dibandingkan dengan gigi molar
dan harus direstorasi minimal dengan onlay pada kedua tonjol.

6
Gambar 4. Restorasi Onlay Indirek pada Gigi Premolar

Gigi posterior secara umum tidak menggunakan mahkota pasak sebagai


restorasi. Mahkota pasak, menjadi pilihan jika restorasi yang lain tidak memiliki
retensi yang cukup untuk menggantikan struktur gigi yang hilang. Restorasi onlay
tidak menjadi pilihan apabila dinding bukal dan lingual yang tersisa di gigi tidak
cukup tebal untuk dilakukan kontrabevel dan intrabevel sehingga tidak cukup
memberikan retensi dan resistensi untuk pembuatan onlay. Tujuan pemasangan
pasak adalah untuk mendapatkan retensi tambahan yang berasal dari retensi
intradikular karena retensi di mahkota tidak mencukupi.

Gambar 5. Restorasi Mahkota Tiruan Pasak

2.3 Custom Cast Post dan Prefabricated Post 5,7,8


Berdasarkan teknik pembuatan, pasak (post) dibedakan menjadi custom cast dan
prefabricated post. Custom cast post merupakan pasak buatan sendiri yang dibuat
berdasarkan hasil dari pencetakan saluran akar. Indikasinya adalah saluran akar yang
berbentuk elips/lonjong, oval, dan saluran akar yang flared. Pada gigi dengan penampang

7
saluran akar bulat/sirkular dibuatkan retensi berupa kunci / groove pada salah satu
dinding saluran akar yang tebal.
Prefabricated post merupakan pasak siap pakai yang diproduksi oleh pabrik, umunya
terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk, dapat terbuat dari bahan logam dan nonlogam.
Bahan logam antara lain platinum-gold-palladium, stainless steel, titanium, brass, dan
chromium-containing alloy. Sedangkan bahan nonlogam antara lain carbon fiber,
ceramic, glass fiber, dan woven fiber. Pasak ini tidak diindikasikan untuk saluran akar
yang terlalu flared.

Keuntungan pasak metal tuang :


Dapat dibuat sesuai dengan bentuk preparasi saluran akar
Penampang saluran akar dapat dibuat lonjong untuk mencegah terjadinya
rotasi dari pasak
Kerugian pasak metal tuang :
Kesalahan penuangan dapat menyebabkan porus sehingga rapuh dan mudah
patah
Waktu pembuatan pasak lebih lama

Keuntungan pasak sedian :


Retensi intra radikular lebih besar terutama pasak berulir
Dapat dibuat dari material logam sehingga tidak mungkin terjadi kelemahan-
kelemahan bahan seperti pada pasak metal tuang akibat kesalahan penuangan
Pelebaran saluran akar dapat dikurangi dengan memilih diameter pasak yang
sedikit lebih kecil, dengan demikian lebih banyak jaringan dentin
dipertahankan
Prosedur kerja lebih cepat
Kerugian pasak sedian :
Penampang pasak hanya berbentuk bulat, sehingga memungkinkan terjadinya
rotasi pasak
Pasak yang berulir dapat membelah akar jika diputar terlalu kencang.

2.4 Pasak Prefabricated


Material Bentuk Permukaan Pembuatan
Metal Tapered Halus Sediaan

8
silindris Sandblasted Metal
Cylindrical- Gerigi tuang
conical (Serrated) Solid
Textured Split shank
Ulir (Threaded)
Keramik Tapered
silindris
Material Bentuk Fiber Matriks Adhesi
Fiber silindris Carbon fiber Matriks Epoxy Tidak
Tapered Quartz fiber Matriks Epoxy Tidak

Stepped Glass fiber Matriks Akrilik Ya


Moldable

Tabel 1. Klasifikasi Pasak

Dari segi material, post (pasak) dibedakan menjadi metal, keramik dan
fiber. Pasak metal memililiki modulus elastisitas dan rigiditas yang tinggi sehingga dapat
mengurangi resistensi akar terhadap fraktur saat terdapat tekanan oklusal. Di samping itu,
kekurangan lain adalah sifat korosi pada metal. Prefabricated metal posts terbuat dari
bahan platinum-gold-palladium, brass, nickel-chromium (stainless steel), pure titanium,
titanium alloys, dan chromium alloys. Pasak dengan material keramik terbuat dari
zirconium oxide. Material lainnya untuk pembuatan pasak yaitu dari fiber.7

Gambar 6 . A pasak dan inti dari metal tuang, B. pasak metal dari bahan Titanium
dan alloy, C. Pasak zirconia, D. pasak fiber : 1 & 2. Pasak zirconia, 3&4 pasak
glass fiber, 5&6 pasak quartz fiber, 7 pasak carbon fiber 3

9
Berdasarkan bentuknya pasak dibedakan menjadi 2 yaitu Parallel (silindris)
dan tapered. Pasak dengan bentuk parallel mempunyai bentuk yang sejajar dari
bagian servikal ke apikal, sedangkan pasak dengan bentuk tapered memiliki
bentuk yang menyempit pada apikal.7
Pasak dengan bentuk tapered membutuhkan pengurangan dentin yang
lebih sedikit, karena kebanyakan akar berbentuk tapered dan pasak ini terutama
lebih diindikasikan untuk digunakan pada gigi dengan akar sempit dan morfologi
yang kompleks. Pasak dengan bentuk parallel lebih retentif dibandingkan pasak
berbetntuk tapered, selain itu pasak dengan bentuk parallel memberikan tekanan
yang dikonsentrasikan pada akar lebih kecil karena berkurang wedging effect,
akibatnya jenis pasak ini menyebabkan lebih sedikit fraktur akar dibandingkan
pasak tapered. Beberapa praktisi merekomendasikan pasak dengan bentuk parallel
pada bagian koronal dan pada bagian apikal berbentuk tapered (conus), pasak ini
disebut dengan desain cylindrical-conical.9
Indikasi penggunaan pasak parallel (silindris) adalah pada saluran akar
palatal gigi molar maksila, saluran akar distal gigi molar mandibula, gigi caninus
(maksila dan mandibula), dan gigi insisif sentral maksila. Sedangkan indikasi
penggunaan pasak tapered adalah pada saluran akar mesio bukal/mesio lingual
gigi molar mandibula, saluran akar mesio bukal/disto bukal gigi molar maksila,
gigi insisif lateral maksila, dan gigi premolar mandibula.6
Berdasarkan tekstur permukaannya, pasak dibedakan menjadi smooth, serrated dan
threaded (screw). Tekstur permukaan pasak juga menentukan mekanisme hubungan
retensi pasak yang ditempatkan dengan permukaan akar pada gigi. Hubungan retensi
pasak dengan dinding dalam saluran akar dibedakan menjadi aktif dan pasif. 7
Pasak yang bersifat pasif hanya diletakkan secara pasif dalam saluran akar
yang berkontak rapat di dinding saluran akar dan mengandalkan retensi utama dari
lutting cement. Contoh pasak pasif yang umum ditemukan adalah Parapost dan
pasak metal cast. Sedangkan pasak yang bersifat aktif, retensi didapat secara
langsung dari dentin akar dengan penggunaan thread(ulir) pada permukaan pasak
nya. Contoh pasak aktif yang tersedia di pasaran adalah Dentatus Screw dan Kurer
12
anchor post. Pasak yang memiliki ulir lebih retentif dibandingkan pasak yang
disementasikan, tetapi pasak ulir akan menghasilkan tekanan yang berlebih pada gigi. 7

10
Gambar 7. (kiri-kanan) 3 tapered smooth, 2 tapered serrated, 2 parallel smooth, 2
parallel serrated, 1 tapered threaded, 1 parallel threaded

2.5 Perkembangan Pasak Fiber


Penggunaan logam paduan untuk pembuatan pasak dan inti umum
dilakukan di masa yang lalu, karena bahan ini memiliki struktur fisik yang baik
dan dapat dicor dengan akurat. Tetapi sistem ini memiliki berbagai kelemahan,
antara lain biokompatibilitas dari bahan logam tertentu yang kurang baik dan
sulitnya melepas pasak logam dari saluran akar. Selain itu penggunaan pasak ini
dapat mengganggu estetik dari restorasi yang akan dipasang. Kegagalan yang
umum ditemukan pada penggunaan pasak ini adalah hilangnya retensi, fraktur
akar, dan fraktur pasak.2

Gambar 8. efek pemakaian pasak berbahan metal, terdapat zona abu (grayzone) di
gingiva, karena pasak metal memblokir cahaya incidental secara keseluruhan.

Banyaknya kelemahan yang dimiliki pasak logam bersamaan dengan


perkembangan teknologi keramik dan polimer dalam bidang kedokteran gigi,
maka penggunaan pasak dan inti logam semakin ditinggalkan. Sebaliknya saat ini
penelitian dan pengembangan pasak dan inti non logam semakin ditingkatkan.

11
Bahan pasak non logam secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem pasak fiber
reinforced dan sistem pasak keramik.
Material fiber reinforced composite telah digunakan secara luas pada
berbagai bidang di luar bidang kedokteran gigi. Beberapa tipe pasak dari bahan
fiber yang telah dikombinasikan dengan sistem adhesif modern dari resin komposit
digunakan di bidang kedokteran gigi sebagai alternatif dari penggunaan pasak metal
tuang (custom cast metal post). Hal ini dikarenakan pasak fiber mempunyai modulus
elastisitas yang menyerupai dentin dan lebih estetis dibandingkan dengan pasak
metal.4
Pasak fiber berikatan dengan dentin intraradikular melalui sistem adhesif,
sehingga dapat membangun struktur yang lebih kompleks dengan dentin. Material
ini memiliki kekuatan yang baik, bebas korosi, dan mudah untuk diperbaiki.
Selain itu, penggunaan pasak fiber tidak memerlukan proses laboratorium, sehingga
dapat mempersingkat waktu kunjungan klinis. Restorasi adhesif menyebabkan dokter
dapat membuat preparasi yang minimal, sehingga dapat mempertahankan struktur
gigi, selain itu karena keinginan pasien akan restorasi yang estetis. Akan tetapi dalam
penggunanya pasak fiber ini masih memerlukan pembuangan undercut untuk dapat
mengadaptasikan kedalam saluran akar. 10
Pasak fiber merupakan pasak buatan pabrik yang mengandung bahan resin
dan fiber reinforced. Sistem pasak fiber reinforced terdiri dari fiber yang
disatukan dengan matriks polimer, umumya epoxy polymer. Fungsi fiber
reinforced adalah memberikan kekuatan dan kekerasan sekeliling matriks resin.
Fiber disusun dalam berbagai bentuk seperti berbentuk batang, anyaman atau pita
dengan diameter 7-10 m. Penambahan fiber kedalam polimer dapat
meningkatkan dan mengoptimalkan sifat bahan polimer. Kekuatan bahan polimer
dapat ditingkatkan dengan menambahkan fiber reinforced yang sesuai.
Kemampuan penguatan fiber reinforced tergantung kepada kepadatan fiber
reinforced, ikatannya dengan resin, dan peresapan antara serat penguat dengan
resin.11
Penggunaan fiber reinforced komposit menjadi populer dalam beberapa tahun
belakangan ini. Jenis fiber reinforced yang digunakan untuk memperkuat resin
komposit tergantung kepada cara penggunaan dan tujuan dari penggunaan fiber
tersebut. Jenis pasak fiber prefabricated dapat dibagi sesuai dengan fiber yang

12
dikandungnya untuk memperkuat komposit antara lain adalah pasak carbon fiber,
quartz, dan glass fiber.12

a. Carbon fiber 6,13


Pasak fiber pertama dibuat dari material carbon fibers yang merupakan
generasi pertama dari pasak bebas logam. Ruyter pada tahun 1986, mengakui
kekuatan yang rendah dari bahan resin untuk menahan tekanan oklusal yang
mempelajari polimetakrilat yang diperkuat carbon fiber. Penemuan ini menyatakan
bahwa penambahan carbon fiber kedalam resin secara nyata menambah ketahanan
fraktur dan modulus elastisitas bahan resin.
Penambahan kekuatan resin ini memungkinkan penggunaannya pada restorasi
pasak dalam perawatan endodonti. Pasak carbon fiber berwarna hitam dan opak
(gambar 6), dengan kekakuan yang sama dengan dentin. Pasak ini memiliki kekuatan
yangg lebih tinggi dari pada pasak fiber yang lain dan mudah dalam perbaikannya.
Salah satu kekurangan pasak carbon fiber ini adalah kurang estetis. Carbon fiber
yang biasa digunakan adalah berbentuk anyaman (gambar 7).

Gambar 9. Pasak Carbon Fiber Reinforced

13
Gambar 10. Gambaran mikroskop electron pasak carbon berbentuk anyaman

Pasak carbon fiber Composipost diproduksi secara komersial pada tahun


1990 di Eropa. Akan tetapi composipost ini memiliki warna yang gelap, sehingga
tidak ideal apabila digunakan dengan restorasi all ceramic. Untuk mengatasi hal
ini maka produsen mulai mengganti carbon fibers dengan glass fibers.14

b. Glass fiber
Glass fiber merupakan tipe fiber reinforced yang paling sering digunakan untuk
memperkuat resin komposit. Glass fiber sangat biokompatibel, tidak mudah korosi,
dan mudah diperbaiki, serat ini juga mempunyai keunggulan penampilan yang sangat
estetis. Pasak glass fiber akan meningkatkan kekuatan mekanis dari resin komposit.
Pasak ini berwana putih, bersifat translusen dan opak, dan mempunyai kekakuan yang
sama dengan dentin. Translusensi pada pasak ini juga membolehkan cahayatransmisi
seperti pada pasak quartz (Gambar 8). Glass fiber lebih unggul bila dibandingkan
dengan penguat dari metal dalam hal estetis dan perlekatannya ke matriks resin.
Disamping itu glass fiber mudah mencapai pembasahan yang sempurna sehingga
lebih mampu menahan tekanan pengunyahan. 11, 12

14
Gambar 11. Pasak berbahan glass fiber

Bahan glass fiber tersedia dalam bentuk yang berbeda. Bentuk fiber
reinforced mempunyai pengaruh yang nyata baik terhadap sifat mekanik maupun
kemudahan penggunaannya. Glass fiber berbentuk anyaman mudah digunakan karena
sifatnya yang mudah dibentuk sehingga menjadi pilihan yang tepat untuk
dilingkarkanpada gigi. Glass fiber berbentuk batang mempunyai daya lentur yang
tinggi dan keras sehingga serat ini merupakan pilihan yang tepat untuk daerah yang
menerima tekanan pengunyahan yang tinggi (gambar 9). 13

Gambar 12. Scanning elektron mikrograf arsitektur fiber, A.Woven polyethylene


fiber ,B. Braided glass fiber, C. Woven glass fiber, (dalam dua arah), D. Glass
fiber satu arah

Pasak glass fibers umumnya terbuat dari tipe glass seperti E-glass (SiO2,
CaO, B2O3, Al2O3, dan oksida alkali metal) dan S-glass atau high-strength glass.
Setelah penggantian material carbon fibers dengan glass fibers selanjutnya
material pasak fiber lainnya seperti silica/quartz fiber post juga dikembangkan.

15
c. Quartz/ silica fiber
Generasi pertama silica-fiber post adalah pasak Aesthetipost. Inti dari pasak
ini berupa carbon fiber bundles dan bagian tepinya merupakan quartz fibers yang
disusun secara longitudinal. Pada pengembangan selanjutnya, pada tahun 1998
dipasarkan pasak Aesthetiplus yang secara keseluruhan tersusun atas quartz fiber
dalam matriks resin. Pengembangan pasak quartz fibers selanjutnya adalah
Lightpost pada tahun 1999. Pasak ini tersusun atas translucent quartz fibers yang
memungkinkan transmisi cahaya untuk membantu polimerisasi adhesive lute yang
diletakkan dalam saluran akar sepanjang pasak (Gambar 10). 4
Pasak yang menggunakan bahan fiber ini memiliki beberapa keuntungan karena
warnanya lebih estetis jika dibandingkan dengan carbon fiber karena pasak ini
berwarna putih, bersifat translusen dan opak. Pasak berbahan fiber ini lebih kuat
daripada pasak berbahan glass fiber. Translusensi pasak ini menyalurkan cahaya
transmisi.14

Gambar 13. Carbon fiber post, quartz fiber post (DT Light-Post dan Luscent Anchor
Post),dan opaque fiber post5 (Kanan); Glass Fiber (Kiri)

Pasak fiber translusen saat ini penggunaannya semakin meningkat karena


beberapa kelebihan yang dimilikinya, yaitu memiliki kekuatan yang cukup baik,
modulus elastisitas yang mendekati dentin, bebas korosi, mudah diperbaiki, dan
memberikan hasil yang baik pada restorasi dengan kebutuhan estetik tinggi seperti
all ceramic. Pasak fiber translusen ini tidak terlihat menembus restorasi estetik
seperti all ceramic apabila dibandingkan dengan pasak logam dan carbon fibers.
Pasak keramik juga memberikan hasil estetik yang baik, serta lebih kuat dan kaku
dibandingkan pasak fiber, tetapi pasak ini lebih sulit untuk melekat dengan

16
dinding saluran akar, bersifat rapuh, dan memiliki modulus elastisitas yang
tinggi.4
Kekuatan fisik pasak fiber lebih rendah apabila dibandingkan pasak
logam. Tetapi kekuatan fisik dan rigiditas yang tinggi dari pasak logam akan
mendistribusikan gaya lateral tanpa distorsi ke jaringan dentin yang lebih lunak
sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya fraktur. Kelebihan pasak fiber
yang lain adalah memiliki modulus elastisitas yang lebih rendah dari pasak logam
yaitu berkisar antara 1- 4x106 psi, dan mendekati modulus elastisitas dentin
sebesar 2x106 psi. Modulus elastisitas yang mendekati dentin ini dapat
mengurangi insidensi terjadinya fraktur akar. 4, 15

2.6 Sementasi Pasak Fiber 4, 12, 16


Selain bentuk, ukuran, dan desain dari pasak, retensi dari pasak juga
dipengaruhi oleh semen luting, interaksi antara post-core, post-cement dan dentin-
cement interface. Semen resin direkomendasikan sebagai semen luting pada pasak
fiber reinforced composite (FRC). Hal ini dikarenakan semen resin memiliki daya
tahan terhadap fraktur yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan semen yang
lainnya. Komposisi resin-based cements hampir menyerupai resin-based composite
filling materials (matriks resin dengan inorganic fillers). Monomer yang tergabung di
dalam semen resin digunakan untuk meningkatkan perlekatan ke dentin.
Polimerisasi dapat dicapai dengan conventional peroxide-amine induction
system (self cure, autopolymerizble) atau dengan light cure . Beberapa sistem
menggunakan kedua mekanisme dan disebut sistem dual-cure. Dual cure dapat
meningkatkan derajat konversi dari semen, sifat mekanis semen seperti modulus
elastisitas semen dapat diperbaiki (Giachetti et al 2004).
Mekanisme yang terpenting dari sistem adhesi pada post cementation adalah
mekanisme adhesi (interlocking), chemical adhesi, dan interdiffusion. Mekanisme
adhesi bergantung pada interlocking dari adhesif ke permukaan substrat. Chemical
adhesi berdasarkan ikatan kovalen atau ionik yang menghasilkan sistem perlekatan
yang kuat. Perlekatan interdiffusion didasarkan pada difusi dari molekul polimer pada
suatu permukaan ke permukaan yang lainnya. Mekanisme ini digunakan ketika
perlekatan antara pasak dengan dentin saluran akar.

17
Pasak fiber reinforced composite berikatan dengan dentin saluran akar dengan
menggunakan semen luting resin. Dentin saluran akar di etsa terlebih dahulu,
sehingga akan menghasilkan adhesi yang lebih kuat. Hal ini disebabkan karena proses
pengetsaan menyebabkan tubulus dentin terbuka dan kolagen fiber akan terekspos
sehingga bahan bonding akan berpolimerisasi dengan tubulus dentin, sehingga hal
tersebut menghasilkan ikatan yang kuat.
Sementasi pasak fiber ke dalam saluran akar merupakan tahap yang paling
penting, kegagalan ada tahap ini dapat menyebabkan hilangnya retensi dan
terjadinya kebocoran. Pada saat sementasi harus didapatkan dentinal seal yang
baik untuk mencegah invasi bakteri, karies sekunder, kegagalan sementasi, dan
fraktur akar. Sementasi pasak fiber umumnya dilakukan menggunakan sistem
adhesif total etch dan self etch.
Luting system dalam sementasi pasak fiber umumnya sama dengan teknik
yang digunakan pada restorasi indirek. Ikatan dengan dentin pada dalam
sementasi pasak fiber diperoleh melalui dua sistem adhesif total etch (etch and
rinse) atau self etch. Sistem adhesif total etch memerlukan aplikasi bahan larutan
etsa dilanjutkan dengan pembilasan dan pengeringan untuk berikatan dengan
optimal. Sistem adhesif total etch merupakan perkembangan bonding agent
generasi ke-5. Penggunaan bonding agent generasi ke-5 ini terdiri dari komponen
larutan etsa dan bonding agent, baru dilanjutkan dengan penggunaan bahan
adhesif semen resin. Sedangkan sistem adhesive self etch tidak memerlukan
aplikasi bahan larutan etsa dengan pembilasan dan pengeringan, sehingga
memudahkan prosedur klinis.

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Kumpulan Data Utama


Pasien perempuan, 44 tahun, dengan gigi 44 dan 45 pasca perawatan
endodontik.Pada pemeriksaan ektra oral, terlihat bentuk muka pasien lonjong, profil

18
wajah cembung, dan tidak terdapat kelainan pada sendi rahang.Pada pemeriksaan
intraoral didapatkan data sebagai berikut :
Keterangan Gigi 44 Gigi 45
Overbite 1 mm 1 mm
Overjet 1 mm 1 mm
Tinggi mahkota bukal 7 mm 5 mm
Tinggi mahkota lingual 6 mm 3 mm
Tinggi mahkota mesial 4 mm 3 mm
Tinggi mahkota distal 2 mm 3mm
Keluhan subjektif Negatif Negatif
Perkusi Negatif Negatif
Palpasi Negatif Negatif
Terlihat pengisian tepat
Terlihat pengisian tepat
pada konstriksi apikal dan
pada konstriksi apikal dan
hermetis, namun terdapat
hermetis, namun terdapat
Gambaran Radiograf radiolusensi pada 1/3
radiolusensi pada 1/3 apikal
apikal dengan diameter 2
dengan diameter 2 mm
mm berupa abses apikals
berupa abses apikals kronis
kronis
Perbandingan akar : mahkota 1:2 1:2
Diameter saluran akar 1/3
2 mm 2.1 mm
servikal
Diameter saluran akar 1/3 tengah 2 mm 2mm
Diameter saluran akar 1/3 apikal 1 mm 1.5 mm

Gambar 14. Foto klinis dan radiografis gigi 44 dan 45 sebelum perawatan

3.2 Diagnosis dan Rencana Perawatan


Gigi 44 dan 45 non-vital pasca perawatan saluran akar memerlukan
rehabilitasi mahkota tiruan pasak berupa partly veneered metal porcelain detached
dowel crown dengan prefabricated fiber post dan full composite core.

19
Gambar 15. Foto obturasi gigi 44 dan 45 Foto evaluasifiber post

3.3 Tahapan Perawatan


Perawatan gigi pasca perawatan saluran akar terdiri dari beberapa tahapan
perawatan yang dibagi per kunjungan, sebagai berikut :

3.3.1 Kunjungan 1
1. Kontrol PSA gigi 44 dan 45 :keluhan subjektif (-), perkusi (-), dan palpasi (-).
2. Pengisian rekam medik prostodonsia.
3. Pencetakan model studi dengan bahan cetak alginat.

3.3.2 Kunjungan 2
1. Preparasi gigi 44 dan 45 : Buka tambalan sementara untuk evaluasi sisa
jaringan. Sisa jaringan mahkota gigi serviko-oklusal gigi 44 adalah 7mm dan
gigi 45 adalah 5mm.
a. Preparasi bidang proksimal diawali dengan membuat pedoman preparasi
berupa garis di permukaan bukal dengan jarak 1-1,5 mm dari titik kontak
dan sejajar sumbu gigi dari tepi gingival ke oklusal. Arah bur pointed
tappered cylindrical diamond dari bukal ke lingual, diletakkan di antara
titik kontak, sejajar sumbu gigi. Ujung bur setinggi gingival crest. Lakukan
pengasahan sampai titik kontak hilang (bagian tercembung dari gigi
hilang). Evaluasi:
- Cek dengan sonde halfmoon ada atau tidaknya undercut atau
kecembungan .
- Gigi tersebut sudah terpisah dengan gigi tetangganya dengan jarak 1-
1,5 mm pada titik kontak serta terpisah pada daerah servikalnya.
- Didapatkan garis sejajar antara bagian mesial dan distal atau
membentuk sudut 2 - 5 ke arah oklusal, dilihat dari arah bukal/palatal.
b. Preparasi bidang oklusal dengan round end tapered cylindrical diamond
bur untuk meratakan bagian-bagian yang tajam.

20
c. Preparasi bidang labial diawali dengan membuat 3 buah groove sedalam 1-
1,5mm sesuai kontur permukaan gigi dengan straight cyindrical diamond
(makin ke servikal makin dalam). Pengasahan dilakukan menggunakan
tappered cylindrical diamond hingga dasar groove sesuai bentuk anatomi
gigi, sesuai dengan sumbu gigi, atau tappered konvergen 2 - 5 ke arah
oklusal. Evaluasi :
- Cek dengan sonde, dari servikal ke oklusal tidak ada undercut.
Bandingkan dengan gigi tetangga, permukaan bukalnya harus lebih
rendah. Dari arah oklusal, lengkung permukaan bukal sesuai dengan
permukaan anatomis sebelumnya.
d. Preparasi bidang lingual dengan membuat groove pedoman sedalam 0,5
mm seperti permukaan bukal, preparasi harus sejajar permukaan
bukal.Evaluasi:
- Cek ada atau tidaknya undercut dengan sonde halfmoon.
e. Preparasi servikal dengan round end tappered cylindrical diamond bur
dengan tipe preparasi chamfer (bentuk bulat) dengan letak pengasahan di
bawah gingiva/subgingiva pada permukaan bukal. Sebelum diasah
dilakukan retraksi gingiva dengan menggunakan benang. Posisi bur sejajar
sumbu gigi dan mengelilingi servikal bagian bukal. Evaluasi:
- Batas pengasahan terlihat jelas.
f. Pembulatan sudut-sudut yang tajam dan penghalusan seluruh permukaan
bidang preparasi dengan finishing bur. Evaluasi:
- Cek penghalusan dengan sonde halfmoon dan raba dengan ujung jari
apakah masih ada yang bersudut atau tidak.

2. Preparasi saluran akar

Panjang mahkota klinis : Panjang akar klinis = Panjang mahkota radiografis :


Panjang akar radiografis
Panjang kerja pasak= 2/3 panjang akar klinis+ mahkota klinis hasil preparasi

a. Penentuan panjang kerja pasak :


Gigi 44 2/3 7 mm + 6 mm = 10,67 mm ~ 11 mm
Gigi 45 2/3 7 mm + 4 mm = 8,67 mm ~ 9 mm

21
b. Pengambilan bahan pengisi saluran akar dengan gates glidden drill
sepanjang panjang kerja pasak. Bahan pengisi saluran akar diambil secara
bertahap sampai mencapai panjang kerja pasak. Mata bur diarahkan di
tengah saluran akar, sejajar sumbu akar gigi/pengisian saluran akar.
c. Irigasi NaOCl 2.5% pada setiap langkah preparasi untuk mempertahankan
kesterilan saluran akar.
d. Membentuk & melebarkan saluran akar sepanjang panjang kerja pasak
menggunakan peaso reamer berkecepatan rendah.
e. Diameter pasak tidak boleh lebih dari 1/3 diameter akar, dan dengan dinding
akar sedikitnya memiliki ketebalan 2 mm
f. Sudut-sudut yang tajam dibevel
g. Evaluasi preparasi saluran akar dengan foto radiograf

3. Pembuatan mahkota pasak sementara


a. Kawat yang dibengkokkan dimasukkan ke dalam saluran akar
b. Olesi gigi yang telah dipreparasi dan daerah sekitarnya dengan vaseline
c. Pencetakkan model yang telah diduplikasi dengan alginat da ndibentuk
sesuai anatomi gigi dengan malam merah
d. Masukkan adonan self-curing acrylic ke dalam saluran akar hingga 1/3
servikal dan pada cetakan alginat regio 44
e. Posisikan cetakan alginat sesuai posisi semula
f. Setelah akrilik mengeras, lepaskan sendok cetak dan buang kelebihan
akrilik
g. Lepaskan mahkota pasak sementara
h. Rapikan batas restorasi di servikaldengan gunting
i. Bersihkan gigi dan mahkota pasak sementara, irigasi saluran akar dengan
agen anti bakteri
j. Periksa adaptasi mahkota pasak sementara (servikal, titik kontak, oklusi)
k. Haluskan mahkota pasak sementara dengan stone
l. Pemasangan mahkota pasak sementara dengan freegenol

3.3.3 Kunjungan 3
Pada kasus ini, pasak yang digunakan adalah jenis pasak
prefabricated berupa pasak fiber (FibreKleer) dengan bentuk tapered
dan ukuran diameter pasak 1.25mm untuk gigi 44 dan 1.5mm untuk gigi
45. Sedangkan inti mahkota tiruan pasak dibentuk dengan menggunakan
resin komposit yang ditambahkan pada daerah pasak di atas sisa jaringan
mahkota gigi asli.

22
1. Pencobaan pasak pasak harus masuk sepanjang kerja dengan pasif dan stabil
lalu dievaluasi dengan menggunakan foto radiograf.
2. Pemasangan pasak Sementasi dengan self-adhesive resin cement langsung
diaplikasikan ke dalam ruang pasak dan bersamaan dengan itu dioleskan pada
pasaknya. Kemudian pasak dimasukkan pelan-pelan ke dalam ruang pasak
sampai ada semen yang mengalir ke permukaan akar. Kelebihan semen dibuang
dengan plastis instrument, kemudian dilakukan light curing selama 20 detik.
3. Pembuatan inti menggunakan resin komposit sampai membentuk seperti
gigi yang telah dipreparasi untuk mahkota tiruan penuh. Perhatikan besar,
inklinasi dan posisi pada waktu oklusi/artikulasi sehingga diperkirakan akan
memberikan ruang yang cukup untuk syarat fungsi, estetis, dan mekanis bagi
mahkota tiruannya.
4. Pencetakkan model kerja (teknik double impression)
- Isolasi sekitar daerah kerja dengan cotton roll
- Retraksi gingiva dengan memasukkan retraction cord dengan diameter 0,3-
0,4 mm + larutan kimia yang bersifat hemostatik ke sulkus gingiva di
sekeliling gigi 44 dan gigi 45 menggunakan plastic periodontal probe
selama 5-10 menit
- Keluarkan retraction cord dari sulkus gingiva
- Keringkan daerah kerja dengan semprotan angin
- Cetak model kerja menggunakan heavybody (dilapisi plastic wrap untuk
memberikan ruang pada lightbody) tunggu 5 menitkemudian lepas
plastic wrap dan cetak dengan lightbody
- Pembuatan catatan gigit
- Pengiriman cetakan model kerja dan catatan gigit ke lab untuk dibuatkan
mahkota
- Pemasangan mahkota sementara dengan freegenol

3.3.4 Kunjungan 4
Pencobaan dan pemasangan sementara backing
1. Lepaskan MTS
2. Dilakukan pencobaan mahkota tiruan
3. Evaluasi :
- Ketepatan daerah margin backing terhadap servikal gigitidak ada bagian
yang open/terbuka dan tidak membuat gingiva pucat
- Kesesuaian bentuk, ukuran, dan warna
- Titik kontak
- Oklusi dan artikulasi
4. Bersihkan mahkota tiruan dan gigi lalu keringkan
5. Aduk freegenol dan oleskan freegenol ke dalam mahkota tiruan, lalu pasang
mahkota tiruan ke gigi dan tekan dengan tekanan jari

23
6. Evaluasi oklusi dan artikulasi, bersihkan semen yang berlebih dan pada bagian
proksimal dibersihkan dengan dentalfloss
7. Pengiriman backing ke laboratorium untuk disatukan dengan facing.

3.3.5 Kunjungan 5
Pemasangan sementara Pemasangan sementara partly veneer metal
porcelain detached dowel crowndengan menggunakan ZOE.

3.3.6 Kunjungan 6
1 Hal-hal yang dievaluasi samadengan evaluasi sebelum sementasi sementara
2 Pembersihan bagian dalam gigi tiruan dengan alkohol 70% supaya lemak,
kotoran hilang, lalu keringkan dengan air spray
3 Keringkan gigi yang akan dipasang mahkota tiruan. Blokir daerah pemasangan
dengan gulungan kapas pada vestibulum untuk mencegah kontaminasi saliva &
pasang saliva ejector.
4 Pengadukan semen (GIC tipe 1) lalu oleskan selapis adonan semen secara
merata ke dalam mahkota tiruan
5 Letakkan gigi tiruan pada posisi yang benar, tekan perlahan untuk memberi
kesempatan adonan semen mengalir dan mencegah terjadinya jebakan udara.
Ditekan sampai didapat fitness yang benar (lihat kedudukan ketika oklusi,
apakah sesuai dengan sebelum pemasangan, jika tidak segeradibukadan
diulangi)
6 Setelah baik kedudukannya, gigi tiruan ditekan dengan jari secara merata
sampai settingtime semen selesai
7 Pengambilan kelebihan semen dilakukan dengan sonde atau ekskavator yang
kecil, sedang sisa pada interdental dengan menggerak-gerakkan dentalfloss
yang sudah diletakkan sebelumnya.

3.3.7 Kunjungan 7
Kontrol 1 (24 jam setelah sementasi tetap) Pemeriksaan :keluhan
subjektif (-), kemungkinan terjadinya karies (-), kegagalan sementasi (-),
kegoyangan dan adanya pocket (-), peradangan gingival (-), kondisi
mahkotatiruan baik, retensi makanan (-).

3.3.8 Kunjungan 8

24
Kontrol 2 (48 jam setelah sementasi tetap) pemeriksaan sama
dengan kontrol 1.

Gambar 16. Sementasi tetap partly veneered metal porcelain detached dowel crown dengan
prefabricated fiber post dan full composite corepada gigi 44 dan 45

25
BAB 4
PEMBAHASAN

Perawatan saluran akar seringkali memerlukan pembuangan jaringan keras yang cukup banyak
sehingga meninggalkan jaringan keras yang sedikit. Restorasi pada keadaan ini dapat menyebabkan
mudah terjadinya keretakan dan fraktur pada gigi. Perencanaan restorasi akhir gigi pasca perawatan
saluran akar harus mempertimbangkan retensi dan resistensi sehingga restorasi mampu mempertahankan
fungsi gigi dalam waktu yang lama. Banyaknya jaringan gigi yang tersisa merupakan faktor penting
dalam menentukan restorasi. Restorasi intra-korona seperti amalgam, resin komposit, Bonded CAD/CAM
ceramic inlays beresiko menyebabkan mudah terjadinya keretakan dan fraktur pada gigi yang telah
dilakukan perawatan saluran akar. Namun penggunaan crown secara signifikan dapat meningkatkan
keberhasilan perawatan pada gigi posterior. 17
Daya tahan klinis gigi posterior yang telah dilakukan perawatan saluran akar (molar dan
premolar) meningkat secara signifikan dengan restorasi yang meliputi koronal. Hal ini terbukti bahwa
penempatan crown pada lengkung gigi dapat meningkatkan resistensi gigi posterior terhadap fraktur dan
telah dilaporkan insiden kegagalan paling tinggi terjadi pada gigi posterior yang mendapatkan perawatan
saluran akar tanpa restorasi mencakupi cusp. Bentuk lain dari restorasi yang mencakupi cusp adalah gold,
keramik, onlay komposit atau amalgam yang mencakupi cusp juga dapat dipertimbangkan dalam keadaan
klinis yang tepat.17
Prinsip dasar restorasi pada gigi posterior yang telah dilakukan perawatan saluran akar adalah (1)
harus menerima restorasi yang mencakupi cusp. Menurut studi terbaru, bonded restorations yang tidak
mencakupi cusp hanya menguatkan gigi dalam jangka pendek; (2) memelihara struktur koronal dan
radikuler gigi; (3) tujuan pasak adalah menahan inti. 18 Pentingnya temuan laboratorium telah dikonfirmasi
dalam banyak studi klinis menunjukkan kinerja yang memuaskan dari restorasi sistem pasak dan inti
mahkota gigi (core) pada gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar. 19
Pasak umumnnya dianggap perlu untuk gigi premolar karena diameternya lebih kecil dan adanya
shear stresses yang tinggi, terutama untuk gigi rahang atas dengan cusp yang curam. 17 Untuk
mendukung keberhasilan perawatan saluran akar dibutuhkan restorasi yang dapat menjaga keutuhan sisa
jaringan yang ada, sehingga pada kasus ini diperlukan adanya tambahan berupa retensi intra radikuler
berupa pasak. Pasak adalah bangunan yang dimasukkan sebagai retensi intra radikuler. Fungsinya antara
lain mendistribusikan tekanan pada jaringan yang tersisa. 20

26
Sebelum dilakukan restorasi pasak, kondisi gigi harus dievalusi terlebih dahulu. Pada kasus ini
gigi 44 dan 45 telah dilakukan perawatan saluran akar dengan obturasi hermetis. Evalusi keadaan jaringan
periapikal menunjukkan lesi telah mengecil dari sebelumnya. Jaringan pendukung sehat, tidak ada resobsi
tulang, perkusi (-), palpasi (-) dan tidak ada keluhan subjektif.
Pemilihan pasak berdasarkan kepada kekuatan modulus elastisitas, retensi, biokompabilitasnya,
estetik dan mudah diperbaiki, pasak harus kompatibel baik dengan dentin maupun inti yang
didukungnya.20 Secara umum pasak dibedakan menjadi pasak metal tuang (custom cast post) dan pasak
sedian (prefabricated post).
Pada kasus ini pasak yang digunakan adalah pasak sedian berbahan dasar fiber. Pemilihan pasak
ini berdasarkan bentuk saluran akar yang bulat dan tidak flared, selain itu masih terdapat sisa jaringan gigi
dengan tinggi yang mencukupi (minimal 2 mm) di sekitar servikal gigi sehingga akan memungkinkan
untuk pembuatan core dengan menggunakan resin komposit. Selain itu pemilihan pasak juga dikarenakan
Pasak fiber memiliki sifat fisik, modulus elastisitas, compresive strength, dan koefisien ekspansi termal
yang hampir sama dengan dentin. Kemampuan menyerap dan menyalurkan gaya sama dengan gigi,
sehingga mencegah fraktur pada akar. Nilai estetik lebih baik dibandingkan dengan pasak logam, tidak
ada risiko korosi dan diskolorisasi. Keuntungan lainnya dari pasak fiber adalah prosedur kerjanya lebih
cepat.21 Disamping itu pasak fiber yang digunakan pada kasus ini termasuk pasak pasif yang berbentuk
smooth tapered, sehingga sesuai dengan bentuk saluran akar dan mampu mempertahankan struktur gigi
dibagian akar. Dibandingkan pasak metal, pasak fiber lebih dapat mengurangi resiko fraktur karena pasak
fiber menggunakan bonding untuk sementasi sedangkan pasak metal dipengaruhi oleh bentuk, konfigurasi
permukaan dan jenis semen yang digunakan untuk sementasi. 20
Tatalaksana mahkota tiruan pasak dengan menggunakan pasak fiber terdiri dari berbagai tahapan,
salah satu tahapannya adalah preparasi saluran akar. Pada kasus ini, pembuangan isi saluran akar pada
gigi 44 dan 45 dilakukan dengan gates glidden drill. Pada kasus ini, GGD digunakan dari nomer terbesar
ke nomer terkecil yang disesuaikan dengan besar saluran akar. Mata bur diarahkan di tengah saluran akar
dan searah dengan sumbu akar gigi/pengisian saluran akar. Preparasi saluran akar menggunakan peaso
reamer dimulai dari nomor 1 (nomor terkecil) sesuai dengan panjang kerja, sampai nomor terbesar yang
bisa masuk ke dalam orifis. Tujuan untuk menghaluskan dinding saluran akar, menghaluskan undercut,
membuang sisa-sisa bahan pengisi, namun tidak membesarkan saluran akar. Bentuk preparasi ke arah
apikal sesuai dengan bentuk anatomis akar, mengecil ke apikal. Setelah itu, dilakukan foto evaluasi
preparasi saluran akar dengan foto dental radiograf.
Kesulitan yang terjadi pada kasus ini, yaitu pada tahapan preparasi saluran akar untuk
menyediakan ruang bagi pasak. Pdaa radiograf gigi 44 terlihat gambaran ledge pada saluran akar.
Kesalahan ini mungkin terjadi pada tahapan penghalusan saluran akar menggunakan peeso reamer.

27
Ledge terbentuk kemungkinan karena operator pada kasus ini kurang mempertahankan kontrol penuh
terhadap arah ujung instrumen, sehingga arah pengambilan tidak sejajar dengan sumbu gigi. Hal ini juga
bisa dipengaruhi dari posisi operator yang tidak benar saat mengerjakan pasien.
Pada kasus ini, ledge terdeteksi saat dilakukan foto rontgen untuk melihat adaptasi pasak fiber.
Pada gambaran radiografi terlihat bahwa panjang kerja pasak sudah mencapai 2/3 panjang akar, namun
ledge terjadi pada ujung apikal dari ruang pasak tetapi belum terjadi perforasi saluran akar. Dengan
pertimbangan tersebut, maka ledge pada kasus ini tidak dilakukan penanganan.
Pasak fiber disementasi dengan Self adhesive resin cement. Beberapa penelitian membuktikan
bahwa pasak fiber memperkuat akar bila disementasi dengan luting semen resin, dan beberapa studi klinis
jangka pendek telah melaporkan tingkat keberhasilan yang tinggi. 17 Setelah pasak fiber disementasi, tahap
selanjutnya adalah pembuatan inti mahkota gigi (core).
Pemilihan inti mahkota berdasarkan sisa jaringan mahkota. Partial core merupakan inti yang
menggantikan sebagian jaringan mahkota gigi yang rusak/hilang. Pada kasus ini, sisa jaringan mahkota
gigi yang cukup banyak menjadi pertimbangan dalam penggunaan partial core. Bahan pembentuk inti
pada pasak fiber dibuat dari resin komposit karena memiliki beberapa sifat ideal, yaitu: bahan yang
mempunyai karakteristik mudah dimanipulasi, modulus elastisitas menyerupai dentin, kekuatan
komprehensif yang baik, dapat berikatan dengan email dan dentin, sewarna gigi sehingga memiliki nilai
estetik, proses pengerasan cepat sehingga dapat segera dipreparasi. 24
Desain mahkota partly veneer metal porcelain menjadi pertimbangan karena mempunyai lapisan
logam sebagai bahan backing yang dapat mengkompensasi sifat rapuh daripada poreselen dan lapisan
terluar porselen estetiknya lebih baik sehingga dibutuhkan oleh gigi anterior. 20 Pada kasus ini, pemilihan
desain disesuaikan dengan beban yang diterima pada gigi 44 dan 45 besar saat gerakan oklusi dan
artikulasi. Oleh karena itu, pada kasus ini dipilih kombinasi metal porselen yang tidak hanya memenuhi
kebutuhan estetik, tetapi juga menyedeiakan kekuatan yang lebih baik.

28
BAB 5
KESIMPULAN

Kebutuhan estetika merupakan salah satu tuntutan pasien dalam perawatan di bidang
kedokteran gigi. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan diri seseorang, terutama ketika berbicara dan
tersenyum, kegiatan yang memperlihatkan gigi geligi anterior dan beberapa gigi posterior. Karies
gigi seringkali menyebabkan kerusakan struktur mahkota gigi, diskolorasi mahkota gigi, nekrosis
pulpa, serta infeksi pada jaringan periapikal gigi. Perawatan endodontik dibutuhkan untuk
mengangkat jaringan pulpa terinfeksi serta mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rahang.
Setelah perawatan endodontik dilakukan, dibutuhkan rehabilitasi berupa makota tiruan pasak.
Terdapat beberapa alternatif jenis pasak yang digunakan untuk kebutuhan pasien ini, antara
lain : custom cast metal post-and-core, dan prefabricated post. Prefabricated post menjadi pilihan
perawatan pada kasus pasien ini karena kelebihan-kelebihan serta pertimbangan-pertimbangan
tertentu yang telah dijelaskan sebelumnya.
Mahkota tiruan pasak biasanya diindikasikan untuk melindungi gigi yang strukturnya
menjadi lemah karena banyak kehilangan jaringan akibat karies atau fraktur, untuk mengembalikan
fungsi gigi geligi, untuk meningkatkan estetika pada gigi yang mengalami perubahan warna, gigi
dengan anomali posisi atau bentuk, dan kelainan email atau dentin, serta dapat digunakan sebagai
dowel retainer untuk gigi tiruan jembatan.
Pada kasus ini, alasan pemilihan desain dan bahan restorasinya adalah berdasarkan
kebutuhan estetis untuk gigi posterior bagian depan yang masih terlihat ketika berbicara,
struktur jaringan mahkota gigi yang tersisa, kekuatan dari bahan restorasi tersebut, serta
beberapa pertimbangan dari pasien
Syarat dan indikasi harus diketahui dengan baik oleh kita sebagai dokter gigi atau
operator, sehingga seleksi kasus dapat dilakukan tepat guna sesuai kondisi dan kebutuhan
pasien. Selain itu tatalaksana pengerjaan dalam pembuatan mahkota tiruan pasak juga harus
diperhatikan dengan baik agar dapat meminimalisir kegagalan perawatan dan menghasilkan
suatu restorasi yang ideal. Oleh karena itu pertimbangan biologis, mekanis, dan estetis harus
dipenuhi

DAFTAR PUSTAKA

29
1. Garg Nisha, Garg Amit. Textbook of Endodontics 1st ed. New Delhi. Jaypee Brothers
Medical Publishers. 2007; 323-324, 325-328
2. Ingle John, Bakland Leif. Endodontics 5 th ed. Canada. BC Decker Inc. 2002 : 914-
917
3. al-dhalaan R. Prosthodontic Management of Endodontically Treated Teeth. Int J
Prosthodont. 2001: 4-5
4. Theodory. Kemampuan Adhesi Sistem Total Etch, Self Etch, dan Self Adhesive Pada
Sementasi Pasak Fiber. Jakarta: Universitas Indonesia; 2013: 1-8
5. Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary Fixed Prosthodontics. 4th ed. St.
Louis Mosby, Inc. 2001: 275-276, 287
6. al-dhalaan R. Prosthodontic Management of Endodontically Treated Teeth. Int J
Prosthodont. 2001: 4-5, 13-15
7. Wiskott HWA. Fixed Prosthodontics, Principles and Clinics. Germany. Quintessence
Publishing. 2011: 316-320
8. Anna Mardhia. analisis desain pasak dalam hubungannya dengan daya tahan terhadap
fraktu akar. USU e-Repository. 2008: 13-15
9. Bell AML. Fibre-reinforced composites as root canal post. Dissertation. Turun Yliopitsto.
Turku. 2007: 15
10. Ossa YF. Perbedaan Celah Mikro Pasak Glass Prefabricated Fiber Reinforced Dan
Pasak Pita Polyethylene Fiber Reinforced Dengan Menggunakan Sistem Adhesif
Total-Etch (Penelitian In Vitro). USU e-Repository. 2011:7-8
11. Schwatrz RS, Robbin JW. Post placement and restoration of endodontically treated
teeth: A literatur review. Journal of Endodontic. 2004 ; 30(5) : 289-99
12. Manhart J. Fiberglass reinforced composite endodontic post. Endodontic Practice.
2009: 24-8
13. Garaushi S, Vallitu P. Fiber reinPforced composite in fixed partial denture.Libyan J
Med.2006; 1: 73-82
14. Boksman L, Friedman M. Ovoid root canal and ovoid fiber post: A biomimeticand
synchronistic appoarch. Oral Health. 2009: 32-45.
15. Cheug W. AReview of The Management of Endodontically Treated Teeth: Post, Core
And The Final Restoration. JADA 2005 Vol 136:611-
16. Radovic I, Mazzitelli C, Chieffi N, Ferrari M. Evaluation of the adhesion of fiber posts
cemented using different adhesive approaches. Eur J Oral Sci 2008; 116: 55763.

30
17. Restoration of the Endodontically Treated Tooth (Full article) http://www.rcdso.org/save.aspx?
id=68f72e1f-1fd1-42ba-bf6b-21c884da92e0 [diunduh 12 oktober 2014]
18. Restoration of Endodontically Treated Teeth - American.
http://www.aae.org/uploadedfiles/publications_and_research/endodontics_colleagues_for_excelle
nce_newsletter/ss04ecfeforweb.pdf [diunduh 12 oktober 2014]
19. Cagidiaco Maria Crysanti, MD, DDS, PhDa/Ivana Radovic, DDS, MScb/Marco Simonetti DDS,
MSca/ Franklin Tay, BDSc, FADM, PhDc/Marco Ferrari, MD, DDS, PhDd. Clinical
Performance of Fiber Post Restorations in Endodontically Treated Teeth: 2-Year Results. Volume
20, Number 3, 2007
20. Azizah Nur, dkk. 2013. Restorasi Estetik Kompleks Empat Gigi Anterior Maksila Menggunakan
Resin Komposit dan Porselen Fusi Metal dengan Pasak Fiber. The international symposium on
oral and dental sciences: 16-21.
21. http://media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf [diunduh 10
September 2014]
22. Grossman, LI., Oliet, S., del Rio, C.E. 1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek (terj), 11 ed,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: 196-380.
23. Ledge Formation - The EndoExperience
www.endoexperience.com/documents/Ledgeformation.pdf [diunduh 10 September 2014]
24. Nugraheni Tunjung, dkk. 2013. Restorasi Mahkota Jaket Porselin Fusi Metal dengan Pasak Fiber
Clear dengan Pembukaan Flap pada Gigi Insisivus sentral Kiri Atas Immature Perawatan
Apeksifikasi dan Ekstrusi. The international symposium on oral and dental sciences: 22-28.

31

Anda mungkin juga menyukai