Peter Kabo
Jantung merupakan sebuah organ unik yang mampu memproduksi muatan listrik,
sedangkan tubuh merupakan sebuah konduktor yang baik. Maka impuls yang dibentuk
oleh jantung akan menjalar ke seluruh tubuh dan dapat diukur dengan sebuah
permukaan tubuh.
EKG merekam aktivitas bioelektrik jantung dengan sepasang elektroda, yaitu satu
elektroda positif (anode) dan satu elektroda negatif (katode). Sepasang elektroda perekam
Dalam mempelajari EKG, ada tiga hukum dasar dari Goldberger yang perlu
diingat yaitu:
c. Arus depolarisasi jantung yang berjalan tegak lurus terhadap sumbu antara dua
Besarnya amplitudo defleksi yang terekam berbanding lurus dengan besarnya arus
depolarisasi. Hal ini dapat dilihat apabila ada bagian jantung yang hipertrofi atau dilatasi,
maka pada elektroda perekam yang bersangkutan akan memperlihatkan amplitudo
berbagai sisi sebuah sel jantung yang terletak dalam larutan garam fisiologis sedangkan
sel) ditempatkan pada suatu jarak tertentu di dalam larutan garam fisiologis tersebut
(Gambar 1), maka dalam keadaan sel istirahat tidak terdapat perbedaan potensial antara
elektroda-elektroda positif dengan indiferen. Pada keadaan ini, jarum galvanometer tidak
bergerak sehingga yang tercatat ialah sebuah garis lurus yang disebut baseline atau garis
Apabila sel jantung tersebut di atas dirangsang (sel di buat depolarisasi), maka
terlihat bahwa aktivitas bioelektrik yang direkam oleh galvanometer dari berbagai
galvanometer mengadakan defleksi positif (ke atas). Arus depolarisasi yang bergerak
Setelah seluruh sel berdepolarisasi kembali dan tidak ada perbedaan potensial di
antara elektroda positif dan indiferen, maka galvanometer kembali mencatat sebuah garis
lurus.
Sesaat setelah proses depolarisasi selesai, sel jantung akan mengalami proses
repolarisasi. Pada fase ini bagian sel yang pertama mengadakan depolarisasi akan terlebih
defleksi positif. Sedangkan arus repolarisasi yang mula-mula menuju dan kemudian
Karena proses repolarisasi terjadi lebih perlahan dan tidak homogen pada
tetapi memperlihatkan masa yang lebih lama dengan amplitudo yang lebih rendah.
Apabita percobaan di atas dilakukan pada sebuah sel otot jantung yang rusak
sebagian, ditinjau dari segi elektrofisiologis, banyak Na+ yang berakumulasi di dalam
bagian sel yang rusak (karena pompa sodium pada bagian sel yang rusak tidak berfungsi
secara sempurna) sehingga bagian sel yang rusak ini tidak mampu mengadakan
dalam keadaan istirahat, terjadilah perbedaan potensial di tapal batas antara bagian sel
yang sehat dengan yang rusak, dimana yang rusak menjadi kurang positif (relatif negatif)
Jadi elektroda (C) yang menghadap ke bagian sel yang rusak akan merekam
defleksi negatif (garis isopotensial negatif) sebaliknya elektrode (A) yang menghadap ke
bagian yang sehat akan merekam defleksi positif (garis isopotensial positif) terhadap
Pada waktu dirangsang, terjadilah proses depolarisasi di bagian sel yang sehat
maupun yang rusak. Jarum galvanometer akan mencatat defleksi yang sama seperti
halnya pada sel yang sehat , yaitu defleksi positif pada elektroda (C) yang dituju oleh arus
depolarisasi, sedangkan defleksi negatif pada elektroda (A) yang ditinggalkan arus
depolarisasi. Setelah seluruh sel mengadakan depolarisasi, tidak ada perbedaan potensial
Sedangkan perbedaan potensial di antara bagian sel yang rusak dan yang sehat akan
defleksi negatif; sebaliknya di elektroda C tercatat suatu elevasi segmen sesudah defleksi
positif.
Apabila percobaan yang sama dilakukan pada sebuah sel jantung yang sebagian
telah mati, ditinjau dari segi elektrofisiologis, bagian sel yang mati masih mampu
menjalarkan aliran listrik namun tidak memberikan gambaran apa-apa pada pencatatan
galvanometer, sehingga dapat diibaratkan sebagai sebuah daerah kosong. Jadi pada waktu
arus depolarisasi melewati bagian sel yang mati, yang tercatat pada elektroda sebenarnya
adalah arus depolarisasi dari bagian sel sehat yang terletak pada sisi yang berlawanan.
Maka pada elektroda (C) akan tampak sebuah defleksi negatif sebelum defleksi positif
(Gambar 3).
Fenomena bioelektrik dari sel tunggal ini tampak sama apabila diekstrapolasikan
Pada waktu jantung dalam keadaan tidak aktif, tidak ada perbedaan potensial di
antara elektroda dan tercatat sebuah garis potensial nol atau baseline.
Pada waktu jantung mengadakan depolarisasi, maka elektroda positif (C) yang
dituju oleh arus depolarisasi akan menimbulkan defleksi positif, dan yang ditinggalkan
oleh arus depolarisasi (A) akan menimbulkan defleksi negatif, sedangkan elektroda
positif yang diletakkan tegak lurus terhadap arus depolarisasi (B) akan memberi
Namun pada fase repolarisasi, fenomena bioelektrik dari sel tunggal ini tampak
berbeda dengan jantung yang utuh, dimana bagian yang terakhir mengadakan
depolarisasi yaitu epikard, akan mengalami repolarisasi lebih dulu. Hal ini disebabkan
karena tekanan dapat menghambat proses repolarisasi. Jadi endokard yang mendapat
tekanan lebih besar dari volume darah intraventrikular bila dibandingkan dengan epikard,
akan lebih lambat mengalami proses repolarisasi. Sebagai akibat, arus repolarisasi di
miokard berjalan berlawanan arah dengan arus depolarisasi. Dengan demikian arah
gelombang T yang berlawanan arah dengan kompleks QRS pada orang normal.
Bagaimana gambaran EKG pada jantung yang sebagian jaringannya rusak (injury
atau ischemic) ?
Telah dibicarakan di atas bahwa Na+ lebih banyak berakumulasi di bagian
jaringan yang rusak sehingga terjadi perbedaan potensial dimana bagian yang rusak
menjadi relatif lebih negatif (kurang positif) dibandingkan dengan yang sehat. Di
samping itu jaringan yang rusak juga tidak mampu mengadakan repolarisasi sempurna.
Apabila bagian yang rusak ini terletak tepat di bawah elektroda, maka yang terekam ialah
isopotensial negatif. Sebaliknya apabila bagian yang sehat berada tepat di bawah
memberi gambaran defleksi positif pada elektroda yang dituju arus depolarisasi, dan
negatif pada elektroda yang ditinggalkan arus depolarisasi. Sesudah proses depolarisasi
selesai jarum galvanometer mencatat garis potensial nol. Setelah itu proses repolarisasi
yang abnormal menyebabkan jarum galvanometer kembali mencatat garis positif atau
negatif isopotensial. Dalam kompleks EKG gambaran ini dikenal sebagai elevasi atau
depresi segmen ST .
Dalam hubungannya dengan kejadian klinis, daerah iskemik selalu terletak pada
miokard bagian dalam, dengan kata lain miokard yang sehat letaknya tepat di bawah
elektroda, jadi akan terekam suatu gambaran depresi segmen ST (Gambar 4B).
Sedangkan pada infark, daerah yang rusak (injury) akan mencapai miokard bagian luar,
dengan kata lain jaringan yang rusak terletak tepat di bawah elektroda sehingga terekam
Apa yang terjadi apabila sebagian dari otot jantung nekrosis (infark lama)?
Di daerah nekrosis tidak ada konduksi aliran bioelektrik (electrically silent). Jadi
arus depolarisasi yang terekam adalah arus yang merambat menjauhi daerah ini.
Akibatnya, elektroda C yang menghadap ke daerah nekrosis akan memberi gambaran
defleksi negatif. Sebaliknya elektroda A yang berada pada posisi berlawanan akan
pada elektroda yang terletak di sisi berlawanan dikenal sebagai perubahan resiprokal
Sandapan EKG dibagi menjadi sandapan ekstremitas bipolar (Bipolar limb lead)
yaitu: Sandapan I, II dan III. Sandapan ekstremitas unipolar (Unipolar limb lead) yaitu :
Sandapan aVR, aVL dan aVF. Sandapan prekordial (Precordial lead) yaitu: sandapan V1,
Sandapan I (lead I): berasal dari elektroda lengan kanan (right arm = RA, negatif)
ke elektroda lengan kiri (left arm = LA, positif) memiliki sumbu horizontal. Sandapan II
(lead II): berasal dari elektroda lengan kanan (RA, negatif) ke elektroda tungkai kiri (left
leg = LL, positif) memiliki sumbu dari kiri bawah ke kanan atas. Sandapan III (lead III)
: berasal dari elektroda lengan kiri (LA, negatif) ke elektroda tungkai kiri (LL,
positif) memiliki sumbuh dari kanan bawah ke kiri atas (gambar 5).
bioelektrik jantung yang paling besar, karena selain pasangan elektroda ini memiliki
sumbu yang sejajar dengan vektor jantung, juga vektor jantung berjalan mengarah ke
elektrodanya yang positif. Sandapan I dan III letaknya tidak sejajar tetapi juga tidak tegak
lurus terhadap vektor jantung, maka sandapan tersebut mencatat perbedaan potensial
yang kurang dari maksimum tetapi lebih dari 0 (Hukum dasar EKG dari Goldberger).
lingkaran tertutup sama dengan 0. Apabila hukum ini diterapkan pada persamaan
Einthoven, maka: I + III +(-II) = 0 (karena sandapan II dipasang kebalikan dari I dan III),
sandapan II sama dengan jumlah amplitudo kompleks EKG di sandapan I dan sandapan
III.
Pentingnya hukum Einthoven ini ialah untuk mengamati apakah posisi elektroda
yang terpasang sudah tepat atau tidak ? Apabila amplitudo kompleks EKG di sandapan II
tidak sama dengan jumlah amplitudo kompleks EKG di sandapan I dan sandapan III,
maka hal ini mengindikasikan bahwa ada elektroda yang tidak tepat penempatannya.
Untuk dapat mengukur arus bioelektrik jantung secara mutlak, walaupun dengan
muatan yang sangat kecil pada sebuah elektroda positif, maka syaratnya ialah pasangan
elektroda negatifnya harus tidak memiliki kekuatan arus listrik atau berpotensial nol (zero
potential).
dengan meletakkan tiga elektroda positif mengikuti tiga tempat elektroda sandapan
ekstremitas bipolar dari Einthoven, yaitu ditempatkan di lengan kiri (L), lengan kanan (R)
dan tungkai kiri (F). Kemudian untuk setiap elektroda positif pasangan elektroda
negatifnya dibuat dari sambungan antara kedua elektroda positif yang lain. Setelah itu
elektroda-elektroda negatif ini digabung menjadi satu agar kekuatan mereka masing-
sentral (central terminal). Letak terminal sentral (karena memiliki zero potential) dalam
hubungannya dengan jantung dapat diasumsikan juga terletak pada titik dimana sistem
triaksial Einthoven berpusat. Dengan demikian orientasi sumbu dari ketiga sandapan
ekstremitas unipolar secara hipotetik dapat digambarkan berasal dari pusat segi tiga
jantung, maka yang dari sentral terminal ke lengan kiri (left = L) dinamakan
terbentuk lagi sebuah frontal plane baru yang juga terdiri dari tiga sandapan.
Ternyata dalam prakteknya kompleks EKG yang dicatat melalui unipolar limb
menurut sandapan dari Wilson ini sangat kecil. Pada tahun 1942, Goldberger menemukan
sandapan ekstremitas unipolar yang dimodifikasi ini diberi tambahan huruf "a"
(augmented) yang saat ini dikenal sebagai : sandapan aVL, sandapan aVR dan
Ke-enam sandapan ekstremitas yang dibicarakan di atas mempunyai dua kelemahan, yaitu :
a. Hanya dapat mengukur aktivitas bioelektrik jantung dari dua kutub yang jauh dari jantung.
b. Hanya dapat mengukur aktivitas bioelektrik jantung yang merambat melalui bidang frontal.
Agar dapat merekam aktivitas bioelektrik jantung yang terletak lebih dekat dan yang merambat
melalui bidang horizontal dari berbagai sudut, maka pada tahun 1932 telah diperkenalkan sandapan
horizontal pada dada atau punggung mengelilingi jantung, sedangkan elektroda-elektroda negatifnya
dihubungkan ke terminal sentral. Jadi, seperti sandapan ekstremitas unipolar, sandapan precordial unipolar
juga mengukur voltase (V) arus depolarisasi jantung sehingga diberi tanda V.
Enam tempat yang umum dipakai untuk ke-enam sandapan prekordial (Gambar 7) adalah :
Dengan letak yang sedemikian rupa, maka sandapan V1 dan V2 akan merekam aktivitas
bioelektrik ventrikel kanan dan septum interventrikular. Sandapan V3 dan V4 akan merekam aktivitas
bioelektrik dinding anterior jantung, sehingga disebut sandapan anterior, sedangkan sandapan V5 dan V6
akan merekam aktivitas bioelektrik dinding lateral jantung sehingga di sebut sandapan lateral.
Ke-enam sandapan ektremitas ditambah dengan ke-enam sandapan prekordial unipolar disebut
sebagai sebuah tong yang berisi air garam, maka dalam keadaan normal, setelah sel
ditimbulkan ini akan merambat secara konsentrik ke segala arah. Kejadian ini mirip
seperti halnya apabila sebuah kerikil kecil dijatuhkan ke permukaan air yang tenang,
menimbulkan gelombang melingkar yang mengalun dari tengah (nodus SA) menuju ke
tepi.
menyalurkan arus bioelektrik yang jauh lebih cepat dan lebih efisien dibanding sel-sel
jantung yang lain, maka gelombang depolarisasi jantung yang berasal dari nodus SA akan
merambat lebih cepat mengikuti urutan jalur sistem konduksi ini, yaitu dari nodus SA
menuju ke nodus AV, sesudah itu berjalan mengikuti berkas His dan membelok sedikit ke
arah ventrikel kanan sesuai dengan percabangan berkas His, kemudian melalui septum
Berhubung ventrikel kiri jauh lebih besar dibandingkan dengan ventrikel kanan,
maka aktivitas bioelektrik di ventrikel kiri memiliki intensitas yang lebih besar dan waktu
yang lebih lama, sehingga gelombang depolarisasi jantung nampak semata-mata berjalan
dari bagian tengah jantung menuju apex kemudian membelok dan berakhir di ventrikel
kiri.
vektor-vektor kecil yang setiap saat memiliki arah dan intensitas tersendiri, yang apabila
digabungkan akan membentuk sebuah vektor utama yang dikenal sebagai aksis
bioelektrik jantung atau aksis jantung. Aksis jantung yang normal berjalan dari kanan
atas menuju ke kiri bawah jantung, atau apabila badan dibagi menjadi empat kwadran,
untuk menghitung aksis. Namun aksis jantung dapat ditentukan dengan mudah dan cepat
dengan menggunakan sandapan I dan sandapan aVF. Hal ini disebabkan karena
sandapan I dan sandapan aVF saling tegak lurus dan membentuk satu kuadran dari 0 0 ke
+90. Bila kedua potensial (jumlah aljabar defleksi positif dan negatif) di sandapan I dan
sandapan aVF positif, maka aksis jantung disebut normal karena terletak di antara 0 dan
+900. Bila potensial di salah satu sandapan (sandapan I atau sandapan aVF) adalah
negatif, maka aksis dievaluasi dengan cara menghubungkan pusat lingkaran dengan titik
potong dari kedua garis tegak lurus, yang ditarik dari titik-titik sandapan I dan sandapan
Untuk membaca EKG secara mudah dan tepat, sebaiknya setiap EKG dibaca
1. IRAMA
Pertama-tama tentukan irama sinus atau bukan. Apabila setiap kompleks QRS
didahului oleh sebuah gelombang P berarti irama sinus, kalau tidak, maka berarti bukan
irama sinus.
Bukan irama sinus dapat berupa suatu aritmia yang mungkin fibrilasi, blok AV
derajat dua atau tiga, irama jungsional, takikardia ventrikular, dan lain lain.
Pada irama sinus, laju QRS normal berkisar antara 60 - 100 kali/min, kurang dari
60 kali disebut bradikardia sinus, lebih dari 100 kali disebut takikardia sinus.
Laju QRS lebih dari 150 kali/min biasanya disebabkan oleh takikardia
lebar).
Pada blok AV derajat tiga, selain laju QRS selalu harus dicantumkan juga laju
EKG normal selalu regular. Irama yang tidak regular ditemukan pada fibrilasi
atrium, atau pada keadaan mana banyak ditemukan ekstrasistol (atrium maupun
3. AKSIS.
Aksis normal selalu terdapat antara -30 sampai +110. Lebih dari -30 disebut
deviasi aksis kiri, lebih dari +110 disebut deviasi aksis kanan, dan bila lebih dari +180
misalnya pada EKG dimana defleksi positif dan negatif pada kompleks QRS di semua
4. INTERVAL -PR
Interval PR normal adalah kurang dari 0,2 detik. Lebih dari 0.2 detik disebut blok
AV derajat satu. Kurang dari 0,1 detik disertai adanya gelombang delta menunjukkan
5. MORFOLOGI
5.1. Gelombang P
bagian jantung mana yang mengalami infark melalui petunjuk sandapan yang terlibat).
yang tinggi di sandapan V1 dan V2 menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan (atau infark
Interval QRS yang lebih dari 0,1 detik harus dicari apakah ada right bundle
5.3. segmen ST
Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut (tentukan bagian mana dari
5.4. Gelombang T