Anda di halaman 1dari 10

water treatment (PENGOLAHAN &PENYEDIAAN

AIR)

Air adalah zat yang sangat


dibutuhkan oleh manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan. Planet bumi
ini hampir 70% luas permukaannya diisi oleh air, dengan sumber utamanya
adalah air laut. Laut dan sumber-sumber air lain di alam ini merupakan suatu
mata rantai yang membentuk siklus yang dikenal sebagai daur hidrologi
(hydrology cycle).

1. SUMBER-SUMBER AIR
Sumber-sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kehidupan
adalah sebagai berikut:
1) Air laut :
Air laut memiliki kandungan garam-garam yang cukup banyak jenisnya dan
salah satu diantaranya adalah garam NaCl (2,7%)
2) Air tawar :
Air tawar dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :
- Air hujan
Air hujan merupakan sumber air yang sangat penting terutama bagi daerah
yang tidak memiliki atau memiliki sedikit sumber air tanah maupun air
permukaan.
- Air Permukaan
Air permukaan merupakan air baku utama bagi produksi air minum di kota-kota
besar. Sumber air permukaan dapat berupa sungai, danau, mata air, waduk,
empang, dan air dari saluran irigasi.
- Air Tanah
Air tanah merupakan sumber air yang berbentuk mata air atau sumur.
2. PENGGUNAAN AIR DI INDUSTRI
Air bagi suatu industri adalah bahan penunjang baik untuk kegiatan
langsung atau tak langsung. Penggunaan air di industri biasanya untuk
mendukung beberapa sistem, antara lain :
- Sistem pembangkit uap (boiler)
- Sistem pendingin
- Sistem pemroses (air proses)
- Sistem pemadam kebakaran
- Sistem air minum
Persyaratan kualitas air yang dapat digunakan dalam industri berbeda-beda
tergantung kepada tujuan penggunaan air tersebut. Air yang berasal dari alam
pada umumnya belum memenuhi persyaratan yang diperlukan sehingga harus
menjalani proses pengolahan lebih dahulu.

3. KLASIFIKASI PENGOLAHAN AIR


3.1. Pengolahan Eksternal
Pengolahan eksternal dilakukan di luar titik penggunaan air yang bertujuan
untuk mengurangi atau menghilangkan impurities. Jenis-jenis proses
pengolahan :

- Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses yang bertujuan memisahkan/mengendapkan
zat-zat padat atau suspensi non-koloidal dalam air. Pengendapan dapat
dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Cara yang sederhana adalah
dengan membiarkan padatan mengendap dengan sendirinya. Setelah partikel-
partikel mengendap, maka air yang jernih dapat dipisahkan dari padatan yang
semula tersuspensi di dalamnya. Cara lain yang lebih cepat adalah dengan
melewatkan air pada sebuah bak dengan kecepatan tertentu sehingga
padatannya terpisah dari aliran air dan jatuh ke dalam bak pengendap tersebut.

- Filtrasi, Proses ini khusus untuk menghilangkan zat padat tersuspensi. Proses filtrasi bertujuan
untuk menahan zat-zat tersuspensi (suspended matter) dalam suatu fluida dengan cara
melewatkan tersebut melalui suatu lapisan yang berpori-pori, misalnya : pasir, anthracite, karbon
dan sebagainya.
- Pelunakan (softening)

- Deionisasi (Demineralization)
Pertukaran ion secara luas digunakan untuk pengolahan air dan limbah cair,
terutama digunakan pada proses penghilangan kesadahan dan dalam proses
demineralisasi air.

- Deaerasi
Aerasi adalah proses mekanis pencampuran air dengan udara. Tujuan aerasi
adalah sebagai berikut :
1. Membantu dalam pemisahan logam-logam yang tak diinginkan seperti besi
(Fe) dan mangan (Mn).
2. Menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam air terutama yang bersifat
korosif.
3. Menghilangkan bau, rasa dan warna yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Penurunan kualitas air tersebut disebabkan oleh bahan organik yang mengalami
dekomposisi, sisa-sisa atau bahan-bahan hasil metabolisme mikroba.

3.2.Pengolahan Internal
Pengolahan internal adalah pengolahan yang dilakukan pada titik
penggunaan air dan bertujuan untuk menyesuaikan (conditioning) air kepada
kriteria kondisi sistem dimana air tersebut akan digunakan. Usaha untuk
mencapai tujuan pengolahan internal dilakukan dengan penambahan berbagai
bahan kimia ke dalam air yang diolah. Bahan bahan kimia tersebut, akan
bereaksi dengan impurities sehingga tidak menimbulkan gangguan dalam
penggunaan air tersebut. Oksigen, sebagai contoh, dapat diikat dengan
menggunakan sodium sulfit atau hydrazine. Sifat lumpur yang dapat melekat
pada logam peralatan proses dihilangkan dengan penambahan bahan-bahan
organik yang termasuk dalam golongan tanin, lignin atau alginat.
Masalah-masalah umum yang membutuhkan pengolahan internal adalah :
(1) Masalah korosi
(2) Masalah pembentukan kerak

4. KIMIA AIR
Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur. Sebuah molekul terbentuk
dari gabungan satu atau berbagai jenis atom. Sebagai contoh dua atom
hidrogen digabung untuk membentuk molekul gas hidrogen.
H + HH2
Penambahan satu atom oksigen pada satu molekul gas hidrogen tersebut
menghasilkan molekul air.
H2 + OH2O

Air adalah pelarut yang baik, oleh sebab itu di dalamnya air paling tidak
terlarut sejumlah kecil zat-zat anorganik dan organik. Dengan kata lain, tidak
ada air yang benar-benar murni dan ini menyebabkan dalam setiap analisis air
ditemukan zat-zat lain.

5. REAKSI HIDROLISA
Salah satu reaksi kimia air yang penting adalah reaksi hidrolisa dari
garam-garam tertentu. Hidrolisa adalah reaksi kimia dimana suatu zat bereaksi
dengan air membentuk asam dan ataupun basa. Reaksi-reaksi tersebut
menyebabkan perubahan keasaman dan alkalinitas larutan dan sekaligus
menyebabkan perubahan kecenderungan pengendapan kerak, korosi pada
logam, dan masalah-masalah kimia yang lain. Zat yang dapat larut dalam air
dan dapat menghasilkan ion hidroksi (OH-) atau karbonat (CO3 2-) disebut basa
dan larutannya disebut larutan basa atau alkali. Basa dapat menetralkan asam.
Asam adalah zat yang dapat menyebabkan ion hidrogen (H+) bertambah jika
dilarutkan dalam air dan mempunyai kemampuan untuk menetralkan basa.
Basa dan asam bereaksi untuk membentuk garam sedemikian rupa sehingga
larutan bersifat netral, alkali atau asam. Garam netral dibentuk oleh reaksi
asam kuat dan basa kuat. Garam bersifat alkali didapat dari reaksi basa kuat
dengan asam lemah, yang jika dilarutkan dalam air akan membentuk larutan
dalam alkali. Contoh seperti NaHCO3 yang dibentuk dari NaOH (basa kuat)
dengan H2CO3 (asam lemah). Garam bersifat asam terhidrolisa dalam air untuk
membentuk kembali asam kuat dan basa lemah pembentuknya, seperti
disajikan oleh reaksi berikut :
2 FeCl3 + 6 H2O 2 Fe(OH)3 + 6 HCl
Besi Klorida (FeCl3) adalah garam bersifat asam dan Fe(OH) 3 adalah basa
lemah.

6. ZAT-ZAT PENGOTOR DALAM AIR

Air menyerap zat-zat dalam perjalanan daur hidrologinya, sehingga


menyebabkan air tersebut menjadi tidak murni lagi. Zat-zat itu disebut sebagai
zat pengotor atau impurities. Zat pengotor dalam air pada dasarnya dapat
dikelompokkan dalam tigagolongan, yaitu :Padatan tersuspensi, Padatan
terlarut dan Gas terlarut.

6.1.padatan Tersuspensi dalam Air


Padatan tersuspensi merupakan istilah yang diterapkan pada zat heterogen
yang terkandung dalam kebanyakan jenis air. Padatan tersuspensi terutama
terdiri atas lumpur, humus, limbah dan bahan buangan industri. Padatan
tersuspensi menyebabkan air menjadi keruh dan bila digunakan sebagai air
umpan ketel akan menyebabkan terbentuknya deposit, kerak dan atau busa.
Padatan tersuspensi dalam air pendingin akan menimbulkan endapan dan
timbulnya korosi di bawah endapan tersebut.

6.2.Padatan Terlarut
Air adalah pelarut yang baik, sehingga dapat melarutkan zat-zat dari batu-
batuan dan tanah yang terkontak dengannya. Bahan-bahan mineral yang dapat
terkandung dalam air karena kontaknya dengan batu-batuan tersebut, antara
lain : CaCO3, MgCO3, CaSO4, MgSO4, NaCl, Na2SO4, SiO2 dan sebagainya. Air
yang akan dipakai untuk pembangkit uap atau sistem pendingin mempunyai
dua parameter penting yang merupakan akibat dari padatan terlarut, yaitu
kesadahan (hardness) dan alkalinitas (alkalinity). Padatan terlarut lainnya,
seperti garam terlarut, asam dan zat organik.

6.3.Kesadahan
Kesukaran pembentukan busa oleh sabun dalam air merupakan indikasi
kesadahan air. Kesadahan air terutama diakibatkan oleh adanya ion-ion kalsium
dan magnesium. Sabun dalam air bereaksi lebih dulu dengan ion-ion ini
sebelum dapat berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan air. Kerugian
yang dapat timbul akibat adanya kesadahan dalam air industri diantaranya
adalah pembentukan kerak dalam ketel dan sistem pendingin, selain itu
pemakaian sabun akan meningkat bila kesadahan terdapat dalam air pencuci.

6.4.Alkalinitas (Alkalinity)
Alkalinitas air disebabkan oleh adanya senyawa alkalis dalam air. Alkalinitas
didefinisikan sebagai ukuran dari kapasitas air untuk menetralkan asam.
Alkalinitas dalam air ada tiga jenis yaitu: alkalinitas hidroksida (OH-alkalinity),
alkalinitas karbonat (CO3-alkalinity) dan alkalinitas bikarbonat (HCO3-
alkalinity). Alkalinitas yang cukup tinggi diperlukan pada air umpan ketel untuk
mencegah korosi, akan tetapi kadar OH yang terlalu tinggi dapat menimbulkan
"kerapuhan kaustik" (Caustic Embrittlement).

6.5.Gas Terlarut
Berbagai gas dapat larut dalam air, antara lain : CO 2, O2, N2, NH3, NO2 dan
H2S. Gas-gas yang terlarut tersebut pada umumnya tidak menimbulkan korosi
kecuali CO2, O2 dan NH3. Karbon dioksida sesungguhnya adalah suatu asam jika
bergabung dengan air, dan dengan demikian dapat menyerang logam. Oksigen
terlarut dalam air merupakan penyebab utama terjadinya korosi pada ketel dan
sistem pendingin. Penghilangan oksigen dari air umpan ketel dapat
dilakukanndengan cara deaerasi secara fisik dan kimia

7. PENGOLAHAN AIR UMPAN KETEL


Kebutuhan energi dan sistem pemanasan dalam industri umumnya
dipenuhi dengan cara memanfaatkan steam yang dibangkitkan dalam suatu
ketel (boiler). Air yang berasal dari sungai, danau, dan sumur, tidak dapat
langsung digunakan untuk air umpan ketel. Air yang digunakan harus diolah
terlebih dahulu, karena jika tidak, maka masa pakai ketel akan berkurang.
Penggunaan air umpan ketel yang tidak memenuhi persyaratan akan
menimbulkan beberapa masalah, antara lain :

-Pembentukan Kerak Ketel


Kerak pada ketel dapat terjadi karena pengendapan (precipitation) langsung dari zat pengotor pada
permukaan perpindahan panas, atau karena pengendapan zat tersuspensi dalam air yang kemudian,
melekat pada logam dan menjadi keras. Kerak dapat mengakibatkan terjadinya pemanasan-lanjut
setempat (local overheating) dan logam ketel gagal berfungsi (failure). Macam-macam kerak
yang dapat terbentuk akibat senyawa-senyawa impurities pada air umpan ketel.

-Korosi pada Ketel


Pengertian korosi secara sederhana adalah perubahan kembali logam menjadi
bentuk bijihnya. Proses korosi sebenarnya merupakan proses elektrokimia yang
rumit dan kompleks. Korosi dapat menimbulkan kerusakan yang luas pada
permukaan logam. Alkalinitas yang rendah dan adanya garam-garam dan
padatan terlarut dalam air dapat membantu terjadinya korosi.

-Pembentukan busa
Pembentukan busa (foaming) adalah peristiwa pembentukan
gelembunggelembung di atas permukaan air dalam drum boiler. Penyebab
timbulnya busa adalah adanya kontaminasi oleh zat-zat organik atau zat-zat
kimia yang ada dalam air ketel tidak terkontrol dengan baik. Busa dapat
mempersempit ruang pelepasan uap-panas (steam-release space) dan dapat
menyebabkan terbawanya air serta kotoran-kotoran bersama-sama uap air.
Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh hal ini adalah terjadinya endapan dan
korosi pada logam-logam dalam sistem ketel. Untuk mengatasi permasalahan di
atas perlu diterapkan persyaratan terhadap air umpan ketel.

8. PERLAKUAN TERHADAP KONDENSAT (CONDENSATE TREATMENT)

Perlakuan terhadap kondensat mencakup pengendalian korosi di sistem


kondensat dan perbaikan mutu kondensat (condensate polishing). Sekalipun
kondensat yang diumpankan kembali relatif murni, tetapi mungkin masih
mengandung impurities dari hasil proses korosi, dan erosi, baik yang larut
maupun yang tidak larut. Impurities tersebut dapat berupa mineral-mineral,
kesadahan dan minyak. Condensate polishing dimaksudkan untuk
meminimumkan jumlah impurities tersebut agar dapat mencegah pembentukan
kerak pada ketel dan turbin, dan meminimumkan pengaruh korosif. Tahap
perbaikan kondensat merupakan kombinasi dari tahap filtrasi dan pertukaran
ion. Sistem pertama yang dipakai adalah sistem filtrasi dan pertukaran ion
secara terpisah. Filtrasi digunakan untuk menyaring pengotor tersuspensi dan
minyak. Tahap filtrasi saja sudah cukup memadai jika dipakai untuk
menyaring impurities pada saat start-up dan operasi normal, tetapi jika terjadi
kebocoran pada pipa kondensat sehingga padatan terlarut banyak memasuki
kondensat, tahap filtrasi saja tidak cukup dan dibutuhkan sistem demineralisasi
(mix-bed demineralizer) untuk operasi perbaikan. Alternatif lain yang dapat
dipakai adalah penggunaan tahap filtrasi dan demineralisasi dalam satu alat.

9. PENGOLAHAN AIR PENDINGIN


Air pendingin (cooling water) adalah air yang dilewatkan melalui alat
penukar panas dengan maksud untuk menyerap dan memindahkan panasnya.
Sistem yang dilalui oleh aliran air pendingin disebut sebagai sistem air
pendingin (cooling water system). Sistem air pendingin dibagi dalam dua jenis,
yaitu jenis resirkulasi dan jenis sekalilewat (once-through). Pada jenis
resirkulasi, air pendingin yang telah digunakan, digunakan kembali untuk
keperluan yang sama, sedangkan pada sistem sekali-lewat air yang telah
digunakan langsung dibuang. Jenis resirkulasi dibagi lagi dalam dua jenis, yaitu
resirkulasi terbuka dan resirkulasi tertutup.

9.1.Persyaratan Air Pendingin


Air pendingin adalah air yang dilewatkan melalui alat penukar panas (heat
exchanger) dengan maksud untuk menyerap dan memindahkan panasnya.
Masalah yang sering timbul dalam sistem air pendingin adalah :
l. terjadinya korosi
2 pembentukan kerak dan deposit
3. terjadinya fouling akibat aktivitas mikroba

Kerugian yang ditimbulkan oleh korosi pada sistem air pendingin adalah
penyumbatan dan kerusakan pada sistem perpipaan. Kontaminasi produk yang
diinginkan karena adanya kebocoran-kebocoran, dan menurunnya efisiensi
perpindahan panas. Pembentukan Kerak dan Deposit pada Sistem Air Pendingin
Gangguan yang ditimbulkan oleh terbentuknya kerak antara lain : penurunan
efisiensi perpindahan panas, naiknya kehilangan tekanan karena naiknya
tahanan dalam pipa serta penyumbatan pada pipa-pipa berukuran kecil. Menara
pendingin (cooling tower) merupakan bagian dari sistem air pendingin yang
memberikan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisma. Algae dapat berkembang dengan baik pada bagian yang cukup
mendapat sinar matahari, sedangkan "lendir" (slime) dapat berkembang pada
hampir di seluruh bagian dari sistem air pendingin ini. Mikroorganisma yang
tumbuh dan berkembang tersebut merupakan deposit (foul) yang dapat
mengakibatkan korosi lokal, penyumbatan dan penurunan efisiensi perpindahan
panas.

9.2.Sistem Air Pendingin dengan Resirkulasi Terbuka


Sistem resirkulasi terbuka dibahas lebih dulu karena sistem ini memiliki
masalah yang jauh lebih rumit, sehingga masalah dalam sistem ini telah
mencakup pula masalah dalam sistem-sistem yang lain.

-Pengendalian Pembentukan Kerak


Pembentukan kerak dipengaruhi oleh jumlah padatan terlarut yang ada di air.
CaCO3 merupakan kerak yang sering ditemui pada sistem air pendingin dan
terbentuk jika kadar Ca dan alkalinitas air terlalu tinggi. Pengendalian gangguan
ini yaitu dengan menurunkan siklus konsentrasi air yang bersirkulasi atau
menambah asam, misalnya H2SO4, agar pH air di bawah 7 serta menggunakan
inhibitor kerak berupa chemicals seperti polifosfat, fosfonat, ester fosfonat dan
poliacrylat.

-Pengendalian Korosi
Pengendalian korosi dilakukan dengan cara menambahkan chemicals yang
berfungsi sebagai inhibitor (penghambat). Inhibitor yang umum dipakai adalah
polifosfat, kromat, dikromat, silikat, nitrat ferrosianida dan molibdat. Dosis
inhibitor yang digunakan harus tepat, karena suatu inhibitor hanya dapat
bekerja efektif setelah kadarnya mencapai harga tertentu.
-Pengendalian Pembentukan Fouling dan Penghilangan Padatan
Tersuspensi
Pembentukan fouling yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat dicegah atau
dikendalikan menggunakan klorin, klorofenol, garam organometal, ammonium
kuartener, dan berbagai jenis mikrobiosida (biosida). Salah satu metoda yang
digunakan untuk mengendalikan padatan tersuspensi adalah dengan melakukan
filtrasi secara kontinu terhadap sebagian air yang disirkulasi.

9.3.Sistem Air Pendingin dengan Resirkulasi Tertutup dan Sistem Air


Pendingin Sekali-Lewat
Sistem air pendingin dengan resirkulasi tertutup membutuhkan sejumlah
kecil air make-up untuk mengurangi gangguan. Air demin atau kondensat uap,
biasanya digunakan sebagai sebagai air make-up. Pada sistem air pendingin
sekali-lewat, tidak ada proses pemekatan. Jika proses pemekatan tidak terjadi,
maka kadar padatan terlarut relatif sama dengan air umpan. Kekurangan pada
sistem ini adalah terjadi kenaikan temperatur, sehingga perlu usaha untuk
menurunkan temperatur tersebut. Pengolahan seringkali dimaksudkan untuk
mencegah atau meminimumkan kerak atau korosi dan juga berfungsi untuk
mengurangi fouling yang disebabkan oleh padatan tersuspensi dan organisme
laut. Chemicals yang digunakan untuk maksud tersebut identik dengan yang
dipakai untuk resirkulasi terbuka, kecuali pada pengendalian korosi. Pemakaian
inhibitor korosi pada sistem ini sama sekali tidak praktis, sehingga masalah
korosi ditangani dengan cara melapisi permukaan peralatan dengan serat yang
diperkuat dengan plastik, semen, atau menggunakan peralatan yang tahan
terhadap korosi.

Anda mungkin juga menyukai