Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis serius yang bisa


merusak organ tubuh. Setiap tahun darah tinggi menjadi penyebab 1 dari setiap
7 kematian (7 juta per tahun) disamping menyebabkan kerusakan jantung,
mata, otak dan ginjal. Menurut perkiraan badan kesehatan dunia (WHO, World
Health Organization), sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya
hipertensi (underdiagnose condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala
yang pasti bagi penderita hipertensi. Gejala seperti sakit kepala, tengkuk nyeri,
dan lain-lain. Hipertensi jelas merusak organ tubuh, seperti jantung (70%
penderita hipertensi akan mengalami kerusakan jantung), ginjal, otak, mata,
serta organ tubuh lainnya. Hipertensi disebut sebagai pembunuh yang tidak
terlihat atau silent killer. dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya
25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik
(Susilo & Wulandari, 2011).
Menurut Sustrani et.,al (2009), tekanan darah tinggi sering disebut juga
dengan silent killer karena jarang menunjukkan tanda-tanda dan jika diderita
dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi.
Secara ekstren tekanan darah tinggi dapat merusak bagian dalam dari arteri
yang kecil, kemungkinan dapat menyebabkan pembekuan darah. Hal ini terjadi
maka dapat menyebabkan serangan jantung (jika terjadi pada jantung),
kebutaan (jika terjadi pada retina mata), gagal ginjal (jika pembekuan darah
terjadi di ginjal), dan stroke (jika pembekuan darah terjadi di otak). Stroke juga
dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah akibat hipertensi sehingga
mengakibatkan pendarahan di otak.
Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas
(kematian) yang tinggi. Prevalensi hipertensi di Asia Tenggara cukup tinggi,
diantaranya yaitu Vietnam (2004) mencapai 34,5%, dan Singapura (2004)
24,9%. Berbagai penelitian epidemiologi yang dilakukan di Indonesia
menunjukkan 1,8-28,6% penduduk berusia di atas 20 tahun adalah penderita
hipertensi. Saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat
perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat
pedesaan, antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota
yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas
(kegemukan), kurangnya olahraga, merokok, dan makanan yang tinggi kadar
lemaknya (Yundini, 2006).
Daun salam (Syzygium polyanthum) merupakan salah satu dari jenis
terapi herbal untuk menangani penyakit hipertensi. Selain mudah didapat dan
murah, daun salam ternyata banyak khasiat, yaitu sebagai obat mag, diare,
menurunkan gula darah (diabetes melitus), efek samping alkohol (mabuk),
menurunkan kolesterol (cholesterol), dan menurunkan asam urat dan masih
banyak lagi (Nisa,2012).
Masyarakat di dusun mijen desa gedang anak diduga memiliki resiko
tinggi akan hipertensi. Pengamatan terhadap kebiasaan masyarakat
menunjukkan bahwa tingkat konsumsi lemak seperti makanan bersantan,
gorengan dan jeroan cukup tinggi serta cenderung memiliki pola hidup yang
tidak sehat seperti kebiasaan merokok. Pola hidup yang demikian sebenarnya
telah disadari oleh sebagian besar masyarakat. Namun mereka mengabaikan
hal tersebut dan tanpa disadari hipertensi secara perlahan mulai mengancam
hidupnya. Selain itu, kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya
masih sangat rendah, meskipun banyak diantara mereka yang mengeluhkan
gejala yang mengarah ke hipertensi. Informasi yang jelas mengenai bahaya
pola hidup yang tidak sehat serta faktor resiko hipertensi tidak pernah
diperoleh masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tekanan Darah

1. Pengertian tekanan darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah


dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua
jaringan tubuh manusia. Darah yang dengan lancar beredar keseluruh
bagian tubuh berfungsi sangat penting sebagai media pengangkut
oksigen serta zat-zat lain yang diperlukan bagi sel-sel tubuh. Selain
itu, darah juga berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa-sisa hasil
metabolisme yang tidak berguna lagi bagi jaringan tubuh (Gunawan,
2007).
Menurut WHO, di dalam guidelines tahun (1999), batas
tekanan darah yang masih dianggap normal bila tekanan darah kurang
dari 130/85 mmHg, sedangkan lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi (Wahdah, 2011).
a) Pipa karet atau selang.

B. Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah tinggi


persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastolik di atas 90 mmHg (soeryoko, 2010). Tekanan darah tinggi
(hipertensi) adalah keadaan yang di tandai dengan terjadinya
peningkatan tekanan darah di dalam arteri (Junaidi, 2010).
2. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu (Junaidi , 2010) :
a) Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi
yang memiliki beberapa kemungkinan penyebabnya. Beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Hipertensi primer terjadi karena
kondisi masyarakat yang memiliki asupan garam cukup tinggi,
lebih dari 6,8 gram setiap hari, serta karena faktor genetik.

b) Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan


karena gangguan pembuluh darah atau organ tertentu, seperti
ginjal, kelenjar adrenal, dan aorta.

C. Daun Salam

1. Morfologi Tanaman

Deskripsi daun salam: Pohon bertajuk rimbun, tinggi mencapai


25 m, berakar tunggang, batang bulat, permukaan licin. Daun tunggal,
letak berhadapan, bertangkai yang panjangnya 0,5-1 cm. Helaian daun
bentuknya lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, ujung
meruncing, pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm,
pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau tua,
permukaan bawah warnanya hijau muda. Daun bila diremas berbau
harum. Bunganya bunga majemuk tersusun dalam malai yang keluar
dari ujung ranting, warnanya putih, baunya harum. Buahnya buah buni,
bulat, diameter 8-9 mm, warnanya bila muda hijau, setelah masak
menjadi merah gelap, rasanya agak sepat. Biji bulat, penampang sekitar
1 cm, warnanya coklat (Putra, 2013).
2. Kandungan Daun Salam
Kandungan yang dapat menurun tekanan darah:
a) Kalium

b) Efek diuretik
c) Tanin

d) Alkaloid

e) Niasin ( B Kompleks)

D. Mekanisme Daun Salam Terhadap Hipertensi


Tekanan darah dipengaruhi oleh cardiac output (CO) dan
systematic vascular resistance (SVR). cardiac output (CO) adalah volume
darah yang keluar dari ventrikel kiri (ventrikel kanan) lalu masuk ke aorta
(atau trunkus pulmonalis) setiap menit. cardiac output (CO) merupakan
hasil dari stroke volume (SV) dikali heart rate (HR). stroke volume (SV)
adalah volume darah yang keluar dari ventrikel dalam 1 kali kontraksi,
heart rate HR adalah banyaknya detak jantung setiap menit. Renin
mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I dan angiotensin
converting enzim (ACE) mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II
yang akan mempengaruhi tekanan darah pada renin angiotensin
aldosterone pathway. Terjadi vasodilatasi arteriol dan bila produksi renin
dan ACE menurun sehingga tekanan darah akan turun (Tortora &
Derrickson, 2009).
1. Proses pembuatan air rebusan daun salam
a) Siapkan 1 genggam (10-15 lembar) daun salam muda yang
sudah dicuci.

b) Siapkan 300 ml (3 gelas) air.

c) Rebus daun salam dalam air

d) Tunggu beberapa saat sampai air menjadi 150 ml.

e) Setelah dingin, air rebusan daun salam siap diminum.

f)Air rebusan daun salam diminum sehari 2 kali sebelum makan.

Keterangan: Diminum 2 kali sehari sebelum makan pagi dan sore


hari (Nisa, 2012).
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi
Eksperiment). Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain non
equivalent (pretest dan posttest) control group design.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah penderita hipertensi yang


berada di Dusun Mijen Desa Gedang Anak Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang. Populasi yang didapat sebanyak 75 orang.

2. Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2014 di Dusun Mijen


Desa Gedang Anak yang berjumlah 30 orang, yang terdiri dari 15 orang sebagai
kelompok intervensi dan 15 orang lainnya sebagai kelompok kontrol. Adapun
deskripsi responden penelitian ini sebagai berikut:

A. Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Penderita


Hipertensi di Dusun Mijen Desa Gedang Anak Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang.
Karakteristik Frekuensi Prosentase(%)
Umur 15 50,0
40-50 15 50,0
53-70
Jumlah 30 100,0
Jenis kelamin 12 40,0
Laki-laki 18 60,0
Perempuan
Jumlah 30 100,0
Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa jumlah responden berumur
40-50 tahun, yaitu sejumlah 15 orang (50,0%). Sedangkan jumlah responden
perempuan daripada laki-laki, yaitu sejumlah 18 orang (60,0%).

B. Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui


gambaran tentang tekanan darah penderita hipertensi di Dusun Mijen Desa
Gedang Anak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sebelum
dan sesudah pemberian rebusan daun salam.

1. Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Rebusan Daun


Salam pada Kelompok Intervensi

Tabel 4.2 Gambaran Tekanan Darah Penderita Hipertensi Sebelum dan


Sesudah Pemberian Rebusan Daun Salam pada Kelompok Intervensi di
Dusun Mijen Desa Gedang Anak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang, 2014.
Variabel Mean Median Std Min-Max 95% cl
(mmHg) (mmHg) Deviasi (mmH) (mmHg)
(mmHg)

Sebelum 15 168.33 10.456 150 185


TD Sistole
TD Diastole
15 92.67 4.577 90 100
Sesudah
TD Sistole
TD Diastole

15 136.33 11.721 120 160

15 90.67 2.582 90 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada kelompok


intervensi, rata-rata tekanan darah sistole penderita hipertensi di Dusun
Mijen Desa Gedang Anak sebelum diberikan rebusan daun salam
sebesar 168.33 mmHg standar deviasi 10.456 sedangkan untuk tekanan
darah diastole rata-rata sebesar 92.67 mmHg dengan standar deviasi
4.577 mmHg. Sesudah diberikan rebusan daun salam, rata-rata tekanan
darah sistole penderita hipertensi di Dusun Mijen Desa Gedang Anak
sebesar 136.33 mmHg, standar deviasi 11.721 mmHg, sedangkan untuk
tekanan darah diastole rata-rata sebesar 90.67 mmHg dengan standar
deviasi 2.582 mmHg.

Tabel 4.3 Gambaran Tekanan Darah Penderita Hipertensi Sebelum dan


Sesudah Pemberian Air Putih pada Kelompok Kontrol di Dusun Mijen
Desa Gedang Anak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang,
2014
Variabel N Mean Std Min Max
(mmHg) Deviasi (mmHg) (mmHg)
(mmHg)
Sebelum
TD Sistole 15 160,00 8,452 150 180
TD Diastole 15 92,67 4,577 90 100
Sesudah
TD Sistole 15 177.00 8.409 165 190
TD Diastole 15 94.67 5.164 90 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol, rata-rata
tekanan darah sistole penderita hipertensi di Dusun Mijen Desa Gedang Anak
sebelum diberikan air putih sebesar 160,00 mmHg standar deviasi 8,452,
sedangkan untuk tekanan darah diastole rata-rata sebesar 92,67 mmHg dengan
standar deviasi 4,577 mmHg. Sesudah diberikan air putih, rata-rata tekanan darah
sistole penderita hipertensi di Dusun Mijen Desa Gedang Anak sebesar 177,00
mmHg dan standar deviasi 8,409, sedangkan untuk tekanan darah diastole rata-
rata sebesar 94,67 mmHg dengan standar deviasi 5,164 mmHg.

C. Analisis Bivariat

1. Tabel 4.4 Uji Kesetaraan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah


Pemberian Rebusan Daun Salam antara Kelompok Eksperimen dan
Kontrol pada Penderita Hipertensi, di Dusun Mijen Desa Gedang Anak
Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, 2014

Variabel Kelompok N Mean SD Z p-value


(mmH) (mmHg)
Sebelum Intervensi 15 168,33 11,721 -0,932 0,294
TD Sistole Kontrol
15 160,00 10,456
Setelah
TD Diastole Intervensi 15 92,67 4,577 -0,905 0,112
Kontrol
15 92,67 4,577
Berdasarkan tabel di atas, rata-rata TD sistole respoden kelompok intervensi
sebelum diberikan rebusan daun salam sebesar 168,33 mmHg dan pada
kelompok kontrol sebesar 160,00 mmHg, sedangkan rata-rata TD diastole
kelompok intervensi sebesar 92,67 mmHg dan kelompok kontrol 92,67
mmHg. Ini menunjukkan bahwa baik TD sistole maupun diastole antara
kelompok
Berdasarkan uji Shapiro-Wilk didapatkan nilai Z hitung untuk TD
sistole sebesar -0,932 dengan p-value sebesar 0,294 sedangkan Z hitung
untuk TD diastole sebesar -0,905 dengan p-value 0,112. Oleh karna
kedua p-value tersebut lebih besar dari (0,05), maka dapat
disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan baik tekanan darah
sistole maupun diastole antara kelompok intervensi dan kontrol pada
penderita hipertensi di Dusun Mijen Desa Gedang Anak Kecamatan
Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Ini menunjukkan bahwa sebelum
perlakuan tekanan darah kedua kelompok dapat dinyatakan setara atau
sebanding.
2. Perbedaan Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi Sebelum dan Sesudah Diberikan Rebusan Daun Salam
pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Dusun Mijen
Desa Gedang Anak Ungaran Timur.

Hasil uji perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah pemberian


rebusan daun salam pada kelompok intervensi disajikan berikut ini :
Tabel 4.5 Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah
Pemberian Rebusan Daun Salam pada Kelompok Intervensi pada
Penderita Hipertensi di Dusun Mijen Desa Gedang Anak, 2014.

Variabel Kelom N Mean SD Z p-value


pok (mmHg) (mmHg)
Sebelum
TD Sistole Interve 15 168,33 10,456 -3,420 0,001
nsi
Kontrol 15 160,00 4,577
Setelah Interve 15 92,67 8,452 -3,352 0,001
TD Diastole nsi 15 92,67 4,577
Kontrol

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa pada kelompok intevensi


rata-rata tekanan darah sistole sebesar 168,33 mmHg sebelum peberian rebusan
daun salam, kemudian turun menjadi 160,00 mmHg setelah pemberian rebusan
daun salam, sedangkan tekanan darah diastolenya tidak mengalami penurunan
dari 92,67 mmHg sebelum pemberian rebusan daun salam menjadi 92,67 setelah
pemberian rebusan daun salam.

Berdasarkan uji Wilcoxon, didapatkan nilai Z hitung untuk TD sistole


sebesar -3,420 dengan p-value seebesar 0,001 dan untuk TD diastole Z hitung
sebesar -3,352 dengan p-value 0,001. Terlihat bahwa kedua p-value tersebut 0,001
< (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tekanan darah
responden kelompok intervensi sebelum dan setelah pemberian rebusan daun
salam pada Penderita Hipertensi di Dusun Mijen Desa Gedang Anak.

Tabel 4.6 Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Pemberian Air
Putih pada Kelompok Kontrol pada Penderita Hipertensi di Dusun Mijen Desa
Gedang Anak, 2014

Variabel Kelomp N Mean SD


ok (mmHg) (mmHg)
Sebelum Intervens 15 160,00 8.452
TD i 15 177.00 8.409
Sistole Kontrol
Setelah Intervens 15 92,67 4,577
TD i 15 94,67 5.16
Diastole Kontrol

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol


rata-rata tekanan darah sistole mengalami kenaikan dari 160,00 mmHg sebelum
intervensi sedikit naik menjadi 177,00 mmHg setelah intervensi, sedangkan
tekanan darah diastolenya mengalami kenaikan dari 90,67 mmHg sebelum
intervensi menjadi 94,67 mmHg setelah intervensi.

Berdasarkan uji Wilcoxon, didapatkan nilai Z hitung untuk TD sistole


sebesar -1,732 dengan p-value seebesar 0,083 dan untuk TD diastole Z hitung
sebesar -1,732 dengan p-value 0,083. Terlihat bahwa kedua p-value tersebut 0,083
dan 0,083 > (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan tekanan darah responden kelompok kontrol sebelum dan setelah
intervensi pada Penderita Hipertensi di Dusun Mijen Desa Gedang Anak.

3. Hasil Uji Pengaruh rebusan daun salam terhadap perubahan Tekanan


Darah pada Penderita Hipertensi pada Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol di Dusun Mijen Desa Gedang Anak.
Perubahan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol di Dusun Mijen Desa Gedang Anak
Ungaran Timur.

P Kelom N Mean SD Z p-value


pok (mmHg (mmHg
) )
TD Interve 15 136,33 11,721 -1,732 0,083
Sistole nsi 15 177,00 2,582
Kontrol
TD Interve 15 90,67 8,409 -3,420 0,001
Diastol nsi 15 94,67 5,164
e Kontrol

Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata tekanan darah sistolik pada
penderita hipertensi pada kelompok kontrol di Dusun Mijen Desa Gedang Anak
Ungaran Timur setelah diberikan air putih sebesar 177,00 Sedangkan rata-rata
tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi pada kelompok intervensi di
Dusun Mijen Desa Gedang Anak Ungaran Timur setelah diberikan terapi rebusan
daun salam sebesar 136,33.

Berdasarkan uji wilcoxon, didapatkan nilai Z hitung untuk TD sistole sebesar


-1,732 dengan p-value sebesar 0,083, sedangkan Z hitung untuk TD diastole
sebesar -3,420 dengan p-value 0,001. Oleh karena kedua p-value tersebut lebih
kecil dari (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan tekanan darah antara kelompok intervensi dan kontrol pada penderita
hipertensi di Dusun Mijen Desa Gedang Anak. Ini terlihat dimana tekanan darah
pada kelompok intervensi lebih rendah daripada kelompok kotrol setelah
pemberian rebusan daun salam. maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pemberian rebusan daun salam terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi
di Dusun Mijen Desa Gedang Anak Kecamatan Ungaran Timur

Diunduh :https;//www. perpusnwu.web.id/karyailmiah/document/3846.pdf

Diunduh pada selasa 22 maret 2016 pukul :13.15

Anda mungkin juga menyukai