Kelompok 7 :
- Tiara Rachmania P 201366105
- Elizabeth Clara 201366198
- Nia Nur R 201366019
- Ngimron Rosadi 201366104
- Gabriel Febryanus 201366033
- Emily Elizabeth 201366084
- Linda Dwi J 201366081
FAKULTAS FISIOTERAPI
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus yang berjudul Penatalaksanaan
Fisioterapi pada Kondisi Low Back Pain.
Dalam penyusunan laporan kasus ini kami merasa masih banyak kekurangan, mengingat
akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan kasus ini.
Akhir kata penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya.
Laporan ini buat untuk memenuhi salah satu tugas akhir preklinik
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Low back pain merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat umum terjadi
pada masyarakat di berbagai negara, diperkirakan setidaknya 70% manusia menderita
sakit punggung, baik kronis maupun sporadis. Di negara Inggris mendapatkan data bahwa
17,3 juta orang Inggris pernah mengalami nyeri punggung pada suatu waktu dan dari
jumlah tersebut 1,1 juta mengalami kelumpuhan akibat nyeri punggung (Bull 2007). Di
Indonesia tidak diketahui pasti berapa prevalensi kejadian LBP, namun diperkirakan
angka prevalensi dari LBP ini sebesar 7,6% sampai 37% (Sintya et al. 2015).
Low back pain merupakan gejala ketidaknyamanan yang dirasakan pada daerah
punggung bawah berupa rasa sakit sehingga sering terjadi pada lansia menyebabkan
keterbatasan aktivitas fisik. Fisioterapi memegang peranan penting dalam gangguan gerak
dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan manusia, termasuk juga dalam penanganan
kasus LBP. Hal tersebut sesuai pada PMK 65 tahun 2015 menjelaskan bahwa fisioterapi
adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/ atau kelompok
untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang
rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak,
peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.
Penatalaksanaan fisioterapi terhadap low back pain yang dipilih dalam laporan kasus
ini yaitu dengan menggunakan terapi latihan dengan mc. Kenzie exercise, william flexion
exercise, pnf, TENS, ultrasound dan Microwave Diatermy agar terjadi peningkatan
mobilitas pada kondisi low back pain.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Gambar diatas merupakan gambar vertebra yang dihubungkan oleh intervertebra disc
satu sama lainnya. Bagian ini yang melingkari dan melindungi lubang luas tulang
belakang, terletak di sebelah belakang dan pada bagian initerdapat tonjolan yaitu:
a. Prosesus spinosus
Terdapat ditengah-tengah lengkung luas, menonjol kebelakang
b. Prosesus tranversum
Terdapat disamping kiri dan kanan lengkung luas
c. Prosesus artikulasi
Membentuk persendian dengan ruas tulang belakang (vertebralis).
Sendi thoracolumbal adalah sendi yang dibentuk oleh vertebrae thoracal12 dan L1.
Secara umum keduanya berfungsi statis, kinetik keseimbangan dan perlindungan. Pada
fungsi statis tulang belakang mempertahankan posisi tegak melawan gravitasi dengan
energi sekecil mungkin sehingga membentuk sikap tubuh tertentu. Fungsi kinetis
merupakan rangkaian alat gerak yangmemungkinkan terjadinya gerakan. Fungsi
keseimbangan turut aktif mempertahankan titik berat tubuh pada posisi tetap pada tulang
sacrum saat berdiri. Fungsi proteksi ialah melindungi organ jaringan penting seperti sum-
sum tulang belakang, akar saraf, pembuluh darah. Pada tulang belakang terdapat segmen
gerak yang disebut segmen junghans terdiri dari diskus intervertebralis, korpora, sendi
faset, ligamenta, forament intervetebralis beserta isinya, kanalis vertebralis dan otot
paravertebralis. Di antara kedua korpus tulang belakang terdapat jaringan fibrocartilago
yang merupakan bantalan sendi, berfungsi sebagai peredam kejut. Penambahan beban
akan menyebabkan kompresi terhadap nukleus pulposus, gerakan fleksi, ekstensi dan
rotasi secara berlebihan juga dapat menganggu nukleus. Selain bantalan sendi juga
terdapat ligament sebagai stabilisator pasif yaitu ligament longitudinal posterior,
ligament longitudinal anterior, ligament flavum, ligament transversalis dan ligament
interspinalis.
Gerakan tulang belakang persegmen tidak pernah terjadi secara aktif, gerak pasif
dalam posisi tertentu, fiksasi tertentu dan komponen gerak tertentu dapat diperoleh
dengan dominasi segmen tertentu. Teknik ini yang digunakan untuk mobilisasi
hipomobilitas segmental dan joint block.
a. Otot Lumbosakral
Stabilisator aktif tulang belakang terdiri dari beberapa otot, yaitu otot trunkus
posterior, lateral dan anterior :
1) Otot-otot trunkus posterior
a) Lapisan dalam terdiri dari : otot transpinalis , otot longissimus dan otot
iliocostalis
b) Lapisan tengah terdiri dari : otot seratus posterior inferior di bagian tengah
posterior otot paravertebra dan anterior latissimus.
c) Lapisan superfisial : dibentuk oleh otot latissimus dorsi yang menutupi semua
otot paravertebra dan berlanjut ke arah inferolateral.
2) Otot-otot trunkus lateralis.
Terdiri dari otot quadratus lumborum dan otot psoas.
3) Otot-otot trunkus anterior
Terdiri dari otot rectus abdominis dan otot obliqus externus abdominis.
2) Faktor dinamik
Faktor mekanik dinamik atau kinetik terjadinya stres atau badan mekanik
abnormal pada struktur jaringan (ligamen atau otot) di daerah punggung bawah saat
melakukan gerakan. Stres atau beban mekanik tersebut melebihi kapasitas fisiologi
atau toleransi otot maupun ligamen di daerah punggung bawah. Gerakan yang
potensial menimbulkan nyeri punggung bawah muskuloskeletal adalah gerakan
kombinasi terutama fleksi dan rotasi, dan bersifat repetitif, apalagi disertai dengan
beban, misal ketika sedang mengangkat beban yang berat (Pandono, 2008).
Faktor- faktor resiko nyeri punggung bawah dapat dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu faktor eksternal atau pekerjaan dan faktor internal (Bull dan Archard, 2007).
a. Faktor eksternal atau pekerjaan
1) pekerjaan fisik yang berat, terutama memberikan tekanan yang cukup besar
pada punggung bawah
2) pekerjaan yang berhubungan dengan posisi statik yang berkepanjangan,
misalnya berdiri atau duduk yang cukup lama, apalagi disertai dengan vibrasi
alat-alat perindustrian
3) pekerjaan yang dilakukan dengan membungkuk atau memutar tubuh berulang-
ulang
4) pekerjaan yang membosankan, repetitif, atau tidak memberikan kepuasan.
b. Faktor internal
Faktor internal berkaitan dengan individu itu sendiri, antara lain :
1) Usia, dari berbagai studi epidemiologik, kejadian nyeri punggung bawah
meningkat pada usia 35 tahun dan mencapai puncaknya 55 tahun.
2) Antopometrik, berhubungan dengan berat badan, individu dengan obesitas
mempunyai resiko yag lebih besar mengalami nyeri punggung bawah karena
obesitas menyebabkan hiperlordosis lumbal sehingga terjadi pergeseran.
1. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Fleksi trunk Hasil : (+)
2. Ektensi trunk Hasil : (+)
3. Low Back Manouver II Hasil : (+)
- Bragard
- Brudzinsky
- Straight Leg Rissing Test (Laseigues Test)
4. Low Back Manouver III
- Hip extension knee extension fiksasi pada tuber ischiadicum (Hip Joint)
- Hip extension knee extension fiksasi pada sacrum (+Sacroiliac joint)
- Hip extension knee extension fiksasi pada Lower thoracal (Lumbar spain)
5. Patric Test Hasil : (+)
6. Sacro Iliac Test Hasil : (+)
c) Latihan Ketiga
Posisi pasien telungkup, ke dua tangan pada posisi seperti push up, lalu
gerakan tangan menekan matras/lantai hingga siku dalam posisi lurus
dan badan terangkat ke atas sampai pinggang terasa sakit, usahakan pelv ic
serta kedua tungkai tetap menempel pada matras/lantai. Pertahankan
selama 5 detik dan dilakukan sebanyak 10 kali. Latihan ini berfungsi
untuk meningkatkan sirkulasi darah sehingga tercapai rileksasi otot-otot
ekstensor.
Gambar : Latihan ketiga (3) McKenzie exercise (McKenzie, 2000)
d) Latihan Keempat
Posisi pasien berdiri tegak, kaki agak terbuka dan ke dua tangan ditaruh
dipinggang, lalu bungkukkan badan ke belakang sejauh pasien bisa.
Pertahankan posisi selama 5 detik dan dilakukan sebanyak 10 kali. Latihanini
berfungsi untuk menambah ROM, memulihkan mobilitas dan fungsi
lumbal dengan mengembalikan posisi nukleus pulposus kembali ke anterior
sehingga anulus fibrosus akan menekan ligamentum longitudinal posterior
yang sangat sensitif karena banyak mengandung saraf aferent tipe Adan C,
dengan demikian inflamasi berkurang dan nyeri akan berkurang.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari terapi latihan McKenzie ada
beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
1. Penyusunan latihan ini dimulai dari gerakan-gerakan yang termudah
bagi pasien, kemudian ditingkatkan sesuai kemampuan pasien.
2. Saat melakukan latihan sedapat mungkin gerakan lurus bengkok
dilakukan pasien dengan pelan, berirama dan terkontrol.
3. Setiap jenis gerakan dikerjakan paling sedikit 5 (lima) kali dan
gerakan terbaik dilakukan sebanyak 15 kali.
4. Latihan dengan posisi tiduran sebaiknya dilakukan di lantai dengan
menggunakan matras yang agak keras.
5. Latihan dilakukan semampu pasien, tidak boleh terlalu lelah
6. Harus memberitahukan kepada yang bersangkutan apabila latihan
yang dilakukan menambah rasa sakit, bahkan jika perlu latihan yang
harus dihentikan.
Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua lutut fleksi dan kaki datar di atas
bed/lantai. Secara perlahan tarik lutut kanan kearah bahu dan pertahankan 5
10 detik. Kemudian diulangi untuk kiri dan pertahankan 5 - 10 detik.
c) Latihan III (double knee to chest)
c. Bridging
Bridging exercise merupakan latihan yang meningkatkan kekuatan otot
ekstensor hip dan mempromosikan stabilitas bagasi. Hal ini sering diberikan untuk
pasien dengan nyeri punggung, dan meningkatkan aktivitas otot stabilisasi seperti
internal oblique, external oblique, and erector spinae muscles.
Seseorang dengan back and hip pathologies sering diberikan untuk melakukan
latihan dalam posisi elevasi, mengangkat panggul dari lantai. Latihan ini sangat
berguna untuk memfasilitasi gerakan panggul dan memperkuat punggung dan
pinggul ekstensor, dan meningkatkan kontrol motor dari area lumbo-pelvic.
1. Teknik
Pasien terletak pada penyihir punggungnya kaki datar di tanah dan 60
derajat fleksi pada lutut. Kemudian pasien mengaangkat pinggul dari lantai
sampai punggung dan ekstremitas atas kaki berada diposisi yang sama.
2. Analisis gerakan
Pergerakan bridging panggul mengungkapkan gerakan terdiri dari :
Hip Ekstensi
ekstensi lumbar
Posterior tilt panggul.
3. Variasi
Latihan bridging panggul dapat bervariasi sebagai :
1. With pelvic tilt
2. With straight leg raising (slr)
d. PNF
Metode PNF menyusun latihan-latihan dalam patron-patron gerakan yang
selalu melibatkan lebih dari satu sendi dan mempunyai tiga komponen gerakan.
Latihan gerakan akan lebih cepat berhasil apabila pasien secara penuh mampu
melakukan suatu gerakan dari pada dia hanya mampu melakukan sebagian saja.
Hindarkan sara sakit. pengulangan-pengulangan yang banyak dan variasi-variasi
patron serta sikap posisi awal akan memberikan hasil yang lebih baik. Aktifitas
yang lama adalah penting untuk meningkatkan kekuatan, kondisi koordinasi dari
system neuromuskuler.
Lewat rangsangan-rangsangan tadi kita berusaha untuk mengkaktifkan
kembali mekanisme latent dan cadangan-cadangannya dengan tujuan utama untuk
meningkatkan kemampuan ADL.
1. Prinsip dasar metode PNF adalah ;
a. Prinsip Neurofisiologis
Overflow principle motoris impuls dapat diperkuat oleh motoris impuls
yang lain dari group otot yang lebih kuat yang dalam waktu bersamaan
berkontraksi, dimana otot-tot tersebut mempunyai fungsi yang sama (otot
sinergis). Overflow principle ini menimbulkan apa yang disebut iradiasi.
Rangsang saraf motoris mempunyai nilai ambang rangsang tertentu (semuanya
atau tidak sama sekali). Innervatie reciprocal, aktifitas refleks kontraksi otot
agonis akan membuat relaks antagonisnya. Inductie successive (Sherington) ;
agonis akan terfasillitasi ketika antagonisnya berkontraksi atau agonisnya
berkontraksi atau agonis akan lebih mudah berkontraksi apabila sebelumnya
dilakukan kontraksi pada antagonisnya. Semakin kuat kontraksi antagonis
semakin kuat efek fasilitasinya.
b. Prinsip Gerakan
Latihan isometris ditujukan untuk memperbaiki sikap sedangkan latihan
isotonis ditujukan untuk memperbaiki gerakan. Gerakan tunggal murni
terisolasi tidak ada dalam kehidupan ini. Otak kita tidak mengenal aktifitas
otot secara individual, tetapi gerakan-gerakan secara kelompok dan setiap
gerakan terjadi dalam arah tiga dimensi, seperti otot juga yang berbentuk
spiral dan juga arah pendekatannya. Dengan dasar-dasar tersebut, metode PNF
menyusun latihan-latihan dalam patron-patron gerakan yang selalu melibatkan
lebih dari satu sendi dan mempunyai tiga komponen gerakan. Latihan gerakan
akan lebih cepat berhasil apabila pasien secara penuh mampu melakukan suatu
gerakan dari pada dia hanya mampu melakukan sebagian saja. Hindarkan rasa
sakit. Pengulangan-pengulangan yang banyak dan variasi-variasi patron serta
sikap posisi awal akan memberikan hasil yang lebih baik. Aktifitas yang lama
adalah penting untuk meningkatkan kekuatan, kondisi koordinasi dari system
neuromuskuler.
Ahmad, A., & Budiman, F. (2014). Hubungan Posisi Duduk Dengan Nyeri Punggung Bawah
Pada Penjahit Vermak Levis Di Pasar Tanah Pasir Kelurahan Penjaringan Jakarta
Utara
Cho, T.A., 2015. Spinal Cord Functional Anatomy. Continuum (Minneap Minn)
Min Yong Eom, MPH, PT,Sin Ho Chung, PhD, PT,Tae Sung Ko, PhD, PT, 2013. Effects of
Bridging Exercise on Different Support Surfaces on the Transverse Abdominis: J. Phys
Pearce, C.E., 2009. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Cetakan edisi ke-33, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Khalid, M.U., Rafiq, M. & Zehra, N., 2013. Effectiveness of William TM s flexion exercises
in management of low back pain. Pakistan Journal of Medicine and Dentistry
Pramita, I., 2014. Core Stability Exercise Lebih Baik Meningkatkan Aktivitas Fungsional
Dari Pada Williams Flexion Excercise Pada Pasien Nyeri Punggung Bawah Miogenik.
Udayana.
Saadah, H.D., 2013. Pengaruh Latihan Fleksi William ( Stretching ) terhadap Tingkat Nyeri
Punggung Bawah pada Lansia di Posyandu Lansia RW 2 Desa Kedungkandang
Malang. Jurnal Sains Medication
Sintya, N.L.M., Wibawa, A. & Purnawati, S., 2015. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan
Nyeri Punggung Bawah terhadap Pemilihan Fisioterapi sebagai Cara Mengatasinya
pada Pengrajin Ukir Kayu di Desa Ketewel. Jurnal Universitas Udayana
Tulder, Maurits van, 2000. Exercise Therapy for Low Back Pain, A Systematic Review
Within the Framework of the Cochrane Collaboration Back Review Group
Algoritme Pemeriksaan Fisioterapi Pada Low Back Pain
ya
Springing test positif, Spurlings test positif,
Tes khusus: disc traction posisi ekstensi nyeri menurun, valsava
maneouvre positif
ya
ya
Pemeriksaan Penunjang MRI untuk melihat tingkatya
LBP dan Nyeri tekan
Dan Pengukuran dgn algometer/VAS; Kenn muscle dengan MMT MRI