Anda di halaman 1dari 33

Portofolio

HIPERTENSI

Oleh :
Kartika Luthfiana, S.Ked
04054821618113

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan Judul :


Hipertensi

Disusun Oleh:
Kartika Luthfiana, S.Ked
04054821618113

Telah diterima sebagai salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang.

Palembang, Juni 2017


Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kampus

dr. Hj. Rita Agustia Harun, M.Kes

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
portofolio ini dengan judul Hipertensi. Portofolio ini merupakan salah satu
syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di bagian IKM-IKK FK
UNSRI.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. H. M. A. Husnil Farouk, MPH selaku pembimbing
yang telah memberikan pengarahan dan saran yang mendukung sehingga
portofolio ini dapat terselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Pimpinan Puskesmas Kampus sebagai pembimbing, beserta staf, teman-teman,
dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan portofolio ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan portofolio ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Demikianlah penulisan portofolio ini, semoga bermanfaat, amin.

Palembang, Juni 2017

Penulis

3
DAFTAR ISI
Halaman Judul................... i
Halaman Pengesahan................. ii
Kata Pengantar....... iii
Daftar Isi............ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. 1

BAB II LAPORAN KASUS


2.1 Identitas Pasien 2
2.2 Anamnesis.... 2
2.3 Pemeriksaan Fisik 3
2.4 Diagnosis Kerja....... 4
2.5 Rencana Pemeriksaan Penunjang ....................................................... 4
2.6 Terapi... 4
2.7 Komplikasi... 5
2.8 Prognosis. 5
2.9 Kerangka Masalah Pasien 6

BAB III TINJAUAN PUSTAKA


3.1 Definisi....... 7
3.2 Epidemiologi....... 8
3.3 Etiologi....... 8
3.4 Patofisiologi 9
3.5 Gejala Klinis........................................................................................... 10
3.6 Pemeriksaan Penunjang 15
3.7 Diagosis...... 17
3.8 Diagosis Banding... 17
3.9 Penatalaksanaan..... 18
3.10 Pencegahan...... 21
3.11 Komplikasi ......................................................................................... 25
3.12 Prognosis ............................................................................................ 28

4
3.13 Kesimpulan ......................................................................................... 28

BAB IV PENCEGAHAN/PEMBINAAN
4.1 Genogram.................................... 29
4.2 Home Visite............. 29

DAFTAR PUSTAKA........................... 34
LAMPIRAN 1.......... 36

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada
paling dekat ditengahtengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan
denganunitpelayanankesehatanlainya(RumahSakitSwastamaupunNegeri).
Fungsipuskesmasadalahmengembangkanpelayanankesehatanyangmenyeluruh
seiringdenganmisinya.Pelayanankesehatantersebutharusbersifatmenyeluruh
atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi
aspek promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus
dikembangkanolehpuskesmasharusdiarahkankebentukpelayanankesehatan
dasar(basichealthcareservices)yanglebihmengedepankanupayapromosidan
pencegahan(publichealthservice).Fungsipuskesmasmenurutkeputusanmenteri
kesehatanrepublikIndonesiaNo.128/MENKES/SK/II/2004,adalahsebagaipusat
penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakatdankeluargadalampembangunankesehatan,sertapusatpelayanan
kesehatantingkatpertama.
Hipertensi tidak mempunyai sebab yang khusus tapi multi factor itu
sebagai respon terhadap peningkatan cardiac output atau adanya tekanan perifer.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dua kekuatan tersebut adalah genetik,
obesitas, stress lingkungan, kehilangan jaringan elastis dan arteriosclerosis aorta
dan arteri besar lain. Hipertensi skunder dapat sebagai akibat dari bermacam-
macam penyebab primer. Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan menjadi dua:
(1) Atas yang tidak dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang olahraga,
merokok, serta konsumsi alkohol dan garam). (2) Dan yang dapat dikontrol
(seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur dan garam).
Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah
sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg).
Hipertensi sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika salah

1
satu orang tua terkena hipertensi, maka kecenderungan anak untuk menderita
hipertensi adalah lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki
orang tua penderita hipertensi.
Sebanyak 31,7 persen atau sekitar satu dari tiga orang Indonesia
mengalami hipertensi namun mayoritas (76,1 persen) tidak mengetahui telah
mengalami hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan, demikian data dari
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007.
Dalam makalah ini, saya akan membahas tentang hasil kunjungan saya ke
salah satu pasien dari Puskesmas Kampus. Kegiatan ini diadakan untuk
mengevaluasi keadaan umum dan kesehatan pasien dan keluarganya, serta
lingkungan tempat tinggal mereka. Metode yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif dengan metode wawancara dengan pasien serta melihat keadaan rumah
dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


a. Nama Penderita : Ibu Tatik S.
b. Umur : 67 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : IRT
e. Agama : Islam
f. Dokter Muda : Kartika Luthfiana

2.2 Anamnesis (Autoanamnesis dan Aloanamnesis, 16 Juni 2017 10.00 WIB)


2.2.1 Keluhan Utama
Kepala pusing sejak 2 bulan yang lalu
2.2.2 Keluhan Tambahan
Leher sering terasa berat
2.2.3 Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 2 bulan yang lalu, os mengeluh sering merasa sakit kepala. Os
juga mengaku mempunyai riwayat darah tinggi semenjak 3 tahun yang
lalu. Selain itu Os mengaku kadang terasa sakit kepala dan tegang pada
daerah belakang leher.
BAK lancar dan BAB lancar. Alergi terhadap obat-obat tertentu
ataupun makanan disangkal oleh pasien. Riwayat merokok disangkal oleh
pasien. Alergi terhadap obat-obat tertentu ataupun makanan disangkal oleh
pasien.

2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi (+) sejak tahun 2014
Riwayat diabetes melitus disangkal
Riwayat hiperkolestrolemia disangkal

3
2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat hipertensi dalam keluarga disangkal
b. Riwayat diabetes melitus dalam keluarga disangkal

2.2.6 Riwayat Penyakit Lingkungan


Tidak terdapat penyakit lingkungan

2.3 Pemeriksaan Fisik


2.3.1 Status Generalis
a. Keadaan umum : tampak sakit ringan
b. Kesadaran : compos mentis
c. Nadi : 98 x/menit
d. Tekanan Darah : 150/100 mmHg
e. Pernapasan : 24 x/menit
f. Suhu : 37,2oC
g. TB : 154 cm
h. BB : 48 kg
2.3.2 Keadaan spesifik
a. Kepala :
Kulit kepala : tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-)
Hidung : tidak ada kelainan
Telinga : tidak ada kelainan
Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
Mulut dan mukosa : tidak ada kelainan
b. Leher : tidak ada kelainan
c. Thorax :
Inspeksi : simetris, retraksi tidak ada
Palpasi : Ictus cordis tidak terlihat dan teraba, stem fremitus
kanan = kiri
Perkusi : Batas jantung normal, Sonor pada kedua lapang

4
paru
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, HR 98 x/menit,
murmur (-), gallop (-), suara napas vesikuler (+)
ronkhi (-) wheezing (-)
d. Abdomen :
Inspeksi : Datar, simetris
Palpasi : Lemas, hepar lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
epigastrium, massa (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
e. Ekstremitas : Edema (-), CRT < 2 detik

2.4 Diagnosis Kerja


Hipertensi

2.5 Rencana Pemeriksaan Penunjang :


Pemeriksaan laboratorium (darah, urin, elektrolit, KGD, kolesterol dll.)
dan pemeriksaan khusus (EKG, X-Ray thorax dll)

2.6 Terapi
a. Promotif : menghimbau kepada pasien dan keluarga lain, agar dapat
menjalankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang
sehat, tidak tinggi kolesterol, menghindari rokok, melakukan olahraga
ringan dan mengurangi aktivitas yang berat dan menyita banyak
pikiran.
b. Preventif : menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan
mengkonsumsi makanan yang tidak tinggi kandungan kolesterolnya,
mengurangi konsumsi kacang-kacangan, menghindari rokok,
berolahraga ringan, mengurangi aktivitas yang membutuhkan banyak
pikiran, menghindari stress, hindari makanan mengandung asam urat,
membatasi aktivitas fisik.

5
c. Kuratif :
Terapi medikamentosa :
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat (pengobatan hipertensi
umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan
standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint
National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High
Blood Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :

Diuretik: HCT 1-2 X 25 mg/ hari atau furosemid 1-2 X 40 mg/ hari.
Kontraindikasi: DM, Gout

Beta bloker : Propanolol 2-3 X 10 mg / hari. Kontraindikasi : Asma,


DM, Gagal Jantung

Adrenergik neuron bloker : Reserpin 1-3 X 0,1 mg . Kontraindikasi :


ulkus ventrikuli

ACE-inhibitor: captopril 2-312,5-25 mg

d. Rehabilitatif :
- Olahraga ringan dan istirahat cukup
- Pencegahan hipertensi dengan istirahat cukup tidak stress

2.7 Komplikasi
Komplikasi dini antara lain dapat timbul pleuritis, efusi pleura,
empiema, laryngitis. Sedangkan komplikasi lanjut dapat menyebabkan

6
obstruksi jalan nafas, kerusakan parenkim paru, kor pulmonal, amiloidosis,
karsinoma paru.

2.8 Prognosis
a. Penyakit : dubia ad bonam
b. Keluarga : dubia ad bonam
c. Masyarakat : bonam

7
2.9 Kerangka Masalah Pasien

B L I
P E IL N
A YPO G
A NE L K
A NOR U
K EG I N
S E LI G
H AAS A
T AK N
N U

8
BABIII
TINJAUANPUSTAKA
HIPERTENSI

A. Pendahuluan
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena
beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih
banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun
yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta
adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas.

B. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer)
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi,
sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki
lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari
kulit putih ).

c. Kebiasaan hidup

7
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau
makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum
alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

C. Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya
populsi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan
besar juga bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupu n kombinasi
hipertensi sistolik dan diastolic sering timbul pada lebih dari separuh orang
yang berusia > 65 tahun. Selain itu laju pengendalian tekanan darah yang
dahulu terus meningkat, dalam decade terakhir tidak menunjukkan
kemajuan lagi dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34 %
dari seluruh pasien hipertensi.Sampai saat ini data hipertensi yang lengkap
sebagian besar berasal dari Negara-negara yang sudah maju. Data dari The
National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES)
menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insidens hipertensi pada orang
dewasa adalah sekitar 29-31 % yang berarti terdapat 58-65 juta orang
hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES
III tahun 1988-1991.

D. Definisi
Suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).Penulisan tekanan darah
(contoh: 120/80 mmHg) didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut
jantung.
Hipertensi adalah tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan
diastolik >90 mmHg secara kronik. Berdasarkan penyebabnya
Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Hipertensi essensial/primer. Jenis hipertensi yang penyebabnya masih
belum dapat diketahui. disebut juga hipertensi idiopatik. Sekitar 90%
penderita hipertensi menderita jenis hipertensi ini. Oleh karena itu,

8
penelitian dan pengobatan lebih banyak ditujukan bagi penderita
hipertensi essensial ini.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Jenis hipertensi yang menjadi
penyebabnya dapat diketahui, sering disebut hipertensi renal karena
kelainan ginjal menjadi penyebab tersering. Penyebab hipertensi
sekunder ini antara lain kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid, atau penyekit kelenjar adrenal.Terdapat pada sekitar 5%
kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer
dan sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa diatas 18 tahun


Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan
Diastolik (mmHg)
Normal <120 dan <80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi 140-159 atau 90-99
Stadium I
Hipertensi >160 atau >100
Stadium II
Sumber JNC VII 2003 JNC 7 (the Seventh US National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure)

BATASAN
Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau
diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah di
antara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension.
Batasan tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin sedangkan
batasan hipertensi yang memperhatikan perbedaan usia dan jenis
kelamin diajukan oleh kaplan (1985) sebagai berikut: pria yang berusia
<45 dinyatakan hipertensi jika tekanan darah pada waktu berbaring

9
130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia >45 dinyatakan
hipertensi jika tekanan darahnya 145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang
mempunyai tekanan darah 160/95 mmHg atau lebih dinyatakan
hipertensi.
The Sixth Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (1997)
mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang
dalam pengobatan antihipertensi.

E. Patogenesis
Hipertensi esensial adalah multifaktorial yang timbul terutama karena
interaksi antara faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang
mendorong timbulnya kenailan tekanan darah tersebut adalah :
1. Faktor resiko, seperti: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas,
merokok dan genetis
2. System saraf simpatis
Tonus simpatis
Variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi :
endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari
endotel, otot polos dan interstitium juga memberikan kontribusi
akhir
4. Pengaruh system otokrin setempat yang berperan pada system
rennin, angiotensin dan aldosteron.

F. Kerusakan Organ Target


Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang
umum ditemui pada pasien hipertensi adalah :
1. Jantung
Hipertrofi ventrikel kiri
Angina atau infark miokardium
Gagal jantung
2. Otak
Stroke atau transient ischemic attack
3. Penyakit ginjal kronis

10
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakn organ-organ
tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada
organ, atau karena efek tidak langsung , antara lain adanya autoantibodi
terhadap reseptor ATI angiotension II, stress oksidatif, down regulation
dari ekspresi nitric oxide synthase. Penelitian lain juga membuktikan
bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar
dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh
darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-(TGF-).
Adanya kerusakan organ target terutama pada jantung dan pembuluh
darah, akan memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya
morbidaitas dan mortalitas pasien hipertensi terutama disebabkan oleh
timbulnya penyakit kardiovaskular.
Faktor resiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara adalah
:
Merokok
Obesitas
Kurangnya aktivitas fisik
Dislipidimia
Diabetes mellitus
Mikroalbiminuria
Umur (laki-laki) > 55 tahun, perempuan 65 tahun
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular
premature
Pasien dengan pra-hipertensi beresiko mengalami peningkatan tekanan
darah menjadi hipertensi, mreka yang tekanan darahnya berkisar antara
130-139/80-89 mmHg dalam sepanjang hidupnya akan mengalami dua
kali resiko menjadi hipertensi dan mengalami kardiovaskular daripada
yang tekanan darahnya lebih rendah.
Pada orang yang berumur lebih dari 59 tahun, tekanan darah sistolik > 140
mmHg merupakan faktor resiko yang lebih penting untuk terjadinya
penyakit kardiovaskular daripada tekanan darah diastolik :
Resiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75
mmHg meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg

11
Resiko penyakit kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten dan
independen dari faktor resiko lainnya
Individu berumur 55 tahun memiliki 90% resiko untuk mengalami
hipertensi

G. Evaluasi Hipertensi
Evaluasi pada pasien hipertensi bertujuan untuk :
1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko
kardiovaskular lainnya atau menilai adanya penyakit penyerta yang
mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan
2. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah
3. Menentukan ada tidakanya kerusakan target organ dan penyakit
kardiovaskular
Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang
keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
Anamnesis meliputi :
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder
a) Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal
b) Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri,
pemakian obat-obat analgesic
c) Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi
(feokromositoma)
d) Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
3. Faktor-faktor resiko :
a) Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau
keluarga pasien
b) Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarga pasien
c) Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarga pasien
d) Kebiasaan merokok
e) Pola makan
f) Kegemukan, intensitas olahraga
g) Kepribadian
4. Gejala kerusakan organ
a) Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan
penglihatan, transient ischemic attack, deficit sensoris atau
motoris
b) Jantung : nyeri dada, sesak, bengkak kai
c) Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuri
d) Arteri perifer : ekstremitas dingin

12
5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6. Faktor-faktor pribadi, keluarga dam lingkungan.
Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah, juga untuk evaluasi
adanya penyakit penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan
adanya hipertensi sekunder.
Pengukuran tekana darah :
Pengukuran rutin di kamar periksa
Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-
ABPM)
Pengukuran sendiri oleh pasien
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari :
Tes darah rutin
Gluukosa darah
Kolesterol total serum
Kolesterol LDL dan HDL serum
Trigliserida serum
Asam urat serum
Kreatinin serum
Kalium serum
Hemoglobin dan hematokrit
Urinalisis
Elektrokardiogram
Beberapa pedoman penanganan hipertensi menganjurkan test lain seperti :
Esokardiogram
USG karotis
C-reactive protein
Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin
Proteinuria kuantitatif
Funduskopi
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya
penyakit penyerta sistemik, yaitu :
Arteriosklerosis (malalui pemerikasaan profil lemak)
Diabetes (terutama pemerikasaan gula darah)
Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria, kreatinin serum,
serta memperkirakan laju filtrasi glomerulus)
Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukan
kerusakan organ target dapat dilakukan secara rutin, sedanga pemeriksaan
lainnya hanya dilakukan bila ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan

13
dan gejala pasien. Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan
organ target meliputi :
1. Jantung
Pemeriksaan fisis
Foto polos dada (untuk pembesaran jantung, kondisi arteri
intratoraks dan sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, gangguan
konduksi, aritmia, serta hipertrofi ventrikel kiri)
Ekokardiografi
2. Pembuluh darah
Pemeriksaan fisis termasuk perhitungan pulse pressure
Ultrasonografi (USG) karotis
Fungsi endotel
3. Otak
Pemeriksaan neurologis
Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan cranial
computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance
imaging (MRI) (untuk pasien dengan gangguan neural,
kehilangan memori atau gangguan kognitif)
4. Mata
Funduskopi
5. Fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya
proteinuria/mikro-makroalbuminuria serta rasio albumin
kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus

H. Pengobatan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah :
Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu beresiko
tinggi (diabetes, gagal ginjal proteinuria) <130/80 mmHg
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau
kondisi penyerta lainna seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga
harus dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi.
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan
farmakologis. Terapi nonfarmakologis harus dilaksnakan oleh semua

14
pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan
mengendalikan faktor-faktor resiko serta penyakit pemyerta lainnya.
Terapi nonfarmakologis terdiri dari :
Menghentikan merokok
Menurunkan berat badan berlebih
Menurunkan konsumsi alcohol berlebih
Latihan fisik
Menurunkan asupan garam
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan
lemak
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmaklogis hipertensi yang
dianjurkan oleh JNC7 :
Diuretika, terutama jenis Thiazide (thiaz) atau Aldosterone
Antagonist (Aldo Ant)
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor
antagonist/blocker (ARB)
Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan
dalam pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi juga
dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
Faktor sosial ekonomi
Profil faktor resiko kardiovaskular
Ada tidaknya kerusakan organ target
Ada tidaknya penyakit penyerta
Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi
Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang gunakan pasien
untuk penyakit lain
Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan
dalam menurunkan resiko kardiovaskular
Untuk keperluan pengobatan, ada pengelompokan pasien berdasarkan
yang memerlukan pertimbangan khusus yaitu kelompok Indikasi yang
memaksa dan keadaan khusus lainnya .
Indikasi yang memaksa ,meliputi :
Gagal jantung
Pasca infark miokardium

15
Resiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi
Diabetes
Penyakit ginjal kronis
Pencegahan stroke berulang
Keadaan khusus lainnya meliputi :
Populasi minoritas
Obesitas dan sindrom metabolic
Hipertrofi ventrikel kanan
Penyakit arteri perifer
Hipertensi pada usia lanjut
Hipotensi postural
Demensia
Hipertensi pada perempuan
Hipertensi pada anak dan dewasa muda
Hipertensi urgensi dan emergensi
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan
target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu.
Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja
panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali
sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi
atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada
tidkanya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam
dosis rendah dan kemudian tekanan darah belum mencapai target maka
selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke
antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa
dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun
kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi terapi kombinasi
dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien
karena jumlah obat yang harus diminum bertambah.
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah :
CCB dan BB
CCB dan ACEI atau ARB
CCB dan diuretika
AB dan BB
Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat

16
I. Pemantauan
Pasien yang telah mulai mendapat pengobatan harus datang kembali untuk
evaluasi lanjutan dna pengaturan dosis obat sampai target tekanan darah
tercapai. Setelah tekanan darah tercapai dn stabil, kunjungan berikutnya
dengan interval 3-6 bulan tetapi frekuensi kunjungan ini juga ditentukan
oleh ada tidaknya kormoditas seperti gagal jantung, penyakit yang
berhubungan seperti diabetes dan kenutuhan akan pemeriksaan
laboratorium.

Strategi untuk meningkatkan kepatuhan pada pengobatan :


Empati dokter akan meningkatkan kepercayaan, motivasi dan
kepatuhan pasien
Dokter harus mempertimbangkan latarbalakang budaya
kepercayaan pasien serta sikap pasien terhadap pengobatan
Pasien diberitahu hasil pengukuran tekanan darah, target yang
masih harus dicapai, rencana pengobatan selanjutnya serta
pentingnya mengikuti rencana tersebut.
Penyebab hipertensi resisten :
1. Pengukuran tekanan darah yang tidak benar
2. Dosis belum memadai
3. Ketidakpatuhan pasien dalam penggunan obat antihipertesni
4. Ketidakpatuhan pasien dalam memperbaiki pola hidup
Asupan alcohol berlebih
Kenaikan berat badan berlebih
5. Kelebihan volume cairan
Asupan garam berlebih
Terapi diuretika tidak cukup
Penurunan fungsi ginjal berjalan progresif
6. Adanya terapi lain
Masih menggunakan bahan/obat lain yang meningkatkan
tekanan darah
Adanya obat lain yang mempengaruhi atau berinteraksi
dengan kerja obat antihipertensi
7. Adanya oernyebab hipertensi lain/sekunder
Jiak dalam 6 bulan target pengobatan (termasuk target tekanan darah)
tidak tercapai, harus dipertimbangkan untuk melakukan rujukan ke dokter
spesialis atau subspesialis.

17
Pengobatan antihipertensi umumnya untuk selama hidup. Penghentian
pengobatan cepat atau lambat akan diikuti dengan naiknya tekanan darah
sampai seperti sebelum dimulai pengobatan antihipertensi. Walaupun
demikian untuk menurunkan dosis dan jumlah obat antihipertensi secara
bertahap bagi pasien yang diagnosis hipertensinya sudah pasti serta tetap
patuh terhadap pengobatan nonfarmakologis. Tindakan ini harus disertai
dengan pengawasan tekanan darah yang ketat.

18
BAB IV
PENCEGAHAN ATAU PEMBINAAN KELUARGA

4.1 Genogram Keluarga Tn. Abdullah (69 tahun)

Tn.Abdullah/69th Ny.Tatik/67th

Ratih/ 44 th Syahid/ 40 th Dani/ 34th

4.2 Home Visite (9 Fungsi Keluarga)


4.2.1 Fungsi Holistik
Fungsi holistik adalah fungsi keluarga yang meliputi fungsi
biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.
a. Fungsi Biologis: Didalam keluarga ini tidak terdapat penyakit yang
menurun seperti thalasemia, hemofilia, buta warna, dll. Di dalam
keluarga ini juga tidak terdapat penyakit menular yang terjadi sebelum
An. Rio Saputra terdiagnosis Varisela.
b. Fungsi Psikologis: Keluarga ini memiliki fungsi psikologis yang baik.
Hubungan antar anggota keluarga harmonis dan sangat akrab.
c. Fungsi Sosial Ekonomi: Kondisi ekonomi keluarga ini menengah
keatash. Tn. Abdullah pensiunan PNS selaku kepala keluarga
sedangkan Ny.Tatik sebagai ibu rumah tangga. Keluarga ini berperan
aktif dalam setiap kegiatan dan kehidupan sosial di masyarakat seperti
pengajian, dsb.

29
4.2.2 Fungsi Fisiologis
Keluarga diukur dengan skor APGAR, yaitu skor yang digunakan
untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota
keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. Skor
APGAR meliputi:
a. Adaptation: keluarga ini sudah mampu beradaptasi antar sesama
anggota keluarga, saling mendukung, saling menerima dan
memberikan saran satu dengan yang lainnya.
b. Partnership: komunikasi dalam keluarga ini sudah baik, mereka saling
membagi, saling mengisi antar anggota keluarga dalam setiap masalah
yang dialami oleh keluarga tersebut.
c. Growth: Keluarga ini juga saling memberikan dukungan antar anggota
keluarga akan hal-hal yang baru yang dilakukan anggota keluarga
tersebut.
d. Affection: Interaksi dan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga
ini sudah terjalin dengan cukup baik.
e. Resolve: Keluarga ini memiliki rasa kebersamaan yang cukup tinggi
dan kadang-kadang menghabiskan waktu bersama dengan anggota
keluarga lainnya.
Adapun skor APGAR keluarga ini adalah 7.75, dengan interpretasi
cukup (data terlampir).
4.2.3 Fungsi Patologis
Fungsi patologis dinilai dengan skor SCREEM:
a. Social: Interaksi keluarga ini dengan tetangga cukup baik.
b. Culture: Keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang cukup
terhadap budaya, tata karma, dan perhatian terhadap sopan santun.
Walaupun berasal dari dua budaya yang berbeda, namun hal ini tidak
menjadi hambatan dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Bahasa
yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Palembang.
c. Religious: Keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai dengan
ajaran agama yang dianutnya.

30
d. Economic: Status ekonomi keluarga ini menengah ke atas.
e. Educational: Tingkat pendidikan anggota keluarga cukup baik.
f. Medical: Keluarga ini sudah mampu mendapat pelayanan kesehatan
yang memadai. Jika ada anggota keluarga yang sakit, mereka berobat
ke Puskesmas atau ke praktik dokter umum.
4.2.4 Fungsi Hubungan antarmanusia
Hubungan interaksi antar anggota keluarga sudah terjalin dengan
baik.
4.2.5 Fungsi Keturunan (genogram)
Fungsi genogram dalam keadaaan baik (sudah dijelaskan diatas).
4.2.6 Fungsi Perilaku (Pengetahuan, sikap, dan tindakan)
Pengetahuan tentang kesehatan keluarga ini sudah cukup baik, sikap sadar
akan kesehatan dan beberapa tindakan yang mencerminkan pola hidup sehat
sudah dilakukan dengan baik.
4.2.7 Fungsi Non-perilaku (Lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan)
Lingkungan rumah tergolong tidak sehat karena tidak terdapat pohon dan
tanaman serta tidak memiliki halaman rumah. Keluarga ini juga aktif
memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan. Jarak rumah dengan
puskesmas/rumah sakit cukup dekat sekitar 100 m dari Puskesmas Kampus.
4.2.8 Fungsi Indoor
Gambaran lingkungan dalam rumah belum memenuhi syarat-syarat
kesehatan. Dinding seluruh ruangan dirumah berbahan beton yang di cat
dan dalam keadaan bersih. Lantai sebagian berbahan keramik dan
sebagian lagi hanya semen. Pada ruang keluarga, lantai dilapisi dengan
karpet yang cukup tebal. terdapat 1 jendela di ruang keluarga dengan
ventilasi, sirkulasi udara, dan pencahayaan cukup baik.. Terdapat 1 kamar
tidur yang langsung berhubungan dengan ruang keluarga dengan ventilasi,
sirkulasi udara, dan pencahayaan kurang baik, Pada dapur, tidak terdapat
jendela dengan ventilasi, sirkulasi udara, dan pencahayaan kurang baik.
pada kamar tidur dan dapur lantai hanya dilapisi semen.

31
Sumber air bersih terjamin karena keluarga menggunakan air PAM.
Jamban ada di dalam rumah. Pengelolaan feses melalui septik tank.
Pengelolaan sampah dan limbah sudah cukup baik karena keluarga
membuang sampah di bak pembuangan sampah di sekitar lingkungan
tempat tinggal.
4.2.9 Fungsi Outdoor
Gambaran lingkungan luar rumah sudah cukup baik. Jarak rumah
dengan jalan raya tidak terlalu jauh, yaitu 10 meter. Tidak ada
kebisingan disekitar rumah. Tempat pembuangan umum tidak jauh dari
lokasi rumah, 500 meter.

4.3 Upaya Pencegahan dan Pembinaan


Upaya pencegahan dan pembinaan yang saya ajukan selaku Pembina
kesehatan keluarga An. Ahmad dapat ditinjau dari diseased-oriented point of view,
yaitu dalam rangka tatalaksana penyakit An. Ahmad berupa varisela. Saya
membagi penatalaksanaan menjadi dua bagian utama, yaitu penatalaksanaan non
farmakologis dan farmakologis. Pada penatalaksanaan non farmakologis, saya
menekan pada konsep komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Penjelasan
mengenai penyakit yang diderita, penyebab penyakit, dan hal-hal yang dapat
memperparah penyakit saya berikan kepada pasien. Penjelasan bahwa bintil
merah yang timbul dan terasa gatal pada kulit berasal dari gangguan virus. Saya
juga menjelaskan bahwa penyakit ini bisa menular melalui droplet dan kontak
langsung dari bintil pasien, sehingga pasien sebaiknya dijauhkan dari orang
sekitar hingga sembuh. Kemudian saya akan mengajarkan pasien untuk tidak
menggaruk bintil dan menjaga agar bintil tidak pecah. Tidak lupa pula
mengajarkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang untuk
memperkuat daya tahan tubuh.
Terapi Farmakologis yang saya ajukan adala pemberian obat topikal
berupa Bedak Salicyl 2% untuk mencegah pecahnya bintil merah. Kemudian
diberikan pula obat sistemik berupa Parasetamol tablet 3x250mg untuk

32
menurunkan demam, CTM tablet 4x2mg untuk mengurangi gatal, dan Asiklovir
tablet 4x400mg sebagai obat antivirus.

33
DAFTARPUSTAKA

1. Sunarto, K. Sosiologi Kesehatan. Pusat Penerbitan Universitas Indonesia.


Hlm. 2.3-2.5, 2002
2. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL:
Harrison's Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med.
Publ.Div., 2005.
3. Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL, Setiowulan W: Kapita Selekta
Kedokteran, Jakarta, Media Aaesculapius FKUI, 2001.
4. WHO Techn. Rep. Ser. 231, Arterial Hypertension & IHD (Preventive
Aspects WHO Chronicle 1962
5. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu,
Balai Penerbit FKUI, 2003.
6. Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2001. Cermin
Dunia Kedokteran No. 150, 2006 35

34
Lampiran 1

Gambar 1. Kondisi Lingkungan Rumah Ibu Tatik

35
Lampiran 2
SKOR SCREEM

Variabel Penilaian Penilaian


Social Interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar baik.
Culture Keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan
yang cukup terhadap budaya, tata karma, dan
perhatian terhadap sopan santun. Walaupun berasal
dari dua budaya yang berbeda, namun hal ini tidak
menjadi hambatan dalam menjalani kehidupan rumah
tangga. Anak penderita terkadang menggunakan
bahasa batak.
Religious Keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya.
Economic Status ekonomi keluarga ini menengah kebawah
Educational Tingkat pendidikan anggota keluarga cukup baik.

Medical Keluarga ini sudah mampu mendapat pelayanan


kesehatan yang memadai. Jika ada anggota keluarga
yang sakit, mereka berobat ke Puskesmas atau ke
praktik dokter umum.

36

Anda mungkin juga menyukai