Pokok Bahasan
BIOTEKNOLOGI DALAM
PASCA PANEN PRODUK HORTIKULTURA
Disampaikan oleh
Bambang B. Santoso
Sabtu, 4 Januari 2003 (09.10 - 10.50 WITA - R.AP 11)
Pasca Panen Hortikultura
2
BIOTEKNOLOGI DALAM
PASCA PANEN PRODUK HORTIKULTURA
A. Pengantar
Dari buah dan sayuran, manusia mendapatkan vitamin C yang tidak dapat
dibentuk oleh tubuh manusia itu sendiri. Disamping vitamin, buah dan sayuran
juga merupakan sumber penting dari pada karbohidrat, mineral dan protein
serta serat. Serat merupakan komponen yang penting juga karena disinyalir
dapat mengendalikan beberapa penyakit pada manusia yang dalam dietnya
kurang akan serat.
Bertolak dari pengertian dan cara pandang para ahli pasca panen terhadap
istilah bioteknologi yang menjelaskan bahwa segala upaya untuk
memperpanjang umur komoditi panenan (agar tetap segar) melalui pengaturan
udara simpan, maka pengendalian ataupun pengaturan dan juga modifikasi
udara penyimpanan komoditi panenan termasuk pula dalam kajian
bioteknologi. Hal ini didasarkan bahwa jaringan pada organ panenan
merupakan sekumpulan sel yang dikenai perlakuan agar sel-sel tersebut masih
dapat hidup (segar) hingga saat dikonsumsi (konsumen). Bilamana sel-sel pada
jaringan komoditi panenan tersebut dibiarkan pada kondisi yang tidak
dikendalikan, maka umur pasca panen atau umur simpan komoditi
bersangkutan akan lebih singkat akibat proses senesen yang berlangsung
cepat. Namun demikian kajian bioteknologi pada bidang pasca panen dapat
meluas hingga pemanfaatan teknologi transgenik untuk menghasilkan jenis-
jenis tanaman yang organ panenannya dapat bertahan dalam keadaan segar
lebih lama ataupun jenis-jenis yang memiliki nilai nutrisi (gizi) lebih baik.
Bahan atau senyawa untuk maksud tersebut di atas dapat berupa lilin atau
wax yang bersifat sebagai anti transpiran. Secara komersial telah
dikembangkan berbagai macam lilin untuk tujuan memperpanjang masa
pasca panen suatu komoditi panenan, seperti dengan nama dagang Brittex
atau ada pula yang dibuat dari madu, yaitu dikenal dengan nama lilin lebah.
Belakangan ini berkembang pula senyawa serupa dengan nama istilah
chitosan.
b. Room Cooling
Merupakan metode pendinginan yang luas pemakaiannya, yaitu dengan
memasukkan buang, sayuran maupun tanaman hias atau bunga potong
ke dalam ruangan penyimpanan. Ke dalam ruang simpan dialirkan udara
dingin dan diatur agar bergerak secara horisontal mengenai tanaman
hias atau bunga potong yang ada di dalam kontainer atau tempat
penyimpanan.
c. Vacuum Cooling
Melalui metode ini, pendinginan diperoleh dengan cara mengurangi
tekanan atmosfir di dalam ruangan yang besar, kuat, dan terbuat dari
baja. Penurunan tekanan atmosfir juga mengurangi tekanan uap air
berkurang, maka produk akan berevaporasi. Untuk mengurangi
kehilangan berat, selama periode pendinginan dilakukan penyemprotan
air secara halus ke dalam ruangan.
d. Package Icing
Cara ini merupakan cara pendinginan dengan memasukkan es ke dalam
kontainer atau kotak pak penyimpanan. Jumlah es yang diberikan
tergantung pada suhu awal produk. Es-es yang dimasukkan ke dalam
wadah penyimpanan berupa bongkah-bongkah es, pecahan es, atupun
air es yang disemprotkan ke permukaan produk sesaat setelah
Taraf CO2 yang meracun akan menyebabkan pencoklatan pada tipe petal
dan tidak dapat membukanya kuncup bunga. Gejala ini akan terjadi pada
keadaan suhu sangat rendah (0 C0). Taraf CO2 yang tinggi (di atas 15%)
akan menciptakan kondisi yang dapat merubah pigmen pada petal karena
pH sel menurun.
Di negara yang memiliki empat musim terlihat bahwa tidak semua tanaman
dapat mampu hidup dan beradaptasi pada musim dingin terutama pada
saat temperatur sangat rendah. Dalam kondisi dingin ini tanaman yang
toleran memproduksi sejumlah besar protein yang tidak diproduksi pada
kondisi normal. Gen pengkode protein tersebut berhasil diinduksi dan
ditransformasikan ke tanaman, namun tanaman yang dihasilkan tidak
meningkat daya adaptasinya terhadap kondisi suhu rendah. Pendekatan
lain yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi gen pengkode aktivator
protein-protein tersebut. Promotor gen ini telah ditingkatkan sehingga
protein tersebut diinduksi setiap saat, bukan hanya pada kondisi suhu
rendah. Gen tersebut ditranformasikan ke dalam tubuh tanaman dan
tanaman transgenik yang dihasilkan memiliki ketahanan terhadap kondisi
suhu rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Mantell, S.H., Matthews, J.A., and R.A. Mc Kee, 1985. Principles of Plant
Biotechnology an Introduction to Genetic Emgineering in Plants.
Blackwell Scientific Publications, Oxford.
Salunkhe, D.K., Bhat, N.R., and Desai, B.B., 1990. Postharvest Biotechnology
of Flowers and Ornamental Plants. Springer-Verlag.
Wills, R.B.H., W.B. McGlasson, D. Graham, T.H. Lee, and E.G. Hall, 1989.
Postharvest An Introduction to The Physiology and Handling of Fruit and
Vegetables. An AVI Book.