Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

(Teknologi Buangan Industri)

Dosen Pengampu :
Panca Nugrahini F, S.T.,M.T.

Nama Kelompok :
1. Annisa Ul Akhyar (1415041005)
2. Intan Ayu Sari (1415041024)
3. Zulaikha Setya Mega Sari (1415041069)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik. Limbah industri telah menjadi bagian yang terpisahkan dari aktivitas
pembangunan. Pada mulanya, limbah industri hanya dianggap sebagai produk sampingan
dari proses penggunaan sumberdaya alam, yang kemudian dibuang kembali ke alam.
Namun karena daya dukung alam semakin berkurang, pembuangan limbah kemudian
menjadi masalah. Tidak saja kualitas lingkungan yang menurun drastis tetapi juga
dampak terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya menjadi semakin nyata.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak baik
pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting lagi
mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan industrinya cukup tinggi dan
saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri. Sebagaimana lazimnya negara
yang masih berstatus semi industri, target yang lebih diutamakan adalah peningkatan
pertumbuhan output, sementara perhatian terhadap eksternalitas negatif dari pertumbuhan
industri tersebut sangat kurang.
Limbah tidak hanya diproduksi oleh industri atau pabrik, tetapi masyarakat juga
merupakan penghasil limbah yang jumlahnya secara umum jauh lebih besar dari pada
jumlah limbah industri. Dengan demikian semakin banyaklah masalah pencemaran yang
sulit ditanggulangi sebagai akibat dari meningkatnya jumlah limbah yang dibuang bebas
ke alam lingkungan kita. Sebagai contoh, limbah cair yang dibuang dan masuk ke badan
air tanpa pengolahan yang sesuai dengan standar yang berlaku.
Secara umum limbah cair dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu limbah cair
domestik dan limbah cair industri. Limbah cair domestik adalah limbah cair yang keluar
dari perumahan, gedung atau tempat usaha dan perkantoran. Sementara limbah cair
industri adalah limbah cair yang keluar dari industri atau pabrik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Secara sederhana limbah cair dapat didefinisikan sebagai air buangan yang berasal
dari aktivitas manusia dan mengandung berbagai polutan yang berbahaya baik secara
langsung maupun dalam jangka panjang. Berdasarkan sumbernya, limbah cair dapat
dibedakan atas limbah rumah tangga dan limbah industri, sedangkan polutan yang
terdapat dalam limbah dapat dibedakan atas polutan organik dan polutan anorganik
dan umumnya terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi.
Polutan yang terdapat dalam limbah cair merupakan ancaman yang cukup serius
terhadap kelestarian lingkungan, karena di samping adanya polutan yang beracun
terhadap biota perairan, polutan juga mempunyai dampak terhadap sifat fisika, kimia,
dan biologis lingkungan perairan. Dengan kata lain, perubahan sifat-sifat air akibat
adanya polutan dapat mengakibatkan menurunnya kualitas air sehingga berdampak
negatif terhadap kelestarian ekosistem perairan dalam berbagai aspek.
Limbah cair diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Limbah cair domestic ( domestic wastewater)
Yaitu limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, restoran, penginapan,
mall dan lain-lain.Contoh : air bekas cucian pakaian atau peralatan makan, air bekas
mandi, tinja, sisa makanan berwujud cair dll.
2. Limbah cair industry (industrial wastewater)
Yaitu limbah cair hasil buangan industri.Contoh ; air sisa cucian daging, buah atau
sayur dari industry pengolahan makanan, air sisa pewarnaan pada industry tekstil dll.
3. Rembesan dan Luapan ( infiltration and inflow )
Rembesan yaitu : limbah cair yang berasal dari berbagai sumber saluran pembuangan
yang rusak, pecah atau bocor sehingga merembes ke dalam tanah.Luapan yaitu :
limbah cair yang meluap dari saluran pembuangan yang terbuka karena debitnya
melebihi daya tampungnya.Contoh : air buangan dari talang atap, AC, tempat parker,
halaman, bangunan industri atau perdagangan, pertanian dan perkebunan dan lain-
lain.
4. Air hujan
Air hujan dikategorikan sebagai limbah apabila hujan terjadi pada daerah yang
tercemar udaranya oleh gas-gas sulfur maupunnitrogen sehingga ketika hujuan turun,
terjadilah hujan asam sebagai akibat terjadinya reaksi antara gas-gas belerang dan
nitrogen di udara dengan air hujan.Hujan asam pHnya rendah, berasa masam, bersifat
korosif dan kadang-kadang terasa gatal di kulit.

2.2 Karakteristik Limbah Cair

Limbah cair dapat didefinisikan sebagai sampah berwujud cair yang dihasilkan dari
proses industri atau kegiatan lain yang dilakukan oleh manusia. Limbah cair dapat
dibedakan menjadi beberapa golongan berdasarkan asal limbahnya yaitu, limbah
rumah tangga, limbah pertanian, dan limbah industri (Daryanto, 1995). Apabila
limbah cair dibuang langsung ke perairan tanpa diolah terlebih dahulu, maka akan
menimbulkan berbagai dampak pada biota perairan, sifat kimia dan sifat fisika air.
Karakteristik limbah cair ada tiga, yaitu :
a. Karakteristik fisika
Sifat fisika yang bekaitan dengan pencemaran air adalah suhu, warna, bau, rasa
dan kekeruhan. Suhu air limbah umumnya lebih tinggi dibandingkan suhu air
normal, karena kadar oksigen terlarut dalam limbah lebih rendah dari pada kadar
oksigen terlarut pada air normal. Timbulnya warna pada air disebabkan oleh
adanya bahan organik terlarut dan tersuspensi termasuk diantaranya yang bersifat
koloid. Dengan demikian, diketahui bahwa intensitas warna berbanding lurus
dengan konsentrasi polutan dalam limbah, yang artinya intensitas warna dapat
memperlihatkan kualitas suatu limbah. Bau dan rasa pada air limbah timbul
karena adanya penguraian bahan-bahan organik terlarut secara mikrobiologis.
Kekeruhan adalah ciri lain dari limbah cair yang disebabkan oleh partikel
tersuspensi dalam limbah yang menimbulkan dampak negatif paling nyata yaitu
turunnya daya serap air akan cahaya matahari, sehingga proses kehidupan biota
perairan terganggu.
Pengendalian limbah cair dengan proses fisika dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu :
1. Screening
Screen bertujuan untuk memisahkan potonganpotongan kayu, plastik dsb.
Biasanya terdiri atas batangan-batangan besi yg berbentuk lurus atau
melengkung dan biasanya dipasang dg tingkat kemiringan 75-90 thd
horisontal.
2. Aerasi
Tujuan proses aerasi adalah mengontakkan semaksimal mungkin permukaan
cairan dengan udara atau atmosfir. Agar transfer suatu zat atau komponen dari
satu medium ke medium yang lain berlangsung efisien maka yang terpenting
adalah terjadinya turbulensi antara cairan dengan udara sehingga tidak terjadi
interface yang stagnan atau diam antara cairan dan udara yang dapat
menyebabkan laju perpindahan terhenti. Untuk memperoleh keadaan tersebut,
terdapat beberapa prinsip dasar alat aerasi yaitu :
Air terjun
Sistem aerasi difusi udara
Aerator mekanik

Gambar 1. Beberapa jenis cara aerasi


3. Mixing
Pencampuran (mixing) dilakukan jika ada suatu materi harus bercampur
dengan materi lain secara sempurna. Selain itu proses pencampuran diperlukan
apabila dalam suatu reaktor harus dijaga konsentrasi atau temperatur yang
merata. Proses pencmpuran biasanya digunakan pada pencampuran bahan
koagulan dengan air dan pada penambahan khlor untuk desinfeksi. Pada
pengolahan air limbah, pencampuran digunakan pada proses pengolahan
biologi yang memerlukan pencampuran terus menerus sehingga proses biologi
dapat terjadi lebih efektif. Alat atau metode pencampuran dapat dibagi dalam
beberapa jenis, yaitu :
1. Turbin atau padle mixer
2. Propeler mixer
3. Pneumatic mixer
4. Hydraulic mixing
5. In-line hydraulic dan static mixing

Gambar 2. Beberapa jenis metoda dan peralatan untuk pencampuran


4. Flokulasi
Penggumpalan (flokulasi) untuk memperbesar ukuran partikel tak terlarut
sehingga menjadi lebih berat dan mudah mengendap di dasar shg pemisahan
padatan tdk terlarut lebih mudah melalui pada proses berikutnya
(pengendapan).

Gambar 3. Beberapa jenis reaktor untuk proses flokulasi


5. Sedimentasi
Pengendapan (sedimentasi) untuk memisahkan partikel-partikel tersuspensi
yang lebih berat dari air sehingga kotoran-kotoran mengendap dengan gaya
beratnya sendiri (gaya gravitasi). Proses sedimentasi pada pengolahan air
limbah umumnya untuk menghilangkan padatan tersuspensi sebelum
dilakukan proses pengolahan selanjutnya.
6. Rancangan bak sedimentasi
Bak sedimentasi dapat berbentuk segi empat atau lingkaran. Pada bak ini
aliran air limbah sangat tenang untuk memberi kesempatan pada padatan atau
suspensi untuk mengendap.
Gambar 4. Bak sedimentasi

7. Filtrasi
Filtrasi (penyaringan) untuk proses pengolahan limbah yang masih
mengandung zat-zat tersuspensi dengan melalui suatu media seperti pasir atau
kerikil dengan ukuran tertentu. Tujuan penyaringan adalah untuk memisahkan
padatan tersuspensi dari dalam air yang diolah.
Gambar 5. Lapisan filtrasi

Gambar 6. Beberapa jenis penyaring


8. Adsorbsi
Adsorbsi adalah penumpukan materi pada interace antara dua fasa. Pada
mumnya zat terlarut terkumpul pada interface. Proses adsorbsi memanfaatkan
fenomena ini untuk menghilangkan materi dari cairan.
9. Gas stripping
Pada saat ini penggunaan gas stripping hanya terbatas pada pengolahan air
limbah. Zat-zat yang umum di stripping adalah amonia, hidrogen sulfida,
sulfur dioxide dan phenol. Pada proses stripping air dialirkan kebawah melalui
media ring atau pada permukaan yang beralur. Sementara udara bersih atau
gas lain dialirkan berlawanan arah. Sistem ini disebut packed column. Pada
sistem ini aliran gas ke atas mengambil gas-gas terlarut yang akan dihilangkan
dicairan. Pada saat cairan turun didalam kolom, cairan mengeluarkan gas
terlarut sementara gas pada fasa gas masuk kedalam air. Perpindahan gas
terjadi karena adanya ketetapan hukum mass transfer gas dan cairan. Efisiensi
perpindahan tergantung pada.
Distribusi atau penyebaran air keseluruh permukaan kolom
Luas area interface gas-cairan
Kemurnian dari stripping gas untuk mencegah pengotoran air yang diolah
Distribusi gas stripping dalam kolom
10. Flotasi
Pengapungan (Flotation) untuk pemisahan padatan dari air. Ini diperlukan jika
densitas partikel lebih kecil dibanding densitas sir sehingga cenderung
mengapung, sehingga perlu ditambahkan gaya ke atas dengan memasukkan
udara ke dalam air. Misal dalam proses pemisahan lemak dan minyak.

Gambar 7. Diagram alir suatu unit operasi flotasi


Karakteristik fisika limbah cair pada umumnya yaitu :
a. Total solid
Merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik maupun
anorganik yang larut, mengendap atau tersuspensi dalam air.
b. Total suspended solid
Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada didalam air
limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran.
c. Warna
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan
meningkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari abu menjadi
kehitaman.
d. Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik
maupun anorganik.
e. Temperatur
Temperatur merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya
terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan
air untuk berbagai aktifitas.
f. Bau
Bau disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi
atau penambahan subtansi pada limbah. Pengendalian bau sangat penting
karena terkait masalah estetika.

b. Karakteristik kimia
Selain sifat fisika, polutan dalam limbah juga akan mempengaruhi sifat kimia air
yaitu adanya perubahan derajad keasaman (pH) serta tingginya nilai Biological
Oxygen Demand (BOD) dan nilai Chemical Oxygen Demand (COD) limbah.
Derajad keasaman air merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
aktivitas kehidupan dalam perairan (Sutrisno, 2001). Terjadinya perubahan pH
pada air tercemar adalah akibat dari penguraian berbagai polutan organik
yangterdapat dalam limbah, sehingga akan mempengaruhi nilai COD dan BOD.
pH, COD dan BOD ketiganya merupakan parameter kualitas limbah karena dapat
menyatakan kadar oksigen yang dibutuhkan dalam menguraikan polutan organik
dalam limbah.
Karakteristik kimialimbah cair pada umumnya yaitu :
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup
untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan buangan dalam air.
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara
kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam
ppm (part per million) ata O2/liter.
c. Dissolved Oxygen (DO)
Merupakan kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob
mikroorganisme. DO didalam air sangat tergantung pada temperatur dan
salinitas.
d. Ammonia (NH3)
Merupakan penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan
mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor. Ammonia
terdapat dalam larutan dan dapat berupa senyawa ion ammonium atau
ammonia tergantung pH larutan.
e. Sulfida
Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludgedigester dan dapat mengganggu
proses pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200
mg/liter. Gas H2S bersifat korosif terhadap pipa dan dapat merusak mesin.
f. Fenol
Fenol mudah masuk lewat kulit. Keracunan kronis menimbulkan gejala
gastero intestinal, sulit menelan, hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati serta
dapat menimbulkan kematian.
g. Derajat keasaman (pH)
pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah ata
terlalu tinggi dapat mematikan mikroorganisme, pH normal untuk kehidupan
air yaitu 6-8.
h. Logam berat
Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga
diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam
berat.
c. Karakteristikbiolog
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang
dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan
adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.
Di dalam air terdapat berbagai jenis mikroorganisme seperti candawan, alga,
bakteri, protozoa, dan virus (Fardiaz, 1992), yang memanfaatkan bahan organik
yang ada dalam limbah sebagai media untuk pertumbuhannya. Hal tersebut
mengakibatkan air limbah tidak layak digunakan dan dikonsumsi.

2.3 Pengolahan Limbah Cair


Proses pengolahan limbah cair adalah suatu perlakuan tertentu yang harus diberikan pada
limbah cair sebelum limbah tersebut dibuang ke lingkungan, sehingga limbah tersebut
tidak mengganggu lingkungan penerima limbah.
Berbagai proses pengolahan limbah telah banyak dikembangkan untuk memisahkan suatu
kontaminan dari air limbah sampai batas yang dikehendaki. Karena limbah yang akan
dibuang ke suatu lingkungan hendaknya harus memenuhi standar baku mutu air limbah.
Menyadari banyaknya dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh limbah cair, berbagai
metode pengolahan limbah cair telah dikembangkan dan secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi metode biologis, metode fisika dan metode kimia. Setiap metode
mempunyai keunggulan dan kelemahan, karena unjuk kerja dari setiap metode sangat
dipengaruhi oleh karakteristik limbah cair yang akan diolah.

1. Pengolahan limbah cair secara fisika


Pengolahan limbah secara fisika dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara filtrasi
dan sedimentasi (pengendapan). Kedua metode ini adalah proses yang paling umum
dilakukan untuk memisahkan padatan terendapkan dari limbah industri atau limbah
rumah tangga. Menurut Kagaya et al. (1999), pengolahan limbah secara sedimentasi
merupakan proses pengendapan senyawa organik dalam limbah tanpa adanya
perlakuan bantuan. Namun pengolahan sedimentasi tidak efisien untuk digunakan,
sebab prosesnya berlangsung lambat, apalagi jika limbah berada dalam jumlah yang
cukup besar meskipun biayanya relatif murah.
Pengolahan secara filtrasi merupakan pengolahan limbah dengan menggunakan
membran untuk menghilangkan warna yang ditimbulkan oleh kandungan senyawa-
senyawa organik (Grose et al., 1998) serta menghilangkan sebagian mikroorganisme
yang bersifat patogen (Carrol et al., 2000). Jika dibandingkan dengan pengolahan
sedimentasi, filtrasi memerlukan biaya yang relatif mahal. Selain itu juga efektivitas
dari membran cepat menurun karena pori-porinya kemungkinan akan tertutup oleh
partikulat-partikulat organik.

2. Pengolahan limbah cair secara kimia


Pengolahan limbah secara kimia merupakan metode yang paling banyak
dimanfaatkan terutama karena prosesnya yang cepat dan efektifitasnya dapat
dipertahankan. Pada umumnya metode pengolahan limbah cair secara kimia yang
digunakan dalam pengolahan limbah cair adalah netralisasi, koagulasi, oksidasi,
reduksi, adsorpsi, serta pertukaran ion. Dua metode utama yang sering diterapkan
dalam pengolahan limbah secara kimia adalah metode adsorpsi (Heijman et al., 1999)
dan juga metode koagulasi (Chow et al., 1999). Selain itu, pengolahan limbah cair
secara oksidasi juga merupakan metode yang umum diterapkan. Dibandingkan
dengan metode pengolahan limbah secara fisika dan biologis, metode secara kimia
sering digunakan karena prosesnya berlangsung cepat serta bahan-bahan yang
digunakan itu mudah didapatkan.

3. Pengolahan limbah cair secara biologis


Pengolahan limbah secara biologis, biasanya dilakukan dengan menggunakan
mikroorganisme yang dapat menguraikan senyawa organik yang ada dalam limbah
cair. Menurut Mahida (1989), proses biologis mampu membusukkan zatzat organik
dan secara efektif menstabilkannya sehingga setelah proses tersebut, zat-zat organik
tidak mampu menyerap oksigen di dalam limbah secara cepat dan kandungan
oksigennya semakin menipis. Tetapi metode pengolahan limbah secara biologis ini
mempunyai kelemahan yaitu prosesnya berlangsung relatif lambat karena sangat
bergantung pada populasi dari mikroorganisme yang ada dalam limbah yang berperan
dalam penguraian senyawa-senyawa organik. Selain itu, metode ini hanya efektif
untuk limbah yang mempunyai COD antara 500-2000mg/L, sedangkan untuk limbah
dengan COD lebih kecil, metode pengolahan yang paling efektif adalah secara
koagulasi (Oliveria, et al., 2001).
4. Koagulasi
Koagulasi merupakan proses pengendapan partikel yang tersuspensi dalam air limbah
dengan menetralkan muatan partikel oleh koagulan yang muatannya berlawanan
(Viesmann dan Hammer, 1998). Koagulan yang digunakan untuk proses koagulasi
biasanya bermuatan positif, karena ion-ion yang terdapat dalam air limbah umumnya
bermuatan negatif. Penetralan muatan tersebut mengakibatkan gaya tolak menolak
antar partikel polutan hilang. Dengan hilangnya gaya tolak menolak antar partikel
polutan, gaya kohesi akan bekerja menghasilkan partikel-partikel berukuran lebih
besar dan dikenal sebagai flok. Dalam aplikasinya, metode koagulasi yang dapat
digunakan ada dua macam, yakni koagulasi konvensional dan koagulasi secara
elektrokimia yang disebut elektrokoagulasi.

5. Pemantauan proses pengolahan limbah cair


Pada prinsipnya, pengolahan limbah bertujuan untuk menurunkan konsentrasi
senyawa organik dalam limbah. Tetapi karena konsentrasi polutan dalam limbah tidak
dapat diketahui, dalam prakteknya pegolahan limbah dipantau dengan perubahan
sifat-sifat limbah yang mempunyai hubungan dengan jumlah polutan dalam limbah.
Sifat-sifat limbah yang umum digunakan adalah kekeruhan, DOC (dissolved organic
carbon) dan TOC (total organic carbon). Dalam prakteknya penentuan ketiga
parameter tersebut seringkali tidak praktis karena membutuhkan waktu yang relatif
lama dan biaya yang cukup mahal. Oleh karena hal tersebut, pemantauan dapat
dilakukan dengan mengamati perubahan nilai kekeruhan, warna, BOD, COD, dan
absorbansi karakteristik pada UV-Vis (Jiang et al., 2002)
Parameter-parameter tersebut dianggap berkorelasi baik dengan konsentrasi polutan
dalam limbah. Namun, parameter-parameter tersebut sering menjadi kendala, seperti
pada pengukuran COD dan BOD membutuhkan waktu yang relatif lama antara 2-4
jam untuk COD dan 4-5 hari untuk BOD, juga memerlukan biaya yang relatif mahal.
Parameter kekeruhan meskipun sederhana dan murah, namun pengukuran kekeruhan
meliputi komponen organik dan anorganik, sedangkan yang menjadi target hanya
komponen organik saja.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka pemantauan yang
dilakukan penelitian ini adalah dengan melihat perubahan nilai absorbansi pada
daerah UV-Vis menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pemantauan UV-Vis
dilakukan terhadap sampel sebelum dan sesudah mengalami perlakuan
elektrokoagulasi. Pemantauan dilakukan dengan melihat perubahan nilai absorbansi
pada panjang gelombang 254, 272, dan 285 nm, karena absorbansi pada ketiga
panjang gelombang tersebut telah diketahui mempunyai korelasi yang baik dengan
konsentrasi senyawa organik dalam limbah (Kittis et al., 2002). Perubahan
perbandingan nilai absorbansi pada panjang gelombang 250 nm terhadap absorbansi
pada panjang gelombang 365 nm (E2/E3) dan perbandingan absorbansi pada panjang
gelombang 436 nm terhadap absorbansi pada panjang gelombang 665 nm (E4/E6)
juga digunakan, karena kedua perbandingan tersebut mempunyai hubungan dengan
bobot molekul senyawa organik dalam limbah (Thomsen et al., 2002).
Prinsip dasar sperktrofotometri UV-Vis adalah interaksi antara radiasi
elektromagnetik yang dipancarkan oleh sumber energi dengan materi, dimana hasil
interaksi radiasi UV-Vis terhadap materi mengakibatkan materi tersebut akan
mengalami transisi elektronik (Fessenden dan Fessenden, 1999). Transisi elektronik
yang terjadi ada yang diserap oleh materi dan ada pula yang diteruskan.
Spektrofotometer UV-Vis didasarkan pada hukum Lambert-Beer. Lambert-Beer
menyelidiki mengenai hubungan antara adsorpsi radiasi dan panjang gelombang
melalui medium yang menyerap cahaya. Jika suatu sinar radiasi monokromatik
melewati suatu medium dengan ketebalan tertentu, diketahui bahwa tiap lapisan
menyerap bagian yang sama dari radiasi yang dipancarkan. Dari hukum Lambert dan
hukum Beer, dapat dilihat adanya hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi,
atau disebut sebagai hukum Lambert-Beer dimana secara matematis dapat ditulis
dalam persamaan berikut ini:
A = . b. c

Dengan :
A= Absorbansi
= Serapan molar/ekstingsi
b = Panjang jalan lewat medium penyerap
c = Konsentrasi senyawa (solute yang menyerap)

Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas, maka spektrofotometer UV-Vis


digunakan untuk memantau perubahan kosentrasi senyawa-senyawa organik dalam
limbah cair sebab menunjukkan adanya hubungan absorbansi dengan konsentrasi.
2.4 Unit inti pengolahan limbah cair
Unit-unit pengolahan limbah cair yang umum digunakan yaitu :
1. Unit fatpit
Unit fatpit adalah kolam penampung limbah cair dari unit proses sludge
separator dan unit pencucian. pada pengolahan miyak sawit, kolam ini
dimaksudkan untuk memperoleh kembali minyak sawit yang masih dapat
diambil dan dimanfaatkan kembali untuk dialirkan ke unit proses pengolahan
minyak mentah sawit.
2. Unit anaerobik
Unit anaerobik adalah kolam penampungan limbah cair yang berasal dari fatpit
dan unit-unit proses yang lain seperti unit sterilisator kondensat, unit
hydrocyclone dan unit demineralisasi. Unit anaerobik hanya berupa kolam-kolam.
3. Unit aerobik
Unit aerobik adalah unit proses pengolahan limbah cair setelah unit
anaerobik. Unit ini juga berupa kolam-kolam yang mempunyai kedalaman 1,5
meter. Pada unit aerobik ini tidak dilakukan suplai udara dari dasar kolam.
Jadi proses pengolahan dibiarkan berjalan secara alamiah.

2.5 Dampak Pencemaran Limbah Cair


Sesuai dengan batasan dari air limbah yang merupakan benda sisa, maka tentu air
limbah adalah benda yang sudah tidak dipergunakan lagi, akan tetapi tidak berarti
bahwa air limbah tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan. Apabila limbah ini tidak
dikelola secara baik, maka akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap
lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada. Adapun dampak pencemaran
limbah cair, antara lain:
1. Dampak terhadap kesehatan
Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa
banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Air limbah ada
yang hanya dapat berfungsi sebagai media pembawa saja seperti penyakit
kolera, radang usus, Hepatitis infektionisa, serta Shistosomiasis dan selain
sebagai pembawa penyakit di dalam air limbah itu sendiri banyak terdapat
bakteri pathogen penyebab penyakit.
1. Virus
Menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti modus
penularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil
pengolahan (effluent) pengolahan air
2. Vibrio Cholera Menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan
penyebaran melalui air limbah yang telah tercemar oleh kotoran manusia
yang mengandung vibrio cholera.
3. Salmonella Typhosa a dan Salmonella Typhosa b
Merupakan penyebab typhus abdomonalis dan para typhus yang banyak
terdapat di dalam air limbah bila terjadi wabah. Prinsip penularannya
adalah melalui air dan makanan yang telah tercemar oleh kotoran
manusia yang banyak berpenyakit typhus
4. Salmonella Spp
Dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak
terdapat pada air hasil pengolahan.
5. Shigella Sp
Adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yang
tercemar. Adapun cara penularannya adalah melalui kontak langsung
dengan kotoran manusia maupun perantaraan makanan, lalat dan tanah.
6. Basillus Antraksi
Adalah penyebab penyakit antrhak, terdapat pada air limbah dan
sporanya tahan terhadap pengolahan.
7. Brusella Spp
Adalah penyebab penyakit brusellosis, demam malta serta menyebabkan
keguguran (aborsi) pada domba.
8. Mycobacterium Tuberculosa
Adalah penyebab penyakit tuberculosis dan terutama terdapat pada air
limbah yang berasal dari sanatorium.
9. Leptospir
Leptospira adalah penyebab penyakit weii dengan penularan utama
berasal dari tikus selokan .
10. Entamuba Histolitika
Dapat menyebabkan penyakit amuba disentri dengan penyebaran melalui
Lumpur yang mengandung kista.
11. Schistosoma Spp
Penyebab penyakit schistosomiasis, akan tetapi dapat dimatikan pada saat
melewati pengolahan air limbah.
12. Taenia Spp
Tenia spp adalah penyebab penyakit cacing pita, dengan kondisi yang
sangat tahan terhadap cuaca.
13. Ascaris Spp. Enterobius Spp
Menyebabkan penyakit cacingan dan banyak terdapat pada air hasil
pengolahan dan Lumpur serta sangat berbahaya terhadap kesehatan
manusia.

Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit maka air limbah
juga dapat mengandung bahan-bahan beracun, penyebab iritasi, bau dan
bahkan suhu yang tinggi serta bahan-bahan lainnya yang mudah terbakar.
Keadaan demikian ini sangat dipengaruhi oleh sumber asal air limbah. Kasus
yang terjadi di Teluk Minamata pada tahun 1953 adalah contoh yang nyata di
mana para nelayan dan keluarganya mengalami gejala penyempitan ruang
pandang, kelumpuhan, kulit terasa menebal dan bahkan dapat menyebabkan
kematian. Kejadian yang demikian adalah sebagai akibat termakannya ikan
oleh nelayan, sedangkan ikan tersebut telah mengandung air raksa sebagai
akibat termakannya kandungan air raksa yang ada di dalam teluk. Air raksa
ini berasal dari air limbah yang tercemar oleh adanya pabrik yang
menghasilkan air raksa pada buangan limbanya. Selain air raksa masih
banyak lagi racun lainnya yang dapat membahayakan kesehatan manusia
antara lain:
1. Timah Hitam
Apabila manusia terpapar oleh timah hitam, maka orang tersebut dapat
terserang penyakit anemia, kerusakan fungsi otak, serta kerusakan pada
ginjal.
2. Krom
Krom dengan senyawa bervalensi tujuh lebih berbayaha bila
dibandingkan dengan krom yang bervalensi tiga. Apabila terpapar oleh
krom ini dapat menyebabkan kanker pada kulit dan saluran pencernaan.
3. Sianida
Senyawa ini sangat beracun terhadap manusia karena dalam jumlah yang
sangat kecil sudah dapat menimbulkan keracunan dan merusak organ
hati.

2. Dampak terhadap Kehidupan Biotik


Semakin banyak zat pencemar yang terdapat di dalam air limbah, maka akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah.
Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang
membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi
perkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air karena
kurangnya oksigen dalam air, dapat juga disebabkan karena adanya zat
beracun yang berada di dalam air limbah tersebut.
Selain matinya ikan dan bakteri-bakteri yang baik di dalam air, juga dapat
menimbulkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air. Akibat matinya
bakteri-bakteri, maka proses penjernihan yang seharusnya bisa terjadi pada
air limbah menjadi terhambat, sehingga air limbah akan sulit untuk
diuraikan. Selain bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu kehidupan di
dalam air maka juga akan terganggu dengan adanya pengaruh fisik seperti
temperatur tinggi yang dikeluarkan oleh industri yang memerlukan proses
pendinginan. Proses tersebut akan dapat mematikan semua organisme jika
tidak dilakukan proses pendinginan terlebih dahulu sebelum dibuang ke
saluran air limbah.

3. Dampak terhadap Keindahan


Semakin banyaknya jumlah produk yang dihasilkan maka akan semakin
banyak pula jumlah limbah yang akan terbuang. Limbah yang terbuang dari
pabrik tersebut perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu sebelum
dibuang ke saluran air limbah. Selama pengendapan yang membutuhkan
waktu yang sangat lama tersebut maka akan terjadi proses pembusukan,
sehingga akan menimbulkan bau, warna air limbah yang kotor dan
memerlukan tempat yang sangat besar dan banyak, dapat mengganggu
keindahan tempat sekitarnya.
Disamping bau yang ditimbulkan, maka dengan menumpuknya ampas
akanmemerlukan tempat yang banyak dan mengganggu keindahan tempat
sekitarnya. Pembuangan yang sama akan dihasilkan oleh perusahaan yang
menghasilkan minyak dan lemak, selain menimbulkan bau juga menyebbkan
tempat di sekitarnya menjadi licin. Selain bau dan tumpukan ampas yang
menggangu, maka warna air limbah yang kotor akan menimbulkan gangguan
pemandangan yang tidag kalah besarnya.Keadaan yang demikian akan lebih
parah lagi, apabila pengotoran ini dapat mencapai daerah pantai dimana
daerah tersebut merupkan derah tempat rekreasi bagi masyarakat sekitarnya.
Pada bangunan pengolah air limbh sumber utama dari bau berasal dari :
1. Tangki pembusuk air limbah yang berisikan hydrogen sulfida air dan
bau-bau lain yang melewati bangunan pengolahan.
2. Tempat pengumpulan buangna limbah industri.
3. Bangunan penangkap pasir yang tidak dibersihkan.
4. Buih atau benda mengapung yang terdapat pada tangki pengendap
pertama.
5. Proses pengolahan bahan organic.
6. Tangki pengentalan (thickener) untuk mengambil Lumpur.
7. Pembakaran limbah gas yang menggunakan suhu kurang dari semestinya.
8. Proses pencampuran bahan kimia.
9. Pembakaran Lumpur.
10. Penimbunan Lumpur dan pengolahan Lumpur melalui proses
pengeringan.

Adapun cara untuk mengatasi bau dapat ditempuh dengan beberapa


macam cara antara lain :
1. Secara fisik
Dengan melakukan pembakaran, dimana gas dapar dikurangi melalui
pembakaran pada suhu yang bervariasi antara 650-7500c. Untuk
mengurangi kebutuhan suhu yang tinggi dapat dikurangi melalui
katalisator. Penyerapan dan karbon aktif adalah juga bisa diterapkan
dengan melewatkan udara ke dalam hamparan atau lapisan. Gas yang
berkontak dengannya akan diserap sehingga bau akan dapat
dikurangi, begitu juga halnya dengan penyerapan melalui pasir dan
tanah. Pemasukan oksigen ke dalam limbah cair adalah salah satu
cara yang bisa diterapkan untuk menjaga proses terjadinya
pengolahan anaerobdapat dihindari sehingga gas yang ditimbulkan
karena proses tersebut dapat dihindari.Penggunaan menara (tower)
juga dapat dipergunakan untuk mengurangipencemaran yang
disebabkan oleh adanya bau melalui proses pengenceran di udra
terbuka karena udara dari cerobong tidak mencapai langsung
kedaerah pemukiman, dengan demikian bau yang ada dapat dicegah.

2. Secara kimiawi
Untuk menghilangkan gas yang berbau dapat juga dilakukan dengan
cara melewatkan gas pada cairan basa seperti kalsium dan sodium
hidroksida untuk menghilangkan bau. Apabila kadar
karbondioksidanya tinggi maka biaya pengolahannya juga menjadi
sangat tinggi, sehingga biaya ini merupakan salah satu penghambat
yang besar. Dengan melakukan oksidasi pada pengolahan air limbah
merupakan cara yang baik agar bau klorin dan ozon dapat dihindari.
Adapun bahan yang dipergunakan sebagai bahanm oksidator adalah
hydrogen peroksida. Pengendapan dengan bahan kimia membuat
terjadinya endapan dari sulfida dengan gram metal khususnya besi.

3. Secarabiologis
Air limbah dilewatkan melalui penyaringan yang menetes (trickling
filter) atau dimasukkan ke dalam tangki Lumpur aktif untuk
menghilangkan komponen yang berbau. Penggunaan menara khusus
dapat dipergunakan untuk menangkap bau, adapun jenis menara itu
diisi dengan media plastik yang bervariasi sebagai tempat tumbuhnya
bakteri.

4. Dampak terhadap Kerusakan Benda


Apabila air limbah mengandung gas karbondioksida yang agresif, maka mau
tidak mau akan mempercepat proses terjadinya karat pada benda yang terbuat
dari besi serta bangunan aiar yang kotor liannya. Dengan cepat rusaknya
benda tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang
berarti akan menimbulkan kerugian material. Selain karbon dioksida gresif,
maka tidak kalah pentingnya apabila air limbah itu adalah air limbah yang
berkadar pH rendah atau bersifat asam maupun pH tinggi yangbersifat basa.
Melalui pH yang rendah maupun pH yang tinggi mengkibatkan timbulnya
kerusakan pada benda-benda yang dilaluinya.
Lemak yang merupakan sebagian dari komponen air limbah mempunyai sifat
yang menggumpal pada suhu udara normal, dan akan berubah menjadi cair
apabila berada pada suhu yang lebih panas. Lemak yang merupakan benda
cair pada saat dibuang ke saluran air limbah akan menumpuk secara
kumulatif pada saluran air limbah karena mengalami pendinginan dan lemak
ini akan menempel pada dinding saluran air limbah yang pada akhirnya akan
dapat menyumbat aliran air limbah. Selain penyumbatan akan dapat
jugaterjadi kerusakan pada tempat dimana lemak tersebut menempel yang
bisa berakibat timbulnya bocor.

2.6 Pengolahan Limbah Cair Industri


Pengolahan limbah cair industri dapat dibagi menjadi dua, pengolahan menurut
tingkat perlakuan dan pengolahan menurut karakteristiknya.
1. Pengolahan Berdasarkan Tingkat Perlakuan
Menurut tingkatan prosesnya, pengolahan limbah dapat digolongkan menjadi
5 tingkatan. Namun, tidak berarti bahwa semua tingkatan harus dilalui karena
pilihan tingkatan proses tetap bergantung pada kondisi limbah yang diketahui
dari hasil pemeriksaan laboratorium. Dengan mengetahui jenis-jenis
parameter dalam limbah, dapat ditetapkan jenis peralatan yang dibutuhkan.
Beriktu beberapa tahap pengolahan air limbah.
a. Prapengolahan (pretreatment)
Pada tahap ini, saringan kasar yang tidak mudah berkarat dan berukuran
kurang lebih 30 x 30 cm untuk debit air 100 m 2/jam sudah cukup baik.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, saringan dapat dipasang secara
seri sebanyak dua atau tiga saringan. Ukuran messnya (besar lubang
kawat tikus) dapat dibandingkan dengan kawat kasa penghalang nyamuk.
Saringan tersebut diperiksa setiap hari untuk mengambil bahan yang
terjaring. Contoh bahan-bahan yang terjaring dapat berupa padatan
terapung atau melayang yang ikut bersama air. Bahan lainnya adalah
lapisan minyak dan lemak di atas permukaan air.
b. Pengolahan primer (primary treatment)
Pada tahapan ini dilakukan penyaringan terhadap padatan halus atau zat
warna terlarut maupun tersuspensivyang tidak terjaring pada penyaringan
terdahulu. Ada dua metode utama yang dapat dilakukan yaitu pengolahan
secara kimia dan fisika.
c. Pengolahan secara kimia dilakukan dengan cara mengendapkan bahan
padatan melalui penambahan zat kimia. Reaksi yang terjadi akan
menyebabkan berat jenis bahan padatan menjadi lebih besar daripada air.
Tidak semua reaksi dapat berlaku untuk semua senyawa kimia (terutama
senyawa organik).
Pengolahan secara fisika dilakukan melalui pengendapan maupun
pengapungan yang ditujukan untuk bahan kasar yang terkandung dalam
air limbah. Pengapungan dilakukan dengan memasukkan udara ke dalam
air dan menciptakan gelembung gas sehingga partikel halus terbawa
bersama gelembung ke permukaan air. Sementara itu, pengendapan
(tanpa penambahan bahan kimia) dilakukan dengan memanfaatkan kolam
berukuran tertentu untuk mengendapkan partikel-partikel dari air yang
mengalir di atasnya.
d. Pengolahan sekunder (secondary treatment)
Tahap ini melibatkan proses biologis yang bertujuan untuk
menghilangkan bahan organik melalui proses oksidasi biokimia. Di
dalam proses biologis ini, banyak dipergunakan reaktor lumpur aktif dan
trickling filter.
e. Pengolahan tersier (tertiary treatment)
Pengolahan tersier merupakan tahap pengolahan tingkat lanjut yang
ditujukan terutama untuk menghilangkan senyawa organik maupun
anorganik. Proses pada tingkat lanjut ini dilakukan melalui proses fisik
(filtrasi, destilasi, pengapungan, pembekuan, dan lain-lain), proses kimia
(absorbsi karbon aktif, pengendapan kimia, pertukaran ion, elektrokimia,
oksidasi dan reduksi), dan proses biologi (pembusukan oleh bakteri dan
nitrifikasi alga).
2. Pengolahan Berdasarkan Karakteristik
Proses pengolahan berdasarkan karakteristik air limbah dapat dilakukan
secara :
a. Proses fisik, dapat dilakukan melalui :
Pengahancuran
Perataan air (mis. Mengubah sistem saluran dan membuat kolam)
Penggumpalan (mis. Menggunakan aluminium sulfat dan
terrosulfat)
Sedimentasi
Pengapungan
Filtrasi
b. Proses kimia, dapat dilakukan melalui :
Pengendapan dengan bahan kimia
Pengolahan dengan lagoon atau kolam
Netralisasi
Penggumpalan atau koagulasi
Sedimentasi (misalnya dengan discrete setting, floculant setting,
dan zone setting)
Oksidasi dan reduksi
Klorinasi
Penghilangan klor (biasanya menggunakan karbon aktif atau
natrium sulfat)
Pembuangan fenol
Pembuangan sulfur

c. Proses biologi, dapat dilakukan dengan :


Kolam oksidasi
Lumpur aktif (mixed liquid suspended solid, MLSS)
BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini yaitu , limbah cair merupakan
salah satu jenis sampah. Adapun sampah adalah zat-zat atau benda-benda yang sudah
tidak terpakai lagi, baik yang berasal dari rumah maupun sisa-sisa proses industri.
Dampak yang disebabkan adanya limbah cairberakibat pada kesehatan, kehidupan
biotik, keindahan dan kerusakan benda.
DAFTAR PUSTAKA

Nugro, Raharjo. 2006. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Yang Ideal Untuk Pabrik Kelapa
Sawit. Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA, BPPT

Devi, Nuraini Santi. 2004. Pengelolaan Limbah Cair Pada Industri Penyamakan Kulit
Industri Pulp Dan Kertas Industri Kelapa Sawit. e-USU Repository Universitas
Sumatera Utara

Bima Patria DH dan Junaidi. 2006.Analisis Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pada
Industritekstil (Studi Kasus Pt. Iskandar Indah Printing Textilesurakarta) Vol.1 No.1
September 2006, ISSN 1907-187X. Teknik Lingkungan FT Undip

Sugiarti, Yatti. 2014. Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Cetak Laweyan, Kota
Surakarta. Pendidikan Teknologi Agroindustri Fakultas Pendidikan Dan Teknologi
Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia

Siregar, S.A., 2005. Instalasi Pengelolaan Air Limbah, Kanisius, Yogyakarta

Sugiharto, 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press. Jakarta

Nugro. Raharjo. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia.

Nurhalida, Nadila. 2013. Makalah Cara Penanganan Limbah Cair. Online:


http://nadilanurhalida.blogspot.co.id/?m=1 diakses padat tanggal 29 Mei 2017

Anda mungkin juga menyukai