2b Teknik Eksplorasi Nurhakim - Unlocked
2b Teknik Eksplorasi Nurhakim - Unlocked
TEKNIK EKSPLORASI
(HTKK-009)
Oleh :
NURHAKIM, ST, MT
PRAKATA
Penyusun sadar bahwa dalam penyusunan bahan kuliah ini terdapat banyak
kekurangan, untuk it u, diharapkan masukan dan saran konstruktif agar dapat
memperbaiki bahan ku liah in i di masa mendatang. Akhirnya, penyusun berharap
agar bahan kuliah in i bermanfaat. Amin.
Nurhakim, ST, MT
132 258 665
Deskripsi Singkat :
Gambaran tentang cara-cara eksplorasi dalam kaitan dengan genesa endapan bahan galian,
pengetahuan pendahuluan tentang cara-cara sampling dalam kaitan dengan kondisi geologi
daerah penyelidikan, pengetahuan tentang permodelan cebakan bahan galian
Materi :
a. Ciri Khusus dan Resiko serta Tahapan kegiatan da la m Industri Perta mbangan
b. Maksud dan Tujuan kegiatan Eksplorasi
c. Proses Konsentrasi Bahan Galian
d. Tahapan dala m kegiatan eksplorasi, Pe milihan Target Eksplorasi
e. Eksplorasi Langsung dan Tak Langsung (Geologi, Geokimia dan Geofisika)
f. Metode Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan
g. Eksplorasi Batubara
Referensi :
1. Annels, A. E., 1991, Mineral Deposit Evaluation, Chapman & Hall, London
2. Barnes, M.P., 1980, Computer-Assisted Mineral Appraisal and Feasibility , SME-
AIME, New York
3. Bateman, 1987, Ore Deposits, John Wiley and Sons, NY
4. Dhadar, JR, 1999, Eksplorasi Endapan Bahan Galian, GSB, Bandung
5. Evans, AM, 1995, Introduction to Mineral Exploration, Blackwell Science, Oxford
6. Hartman, HL, 1987, Introductory Mining Engineering, John Wiley and Sons, NY
7. Partanto, P, 2000, Pengantar Teknologi Mineral, ITB, Bandung
8. Peters, WC, 1991, Exploration Mining and Geology, John Wiley and Sons
9. RK Sinha, NL Sharma, 1970, Mineral Economics, Oxford & IBH Publ. co, New Delhi
10. Santoso Dj, Pengantar Teknik Geofisika, Jur. Tek . Geofisik a ITB, Bandung
11. Sudrajat, A , 2000, Teknologi dan Manajeme n Sumberdaya Mineral, ITB, Bandung
12. White, AH, 1999, Manage ment of Mineral Exploration, A ndrew White & A ssoc.,
Queensland
13. -----, 2000, Kamus Istilah Pertambangan, PPTM, Bandung
14. Berbagai Buku Laporan, Jurnal, Majalah yang berhubungan dengan Pertambangan
dan Teknologi Mineral (khususnya eksplorasi)
15. dll
PROSPEKSI
EXPLORASI
EVALUASI
(STUDI KELAYAKAN)
PERENCANAAN DAN
ARSIP
PEMBANGUNAN
PENAMBANGAN
PENGANGKUTAN
PEMURNIAN
PEMASARAN
a. PROSPEKSI
Kegiatan penyelidikan, pencarian atau penemuan endapan-endapan mineral
berharga
b. EKSPLORASI
Pekerjaan-pekerjaan selanjutnya setelah ditemukannya endapan mineral
berharga, yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk mengetahui dan mendapatkan
ukuran, bentuk, letak (posisi), kadar rata-rata dan jumlah cadangan dari endapan
tersebut.
e. PENAMBANGAN
Pekerjaan-pekerjaan membongkar mineral berharga dari batuan induknya, baik di
atas permukaan bumi (tambang terbuka) maupun dan pada endapan bijih di
dalam bumi (tambang bawah tanah).
f. PENGANGKUTAN
Pekerjaan-pekerjaan pemindahan material hasil penggalian / penambangan ke
tempat penimbunan ( stock pile ) atau ke tempat pemurnian / pengolahan bijih,
atau bila bijih tersebut tidak perlu diolah / dimurnikan, pengangkutan dapat
berarti membawa hasil tambang ke pembeli.
g. PEMURNIAN
Pekerjaan-pekerjaan untuk meningkatkan kadar / kualitas bijih, dengan tujuan
untuk memenuhi persyaratan industri, teknologi pengolahan lanjut dan/atau
meningkatkan harga jual dari komoditi tambang tersebut.
h. PEMASARAN
Penjualan produk tambang kepada konsumen
Cebakan mineral ?
Suatu konsentrasi dari unsur atau logam tertentu dalam kerak bumi yang dapat
dipertimbangkan untuk ditambang secara komersial, seandainya persyaratan-
persyaratan teknologi lainnya seperti metoda penambangan dan teknologi
ekstraksi dapat dipenuhi.
Bijih ?
Kumpulan mineral yang daripadanya dapat diekstraksi satu atau lebih logam yang
dapat diusahakan secara menguntungkan.
METODA EKSPLORASI
- METODE LANGSUNG
Menghasilkan gejala geologi tersebut dapat diamati dengan mata geologist;
metoda geologi
METODA
EXPLORASI
Survei Magnetik
Survei Geologi
Singkapan
Survei Geolistrik
Sumur Uji dan Paritan
(test pit and trenching )
Resistivitas IP
Pemboran Explorasi
SP EM
Survei Geologi Bawah
Tanah
Logging Sumur
CITRA SATELIT
Citra Satelit
100
SPOT
TM MSS
10
1
Geostationary Orbits
TIROS-N
METEOSTAT
10 m 100 m 1 km 10 km
Pixel Size
PHOTOGEOLOGY
Fotogeologi adalah nama yang diberikan untuk penggunaan foto udara untuk
kepentingan geologi. Geologis telah menggunakan aerial photography untuk
membantu eksplorasi mereka sejak + 5 dekade yang lalu.
Jenis foto udara yang umum dilakukan adalah foto hit am-putih pankromatik
( panchromatic B&W photograph) , Film Sensitif inframerah hitam-putih (B&W IR
Sensitive Film), Film berwarna dan Inframerah berwarna. Film in i dibuat dengan
menggunakan spektrum yang berbeda, misalnya cahaya tampak (0,4 0,7 m),
fotografi dekat spektrum infra merah (0,7 0,9 m). Film pankromatik
menghasilkan suatu cetakan yang berwarna keabuan, di antara warna hitam dan
putih pada spektrum cahaya tampak. Jenis ini dikenal secara umum dan paling
murah. Foto warna menghasilkan cetakan full-colour dari spektrum cahaya
tampak. Jenis ini lebih mahal, tetapi sangat bermanfaat untuk daerah tertentu.
Film Inframerah berwarna ( colour infrared film) merekam warna hijau, merah dan
dekat infra merah dari spektrum. Foto udara secara umum dapat diklasifikasi
menjadi Oblique (miring) dan Vertical (Tegak lurus).
Pada foto vertikal yang diambil pada daerah yang datar, Skala (S) adalah fungsi
dari Panjang Fokus kamera (f) dengan ketinggian terbang (H) pesawat.
f
Skala (S) =
H'
H didapatkan dengan mengurangi elevasi daerah (h) dari tinggi terbang pesawat
di atas suatu datum (H), biasanya level air yang nilainya didapatkan dari altimeter
pesawat. Prinsip yang penting diperhatikan adalah bahwa skala foto merupakan
fungsi dari ketinggian daerah. Pesawat terbang pada ketinggian konstan (atau
mendekati konstan). Apabila pewatat tersebut terbang melalu i daerah dengan
evelasi yang bervariasi, misalnya pegunungan, skala akan sangat bervasiasi.
A B
Negative
L Lens
(H-h) = H'
H
Ground Level
a b
Sea Level
Dalam foto udara, harus dijaga ketelitian dalam pembuatan peta, dengan cara
pengambilan foto dalam penerbangan dilakukan perimpitan ke arah terbang 60 %
dan samping 30 %. Dalam interpretasi foto geologi, diperlukan bantuan ahli foto
geologi ( photogeologist ). Ahli tersebut harus mengetahui di bidang batuan,
struktur, bentuk topografi yang berhubungan dengan keadaan geologi, serta
dapat menterjemahkan keadaan permukaan untuk penafsiran bawah permukaan.
Test Pit
Trench
Pemboran Eksplorasi
Pemboran
Metode Magnetik
Metode magnetik pada dasarnya adalah memetakan gangguan lokal pada medan
magnetik bumi yang disebabkan oleh variasi kemagnetan batuan. Metode ini
adalah metode geofisika tertua yang dikenal oleh manusia. Sejarah metode ini
dimulai dari kompas magnetik yang pertama ditemukan di Cina 3000 tahun yang
lalu. Kemudian pada tahun 1600, William Gilbert mempublikasikan esai de
Magnete yang menyatakan bahwa bumi adalah sebuah magnet. Karl Frederick
Gauss menyimpulkan dari analisis matematika bahwa medan magnetik
berhubungan dengan sebuah sumber dibumi dan hubungannya dengan rotasi
bumi. Dalam perkembangannya medan magnetik bumi telah digunakan dalam
eksplorasi b ijih besi sejak tahun ketika sebuah kompas digunakan dalam
eksplorasi di Swedia. Alat magnetometer pertama kali diciptakan dan digunakan
pada Perang Dunia II untuk mendeteksi kapal selam. Saat in i metode magnetik
merupakan salah satu metode geofisika yang paling banyak digunakan orang
karena selain mudah penggunaannya juga murah pemakaiannya.
Magnetometer
Magnetometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas medan
magnetik. Magnetometer pada mulanya diletakkan di pesawat terbang untuk
mendeteksi kapal selam, dalam perkembangannya telah diciptakan magnetometer
portable yang mudah dibawa-bawa dan juga magnetometer yang digunakan
untuk dimasukkan kedalam lubang bor.
Survey Magnetik
Survey magnetik dapat dilakukan dari udara, darat dan juga dalam lubang bor.
Survey magnetik darat dapat melokalisir anomali secara akurat. Sinyal dari sumber
magnetik yang lemah dapat terukur. Dengan survey ini sinyal dari sumber yang
dangkal dapat dit ingkatkan. Kelemahan dari survey ini adalah lambat dalam
pelaksanaannya, banyak noise dan hanya dapat dilaksanakan pada daerah yang
dapat diakses oleh manusia.
Metode Gravitasi
Metode ini mengukur dan menyelidiki variasi medan gravitasi bumi yang
disebabkan oleh perbedaan densitas dari batuan-batuan yang ada dibawah
permukaan bumi. Densitas atau massa jenis adalah perbandingan antara massa
dan volume dari batuan. Unit satuan 103 kg/m3 . Densitas batuan pada umumnya
berbanding terbalik dengan porositas batuan. Densitas batuan sedimen meningkat
sesuai dengan umur batuan dan kedalaman. Densitas batuan metamorf
bergantung pada komposisi dari batuan asal dan dari alterasi yang terjadi pada
batuan tersebut
Metode ini mula-mula ditemukan oleh Galileo Galilei (1589), dengan mengukur
kecepatan benda jatuh dari menara Pisa. Kemudian Johan Kepler, memunculkan
teori pergerakan planet dan dilanjutkan oleh Sir Isaac Newton yang merumuskan
hukum gravitasi yang sangat terkenal. Pierre Bouguer (1745-1745), menemukan
variasi gravitasi d i bumi. F.A. Vening Meisnez - Van Bemmelen mengukur variasi
gravitasi bumi dengan menggunakan pendulum di Laut Cina Selatan. Dan, La
Coste (1934) menemukan gravitimeter (alat pengukur gravitasi bumi. Alat in ilah
yang digunakan dan dikembangkan sampai saat ini.
Hasil pengukuran dengan Gravimeter disebut Anomali Bouguer. Anomali gravity ini
dibagi menjadi 2 komponen yaitu:
Anomali Regional: anomali yang berhubungan dengan massa homogen
dibawah target eksplorasi.
Anomali Residual: anomali yang berhubungan dengan target eksplorasi.
Metode Geolistrik
Metode ini mengukur dan menyelidiki sifat kelistrikan yang dimiliki oleh batuan
atau mineral. Mineral-mineral su lfida pada umumnya bisa dikenali dengan metode
ini d ikarenakan oleh sifat fisisnya yang mudah menghantarkan listrik yang
diinjeksikan ke dalam bumi. Sifat-sifat kelistrikan dibagi berbagai jenis:
Tahanan Jenis (Resistivity) adalah hambatan dari batuan terhadap aliran listrik
(kebalikan dari konduktivitas batuan). Satuan unit: ohm-m. Mineral pembentuk
batuan pada umumnya memiliki resistivitas tinggi. Resistivity batuan dipengaruhi
oleh porositas, kadar air dan mineralisasi.
atau resistivity seperti: TEM, CSAMT, AMT dan lain-lain. Metode ini sangat efisien
dan tepat untuk memetakan atau melokalisir mineral-mineral sulfida.
Pada umumnya mineral sulfida akan memberikan respon dalam nilai kecil pada
data resistivity dan nilai besar pada IP. Penetrasi dari survey in i bergantung pada
jenis array yang dipakai dan lebar dari sebaran elektroda dan sumber arus. Makin
lebar sebaran kedua elektrodanya makin dalam penetrasinya, tetapi sinyal yang
diperoleh kualitas datanya kurang baik dan banyak noise yang muncul.
Sebaliknya, sebaran yang sempit akan menghasilkan penetrasi yang rendah tetapi
kualitas datanya baik.
Contoh hasil pengukuran survey IP dan resistivity serta perbandingan dengan data
geologi dari hasil pemboran.
Metode Radioaktif
Metode ini pada dasarnya ialah menentukan besarnya/banyaknya berkas
gelombang Gamma yang dihasilkan oleh batuan sebagai efek terjadinya proses
pembelahan/peluruhan atom yang terjadi pada batuan itu sendiri. Satuan unit: cps
(count per second). Pada metode ini berkas gelombang Gamma yang diukur
adalah Potassium, Thorium dan Uranium.
Metode ini mempunyai penetrasi yang sangat dangkal (30-60 cm) sehingga efek
gangguan pada permukaan oleh aktifitas manusia akan sangat mengganggu
kualitas data. Metode ini dapat dilakukan dengan pengukuran dari udara dan juga
dapat dilakukan dari darat. Dengan metode ini litologi batuan secara kasar dapat
dipetakan dan juga metode ini berguna untuk melokalisir daerah alterasi potassic.
Survey Ground Radiometric (kiri) dan data mentah hasil survey rad iometric
(kanan)
(a) (b) (c) (d)
Peta-peta hasil pengukuran radiometric: (a) Potassium; (b) Uranium; (c) Thorium;
(d) Composite image (Red=K; Green=Thorium; Blue=Uranium).
Aplikasi metode Geofisika
Pada saat in i d i Indonesia telah ditemukan 9 daerah prospek endapan porphyry
copper dan hanya 2 prospek saja yang tidak terjadi alterasi/mineralisasi
magnetite. Beberapa endapan dilaporkan mempunyai fasa yang kaya emas dan
Penerapan metode geofisika pada umumnya d ibagi dalam 3 tahap yaitu tahap
pemetaan regional, tahap kan sebagai dipole magnetik pemetaan detil dan tahap
penentuan lubang bor uji atau pemetaan detil.
Pada tahap pemetaan regional survey geofisika yang dilaksanakan adalah Survey
Magnetik udara dan Radiometric (Airborne Magnetic and Radiometric survey).
Kegunaan dari kedua survey ini adalah untuk memetakan struktur geologi
regional, mendeteksi anomali magnetik, memetakan daerah alterasi potassic dan
pemetaan litologi batuan. Pada tahap ini biasanya d igunakan pesawat Fixed Wing,
Magnetometer (alat ukur metode magnetic) dan Spectrometer (alat ukur metode
radiometrik) diletakan didalam pesawat tersebut. Survey biasanya dilakukan
dengan sistem kisi (grid) dengan arah terbang pesawat Utara-Selatan, spasi antar
lintasan 800 meter dengan interval pengukuran setiap 0.1 detik (7.5m). Pesawat
fixed-wing ini biasanya terbang dengan ketinggian kurang lebih 400 meter di
punggungan dan 1000 meter diatas jurang dan lembah. Hasil dari survey ini
berupa:
Peta topografi regional yang dihasilkan dari pengukuran radar altimeter pada
setiap lintasan survey. Pada umumnya peta ini kurang akurat dengan bentuk
morfologi lapangan tetapi cukup baik dalam penggambaran bentuk
punggungan utama maupun lembah.
Peta Total Magnetik Intensity adalah peta dasar dan utama yang dihasilkan
dari survey ini. Adanya benda magnetic akan digambarkan dengan pola dipole.
Peta Radiometrik yang menggambarkan pola penyebaran kandungan dari
Potassium, Thorium dan Uranium.
Peta Total Magnetic Intensity hasil survey Airborne (Fixed Wing) Magnetic
dengan efek pencahayaan untuk mempermudah interpretasi strukstur geologi
Dari peta-peta ini ditambah data mentah dari survey, data kemudian diproses
dengan berbagai teknik filtering untuk melokalisir daerah yang mengandung
anomali magnetik dan juga untuk menginterpretasikan struktur regional daerah
survey.
Peta Radiometric hasil pengolahan citra dengan Total Magnetic Intensity hasil
survey Airborne (Fixed Wing) Magnetic dengan efek pencahayaan untuk
mempermudah interpretasi strukstur geologi dan mempermudah pembagian
litologi batuan.
Interpretasi struktur regional dapat dibuat dari peta Total Magnetic Intensity
dengan mengelompokan kedalam bentuk geometry sederhana yang khas seperti:
Bentuk lingkaran, yang menggambarkan kemungkinan terjadinya aktivitas
hidrothermal pada daerah tersebut.
Bentuk anomali magnetik yang lin ier umumnya disebabkan oleh dyke, sill atau
formasi besi.
Jalur anomali yang lebar dengan pola rumit biasanya merupakan ciri dari
batuan vulkanik seperti lava, sekis dan lain-lain.
Pola magnetik yang tiba-tiba patah mengindikasikan kemungkinan adanya
patahan.
Variasi respon magnetic dapat digunakan untuk membedakan batuan
penutupnya. Akan lebih baik hasilnya bila d igabungkan dengan data
radiometrik.
Pada pemrosesan data magnetik lebih lanjut, data respon magnetik dimodelkan
secara 2D untuk memperoleh gambaran geometri benda anomali magnetik.
lintasan yang lebih rapat 200-400 meter dengan ketinggian yang lebih rendah
antara 80 300 meter diatas permukaan tanah.
Peta Total Magnetic Intensity dari survey Airborne Magnetic dengan menggunakan
pesawat Fixed wing (kiri) dan Peta Analytic Signal dari survey Airborne Magnetic
dengan menggunakan Helikopter.
Jika dalam survey regional dengan menggunakan pesawat fixed wing targetnya
adalah anomali magnetik berskala besar, maka dengan survey helikopter ini
anomali magnetik skala besar tersebut diperinci sehingga anomali-anomali
magnetik berukuran kecil juga dapat terlihat.
Langkah-langkah pemrosesan data dan hasil interpretasi dari survey helikopter ini
sama persis dengan data dari pesawat fixed wing tetapi hasilnya jauh lebih
terperinci sehingga memudahkan untuk menentukan target aktifitas eksplorasi
dari darat. Dari hasil survey in i dip ilih daerah daerah yang paling prospek untuk
ditindak lanjuti dengan survey darat.
Pada tahap survey geofisika dari darat, survey biasanya dilakukan bersamaan
dengan survey pemetaan geologi dan pengambilan conto geokimia. Pada tahap ini
berbagai jenis metode geofisika dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan
jenis mineral atau batuan yang dijadikan sasaran eksplorasi.
Dalam pengolahan data dan interpretasi data survey darat ini, seluruh data
diintergrasikan dan digabungkan dengan data geologi dan data geokimia sehingga
menghasilkan interpretasi akhir yang akurat.
Block diagram hasil penggabungan model 3D magnetic dengan data geologi hasil
dari pemboran.
Gambar diatas merupakan hasil akhir dari seluruh gabungan survey Geofisika,
pemetaan Geologi permukaan, conto Geokimia dan pemboran. Dari model 3D
seperti ini sebuah cadangan pada akhirnya dapat diketahui besar cadangannya
dan jika nilainya cukup ekonomis cadangan ini siap untuk dit ambang.
ESTIMASI
GRAFIS GEOMETRIS
POLYGON
Included Area
Metode ini digunakan untuk lubang bor / pit yang dibuat dengan pola / grid,
seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Pada gambar tersebut 28 pit telah
dibuat dengan jarak sesuai dengan pola grid (misalnya 25 m). Mineralisasi
ditemukan pada setiap pit.
12 x 25 2 4 x 25 2
V = 9 x 25 x w1 + 2
W2 + x W3
2 4
dimana W 1, W 2, W 3 adalah tebal rata-rata pada tengah, sisi samp ing dan sudut.
1 12 x 25 2 4 x 25 2
G = ( 9 x 25 x g 1 w1 +
2
x g 2W2 + x g 3W3 ) %
V 2 4
Extended Area
Pada metode extended area, semua blok mempunyai daerah pengaruh yang
sama. Pada gambar di bawah ini (jarak grid 25 m) total areanya adalah 25 x 252 =
15.625 m2.
Tebal rata-rata didapat dengan menjumlah (total) seluruh tebal pit dan dibagi
dengan 25.
Sedangkan total volume didapatkan dengan mengalikan 15625 x tebal rata-rata.
Metode ini umumnya digunakan pada daerah dengan titik sampel yang tidak
mengikuti pola / grid. Perhitungan dilakukan dengan membuat jaring segitiga
seperti pada gambar di bawah ini.
Tebal rerata untuk tiap blok segitiga dari rata-rata ketiga tebal titik sudut.
Sedangkan kadar rata-rata didapat dari perkalian tebal dengan kadar dari masing
masing titik sampel lalu di bagi total ketebalan masing-masing sampel.
Metode Poligon
Pada metode ini, daerah pengaruh dibuat dengan membuat poligon yang
membagi daerah mineralisasi berdasarkan setengah dari jarak antar titik sampel.
Isochore
Isochore adalah garis yang menghubungkan tit ik-titik yang mempunyai ketebalan
vertikal yang sama pada lapisan (bedakan dengan isopach yang menghubungkan
ketebalan sebenarnya dari lap isan). Pada gambar di bawah ini terlihat garis
isochore dengan nilai 5m, 5,5m, 6m, dan 6,5m. Daerah di antara kontur 5,0m dan
5,0 + 5,5
5,5m akan mempunyai ketebalan = 5,25m dan seterusnya. Luas
2
masing-masing daerah di antara kontur didapatkan dengan bantuan planimeter.
Untuk mendapatkan volume, tebal bertikal dari masing-masing area dikali dengan
luas yang telah didapat dengan planimeter tersebut.
Transverse Section
Biasanya digunakan untuk deposit yang berlapis (bedded deposit ), adapun cara
yang dilakukan adalah dengan membuat lintasan dan penampang dari endapan
bahan galian yang akan dih itung volumenya. Pada gambar berikut, empat
penampang dibuat dengan menggunakan data bor. Pada masing-masing
penampang, luas setiap jenis batuan dan bahan galian d iukur / dihitung dengan
menggunakan planimeter. Volume didapatkan dengan mengali luasan yang telah
didapatkan tadi dengan jarak antar penampang.
Section 1
Section 2
Section 3
Section 4
Stratum Contour
Stratum contour merupakan garis yang menghubungkan elevasi yang sama dari
lapisan. Garis ini dapat dibuat pada bagian atas dan bawah kontak endapan bahan
galian (misalnya kontur roof dan kontur floor dari lapisan batubara). Pada contoh
di bawah ini, kontur floor digambarkan dengan garis ( ) sedangkan kontur
roof dengan garis putus-putus ( - - - - - ).
Interval kontur pada gambar di atas adalah 10m. a, b, c dan d adalah bentuk
badan bijih pada kedalaman 10m, 20m, 30m, dan 40m. Masing-masing luas
horizontal cebakan dihitung secara terpisah, dan bila dikali dengan interval kontur
akan didapatkan volume setiap level.
Contoh Kasus 1 :
Telah dilakukan serangkaian kegiatan pemboran explorasi pada suatu daerah yang
diperkirakan terdapat mineralisasi bijih (SG = 2,5). Pemboran dilakukan dengan
sistem grid dimana jarak antar grid adalah 50m (lihat gambar berikut)
Contoh Kasus 2 :
Telah dilakukan serangkaian kegiatan pemboran explorasi pada suatu daerah yang
diperkirakan terdapat mineralisasi bijih (SG = 2,3). Pemboran dilakukan secara
random (acak seperti terlihat pada gambar berikut)
0 10 20 30 40 50m
Batas KP
DH-3
DH-1 DH-2
DH-5 DH-6
DH-4
DH-13
DH-12 DH-14
DH-11
DH-15 DH-16