Anda di halaman 1dari 22

Referat

BULIMIA NERVOSA

Disusun Oleh:
Nurul Najwa Binti Mustapa
11.2016.195

Pembimbing:
dr. Elly Ingkiriwang SpKJ

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 3
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Periode 29 Mei 2017 1 Juli 2017
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN.. ..3

II. PEMBAHASAN

2.1 EPIDEMIOLOGI.5
2.2 ETIOLOGI ..5
2.3 GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS ..7
2.4 DIAGNOSIS BANDING ..11
2.5 PEMERIKSAAN PASIEN ...11
2.6 PATOFISIOLOGI .....13
2.7 TATALAKSANA .14
2.8 PENCEGAHAN ...16
2.9 PROGNOSIS.17
2.10 KOMPLIKASI ..18
2.11 KESIMPULAN.. ...21

III. DAFTAR PUSTAKA..22

2
PENDAHULUAN

Makanan merupakan sumber nutrisi utama pada manusia untuk meneruskan


kelangsungan hidup.Tanpa kita sedari, sejak dari lahir kita terkait baik secara personal maupun
emosional dengan makanan. Berjalan dengan waktu, kebanyakan orang akan mendapat
kenyamanan dan kepuasan dari makanan tersebut. Namun, apabila asupan makanan yang
berlebihan akan menyebabkan terjadinya penambahan berat badan yang berlebihan atau
sebaliknya. Pada hal yang lebih lanjut akan terjadinya perubahan psikologis dalam diri tanpa
disedari yang pada akhirnya bisa membuatkan seseorang menyimpang dari perilaku makan yang
normal. Menurut American Psychiatric Association, penyimpangan perilaku makan adalah
sebuah penyakit dimana seseorang mengalami gangguan dalam perilaku makan terkait emosi dan
pikirannya. Mereka yang mengalami penyimpangan perilaku biasanya memperhatikan makanan
dan berat badannya.1

Dalam Diagnostic and Statisctical Manual of Mental Disorder-IV (DSM-IV), ada tiga
jenis penyimpangan perilaku makan yang memiliki kriteria dan ciri khusus yaitu anoreksia
nervosa, bulimia nervosa dan binge eating disorder. Namun ada satu lagi kondisi dimana terlihat
sangat mirip dengan ketiga jenis penyimpangan perilaku makan diatas tetapi secara keseluruhan
tidak memenuhi kriteria yang ada, penyimpangan ini dinamakan sebagai Eating disorder not
specified yang dikategorikan ke dalam atypical eating disorder.1

Bulimia merupakan bahasa latin dari sebuah kata Yunani boulimia, yang artinya
extreme hunger. Ini sesuai dengan gambaran para bulimics yaitu orang yang bulimia dimana
mereka cenderung makan dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat, seperti orang yang
kelaparan. Selanjutnya sebagai kompensasi dari pola makannya tersebut, mereka akan
melakukan berbagai cara yang intinya supaya berat badan mereka tidak bertambah meski mereka
sudah makan banyak. Bulimia nervosa merupakan gangguan psikologis yang menyebabkan
terjadinya gangguan pola makan ditandai dengan makan terlalu banyak dan diikuti dengan
muntah yang dirangsang sendiri.2

Bulimia nervosa adalah suatu ganguan makan yang ditandai oleh peningkatan periode
binge-eating yang diikuti dengan berbagai metode purging untuk mengimbangi kebiasaan makan
yang berlebihan. Makan lebih banyak makanan dibandingkan sebagian orang pada situasi yang

3
sama dan dalam periode waktu yang sama, disertai dengan rasa yang kuat bahwa ia kehilangan
kendali. Ketika makan berlebihan ini terjadi pada orang dengan berat badan relative normal, atau
orang dengan berat badan berlebihan yang juga memiliki kekhawatiran berlebihan mengenai
bentuk dan berat tubuhnya serta secara teratur terlibat di dalam perilaku menghilangkan kalori
yang di dapat saat makan berlebihan. Pasien yang selamat dari bulimia dapat mengendalikan
siklus binge and purge yang bertujuan untuk mencegah kenaikan berat badan dan mengatur
berbagai masalah emosional.2

Berbagai metode purge (membersihkan) seperti obat pencuci perut (laxative) atau
penggunaan diuretik, latihan fisik yang berlebihan, dan yang paling sering dengan cara memaksa
memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan. Tidak seperti anoreksia nervosa, bulimia
tidak selalu mengakibatkan penurunan berat badan yang signifikan. Perasaan malu dan terisolasi
yang pernah dirasakan oleh pasien yang selamat dari bulimia biasanya menghalangi harapan dan
kemajuan penyembuhan penyakitnya.2

Bulimia nervosa meliputi terjadinya suatu perilaku kompensasi yang dimaksudkan untuk
membersihkan tubuh dari kelebihan kalori yang dikonsumsi selama makan besar/banyak.
Gangguan ini memiliki dua varian utama, sebagai berikut:3

Purging: Kompensasi dengan cara merangsang diri sendiri untuk muntah dan/atau konsumsi
yang berlebihan dari obat pencahar untuk menginduksi diare sehingga makanan yang dimakan
akan keluar dengan sendirinya.

Non Purging: Melakukan pola makan yang berlebih namun tindakan kompensasi yang
dilakukannya berupa olahraga yang berlebih, menggunakan zat stimulasi (yang bukan
menstimulasi muntah seperti pada criteria pembersihan) dan puasa yang berlebih.

4
2.1 EPIDEMIOLOGI

Bulimia nervosa lebih sering terjdi daripada anoreksia nervosa. Perkiraan bulimia
nervosa berkisar dari 1 hingga 3 persen pada perempuan muda. Prevalensi bulimia nervosa pada
perempuan muda adalah 1.5% dan pada laki-laki sekitar 0.5%. Seperti anoreksia nervosa,
bulimia nervosa secara signifikan lebih lazim pada perempuan dibandingkan laki-laki, tetapi
awitannya lebih sering terjadi pada masa remaja yang lebih akhir dibandingkan dengan awitan
anoreksia nervosa. Menurut edisi revisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM-IV-TR), angka kejadian pada laki-laki adalah sepersepuluh angka kejadian
pada perempuan. Awitan bahkan dapat terjadi pada masa dewasa awal. Gejala bulimia nervosa
yang kadang-kadang terjadi, seperti episode terpisah makan berlebih dan mengeluarkan kembali,
dilaporkan pada hampir 40 persen mahasiswi perempuan. Onsetnya lebih sering pada masa
remaja dibandingkan pada masa dewasa awal. Onsetnya sering terjadi pada umur 18 19 tahun,
kelainan tersebut relatif lebih jarang pada masa remaja awal. Selain itu, diantara pasien bulimia
nervosa, sepertiga diantaranya memiliki riwayat anorexia nervosa dan sepertiga diantara pasien
memiliki riwayat obesitas. Bulimia nervosa juga bisa didapat pada perempuan berberat badan
normal. Awalnya gangguan makan tersebut hanya dilaporkan pada golongan sosial ekonomi
menengah dan atas, tetapi pada saat ini dilaporkan juga pada golongan sosial ekonomi rendah.
Kelainan ini juga ditemukan pada berbagai kelompok etnik dan ras. BN lebih sering dijumpai.
Di negara industri, prevalensinya kira-kira 1 persen populasi umum.4,5

2.2 ETIOLOGI

Faktor Biologis

Beberapa peneliti berupaya menghubungkan perilaku makan berlebihan dan mengeluarkannya


kembali dengan berbagai neurotransmitter. Oleh karena antidepresan sering bermamfaat bagi
pasien bulimia nervosa dan serotonin dikaitkan dengan perasaan puas, serotonin dan
norepineprin telah dilibatkan disini. Oleh karena kadar endorphin plasma meningkat pada pasien
bulimia nervosa yang muntah, perasaan nyaman setelah muntah yang dialami beberapa pasien ini

5
mungkin di perentarai oleh meningkatnya kadar endorphin. Menurut DSM-IV-TR, terdapat
peningkatan frekuensi bulimia nervosa pada kerabat derajat pertama orang dengan gangguan ini.2

Faktor Sosial

Pasien bulimia nervosa, seperti pasien anoreksia nervosa, cenderung memiliki standar yang
tinggi dan memberikan respons terhadap tekanan social yang menuntut orang untuk di ramping.
Seperti pada pasien anoreksia nervosa, banyak pasien bulimia nervosa mengalami depresi dan
depresi familial yang meningkat, tetapi keluarga pasien bulimia nervosa umumnya kurang dekat
dan lebih memiliki konflik dibandingkan keluarga pasien anoreksia nervosa. Pasien bulimia
nervosa menggambarkan orang tuanya sebagai orang tua yang mengabaikan dan lalai.2

Faktor Psikologis

Pasien bulimia nervosa, sama dengan pasien anoreksia nervosa, memiliki kesulitan dengan
tuntutan masa remaja, tetapi pasien bulimia nervosa lebih terbuka, pemarah dan impulsif
daripada bulimia nervosa. Ketergantungan alkohol, menguntil, dan kelabilan emosional
(termasuk upaya bunuh diri) menyebabkan dengan bulimia nervosa. Pasien-pasien ini umumnya
merasa perilaku makan yang tidak terkendalinya lebih ego-distonik dibandingkan pada pasien
anoreksia nervosa sehingga lebih mudah untuk mencari pertolongan. Pasien bulimia nervosa
tidak memiliki kendali superego dan kekuatan ego, berbeda dengan pasien anoreksia nervosa.
Kesulitan mengendalikan impuls mereka sering ditunjukkan dengan ketergantungan terhadap
zat serta hubungan seksual yang merusak diri, disamping makan berlebihan dan mengeluarkan
kembali yang menandai gangguan ini. Kebanyakaan pasien bulimia nervosa memiliki riwayat
kesulitan berpisah dengan pengasuh, yang ditunjukkan dengan tidak adanya objek transisional
selama tahun awal masa kanak-kanaknya. Sejumlah klinisi mengamati bahwa pasien bulimia
nervosa menggunakan tubuhnya sendiri sebagai objek transisional. Pergulatan dalam perpisahan
dengan figur ibu ditunjukkan melalui ambivalensi terhadap makanan; makan dapat menunjukkan
keinginan untuk menyatu dengan pengasuh dan mengeluarkan kembali makanan yang telah di
telan secara tidak sadar dapat menunjukkan keinginan untuk berpisah.2

6
Komorbiditi

Sebuah fitur mencolok yang terkait dengan bulimia nervosa adalah tingginya tingkat
psikopatologi yang terjadi bersamaan seperti gangguan mood, gangguan cemas dan yang paling
menonjol adalah depresi, yang terjadi pada sebagian besar pasien bulimia nervosa. Selain itu
penggunaan zat, alcohol, tobako juga bisa memberi kesan pada pasien bulimia nervosa.3

Budaya

Faktor budaya juga memainkan peran penting dalam terjadinya kasus bulimia nervosa. Sebagai
contoh budaya yang berlaku pada masyarakat Barat adalah mengenai pentingnya seseorang
untuk kurus, mempunyai bentuk badan yang ideal, dan mempunyai berat badan yang rendah. Hal
ini terjadi terutama melalui massa media seperti iklan, fashion yang terkini serta pengaruh
seseorang contohnya actor dan aktress. Ada beberapa penelitian yang dilakukan terkait bulimia
nervosa atau gangguan makan yang lain dan terbukti ada hubungan antara gangguan makan
dengan budaya masyarakat setempat.3

2.3 GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS

Tanda dan gejala umum yang terdapat pada pasien bulimia nervosa adalah seperti pusing,
pening (light headedness), palpitasi (karena dehidrasi, hipotensi , mungkin hipokalemia),
bradycardia atau tachycardia, hipotermia, dan hipotensi (sering dikaitkan dengan dehidrasi).
Untuk gejala gastrointestinal adalah seperti iritasi faring, nyeri perut (lebih umum pada orang-
orang yang menginduksi dirinya untuk muntah), darah dalam muntahan (dari iritasi esofagus,
dari air mata yang sebenarnya mungkin berakibat fatal), kesulitan menelan, perut kembung,
sembelit, dan obstipasi.2,6

Menurut DSM-IV-TR, gambaran penting pada bulimia nervosa adalah episode berulang
makanan berlebihan; suatu rasa tidak adanya kendali terhadap makan saat sedang makan
berlebihan; muntah yang dicetuskan sendiri, penggunasalahan laksatif dan diuretik, berpuasa,
maupun olah raga berlebihan untuk mencegah naiknya berat badan dan evaluasi diri terus-

7
menerus yang terlalu dipengaruhi bentuk dan berat badan. Makan berlebihan biasanya dilakukan
kira-kira 1 jam sebelum muntah.2

Muntah lazim terjadi dan biasanya dipicu dengan cara mencolokkan jari ke dalam
tenggorok walaupun beberapa pasien bisa muntah jika mereka mengingatkannya. Muntah
mengurangi nyeri abdomen dan perasaan kembung serta memungkinkan pasien terus makan
tanpa takut akan keanaikan berat badan. Depresi, kadang-kadang disebut postbinge anguish,
sering menyertai episode ini. Selama makan berlebih, pasien memakan makanan manis, berkalori
tinggi, dan umumnya lembut atau teksturnya halus, seperti cake dan pastry. Beberpa pasien lebih
menyukai makanan yang besar tanpa memandang rasanya. Makanan di makan diam-diam dan
dengan cepat bahkan kadang kadang tidak dikunyah.2

Sebagian besar pasien bulmia nervosa berat badannya berada di dalam kisaran normal,
tetapi beberapa berbadan kurang atau berlebih. Pasien ini khawatir akan citra tubuh dan
penampilan mereka, khawatir mengenai pandangan orang terhadap mereka, dan khawatir akan
daya tarik seksual mereka. Sebagian besar mereka aktif secara seksual, dibandingkan dengan
pasien anoreksia nervosa, yang tidak tertarik terhadap seks.2

Bulmina nervosa terdapat pada pasien dengan angka gangguan mood dan gangguan
kendali impuls yang tinggi. Bulimia nervosa juga dilaporkan terjadi pada orang dengan resiko
tinggi untuk gangguan terkait zat serta berbagai gangguan kepribadian. Pasien bulimia nervosa
juga memiliki angka gangguan ansietas, gangguan bipolar I, dan gangguan disosiatif yang tinggi,
serta riwayat penganiayaan seksual.2

Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Bulimia Nervosa2

A. Episode makan berlebih berulang. Episode ini ditandai dengan dua hal berikut ini :

1. Makan, dalam periode waktu terpisah (cth., dalam periode waktu 2 jam ), jumlah
makanan yang jelas lebih besar daripada yang dapat dimakan oleh sebagian besar orang
selama periode waktu yang sama dan dalam keadaan yang sama.
2. Rasa tidak adanya kendali terhadap makan selama episode ini (cth., perasaan bahwa ia
tidak dapat mengendalikan apa atau berapa banyak yang dimakan).

8
B. Perilaku kompensatorik berulang yang tidak tepat untuk mencegah kenaikan berat badan,
seperti muntah yang diinduksi sendiri; penggunasalahan laksatif, diuretik, enema, atau obat lain;
berpuasa; atau olah raga berlebihan.

C. Makan berlebihan dan perilaku kompensatorik yang tidak tepat ini keduanya ada, rata-rata
setidaknya dua kali seminggu selama 3 bulan.

D. Evaluasi diri terlalu dipengaruhi bentuk dan berat badan. E. Gangguan ini tidak hanya terjadi
selama episode anoreksi nervosa.

Tentukan tipenya :

Tipe mengeluarkan kembali makanan : selama episode bulimia nervosa saat ini, orang
tersebut secara teratur terlibat di dalam muntah yang diinduksi diri sendiri atau
penggunasalahan laksatif, diuretic, atau enema.
Tipe tidak mengeluarkan kembali makanan : selama episode bulimia nervosa saat ini,
orang tersebut menggunakan perilaku kompulsatorik yang tidak tepat lainnya, seperti
berpuasa, olah raga berlebihan, tetapi tidak secara teratur, muntah yang diinduksi oleh
diri sendiri atau penggunasalahan lasatif, diuretic atau enema.

Diagnosis Bulimia Nervosa menurut PPDGJ-III2

Menurut pedoman diagnostic PPDGJ-III, Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan
fisiologis dan faktor fisik.

1. F50.2 mengenai Bulimia Nervosa untuk diagnosis pasti, dibutuhkan semua berikut ini :

a. Terdapat preokupasi yang menetap untuk makan, dan ketagihan (craving) terhadap makanan
yang tidak bisa di lawan; penderita tidak berdaya terhadap datangnya episode makan berlebihan
dimana makanan dalam jumlah yang besar dimakan dalam waktu yang singkat.

b. Pasien berusaha melawan efek kegemukkan dengan salah satu atau lebih cara seperti berikut:

Merangsang muntah oleh diri sendiri,


Menggunakan pencahar berlebih,

9
Puasa berkala
Memakai obat-obatan seperti penekan nafsu makan, sediaan tiroid atau diuretika. Jika
terjadi pada penderita diabetes, mereka akan mengabaikan pengobatan insulinnya.

c. Gejala psikopatologinya terdiri dari ketakutan yang luas biasa akan kegemukkan dan penderita
mengatur sendiri batasan yang ketat dari ambang berat badannya, sangat dibawah berat badan
sebelum sakit dianggap berat badan yang sehat dan optimal. Seringkali, tetapi tidak selalu, ada
riwayat episode anoreksia nervosa sebelumnya, interval antara ke dua gangguan tersebut berkisar
antara beberapa bulan sampai beberapa tahun. Episode sebelumnya ini dapat jelas terungkap,
atau dalam bentuk ringan yang tersembunyi dengan kehilangan berat badan yang sedang dan
atau suatu fase sementara dari amenore.

Bulimia nervosa harus dibedakan dari gangguan depresif, walaupun penderita bulimia
sering mengalami gejala-gejala depresi.

2. F50.3 Bulimia Nervosa tak khas

Diagnosis ini digunakan untuk penderita yang tidak menunjukkan satu atau lebih
gambaran utama (Key features) dari Bulimia Nervosa (F50.2), tetapi masih ada gambaran
klinis yang agak khas.
Umumnya hal ini ditujukan pada orang yang mempunya berat badan normal atau
berlebihan, tetapi mengalami periode khas kebanyakan makan yang diikuti dengan
muntah atau memakai pencahar.2

Subtipe

Terhadap bukti bahwa orang dengan bulmia nervosa yang mengeluarkan kembali
makanan berbeda dengan orang yang makan berlebih dan tidak mengeluarkan kembali. Orang
yang makan berlebih dan tidak mengeluarkan kembali cenderung lebih sedikit memiliki
gangguan citra tubuh dan lebih tidak cemas mengenai makan. Pasien bulimia nervosa yang tidak
mengeluarkan kembali cenderung mengalami obesitas yang juga terdapat perbedaan psikologis
yang khas antara pasien bulimia nervosa yang mengeluarkan makanan berlebih dan yang tidak.
Karena semua perbedaan ini, diagnosis bulimia nervosa di bagi lagi menjadi tipe mengeluarkan
kembali makanan (purging), untuk mereka yang secara teratur terlibat dalam perilaku

10
menginduksi sendiri muntah atau menggunakan laksatif maupun diuretik, serta tipe tidak
mengeluarkan kembali makanan (nonpurging), untuk mereka yang melakukan diet ketat, puasa,
atau olah raga berlebih tetapi tidak secara teratur terlibat dalam perilaku mengeluarkan kembali
makanan. Pasien dengan tipe mengeluarkan kembali makanan mungkin memiliki resiko
komplikasi medis tertentu, seperti hipokalemia akibat muntah dan penggunaan laksatif, dan
alkalosis hipokloremik. Mereka yang muntah berulang memiliki resiko mengalami robekan
langsung atau esophagus meskipun komplikasi ini jarang terjadi. Pasien mengeluarkan kembali
makanan memiliki perjalanan gangguan yang berbeda dengan pasien yang makan berlebihan
kemudian berdiet atau berolah raga.2

2.4 DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis Bulimia Nervosa tidak dapat ditegakkan jika perilaku makan berlebih dan
memuntahkan kembali hanya terjadi selama episode anoreksia nervosa. Pada kasus seperti ini,
didiagnosisnya adalah anoreksia nervosa, tipe makan berlebih atau mengeluarkan kembali
(binge-eating/ purging type). Klinis harus memastikan bahwa pasien tidak memiliki penyakit
neurologis seperti bangkitan Epileptik-Ekuivalen, Tumor Sistem Saraf Pusat (SSP), Sindrom
Kluver-Bucy, atau Sindrom Kleine-Levin. Gambaran patologis yang ditujukkan oleh sindrom
Kluver-Bucy adalah agnosia visual, menjilat dan mengigit kompulsif, memeriksa objek dengan
mulut, ketidakmampuan mengabaikan semua stimulus, plasiditas, gangguan prilaku seksual
(Hiperseksual), dan perubahan kebiasaan diet, terutama hiperfagia. Sindrom ini sangat jarang dan
cenderung tidak menyebabkan masalah dalam menegakkan diagnosis banding. Sindrom Kleine-
Levin terdiri atas hipersomnia periodik yang berlangsung 2 hingga 3 minggu serta hiperfagia.
Seperti pada bulimia nervosa, awitan biasanya saat remaja, tetapi sindrom ini lebih lazim pada
laki-laki di bandingkan perempuan. Pasien dengan gangguan keperibadian ambang kadang-
kadang makan berlebih, tetapi perilaku makan ini diakibatkan tanda lain gangguan ini.4

2.5 PEMERIKSAAN PASIEN

Bulmia nervosa dapat mengakibatkan kelainan elektrolit dan berbagai derajat kelaparan
meskipun tidak sejelas pada pasien anoreksia nervosa berberat badan rendah. Dengan demikian,
bahkan pasien bulimia nervosa dengan berat badan normal harus menjalani pemeriksaan
laboratorium elektrolit dan metabolisme. Umumnya, fungsi tiroid tetap baik pada bulimia

11
nervosa tetapi pasien dapat menunjukkan nonsupresi pada uji supresi deksametason (DST).
Dehidrasi dan gangguan elektrolit cenderung terjadi pada pasien bulimia nervosa yang
mengeluarkan kembali makanan secara teratur. Pasien ini sering mengalami hipomagnesemia
dan hiperamilasemia. Meskipun bukan ciri diagnostik inti, banyak pasien bulimia nervosa
mengalami gangguan menstruasi. Hipotensi dan bradikardi terjadi pada beberapa pasien.3,6

Pemeriksaan psikiatrik lengkap: Memperhatikan depresi yang merundungi bersama,


anoreksia nervosa, penyalahgunaan zat/obat seperti kokain, alkohol, ampetamin, sedative,
dan pil diet, dan gangguan kepribadian.3

Laboratorium6

Pemeriksaan darah lengkap: untuk mengeksklusi kelainan hematologi dan anemia.

Pemeriksaan elektrolit darah: Untuk mendeteksi jika adanya komplikasi dari bulimia
yang berkaitan ketidakseimbangan elektrolit. Sebagai contoh jika muntah yang sering,
bisa terjadi hipokalemik metabolic alkalosis. Pada pasien dengan penyalahgunaan
laxative bisa menyebabkan metabolic alkalosis normokalemik.

Urinalisis: bisa terdeteksi jika terjadinya dehidrasi atau hidrasi pada pasien.

Urine toksikologi: untuk mendeteksi jika terjadinya komorbid penggunaan zat

Tes Kehamilan: Untuk mengeksklusi jika terjadinya kehamilan pada pasien dengan
keluhan amenorrhea.

Amylase: Prevalensi hiperamylasemia sebanyak 30% dijumpai pada pasien yang sering
muntah dikarenakan terjadinya hipersekresi dari kalenjar saliva. Apabila terjadi
peningkatan, hasil ini kemungkinan menunjukkan adanya aktivitas purging pada pasien.

EKG (Elektrokardiografi): Untuk melihat apakah sudah terjadi komplikasi seperti


kardiomiopati dan arithmia terutama pada pasien yang sangat kurus, mempunyai keluhan
palpitasi atau tanda-tanda yang mendorong kearah kelainan kardiovaskular.

DEXA (Dual Energy X ray Absorption) : Untuk melihat densitas mineral tulang terutama
pada pasien dengan keluhan amenorrhea, gangguan mood dan pasien yang merokok.

12
2.6 PATOFISIOLOGI

Ketika memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja menjadi sangat concern
atas pertambahan berat badan mereka. Terjadi perubahan fisiologis tubuh yang kadangkala
mengganggu. Biasanya, hal ini lebih sering dialami oleh remaja putri daripada remaja pria. Bagi
remaja putri, mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak sehingga mereka akan
mudah untuk gemuk apabila mengkonsumsi makanan yang berkalori tinggi. Kalau dulu makan
apapun tidak berefek bagi berat badan, tapi setelah masa pubertas (biasanya ditandai dengan
menstruasi), baru makan coklat dua potong, kok beratnya sudah tambah 1 kg. Pada kenyataannya
kebanyakan wanita ingin terlihat langsing dan kurus karena mereka beranggapan bahwa menjadi
kurus akan membuat mereka bahagia, sukses dan populer. Apalagi kalau melihat body para
selebritis yang langsing (sebenarnya lebih tepat dikatakan kurus-ceking- tiada berisi) sehingga
kalau pakai baju model apapun terlihat pas dan pantas dipakai. Sementara kalau tubuh kita
gendut, pakai baju apapun rasanya seperti sedang memakai karung terigu.7,8

Akhirnya, lingkungan sekitar juga ikut mempengaruhi. Semakin sering diledek gendut
maka dietnya semakin gencar. Maka tidak mengherankan bila ketidakpuasan seseorang dengan
tubuhnya akan mengembangkan masalah pada gangguan makan. Remaja dengan gangguan
makan seperti di atas memiliki masalah dengan body imagenya. Artinya, mereka sudah memiliki
suatu mind set (pemikiran yang sudah terpatri di otak) bahwa tubuh mereka tidak ideal. Mereka
mempersepsikan tubuhnya gemuk, banyak lemak di sana sini, tidak seksi dan lain-lain yang
intinya tidak sedap untuk dipandang dan tidak semenarik tubuh orang lain. Akibat pemikiran
yang sudah terpatri ini, seorang remaja akan selalu melihat tubuh mereka terkesan gemuk
padahal kenyataannya justru berat badan mereka semakin turun hingga akhirnya mereka menjadi
sangat kurus. Mereka akan dihantui perasaan bersalah manakala mereka makan banyak karena
hal itu akan menyebabkan berat badannya naik. Masalah body ini akhirnya menyebabkan
remaja menjadi tidak percaya diri dan sulit untuk menerima kondisi dirinya. Mereka
beranggapan bahwa kepercayaan diri akan tumbuh kalau mereka juga memiliki tubuh yang
sempurna.7,8

13
2.7 TATALAKSANA

Sebagian besar pasien Bulimia Nervosa tanpa komplikasi tidak membutuhkan rawat inap
di rumah sakit. Umumnya, pasien bulimia nervosa tidak terlalu merahasiakan gejalanya seperti
pada pasien anoreksia nervosa. Dengan demikian, terapi rawat jalan biasanya tidak sulit, tetapi
psikoterapi sering mengalami kendala dan dapat berlangsung lama. Beberapa paisen obesitas
dengan bulimia nervosa yang menjalani psikoterapi jangka panjang membaik secara
mengejutkan. Pada beberapa kasus - ketika makan berlebih tidak terkendali, tetapi pasien rawat
jalan tidak berhasil, atau pasien menunjukkan gejala psikiatrik tambahan seperti bunuh diri dan
penyalahgunaan zat - rawat inap di rumah sakit mungkin perlu dilakukan. Di samping itu, pada
kasus mengeluarkan makanan kembali yang berat, gangguan metabolik dan elektrolit yang
ditimbulkan mungkin sangat memerlukan rawat inap di rumah sakit.4

Psikoterapi

1. Terapi perilaku-kongnitif

Terapi perilaku-kongnitif harus dipertimbangan sebagai acuan, terapi line pertama bulimia
nervosa. Data yang menyokong efektivitas terapi perilaku kongnitif didasarkan pada eratnya
kelekatan terhadap terapi yang terpedoman, sangat rinci dan telah banyak diterapkan, yang
mencakup kirakira 18 hingga 20 sesi selama 5 sampai 6 bulan. Terapi perilaku kongnitif
menerapkan sejumlah prosedur perilaku untuk4,9

menghentikan siklus perilaku makan berlebihan dan diet yang dipertahankan sendiri ini,
serta
mengubah kognisi dan keyakinan seseorang yang mengalami disfungsi mengenai
makanan, berat dan bentuk tubuh, serta konsep diri secara keseluruhan.

2. Psikoterapi Dinamik

Terapi psikodinamik pada pasien bulimia nervosa mengungkapkan adanya kecenderungan


mengwujudkan mekanisme defense introjeksi dan proyeksi. Di dalam sikap yang serupa dengan
pemisahan, pasien membagi makanan menjadi dua kategori; makanan bergizi dan makanan tidak
sehat. Makanan yang disebut bergizi mungkin dimakan dan dipertahankan karena secara tidak
sadar menyimbolkan introjeksi yang baik, sedangkan makanan sampah secara tidak sadar

14
dikaitkan dengan introjeksi buruk sehingga dikeluarkan dengan cara muntah, dan khayalan tidak
disadari bahwa semua kerusakan, kebencian, dan keburukan, sedang disingkirkan. Pasien
sementara dapat merasa baik setelah muntah karena evakuasi khayalan tetapi perasaan terkait
akan semuanya baik berlangsung singkat karena didasarkan pada kombinasi yang tidak stabil
antara pemisah dan proyeksi.4,9

3. Farmakoterapi

Obat antidepresan telah menunjukkan mamfaat pada bulimia. Obat ini mencakup
serotonin reuptake inhibitors (SSRI) seperti fluoxetine (Prozac). Mamfaatnya dapat didasarkan
pada peningkatan kadar 5-hydroxytryptamine. Obat antidepresan dapat mengurangi perilaku
makan berlebihan dan mengeluarkan kembalu tanpa bergantung adanya gangguan mood. Dengan
demikian, untuk siklus makan berlebihan-mengeluarkan kembali yang sulit dan tidak berespons
terhadap psikoterapi saja, antidepresan telah berhasil digunaka, imipramine (Tofranil),
desipramine (Norpramin), trazodone (Desyrel), dan monoamine oxidase inhibitor (MAOI) telah
membantu. Umumnya, sebagian besar antidepresan efektif pada dosis yang biasanya diberikan
dalam terapi gangguan depresif. Meskipun demikian, dosis fluoxetine yang efektif untuk
mengurangi makan berleebihan ini dapat lebih tinggi (60 hingga 80 mg per hari) daripada dosis
yang digunakan untuk gangguan depresif. Pada kasus gangguan depresif serta bulimia nervosa
yang bersamaan, terapi dengan obat tampaknya membantu. Carbamazepine (Tegretol) dan
lithium (Eskalith) tidak menunjukkan hasil yang mengesankan sebagai terapi perilaku makan
berlebihan, tetapi telah digunakan dalam terapi pasien bulimia nervosa disertai gangguan mood,
seperti gangguan bipolar I. Terdapat bukti bahwa penggunaan antidepresan saja mengahasilkan
22 persen penghentian perilaku makan berlebihan dan mengeluarkan kembali. Studi lain
menunjukkan bahwa kombinasi terapi perilaku-kognitif dan obat merupakan terapi yang paling
efektif.4,9

15
2.8 PENCEGAHAN

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengamati ada-tidaknya gejala
pada keluarga maupun orang-orang terdekat. Ketika beberapa gejala ditemui dapat dilakukan
pendekatan secara interpersonal, berempati dan mendorong untuk makan dan berolahraga secara
normal, serta memberitahukan dampak negatif bulimia. penderita bulimia tidak dapat sembuh
dengan sendirinya oleh karena itu tindakan pertolongan yang harus segera diberikan yaitu
disarankan untuk berkonsultasi langsung ke para ahli kesehatan. Secara umum penderita
penyakit ini jarang hingga perlu dirawat di rumah sakit, kecuali keadaannya sudah terjadi
komplikasi yang parah. Pengobatan pun akan berbeda antar orang. Kesesuaian dengan seseorang
belum tentu akan sesuai pula dengan orang lain. Selama pengobatannya diperlukan kelompok
terapis dari berbagai keahlian, yang dapat membantu pasien dalam menghadapi masalah medis,
psikologis, dan gizi. Pencegahan terjadinya bulimia nervosa terdiri atas dua bagian :8

1. Program pencegahan primer

Pencegahan ini langsung ditujukan pada populasi berisiko tinggi seperti murid wanita SMP
untuk mencegah timbulnya gangguan makan pada mereka yang asimtomatik. Pencegahan yang
dilakukan dapat berupa program pendidikan mengenai sikap dan prilaku terhadap remaja.8

2. Program pencegahan sekunder

Pencegahan ini bertujuan untuk deteksi dan intervensi dini, dengan memberikan pendidikan pada
petugas kesehatan di pusat pelayanan kesehatan primer. Selain diatas untuk mencegah terjadinya
gangguan makan berupa bulimia nervosa dapat juga dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya:8

Rajin berkonsultasi dengan dokter


Tingkatkan rasa percaya diri
Tingkatkan dinamika lingkungan. Usahakan agar tercipta suasana yang nyaman dan
kondusif di lingkungan keluarga atau pekerjaan
Bersikap realistis. Jangan mudah percaya pada apa yang digambarkan oleh media tentang
berat dan bentuk badan ideal

16
2.9 PROGNOSIS

Dengan cepat, pasien Bulimia Nervosa yang mampu menjalani terapi dilaporkan
mengalami lebih dari 50 persen perbaikan perilaku makan berlebihan dan mengeluarkan
kembali; di antara pasien rawat jalan, perbaikan tampaknya berlangsung lebih dari 5 tahun.
Meskipun demikian, pasien tidak bebas gejala selama periode perbaikan; bulimia nervosa
merupakan gangguan kronis dengan perjalanan gangguan yang maju mundur. Beberapa pasien
dengan perjalanan gangguan ringan mengalami masa remisi jangka panjang. Pasien lain menjadi
lemah akibat gangguan ini dan dirawat di rumah sakit; kurang dari sepertiga pasien yang baik-
baik saja pada pemantauan lanjutan 3 tahun, lebih dari sepertiga yang mengalami perbaikan
gejala, dan kira-kira sepertiganya memiliki hasil buruk dengan gejala kronis dalam 3 tahun. Pada
studi terkini, dalam 5 hingga 10 tahun, kira-kira setengah pasien pulih sempurna dari gangguan
ini, sedangkan 20 persennya terus memenuhi seluruh kriteria diagnostik bulimia nervosa.2,10
Prognosis Bulimia Nervosa lebih baik daripada Anoreksia Nervosa; namun demikian,
bulimia bisa menjadi kronik, dengan akibat penyulit medik.1 Prognosis juga bergantung pada
keparahan gejala sisa mengelurakan makanan kembali yaitu apakah pasien mengalami
ketidakseimbangan elektrolit, dan sampai derajat berapa seringnya muntah menyebabkan
esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar saliva, dan karies gigi. Pada beberapa kasus bulimia
nervosa yang tidak diterapi, remisi spontan terjadi dalam 1 hingga 2 tahun.2,10

17
2.10 KOMPLIKASI

Tabel 1: Komplikasi pada gangguan makan2

Gigi
Beberapa kelainan pada rongga mulut telah dilaporkan termasuk erosi gigi, mengurangi
laju aliran saliva, hipersensitivitas gigi, karies gigi, penyakit periodontal, dan xerostomia (mulut
kering). Erosi gigi biasanya terjadi pada permukaan lingual dari gigi rahang atas. Meskipun gigi
mandibular juga dapat terpengaruh, mereka diyakini agak terlindung, dari paparan asam
lambung, oleh lidah. Erosi dapat terlihat pada awal enam bulan setelah terjadinya induksi muntah
sendiri yang bersifat reguler. Tingkat dan keparahan erosi pada akhirnya akan ditentukan oleh
durasi penyakit, jenis makanan yang dikonsumsi, kebersihan mulut, frekuensi muntah, dan
kualitas dasar dari struktur gigi.2,6
Peningkatan frekuensi karies gigi telah dilaporkan sebagai konsekuensi dari makan
berlebihan makanan yang mengandung karbohidrat, peningkatan konsumsi minuman
berkarbonasi, kebersihan mulut yang buruk, selain paparan asam. Gingivitis (penyakit gusi) dan
penyakit periodontal mungkin akibat dari paparan berulang terhadap asam lambung. Hal ini
menyebabkan iritasi gusi kronis dan perdarahan. Xerostomia ditemui pada pasien dengan self-
induced muntah; itu diduga berhubungan dengan laju aliran saliva berkurang. Pembesaran
kelenjar ludah telah berkorelasi dengan peningkatan kadar amilase serum. Kinzle, et al,
menemukan bahwa 61 persen pasien bulimia, membersihkan melalui self-induced muntah,

18
memiliki peningkatan kadar amilase serum. Kelenjar parotis bilateral yang merupakan kelenjar
yang paling sering terlibat, tetapi pembesaran submandibula juga dapat dilihat. Ini wajah "Jenis
tupai" yang umumnya terjadi 3- 4 hari setelah penghentian self-induced muntah.2,6

Tenggorokan
Self-induced muntah dapat menyebabkan kerusakan pada sfingter esofagus, mempengaruhi
area dari faring dan laring. Muntahan kandungan asam mungkin bersentuhan dengan pita suara
dan sekitarnya, mengakibatkan suara serak, disfagia, batuk kronis, sensasi terbakar di
tenggorokan atau sakit tenggorokan berulang.6

Jantung
Dehidrasi akibat episode berulang dari muntah yang dapat mengakibatkan hipotensi, dan
ortostatik. Meskipun pasien akan sering menggunakan jari-jari mereka atau benda untuk
menginduksi muntah, beberapa mungkin kembali menggunakan ipecac, sirup sebelumnya
digunakan untuk mengobati ingestions toksik akut. Pasien dengan bulimia yang terlibat dalam
self-induced muntah mungkin menyalahgunakan obat ini. Bahan aktif ipecac adalah emetine
yang memiliki paruh yang panjang dan akibatnya dapat terakumulasi untuk tingkat beracun
dengan konsumsi kronis. Toksisitas Emetine dapat mengakibatkan kerusakan permanen miosit
jantung yang mengakibatkan gagal jantung kongestif berat, aritmia ventrikel, dan kematian
jantung mendadak.2,6

Paru-paru
Pada pasien yang membersihkan melalui self-induced muntah, aspirasi makanan
dimuntahkan adalah sebuah kemungkinan. Dengan demikian, pada orang dewasa muda yang
sehat dengan gangguan pernapasan dengan onset tibatiba, self-induced muntah dengan aspirasi
harus dipertimbangkan. Komplikasi paru lain dari self-induced muntah adalah
pneumomediastinum, yang merupakan diseksi udara melalui dinding alveolar, karena muntah.2,6

19
Elektrolit

Episode muntah berulang dapat menyebabkan dehidrasi dan peningkatan regulasi sekresi
Rennin-Angiotensin-Aldosteron. Aldosteron disekresikan oleh kelenjar adrenal dan hasilnya
terjadi peningkatan penyerapan natrium bikarbonat dan retensi air untuk mengurangi
kecenderungan terhadap dehidrasi, hipotensi dan penurunan volume dari muntah berulang. Hal
ini menghasilkan Alkalosis metabolik dan nilai-nilai kalium serum rendah. Secara bersama-
sama, fenomena ini disebut sebagai sindrom pseudo-Bartter. Kehilangan kalium tambahan yang
berasal dari muntahan yang sebenarnya. Melalui kalium serum yang rendah mungkin penanda
khusus untuk self-induced muntah dari bulimia, tidak sensitif. Sebagian besar pasien dengan
bulimia, yang hanya kadang-kadang muntah, akan memiliki elektrolit serum yang normal,
berbeda dengan mereka yang muntah berlebihan atau mereka yang melakukannya secara teratur
untuk program berkepanjangan.2,6

Tabel 2: Perubahan elektrolit6

Purging Mode Sodium Pottasium Chloride Bicarbonate

Diuretics Decreased or Decreased Decreased Increased


Normal
Laxatives Decreased or Decreased Increased Decreased
(short-term) Normal
Laxatives Decreased or Decreased Decreased Increased
(long-term) Normal
Vomiting Decreased or Decreased Decreased Increased
normal

Kulit
Pasien dengan berat badan yang cukup rendah mungkin menunjukkan manifestasi
dermatologi karena kelaparan termasuk alopecia, xerosis, hipertrikosis lanuginosa, cheilosis,
carotenoderma, pruritus, dan kerapuhan kuku. Perubahan ini paling jelas ketika indeks massa
tubuh (BMI) turun di bawah 16. Pasien dengan self-induced muntah akan sering melakukannya,
secara mekanis dengan memasukkan jari-jari mereka ke dalam mulut mereka. Seiring waktu,
pengenalan tangan ke dalam mulut menghasilkan trauma berulang dan kulit lecet pada tangan.2,6

20
2.11 KESIMPULAN

Bulimia hanyalah istilah yang berarti makan berlebihan, yang didefinisikan sebagai
makan lebih banyak makanan dibandingkan sebagian orang pada situasi yang sama dan dalam
periode waktu yang sama, disertai dengan rasa yang kuat bahwa ia kehilangan kendali. Bulimia
Nervosa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti factor biologis, faktor sosial, dan faktor
psikologis. Penatalaksanaan Bulimia Nervosa dapat dilakukan terapi prilaku-kognitif, psikoterapi
dinamik, dan farmakoterapi. Prognosis juga bergantung pada keparahan gejala sisa
mengeluarkan makanan kembali yaitu apakah pasien mengalami ketidakseimbangan elektrolit,
dan sampai derajat berapa seringnya muntah menyebabkan esofagitis, amilasemia, pembesaran
kelenjar saliva, dan karies gigi. Pada beberapa kasus bulimia nervosa yang tidak diterapi, remisi
spontan terjadi dalam 1 hingga 2 tahun.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. A. Tortorella, M. Fabrazzo, A.M. Monteleone, L. Steardo, P. Monteleone. The role of


drug therapies in the treatment of anorexia and bulimia nervosa: a review of the literature.
Journal of Psychopathology:2014;20:50-65
2. Benjamin JS, Virginia AS, Pedro R. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of
Psychiatry. 9th ed. Vol. I. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins;2009: 2128-48
3. Carlos MG, James EM,. The treatment of eating diorders. New York : The Guilford
Press; 2010: 28-39
4. Benjamin JS, Virginia AS, Pedro R. Buku Ajar Kaplan & Sadock's. 2nd ed. EGC.Jakarta
:2017: 328-36
5. Mohamad YK, Dodik B., Persepsi tubuh dan gangguan makan pada remaja perempuan.
Jurnal Gizi dan Pangan;2014: 9(2):103-8
6. Gagandeep R. Bulimia Nervosa Workup. 2016. [cited 2017 Juni 15]. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/286485-workup
7. Tantiani, Trulyana, Ahmad S. Perilaku makan menyimpang pada remaja di
jakarta.Kesmas: National Public Health Journal :2008;2(6) : 255-262.
8. Abdul KA. Kebiasaan makan dan gangguan pola makan serta pengaruhnya terhadap
status gizi remaja. Jurnal Publikasi Pendidikan ;2016: 6(1):49-55
9. Joel Y., Michael J. D., Katherine A.H., David BH., James EM. Practice guideline for the
treatment of patients with eating disorders. American Psychiatric Association.2010
10. Frederique R, E. Smink, Daphne VH & Hans WH. Epidemiology of eating disorders:
incidence, prevalence and mortality rates. Curr Psychiatry Rep: 2012;14:40614

22

Anda mungkin juga menyukai