Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kedaulatan merupakan salah satu unsur eksistensi sebuah negara. Dari sudut
ilmu bahasa kedaulatan dapat diartikan sebagai sebuah kekuasaan tertinggi atas
pemeritahan negara, daerah, dan sebagainya. Namun demikian dalam proses
perkembangan lebih lanjut, telah terjadi perubahan makna kedaulatan negara.
Kedaulatan suatu negara tidak lagi bersifat mutlak atau absolut, akan tetapi pada
batas-batas tertentu harus menghormati kedaulatan negara lain, yang diatur melalui
hukum internasional. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan istilah kedaulatan
negara bersifat relatif (Relative Sovereignty of State). Dalam konteks hukum
internasional, negara yang berdaulat pada hakikatnya harus tunduk dan menghormati
hukum internasional, maupun kedaulatan dan integritas wilayah negara lain.

Berkaitan dengan arti dan makna kedaulatan, Jean Bodin menyatakan bahwa
kedaulatan merupakan atribut dan ciri khusus dari suatu negara. Tanpa adanya
kedaulatan, maka tidak akan ada yang dinamakan negara. Berkenaan dengan hal
tersebut, kedaulatan tidak dipandang sebagai sesuatu yang bulat dan utuh, melainkan
dalam batas-batas tertentu sudah tunduk pada pembatasan-pembatasan yang berupa
hukum internasional maupun kedaulatan dari sesama negara lainnya.

Dengan demikian suatu negara yang berdaulat tetap saja tunduk pada hukum
internasional serta tidak boleh melanggar atau merugikan kedaulatan negara lain.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat dikatakan pula bahwa pada masa kini
kedaulatan negara merupakan sisa dari kekuasaan yang dimiliki dalam batas-batas
yang ditetapkan melalui hukum internasional.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kedaulatan Negara?
2. Bagaimana hubungan Kedaulatan Negara dengan Hukum Internasional
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Kedaulatan Negara?
2. Untuk menhetahui hubungan Kedaulatan Negara dengan Hukum Internasional

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kedaulatan Negara

Menurut sejarahnya, istialh kedaulatan yang dalam bahasa Inggris, dikenal dengan
perkataan souverignity, berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata superanus, berarti yang
teratas. Secara praktis, baik istilah kedaulatan, souvereignity, superanus, maupun yang
teratas, semuanya dipergunakan dalam artian yang sama/identik, yaitu: kekuasaan tertinggi.
Artinya: kekuasan yang tidak lagi berada di bawah kekuasaan lainnya. Jadi, mana kala suatu
Negara dikatakan berdaulat, maka dengan sendirinya, dimaksudkan bahwa Negara itu
mempunyai kekuasaan tertinggi..

Istilah kedaulatan pertama kali di kemukakan oleh Jean Bodin. Jean Bodin ( 1530
1596 ) adalah seorang filsuf Perancis, ahli hukum, ilmuwan politik dan ekonom yang lahir di
Angers dan menuntut ilmu di Paris dan Toulouse. Bodin mengemukakan kedaulatan pertama
kali dalam bukunya Les Six Livres de la Republique. Bodin hidup dalam masa permulaan
lahir dan tumbuhnya negara-negara. Bodin menolak metode La Scolastique(filosofi yang
dikembangkan dan diajarkan di abad pertengahan di universitas, berusaha untuk
mendamaikan konstribusi fisafat Yunani dengan Teologi Kristen)10dan
Lutopie(Representasi dari realitas yang ideal dan sempurna)11 yang membentuk ulang
pemikiran Politik dengan menggunakan metode sejarah, terutama sejarah konstitusi negara-
negara besar Eropa. Bodin melihat dimana-mana kekuasaan sentral dan Negara makin lama
makin tegas menampakan diri dalam bentuk kekuasaan raja yang tertinggi dari keadaan yang
ini ia menarik kesimpulan bahwa inti dari statehood adalah kekuasaan pemerintahan yang
merupakan semua potesta atau majestas yakni kekuasaan tertinggi.

Bodin berpendapat konsep kunci dari negara yang keberadaanya modern yang
didefenisikan oleh kedaulatan yang atribut utamanya adalah puisance de donner ef casser la
loi, yakni kekuatan untuk memberi dan melanggar hukum.

Negara merupakan suatu organsasi dalam masyarakat yang telah memenuhi beberapa syarat
tertentu. Pengertian negara dapat di bentukan dalam arti formil dan materil yaitu:

1. Negara dalam arti formil di maksudkan negara ditinjau dari aspek kekuasaan, negara
sebagai organisasi kekuasaan dengan suatu pemerintahan pusat. Karakteristik dari negara

3
formil adalah wewenang pemerintah untk menjalankan paksaan fisik secara legal. Negara
dalam arti formil adalah negara sebagai pemerintah.

2. Negara dalam arti materiil adalah negara sebagai masyarakat ( staat gemenschap )
atau negara sebagai persekutuan hidup.

Dengan melihat pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa kedaulatan suatu negara
adalah kekuasaan tertinggi yang dimiliki suatu negara untuk menguasai wilayah
pemerintahannya dan masyarakat. Kekuasaan tersebut bersifat asli pemamen tungal dan
tidak terbatas.

Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang kedaulatan negara yang selanjutnya


melahirkan teori kedaulatan negara di antaranya sebagai berikut:

1. Jean Bodin ( 1530 1595 )

Jean Bodin adalah yang pertama mengemukaan istilah kedaulatan.. Menurut Bodin
kekuasaan adalah kekuasaan yang tertinggi, yaitu kekuasaan yang tidak berasal dan tidak di
bawah kekuasan lain, dalam suatu kelompok manusia merdeka harus ada suatu autoritas (
satu orang dan beberapa orang ) yang merupakan sumber hukum, tetapi di atas hukum.
Dalam hubungan kedaulatan dengan negara, yaitu sebagai ciri negara, sebagai atribut negara
yang membedakan negara dengan persatuan-persatuan lainya. Bodin berpendapat hakikat
negara terletak pada kedaulatan.

2. John Austin ( 1790 1859 )

John Austin adalah seseorang sarjana hukum yang besal dari Inggris. Dalam tahun 1832 ia
menerbitkan bukunya berjudul The Province of Jurisprudence Determined yang
memaparkan kedaulatan sebagai berikut:

If a determinate human superior, not the habit of obedience a like superior, receives
habitual obedience from the bulk of the society, the determinate superior is sovereign in that
society and the society, includes the superior, is a society political and independent. To that
determinant superior, the other members of the society are dependent. The position of its
other members towards the determinate superior is a state of subjection and dependence.
The mutual relation which subsists between them and superior maybe styled the relation of
sovereign and subject or the relation of sovereignty and subjection

4
Dapat di analisis bahwa menurut John Austin, an Indenpendent Political Society adalah
bangsa (Nation) yang bebas (merdeka) dan berdaulat.

3. Paul Laband ( 1838 1918 )

Dalam bukunya Dus Staatsrecht des Deutschen Reichs (negara hukum kerajaan Jerman)
Laband menyatakan bahwa tidak ada negara yang tidak berkekuasaaan tinggi.

4. George Jellinek ( 1851 1911 )

Kedaulatan menurut George Jellinek adalah kekuatan yang tidak


diturunkan dari sesuatu kekuatan atau kekuasaan lain yang derajatnya lebih tinggi. Kekuatan
asli itu merupakan kekuasaan tertinggi dan diatasnya tidak ada kekuasaan lain. Negara
adalah organisasi yang dilengkapi dengan sesuatu kekuatan Asli.

5. Hans kelsen

Hans kelsen adalah murid George Jellinek. Kelsen berpendapat hukum sebagai Wille des
states atau kehendak negara. Hukum adalah kaidah yang memerintah orang secara tertib
untuk bertindak seharusnya dan sepantasnya.

Pengertian kedaulatan tidak bisa dipisahkan dari pengertian Negara, karena Negara
sebagai organisasi memiliki kekuasaan. Bahkan seorang ahli Negara berkebangsaan
Perancis, Jean Bodin (1530-1596) berpendapat bahwa apabila Negara tanpa kekuasaan maka
tidak ada Negara. Jean Bodin menggunakan kata kedaulatan itu dalam hubungannya dengan
Negara.

Jean Bodinlah sarjana pertama yang menganggap kedaulatan sebagai atribut Negara
dan sifat khas dari Negara yang membedakan Negara dengan persekutuan lainnya. Jean
Bodin memandang kedaulatan dari aspek internnya atau kedaulatan kedalam. Adapun
Grotius yang dianggap sebagai bapak dari hukum internasional memandang kedaulatan dari
aspek eksternal atau kedaulatan ke luar.

Kedaulatan ke dalam yaitu kekuasaan tertinggi untuk memaksa rakyatnya agar mentaati
peraturan-peraturan Negara. Rakyat harus taat pada Negara agar terselenggaranya ketertiban
hukum dalam Negara. Kedaulatan ke luar yaitu kekuasaan untuk mempertahankan
kemerdekaannya terhadap serangan serangan dari Negara lain.

5
Kedaulatan mempunyai 4 sifat dasar yaitu :

1. Asli, yang berarti bahwa kedaulatan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih
tinggi.

2. Permanen, yang berarti bahwa kedaulatan itu tetap ada selama negara masih berdiri.
Kedaulatan itu akan tetap melekat pada negara meskipun pemerintah atau yang menjalankan
pemerintahan sudah berganti.

3. Tidak terbagi-bagi , yang berarti bahwa kedaulatan itu merupakan satu-satunya


kekuasaan yang tertinggi dalam negara dan tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi selain
kedaulatan negara.

4. Tidak terbatas, artinya kedaulatan itu tidak dibatasi oleh siapapun karena membatasi
kedaulatan berarti adanya kedaulatan yang lebih tinggi dan kekuasaan yang tertinggi
merupakan ciri kedaualatan itu akan hilang

Phillip Allot mengemukakan bahwa Sovereignity is not a fact but a theory. Artinya
kedaulatan adalah konsep yang samar sehingga bisa saja tumbuh dari waktu ke waktu
dikarenakan perubahan konstelasi politik internasional. Sehingga kedaulatan harga diri suatu
bangsa atau (the pride of nations) tergantung pada perkembangan suatu negara.
Perkembangan teknologi perang, interdependensi dalam kehidupan antarnegara, dan
menguatnya globalisasi membawa berbagai implikasi yang menjadikan kedaulatan negara
semakin rawan untuk di pertahankan. Sehingga semakin baik suatu Negara menjalankan dan
mempertahankan kedaulatanya maka semakin tinggilah harga diri negara tersebut.

Negara yang berdaulat adalah negara yang mampu membuat suatu keputusan akhir
tanpa dipengaruhi pihak atau otoritas lain, dan memperjuangkan haknya utnuk menentukan
keputusan akhir tanpa harus mematuhi kehendak otoritas lain. Sehingga kedaulatan negara
berdasarkan atas jangkauan dan konsep suatu Negara dan berdasarkan wilayah.

a. Kedaulatan Berdasarkan Jangkauan (Scope)

Kedaulatan mencakup independesi dan supremasi, dua aspek tersebut sering disebut sebagai
kedaulatan eksternal dan kedaulatan internal. Dalam praktik internasional kedua kedaulatan
baik eksternal dan internal tidak melalui perjuangan yang mudah.

6
Kedaulatan eksternal (Independensi) adalah hak atau kewenangan eksklusif bagi
setiap negara untuk secara bebas menentukan hubungan internasional dengan berbagai
negara atau kelompok lain tanpa ada halangan, rintangan, kekangan dan tekanan dari pihak
manapun juga. Selain jurisdiksi dan pengakuan negara lain yang sederajat, kedaulatan
eksternal haruslah memiliki prinsip non-intervention yang ditegaskan dengan rumusan
Internasional

Commission on Intervention and State Sovereignity (ICISS), yaitu the concept is


normally used to encompass all matters in which state is permitted by international law to
decide and act without intervensions from other state.Kedaulatan eksternal disebut juga
independensi negara yang berarti setiap negara sama kedudukannya dalam interaksi
internasional dengan negara lainnya.

Dalam kedaulatan internasional, harus ada sumber-sumber hukum seperti

Constitution, Statutes, Regulations, dan Customs yaitu:

1. Constitution adalah dasar suatu negara, baik written law dan unwritten law yang
mengatur secara mengikut bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam
masyarakat.

2. Statutes adalah statuta atau undang-undang.

3. Regulations adalah peraturan-peraturan yang pembuatannya dari badan legislatif


kepada badan eksekutif.

4. Customs adalah kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat.Kedaulatan internasional


diatas disebut sebagai supremasi negara.

b. Kedaulatan Internal

Kedaulatan Internal merupakan hak dan kewenangan eksklusi Negara untuk menentukan
bentuk lembaga, konstitusi, dan sebagainya. Kedaulatan ini dapat terlaksana apabila Negara
tersebut memiliki sumber hukum seperti Konstitusi, Regulasi dan Aturan

7
2. Kedaualatan Berdasarkan Wilayah

Apabila seorang berada di wilayah tertentu, maka orang tersebut harus tunduk pada hukum
wilayah tersebut, hal ini dikenal dalam bahasa Romawi yang terkenal qui in territorio meo
est, etiam meus subditus est. Secara geografis, kedaulatan mencakup tiga wilayah yaitu
wilayah tanah, wilayah laut dan wilayah udara di suatu negara.

Kedaulatan suatu Negara atas wilayah daratnya merupakan sesuatu yang


fundamental sebagai salah satu syarat dalam Negara, kedaulatan suatu Negara sangat
diperlukan supaya Negara lain tidak semena-mena memasuki wilayah kedaulatan Negara
lain.

B. Hubungan Antara Kedaulatan Negara Dan Hukum Internasional

Terdapat 2 pandangan mengenai Hubungan antara Kedaulatan dan Hukum Internasional


A. Pandangan bahwa hakikat dan fungsi kedaulatan bertentangan dengan hukum
internasional
Sebagaimana diketahui, kedaulatan (souvereignty) berarti kekuasaan tertinggi (dari
istilah Latin superanus yang berarti yang tertinggi atau yang teratas). Dengan
kata lain, suatu negara berdaulat tidak mengakui adanya kekuasaan lain yang lebih
tinggi darinya. Pengertian inilah yang kemudian menimbulkan persoalan dalam
hubungannya dengan hukum internasional karena seolah-olah kedaulatan itu
menghambat perkembangan hukum internasional atau bahkan bertentangan dengan
hukum internasional sebagai suatu sistem hukum yang mengatur/memelihara hubungan
internasional, terutama hubungan antar bangsa dan Negara. Dengan kata lain, tidak
mungkin hukum internasional itu mengikat negara-negara jika negara-negara itu
merupakan kekuasaan tertinggi yang tidak mengakui adanya kekuasaan lain yang lebih
tinggi dalam hal ini Hukum Internasional.

Jikalau pandangan ini benar, maka kedaulatan memang bertentangan dengan hukum
internasional, bahkan bolelah dikatakan, bahwa paham kedaulatan demikian pada
hakikatnya merupakan penyangkalan terhadap eksistensi:
(-)masyarakat internasional, sebagai landasan sosiologis dan sumber material atau
laboratorium dari hukum international, dan sekaligus,

8
(-) hukum internasional, sebagai suatu sistem hukum yang mengikat Negara-negara
satu sama lainnya, yang berlangsung dalam hubungan dan masyarakat internasional.

Kenyataan menunjukkan bahwa di dalam dunia hukum internasional, terdapat


sarjana-sarjana yang beranggapan bahwa: kedaulatan Negara merupakan suatu
penghalang bagi pertumbuhan masyarakat internasional, dan sekaligus bagi
perkembangan hukum internasional, yang mengatur kehidupan masyarakat bangsa-
bangsa/Negara. Pandangan para sarjana ini benar, seandainya masyarakat internasional
dan hukum yang mengaturnya, merupakan suatu masyarakat atau Negara dunia (world
State); di dalam struktur organisasi masyarakat Negara dunia demikian, memang tidak
ada tempat bagi Negara yang berdaulat. Di puncak masyarakat Negara dunia yang
demikian akan terdapat suatu pemerintah dunia Akan tetapi kenyataan menunjukkan
bahwa, masyarakat dunia dan Negara dunia dengan pemerintah dunia, yang
dimaksudkan tidak pernah ada dan tidak akan ada bahkan hanyalah merupakan angan-
angan hingga dewasa ini.

Kedaulatan, sebagai kekuasaan tertinggi, ada batas-batasnya. Negara berdaulat


sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pun ada batas-batasnya sampai di mana
kekuasaan itu dapat atau boleh dilaksanakan. Pembatasan pertama dari kedaulatan suatu
negara adalah kedaulatan yang dimiliki oleh negara lain. Di sini terkandung dua
pengertian, yaitu: pertama, kedaulatan atau kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu
negara hanya berlaku dalam batas-batas wilayah negara yang bersangkutan; artinya:
suatu Negara hanya memiliki kekuasaan tertinggi di dalam batas wilayahnya. Diluar
wilayahnya, suatu Negara tidak lagi memiliki kekuasaan tertinggi seperti demikain:
contoh Negara A berbatasan dengan Negara B, maka diluar batas wilayah Negara A itu,
tegasnya wilayah Negara B, bukan Negara A, melainkan Negara B lah yang memiliki
kekuasan tertinggi kedua, kedaulatan atau kekuasaan tertinggi suatu negara itu berakhir
di mana kedaulatan negara lain dimulai. Jadi, sesungguhnya dalam sifat hakikat
kedaulatan suatu negara itu sendiri telah dengan sendirinya terkandung pembatasan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa selama masyarakat internasional masih tetap


berupa masyarakat yang anggotanya terdiri atas negara-negara yang masing-masing
merdeka dan berdaulat, bukan masyarakat yang merupakan negara dunia, maka
kedaulatan negara bukanlah penghambat perkembangan hukum internasional dan
9
sekaligus tidak bertentangan dengan hukum internasional. Pandangan yang menyatakan
bahwa kedaulatan bertentangan dengan hukum internasional dan sekaligus menghambat
perkembangan hukum internasional baru menjadi benar hanya jika masyarakat
internasional itu telah menjadi masyarakat atau negara dunia dan hukum internasional
itu sudah merupakan hukum dunia

B. Hakikat dan Fungsi Kedaulatan Negara Tidak Bertentangan dengan Hukum


Internasional
Dipandang dari segi masyarakat dan hukum internasional, maka perkataan
kedaulatan, tidak dapat dan tidak boleh diartikan sebagai: kekuasan tertinggi/tidak
terbatas. Melainkan harus dilihat dan diartikannya sebagai: kekuasan yang tidak
terbatas/terbatas. Yaitu dibatasi oleh batas-batas Negara lainnya. Dihubungkan
dengan kedudukan Negara di mata dunia internasional, maka pengertian kedaulatan,
sebagai kekuasan tertinggi, mengandung dua pembatas penting dalam dirinya, yaitu:
i. Kekuasaan itu, terbatas pada batas-batas wilayah Negara, yang
memilki kekuasan itu, dan
ii. Kekuasaan itu berakhir di mana kekuasaan sesuatu Negara lain
dimulai.
Dengan demikian, kedua pembatasan ini, melekat pada pengertian kedaulatan
atau kekuasaan tertinggi itu sendiri, yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan.
Bahwa kedaulatan suatu Negara terbatas dan bahwa batas-batas ini, terdapat di dalam
kedaulatan Negara lain, merupakan konsekuensi logis, dari pada kedaulatan itu
sendiri , maka paham kedaulatan tidak bertentangan dengan adanya suatu masyarakat
internasional, yang terdiri dari Negara-negara yang masing-masing berdiri sendiri,
atau yang berdaulat, merdeka, dan sederajat satu sama lainnya.

C. Kedaulatan Negara Tunduk pada Hukum Internasional


Dalam rangka pemikiran tentang kedaulatan negara, dan pergaulan antar
negara2, sebagimana dilukiskan diatas, maka jika pada taraf pertama, terletak di
dalam kedaulatan negara lain, maka pembatasan terhadap kedaulatan sekalian
negara2 pada analisa terakhir terletak dalam hukum internasional yg mengatur
kehidupan masyarakat, antara negara masyarakat internasional tsb.
Hubungan internasional yg teratur tidak mungkin tanpa penerima pembatasan
terhadap kedaulatan negara2 yang menjadi anggota masyarakat itu.
10
Tunduknya suatu negara yang berdaulat atau tunduknya paham kedaulatan
kepada kebutuhan pergaulan masyarakat internasional demikian, merupakan suatu yg
mutlak, bagi penciptanya suatu masyarakat internasional yg teratur.
Mengingat bahwa kehidupan suatu masyarakat internasional yg teratur hanya
mungkin dgn adanya HI, maka keharusan tunduknya negara2 kepada hukum
internasional, yg mengtur hubungan antara negara2 yg berdaulat, merdeka, dan
sederajat, meruapakan kenyataan yg conditio sine quanon.
Jelaslah kiranya, bahwa paham kedaulatan, kemerdekaan, dan persamaan
derajat Negara-negara tidak bertentangan dengan konsep suatu masyarakat
internasional yang diatur oleh hukum internasional.
Bahkan dapat dikatakan bahwa, jika diartikan secara wajar, paham kedaulatan
ini, dengan dua pengertian yang sejajar lainnya (kemerdekan dan persamaan derajat)
Negara-negara merupakan suatu pengertian yang mempunyai fungsi yang penting
sekali di dalam usaha mewujudkan suatu masyarakat internasional, yang diatur oleh
hukum internasional, sebagai suatu kenyataan.

11
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Dari uraian diatas, dapatlah disimpulkan bahwa:


(a) hakikat dari pada kedaulatan, adalah: kekuasan tertinggi yang terbatas.
(b) fungsi kedaulatan adalah: mengatur, menjaga, dan memelihara hubungan-hubungan
timbal balik antara Negara dengan warganya dan antara Negara dengan bangsa Negara
lainnya.
(c) kedaulatan suatu Negara terbatas dan bahwa batas-batas ini, terdapat di dalam
kedaulatan Negara lain

D. SARAN

Sebagai Mahasiswa harus lebih memahamsi makna kedaulatan Negara dalam Hukum
Internasional

12

Anda mungkin juga menyukai