Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG

KEPUTIHAN FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS DI LAPAS WANITA KELAS IIA KOTA


SEMARANG TAHUN 2011

Rizka Sulistianingsih1 Herry Suswanti Djarot2 Dwi Wahyuni3

Program Studi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRAK

Wanita yang beranggapan keputihan patologis adalah keputihan fisiologis akan membuat wanita tersebut
mengabaikan keputihan yang dideritanya sehingga penyakit yang diderita bisa semakin parah yaitu
terjadinya infeksi dari bakteri, virus, jamur, atau juga parasit, yang bisa menyebabkan terjadinya kasus
Infeksi Menular Seksual (IMS). Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009, kasus IMS diobati sebesar
77,80%, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2008 sebesar 98,14%. Jumlah
kasus IMS di Kota Semarang pada tahun 2009 berdasarkan laporan tercatat mencapai 2.471 kasus. Untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap wanita usia subur (WUS) tentang keputihan fisiologis
dan keputihan patologis di Lapas Wanita Kelas IIA Kota Semarang.Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian analitik, dengan menggunakan pendekatan Cross sectional. Populasi adalah seluruh penghuni
Lapas Wanita kela IIA Kota Semarang yang berumur 15-49 tahun. Sampel sebanyak 80 orang wanita usia
subur dengan menggunakan teknik Sampling jenuh. Data yang dikumpulkan adalah pengetahuan dan
sikap WUS tentang keputihan fisiologis dan patologis. Uji statistik yang digunakan adalah Rank
Spearman.Sebagian besar WUS mempunyai pengetahuan yang baik tentang keputihan fisiologis dan
patologis sebanyak 40 responden (50%) , mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 34 responden
(42,5%) dan sebagian kecil mempunyai pengetahuan yang kurang sebanyak 6 responden (7,5%).
Sebagian besar WUS mempunyai sikap positif terhadap keputihan fisiologis dan patologis sebanyak 49
responden (61,3%) dan sebagian kecil mempunyai sikap negatif sebanyak 31 responden (38,3%). Dari
uji hubungan antara pengetahuan dengan sikap wanita usia subur di dapatkan nila p value = 0,001 yang
berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap wanita usia subur tentang
keputihan fisiologis dan patologis. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap
wanita usia subur tentang keputihan fisiologis dan patologis dengan p value = 0,001 .

Keywords attitudes: Pengetahuan, Sikap, Wanita Usia Subur , Keputihan

1. PENDAHULUAN fungsi dan prosesnya. (Widyastuti, et


al.,2009,p.5).
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, Menguraikan ruang lingkup kesehatan
yang tidak semata-mata bebas dari penyakit reproduksi sebenarnya menggunakan
atau kecacatan, dalam semua hal yang pendekatan siklus hidup, yang berarti
berkaitan dengan sistem reproduksi , serta memperhatikan kekhususan kebutuhan

1
Mahasiswa Prodi D III Kebidanan FIKKES UNIMUS http://jurnal.unimus.ac.id
2
Dosen Kebidanan ASIH HUSADA
3
Dosen Kebidanan FIKKES UNIMUS
penanganan sistem reproduksi pada setiap kental, tidak berbau, tanpa disertai keluhan
fase kehidupan, serta kesinambungan antar (misalnya gatal, nyeri, rasa terbakar, dsb.),
fase kehidupan tersebut. Karena masalah keluar pada saat menjelang dan sesudah
kesehatan reproduksi pada setiap fase menstruasi atau pada saat stress dan
kehidupan dapat diperkirakan, maka apabila kelelahan. Sedangkan keputihan yang tidak
tidak ditangani dengan baik maka akan normal ialah keputihan dengan ciri-ciri:
berakibat buruk bagi masa kehidupan jumlahnya banyak, timbul terus-menerus,
selanjutnya, dimana tahapan dalam siklus warnanya berubah (misalnya kuning, hijau,
hidup dimulai dari fase konsepsi, bayi dan abu-abu, menyerupai susu/yoghurt) disertai
anak, remaja, usia subur, dan terakhir usia adanya keluhan (seperti gatal, panas, nyeri)
lanjut (Widyastuti, et al.,2009,pp.5-6). serta berbau (apek, amis, dsb).

Pada diri seorang wanita di masa Wanita yang tidak bisa membedakan
reproduksi biasanya mengalami beberapa keputihan normal (fisiologis) dan keputihan
gejala psikologik yang negatif atau gejala yang tidak normal (patologis) tidak akan tahu
fisik. Sifat gejalanya bervariasi dan cenderung dirinya mengidap penyakit atau tidak. Wanita
memburuk ketika saat-saat menjelang dan yang beranggapan keputihan fisiologis adalah
selama terjadinya proses perdarahan haid pada keputihan patologis akan membuat wanita
tubuhnya, Keadaan ini tidak selalu terjadi tersebut merasa tidak nyaman dan merasa
pada setiap siklus haidnya dan intensitasnya cemas dirinya menderita suatu penyakit
pun tidak sama. Beberapa wanita ada juga kelamin, dan jika wanita yang beranggapan
yang mengalami gejala alam perasaan dan keputihan patologis adalah keputihan
fisik yang berat, salah satunya adalah fisiologis akan membuat wanita tersebut
menyebabkan terjadinya keputihan. Keluhan mengabaikan keputihan yang dideritanya
keputihan dari seorang wanita menjelang sehingga penyakit yang diderita bisa semakin
terjadinya haid secara statistik cenderung parah yaitu terjadinya infeksi dari bakteri,
dapat menyebabkan keadaan daerah kemaluan virus, jamur, atau juga parasit, yang bisa
(terutama vagina, uterus, dan vulva) menjadi menyebabkan terjadinya kasus Infeksi
mudah terjangkit suatu penyakit dan Menular Seksual (IMS).
menularkannya ke tubuhnya sendiri atau
ketubuh orang lain yang melakukan Menurut data Survey Demografi
persetubuhan dengannya (Hendrik, Kesehatan Indonesia (SDKI) (2007,p45)
2006,p.114). Vagina dilindungi terhadap secara keseluruhan 51 persen wanita usia
infeksi oleh PH-nya yang normalnya rendah reproduktif (15-49), di Indonesia pernah
(3,5-4.5), yang dipertahankan oleh aksi basil mendengar tentang Infeksi Menular Seksual
Doderlains (bagian dari flora normal vagina) (IMS), persentase yang pernah mendengar
dan hormon estrogen. Risiko infeksi tentang IMS lebih tinggi diperkotaan , dan
meningkat jika daya tahan tubuh wanita meningkat sesuai dengan meningkatnya
diturunkan oleh stres atau penyakit, PH pendidikan dan status kekayaan dan
terganggu, atau jumlah organisme yang masuk persentase mereka yang tidak mengetahui
meningkat (Smeltzer & Bare, 2002,p.1538). gejala IMS makin rendah pada pendidikan
yang semakin tinggi(2007,p202).
Menurut Daru Wijayanti (2009,p.51),
keputihan ada 2 macam, yaitu keputihan Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
normal dan keputihan yang disebabkan oleh 2009, kasus IMS diobati sebesar 77,80%,
suatu penyakit. Keputihan normal ciri-cirinya mengalami penurunan bila dibandingkan
ialah : warnanya bening, kadang-kadang putih dengan cakupan tahun 2008 sebesar 98,14%.
Ini berarti belum seluruh kasus IMS yang
ditemukan diobati atau belum mencapai Penelitian ini menggunakan jenis
target 100% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa penelitian analitik. Penelitian analitik adalah
Tengah, 2009,p.33). survey atau penelitian yang mencoba
menggali bagaimana dan mengapa fenomena
Jumlah kasus IMS di Kota Semarang kesehatan itu terjadi
pada tahun 2009 berdasarkan laporan (Notoatmodjo,2005,p.145). Pendekatan
tercatat mencapai 2.471 kasus. Ada beberapa analitik dalam penelitian ini sesuai dengan
IMS yang mengalami penurunan tujuannya menggunakan pendekatan Cross
dibandingkan pada tahun 2008, diantaranya sectional. yaitu suatu penelitian dimana
bacteri vaginalis dari 151 menjadi 0, variabel-variabel yang termasuk faktor
candidiasis dari 443 menjadi 308;
condiloma dari 95 menjadi 68, gonorhoe risiko dan variabel-variabel yang termasuk
dari 120 menjadi 71, syphilis dari 6 menjadi efek diobservasi sekaligus pada waktu yang
2. Bahkan untuk servisitis, bacteri vaginalis, sama (Notoatmodjo,2005,p.148).Populasi
buboinguinal, penyakit radang panggul, adalah keseluruhan subjek penelitian
clamidia dan cancroid pada tahun 2009 (Arikunto,2006,p.130). Dalam penelitian ini
tidak ada kasus. Sedangkan yang meningkat populasinya adalah seluruh penghuni LAPAS
adalah herpes simplex virus dari 140 wanita kelas IIA Kota Semarang yang
menjadi 149, trichomonas vaginalis dari 6 berumur 15-49 tahun, dimana pada data bulan
menjadi 9 dan Non Gonococcal Urethritis Agustus terdapat sebanyak 80 wanita usia
(NGU) dari 22 menjadi 25 (Profil Kesehatan subur. Sampel adalah sebagian atau wakil
Kota Semarang, 2009,p.24). populasi yang diteliti (Arikunto,2006,p.131).
Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak
Berdasarkan penelitian dari Wirawan 80 wanita usia subur pada bulan
Hubungan Higiene Perorangan Dan Agustus.Teknik sampling yang digunakan
Sanitasi Lapas Terhadap Kejadian Penyakit dalam penelitian ini adalah Non Probability
Herpes Simplek Di Lapas Wanita Kelas II A Sampling , yaitu dengan Sampling jenuh.
Semarang, menunjukan bahwa tahun 2009, Sampling jenuh adalah teknik penentuan
80% dari 176 warga binaan di Lapas Wanita sampel bila semua anggota populasi
Semarang mempunyai riwayat menderita digunakan sebagai sampel. Istilah lain sampel
herpes simplek . Dimana herpes simplek jenuh adalah sensus , dimana semua anggota
merupakan salah satu kejadian IMS. populasi dijadikan sampel ( Sugiyono, 2007,
p.68).
Dari uraian di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa jumlah kasus IMS masih
banyak dialami oleh masyarakat dimana
kejadian IMS bisa berawal dari kurangnya Instrumen atau alat pengumpulan data yang
pengetahuan akan keputihan fisiologis dan digunakan dalam penelitian ini adalah angket
patologis dan sikap pencegahannya. atau kuesioner. Dalam penggunaan kuesioner
Sehingga penulis tertarik untuk meneliti ini meggunakan jenis kuesioner tertutup yaitu
hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap yang sudah disediakan jawabannya sehingga
wanita usia subur tentang keputihan responden tinggal memilih.Kuesioner ini
fisiologis dan patologis di Lapas Wanita menggunakan kuesioner pilihan ganda untuk
kelas IIA kota Semarang Tahun 2011. pertanyaan mengenai pengetahuan yang berisi
10 pertanyaan. Dan untuk pertanyaan tentang
2. METODE PENELITIAN sikap menggunakan skala pengukuran sikap
likert yang berisi 15 pertanyaan.
r hitung lebih besar dari r tabel (0.378) maka
kuesioner tersebut memiliki syarat validitas
Instrumen atau alat pengumpulan data yang dan layak untuk dijadikan sebagai instrumen
digunakan dalam penelitian ini adalah angket penelitian dan apabila r hitung kurang dari r
atau kuesioner. Dalam penggunaan kuesioner tabel (0,378) maka pertanyaan tersebut harus
ini meggunakan jenis kuesioner tertutup yaitu diperbaiki, diganti ataupun harus dihilangkan.
yang sudah disediakan jawabannya sehingga Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian
responden tinggal memilih.Kuesioner ini bahwa sesuatu instrumen cukup dapat
menggunakan kuesioner pilihan ganda untuk dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pertanyaan mengenai pengetahuan yang berisi pengumpul data karena instrument tersebut
10 pertanyaan. Dan untuk pertanyaan tentang sudah baik. Dalam mengukur reliabilitas dapat
sikap menggunakan skala pengukuran sikap digunakan rumus Alpha (Arikunto,2010,
likert yang berisi 15 pertanyaan. p.238).

Dalam penelitian ini uji validitas yang


digunakan adalah Product moment
(Arikunto,2010,p.318). r11 =(kk-1)(1- b22t)

Keterangan :
rxy= n ((XY)-(X).(Y)n.X2- r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau


banyaknya soal

(X)2- [n.Y2-(Y)2]

b2 = jumlah varians butir

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

Xi = Jumlah skor item 12 = varians total

Yi = Jumlah skor total (item)

n = Jumlah responden

Berdasarkan uji Alpha diperoleh hasil


bahwa kedua variabel dalam penelitian ini
Uji validitas dilakukan dengan
yaitu pengetahuan dengan sikap tentang
memberikan pertanyaan kepada 20 responden
keputihan adalah reliabel karena memiliki
di Puskesmas Tlogosari Kulon sebagai sarana
nilai Alpha lebih besar dari 0,70 yaitu 0,816
uji. Dari pengisian kuesioner tersebut apabila
untuk variabel pengetahuan dan 0,849 untuk
variabel sikap.
= 1 6.d2N(N2-1)

Dalam suatu penelitian, pengolahan data Keterangan :


merupakan salah satu langkah yang penting. d : Deviasi rangking
Hal ini di sebabkan karena data yang variabel Y X
diperoleh langsung dari penelitian masih N : Banyaknya data
mentah, belum memberikan informasi apa- ( Saryono, 2010, p.128)
apa, dan belum siap untuk disajikan. Untuk
memperoleh penyajian data sebagai hasil yang Sehingga di ambil keputusan jika p value
berarti dan kesimpulan yang baik, diperlukan 0,05 maka Ho ditolak, sehingga kesimpulannya
pengolahan data (Notoatmodjo, 2010, p.171). ada hubungan yang signifikan antara hubungan
pengetahuan dengan sikap wanita usia subur
tentang keputihan fisiologis dan patologis.
Namun jika p value 0,05 maka Ho diterima,
Analisis univariat, analisis ini digunakan
sehingga kesimpulannya tidak ada hubungan
untuk menjelaskan masing-masing variabel
yang signifikan antara hubungan pengetahuan
yang meliputi pengetahuan tentang keputihan
dengan sikap wanita usia subur tentang
fisiologis dan patologis dengan sikap terhadap
keputihan fisiologis dan patologis.
pencegahan keputihan. Analisisnya meliputi
distribusi frekuensi dan persentase kedua
variabel tersebut. Analisis bivariat dilakukan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap dua variabel untuk mengetahui
adanya hubungan pengetahuan tentang
keputihan fisiologis dan patologis dengan sikap
terhadap pencegahan keputihan. Setelah data 1. Analisis univariat
diperoleh sebelum dianalisis uji statistik maka
data-data tersebut di uji normalitas datanya
dengan menggunakan uji Kolmogorov smirnov. a. Pengetahuan wanita usia subur tentang
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan keputihan fisiologis dan patologis
antara kedua variabel pada penelitian ini yaitu
variabel bebas yang terdiri dari pengetahuan Berdasarkan pada Tabel 4.1 diketahui
tentang keputihan fisiologis dan patologis dan sebagian besar wanita usia subur di Lapas
variabel terikat yaitu sikap terhadap pencegahan Wanita Kelas IIA Kota Semarang mempunyai
keputihan. Analisis yang digunakan adalah pengetahuan yang baik tentang keputihan
korelasi Pearson untuk menentukan hubungan fisiologis dan patologis sebanyak 40 responden
dua gejala yang semuanya interval atau tata (50%) , mempunyai pengetahuan cukup
jenjang. Pada uji normalitas didapatkan bahwa sebanyak 34 responden (42,5%) dan sebagian
data berdistribusi tidak normal, maka analisis kecil mempunyai pengetahuan yang kurang
bivariat yang digunakan adalah korelasi Rank tentang keputihan fisiologis dan patologis
Spearman, dengan rumus: sebanyak 6 responden (7,5%).

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi wanita usia


subur berdasarkan pengetahuan tentang
keputihan fisiologis dan patologis
Pengetahuan Frekuensi Persentase
(%)
a. Hubungan pengetahuan dengan sikap
Baik 40 50,0 wanita usia subur (WUS) tentang
keputihan fisiologis dan patologis di
Cukup 34 42,5
Lapas Wanita Kelas IIA Kota Semarang
Kurang 6 7,5 Tahun 2011

Jum Teknik analis yang dipakai untuk menguji


lah hepotesis yaitu menggunakan uji korelasi
80 100 Rank Spearman. Sebelumnya data di uji
kenormalannya dengan menggunakan
Kolmogorov Smirnov dan data tidak
berdistribusi normal dengan hasil (p value
b. Sikap wanita usia subur tentang kurang dari 0,05). Dimana hasil p value untuk
keputihan fisiologis dan patologis pengetahuan yaitu 0.171 (data berdistribusi
normal) dan p value untuk sikap yaitu 0,044
(data berdistribusi tidak normal), sehingga uji
Berdasarkan pada Tabel 4.2 diketahui sebagian
statistik yang digunakan adalah uji korelasi
besar wanita usia subur di Lapas Wanita Kelas
Rank Spearman.
IIA Kota Semarang mempunyai sikap positif
terhadap keputihan fisiologis dan patologis
Grafik 4.1 Hubungan pengetahuan dengan
sebanyak 49 responden (61,3%) dan sebagian
sikap wanita usia subur (WUS) tentang
kecil mempunyai sikap negatif terhadap
keputihan fisiologis dan patologis
keputihan fisiologis dan patologis sebanyak 31
responden (38,3%).

tabel 4.2 Distribusi frekuensi wanita usia subur


berdasarkan sikap terhadap keputihan fisiologis
dan patologis.

Si Persen
kap tase (%)
Frekuensi

Posi 49 61,3 Berdasarkan pada grafik 4.1 diketahui


tif bahwa data menyebar dengan pola positif
dimana ada kecenderungan semakin
Neg 31 38,8 meningkat skor pengetahuan maka semakin
atif meningkat pula skor sikap . Dari uji statistik
Jum menggunakan uji korelasi Rank Spearman,
lah hubungan antara pengetahuan dengan sikap
80 100 wanita usia subur didapatkan nilai r = 0,369
dengan p value = 0,001. Nilai yaitu 0,05
apabila p value < maka hal ini
menunjukan H0 di tolak dan Ha di terima,
2. Analisis bivariat yang berarti bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan
sikap wanita usia subur tentang tentang keluarga berencana, atau juga dapat
keputihan fisiologis dan patologis. dilakukan dengan cara memberikan pendapat
Dimana semakin baik pengetahuannya , dengan menggunakan setuju atau tidak setuju
maka semakin positif sikap wanita usia terhadap pernyataan pernyataan terhadap
subur terhadap keputihan fisiologis dan suatu objek tertentu, dengan menggunakan
patologis. skala Likert ( Notoatmodjo, 2005, p.57).

Pengetahuan adalah keadaan dalam Berdasarkan uji statistik perhitungan uji


pemikiran manusia sebagai hasil korelasi Rank Spearman. Dari uji hubungan
penggunaan panca inderanya yang berbeda antara pengetahuan dengan sikap wanita usia
sekali dengan kepercayaan, takhayul, dan subur di dapatkan nila p value = 0,001, yang
penerangan-penerangan yang keliru. Tidak berarti bahwa ada hubungan yang signifikan
semua pengetahuan merupakan suatu ilmu antara pengetahuan dengan sikap wanita usia
hanyalah pengetahuan yang tersusun secara subur tentang keputihan fisiologis dan
sistematis saja yang merupakan ilmu patologis.
pengetahuan (Ahmadi,2003,p.31).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut
Menurut Notoatmodjo (2003,p.121), ternyata pengetahuan tentang keputihan
pengetahuan merupakan hasil dari tahu , dan fisiologis dan patologis berpengaruh dengan
ini terjadi setelah orang melakukan sikap wanita usia subur terhadap keputihan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. fisiologis dan patologis. Seperti dijelaskan
Penginderaan terjadi melalui pancaindra pada buku Notoatmodjo (2003,p.128),
manusia, yakni indra penglihatan, menurut Allport menjelaskan bahwa sikap
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. mempunyai 3 kelompok komponen pokok.
Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan
konsep terhadap suatu objek.
Wanita usia subur adalah semua wanita
yang telah memasuki usia antara 15-49 b. Kehidupan emosional atau evaluasi
tahun tanpa memperhitungkan status terhadap suatu objek.
perkawinannya (Depkes RI, 2009).
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to
Sikap adalah cara seseorang behave)
mengkomunikasikan perasaanya kepada orang
lain (melalui perilaku) (Hutagalung,
2007,p.52). Sikap seseorang terhadap suatu
objek adalah perasaan mendukung atau Ketiga komponen ini secara bersama- sama
memihak (favourable) maupun perasaan tidak membentuk sikap yang utuh (total attitude).
mendukung atau tidak memihak Dalam penentuan sikap yang utuh ini,
(Unfavourable) pada suatu objek (Azwar, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi
2010,p.5). memegang peranan penting.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara Seperti dalam penelitian yang dilakukan
langsung dan tidak langsung. Secara langsung oleh Fristina Isma dimana hasil penelitiannya
dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau yaitu ada hubungan yang signifikan antara
pernyataan responden terhadap suatu objek. tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan
Misalnya, bagaimana pendapat responden perawatan keputihan pada siswi kels X di
SMAN 2 Salatiga tahun 2009. Ini menunjukan 1. Azwar, S.2010. Sikap Manusia teori
bahwa kecenderungan untuk bertindak (tend dan Pengukurannya. Yogyakarta:
to behave) sebagai komponen pokok sikap, Pustaka Pelajar.
sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang 2. Ardana, K., Mujiati, N., Ayu Sriati, A.A.
memegang peranan penting. Teori ini juga 2009. Perilaku Keorganisasian.
sangat berpengaruh pada penelitian yang Yogyakarta : Graha Ilmu
dilakukan oleh Cahyawati Lia, dimana hasil 3. Ahmadi, A. 2003. Ilmu Sosial Dasar.
penelitiannya menunjukan bahwa sebagian J akarta : PT Rineka Cipta.
besar remaja putri mempunyai pengetahuan 4. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
yang cukup tentang keputihan, yang terdiri Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi
dari pengertian, klasifikasi, penyebab, serta 2006. Jakarta : Rineka Cipta.
tanda dan gejala keputihan. Dan sebagian _________.2010. Prosedur Penelitian
besar remaja putri mempunyai sikap yang Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi
positif tentang pencegahan keputihan 2010. Jakarta : Rineka Cipta.
5. Cahyawati, Lia. 2010. Gambaran
Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja
Putri
6. Tentang Keputihan Di SMA Sultan
4. KESIMPULAN Agung 1 Semarang Tahun 2010.
Semarang,Universitas Muhammadiyah
Semarang.
7. Departemen Kesehatan RI. 2009. Data
a. Diketahui sebagian besar wanita usia
Penduduk Sasaran Program
subur (WUS) di Lapas Wanita Kelas IIA Pembangunan Kesehatan. Available
Kota Semarang mempunyai pengetahuan http://www.depkes.go.id/downloads/publ
yang baik tentang keputihan fisiologis dan ikasi/Data Penduduk Sasaran
patologis sebanyak 40 responden (50%) , Program. Accessed on April 2011.
mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 8. Dian Nugraha Boyke. 2009. Jangan
34 responden (42,5%) dan sebagian kecil
Sepelekan Keputihan. Available at
mempunyai pengetahuan yang kurang
http://dokter.us/jangan-sepelekan-
sebanyak 6 responden (7,5%).
keputihan-dr boyke-dian-nugraha-spog/.
b. Sebagian besar WUS di Lapas Wanita Accessed on April 2011.
Kelas IIA Kota Semarang mempunyai 9. Fristina, I.S. 2009. Hubungan Antara
sikap positif terhadap keputihan fisiologis Tingkat Penegetahuan Tentang
dan patologis sebanyak 49 responden Keputihan\
(61,3%) dan sebagian kecil mempunyai Dengan Perawatan Keputihan Pada
sikap negatif sebanyak 31 responden Siswi Kelas X SMA Negeri 2 Salatiga
(38,3%). Tahun 2009. Semarang, Poltekes.
10. Hendrik. 2006. Problema Haid Tinjauan
c. Ada hubungan yang signifikan antara Syariat Islam dan Medis. Solo: Tiga
pengetahuan dengan sikap wanita usia Serangkai.
subur tentang keputihan fisiologis dan 11. Hutagalung. 2007. Pengembangan
patologis dengan p value = 0,001 . Kepribadian, Tinjauan Praktis Menuju
Pribadi
DAFTAR PUSTAKA Positif. Jakarta : PT Indeks.
12. Iswati Erna. 2010. Awas Bahaya Available at http://sang
Penyakit Kelamin. Jogjakarta : DIVA wanita.blogspot.com/search. Accessed on
Press. April 2011.
13. Maulana, M. 2008. Panduan Lengkap 20. Sarwono, P. 2005. Ilmu Kandungan.
Kehamilan. Jogjakarta : KATAHATI. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
14. Nadesul. H. 2009. Kiat Sehat Pranikah, Prawirohardjo.
Menjadi Calon Ibu, Membesarkan Bayi 21. Saryono, A. S. 2010. Metodologi
Dan Membangun Keluarga Muda. Penelitian Kebidanan DIII, DIV, SI, S2.
Jakarta : Kompas. Yogyakarta : Nuha Medika.
15. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi 22. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk
Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. Penelitian. Bandung: CV ALFABETA
Jakarta : 23. Wijayanti, D. 2009. Fakta Penting
Rineka Cipta. Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita.
16. _____________. 2010. Metodologi Jogjakarta: Book Marks.
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka 24. Widyastuti, Y., Rahmawati, A.,
Cipta. Purnamaningrum,Y.E. 2009. Kesehatan
17. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.
Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka 25. Wirawan, Agus. 2010. Hubungan
Cipta. Higiene Perorangan dan Sanitasi Lapas
18. Smeltzer, C.S., Bare, G.B. 2002. Buku Terhadap Kejadian Penyakit Herpes
Ajar keperawtan Medikal-Bedah Simplek Di Lapas Wanita kelas II A
Brunner Semarang. Semarang,Universitas
& Suddarth . Jakarta: EGC. Muhammadiyah Semarang.
19. Sasmiyanti., Handayani, T.A. 2008.
Memberantas dan Mengobati Keputihan.
7

10

Anda mungkin juga menyukai