ABSTRAK
Wanita yang beranggapan keputihan patologis adalah keputihan fisiologis akan membuat wanita tersebut
mengabaikan keputihan yang dideritanya sehingga penyakit yang diderita bisa semakin parah yaitu
terjadinya infeksi dari bakteri, virus, jamur, atau juga parasit, yang bisa menyebabkan terjadinya kasus
Infeksi Menular Seksual (IMS). Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009, kasus IMS diobati sebesar
77,80%, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2008 sebesar 98,14%. Jumlah
kasus IMS di Kota Semarang pada tahun 2009 berdasarkan laporan tercatat mencapai 2.471 kasus. Untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap wanita usia subur (WUS) tentang keputihan fisiologis
dan keputihan patologis di Lapas Wanita Kelas IIA Kota Semarang.Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian analitik, dengan menggunakan pendekatan Cross sectional. Populasi adalah seluruh penghuni
Lapas Wanita kela IIA Kota Semarang yang berumur 15-49 tahun. Sampel sebanyak 80 orang wanita usia
subur dengan menggunakan teknik Sampling jenuh. Data yang dikumpulkan adalah pengetahuan dan
sikap WUS tentang keputihan fisiologis dan patologis. Uji statistik yang digunakan adalah Rank
Spearman.Sebagian besar WUS mempunyai pengetahuan yang baik tentang keputihan fisiologis dan
patologis sebanyak 40 responden (50%) , mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 34 responden
(42,5%) dan sebagian kecil mempunyai pengetahuan yang kurang sebanyak 6 responden (7,5%).
Sebagian besar WUS mempunyai sikap positif terhadap keputihan fisiologis dan patologis sebanyak 49
responden (61,3%) dan sebagian kecil mempunyai sikap negatif sebanyak 31 responden (38,3%). Dari
uji hubungan antara pengetahuan dengan sikap wanita usia subur di dapatkan nila p value = 0,001 yang
berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap wanita usia subur tentang
keputihan fisiologis dan patologis. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap
wanita usia subur tentang keputihan fisiologis dan patologis dengan p value = 0,001 .
1
Mahasiswa Prodi D III Kebidanan FIKKES UNIMUS http://jurnal.unimus.ac.id
2
Dosen Kebidanan ASIH HUSADA
3
Dosen Kebidanan FIKKES UNIMUS
penanganan sistem reproduksi pada setiap kental, tidak berbau, tanpa disertai keluhan
fase kehidupan, serta kesinambungan antar (misalnya gatal, nyeri, rasa terbakar, dsb.),
fase kehidupan tersebut. Karena masalah keluar pada saat menjelang dan sesudah
kesehatan reproduksi pada setiap fase menstruasi atau pada saat stress dan
kehidupan dapat diperkirakan, maka apabila kelelahan. Sedangkan keputihan yang tidak
tidak ditangani dengan baik maka akan normal ialah keputihan dengan ciri-ciri:
berakibat buruk bagi masa kehidupan jumlahnya banyak, timbul terus-menerus,
selanjutnya, dimana tahapan dalam siklus warnanya berubah (misalnya kuning, hijau,
hidup dimulai dari fase konsepsi, bayi dan abu-abu, menyerupai susu/yoghurt) disertai
anak, remaja, usia subur, dan terakhir usia adanya keluhan (seperti gatal, panas, nyeri)
lanjut (Widyastuti, et al.,2009,pp.5-6). serta berbau (apek, amis, dsb).
Pada diri seorang wanita di masa Wanita yang tidak bisa membedakan
reproduksi biasanya mengalami beberapa keputihan normal (fisiologis) dan keputihan
gejala psikologik yang negatif atau gejala yang tidak normal (patologis) tidak akan tahu
fisik. Sifat gejalanya bervariasi dan cenderung dirinya mengidap penyakit atau tidak. Wanita
memburuk ketika saat-saat menjelang dan yang beranggapan keputihan fisiologis adalah
selama terjadinya proses perdarahan haid pada keputihan patologis akan membuat wanita
tubuhnya, Keadaan ini tidak selalu terjadi tersebut merasa tidak nyaman dan merasa
pada setiap siklus haidnya dan intensitasnya cemas dirinya menderita suatu penyakit
pun tidak sama. Beberapa wanita ada juga kelamin, dan jika wanita yang beranggapan
yang mengalami gejala alam perasaan dan keputihan patologis adalah keputihan
fisik yang berat, salah satunya adalah fisiologis akan membuat wanita tersebut
menyebabkan terjadinya keputihan. Keluhan mengabaikan keputihan yang dideritanya
keputihan dari seorang wanita menjelang sehingga penyakit yang diderita bisa semakin
terjadinya haid secara statistik cenderung parah yaitu terjadinya infeksi dari bakteri,
dapat menyebabkan keadaan daerah kemaluan virus, jamur, atau juga parasit, yang bisa
(terutama vagina, uterus, dan vulva) menjadi menyebabkan terjadinya kasus Infeksi
mudah terjangkit suatu penyakit dan Menular Seksual (IMS).
menularkannya ke tubuhnya sendiri atau
ketubuh orang lain yang melakukan Menurut data Survey Demografi
persetubuhan dengannya (Hendrik, Kesehatan Indonesia (SDKI) (2007,p45)
2006,p.114). Vagina dilindungi terhadap secara keseluruhan 51 persen wanita usia
infeksi oleh PH-nya yang normalnya rendah reproduktif (15-49), di Indonesia pernah
(3,5-4.5), yang dipertahankan oleh aksi basil mendengar tentang Infeksi Menular Seksual
Doderlains (bagian dari flora normal vagina) (IMS), persentase yang pernah mendengar
dan hormon estrogen. Risiko infeksi tentang IMS lebih tinggi diperkotaan , dan
meningkat jika daya tahan tubuh wanita meningkat sesuai dengan meningkatnya
diturunkan oleh stres atau penyakit, PH pendidikan dan status kekayaan dan
terganggu, atau jumlah organisme yang masuk persentase mereka yang tidak mengetahui
meningkat (Smeltzer & Bare, 2002,p.1538). gejala IMS makin rendah pada pendidikan
yang semakin tinggi(2007,p202).
Menurut Daru Wijayanti (2009,p.51),
keputihan ada 2 macam, yaitu keputihan Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
normal dan keputihan yang disebabkan oleh 2009, kasus IMS diobati sebesar 77,80%,
suatu penyakit. Keputihan normal ciri-cirinya mengalami penurunan bila dibandingkan
ialah : warnanya bening, kadang-kadang putih dengan cakupan tahun 2008 sebesar 98,14%.
Ini berarti belum seluruh kasus IMS yang
ditemukan diobati atau belum mencapai Penelitian ini menggunakan jenis
target 100% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa penelitian analitik. Penelitian analitik adalah
Tengah, 2009,p.33). survey atau penelitian yang mencoba
menggali bagaimana dan mengapa fenomena
Jumlah kasus IMS di Kota Semarang kesehatan itu terjadi
pada tahun 2009 berdasarkan laporan (Notoatmodjo,2005,p.145). Pendekatan
tercatat mencapai 2.471 kasus. Ada beberapa analitik dalam penelitian ini sesuai dengan
IMS yang mengalami penurunan tujuannya menggunakan pendekatan Cross
dibandingkan pada tahun 2008, diantaranya sectional. yaitu suatu penelitian dimana
bacteri vaginalis dari 151 menjadi 0, variabel-variabel yang termasuk faktor
candidiasis dari 443 menjadi 308;
condiloma dari 95 menjadi 68, gonorhoe risiko dan variabel-variabel yang termasuk
dari 120 menjadi 71, syphilis dari 6 menjadi efek diobservasi sekaligus pada waktu yang
2. Bahkan untuk servisitis, bacteri vaginalis, sama (Notoatmodjo,2005,p.148).Populasi
buboinguinal, penyakit radang panggul, adalah keseluruhan subjek penelitian
clamidia dan cancroid pada tahun 2009 (Arikunto,2006,p.130). Dalam penelitian ini
tidak ada kasus. Sedangkan yang meningkat populasinya adalah seluruh penghuni LAPAS
adalah herpes simplex virus dari 140 wanita kelas IIA Kota Semarang yang
menjadi 149, trichomonas vaginalis dari 6 berumur 15-49 tahun, dimana pada data bulan
menjadi 9 dan Non Gonococcal Urethritis Agustus terdapat sebanyak 80 wanita usia
(NGU) dari 22 menjadi 25 (Profil Kesehatan subur. Sampel adalah sebagian atau wakil
Kota Semarang, 2009,p.24). populasi yang diteliti (Arikunto,2006,p.131).
Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak
Berdasarkan penelitian dari Wirawan 80 wanita usia subur pada bulan
Hubungan Higiene Perorangan Dan Agustus.Teknik sampling yang digunakan
Sanitasi Lapas Terhadap Kejadian Penyakit dalam penelitian ini adalah Non Probability
Herpes Simplek Di Lapas Wanita Kelas II A Sampling , yaitu dengan Sampling jenuh.
Semarang, menunjukan bahwa tahun 2009, Sampling jenuh adalah teknik penentuan
80% dari 176 warga binaan di Lapas Wanita sampel bila semua anggota populasi
Semarang mempunyai riwayat menderita digunakan sebagai sampel. Istilah lain sampel
herpes simplek . Dimana herpes simplek jenuh adalah sensus , dimana semua anggota
merupakan salah satu kejadian IMS. populasi dijadikan sampel ( Sugiyono, 2007,
p.68).
Dari uraian di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa jumlah kasus IMS masih
banyak dialami oleh masyarakat dimana
kejadian IMS bisa berawal dari kurangnya Instrumen atau alat pengumpulan data yang
pengetahuan akan keputihan fisiologis dan digunakan dalam penelitian ini adalah angket
patologis dan sikap pencegahannya. atau kuesioner. Dalam penggunaan kuesioner
Sehingga penulis tertarik untuk meneliti ini meggunakan jenis kuesioner tertutup yaitu
hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap yang sudah disediakan jawabannya sehingga
wanita usia subur tentang keputihan responden tinggal memilih.Kuesioner ini
fisiologis dan patologis di Lapas Wanita menggunakan kuesioner pilihan ganda untuk
kelas IIA kota Semarang Tahun 2011. pertanyaan mengenai pengetahuan yang berisi
10 pertanyaan. Dan untuk pertanyaan tentang
2. METODE PENELITIAN sikap menggunakan skala pengukuran sikap
likert yang berisi 15 pertanyaan.
r hitung lebih besar dari r tabel (0.378) maka
kuesioner tersebut memiliki syarat validitas
Instrumen atau alat pengumpulan data yang dan layak untuk dijadikan sebagai instrumen
digunakan dalam penelitian ini adalah angket penelitian dan apabila r hitung kurang dari r
atau kuesioner. Dalam penggunaan kuesioner tabel (0,378) maka pertanyaan tersebut harus
ini meggunakan jenis kuesioner tertutup yaitu diperbaiki, diganti ataupun harus dihilangkan.
yang sudah disediakan jawabannya sehingga Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian
responden tinggal memilih.Kuesioner ini bahwa sesuatu instrumen cukup dapat
menggunakan kuesioner pilihan ganda untuk dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pertanyaan mengenai pengetahuan yang berisi pengumpul data karena instrument tersebut
10 pertanyaan. Dan untuk pertanyaan tentang sudah baik. Dalam mengukur reliabilitas dapat
sikap menggunakan skala pengukuran sikap digunakan rumus Alpha (Arikunto,2010,
likert yang berisi 15 pertanyaan. p.238).
Keterangan :
rxy= n ((XY)-(X).(Y)n.X2- r11 = reliabilitas instrumen
(X)2- [n.Y2-(Y)2]
Keterangan :
n = Jumlah responden
Si Persen
kap tase (%)
Frekuensi
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara Seperti dalam penelitian yang dilakukan
langsung dan tidak langsung. Secara langsung oleh Fristina Isma dimana hasil penelitiannya
dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau yaitu ada hubungan yang signifikan antara
pernyataan responden terhadap suatu objek. tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan
Misalnya, bagaimana pendapat responden perawatan keputihan pada siswi kels X di
SMAN 2 Salatiga tahun 2009. Ini menunjukan 1. Azwar, S.2010. Sikap Manusia teori
bahwa kecenderungan untuk bertindak (tend dan Pengukurannya. Yogyakarta:
to behave) sebagai komponen pokok sikap, Pustaka Pelajar.
sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang 2. Ardana, K., Mujiati, N., Ayu Sriati, A.A.
memegang peranan penting. Teori ini juga 2009. Perilaku Keorganisasian.
sangat berpengaruh pada penelitian yang Yogyakarta : Graha Ilmu
dilakukan oleh Cahyawati Lia, dimana hasil 3. Ahmadi, A. 2003. Ilmu Sosial Dasar.
penelitiannya menunjukan bahwa sebagian J akarta : PT Rineka Cipta.
besar remaja putri mempunyai pengetahuan 4. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
yang cukup tentang keputihan, yang terdiri Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi
dari pengertian, klasifikasi, penyebab, serta 2006. Jakarta : Rineka Cipta.
tanda dan gejala keputihan. Dan sebagian _________.2010. Prosedur Penelitian
besar remaja putri mempunyai sikap yang Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi
positif tentang pencegahan keputihan 2010. Jakarta : Rineka Cipta.
5. Cahyawati, Lia. 2010. Gambaran
Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja
Putri
6. Tentang Keputihan Di SMA Sultan
4. KESIMPULAN Agung 1 Semarang Tahun 2010.
Semarang,Universitas Muhammadiyah
Semarang.
7. Departemen Kesehatan RI. 2009. Data
a. Diketahui sebagian besar wanita usia
Penduduk Sasaran Program
subur (WUS) di Lapas Wanita Kelas IIA Pembangunan Kesehatan. Available
Kota Semarang mempunyai pengetahuan http://www.depkes.go.id/downloads/publ
yang baik tentang keputihan fisiologis dan ikasi/Data Penduduk Sasaran
patologis sebanyak 40 responden (50%) , Program. Accessed on April 2011.
mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 8. Dian Nugraha Boyke. 2009. Jangan
34 responden (42,5%) dan sebagian kecil
Sepelekan Keputihan. Available at
mempunyai pengetahuan yang kurang
http://dokter.us/jangan-sepelekan-
sebanyak 6 responden (7,5%).
keputihan-dr boyke-dian-nugraha-spog/.
b. Sebagian besar WUS di Lapas Wanita Accessed on April 2011.
Kelas IIA Kota Semarang mempunyai 9. Fristina, I.S. 2009. Hubungan Antara
sikap positif terhadap keputihan fisiologis Tingkat Penegetahuan Tentang
dan patologis sebanyak 49 responden Keputihan\
(61,3%) dan sebagian kecil mempunyai Dengan Perawatan Keputihan Pada
sikap negatif sebanyak 31 responden Siswi Kelas X SMA Negeri 2 Salatiga
(38,3%). Tahun 2009. Semarang, Poltekes.
10. Hendrik. 2006. Problema Haid Tinjauan
c. Ada hubungan yang signifikan antara Syariat Islam dan Medis. Solo: Tiga
pengetahuan dengan sikap wanita usia Serangkai.
subur tentang keputihan fisiologis dan 11. Hutagalung. 2007. Pengembangan
patologis dengan p value = 0,001 . Kepribadian, Tinjauan Praktis Menuju
Pribadi
DAFTAR PUSTAKA Positif. Jakarta : PT Indeks.
12. Iswati Erna. 2010. Awas Bahaya Available at http://sang
Penyakit Kelamin. Jogjakarta : DIVA wanita.blogspot.com/search. Accessed on
Press. April 2011.
13. Maulana, M. 2008. Panduan Lengkap 20. Sarwono, P. 2005. Ilmu Kandungan.
Kehamilan. Jogjakarta : KATAHATI. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
14. Nadesul. H. 2009. Kiat Sehat Pranikah, Prawirohardjo.
Menjadi Calon Ibu, Membesarkan Bayi 21. Saryono, A. S. 2010. Metodologi
Dan Membangun Keluarga Muda. Penelitian Kebidanan DIII, DIV, SI, S2.
Jakarta : Kompas. Yogyakarta : Nuha Medika.
15. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi 22. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk
Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. Penelitian. Bandung: CV ALFABETA
Jakarta : 23. Wijayanti, D. 2009. Fakta Penting
Rineka Cipta. Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita.
16. _____________. 2010. Metodologi Jogjakarta: Book Marks.
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka 24. Widyastuti, Y., Rahmawati, A.,
Cipta. Purnamaningrum,Y.E. 2009. Kesehatan
17. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.
Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka 25. Wirawan, Agus. 2010. Hubungan
Cipta. Higiene Perorangan dan Sanitasi Lapas
18. Smeltzer, C.S., Bare, G.B. 2002. Buku Terhadap Kejadian Penyakit Herpes
Ajar keperawtan Medikal-Bedah Simplek Di Lapas Wanita kelas II A
Brunner Semarang. Semarang,Universitas
& Suddarth . Jakarta: EGC. Muhammadiyah Semarang.
19. Sasmiyanti., Handayani, T.A. 2008.
Memberantas dan Mengobati Keputihan.
7
10