Anda di halaman 1dari 6

Perbandingan Susu Formula Bebas Lactosa Dengan Susu Formula Yang

Mengandung Laktosa Pada Manajemen Diet Anak Dengan Diare Akut

Hossein Saneian * 1, MD, Omid Yaghini1, MD, Mohammadreza Modaresi1,


MD; Narges Razmkhah2

1. Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Isfahan,


Isfahan, Iran
2. Pusat Penelitian Mahasiswa Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas
Isfahan, Isfahan, Iran

Diterima: 17 Mar, 2011; Revisi Akhir: 7 Oktober 2011; Diterima: Nov 12, 2011

Abstrak
Tujuan: Beberapa laporan yang diperoleh memiliki manfaat, seperti durasi
singkat diare dan peningkatan berat badan, untuk susu bebas laktosa dibandingkan
dengan susu formula yang mengandung laktosa pada diare akut anak. Peneliti
mengevaluasi efek susu formula bebas laktosa dalam manajemen diet diare akut
pada anak-anak yang diberi susu formula.

Metode: uji coba klinis-terkontrol ini dilakukan pada susu formula anak-anak,
usia 1 sampai 24 bulan, terutama pada anak dengan diare akut yang tidak berdarah
( 2 minggu). Adanya penyakit sistemik, gizi buruk, dehidrasi berat, muntah, atau
riwayat terapi antibiotik tidak dimasukkan dalam kriteria inklusi. Anak-anak
diberikan susu formula bebas laktosa (intervensi, n = 37) atau susu formula yang
mengandung laktosa (control, n = 34). Waktu untuk timbulnya diare dan
perubahan berat badan dibandingkan antara kedua kelompok setelah satu minggu.

Temuan: Selama penelitian, 32 anak laki-laki dan 39 anak perempuan (7,1 3,7
bulan) masuk kriteria inklusi. Mereka yang mendapatkan susu formula bebas
laktosa memiliki waktu yang lebih pendek menderita diare dibandingkan dengan
kontrol (1,7 0,7 vs 2,6 0,7 hari, P <0,001). Berat badan meningkat secara
signifikan pada kedua kelompok, tetapi tidak ada perbedaan antara kedua
kelompok dalam perubahan berat badan (37 100 vs 38 77 gr, P = 0.673).
Analisis multivariat menunjukkan bahwa susu formula bebas laktosa dapat
diprediksi waktu terjadinya diare (95% CI: 1,5-3,9, P <0,001) pada karakteristik
awal.

Kesimpulan: Penatalaksanaan awal bagi anak-anak dengan diare akut yang diberi
susu formula bebas laktosa dapat mengurangi timbulnya diare akut lebih cepat
sehingga diharapkan dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas. Hasil penelitian
ini perlu ditindaklanjuti lagi secara jangka panjang meliputi perubahan berat
badan dan masalah makan.

Iran Journal of Pediatrics, Volume 22 (Nomor 1), Maret 2012, Halaman: 82-86
Kata Kunci: Diare akut, Manajemen Gizi, Anak-anak; Susu Formula Bebas
Laktosa

Pendahuluan

Diare akut masih tetap menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas
pada anak-anak dari negara-negara berkembang. Pengelolaan yang sesuai untuk
anak diare akut terdiri atas terapi cairan dan elektrolit, antibiotik yang sesuai
(misalnya dalam kasus shigellosis, kolera yang parah, dll), dan terapi nutrisi yang
adekuat. Perhatian yang lebih besar terhadap terapi nutrisi adalah sangat penting
di negara berkembang, banyak bukti menunjukkan hubungan yang signifikan
antara prevalensi diare dan peningkatan pertumbuhan pada anak-anak. Jika tetap
tidak dikendalikan, diare akut yang berkepanjangan dapat mengurangi
pertumbuhan dan meningkatkan risiko diare persisten pada anak anak.
Manfaat seperti durasi singkat timbulnya diare, kenaikan berat badan, dan
perbaikan dehidrasi dengan terapi cairan secara intravena untuk susu formula
yang bebas laktosa lebih baik dibandingkan dengan susu formula yang
mengandung laktosa, pada anak-anak dengan diare akut. Meskipun susu formula
bebas laktosa memiliki beberapa keuntungan, tampaknya komplikasi yang
merugikan lebih mungkin terjadi pada anak-anak yang mendapatkan diet susu
formula mengandung laktosa selama diare akut, tetapi ada beberapa pendapat
mengenai penggunaan secara khusus susu formula bebas laktosa atau penggunaan
rutin untuk anak diare akut. Selain itu, beberapa penelitian melaporkan hal ini.
Oleh karena itu, peneliti mengevaluasi efek dari penatalaksanaan awal susu
formula bebas laktosa dibandingkan dengan susu formula yang mengandung
laktosa dalam pengelolaan diare akut pada anak-anak yang diberi susu formula di
bawah dua tahun.

Subjek dan Metode


Pasien dan Cara Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari Januari 2009 sampai Agustus 2009 di Poli anak pada
dua rumah sakit rujukan di Isfahan (Iran). Anak anak yang mendapatkan susu
formula, usia 1-24 bulan, dengan diare akut tidak berdarah ( 2 minggu) yang
terdaftar berturut-turut dalam penelitian ini. Anak-anak yang memiliki tinja
berdarah, berlendir, penyakit sistemik, gizi buruk (berat badan sesuai umur <60%
dan atau berat badan sesuai tinggi badan <70%), dehidrasi berat yang
membutuhkan infus intravena, muntah berat, atau riwayat terapi antibiotik tidak
dimasukkan dalam kriteria inklusi. Banyaknya sampel yang diperlukan adalah 37
subyek dalam setiap kelompok dengan = 0,05 dan kekuatan = 0,8 dan
diharapkan ada perbedaan dalam1 hari selama diare. Komite Etika dari Fakultas
Kedokteran Universitas Isfahan menyetujui adanya surat persetujuan tertulis dari
semua orang tua setelah dijelaskan secara lengkap mengenai tujuan penelitian dan
surat tersebut.

Perlakuan
Pada saat penerimaan (kunjungan pertama), setelah memperoleh data demografi
dan riwayat kesehatan, berat badan diukur dengan akurasi skala dari 10g. Derajat
dehidrasi dan terapi rehidrasi dinilai sesuai dengan anjuran dari Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO). Pada anak-anak dengan dehidrasi ringan, 50 ml / kg
dan pada anak-anak dengan dehidrasi sedang, 100 ml / kg larutan rehidrasi oral
(standar WHO-ORS) selama empat jam pertama. Setelah rehidrasi awal, untuk
terapi rumatan, anak-anak diberikan 100 ml / kg / hari baik susu formula bebas
laktosa atau susu formula yang mengandung laktosa. Setelah anak-anak diberikan
cairan per oral, dan orang tua dijelaskan tentang bendera merah dan diminta untuk
menyebutkan konsistensi tinja di rumah dan melaporkan pada hari-hari kunjungan
berikutnya. Kunjungan kedua dilakukan tujuh hari setelah kunjungan pertama
untuk mengukur berat badan dan mengevaluasi waktu timbulnya diare.

Hasil dan analisis statistik


Waktu untuk munculnya diare dan berat badan yang selama tujuh hari setelah
perlakuan dianggap sebagai hasil. Setelah mengumpulkan data, peneliti
menggunakan uji t-test independent dan uji Chi-Square untuk perbandingan.
Untuk data yang tidak terdistribusi normal dilakukan uji non-parametrik. Nilai p
<0,05 dianggap sebagai perbedaan yang signifikan secara statistik. Analisis yang
dilakukan menggunakan SPSS for windows (versi 16.0).

Hasil
Tiga subyek pada kelompok kontrol tidak ikut berpartisipasi. Subyek yang
berpartisipasi terdiri dari 32 laki-laki dan 39 anak perempuan dengan usia rata-rata
7,1 3,7 bulan. Kedua kelompok serupa dalam hal demografi dan karakteristik
kecuali pada kelompok intervensi durasi diare lebih lama (p = 0,047) dan
dehidrasi lebih berat pada kelompok kontrol (P = 0,015); Tabel 1.
Setelah terapi, mereka yang mendapatkan susu formula bebas laktosa
secara signifikan lebih cepat menimbulkan diare dibandingkan dengan kontrol
(1,7 0,7 vs 2,6 0,7 hari, p <0,001); Gambar. 1. Berat badan secara signifikan
meningkat baik pada kelompok perlakuan (6.59 1.94 untuk 6.63 1.90 Kg, [CI
95%: 4-71 gr] p = 0,03) dan kelompok kontrol (6,45 1,99-6,49 2,00 Kg, [CI
95%: 11 sampai 65 gr] p = 0,007), tetapi tidak ada perbedaan antara kedua
kelompok dalam perubahan berat badan (37 100 vs 38 77 gr, P = 0,7);
Gambar. 2.

Mengingat perbedaan antara kedua kelompok sebelum perlakuan, peneliti


melakukan analisis multivariat. Analisis multivariat menunjukkan bahwa
penggunaan susu formula bebas laktosa secara signifikan waktu perkiraan
timbulnya diare (95% CI: 1,5 sampai 3,9, p <0,001) sementara jenis kelamin (p =
0,3), usia (p = 0,2), dehidrasi (p= 0,2), dan lamanya diare (P = 0,8). Harus dicatat
bahwa salah satu anak pada kelompok perlakuan mengalami ruam kulit.
Diskusi
Isu terkini dalam pengelolaan diet pada anak dengan diare akut termasuk
waktu pemberian makanan selama sakit, pengobatan dengan susu yang tepat
sesuai aturan, diet campuran yang mengandung makanan pokok, dan penggunaan
suplemen yang tepat dari mikronutrien tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengevaluasi efektivitas penanganan awal dari susu formula bebas laktosa
dalam pengelolaan diare akut pada anak-anak yang diberi susu formula. Peneliti
menemukan penurunan yang signifikan pada periode diare pada anak-anak dengan
diare akut yang menerima susu formula bebas laktosa dibandingkan dengan susu
formula yang mengandung laktosa. Namun, peneliti tidak menemukan perbedaan
yang berkaitan dengan perubahan berat badan setelah terapi. Hasil penelitian ini
didukung dengan beberapa penelitian sebelumnya.

Xu dan Huang menemukan durasi remisi diare secara signifikan lebih


pendek (3,17 1,04 hari) pada kelompok susu formula bebas laktosa
dibandingkan dengan kelompok susu formula yang mengandung laktosa ( 5,25
1,58 hari ). Dalam studi lain, Simakachorn dkk menemukan bahwa durasi rata-rata
diare 20,5 jam pada kelompok diet susu formula bebas laktosa dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Mereka juga menemukan berat badan lebih tinggi pada
anak dengan diet susu formula bebas laktosa dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Wall dkk dalam uji coba secara acak membandingkan keefektivan susu
formula rendah laktosa terhidrolisa , susu formula bebas laktosa rendah kalori, dan
susu formula yang mengandung laktosa setelah rehidrasi pada bayi dengan
gastroenteritis . Penulis menyimpulkan bahwa penggunaan rutin susu formula
rendah laktosa bermanfaat selama awal makan setelah rehidrasi pada bayi dengan
gastroenteritis.

Berbeda dengan penelitian yang menunjukkan manfaat efek susu formula


bebas laktosa untuk manajemen dari anak diare akut, Brown dkk dari 29
penelitian meta analisis secara acak menyimpulkan bahwa sebagian besar anak-
anak dengan diare akut dapat berhasil dikelola dengan bubur dari susu murni yang
diencerkan dan susu murni secara rutin. Meta analisis ini menyimpulkan
mengenai penggunaan rutin susu formula bebas laktosa. Oleh karena itu, tidak
diperlukan, terutama ketika ORS dan makanan awal ( selain susu ) untuk
manajemen klinis diare pada bayi dan anak-anak. Penelitian ini, bagaimanapun,
tidak mengatasi efek tingkat keparahan diare, tingkat kekurangan gizi, atau usia
muda ( kurang dari 1 tahun) pada pasien. Sebuah penelitian baru yang
membandingkan efektivitas zinc, bakteri probiotik, dan susu formula bebas
laktosa dan kombinasi yang berbeda dalam pengobatan diare akut pada anak-anak
tidak menemukan nilai tambahan untuk terapi rehidrasi dengan kombinasi yang
berbeda kecuali beberapa efek yang menguntungkan bagi mereka mendapatkan
zinc / zinc ditambah probiotik. Meskipun kami tidak menemukan efek
menguntungkan dari susu formula bebas laktosa dibanding susu formula yang
mengandung laktosa pada perubahan berat selama pengobatan diare , waktu untuk
timbulnya diare berkurang secara signifikan yang nantinya dapat mengurangi
mortalitas dan morbiditas anak dengan diare akut. Namun, ada beberapa
keterbatasan dalam penelitian ini yang perlu dipertanggungjawabkan . Ada
perbedaan dasar antara kedua kelompok mungkin karena tidak dilakukan secara
acak , meskipun menggunakan analisis multivariat dan terdapat perbedaan yang
mendasar. Kunjungan tersebut dilakukan dalam jangka pendek, peneliti tidak
menentukan faktor-faktor lain seperti asidosis dan tingkat elektrolit pada plasma ,
yang mungkin secara tidak langsung akan dipengaruhi oleh diet bebas laktosa
sementara durasi diare menurun.

Kesimpulan
Menurut hasil penelitian ini, susu formula bebas laktosa, dibandingkan
dengan susu formula yang mengandung laktosa, terbukti efektif dalam manajemen
diet diare akut dengan mengurangi waktu timbulnya diare . Penanganan awal Susu
formula bebas laktosa untuk anak-anak yang mengalami diare akut dapat
menyebabkan kesembuhan diare lebih cepat dan diharapkan dapat mengurangi
mortalitas dan morbiditas. Penelitian lebih lanjut dengan pengamatan yang lama
diperlukan untuk mengevaluasi efek jangka panjang seperti perubahan berat badan
dan masalah makan.

Anda mungkin juga menyukai