PENDAHULUAN
dalambagian lumen usus yang dapat menyebabkan obstruksi pada saluran cerna
(dorland, ). Invaginasi sering ditemukan pada anak dan jarang pada orang muda
dan dewasa. Kebanyakan ditemukan pada kelompok usia 2-12 bulan dan lebih
banyak pada anak laki-laki (Dungerwalla & Pintar, 2012). Insidens bervariasi dari
1-4 per 1.000 kelahiran hidup. Laki-laki berbanding perempuan (Nelson, 2000).
Survei yang dilakukan di Swiss, insidensi dari intususepsi adalah 38, 31, dan 26
kasus per 100.000 kelahiran hidup di tahun pertama, kedua, dan ketiga kehidupan,
kemudian menjadi kurang dari setengah pada kelompok usia yang lebih tua.
Invaginasi biasanya terjadi pada anak yang sehat dan memiliki status gizi yang
baik (Kitagawa & Miqdady, 2008). Penelitian melaporkan gejala klinis tersering
pada invaginasi adalah muntah (89,5%), nyeri perut dan menangis kuat (89,5%),
nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
bagian lumen usus yang dapat menyebabkan obstruksi pada saluran cerna
(Blanco, 2016). bagian usus yang masuk disebut intususeptum dan bagian yang
Sumber 8
2.2 Epidemiologi
Invaginasi sering ditemukan pada anak dan jarang pada orang muda dan
dewasa. Kebanyakan ditemukan pada kelompok usia 2-12 bulan dan lebih banyak
pada anak laki-laki (Dungerwalla & Pintar, 2012). Insidens bervariasi dari 1-4 per
yang dilakukan di Swiss, insidensi dari intususepsi adalah 38, 31, dan 26 kasus
per 100.000 kelahiran hidup di tahun pertama, kedua, dan ketiga kehidupan,
kemudian menjadi kurang dari setengah pada kelompok usia yang lebih tua.
Invaginasi biasanya terjadi pada anak yang sehat dan memiliki status gizi yang
2.3 Etiologi
dewasa dianggap sebagai kondisi yang jarang, terhitung 5% dari semua kasus
invaginasi. Delapan sampai dua puluh persen kasus adalah idiopatik atau disebut
dengan invaginasi primer pada sebagian besar kasus pada anak. Faktor presipitasi
invaginasi pada anak adalah berupa infeksi virus dan pertumbuhan tumor
intestinum. Hampir 90% dari kasus invaginasi pada orang dewasa adalah tipe
2.4 Patofisiologi
iritan pada dinding usus yang dapat menghambat gerakan peristaltik normalserta
sebagai prolaps internal usus proksimal dalam lekukan mesenterika dalam lumen
usus distal. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi pada pasase isi usus
dan menurunkan aliran darah ke bagian usus yang mengalami invaginasi tersebut.
penebalan dinding usus hingga iskemia dinding usus. Mesenterium usus proksimal
tertarik ke dalam usus distal, terjepit, dan menyebabkan obstruksi aliran vena dan edema
dinding usus yang akan menyebabkan keluarnya feses berwarna kemerahan akibat
darah bercampur mucus (red currant stool). Jika reduksi intususepsi tidak
dilakukan, terjadi insufisiensi arteri yang akan menyebabkan iskemik dan nekrosis
2.5 Klasifikasi
Lokasi pada saluran cerna yang sering terjadi invaginasi merupakan lokasi
segmen yang bebas bergerak dalan retroperitoneal atau segmen yang mengalami
(Sjamsuhidajat, )
Pada kasus yang khas umumnya nyeri kolik hebat yang timbul mendadak,
hilang timbul, sering kumat, dan disertai rasa tersiksa pada penderita yang
kenaikan suhu tubuh hingga 41 C. Muntah terjadi pada kebanyakan kasus dan
biasanya lebih sering diawal, pada fase lanjut muntah disertai dengan empedu.
Tinja dengan gambaran normal dapat keluat pada beberapa jam pertama setelah
timbulnya gejala. Setelah itu, pengeluaran tinja sedikit atau sering tidak ada, dan
kentut jarang atau tidak ada. Darah umumnya keluar dalam 12 jam pertama, tetapi
kadang tidak keluar sampai 1-2 hari dan jarang tidak keluar sama sekali. 60% bayi
akan mengeluarkan tinja bercampur darah berwarna merah dan mukus yang
dikanal dengan tinja jeli kismis. Pada palpasi abdomen akan dijumpai massa
a. Pemeriksaan laboratorium
jumlah leukosit
b. Pemeriksaan radiologi
Foto polos abdomen akan didapatkan distribusi udara di dalam usus tidak
merata, usus terdesak ke kiri atas, bila telah berlanjut terlihat tanda-tanda
obstruksi usus dengan gambaran air fluid level, juga dapat terlihat free air bila
terjadi perforasi.
2. Barium enema
terapi, untuk diagnosis dikerjakan bila gejala-gejal klinis meragukan. Pada barium
3. ultrasonography abdomen
Gambar 2.4 gambaran USG transversal: target lession atau doughnut sign
4. CT-Scan
seperti USG yaitu target sign. Invaginasi temporer dari usus halus dapat terlihat
pada CT maupun USG, dimana sebagian besar kasus ini secara klinis tidak
signifikan.
2.8 Diagnosis
ditemukan invaginasi adalah anak dalam keadaan sehat, gizi baik dan mungkin
beberapa hari sebelumnya ada infeksi saluran napas atas. Lalu bayi tiba-tiba
menangis seperti menahan sakit untuk beberapa menit kemuadian diam, main-
main atau tidur kembali. Sering disertai rangsangan muntah. Muntah berupa
minuman dan makanan yang masuk. Beberapa jam kemuadia bayi defekasi
disertai dengan darah segar dan lendir. Selanjutnya defekasi hanya darah dan
lendir. Sementara gejala dan tanda obstruksi belum terlihat (FK UI).
Pada inspeksi harus dibedakan antara invaginasi yang kelaur lewat rektum
bebas dari dinding anus sedangkan proplasus berhubungan secara sirkuler dengan
dinding anus. Pada palpasi akan teraba massa sausage shape, suatu massa yang
posisinya mengikuti garis usus kolon asendens sampai ke sigmoid dan rektum.
Bila massa teraba di kanan atau kiri atas makan perabaan abdomen kanan bawah
terus kosong yang dikenal sebagai dances sign. Pada perkusi pada tempat
invaginasi terkesan suatu rongga kosong. Pada auskultasi bising usus terdengar
meninggi selama serangan kolik menjadi normal kembali di luar serangan. Pada
pemeriksaan colok dubur, sebelum tanda obstruksi tampak akan dijumpai darah
segar serta lendir dan mungkin masih terdapat feses pada sarung tangan.
Menjelang 24 jam setelah invaginasi akan dijumpai tanda obstruksi usus dan pada
pemeriksaan colok dubur akan teraba ujung invaginatum seperti perabaan portio
yang dikenal sebagai pseudoportio, sarung tangan hanya terdapat darah dan lendir,
Dibuat dalam 2 arah, posisi supine dan lateral dekubitus kiri. Posisi lateral
dekubitus kiri ialah posisi penderita yang dibaringkan dengan bagian kiri di atas
meja dan sinar dari arah mendatar. Dengan posisi ini, selain untuk mengetahui
invaginasi ileo-coecal memperlihatkan daerah bebas udara yang fossa iliaca kanan
karena terisi massa. Pada invaginasi tingkat lanjut kelihatan air fluid levels
gambaran target sign pada potongan melintang invaginasi dan pseudo kidney sign
Untuk tujuan diagnostik hanya dikerjakan bila terdapat keraguan diagnosis. Pada
foto akan dijumpai coil spring sign atau pseudo ball sign. Untuk tujuan terapi
kateter dengan tekanan hidrostatik tidak boleh melewati satu meter air dan tidak
ditegakkan, syaratnya adalah keadaan umum mengizinkan, tidak ada gejala dan
tanda rangsangan peritoneum, anak tidak toksik, dan tidak terdapat obstruksi
tinggi. Pengelolaan berhasil jika barium kelihatan masuk ileum ( Sudarmo &
dengan USG
3. Possible invaginasi
b. Distensi abdomen dan tidak adanya bising usus atau bising ususabnormal
halus
2. Inspeksi
a. Massa di abdomen
b. Massa di rectal
c. Prolapsus intestinal
jaringan lunak
Adapun kriteria minor untuk invaginasi adalah: usia < 1 tahun, laki-
laki,nyeri perut, muntah, letargi, hangat, syok hipovolemik, foto polos abdomen
a. Gastroenteritis
Bila diikuti dengan invaginasi dapat ditandai jika dijumpai perubahan rasa
b. Divertikulum meckel
c. Disentri amoeba
Diare yang mengandung lendir dan darah, serta adanya obstipasi, bila
d. Enterokolitis
kram abdomen, namun hal ini dapat dibedakan dengan invaginasi karena sakit
cenderung lebih jarang, disertai diare, dan tetap adanya rasa sakit diantara nyeri
Dimana biasanya terjadi berulang kali dan pada colok dubur didapatkan
didapatkan celah
f. Henoch-schonlein purpura
Terkadang terdapat gejala perdarahan pada pasien ini, namun yang dapat
2.10 Penatalaksanaan
komplikasi yang lebih lanjut. Selang lambung (Nasogastric tube) harus dipasang
sebagai tindakan kompresi pada pasien dengan distensi abdomen sehingga bisa
untuk memantau ouput dari cairan. Pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
diagnosa maupun terapi reduksi lini pertama pada intususepsi di banyak pusat
I. Tindakan Non-Operatif
a. Hydrostatic Reduction
Metode reduksi hidrostatik tidak mengalami perubahan signifikan sejak
terminalis, serta pada saat itu, pasase usus kembali normal, norit yang diberikan
akan keluar melalui dubur. Seiring dengan pemeriksaan zat kontras kembali dapat
1. Indikasi
c. Tidak dehidrasi
2. Kontraindikasi
b. Invaginasi rekuren
d. Peritonitis
e. Perforasi
b. Pneumatic Reduction
Reduksi udara pada intususepsi pertama kali diperkenalkan pada tahun
1897 dan cara tersebut telah diadopsi secara luas hingga akhir tahun 1980.
rectum. Tekanan udara maksimum yang aman adalah 80 mmHg untuk bayi dan
110-120 mmHg untuk anak. Penganut dari model reduksi ini meyakini bahwa
metode ini lebih cepat, lebih aman dan menurunkan waktu paparan dari radiasi.
Pengukuran tekanan yang akurat dapat dilakukan, dan tingkat reduksi lebih tinggi
udara akan berhenti pada bagian intususepsi, dan dilakukan sebuah foto
polos.
teramati melewati usus kecil dengan cepat. Foto lain selanjutnya dibuat
pada sesi ini, dan udara akan dikeluarkan terlebih dahulu sebelum kateter
dilepas.
udara bebas.
e. Reduksi yang sulit membutuhkan beberapa usaha lebih. Penggunaan
ataupun ada bukti nyata akan peritonitis difusa, maka penanganan operatif harus
1. Pre-Operatif
seperti penangan pada kasus obstruksi usus lainnya yaitu perbaikan keadaan
umum seperti rehidrasi dan koreksi elektrolit bila sudah terjadi defisit elektrolit.
yang dapat diukur secara klinis dari produksi urin, yaitu 0,5 - 1 ml/kgBB/jam
melalui kateter. Kriteria lainnya adalah suhu tubuh kurang dari 38C, nadi kurang
dari 120 kali per menit, pernapasan tidak lebih dari 40 kali/ menit, turgor kulit
membaik, dan paling utama kesadaran yang baik. Biasanya dengan pemberian
cairan sejumlah 50% dari kebutuhan (untuk koreksi & kebutuhan normal), perfusi
2. Operatif
a. Insisi
sedikit lebih rendah daripada umbilikus. Sayatan bisa dibuat sejajar, di bawah atau
b. Diseksi
Teknik pemisahan otot dimulai dari eksternal, obliqus internus, dan fascia
transversalis.
operasi dan reduksi dilakukan dengan lembut, meremas usus distal ke apex
viabilitas usus
c. Reseksi
Batas reseksi pada umumnya adalah 10 cm dari tepi - tepi segmen usus
menebal pada palpasi. Penempatan spons yang hangat dan lembab selama
Apabila terdapat kerusakan usus yang cukup luas, dan banyak bagian dari
usus itu yang harus diangkat. Maka pada kasus ini tidak dapat dilakukan
berjalan.
normal.
Gambar 2.11 appendiktomi insidental
d. Menutup
3. Post-Operatif
pada saluran cerna selama 1-2 hari dan penderita tetap dengan pemasangan infus.
Setelah oedem dari intestine menghilang, pasase dan peristaltik akan segera
kehijauan dari nasogastric tube. Abdomen menjadi lunak, tidak distensi. Dapat
juga didapati peningkatan suhu tubuh pasca operasi yang akan turun secara
perlahan. Antibiotika dapat diberikan satu kali pemberian pada kasus dengan
reduksi. Pada kasus dengan reseksi perawatan menjadi lebih lama. Hal-hal yang
a. Hindari Dehidrasi
yang dapat terjadi adalah dehidrasi dan aspirasi dari emesis yang terjadi. Iskemia
dan nekrosis usus dapat menyebabkan perforasi dan sepsis. Nekrosis yang
radiografik, striktur dapat muncul dalam 4-8 minggu pada usus yang terlibat (tan
2009).
Kematian disebabkan oleh intususepsi idiopatik akut pada bayi dan anak-
dari 24 jam setelah timbulnya gejala, dan memiliki tingkat intervensi bedah,
Mortalitas secara signifikan lebih tinggi (lebih dari sepuluh kali lipat
dalam kebanyakan studi) pada bayi yang ditangani 48 jam setelah timbulnya
gejala daripada bayi yang ditangani dalam waktu 24 jam setelah onset pertama.
Angka rekurensi dari intususepsi untuk reduksi nonoperatif dan operatif masing-
Surgery still the best option, JSCR, vol. 2012, no. 6, diakses tanggal 5
3. Ko, SF, Lee TY, Nq, SH, Wan, YL, Chen, MC, Tiao, MM, Liang, CD,
symptomatic pediatric patients, NCBI, vol. 26, no. 4, diakses 5 Juni 2016,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov
4. Sjamsuhidajat R & Jong WD 2004 Buku ajar ilmu bedah, Jakarta, EGC
http://emedicine.medscape.com
Philadephia.
7. Marinis, A, Yiallourou, A, Samanides, L, Dafnos, N, Anastasopoulos, G,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov
pada kasus gawat darurat , Majalah Kedokteran Indonesia, vol. 58, no.
12.
Aksara.
Med.690-692.