Anda di halaman 1dari 9

PPH PASAL 26

KELOMPOK 4

Disusun Oleh :

1. Ida Ayu Made Swantari NIM 1502622010011


2. Giovanio Paul Rusanto NIM 1502622010014
3. I Wayan Indra NIM 1502622010027

FAKULTAS EKONOMI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

KOTA DENPASAR

2017
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian PPh 26

Ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 26 mengatur tentang


pemotongan atas penghasilan yang bersumber di Indonesai yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak luar negeri (baik orang pribadi maupun badan) selain Bentuk
Usaha Tetap.
Menurut pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang dimaksud
dengan subjek pajak luar negeri adalah orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu
12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan
di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia dan yang dapat menerima atau memperoleh penghasil mm mman
dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia.
Sedangkan Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada
di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
Indonesia, yang dapat berupa:
a. Tempat kedudukan manajemen
b. Cabang perusahaan
c. Kantor perwakilan
d. Gedung kantor
e. Pabrik
f. Bengkel
g. Gudang
h. Ruang untuk promosi dan penjualan
i. Pertambangan dan penggalian sumber alam
j. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
k. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan
l. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan
m. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang
dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan
n. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas
o. Agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung risiko di Indonesia
p. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan
usaha melalui internet. Apabila Wajib pajak dalam negeri melakukan
pembayaran kepada Wajib Pajak luar negeri, maka menurut Undang-Undang
perpajakan, transaksi tersebut telah terutang PPh Pasal 26 baik tarif umum
sebesar 20% (terhadap Wajib Pajak yang berasal dari negara yang tidak
memiliki Tax Treaty dengan Indonesia) maupun tarif berdasarkan Tax Treaty
(terhadap Wajib Pajak yang berasal dari negara yang memiliki Tax Treaty
dengan Indonesia).

1.2 Wajib PPh Pasal 26

Yang dikenakan pemotongan PPh pasal 26 adalah Wajib Pajak luar


negeri (orang pribadi maupun badan) selain Bentuk Usaha Tetap yang menerima
atau memperoleh penghasilan.

1.3 Objek PPh pasal 26

Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan pasal 26 adalah :


1. a. Dividen
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
c. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
d. Imbalan sehungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
g. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
h. Keuntungan karena pempebasan utang

dengan nama dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan, disediakan untuk
dibayarkan, atau terlah jatuh tempo pembayarannya.

2. Penghasilan dari penjualan atau pengalian harta di Indonesia, yang berupa :


a. Penghasilan mewah
b. Berlian
c. Emas
d. Intan
e. Jam tangan mewah
f. Barang antic
g. Lukisan
h. Mobil
i. Motor
j. Kapal pesiar
k. Pesawat terbang ringan
Dengan nilai Rp 10.000.000,00 ke atas untuk setiap jenis transaksi.

3. Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.


4. Penjualan atau penggalian saham perusahaan antara (conduit company atau
special purpose company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di Negara
yang memberikan perlindungan pajak (tax haven country) yang mempunyai
hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia.
5. Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap
di Indonesia dikenai pajak sebesar 20% (dua puluh persen), kecuali penghasilan
tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

1.4 Tarif Pajak dan Penerapannya

Besarnya tarif PPh pasal 26 dibedakan atas kelompok objek PPh pasal 26 seperti
berikut :
1. Atas penghasilan yang berupa :
a. Dividen
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang
c. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
g. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
h. Keuntungan karena pembebasan utang

Dengan nama dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan, disediakan untuk
dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya dipotong pajak sebesar 20%
dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan

PPh Pasal 26 = Penghasilan Bruto x 20%

2. Atas penghasilan yang berupa :


a. Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia
b. Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri
Dipotong PPh pasal 26 sebesar 20% dari perkiraan penghasilan netto

PPh Psal 26 = (penghasilan Bruto x Perkiraan Penghasilan Netto) x 20%


Besarnya perkiraan penghasilan netto untuk penjualan harta adalah 25% dari
harga jual.
Besarnya perkiraan penghasilan netto untuk premi asuransi dan premi reasuransi
yang dibayarkan pada perusahaan asuransi luar negeri adalah sebagai berikut :
a. Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar
negeri baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 50% dari
jumlah premi yang dibayar
b. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di
Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung
maupun melalui pialang, sebesar 10% dari jumlah premi yang bibayar.
c. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di
Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung
maupun melalui palang, sebesar 5% dari jumlah premi yang dibayar.
3. Atas penghasilan yang berupa penjualan atau penghasilan saham dipotong PPh
Pasal 26 sebesar 20% dari perkiraan penghasilan netto.

PPh Pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan Penghasilan Netto) x 20%

Besarnya penghasilan netto adalah 25% dari harga jual.


4. Atas Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha
tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20%, kecuali penghasilan tersebut
ditanamkan kembali di Indonesia.

Penanaman kembali tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :


a. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak setelah di
kurangi Pajak Penghasilan dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan
yang baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau
peserta pendiri
b. Perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia
sebagaimana dimaksud huruf a, harus secara aktif melakukan kegiatan usaha
sesuai dengan akta pendiriannya, paling lama 1 (satu) tahun sejak
perusahaan tersebut didirikan
c. Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau paling lama
tahun pajak berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperolehnya
penghasilan tersebut
d. Tidak melakukan penghasilan atas penanaman kembali tersebut paling
singkat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan baru tersebut
telah berproduksi komersial.

PPh Pasal 26 = (PKP PPh Terutang) x 20%

Catatan :
Untuk keperluan perhitungan PPh pasal 26, penghasilan yang diterima atau
diperoleh dalam mata uang asing dihitung berdasarkan nilai kurs yang
ditetapkan oleh menteri keuangan yang berlaku pada saat pembayaran atau
dibebankan.

1.5 Sifat Pemotongan Pajak

Pemotongan PPh pasal 26 bersifat final, kecuali :


1. Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan
barang atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan
atau dilakukan BUT (badan usaha tetap) di Indonesia.
2. Pemotongan atas penghasilan sebagaimana tersebut dalam PPh Pasal 26 yang
diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara
BUT (badan usaha tetap) dengan harta atau kegiatan yang memberikan
penghasilan dimaksud.
3. Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau
badan luar negeri yang berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau
BUT (badan usaha tetap).

Contoh Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 26


1. Suatu badan subjek pajak dalam negeri membayarkan royalti sebesar Rp
100.000.000,00 kepada wajib pajak luar negeri, subjek pajak dalam negeri
tersebut berkewajiban untuk memotong pajak penghasilan sebesar 20% (dua
puluh persen) dari Rp 100.000.000,00.
Pajak yang harus dipungut:
20% x Rp 100.000.000,00 = Rp 20.000.000,00
2. Seorang atlet dari luar negeri yang ikur mengambil bagian dari perlombaan lari
maraton di Indonesia kemudian merebut hadiah uang sebesar Rp 50.000.000,00.
Pajak yang harus dipungut:
20% x Rp 50.000.000,00 = Rp 10.000.000,00
3. Mike adalah karyawan asing pada perusahaan PT Dira Consult. Mike bertempat
tinggal kurang dari 183 hari. Mike sudah beristri dan mempunyai seorang anak.
Dalam bulan april 2009 Mike memperoleh gaji US$ 5,000 sebulan. Kurs yang
berlaku adalah Rp 10.500,- per US$ 1.
Pajak yang harus dipungut:
Penghasilan bruto berupa gaji sebulan:
US$ 5,000 x Rp 10.500,- = Rp 52.500.000,-
Penerapan tarif:
20% x Rp 52.500.000,00 = Rp 10.500.000,00
PPh pasal 26 atas gaji Mike bulan April 2009 adalah Rp 10.500.000,00
4. Edward adalah pegawai asing yang ada di Indonesia kurang dari 183 hari. Dia
berstatus menikah dan mempunyai 2 orang anak. Dia memperoleh gaji pada
Maret 2016 sebesar $2.500 sebulan. Kurs Menteri Keuangan saat pemotongan
adalah Rp 11.500 per $1.
Pajak yang dipungut:
20% x Penghasilan bruto
= 20% x $2.500 x Rp 11.500
= Rp 5.750.000,00
PPh pasal 26 atas gaji Edward bulan Maret 2016 adalah Rp 5.750.000,00
.
DAFTAR PUSTAKA

http://sjunianti.blogspot.co.id/2015/12/pajak-penghasilan-pasal-26.html/11-02-
2017.20.58WITA

Mardiasmo. 2016. Perpajakan. Yogyakarta : CV ANDI OFFSET

Anda mungkin juga menyukai