ABSTRAK
Dalam upaya penguatan penerimaan daerah yang bersumber dari kekayaan daerah
yang dipisahkan, maka peranan investasi Pemerintah melalui Badan Usaha Milik
Daerah yang diwujudkan dalam bentuk Perusahaan Daerah sangat diharapkan,
selain sebagai sumber PAD, BUMD diharapkan juga sebagai pemacu utama
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah. Perusahaan daerah memiliki
peranan yang penting dalam menghasilkan pendapatan bagi daerah. Dalam Perda
Nomor 13 Tahun 2009 sebagai peraturan yang mengatur peralihan status badan
usaha PD Flobamor menjadi PT dalam Pasal 6 telah mengatur bahwa dalam
penyelenggaran perusahaan PT Flobamor adalah mendukung pelaksanaan prinsip
good corporate governance yaitu, kewajaran (fairness), keterbukaan informasi
(tranparency), dapat dipertanggungjawabkan (accuntability), pertanggungjawaban
(responsibility) sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Lahirnya artikel ini bertolak dari adanya keraguan
bahwa Perusahaan Daerah (PD) milik pemerintah Provinsi NTT telah dapat
menjalankan usahanya dengan baik sesuai yang diamanatkan oleh peraturan
perudang-undangan dan dapat meningkatkan pendapatan asi daerah. Hal ini dapat
dilihat dari terus meruginya PT Flobamor dalam menjalankan usahanya bahkan
banyak terjadi kasus korupsi terhadap dana-dana subsidi dari pemerintah.
Tulisan ini merupakan sebagaian temuan dari Penelitian Hibah Bersaing Tahun I (2014) berjudul
Menuju Model Perusahaan Daerah Berbasis Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada Badan
Usaha Milik Daerah Provinsi NTT, yang dibiayai oleh Kopertis Wilayah VIII Bali-Nusra Kerjasama
Dengan Dirjen Dikti Kementrian Pendidikan NAsional RI 2014. Penelitian ini merupakan pengembangan
lebih lanjut dari Tesis berjudul : Akibat Hukum Perubahan Status Badan Usaha Perusahaan Daerah
Flobamor Provinsi NTT Menjadi Perusahaan Perseroan Terbatas Dalam Mendukung Penyelenggaraan
Prinsip Good Corporate Governance di Program Pasca Sarjana Undana Tahun 2010, dibawah bimbingan
Dr. Kotan Y. Stefanus, SH.MHum dan Dr. Yustinus Pedo, SH.MHum.
Maria Fransiska Owa da Santo, SH.Mhum; Dosen Tetap Pada Fakultas Hukum Unwira-Kupang; Dosen
pada bagian Hukum Perdata dan Bisnis; Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum (S1) pada FH Unika Widya
Mandira-Kupang, Tahun 2001 dan Gelar Magister Hukum (S2) pada Program Studi Ilmu Hukum pada
Program Pasca Sarjana Undana-Kupang, Tahun 2010. Selain mengajar di FH Unwira juga bertugas
sebagai Kepala Bagian Divisi Monitoring dan Evaluasi pada Lembaga Penjaminan Mutu (LP3M)
Unwira-Kupang.
30
IMPORTANCE OF COOPERATIVE PRINCIPLES OF GOOD GOVERNANCE
IN LOCAL MANAGEMENT COMPANY
ABSTRACT
A. PENDAHULUAN
Isu corporate governance muncul sejak diperkenalkannya pemisahan
antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Namun istilah corporate
governance itu sendiri secara eksplisit muncul pertama kali pada tahun 1984
dalam tulisan Robert I. Tricker1.
Dua teori utama yang terkait dengan corporate governance adalah
stewardship theory dan agency theory. Stewardship theory dibangun di atas
1
(Tricker, Robert I; 1984; Corporate Governance Practices, Procedures, and Power in British
Companies and Their Board of Directors, UK, Gower); dalam G. Suprayitno, et all. 2004. Komitmen
Menegakkan Good Corporate Governance: Praktik Terbaik Penerapan GCG Perusahaan di
Indonesia. Jakarta: The Institute for Corporate Governance (IICG).
31
asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya
dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab memiliki,
integritas, dan kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat dalam hubungan
yang dikehendaki para pemegang saham. Dengan kata lain, stewardship theory
memandang manajemen sebagai dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-
baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders pada
khususnya.
2
Ibid.
32
sementara corporate management terkait dengan keputusan-keputusan dan
pengendalian eksekutif serta manajemen operasional.
33
stakeholders secara individual untuk mempengaruhi manajemen. Proses,
maksudnya adalah mekanisme dari hak-hak tersebut. Adapun pengendalian
merupakan mekanisme yang memungkinkan stakeholders menerima informasi
yang diperlukan seputar aneka kegiatan perusahaan4.
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Ibid.
34
perseroan, yaitu negara yang sangat berkepentingan akan perolehan pajak dari
perseroan yang bersangkutan, dan masyarakat luas yang meliputi para investor
publik dari perseroan itu (dalam hal perseroan merupakan perusahaan publik),
calon investor, kreditor dan calon kreditor perseroan. Corporate governance
adalah suatu konsep yang luas7.
7
Sutan Remy Sjahdeini; Pengembangan Fungsi Pengawasan Menuju Good Corporate Governance
pada Milenium baru; Makalah disajikan pada Seminar yang diselenggarakan Yayasan Pendidikan
Internal Auditor (YPAI), Graha Sucofindo, Jakarta pada Tanggal 29 September 1999, tidak diterbitkan.
8
Ahmad Rivai. 2006; Analisis Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
PT Kalbe Farma, Tbk. (Online)
(http://library.gunadarma.ac.id/index.php?appid=penulisan&sub=detail&np&npm=20202080
&jenis=s1fe.
35
CG sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan,
dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang,
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain.
1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan
komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan Para Stakeholder lainnya.
36
dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global, terutama
bagi perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka.
Kedua, krisis ekonomi dunia, di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini
muncul karena kegagalan penerapan GCG9.
9
Dyah Permata Budi Asri; Pelaksanaan Good Corporate Governance Dalam UU Nomor 40 Tahun
2007 Tentang PT; (http://janabadra.cic.id/ujb/00-2411-7401-pdf).
10
Herwidayatmo; 2000; Implementasi Good Corporate Governance Untuk Perusahaan Publik
Indonesia. (Online), (http://www.imfeui.com/uploads/ file110-XXIX-Oktober-2000.PDF; hlm.
115.
37
3. Peranan stakeholders yang terkait dengan perusahaan. Kerangka corporate
governance harus memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholders, seperti
yang telah ditentukan dalam undang-undang, dan mendorong kerjasama yang
aktif antara perusahaan dengan para stakeholders tersebut dalam rangka
menciptakan lapangan kerja, kesejahteraan masyarakat dan kesinambungan
usaha.
4. Keterbukaan dan Transparansi. Kerangka corporate governance harus dapat
memberikan jaminan adanya pengungkapan yang tepat waktu akurat untuk
setiap permasalahan yang berkaitan dengan prusahaan. Pengungkapan ini
meliputi informasi tentang keadaan keuangan, kinerja perusahaan, kepemilikan,
dan pengelolaan perusahaan. Selain itu informasi yang diungkapkan harus
disusun, diaudit, dan disajikan sesuai dengan standar yang berkualitas tinggi.
Manajemen juga diharuskan meminta auditor eksternal melakukan audit yang
bersifat independen atas laporan keuangan perusahaan.
5. Akuntabilitas Dewan Komisaris (Board of Directors). Kerangka corporate
governance harus dapat menjamin adanya pedoman strategis perusahaan,
pemantauan yang efektif terhadap manajemen yang dilakukan oleh dewan
komisaris serta akuntabilitas dewan komisaris terhadap perusahaan dan para
pemegang saham. Prinsip ini juga memuat kewenangankewenangan yang harus
dimiliki oleh dewan komisaris beserta kewajiban-kewajiban profesionalnya
kepada para pemegang saham dan stakeholders lainnya.
11
Lestariningsih; Peranan Penerapan Good Corporate Governance Dalam Pengembangan
Perusahaan Publik dalam Jurnal Spirit Publik Volume 4 Nomor 2; 2008;
(http://fisip.uns.ac.id/publikasi/sp4-2-lestariningsih.pdf); hlm. 117
38
1. Membangun landasan kerja yang kuat bagi manajemen perusahaan dan Board of
Directors (Establish solid foundation for management and over Sight by the
Board) untuk dapat mencapai tujuan bisnis mereka secara berhasil, perusahaan
wajib membangun kesadaran para anggota manajemen atas hak dan
tanggungjawab mereka. Board of Directors wajib menghayati dan melaksanakan
hak mereka serta mengendalikan dan mengawasi kegiatan bisnis perusahaan.
2. Menyusun struktur organisasi the Board of Directors yang dapat menjamin
efektivitas kerja dan meningkatkan nilai perusahaan (Structure the Board to add
value).
3. Mengembangkan kebiasaan mengambil keputusan yang etis dan dapat
dipertanggung jawabkan (Promote ethical and responsibly decision making).
Kebiasaan tersebut harus dimulai dari tingkat atas dalam organisasi perusahaan.
4. Menjaga integritas laporan keuangan (Safeguard integrity in financial reporting)
The ASX Corporate Governance Council menganjurkan manajemen perusahaan
public menyusun laporan keuangan tengah tahunan dan menyampaikannya
kepada Board of Directors dan selanjutnya the Board akan meneruskannya
kepada para pemegang saham.
5. Mengungkapkan semua informasi tentang kondisi dan perkembangan
perusahaan kepada para pemegang saham secara tepat waktu dan seimbang
(Make timely and balanced disclosure).
6. Menghormati hak dan kepentingan para pemegang saham (Respect the right of
shareholders).
7. Mendasari adanya resiko bisnis dan mengelolanya secara profesional (Recognize
and manage risk). Perusahaan yang ditata kelola secara sehat tentu menyusun
prosedur serta mengevaluasi resiko bisnis dan investasi yang mungkin akan
mereka hadapi, oleh sebab itu mereka harus mengelola resiko bisnis secara
profesional.
8. Mendorong peningkatan kinerja Board of Directors dan manajemen perusahaan
(Encourage enhanced performance).
9. Menjamin pemberian balas jasa pimpinan dan karyawan perusahaan secara adil
dan dapat dipertanggung jawabkan (Remunerate fairly and responsibly).
10. Memahami hak dan kepentingan para pemegang saham atau stakeholders yang
sah.
39
kepemilikan perusahaan, sedangkan faktor ekstern antara lain adalah budaya
lokal, peranan serta kebijakan pemerintah dalam kehidupan ekonomi dan bisnis
serta perkembangan pasar modal pada masing-masing negara.
Sebagian besar perusahaan yang tidak stabil, disebabkan oleh sikap dan
cara pengelolaan yang tidak menerapkan nilai-nilai GCG secara tepat sehingga
untuk menjaga agar perusahaan tetap stabil, maka semua kekuatan sumber daya
perusahaan secara keseluruhan dan utuh harus mampu menjaga efektivitas,
efisiensi dan produktivitas dari assetliabilityequity perusahaan, termasuk cash
flow dan profit perusahaan dalam keseimbangan yang tepat dengan cara-cara
pengelolaan yang patuh pada penerapan prinsip-prinsip GCG.
40
Peranan penerapan GCG sangat penting untuk meningkatkan daya saing
perusahaan dalam kompetisi pasar global yang semakin kuat pengaruhnya.
Melalui penerapan GCG perusahaan akan mempunyai kemampuan dan kekuatan
dalam menciptakan pertumbuhan maupun perkembangan bisnis sesuai target yang
telah direncanakan.
Peranan GCG selain dapat membuat perusahaan menjadi kuat dan kokoh
juga dapat melakukan semua kewajiban-kewajibannya kepada para pemegang
saham maupun stake holders seperti gaji karyawan, biaya-biaya opersional rutin,
biaya bunga pinjaman, baik biaya- biaya tetap maupun biaya-biaya tidak tetap
lainnya, dengan melalui sistem dan kultur atau budaya korporasi yang terkait
dengan etika dan moral serta nilai-nilai penerapan prinsip-prinsip GCG.
Di samping hal-hal tersebut di atas, manfaat praktis penerapan GCG juga dapat12:
1. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang
saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen.
Biaya-biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai
akibat penyalahgunaan wewenang (wrong-doing), ataupun berupa biaya
pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
2. Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari
pengelolaan perusahaan yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas
dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring
dengan turunnya tingkat resiko perusahaan.
3. Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra
perusahaan tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang.
4. Menciptakan dukungan para stakeholder (para pihak yang berkepentingan)
dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan berbagai
strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena umumnya mereka
mendapat jaminan bahwa mereka juga mendapat manfaat maksimal dari
segala tindakan dan operasi perusahaan dalam menciptakan kemakmuran
dan kesejahteraan.
Manfaat GCG ini bukan hanya untuk saat ini, tetapi juga dalam jangka
panjang dapat menjadi pilar utama pendukung tumbuh kembangnya perusahaan
sekaligus pilar pemenang era persaingan global.
Aspek penting dari GCG yang perlu dipahami beragam kalangan di
dunia bisnis13, yakni;
12
Herwidayatmo; Loc.Cit.
13
Sri Sulistyanto dan Haris Wibisono. Loc.Cit.
41
a. Adanya keseimbangan hubungan antara organ-organ perusahaan di
antaranya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Komisaris, dan direksi.
Keseimbangan ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan struktur
kelembagaan dan mekanisme operasional ketiga organ perusahaan tersebut
(keseimbangan internal)
b. Adanya pemenuhan tanggung jawab perusahaan sebagai entitas bisnis
dalam masyarakat kepada seluruh stakeholder. Tanggung jawab ini meliputi
hal-hal yang terkait dengan pengaturan hubungan antara perusahaan dengan
stakeholders (keseimbangan eksternal). Di antaranya, tanggung jawab
pengelola/pengurus perusahaan, manajemen, pengawasan, serta
pertanggungjawaban kepada para pemegang saham dan stakeholders
lainnya.
c. Adanya hak-hak pemegang saham untuk mendapat informasi yang tepat dan
benar pada waktu yang diperlukan mengenai perusahaan. Kemudian hak
berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perkembangan
strategis dan perubahan mendasar atas perusahaan serta ikut menikmati
keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam pertumbuhannya.
d. Adanya perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama
pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing melalui keterbukaan
informasi yang material dan relevan serta melarang penyampaian informasi
untuk pihak sendiri yang bisa menguntungkan orang dalam (insider
information for insider trading).
14
I Ketut Westra; 2012; disertasi yang berjudul "Kedudukan Hukum Perusahaan Daerah Sebagai
Badan Usaha Milik Daerah untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah".
15
Ibid.
43
dipadukan. Seperti BUMN, ia punya tugas dalam mengembangkan perekonomian
daerah melalui peranannya sebagai institusi public service. Namun pada saat yang
sama, BUMD juga diharapkan mampu menghasilkan laba dari usahanya selaku
pelayan masyarakat. Secara implisit, BUMD dijadikan sumber dana APBD.
Dalam ketentuan, BUMD diwajibkan menyetorkan bagian labanya sebagai dana
pembangunan daerah sebesar 55% dari laba bersih tahunan. Dalam tataran
operasionalnya, peran dan fungsi ini dilaksanakan secara distortif. Fungsi service
lama-kelamaan bergeser sebagai fungsi ekploitatif16.
16
Turiman Fachturahman Nur; 2009; Terobosan Hukum Memajukan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) Dala Era Otonomi Daerah; Rajawali Garuda Pancasila.
44
manajemen perusahaan yang untuk sementara ini kasus-kasus korupsi tersebut
sementara disidangkan di Pengadilan Negeri Klas I A Kupang khususnya dalam
Peradilan Tipikor.
Undang-undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan menegaskan
tentang prinsip-prinsip Good Corporate Governance atau prinsip tata kelola
perusahaan yang baik dalam pengelolaan perusahaan, korporasi yang baik harus
mencerminkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Fairness (kewajaran)
Prinsip keadilan menjamin bahwa setiap keputusan dan kebijakan yang
diambil adalah demi kepentingan seluruh pihak yang berkepetingan baik itu
pelanggan, shareholders ataupun masyarakat luas.
Prinsip keadilan ini tercermin dalam Pasal 53 ayat 2 bahwa : Setiap
saham dalam klasifikasi yang sama memberikan kepada pemegangnya hak
yang sama. Pasal ini menunjukkan unsur fairness (non diskriminatif) antar
pemegang saham dalam klasifikasi yang sama untuk memperoleh hak-haknya,
seperti hak untuk mengusulkan dilaksanakannya RUPS, hak untuk
mengusulkan agenda tertentu dalam RUPS dan lain-lain. Dalam menjalankan
usahanya PT Flobamor berusaha untuk memberikan perlakuan yang adil dan
setara dalam pemenuhan hak-hak shareholders maupun stakeholders dengan
memperhatikan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga perusahaan,
sedangkan dalam memberikan perlindungan kepada pemegang saham
minoritas manajemen PT Flobamor harus berpedoman pada penjelasan tentang
perlindungan terhadap pemegang saham minoritas pada perusahaan perseroan
terbatas sebagaimana yang telah dijelaskan.
2. Transparansi (keterbukaan informasi)
Yaitu keterbukaan, yang diwajibkan oleh Undang-undang seperti
misalnya mengumukan pendirin PT dalam Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia ataupun Surat Kabar. Serta keterbukaan yang dilakukan oleh
perusahaan menyangkut masalah keterbukaan informasi ataupun dalam hal
proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi
mengenai perusahaan yang akurat, jelas dan tepat waktu baik kepada
shareholders maupun stakeholder. Hakikat dari pengumuman itu sendiri
sebenarnya dalam rangka sarana publikasi dan pemenuhan aspek transparansi
PT kepada pihak ketiga, bahwasanya telah didirikan PT yang bersangkutan
45
dengan status sebagai suatu badan hukum. Dengan pengumuman ini
diharapkan pihak ketiga mengetahui eksistensi PT beserta status hukumnya.
Oleh karena itu, pengumuman PT pada dasarnya dimaksudkan untuk menjaga
agar khalayak tidak dirugikan.
Hal ini berkaitan juga dengan wajib daftar perusahaan yang ditentukan
oleh perturan perundang-undangan, yaitu bahwa sebuah perusahaan setelah
mendapat ijin usaha wajib mendaftarkan perusahaannya sesuai dengan UU
Wajib Daftar Perusahaan pada instansi terkait sehingga keberadaan perusahaan
tersebut diketahui oleh pemerintah dan pihak ketiga, dan juga termasuk
didalamnya adalah tentang pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah.
Kewajiban pendaftaran PT ini merupakan amanat dari UU WDP yang
mengatur kewajiban pendaftaran perusahaan di Indonesia. Di dalam Pasal 5
UU WDP ditentukan bahwa:
46
masyarakat umum, bukan sebagai syarat tambahan untuk kelahiran status
badan hukum perseroan.
47
PT Flobamor dengan perusahaan lain sehingga dapat menjadi perusahaan yang
sehat.
Dalam hal penerapan prinsip GCG harus disadari bahwa penerapan Tata
Kelola Perusahaan yang baik hanya akan efektif dengan adanya asas kepatuhan
dalam kegiatan bisnis sehari-hari, terlebih dahulu diterapkan oleh jajaran
manajemen dan kemudian diikuti oleh segenap karyawan. Melalui penerapan
yang konsisten, tegas dan berkesinambungan dari seluruh pelaku bisnis.
Dengan beralihnya status badan hukum PD menjadi PT Flobamor,
implementasi GCG diharapkan akan terwujud dan hal ini bergantung pada
penerapan dan kesadaran dari perseroan akan pentingnya prinsip GCG dalam
dunia usaha, sehingga pada akhirnya PT Flobamor mampu meningkatan kinerja
perusahaan melalui pemantauan kinerja manajemen dengan adanya kewajaran,
keterbukaan informasi, akuntabilitas dan pertanggungjawaban manajemen
terhadap pemegang saham dan stakeholders, selain itu, Prinsip Tata Kelola
Perusahaan yang Baik memungkinkan pengawasan berjalan efektif sehingga
tercipta mekanisme cecks and balances di perusahaan PT Flobamor NTT.
a. Faktor Internal
1. SDM karyawan yang kurang produktif, mengakibatkan lemahnya
manajemen perusahaan;
2. Struktur permodalan yang belum memadai, dan masih mengandalkan
penyertaan modal yang bersumber dari APBD;
3. Struktur Perusahaan yang statis dan tidak berorientasi pasar;
4. Perusahaan tidak memiliki asset tetap;
5. Tingginya beban biaya operasional (gaji), karena besarnya jumlah pegawai
dengan kualitas yang rendah (inefisiensi);
6. Tidak memiliki core bussines yang terfokus;
7. Visi perusahaan masih dualisme orientasi (profit dan pelayanan publik).
b. Faktor eksternal
17
Penjelasan Umum dari Perda Provinsi NTT Nomor 13 Tahun 2009 tentang Perubahan Bentuk Badan
Hukum PD Flobamor Menjadi PT Flobamor.
48
1. Kurangnya kemandirian BUMD dalam mengambil kebijakan-kebijakan
strategis perusahaan;
2. Dominasi kepentingan sosial lebih besar dari pada orientasi profit
perusahaan;
3. Penempatan karyawan kurang didasarkan atas pertimbangan
profesionalisme.
Dari penjelasan di atas, jika dilihat secara umum maka penilaian terhadap
PTFlobamor saat ini, adalah18 :
1. Ketertutupan dari pengusaha, baik pemilik maupun manager;
2. Tidak mempergunakan kaedah-kaedah usaha dengan baik dalam
mengerjakan usaha melainkan lebih menyenangi lobi;
3. Kurangnya kesiapan menjadi enterpreneur yang mampu membawanya ke
dunia usaha murni.
Hal-hal tersebut di atas membawa organ perusahaan jauh dari prinsip
GCG sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas,
sehingga tingkat kepercayaan dan kekuatan yang diterima dari relasi usaha
rendah, oleh sebab itu mudah di pengaruhi oleh perekonomian global, di saat
situasi usaha bekerja dalam kondisi perekonomian baik memang pengaruh ini
tidak tampak namun apabila kondisi perekonomian kurang baik maka yang terjadi
adalah kehancuran perusahaan.
D. PENUTUP
Penerapan prinsip-prinsip GCG dapat menciptakan suasana kondusif
bagi kelancaran pengelolaan bisnis perusahaan, termasuk meningkatkan daya
saing. GCG menjadi salah satu daya tarik investor dan para kreditor untuk mau
meminjamkan dananya kepada perusahaan.
18
Banjarmasin Post; http://202.146.4.120/18365/Hidup Enggan, Mati pun Tak Mau; 2008 2010;
Perusahaan Daerah Flobamor Tidak Sehat.
49
dapat dipertanggungjawabkan dan pertanggungjawaban, yang jika diterapkan
secara baik dan benar oleh suatu perusahaan maka akan membawa perusahaan
tersebut kearah kemajuan dan apabila perusahaan tidak mau bekerja dengan
menerapkan prinsip GCG maka berbagai potensi negatif akan berkembang dan
selanjutnya dapat mempengaruhi etika kerja dari sumber daya perusahaan.
Badan Usaha Milik Daerah dalam hal ini Perusahaan Dearah Flobamor
yang telah berubah bentuk menjadi PT Flobamor dalam pelaksanaan kegiatan
korporasinya belum menggunakan prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik, hal
ini ditandai dengan terus meruginya PT Flobamor, pertanggungjawaban keuangan
yang tidak akurat, kurang berfungsinya komisaris sebagai pengawas perusahaan.
Hal ini disebabkan juga oleh karena modal yang diperoleh PT Floamor berasal
dari dana kekayaan daerah yang dipisahkan dari APBD yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah, sehingga walaupun perusahaan mengalami kerugian namun
tetap mendapat penyertaan modal dari pemerintah, disamping itu masalah yang
ada dalam PT Flobamor adalah penyertaan modal yang diberikan oleh pemerintah
daerah tidak diberikan secara langsung sesuai dengan jumlah yang telah
ditetapkan dalam perda, namun diberikan secara bertahap kepada manajemen
bergantung kepada kehendak pemerintah sehingga perusahaan tidak dapat bekerja
secara maksimal. Selain persoalan-persoalan diatas PT Flobamor juga
menghadapi sejumlah masalah korupsi yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan yang untuk sementara ini kasus-kasus korupsi tersebut sementara
disidangkan di Pengadilan Negeri Klas I A Kupang khususnya dalam Peradilan
Tipikor.
DAFTAR PUSTAKA
(http://library.gunadarma.ac.id/index.php?appid=penulisan&s
ub=detail&np&npm=20202080&jenis=s1fe)
50
Dyah Permata Budi Asri; Pelaksanaan Good Corporate Governance Dalam UU
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang PT;
(http://janabadra.cic.id/ujb/00-2411-7401-pdf;)
Sri Sulistyanto dan Haris Wibisono; 2003; Good Corporate Governance: Berhasilkah
Diterapkan di Indonesia? (Online) (http://re-
searchengines.com/hsulistyanto3.html
Pustaka Tambahan :
51
Banjarmasin Post; http://202.146.4.120/18365/Hidup Enggan, Mati pun Tak Mau;
2008 2010; Perusahaan Daerah Flobamor Tidak Sehat.
Penjelasan Umum dari Perda Provinsi NTT Nomor 13 Tahun 2009 tentang Perubahan
Bentuk Badan Hukum PD Flobamor Menjadi PT Flobamor.
52