BAB I
PENDAHULUAN
BAB III
PENUTUP
3.1.SIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Beberapa masalah yang ditemukan pada program Kesling antara lain, belum
optimalnya kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi TTU, belum optimalnya
pemeriksaan rumah tangga sehat, serta belum berjalannya kegiatan pengawasan
sanitasi TPM.
2. Prioritas masalah yang didapatkan pada program Kesling PKM Muara Fajar
adalah belum optimalnya kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat
umum.
3. Penyebab masalah belum optimalnya kegiatan tersebut antara lain kurangnya
jumlah petugas, tidak tersedianya formulir yang lengkap dan peralatan pengukuran
kualitas lingkungan, tidak tersedianya pedoman umum, serta belum adanya alokasi
dana khusus untuk kugiatan.
4. Alternatif pemecahan masalah yang disarankan antara lain memberikan surat
rekomendasi serta penyediaan formulir dan pedoman umum untuk pelaksanaan
kegiatan.
5. Upaya pemecahan masalah yang telah terlaksana adalah pemberian surat
rekomendasi yang berisi pemberdayaan petugas, penyediaan alat pengukuran kualitas
lingkungan, dan pengalokasian dana khusus untuk kegiatan.
6. Evaluasi terhadap pelaksanaan rekomendasi tidak dapat dilakukan karena
keterbatasan waktu.
3.2.SARAN
1. Sebaiknya Kepala Puskesmas memberdayaan petugas lain untuk membantu
petugas Kesling dalam pelaksanan kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi TTU.
2. Kepada Kepala Puskesmas sebaiknya menyediakan peralatan yang penting
untuk mengukur kualitas lingkungan, seperti 1 buah meteran, 1 buah vektor kit, 1
buah microbial test kit dan 1 air polution test kityang dapat dilakukan secara bertahap.
3. Petugas sanitasi agar dapat memanfaatkan sumber daya serta peralatan yang
ada secara optimal untuk menunjang kegiatan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adriyani, Seto. Manajemen Sanitasi Pelabuhan Domestik Di Gresik, Jurnal Kesehatan Lingkungan.
Surabaya : 2005
Seksi Penyehatan Lingkungan. Laporan rekapitulasi penyakit berbasis lingkungan Puskesmas kota
Pekanbaru. Pekanbaru: Dinkes kota Pekanbaru, 2006.
Depkes RI. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Jakarta : 1992.
PEMKO Muara Enim. PERDA Kabupaten Muara Enim No.3 Tahun 1992 Tentang Susunan
Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Sosial. Muara Enim : 1994.
///////////////////////////////////////
BAB I
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
1. Pengertian sanitasi menurut WHO
Sanitasi merupakan suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang
berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak
perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup
2. Pengertian sanitasi:
Sanitasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih dan
terbebas dari ancaman penyakit.
3. Pengertian tempat-tempat umum
Tempat-tempat umum merupakan suatu tempat dimana banyak orang berkumpul untuk
melakuikan kegiatan baik secara insidentil maupun terus-menerus, baik secara membayar,
maupun tidak, atau
Tempat-tempat umum adalah suatu tempat dimana banyak orang berkumpul dan melakukan
aktivitas sehari-hari.
4. Pengertian sanitasi tempat-tempat umum
Sanitasi tempat-tempat umum adalah: suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian
akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat umum tersebut yang mengakibatkan timbul
menularnya berbagai jenis penyakit, atau
Sanitasi tempat-tempat umum merupakan suatu usaha atau upaya yang dilakukan untuk
menjaga kebersihan tempat-tempat yang sering digunakan untuk menjalankan aktivitas hidup
sehari-hari agar terhindar dari ancaman penyakit yang merugikan kesehatan.
Tujuan
Tujuan dari pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, antara lain:
1. Untuk memantau sanitasi tempat-tempat umum secara berkala.
2. Untuk membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam menciptakan lingkungan
yang bersih dan sehat di tempat-tempat umum.
Jenis-jenis tempat umum
Ada beberapa jenis-jenis tempat umum, antara lain:
1. Hotel
2. Kolam renang
3. Pasar
4. Salon
5. Panti Pijat
6. Tempat wisata
7. Terminal
8. Tempat ibadah
Hambatan yang sangat sering dijumpai dalam pelaksaan sanitasi di tempat-tempat umum,
yaitu:
1. Pengusaha
a. Belum adanya pengertian dari para pengusaha mengenai peraturan perundang-undangan
yang menyangkut usaha STTU dan kaitannya dengan usaha kesehatan masyarakat.
b. Belum mengetahui/kesadaran mengenai pentingnya unsaha STTU untuk menghindari
terjadinya kecelakaan atau penularan penyakit.
c. Adanya sikap keberatan dari pengusaha untuk memenuhi persyaratan-persyaratan kerena
memerlukan biaya ekstra.
d. Adanya sikap apatis dari masyarakat tentang adanya peraturan/persyaratan dari STTU.
2. Pemerintah
a. Belum semua peralatan dimiliki oleh tenaga pengawasan pada tingkat II dan kecamatan.
b. Masih terbatasnya pengetahuan petugas dalam melaksanakan pengawasan.
c. Masih minimnya dana yang diakolasikan untuk pengawasan STTU.
d. Belum semua kecamatan/tingkat II memiliki sarana transportasi untuk melakukan kegiatan
pengawasan.
D. Langit-langit
1) Langit-langit berwarna terang
2) Langit-langit mudah dibersihkan
3) Jarak langit-langit dari lantai minimal 2,5 meter
E. Atap
1) Atap kuat
2) Atap tidak bocor
3) Atap tidak memungkinkan dijadikan sarang serangga dan tikus.
F. Ventilasi
1) Terdapat ventilasi alami atau mekanis
2) Udara dalam ruangan tidak pengap
G. Pencahayaan
1) Pencahayaan dalam ruangan cukup terang
2) Pencahayaan tidak menimbulkan silau
H. Perlindungan terhadap serangga dan tikus
1) Lubang penghawaan terlindung rapat
2) Lubang pembuangan air limbah tertutup dan dilengkapi jeruji/saringan
3) Tempat penampungan air diberi tutup
4) Tempat penampungan air dibersihkan secara berkala
5) Saluran pembuangan air limbah mengalir dengan lancar
I. Penyediaan air bersih
1) Air bersih memenuhi syarat fisik ( tidak berasa, berbau dan berwarna)
2) Jumlah kuantitas air cukup
J. Kamar mandi dan jamban
1) Tersedia kamar mandi dan jamban
2) Kamar mandi bersih
3) Tersedia air dalam jumlah cukup
4) Dilengkapi dengan bahan pembersih (sabun, sikat, dll)
5) Lantai tidak licin
6) Lantai tidak tergenang air/miring kearang saluran pembuangan
7) Jamban menggunakan tipe minimal leher angsa
8) Jarak jamban dapat dijangkau atau berdekatan dengan bak penampungan air.
K. Tempat sampah
1) Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat
2) Tempat sampah kedap air
3) Tempat sampah mudah dibersihkan
4) Permukaan bagian dalam rata
5) Dilengkapi dengan tutup
L. Karyawan
1) Bertempramen baik
2) Tidak berpenyakit
3) Menggunakan pakaian kerja atau seragam
4) Pakaian dalam kondisi baik dan bersih
//////////////////
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua orang)
dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil
maupun terus menerus, (Suparlan 1977).
Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang dipergunakan
untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah. Masalah kesehatan
lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu di perhatikan dan ditingkatkan. Dalam
hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu dan sangat perlu untuk
diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan tempat-
tempat umum (tempat ibadah) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan
melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat umum, termasuk
pengendalian pencemaran lingkungan.
Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum, pada waktu waktu
tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah keagamaan Islam.
Masjid-masjid besar di Indonesia pada umumnya dibangun dengan konsep masjid berkubah
berbentuk setengah bola atau dome. Semestinya, pada saat merancang masjid, desain akustik
tidak boleh dikesampingkan karena berpengaruh terhadap kualitas bunyi yang diterima
pendengar diakibatkan dari suara dengung di dalam ruang masjid. Kegiatan yang sering
dilakukan di dalam masjid adalah kegiatan yang menimbulkan kejelasan penyampaian suara,
seperti sholat berjamaah dan ceramah agama.
Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah
kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya
atau menularnya suatu penyakit.
Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat,
sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta, dan atau
perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat (Adriyani, 2005).
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan tempat-tempat
umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi sosial, belajar maupun melakukan aktifitas
lainnya.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui sanitasi pada lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan di
tempat-tempat umum
c) Untuk mengetahui sanitasi kualitas bangunan yang terpelihara dengan baik yang
memenuhi syarat kesehatan di tempat-tempat Umum
d) Untuk mengetahui jaminan rasa aman pada masyarakat pengunjung dan masyarakat
sekitarnya di tempat-tempat umum
e) Untuk mengetahui jaminan rasa nyaman pada masyarakat pengunjung dan masyarakat
sekitarnya di tempat-tempat umum
f) Untuk mengetahui jaminan rasa santai pada masyarakat pengunjung dan masyarakat
sekitarnya di tempat-tempat umum
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sanitasi
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap
berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit dapat dihindari.
Sehingga dapat dikatakan bahwa sanitasi adalah suatu usaha pengendalian faktor-faktor
lingkungan untuk mencegah timbulnya suatu penyakit dan penularannya yang disebabkan
oleh faktor lingkungan tersebut, sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat optimal
(Depkes RI, 2002).
Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ pengendalian semua faktor
lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya
merugikan/ berbahaya terhadap perkembangan fisik , kesehatan dan kelangsungan hidup
manusia.
Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua orang)
dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil
maupun terus menerus, (Suparlan 1977).
b. Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC/ Urinoir, kamar mandi,
pembuangan limbah.
Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah
kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya
atau menularnya suatu penyakit. Untuk mencegah akibat yang timbul dari tempat-tempat
umum.
1. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap factor lingkungan dan factor manusia yang
melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum.
Peran sanitasi tempat-tempat umum dalam kesehatan masyarakat adalah usaha untuk
menjamin :
a. Kualitas kesehatan.
b. Kualitas sanitasi.
Sedangkan yang disebut sanitasi tempat-tempat umum adalah suatau usaha untuk mengawasi
dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat umum tersebut yang
mengakibatkan timbul dan menularnya berbagai jenis penyakit.
Sasasan khusus yang harus diberikan dalam pengawasn tempat-tempat umum meliputi :
1. Manusia sebagai pelaksana kegiatan (kebersihan secara umum maupun personal hygiene
2. Alat-alat kebersihan
3. Tempat kegiatan
2. Aspek sosial, yang meliputi pengetahuan tentang : kebiasaan hidup, adat istiadat,
kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi, dll
3. Aspek administrasi dan management, yang meliputi penguasaan pengetahuan tentang cara
pengelolaan STTU yang meliputi : Man, Money, Method, Material dan Machine
PENGUSAHA
1. Belum adanya pengertian dari para pengusaha mengenai peraturab per undang-undangn
yang menyangkut usha STTU dan kaitannya dengan usaha kesehtan masyarakat
4. Adanya sikap apatis dari masyarakat tenang adanya peraturan/persyaratan dari STTU
PEMERINTAH
1. Belum semua peraltan dimiliki oelh tenaga pengawas pada tingkat II dan kecamatan
4. Evaluasi
* Hotel
* Restourant
* Kolam renang
* Pasar
* Bioskop
* tempat-tempat rekreasi
* tempat-tempat ibadah
* pertokoan
* Pemangkas rambut
* salon
* rumah sakit
a. Pengertian Masjid
Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum pada waktu-waktu tertentu
digunakan untuk melakukan ibadah keagamaan Islam.
a) Lokasi masjid tidak terletak di daerah banjir dan sesuai dengan perencanaan tata Kota
Ampenan
b) Bersih dan tertata rapi dan system drainase berfungsi dengan baik.
e) Lantai masjid bersih, kuat, kedap air, tidak licin dan permukaanya rata.
f) Dinding masjid bersih berwarna terang dan permukaan yang selalu kontak dengan air
kedap air.
g) Atap ruangan masjid harus kuat, tidak tidak bocor serta tidak memungkinkan terjadinya
genangan air.
h) Langit-langit masjid harus memiliki tinggi dari lantai minimal 2,5 meter, kuat serta
berwarna terang.
j) Memiliki ventilasi yang dapat mengatur sirkulasi udara baik ventilasi alami maupun
buatan, sehingga kondisi ruangan menjadi terasa nyaman.
k) Alat sholat bersih dan tidak lembab, selalu dibersihkan dan dijemur secara periodic,
bebas dari kutu busuk dan serangga lainnya. sepanjang bagian depan shaf dipasang kain putih
yang bersih dengan lebar 30 cm2 yang digunakan untuk tempat bersujud.
2) Fasilitas Sanitasi :
a) Tersedia air bersih dalam jumlah yang cukup, kualitas air memenuhi persyaratan air
bersih atau air minum dan tersedia setiap saat, dan air wudhu keluar dari kran-kran khusus.
b) Air kotor/ limbah mengalir dengan lancar, saluran bersambung dengan saluran
pembuangan air kotor umum yang kedap air. Apabila tidak ada, ditampungan dalam bak yang
tertutup dan kedap air.
c) Tersedia tempat sampah yang tertutup, rapat, kedap air dan mudah dibersihkan, mudah
diangkat, jumlah dan kapasitas disesuaikan dengan kebutuhan, serta disediakan TPS yang
memenuhi syarat.
Kategori Terminal
Terminal adalah bagian dari infrastruktur transportasi yang merupakan titik lokasi
perpindahan penumpang ataupun barang. Pada lokasi itu terjadi konektivitas antar lokasi
tujuan, antar modal, dan antar berbagai kepentingan dalam sistem transportasi dan
infrastruktur. Pengelolaan pada berbagai hal tersebut perlu diperhatikan dan dikembangkan
untuk pengembangan manajemen terminal. Kegiatan pengelolaan, regulasi (peraturan) dan
norma-norma yang disepakati akan menentukan perkembangan terminal secara terarah
(coach terminal).
Terminal dibagi beberapa kategori yang meliputi (Menteri Pekerjaan Umum, 2010):
- Terminal Penumpang adalah Prasarana Transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan
menaikan penumpang, perpindahan intra/atau moda transportasi serta mengatur kedatangan
pemberangkatan kendaraan angkutan penumpang umum. Terminal penumpang dapat
dikelompokan atas dasar tingkat penggunaan terminal kedalam tiga tipe sebagai berikut :
a. Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar
kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi,
angkutan kota dan angkutan pedesaan.
b. Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar
kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan.
Fasilitas sanitasi terminal dapat dikelompokkan atas fasilitas utama dan fasilitas pendukung,
semakin besar suatu terminal semakin banyak fasilitas yang bisa disediakan. Fasilitas-faslitas
tersebut antara lain (Menteri Pekerjaan Umum, 2010):
4. Menara pengawas.
6. Kamar kecil/toilet.
Tempat Parkir
Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian yang bersifat
tidak sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu. Tujuan fasilitas parkir
adalah memberikan tempat istirahat kendaraan (Direktorat Perhubungan Darat, 1998).
Pembuangan Sampah
Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya.
Pembagian Sampah
Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut (Chandra, 2007):
a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat,
khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukkan sering kali menimbulkan bau busuk.
Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar,
dan sebagainya.
1) rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya, kertas, kayu, karet, daun
kering, dan sebagainya.
2) rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas za-zat anorganik, misalnya, kaca, kaleng, dan
sebagainya.
d. Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia.
e. Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya) yang mati akibat
kecelakaan atau secara alami.
f. House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya, garbage, ashes, rubbish) yang
berasal dari perumahan.
j. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat organik.
k. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan zat
radioaktif.
Pengelolaan Sampah
Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik, diantaranya, tahap
pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber; dan tahap pengangkutan (Chandra, 2007).
Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, terminal dan sebagainya)
ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah
basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk
memudahkan pemusnahannya.
Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi
persyaratan berikut ini:
Pengelolaan sampah mempunyai pengaruh negatif terhadap masyarakat dan lingkungan yang
tampak pada 4 aspek (Mukono, 2005):
a. Aspek kesehatan.
1) Sampah dapat memberikan tempat tinggal bagi vektor penyakit seperti: serangga, tikus,
cacing, dan jamur.
2) Dari vektor yang tersebut di atas dapat menimbulkan penyakit antara lain:
d) Taenia.
b. Aspek lingkungan.
1) Estetika lingkungan.
1) Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat mencerminkan status keadaan sosial
masyarakat.
2) Keadaan lingkungan yang kurang saniter dan estetika akan menurunkan hasrat turis untuk
berkunjung.
Ruang Tunggu
Bagi para calon penumpang bus, selama menungggu keberangkatan, keberadaan ruang
tunggu yang nyaman dengan berbagai ruang penunjang yang informatif sangatlah
didambakan. Dengan ruang tunggu yang terpadu dengan ruang-ruang penunjang lainnya
tentu menyebabkan para calon penumpang lebih bisa menikmati suasana terminal dengan
nyaman dan beraktivitas dengan lebih efisien. Oleh sebab itu penciptaann ruang tunggu
terminal yang bisa menjawab pemikiran-pemikiran di atas adalah dengan menampilkan
sebuah ruang tunggu yang meningkatkan pelayanan publik dan dapat mengikis image ruang
tunggu terminal yang terkesan kurang aman, sumpek, gerah dan kumuh. Penciptaan ini
bertujuan untuk menciptakan/mendesain suatu interior ruang tunggu terminal yang
memanfaatkan penerapan warna dan bentuk-bentuk fasilitas yang mengesankan suatu interior
ruang tunggu terminal yang modern namun masih mengangkat krakter lokal daerah (
1. Ruangan bersih.
4. Tersedia tempat sampah dan terbuat dari benda yang kedap air.
5. Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mudah dibersihkan.
Dalam ilmu kesehatan lingkungan dari berbagai jenis kotoran manusia, yang lebih
dipentingkan adalah tinja (feces) dan air seni (urine) karena kedua bahan buangan ini
memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai
macam penyakit saluran pencernaan (Suparmin, 2002).
Mengingat kuantitas dan karakteristik tinja yang dihasilkan manusia, maka diperlukan teknik
pembuangan yang memadai agar tinja tidak menimbulkan masalah kenyamanan ataupun
kesehatan bagi manusia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Beberapa masalah yang ditemukan pada program Kesling antara lain, belum
optimalnya kegiatan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, belum optimalnya
pemeriksaan terminal, serta belum berjalannya kegiatan pengawasan sanitasi tempat-
tempat umum.
2. Prioritas masalah yang didapatkan pada program Kesehatan lingkungan adalah
belum optimalnya kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
3. Penyebab masalah belum optimalnya kegiatan tersebut antara lain kurangnya
jumlah petugas, tidak tersedianya formulir yang lengkap dan peralatan pengukuran
kualitas lingkungan, tidak tersedianya pedoman umum, serta belum adanya alokasi
dana khusus untuk kugiatan.
4. Evaluasi terhadap pelaksanaan rekomendasi tidak dapat dilakukan karena
keterbatasan waktu.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Hilal, Nur.2008. Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Ssampah Padat. JKL Purwokerto.
Aboejoewono, A. 1985. Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan
Permasalahannya.
Candra Dermawan, 2006, Artikel Iptek - Bidang Teknologi Transportasi ITS: Sarana
Transportasi Lalu Lintas Darat Masa Depan.
Masjid.
Terminal bus.
///////////////////
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua
orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara
insidentil maupun terus menerus, (Suparlan 1977).
Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang
dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah. Masalah
kesehatan lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu di perhatikan dan
ditingkatkan. Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu dan
sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang berhubungan
dengan tempat-tempat umum (tempat ibadah) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan
lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat umum,
termasuk pengendalian pencemaran lingkungan.
Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum, pada waktu waktu
tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah keagamaan Islam.
Masjid-masjid besar di Indonesia pada umumnya dibangun dengan konsep masjid berkubah
berbentuk setengah bola atau dome. Semestinya, pada saat merancang masjid, desain akustik
tidak boleh dikesampingkan karena berpengaruh terhadap kualitas bunyi yang diterima
pendengar diakibatkan dari suara dengung di dalam ruang masjid. Kegiatan yang sering
dilakukan di dalam masjid adalah kegiatan yang menimbulkan kejelasan penyampaian suara,
seperti sholat berjamaah dan ceramah agama.
Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Masjid adalah Kep. Menkes
288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.
Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah
kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya
atau menularnya suatu penyakit.
Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat,
sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta, dan atau
perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat (Adriyani, 2005).
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan tempat-
tempat umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi sosial, belajar maupun melakukan
aktifitas lainnya.
Menurut Chandra (2006), tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat
terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan
lainnya.Kondisi lingkungan tempat-tempat umum yang tidak terpelihara akan menambah
besarnya resiko penyebaran penyakit serta pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan
upaya pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik.tempat-tempat umum
perlu dijaga sanitasinya, seperti halnya transportasi baik darat,air dan udara.Pasalnya,
tempat-tempat umum itu menjadi semacam indikator berbagai bidang, terutama sosial dan
ekonomi(Rosyadi,2002).tempat-tempat umum memiliki berbagai kegiatan yang sangat
penting. Salah satu hal utama dalam bidang sosial,tempat-tempat umum misalnya transportasi
air (pelabuhan) bisa dimanfaatkan sebagai tempat untuk memperoleh akses jalur transportasi
dari satu pulau ke pulau yang lainnya maupun dari satu negara ke negara yang lain. Dapat
dimungkinkan dari kegiatan tersebut, lingkungan pelabuhan akan tercemar dengan mudah
baik karena aktifitas manusia maupun karena faktor alam atau dari lingkungan itu sendiri.
Kondisi lingkungan yang telah tercemar dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan
terutama kepada masyarakat yang sering mengakses pelabuhan. Apabila hal ini dibiarkan
terus menerus maka akan terjadi permasalahan kesehatan yang cukup serius. Standar sanitasi
tempat-tempat umum dengan standar internasional harusnya lebih baik dari manajemen
sanitasi tempat-tempat umum pada umumnya guna mengantisipasi permasalahan kesehatan
lingkungan di tempat-tempat umum.
Jadi sanitasi tempat-tempat sangatlah penting dijaga sanitasinya agar tidak
menimbulkan berbagai masalah kesehatan,misalnya menimbulkan penyakit berbasis
lingkungan,untuk itu penulis terdorong untuk melakukan penulisan mengenai surveilans
epidemiologi agar mengubah pemikiran masyarakat akan arti dan kegunaan dari surveilans
epidemiologi.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan nilai tugas UTS STTU.
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui sanitasi penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan di
tempat-tempat umum
b) Untuk mengetahui sanitasi pembuangan kotoran yang memenuhi syarat kesehatan di tempat-
tempat umum
c) Untuk mengetahui sanitasi pengelolaan limbah cair yang memenuhi syarat kesehatan di
tempat-tempat umum
d) Untuk mengetahui sanitasi pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan di tempat-
tempat umum
e) Untuk mengetahui sanitasi pengendalian vector dan binatang pengganggu yang memenuhi
syarat kesehatan di tempat-tempat umum
f) Untuk mengetahui sanitasi kualitas bangunan yang terpelihara dengan baik yang memenuhi
syarat kesehatan di tempat-tempat Umum
g) Untuk mengetahui jaminan rasa aman pada masyarakat pengunjung dan masyarakat
sekitarnya di tempat-tempat umum
h) Untuk mengetahui jaminan rasa nyaman pada masyarakat pengunjung dan masyarakat
sekitarnya di tempat-tempat umum
i) Untuk mengetahui jaminan rasa santai pada masyarakat pengunjung dan masyarakat
sekitarnya di tempat-tempat umum
j) Untuk mengetahui jaminan rasa terlindungi pada masyarakat pengunjung dan masyarakat
sekitarnya di tempat-tempat umum
k) Untuk mengetahui jaminan rasa privasi pada masyarakat pengunjung dan masyarakat
sekitarnya di tempat-tempat umum
C. PERMASALAHAN
Kualitas sanitasi tempat-tempat umum yang buruk dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan di masyarakat. Tingginya angka kesakitan penyakit infeksi berbasis lingkungan
masih merupakan masalah utama di Indonesia,sehingga diperlukan suatu upaya yang
mengarah pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat, salah satunya pengelolaan
kesehatan lingkungan yang berkelanjutan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PEMERINTAH
1. Belum semua peraltan dimiliki oelh tenaga pengawas pada tingkat II dan kecamatan
2. Masih terbatasnya pengetahan petugas dalam melaksanakan pengawasan
3. Masih minimnya dana yang dialokasikan untuk pengawasan STTU
4. Belum semua kecamatan /tingkat II memiliki saran transportasi untuk melakukan kegiatan
pengawasan
LANGKAH-LANGKAH DALAM IMPLEMENTASI USAHA STTU
1. Identifikasi masalah (problem identification)
2. Pemeriksaan H&S TTU (sanitary inspection)
3. Follow Up
4. Evaluasi
5. Pencatatan dan pelaporan
JENIS-JENIS TEMPAT UMUM YANG SANGAT MEMERLUKAN
PENGAWASAN
* Hotel
* Restourant
* Kolam renang
* Pasar
* Bioskop
* tempat-tempat rekreasi
* tempat-tempat ibadah
* pertokoan
* Pemangkas rambut
* salon
* Stasiun kereta api atau bus
* rumah sakit
Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua
orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara
insidentil maupun terus menerus, (Suparlan 1977).
Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria :
1.Diperuntukkan masyarakat umum.
2.Mempunyai bangunan tetap/ permanen.
3.Tempat tersebut ada aktivitas pengelola,pengunjung/ pengusaha.
4. Pada tempat tersebut tersedia fasilitas :
a.Fasilitas kerja pengelola.
b.Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC/ Urinoir, kamar mandi
Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah
kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya
atau menularnya suatu penyakit. Untuk mencegah akibat yang timbul dari tempat-tempat
umum.
Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi tempat-tempat umum dapat berupa :
1. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap factor lingkungan dan factor manusia yang
melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum.
2. Penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan kesadaran
masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari tempat-tempat umum.
Peran sanitasi tempat-tempat umum dalam kesehatan masyarakat adalah usaha untuk
menjamin :
1. Kondisi fisik lingkungan TTU yang memenuhi syarat :
a. Kualitas kesehatan.
b. Kualitas sanitasi.
2. Psikologis bagi masyarakat :
a. Rasa keamanan (security) : bangunan yang kuat dan kokoh sehingga tidak menimbulkan rasa
takut bagi pengunjung.
b. Kenyamanan (confortmity) : misalnya kesejukkan.
c. Ketenangan (safety) : tidak adanya gangguan kebisingan, keramaian kendaraan.
2.1.1 Pemeriksaan Sanitasi Tempat Ibadah (Masjid)
Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang
dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah. Masalah
kesehatan lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu di perhatikan dan
ditingkatkan. Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu dan
sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang berhubungan
dengan tempat-tempat umum (tempat ibadah) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan
lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat umum,
termasuk pengendalian pencemaran lingkungan.
Dengan peran serta dari pengurus tempat-tempat ibadah diharapkan :
1. Berubahnya atau terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang
terdapat dilingkungan tempat ibadah yang dapat memberi pengaruh jelek terhadap kesehatan
2. Meningkatnya mutu kesehatan lingkungan tempat-tempat ibadah.
3. Terwujudnya kesadaran dan keikutsertaan masyarakat dan sektor lain dalam pelestarian dan
peningkatan penyehatan lingkungan tempat-tempat ibadah.
4. Terlaksananya pendidikan kesehatan tentang peningkatan kesehatan lingkungan .
5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sanitasi tempat-tempat ibadah.
a. Pengertian Masjid.
Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum, pada waktu waktu
tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah keagamaan Islam. Dasar pelaksanaan
Penyehatan Lingkungan Masjid adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang
Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.
Komponen penilaian meliputi :
1. Letak
Sesuai dengan rencana tata kota
- Tidak berada pada arah angin dari sumber pencemaran (debu,asap,bau dan cemaran lainx)
- Tidak berada pada jarak < 100 meter dari sumber pencemaran debu, asap, bau & cemaran
lainnya
2. Kontruksi
3. Persyaratan, seperti :
a. Alat sembahyang
b. Lantai
-Kuat, tidak terbuat dari tanah, bersih, rapat air, tidak licin dan mudah dibersihkan.
c. Ventilasi
- Minimal 10% dari luas bangunan, sejuk dan nyaman (tdk pengap dan tdk panas)
d. Pencahayaan
e. Tempat sandal dan sepatu
f. Tersedia tempat sandal dan sepatu yang khusus
b. Persyaratan Kondisi Masjid
1. Persyartan Kesehatan Lingkungan dan bangunan Umum :
a. Lokasi masjid tidak terletak di daerah banjir dan sesuai dengan perencanaan tata Kota
Meulaboh
b. Bersih dan tertata rapi dan system drainase berfungsi dengan baik.
c. Tidak terdapat genangan air di lingkungan/ halaman masjid.
d. Terdapat pagar yang kuat dan terpelihara dengan baik.
e. Lantai masjid bersih, kuat, kedap air, tidak licin dan permukaanya rata.
f. Dinding masjid bersih berwarna terang dan permukaan yang selalu kontak dengan air kedap
air.
g. Atap ruangan masjid harus kuat, tidak tidak bocor serta tidak memungkinkan terjadinya
genangan air.
h. Langit-langit masjid harus memiliki tinggi dari lantai minimal 2,5 meter, kuat serta berwarna
terang.
i. Pencahayaan dalam ruangan masjid harus cukup terang.
j. Memiliki ventilasi yang dapat mengatur sirkulasi udara baik ventilasi alami maupun buatan,
sehingga kondisi ruangan menjadi terasa nyaman.
k. Alat sholat bersih dan tidak lembab, selalu dibersihkan dan dijemur secara periodic, bebas
dari kutu busuk dan serangga lainnya. sepanjang bagian depan shaf dipasang kain putih yang
bersih dengan lebar 30 cm2 yang digunakan untuk tempat bersujud.
2) Fasilitas Sanitasi :
1. Air Bersih
- Jumlah mencukupi / selalu tersedia setiap saat
- Tidak berbau, tidak berasa & tidak berwarna
- Angka kuman tidak melebihi NAB
- Kadar bahan kimia tidak melebihi NAB
2. Pembuangan Air Kotor
- Terdapat penampungan air limbah yang rapat serangga
- Air limbah mengalir dengan lancar
- Saluran kedap air
- Saluran tertutup
3. Toilet/ WC
- Bersih
- Letaknya tidak berhubungan langsung dengan bangunan utama
- Tersedia air yang cukup
- Tersedia sabun & alat pengering
- Toilet pria & wanita terpisah
- Jumlahnya mencukupi untuk pengunjung terbanyak
- Saluran pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau (water seal)
- Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar
4. Peturasan
- Bersih
- Dilengkapi dengan kran pembersih
- Jumlahnya mencukupi
5. Tempat Sampah
- Tempat sampah kuat, kedap air, tahankarat, dan dilengkapi dengan penutup
- Jumlah tempat sampah mencukupi
- Sampah diangkut setiap 24 jam ke TPA
- Kapasitas tempat sampah terangkat oleh 1 orang
6. Tempat Wudhu
Bersih
Terpisah dari toilet, peturasan, & ruang mesjid
Air wudhu keluar melalui kran kran khusus & jumlahnya mencukupi
Kolam air wudhu tertutup (rapat serangga)
Tidak terdapat jentik nyamuk pada kolam air wudhu
Limbah air wudhu mengalir lancar
Tempat wudhu pria dan wanita sebaiknya terpisah
7.Tempat Sembahyang
- Bersih, tidak berbau yang tidak enak
- Bebas kutu busuk & serangga lainnya
- Sepanjang bagian depan tiap sap dipasang kain putih yang bersih dengan lebar 30 cm
sebagai tempat sujud
8.Tempat sandal dan sepatu
- Tersedia tempat sandal & sepatu yang khusus
- Bersih dan kuat
Pengertian Rumah Sehat
Secara umum yang dimaksud dengan rumah sehat adalah sebuah rumah yang dekat dengan
air bersih, berjarak lebih dari 100 meter dari tempat pembuangan sampah, dekat dengan
sarana pembersihan, serta berada di tempat dimana air hujan dan air kotor tidak menggenang
(1).
B. Persyaratan Umum Rumah Sehat
Berdasarkan hasil rumusan yang dikeluarkan oleh APHA di Amerika, rumah sehat adalah
rumah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut (1):
a. Harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologis;
b. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis;
c. Dapat terhindar dari penyakit menular;
d. Terhindar dari kecelakaan-kecelakaan.
Jika diteliti lebih lanjut, persyaratan yang diuraikan di atas adalah sama dengan persyaratan
seperti yang disebutkan berikut ini.
1. Persyaratan letak rumah
Letak rumah yang baik dapat menghindarkan penghuninya dari bahaya timbulnya penyakit
menular, kecelakaan, dan kemungkinan gangguan-gangguan lainnya. Persyaratan letak rumah
merupakan persyaratan pertama dari sebuah rumah sehat. Berikut ini adalah pertimbangan
memilih letak rumah (2):
a. Permukaan tanah dan lapisan bawah tanah (soil dan subsoil), tanah rendah yang sering
digenangi banjir sudah jelas tidak baik menjadi tempat perumahan yang permanen. Tanah
berbatu karang biasanya lembap dan dingin, karena air pada waktu hujan tidak bisa meresap
ke dalam tanah. Akan tetapi, dengan konstruksi yang baik (lantai yang kedap air) rumah
dengan kondisi tersebut bisa digunakan tanpa ada gangguan. Apalagi bila dilengkapi dengan
drainase yang baik.
b. Hadap rumah (dalam hubungannya dengan matahari, arah angin, dan lapangan terbuka).
Di belahan bumi sebelah utara misalnya, kamar-kamar yang terletak di sebelah utara akan
menerima sinar matahari lebih sedikit. Oleh karena itu, sebaiknya dapur dan ruang tempat
menyimpan makanan terletak di bagian utara rumah.
2. Persyaratan fisik
Persyaratan fisik meliputi konstruksi dan luas bangunan. Konstruksi rumah harus baik dan
kuat, sehingga dapat mencegah kemungkina terjadinya kelembaban dan mudah diperbaiki
bila ada kerusakan. Persyaratan fisik menyangkut konstruksi rumah. Berdasarkan
pengalaman-pengalaman sebelumnya, setiap orang merasa perlu untuk membuat fondasi
yang kokoh supaya konstruksinya kuat. Tipe fondasi bermacam-macam bergantung pada
berat dari rumah atau gedung yang akan dibangun dan keadaan bawah tanah (subsoil).
Subsoil yang berbatu-batu atau kerikil akan dapat menahan beban yang berat, tetapi subsoil
yang terdiri atas tanah liat, kekuatan menahan bebannya tidak tetap. Kekuatannya bisa
bertambah dan bisa pula menurun, bergantung pada keadaan peresapan airnya yang juga
berubah-ubah mengikuti perubahan keadaan musim. Fondasi yang tidak sesuai akan
mengakibatkan rumah yang di atasnya bisa rontok. Ada tiga cara dalam membuat fondasi,
yaitu:
a. Membuat parit-parit yang diisi dengan adukan semen;
b. Membuat semacam rakit dengan adukan semen yang konkret;
c. Membangun tiang-tiang/pilar-pilar dari besi beton.
Luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuni rumah, luas lantai bangunan
disesuaikan dengan penghuninya. Luas bangunan yang tak sebanding dengan jumlah
penghuni akan mengakibatkan sesak, kurang bebas, dan akan menyebabkan tidak sehat. Jika
salah satu anggota keluarga ada yang menderita penyakit infeksi menular, maka kurangnya
suplai oksigen akan memudahkan terjadinya penularan penyakit. Luas bangunan yang
optimum adalah 2,5-3 m untuk tiap orang (tiap anggota keluarga) (2).
3. Persyaratan fisiologis
Rumah sehat harus dipenuhi criteria ventilasi yang baik, pencahayaan yang cukup, terhindar
dari kebisingan, dan adanya lapangan rekreasi, terutama untuk anak-anak bermain.
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, rumah sebaiknya dibuat
sedemikian rupa sehingga udara segar dapat masuk ke dalam rumah secara bebas, sehingga
asap dan udara kotor dapat hilang secara tepat. Hal ini dapat dicapai dengan menempatkan
pintu dan jendela dalam posisi yang tepat, sehingga udara dapat masuk ke dalam kamar-
kamar dan ruangan-ruangan lain di dalam rumah. Fungsi ventilasi adalah:
1) Menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar;
2) Membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri pathogen karena
aliran udara yang terus-menerus;
3) Menjaga ruangan agar kelembaban dapat terjaga secara optimal.
Ada dua macan ventilasi, yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Aliran udara dalam
ruangan pada ventilasi alamiah terjadi secara alami melalui jendela, pintu, lubang-lubang,
dinding, angin-angin, dan sebagainya. Sedangkan pada ventilasi buatan aliran udar terjadi
karena adanya alat-alat khusus untuk mengalirkan udara seperti mesin pengisap (AC) dan
kipas angin (2).
b. Pencahayaan
Sebuah rumah dapat dikatakan sebagai rumah yang sehat apabila memiliki pencahayaan yang
cukup. Hal ini dikarenakan cahaya mempunyai sifat dapat membunuh bakteri atau kuman
yang masuk ke dalam rumah. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam pencahayaan adalah
tingkat terangnya cahaya itu. Kurangnya pencahayaan akan menimbulkan beberapa akibat
pada mata, kenyamanan, sekaligus produktivitas seseorang. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa pencahayaan yang cukup dalam sebuah rumah sangat mempengaruhi kesehatan orang-
orang yang ada di dalamnya. Ada dua macam cahaya, yaitu cahaya alamiah dan cahaya
buatan. Cahaya alamiah merupakan cahaya langsung berasal dari sumber cahaya matahari.
Cahaya ini sangat penting sebab bermanfaat selain untuk penerangan secara alami, tidak
perlu mengeluarkan biaya, dan berfungsi membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah,
misalnya basil TBC. Idealnya, cahaya masuk luasnya sekurang-kurangnya adalah 15-20%
dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Cahaya buatan merupakan cahaya
yang bersumber dari listrik, lampu, api, lampu minyak tanah, dan sebagainya (2).
c. Kebisingan
Saat ini pengaruh kebisingan mulai diperhatikan oleh setiap orang. Hal ini dikarenakan
kebisingan dapat mengganggu konsentrasi dan kenyamanan seseorang. Apalagi kalau
datangnya tiba-tiba seperti letusan yang sangat mengganggu kehidupan. Orang yang memiliki
penyakit jantung dapat meninggal seketika karena adanya letusan tersebut. Rumah sehat
adalah sebuah rumah yang bisa terhindar dari kebisingan/letaknya jauh dari sumber
kebisingan (2).
4. Persyaratan psikologis
Rumah sehat harus memiliki pembagian ruangan yang baik, penataan perabot yang rapi, tidak
over crowding, dan sebagainya. Over crowding menimbulkan efek-efek negative terhadap
kesehatan fisik, mental, maupun moral. Penyebaran penyakit-penyakit menular di rumah
yang padat penghuninya cepat terjadi. Selain itu, di daerah yang seperti ini, kesibukan dan
kebisingan akan meningkat, yang akan menimbulkan gangguan terhadap ketenangan, baik
individu, keluarga, maupun keseluruhan masyarakat di sekitarnya. Ketenangan dan
kerahasiaan setiap individu tidak akan terjamin dan akan mengakibatkan akses-akses
menurunnya moral. Undang-undang perumahan di beberapa Negara maju member wewenang
kepada pemerintah untuk menanggulangi masalah seperti ini. Rumah tempat tinggal
dinyatakan over crowding bila jumlah orang yang tidur di rumah tersebut menunjukkan hal-
hal sebagai berikut (2):
a. Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan berumur di atas 10 tahun dan bukan
berstatus sebagai suami istri, tidur di dalam satu kamar.
b. Jumlah orang di dalam rumah dibandingkan dengan luas lantai telah melebihi ketentuan
yang telah ditetapkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. KESIMPULAN
Kesimpulan dari analisa Indeks Potensi Tatanan Sehat (IPTS) meliputi sanitasi tempat-tempat
umum berupa; sekolah, tempat peribadatan,terminal, dan rumah sakit adalah sebagai berikut:
1. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Sekolah di wilayah Batu Kota sebesar 75%
berpotensi sehat, sedangkan 25% sekolah tidak berpotensi sehat.
2. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Tempat Peribadatan sebesar 56% di wilayah
Kota Batu berpotensi sehat, sedangkan 44% tempat peribadatan tidak berpotensi sehat.
3. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Terminal sebesar 100% berpotensi sehat.
4. Indikator Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Rumah Sakit tidak ditemukan hasil karena
belum dilakukan pemeriksaan.
2.SARAN
1. Upaya yang harus dilakukan untuk mengintervensi tatanan sekolah yang tidak
berpotensi sehat dilakukan pelatihan dokter kecil, karena faktor inilah yang harus segera
ditindaklanjuti sebagai kegiatan mandiri pelayanan kesehatan siswa sekolah dasar oleh dokter
kecil yang telah dibina.
2. Peningkatan Indeks Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Tempat Peribadatan yang perlu
diperhatikan adalah mengenai kebersihan lingkungan yang meliputi;kebersihan lantai,
kebersihan tempat wudlu, dan kebersihan langit-langit.
3. Usaha mempertahankan kondisi terminal yang sehat memerlukan kerjasama dan
koordinasi yang baik antara lembaga terkait dengan masyarakat.Masyarakat perlu
mendapatkan pendidikan kesehatan tentang kesehatan lingkungan sehingga akan tercipta
suasana terminal yang menyenangkan dan bersih.
4. Analisis Indeks Potensi Tatanan Sehat Rumah Sakit perlu dilakukan untukmelihat
kondisi rumah sakit.
/////////////////
Sedangkan yang disebut sanitasi tempat-tempat umum adalah suatau usaha untuk mengawasi
dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat umum tersebut yang
mengakibatkan timbul dan menularnya berbagai jenis penyakit.
Sasasan khusus yang harus diberikan dalam pengawasn tempat-tempat umum meliputi :
PENGUSAHA
1. Belum adanya pengertian dari para pengusaha mengenai peraturab per undang-
undangn yang menyangkut usha STTU dan kaitannya dengan usaha kesehtan
masyarakat
2. Belum mengetahui / kesadaran mengenai pentingnya usaha STTU untuk menghindari
terjadinya kecelakaan atau penularan penyakit
3. Adanya sikap keberata dari pengusaha untuk memenuhi persyaratan-persyaratan
karena memerlukan biaya ekstra
4. Adanya sikap apatis dari masyarakat tenang adanya peraturan/persyaratan dari STTU
PEMERINTAH
1. Belum semua peraltan dimiliki oelh tenaga pengawas pada tingkat II dan kecamatan
2. Masih terbatasnya pengetahan petugas dalam melaksanakan pengawasan
3. Masih minimnya dana yang dialokasikan untuk pengawasan STTU
4. Belum semua kecamatan /tingkat II memiliki saran transportasi untuk melakukan
kegiatan pengawasan
LANGKAH-LANGKAH DALAM IMPLEMENTASI USAHA STTU
1. Identifikasi masalah (problem identification)
2. Pemeriksaan H&S TTU (sanitary inspection)
3. Follow Up
4. Evaluasi
5. Pencatatan dan pelaporan
JENIS-JENIS TEMPAT UMUM YANG SANGAT MEMERLUKAN PENGAWASAN
Hotel
Restourant
Kolam renang
Pasar
Bioskop
tempat-tempat rekreasi
tempat-tempat ibadah
pertokoan
Pemangkas rambut
salon
Stasiun kereta api atau bus
rumah sakit
///////////////////
BAB 1
PENDAHULUAN
Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua
orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara
insidentil maupun terus menerus, (Suparlan 1977).
Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang
dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah. Masalah
kesehatan lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu di perhatikan dan
ditingkatkan. Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu dan
sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang berhubungan
dengan tempat-tempat umum (tempat ibadah) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan
lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat umum,
termasuk pengendalian pencemaran lingkungan.
Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum, pada waktu waktu
tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah keagamaan Islam.
Masjid-masjid besar di Indonesia pada umumnya dibangun dengan konsep masjid
berkubah berbentuk setengah bola atau dome. Semestinya, pada saat merancang masjid,
desain akustik tidak boleh dikesampingkan karena berpengaruh terhadap kualitas bunyi yang
diterima pendengar diakibatkan dari suara dengung di dalam ruang masjid. Kegiatan yang
sering dilakukan di dalam masjid adalah kegiatan yang menimbulkan kejelasan penyampaian
suara, seperti sholat berjamaah dan ceramah agama.
Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Masjid adalah Kep. Menkes
288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.
Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan
mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan
timbulnya atau menularnya suatu penyakit.
BAB I
PEMBAHASAN
Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ pengendalian semua faktor
lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya
merugikan/ berbahaya terhadap perkembangan fisik , kesehatan dan kelangsungan hidup
manusia.
Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua
orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara
insidentil maupun terus menerus, (Suparlan 1977).
Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria :
1.Diperuntukkan masyarakat umum.
2.Mempunyai bangunan tetap/ permanen.
3.Tempat tersebut ada aktivitas pengelola,pengunjung/ pengusaha.
4. Pada tempat tersebut tersedia fasilitas :
a.Fasilitas kerja pengelola.
b.Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC/ Urinoir, kamar mandi
Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan
mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan
timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Untuk mencegah akibat yang timbul dari tempat-
tempat umum.
Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi tempat-tempat umum dapat berupa :
1. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap factor lingkungan dan factor manusia yang
melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum.
2. Penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan kesadaran
masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari tempat-tempat umum.
Peran sanitasi tempat-tempat umum dalam kesehatan masyarakat adalah usaha untuk
menjamin :
1. Kondisi fisik lingkungan TTU yang memenuhi syarat :
a. Kualitas kesehatan.
b. Kualitas sanitasi.
2. Psikologis bagi masyarakat :
a. Rasa keamanan (security) : bangunan yang kuat dan kokoh sehingga tidak menimbulkan
rasa takut bagi pengunjung.
b. Kenyamanan (confortmity) : misalnya kesejukkan.
c. Ketenangan (safety) : tidak adanya gangguan kebisingan, keramaian kendaraan.
2) Fasilitas Sanitasi :
1. Air Bersih
- Jumlah mencukupi / selalu tersedia setiap saat
- Tidak berbau, tidak berasa & tidak berwarna
- Angka kuman tidak melebihi NAB
- Kadar bahan kimia tidak melebihi NAB
2. Pembuangan Air Kotor
- Terdapat penampungan air limbah yang rapat serangga
- Air limbah mengalir dengan lancar
- Saluran kedap air
- Saluran tertutup
3. Toilet/ WC
- Bersih
- Letaknya tidak berhubungan langsung dengan bangunan utama
- Tersedia air yang cukup
- Tersedia sabun & alat pengering
- Toilet pria & wanita terpisah
- Jumlahnya mencukupi untuk pengunjung terbanyak
- Saluran pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau (water seal)
- Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar
4. Peturasan
- Bersih
- Dilengkapi dengan kran pembersih
- Jumlahnya mencukupi
5. Tempat Sampah
- Tempat sampah kuat, kedap air, tahankarat, dan dilengkapi dengan penutup
- Jumlah tempat sampah mencukupi
- Sampah diangkut setiap 24 jam ke TPA
- Kapasitas tempat sampah terangkat oleh 1 orang
6. Tempat Wudhu
Bersih
Terpisah dari toilet, peturasan, & ruang mesjid
Air wudhu keluar melalui kran kran khusus & jumlahnya mencukupi
Kolam air wudhu tertutup (rapat serangga)
Tidak terdapat jentik nyamuk pada kolam air wudhu
Limbah air wudhu mengalir lancar
Tempat wudhu pria dan wanita sebaiknya terpisah
7.Tempat Sembahyang
- Bersih, tidak berbau yang tidak enak
- Bebas kutu busuk & serangga lainnya
- Sepanjang bagian depan tiap sap dipasang kain putih yang bersih dengan lebar 30 cm
sebagai tempat sujud
8.Tempat sandal dan sepatu
- Tersedia tempat sandal & sepatu yang khusus
- Bersih dan kuat
DAFTAR PUSTAKA
http://dwiafriapratama.blogspot.com/2012/01/pemeriksaan-inspeksi-sanitasi-tempat.html
http://ardhikesehatanlingkungan.blogspot.com/2011/12/sanitasi-tempat-ibadah.html
///////////////
////////////////
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi (pengelolaan air limbah domestic).
Pembuangan akhir limbah tinjaumumnya dibuang menggunakan beberapa cara antara lain
dengan menggunakan septic tank, dibuang langsung ke sungaiatau danau, dibuang ke tanah ,
dan ada juga yang dibuang kekolam atau pantai. Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia,
masih banyak dijumpai masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinandengan sanitasi
yang sangat minim.
Permasalahan sanitasi di Indonesia dewasa ini masih menjadi suatu permasalahan yang
sangat kompleks dan urgent. Masih banyak daerah-daerah di Indonesia bahkan di daerah
ibukota sendiri yang mengalami permasalahan sanitasi. Padahal sanitasi juga dapat menjadi
tolok ukur dan faktor pendukung sebuah kesejahteraan bagi masyarakat.
Masih sering dijumpaisebagian masyarakat yang membuang hajatnya di sungai
karenatidak mempunyai saluran pembuangan khusus untuk pembuanganair limbah rumah
tangga maupun air buangan dari kamarmandi. Bahkan terkadang masih dijumpai masyarakat
yangmembuang hajatnya di pekarangan rumahnya masing-masing.
Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang
disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuh langsung
dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia.Hal ini terjadi selain disebabkan karena factor ekonomi,
faktorkebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yangrelative rendah dari
masyarakat pun memang sangatberpengaruh besar terhadap pola hidup masyarakat.
Dalam penerapannya dimasyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengolaan limbah,
pengolaan sampah, control vector, pencegahan dan pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi
makanan, serta pencemaran udara.
Sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari paradigma pembangunan kesehatan
lingkungan lima tahun ke depan yang lebih menekankan pada aspek pencegahan dari aspek
pengobatan. Dengan adanya upaya pencegahan yang baik, angka kejadian penyakit yang
terkait dengan kondisi lingkungan dapat di cegah. Selain itu anggaran yang diperlukan untuk
preventif juga relative lebih terjangkau daripada melakukan upaya pengobatan.
Menurut beberapa literatur yang disebut tempat umum adalah suatu tempat dimana
orang banyak atau masyarakat umum berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara
sementara (insidentil) maupun secara terus menerus (permanent), baik membayar mapupun
tidak membayar.
Dari latar belakang yang telah penulis jabarkan diatas maka penulis mengambil judul
dalam makalah iniadah Pengelolaan Sanitasi Di Tempat-Tempat Umum (STTU)
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam kalah ini adalah :
1. Apa pengertian sanitasi?
2. Bagimana pengelolaaan sanitasi Tempat-tempat umum (STTU)?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahu dan memahami pengertian dari Sanitasi
2. Memahami pengelolaan sanitasi tempat-tempat umum (STTU).
D. Manfaat Penulisan
Dalam penulisan makalah diharapkan dapat bermanfaat bagi peihak bagi semua pihak
yang terlibat didalamnya, dengan tujuan agar adanya pemahaman dan peningkatan mengenai
pelaksanaan penglolaan sanitasi tempat-tempat umum (STTU).
///////////////
1. Cover
2. Daftar Isi
3. Kata Pengantar
4. Bab I Pendahuluan
5. Bab II Pembahasan
6. Bab III Penutup
7. Daftar Pustaka
8. Lampiran