Anda di halaman 1dari 16

LBM 5 KOMUNIKASI

MODUL ENTEROHEPATIK

ANAMNESIS KASUS PENYAKIT KRONIS, MENOLAK


PERMINTAAN PASIEN YANG TIDAK PADA
TEMPATNYA, PENYAMPAIAN BERITA BURUK DAN
PEMBERIAN NASEHAT DAN SUGESTI

MATERI KASUS YANG HARUS DIKUASAI (Mahasiswa telah mempelajarinya


sebelum skill lab dimulai):
1. Penyakit hati menahun (hepatoma): meliputi gejala, perjalanan penyakit,
penanganan awal & penanganan lanjutan , pencegahan untuk individu & keluarga,
prognosis.
2. Chirrosis hepatis & komplikasinya (hematemesis, Ascites): meliputi gejala,
perjalanan penyakit, komplikasi yang perlu diwaspadai, penanganan awal &
penanganan lanjutan, pencegahan untuk individu & keluarga, prognosis.

ALOKASI WAKTU SKILL LAB :


a. Latihan dengan panduan instruktur (150menit) :
Mempraktekkan anamnesis penyakit kronik cara penyampaian berita buruk dan
nasehat/sugesti berpasangan antar mahasiswa secara bergantian sebagai dokter &
pasien. Latihan dipandu oleh instruktur. Skenario ditetapkan oleh instruktur.
Instruktur memandu dan mensosialisasikan check list penilaian.
b. Latihan secara mandiri secara bergantian satu persatu (50
menit) : Mahasiswa mempraktekkan anamnesis penyakit kronik, cara
penyampaian berita buruk dan nasehat/sugesti. Instruktur mengamati jalannya
latihan dan memberikan skore pada lembar penilaian sesuai dengan keaktifan
mahasiswa. Besarnya penilaian kaitan dengan materi disesuaikan dengan
penguasaan materi sesuai cek list.

PENDAHULUAN

Keterampilan komunikasi yang dilatihkan pada semester ini merupakan


pengembangan dari keterampilan komunikasi anamnesis yang telah dilatihkan pada
semester yang lalu. Penekanan latihan pada semester ini terutama pada aspek penggalian
perjalanan alamiah penyakit yaitu kasus penyakit kronis. Pada kasus-kasus penyakit
kronis sering dijumpai permintaan dari pasien atau keluarga pasien yang kemungkinan
besar oleh dokter tidak dikabulkan karena permintaan tersebut dengan alasan tidak pada
tempatnya. Keterampilan komunikasi menolak permintaan pasien yang tidak pada
tempatnya tersebut akan diteruskan dengan keterampilan pemberian sugesti dan
penyampaian berita buruk.
Dengan demikian cakupan latihan keterampilan komunikasi mulai meliputi
keterampilan komunikasi diagnostik dan terapi..
Pencapaian hasil dari keterampilan komunikasi ini dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu
aspek medis dan aspek keterampilan komunikasi. Yang dimaksud aspek medis adalah
informasi- informasi yang ingin digali dan dikumpulkan, sedangkan aspek keterampilan
kornunikasi adalah keterampilan yang harus dikuasai dalam rangka menggali dan
mengumpulkan informasi, sehingga berlangsung secara efektif dan efisien.
Aspek medik keterampilan komunikasi kasus penyakit kronik dengan komplikasi
untuk mendapatkan informasi identitas; data pribadi; keluhan utama; riwayat penyakit
sekarang; riwayat penyakit dahulu; riwayat penyakit keluarga; anamnesis sistem; dan
diteruskan dengan menggali perjalanan alamiah penyakit dari awal sampai sekarang.
Aspek keterampilan komunikasi yang ingin dicakup yaitu mengulang dengan singkat
keterampilan komunikasi semester sebelurnnya, meliputi: sambung rasa, meiakukan
pendekatan dengan: sikap ramah dan sopan; menjaga suasana serius tapi rileks; berbicara
dengan lafal yang jelas; menggunakan bahasa yang dapat dipahami; menggali informasi;
menjadi pendengar yang baik; mengetahui/menangkap bahasa non verbal; Menghindari
sikap interogasi; melakukan cross check; mencatat hasil anamnesis/ heteroanamnesis
dengan jelas dan sistematis; meringkas dan menyimpulkan data; melakukan dan
mendapat umpan balik; diteruskan dengan keterampilan komunikasi tentang bagaimana
cara: memberi sugesti agar pasien mempunyai keteguhan mental serta keyakinan kuat
untuk mengatasi penyakit; menolak permintaan pasien yang tidak bertentangan dengan
kode etik; menyampaikan apabila ada berita buruk pada pasiennya send iri/keluarga
pasien; dan menutup wawancara.

Sasaran Pembelajaran:
1. Membina sambung rasa untuk anamnesis lengkap kasus penyakit kronis
2. Sambung rasa dalam rangka memulai menolak permintaan pasien Pasien
3. Menyampaikan berita buruk
4. Memberi sugesti dan nasehat
5. Mengumpulkan informasi kasus penyakit kronis
6. Menolak permintaian pasien yang tidak realitis
7. Menyampaikan berita yang buruk

Materi & Tehnik komunikasi:


1. Membina sambung rasa dan menjaga proses anamnesis:
1.1. Memperlihatkansikapmenerima
1.2. Mempersilakan duduk
1.3. Melakukan cross check
2. Mengumpulkan informasi kasus penyakit kronis:
2.1. Menanyakan nama dan umur
2.2. Menanyakan alamat dan pekerjaan
2.3. Menanyakan keluhan utama/ alasan datang
2.4. Mencari kepastian dari ke1uhan utama
2.5. Menggali riwayat penyakit sekarang
2.6. Menggali riwayat penyakit dahulu
2.7. Menggali riwayat penyakit keluarga
2.8. Menanyakan kehiduplan sehari-hari/ stressor psikososial
2.9. Menanyakan anamnesis sistem
2.10. Dapat meruntutkan perjalanan penyakit kronis yang ada
3. Memberikan nasehat:
3.1. Berbicara dengan lafal dan isi yang jelas
3.2. Kesesuaian dengan ke1uhan utama
3.3. Kesesuaian dengan faktor resiko ke1uhan utama.
4. Memberi penyampaian berita buruk dan nasehat/sugesti:
4.1. Berbicara dengan lafal dan isi yang jelas
4.2. Kesesuaian dengan keluhan utama
4.3. Kesesuaian dengan kasus dan latar belakang pasien.

II.A. ANAMNESIS PENYAKIT KRONIS

Anamnesis pasien yang menderita penyakit kronik dengan komplikasi dimulai


dengan menanyakan secara ringkas tentang identitas, data pribadi, ke1uhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
anamnesis sistem, diteruskan dengan menggali perjalanan alamiah penyakit secara runtut
yang meliputi sumber infeksi, cara penularan, aspek pencegahan, aspek pengobatan,
aspek perawatan, aspek gangguan pada kegiatan sehari-hari, kesulitan yang dialami
selama proses penyakit yang diderita, komplikasi fisik yang ada.

Untuk mengingatkan bahan untuk anamnesis kita lihat materi anamnesis sebagai berikut:
Mulailah anamnesis dengan pernyataan "mari kita bicarakan keluhannya"

Tahapan Melakukan Anamnesis


1. Perlihatkan sikap yang baik
a) Lakukan kontak mata sewajarnya
b) Tunjukkan sikap tubuh yang terbuka dapat ditunjukkan dengan adanya perhatian
dan melibatkan diri dalam percakapan clan dengan masalah pasien.
c) Hadapi pasien dengan tulus hati, wajah cerah clan ramah
d) Seclikit membungkukkan badan ke depan.
e) Perlihatkan posisi wajar dlan tenang.

2. Tanyakan identitas
a) Yang utama tanyakan nama dan umur, sehingga dalarn percakapan selanjutnya
anda sebiknya memanggil nama, sebagai contoh:
b) "Baik Bu Mardi, sekarang apa yang dirasakan lbu sangat mengganggu, sehingga
lbu Mardi datang kemari?"
c) Pertanyaan mengenai alamat dan pekerjaan dapat dilakukan
disela-sela percakapan yang lain.
d) Untuk heteroanamnesis, jangan lupa juga menanyakan nama, pekerjaan, alamat
pengantar, dan hubungan dengan pasien/ penderita..

3. Keluhan utama
a) Tanyakan mengenai keluhan utama pasien (lihat contoh pada
pertanyaan identitas)
b) Kadang-kadang pasien tanpa diminta telah bercerita sendiri, Anda tetap perlu
kepastian mengenai keluhan utamanya. Bila pusing, pusingnya seperti apa,
dimana letak pusingnya (semua kepala dirasa using atau hanya sebagian saja).

4. Riwayat penyakit sekarang:


Keterangan yang teratur, sedapat mungkin secara kronologis berkenaan dengan
perkembangan penyakit yang diderita, mulai dari timbulnya gejala permulaan sampai
sekarang. Uraian rinci tiap gejala dlan hubungannya dengan gejala yang lain serta
terhadap fungsi normal tubuh. Perlu penjelasan tentang tingkat gangguan kernampuan
pasien. Harus ditentukan gejala yang menyebabkan keticlak mampuan pasien. Juga
ditanyakan tentang pengobatan dlan bagaimana hasil pengobatannya.

a) Galilah riwayat penyakit sekarang ini, mulai dari:


o Onsetnya - kapan mulai muncul gangguan tersebut
o frekuensi serangan - dua tiga kali atau lebih
o sifat serangan - akut/ kronis/ intermitent
o durasinya - lamanya menderita
o sifat sakitnya - sakitnya seperti apa
o lokasinya - dimana letak pasti sakitnya, apakah disitu saja, atau berpindah-pindah
o perjalanan penyakitnya - riwayat pengobatan sebelum- nya
o hubungan dengan fungsi fisiologis yang lain - adakah gangguan fisiologis yang
lain, yang ditimbulkan oleh gangguan yang dideritanya, termasuk di dalamnya
gangguan tidur, banyaknya keringat yang keluar, dsb.
o akibat yang timbul - masih dlapat bekerja, atau hanya dapat tiduran saja.

b) Masing-masing hal digali dan dicatat.

5. Riwayat penyakit dahulu:


a) Tanyakan mengenai kemungkinan adanya riwayat penyakit sebelumnya. Pernahkah
pasien menderita keluhan yang sama diwaktu-waktu dahulu, atau keluhan yang mirip
dengan yang sekarang dirasakan.
b) Tanyakan Pula mengenai kemungkinan riwayat penyakit yang pernah diderita dengan
melihat diagnosis banding penyakit yang sekarang ini.
c) Tanyakan juga kemungkinan pasien menderita penyakit yang serius di waktu-waktu
yang lalu. Perhatikan kalau pasien pernah rawat inap di rumah sakit di waktu yang
lalu.

6. Riwayat penyakit keluarga dlan atau lingkungan


Beberapa penyakit dapat diturunkan oleh keluarga. Selain itu penyakit menular
akan sangat mungkin ditularkan oleh anggota keluarga. Oleh karena itu galilah
kemungkinan adanya penyakit yang sama yang diderita oleh anggota keluarga yang
lain.
a) Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita/ pernah menderita
penyakit/ gangguan yang sama. Kalau ada bagaimana hubungan darah penderita
dengan keluarga tersebut.
b) Mengenai penyakit menular, tanyakan seberapa dekat/ sering bertemu dengan
anggota keluarga yang menderita penyakit/ gangguan tersebut.

7. Anarnnesis sistem
Anarnnesis sistem. Di dalam anamnesis, selain riwayat penyakit baik saat ini, dahulu
clan keluarga, diperlukan juga anamnesis sistern. Eksplorasi terhadap sistem-sistem
dalam tubuh ini akan lebih mengarahkan pada diagnosis. Penelusuran anamnesis
sistem harus relevan dengan keluhan utama pasien dan dugaan terhadap diagnosis
yang akan ditegakkan, termasuk diagnosis bandingnya.

Pada dasarnya sistem pada tubuh manusia dibagi menjadi:


1. Sistem saraf
2. Sistem kardiovaskuler
I Sistem respirasi
4. Sistem gastrointestinal
5. Sistem urogenital
6. Sistem entegumentum (kulit)
7. Sistem abdomen
Pertanyaan yang diajukan dapat berupa contoh:
1 . Adakah nyeri kepala? (berhubungan dengan sistem saraf
2. Adakah gangguan makan/ nafsu makan? (berhubungan dengan
sistem gastrointestinal)
3. Adakah gangguan mentruasi? (berhubungan dengan sistern
urogenital)

Tahapan melakukan anamnesis


Perlihatkan sikap yang baik
1 . Lakukan kontak mata sewajarnya
2.. Tunjukkan sikap tubuh yang terbuka - dapat ditunjukkan dengan adanya perhatian dan
melibatkan diri dalam percakapan dlan dengan masalah pasien.
3. Hadapi pasien dengan tulus hati, wajah cerah dan ramah.
4. Sedikit membukkakkan bdlan ke depan
5. Perlihatkan posisi wajar dan tenang

Perjalanan alamiah penyakit kronis


Perjalanan alamiah penyakit adalah gambaran proses
perkembangan tahap-tahap penyakit yang terjadi pada seorang pasien yang menderita
suatu penyakit. Setiap penyakit memiliki pola perjalanan alamiah masing-masing secara
spontan, setelah melalui suatu kurun waktu tertentu. Hal ini terjadi terutama bila tidak
satupun intervensi atau tindakan/pengobatan yang secara aktif dilakukan. Perjalanan
alamiah dimulai dari tahap yang paling awal hingga terbentuk suatu akibat/kondisi akhir
yang permanen. Walaupun demikian secara garis besar dapat dlitetapkan tahap- tahap
yang hampir selalu dilalui oleh setiap penyakit. Ada penyakit yang dapat diamati secara
jelas melewati setiap tahap, tetapi ada Pula penyakit yang pada tahap awal bisa teramati,
tetapi pada kemudian akan tampak gejala terlihat, seolah-olah penyakit tersebut sembuh,
tetapi kemudian akan tampak gejala secara klinik setelah mencapai tahap lanjut dengan
timbulnya akibat/kondisi akhir yang bersifat permanen.
Mausner dan Kramer (1985) menggambarkan suatu pola perjalanan alamiah nyakit
secara skematis yang dapat diterapkan pada setiap penyakit. Namun demikian masih
ditemukan kesulitan untuk menetapkan tahap-tahap yang dilalui pada masing-masing
jenis penyakit.
Skema ini sangat bermanfaat untuk memahami berbagai pendekatan yang dilakukan
untuk pencegahan dan pengendalian penyakit.

Tahap I :

Pencegahan primer
Diagnosa yang dilakukan:
menentukan faktor risiko
menganalisa hasil terapi
menganalisa hasii pengelolaan program

Terapi
mengurangi faktor risiko
menentukan pengelolaan program

Tahap II :
Pencegahan sekunder
Diagnosa yang dilakukan
menentukan perubahan struktural/fungsional
menentukan faktor risiko
menganalisa hasil terapi
menganalisa hasil pengelolaan program

Terapi :
menentukan pengobatan dini
mengurangi faktor risiko
menentukan pengelolaan program

Tahap III :
Pencegahan tertier
Diagnosa yang dilakukan:
menetapkan tingkat, gawat, sembuh, cacat
menentukan haril pengobatan
menentukan hasil pengelolaan program
Pengobatan :
melakukan pengobatan, rehabilitasi
mengurangi faktor risiko
menentukan pengelolaan program.
Dalam menghadapi suatu penyakit yang diderita seorang pasien, maka dokter atau
tenaga kesehatan akan bertindak sebagai klinikus. la akan melakukan kegiatan yaitu
menetapkan diagnosa (Dx), tentunya setelah memeriksa pasien. Aktivitas memeriksa
pasien dapat berupa melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik (Physic disgnostic)
pada seorang pasien. Disamping itu dokter atau tenaga kesehatan juga akan menentukan
terapi/tindakan (Rx) pada salah satu atau lebih tahap PAP. Hal yang serupa (tidak persis
sama) akan dikerjakan pada saat dokter atau tenaga kesehatan berperan sebagai pengelola
program kesehatan, yaitu berupa menetapkan diagnosa dan menentukan terapi. Hanya
saja dalam mengelola program kesehatan, maka obyeknya ("pasien") adalah berupa
masyarakat (komunitas). Dengan demikian yang diterapkan adalah berupa masalah
kesehatan yang terdapat di dalam masyarakat itu. Tentu saja variabel yang diperiksa juga
sesuai dengan kaidah untuk menentukan masalah kesehatan di masyarakat. Sedangkan
tindakannya ("terapi") adalah berupa program kesehatan yang harus ditetapkan untuk
mengatasi masalah kesehatan pada masyarakat bersangkutan.

I. Tahap kerentanan (Stage of Susceptibility)


Pada tahap ini penyakit belum berkembang, tetapi landasan/potensi untuk
terbentuknya penyakit yang ada. Landasan ini dibentuk oleh beberapa faktor yang ada
pada individu yang bersangkutan atau faktor-faktor di luar individu.Faktor yang ada pada
individu misalnya faktor genetik, faktor gizi, usia, ras dan sebagainya. Sedangkan faktor
di luar individu misalnya lingkungan yang dapat berupa iklim, temperatur, bakteri,
makanan dan sebagainya. Faktor-faktor ini baik secara langsung maupun tidak langsung
akan menyebabkan kecenderungan terjadinya penyakit. Faktor-faktor yang meningkatkan
kemungkinan terjadinya penyakit serta memperbesar kecenderungan berkembangnya
penyakit ke tahap yang lebih lanjut disebut faktor risiko. Secara statistik faktor risiko bisa
memiliki hubungan/asosiasi yang kuat/bermakna dengan penyakit. Tetapi tidak setiap
individu yang memiliki faktor risiko akan mengalami perkembangan ke arah penyakit
yang diduga.

II.. Tahap presimptornatik (Stage of presymptornatic disease)

Didalam tahap ini telah terjadi interaksi antara berbagai faktor tadi, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Interaksi ini menimbulkan perubahan-perubahan patogenesis
pada individu. Bagaimanapun juga pada tahap presimptomatik ini perubahan patogenesis
yang terjadi belum sampai menimbulkan manifestasi klinik. Dengan demikian individu
yang bersangkutan belum merasakan adanya gejala-gejala penyakit. Demikian pula bila
penderita diperiksa secara fisik diagnostik, tidak ditemukan adanya tanda-tanda penyakit.

III. Tahap kInik (Stage od clinical disease)

Pada tahap ini telah terjadi perubahan patogenesis pada target organ, sedlemikian rupa
sehingga dapat dikenali adanya tanda-tanda fisik maupun gejala-gejala klinik penyakit.
Bila memungkinkan, tahap ini dapat dibagi lagi menjadi tahap-tahap yang lebih terinci
untuk memudahkan pengelolaan kasis dan untuk tujuan-tujuan dalam bidang
epidemiologi.

IV. Tahap akhir (Stage of disability)


Adanya beberapa penyakit yang dapat berkembang menuju ke arah kesembuhan setelah
melewati tahap klinik, baik secara spontan maupun melalui intervensi/pengobatan
tertentu. Tetapi yang lebih sering, terutama bila tidak memperoleh pengobatan yang
adekuat, maka penyakit akan berkembang lebih lanjut. Akhirnya panyakit tersebut akan
mengalkibatkan kerusakan yang dapat berakhir pada gejala sisa atau perubahan
patogenesis yang sifatnya permanen, sehingga individu menjadi cacat atau menderita
penurunan fungsi. Istilah kecacatan bisa memiliki arti yang bermacam-macam. Salah satu
definisi/batasan yang lazim digunakan yaitu "pengurangan aktivitas seseorang untuk
sementara atau selamanya akibat penyakit akut yang kronik". Batasan ini lebih
menekankan segi penurunan fungsi daripada efek biologis.

Perjalanan alamiah penyakit kronis merupakan serangkaian kejadian dalam proses suatu
penyakit yang diderita dalarn waktu lama, atau sembuh kumat-kumatan (kronis) sehingga
membutuh- kan proses pengobatan dan perawatan yang lama, rutin, teratur, terkontrol.
Penyakit kronis tersebut misalnya penyakit tuberkulosis, asthma bronchiale, beberapa
proses kanker, penyakit hati menahun.
Hal-hal yang perlu diketahui dalam perjalanan alamiah penyakit kronis yaitu sumber
infeksi, cara penularan, aspek pen- cegahan, aspek pengobatan, aspek perawatan, aspek
gangguan pada kegiatan sehari-hari, kesulitan yang dialami selama proses penyakit yang
diderita, komplikasi fisik yang ada.
Gambaran yang dapat dijumpai dari aspek perjalanan alamiah penyakit kronis
misalnya : penyakit tuberkulosis, untuk menanyakan adanya sumber infeksi galilah
adakah penderita batuk-batuk lama dengan batuk dahak berdarah yang dalam riwayatnya
telah di periksa dan positif mengandung kuman mikobakteriurn tuberkulosis.
Untuk menanyakan proses penularan pada penyakait tuberkulosis, galilah apakah
penderita serumah dengan penderita tersebut diatas atau waktu sehari-harinya selalu
berhubungan dengan penderita tuberkulosis (ingat cara penularan melalui droplet
infection). Untuk menggali aspek pencegahan, tanyakan keadaan sanitasi rumah,
kebersihan rumah, dan imunisasi BCG.
Aspek pengobatan dan perawatan apakah pengobatannya rutin, teratur, dan taat
meminum obat, riwayat mondok dan perilaku sehatnya bagaimana : berdahak ditempat
yang telah disediakan.
Aspek gangguan sehari-hari : tanyakan apakan ada gangguan fisik dan non fisik,
misalnya : badan menjadi lemah, lekas capai, gangguan seksual, penurunaan
produktivitas kerja, dijauhi temanteman kerja.
Aspek kesulitan salama proses penyakit : tanyakan apakah adanya kesulitan dalam
memperoleh pengobatan dan perawatan, memperoleh obat, kesulitan keuangan.
Aspek komplikasi atas penyakit : tanyakan sudah mondok berapa kali, adakah
penjalaran penyalkit sudah mempengaruhi sistem/organ badan lain.

Resume Anamnesis Penyakit Kronis


Seperti halnya anamnesis pada umumnya, haruslah ditulis dengan runtut dan bernalar,
dimulai dengan identitas yang berkaitan,
II. B CARA/TAKTIK UNTUK MENOLAK PERMINTAAN PASIEN YANG
KURANG SESUAI

Kadang-kadang dalam praktek sehari-hari dokter akan menjumpai pasien/penderita


yang mengajukan permintaan yang tidak sesuai dengan rencana terapi atau perlakuan
yang akan dilakukan oleh dokter. Misalnya, pasien menginginkan untuk disuntik, atau
pasien menginginkan obat tertentu yang pernah diminum di waktu lalu atau diminum
keluarganya, atau dapat juga yang saat ini sedang hangat-hangatnya, pasien minta resep
obat tidur/terlarang. Seorang dokter dalam hal ini berhak menolak permintaan pasien.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan bila menolak permintaan pasien yaitu :
1) Jelaskanlah bahwa tubuh seseorang itu berbeda-beda. Seseorang
mungkin cocok dengan obat A, tapi orang lain mungkin tidak cocok dengan obat A,
dan lebih cocok dengan obat B.
2) Jelaskanlah bahwa tidak semua penyakit memerlukan terapi
suntik. Selain itu suntik juga akan memberikan akibat yang tidak sama pada setiap
orang, bahkan dapat fatal bagi orang-orang tertentu yang alergi terhadap suatu bahan
terapi.
3) Kadang-kadang yang diperlukan bagi pasien adalah istirahat yang
cukup dan tidak memerlukan terapi obat. Jelaskan dengan singkat masalah atau
gangguan yang dihadapi pasien dan yakinkanlah bahwa tanpa pengobatan, tapi harus
istirahat, pasien dapat pulih kembali.
4) Untuk penolakan terhadap permintaan resep obat tidur/terlarang,
jelaskan bahwa resep tidak dapat diberikan tanpa alasan dan diagnosis yang jelas.
Tolaklah dengan halus, bahwa Anda tidak dapat memberikan. Bila pasien memaksa
dan bahkan mengancam, Anda berhak melaporkan pada polisi. Untuk prevensi
sebaiknya di dalam kamar periksa ada tombol alarm untuk memberitahu
mantri/asisten pendaftar pasien atau rumah/tetangga bahwa Anda dalam bahaya.
Hal tersebut demi keamanan Anda sendiri, karena biasanya para pecandu obat
terlarang sudah tidak memikirkan sekitarnya dan asal berani.

II. C MEMBERIKAN SUGESTI/NASEHAT DENGAN TEPAT DISERTAI


PENYAMPAIAN BERITA BURUK
Sugesti adalah suatu proses mempengaruhi seseorang agar berperilaku atau berbuat
seperti yang diinginkan pemberi sugesti tanpa paksaan dan diikuti dengan penerimaan
yang diberi sugesti tanpa kritik atau terpaksa. Sugesti merupakan komunikasi verbal yang
memberikan stimulus bagi seseorang untuk tersugesti.
Sugesti dalam praktek sehari-hari sangat diperlukan untuk kemajuan pasien. Dokter
diharapkan mampu memberikan sugesti dengan tepat pada pasiennya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan sugesti :
1) Amati dan perhatikanlah pasien, sudahkah dia siap untuk diberikan
sugesti ?
2) Gunakan bahasa non verbal Anda.
Gunakanlah volume, nada, dan kecepatan suara yang lembut, tenang tetapi pasti dan
berwibawa.
Bayangkan musik klasik, kadang-kadang lembut tetapi dapat juga keras,
walaupun tidak terlalu keras
Tunjukkan kontak mata Anda
Perlihatkan wajah yang cerah dan meyakinkan (jangan ragu-ragu dalam
memberikan sugesti)
Perhatikan sikap tubuh Anda, tegak dengan sedikit membungkuk, tapi
tidak terkesan loyo
Berikanlah sentuhan (di bahu atau di tangan) bila perlu
Perhatikan gerakan-gerakan tubuh Anda, jangan terlalu benyak bergerak
yang tidak perlu
3) Sugesti tidak perlu diberikan panjang lebar, beberapa kalimat saja
bila diucapkan dengan nada berwibawa namun lembut dan lafal serta isi yang jelas
akan berpengaruh terhadap pasien.
4) Perhatikan hubungan Anda dengan pasien, harus tetap seperti
semula dan jangan lupa, sederajat.
Sugesti biasanya berisi tentang :
1) Bahwa kesembuhan pasien tidak hanya tergantung dari dokter,
obat, tapi juga keinginan sembuh pasien itu sendiri. Doronglah pasien agar mengikuti
nasehat, petunjuk Anda.
Sebagai contoh : Bapak Martoyo, penderitaan Bapak akan berkurang dan syukur
sembuh bila Bapak mengikuti saran dan nasehat yang telah saya berikan.
Selain obat dan nasehat, Bapak harus yakin akan sembuh. Percayalah, kalau Bapak
mempunyai keyakinan kuat akan sembuh dan Bapak patuh akan nasehat serta saran
dokter, Bapak akan segera sembuh (tapi harus diingat tidak semua penyakit dapat
sembuh).
2) Beberapa penyakit kronis ataupun degeneratif memerlukan
kesabaran dan kepatuhan pasien. Pasien perlu diberikan dorongan untuk mengikuti
terapi yang diberikan.
Ada kemungkinan obat ini akan memberikan akibat sampingan berupa rambut
rontok. Namun Ibu Sosro jangan kuatir, setelah obat tidak dibutuhkan lagi, rambut
dapat tumbuh kembali. Yang penting saat ini Ibu rajin minum obat agar segera
sembuh. Percayalah, saat ini penyakit Ibu sudah muali dapat diatasi, karena
keberhasilan pengobatan ini sudah dibuktikan.
3) Contoh-contoh kasus yang dapat disembuhkan atau sembuh dapat
diberikan sebagai sugesti. Namun jangan dilupakan bahwa kasus yang sembuh
dikarenakan juga kepatuhan pasien pada terapi dan saran dokter.
4) Berikanlah dorongan pada pasien bahwa di dalam dirinya terdapat
kekuatan yang besar, yaitu keinginan untuk tetap hidup dan sembuh.
5) Pemberian sugesti harap memperhatikan bukti yang nyata, jangan
hanya memberikan janji yang tidak pasti. Saat ini sudah menjadi keinginan para
pasien untuk mengetahui dengan jelas penyakit yang diderita. Penderita sebaiknya
jangan dibohongi. Informasi mengenai diagnosis pasien adalah salah satu hak pasien.
Jujur dan apa adanya, namun jangan lupa memberikan sugesti.
6) Beberapa penyakit yang sulit disembuhkan menurut beberapa
penelitian dapat sembuh karena kemauan hidup dan keyakinan untuk sembuh dari
pasien, dengan disertai perilaku yang sehat (olah raga, makan makanan bergizi,
menghindari junk food). Penelitian tentang pasien yang menderita kanker
menunjukkan hal ini.
7) Sugesti juga diberikan pada kasus prognosis buruk agar pasien siap
menghadapi segala kemungkinan, termasuk mempersiapkan kecacatan atau kematian.
Ingat bahwa beberapa penyakit sudah diketahui secara pasti prognosisnya. Adalah
hak pasien untuk mengetahui segala kemungkinan tentang penyakitnya.

Memberikan nasehat dengan jelas dan tepat dan penyampaian berita buruk
a. Sebelum memberi nasehat
Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, seorang dokter sebaiknya
menjelaskan masalah/penyakit yang sedang dihadapi pasien. Saat ini sebaiknya
diagnosis diberitahukan pada pasien, kecuali diagnosis penyakit parah ataupun
diagnosis yang prognosisnya jelek, diberitahukan pada keluarganya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjelaskan atau menerangkan pada
pasien :
Gunakan bahasa yang sederhana, hindarilah penggunaan istilah
kedokteran, kecuali istilah tersebut sudah mulai populer dan dikenal masyarakat.
Perhatikanlah latar belakang pasien, jika pasien berpendidikan
rendah, gunakan bahasa yang betul-betul sederhana.
Jelaskan dengan singkat masalah yang terjadi, kemungkinan
penyebabnya, demikian pula prognosisnya. Untuk prognosis yang buruk, hati-hati
dalam menjelaskannya. Dapat dengan bahasa yang halus, namun jangan
menyesatkan dan menjanjikan.
Hindarilah untuk berkata : Oh, ini tidak apa-apa Pak, tenang
saja, padahal Anda tahu prognosisnya sudah agak buruk, atau Wah, penyakit
Bapak tidak dapat sembuh, walaupun hal itu benar, gunakan bahasa yang halus.
Sebagai contoh : Begini Pak, penyakit Bapak sebetulnya tidak
terlalu berbahaya dan sering dialami oleh banyak orang yang selalu bekerja dalam
keadaan duduk. Selama ini penyakit ini memang sulit disembuhkan, namun kalau
Bapak rajin minum obat dan kontrol, serta menghindari sikap duduk yang salah,
rasa sakit yang dirasakan Bapak akan berkurang. Apalagi kalau Bapak mau
melakukan olah raga yang teratur dengan bimbingan instruktur yang tahu tentang
tubuh, percayalah, hal tersebut akan sangat menolong.
Untuk prognosis yang tidak begitu baik atau dapat dikatakan
buruk, lihatlah kesiapan pasien dalam menerima. Pasien sudah siap atau belum.
Kalau belum sebaiknya keluarganya saja yang diberi tahu.
Penjelasan untuk terapi obat harus betul-betul jelas. Kapan harus
diminum, berapa kapsul/tablet yang harus diminum. Jangan lupa menjelaskan
kalau terjadi akibat yang tidak diinginkan setelah minum obat, harap segera
datang kembali. Selain itu jangan lupa tanyakan pada pasien, apakah pasien
tersebut alergi terhadap suatu obat. Kalau pasien tidak tahu, jangan dilupakan
peringatan untuk datang kembali bila terjadi sesuatu setelah minum obat.
Penjelasan juga berlaku untuk segala hal yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh pasien selama dalam pengobatan atau pengawasan dokter.
Beri kesempatan pada pasien untuk bertanya, bila ada hal-hal yang
kurang jelas.
Untuk menjawab pertanyaan, perlu diperhatikan :
Anda harus jelas dengan pertanyaan yang diajukan, jangan segan
untuk menanyakan bila Anda sendiri belum jelas dengan pertanyaannya.
Dengarkanlah baik-baik yang ditanyakan.
Pahamilah pertanyaan yang diajukan.
Jawablah dengan singkat dengan bahasa yang mudah dipahami
Berikanlah penjelasan tanpa terkesan menggurui
Situasi tetap santai tapi formal dan jangan lupa sederajat
Nada suara jangan terlalu keras, lembut tapi berwibawa

b. Memberi nasehat
Setelah melakukan anamnesis dan ditunjang dengan pemeriksaan fisik, saatnya
dokter memberikan nasehat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan
nasehat :
1) Sikap harus tetap sama pada saat anamnesis
2) Jagalah hubungan yang baik dengan pasien
3) Mulailah memberikan nasehat yang relevan dengan penyakit yang
diderita. Berilah nasehat dengan lafal dan isi yang jelas.
Sebagai contoh : Sebaiknya Ibu Marto mengurangi kegiatan keluarnya. Banyak
istirahat di rumah dan cobalah untuk menambah jam tidur.
4) Gunakanlah bahasa sesuai dengan latar belakang ataupun usia
penderita. Untuk pasien anak-anak, nasehat dapat diberikan langsung pada anak
dengan bahasa yang sesuai.
Sebagai contoh :Nah dik Rudi, nanti kalau sampai di rumah mainnya sedikit
dikurangi. Tangan adik ini belum boleh banyak bergerak dulu.
5) Pengetahuan tentang faktor resiko suatu penyakit berikut
pencegahannya baik primer, sekunder dan tersier sangat diperlukan dalam
memberikan nasehat, karena pada dasarnya pemberian nasehat bertujuan agar
penyakit segera cepat sembuh, mendukung kesembuhan, tidak menjadi lebih
parah ataupun mencegah terjadinya keparahan yang lebih. Selain itu pengetahuan
tentang perilaku sehat (keyakinan, pengharapan, motif, nilai, persepsi, dan seluruh
elemen kognitif; karakteristik personal yang meliputi status emosi dan pola
perilaku, aksi serta kebiasaan yang berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan,
pemulihan kesehatan dan kemajuan/perkembangan kesehatan) juga diperlukan
dalam memberikan nasehat.
6) Perhatikan pertimbangkan pengetahuan ataupun usaha-usaha
pengobatan yang telah dilakukan oleh pasien/keluarganya.
7) Jangan menggurui.
c. Penyampaian berita buruk
Penyampaian berita buruk yang tidak diharapkan oleh pasien yaitu tentang
kesembuhan penyakit seing dirangkaikan dengan pemberian nasehat dan sugesti.
Berita-berita tentang proses penyakit, proses pengobatan, hasil dari perawatan dan
pengobatan sering tidak sesuai dengan harapan dokter dan pasien. Hal-hal yang
mengakibatkan hasil tersebut tidak memuaskan atau membuat kekecewaan dapat
berasal dari keadaan pasien, kemampuan dokter, fasilitas yang ada, dan proses
penyakitnya itu sendiri.
Untuk menyampaikan berita yang buruk ini tentu saja diawali dengan sambung
rasa yang terbina dulu, dilanjutkan penjelasan yang sesuai. Apabila dirasakan telah
siap menerima, kemudian baru disampaikan berita tersebut dilanjutkan dan disertai
dengan nasehat dan sugesti. Nasehat dan sugesti ini penting dengan harapan pasien
atau keluarga dapat menerima kenyataan dan melanjutkan langkah-langkah
selanjutnya yang harus dilakukan. Kekecewaan dan keterpakuan pada berita yang
disampaikan akan dapat mengganggu dan menghambat langkah selanjutnya.

SKENARIO LATIHAN:
Kasus penyakit hati menahun
Seorang laki-laki 52 tahun, berasal dari Sayung Demak merasakan perut
membesar selama 2 tahun ini perut mbesesseg, terasa penuh. Terasa benjolan keras.
Nafsu makan tidak ada, badan lemes, batuk tidak ada, nafas biasa, kulit berubah
warna kehitaman. Belum pernah imunisasi hepatitis. Selama ini telah sering periksa
dengan mantri kesehatan di desanya dan sering mendapat suntikan.
Sepuluh tahun yang lalu pernah menderita sakit kuning dan pernah kumat
sekali sehingga pernah 2 kali dirawat di RS. Istrinya petani 47 tahun, anaknya 2
orang dan cucu yang tinggal serumah 2 orang dengan umur 1.5 tahun & 3 bulan.
Dari pemantauan penyakit dikatakan hepatoma. Saat ini keluhan berat badan
turun, tidak ada nafsu makan, lemas, pucat & tidak dapat bekerja.
Keluarga pasien meminta kejelasan penyakit & pengobatan yang bisa dilakukan.
Lakukan:
1. Anamnesis penyakit kronis ( mengarah pada hepatoma)
2. Karena tidak ada biaya pasien ingin dirawat jalan di puskesmas (anda sebagai dokter
puskesmasnya) dengan pengobatan suntik setiap hari seperti yang sering dilakukannya
selama ini. Bagaimana pernyataan anda menolak permintaan pasien yang tidak pada
tempatnya?
3. Bagaimana menyampaikan berita buruk mengenai kondisinya (prognosis &
kemungkinan penyembuhan, karena belum ada pengobatan. Bagaimana menerangkan
pencegahan untuk keluarganya?.

Kasus muntah darah


Seorang laki-laki 50 tahun datang dengan muntah darah, lemas dan perut
membesar. Keluahan ini dirasakan 2 hari yang lalu. Penderita tersebut pernah
diarawat 6 tahun yang lalu dipuskesmas dengan HbSAg (+). Tidak pernah kontrol
rutin.
Keluhan lain yang diarasakan adalah mual, perut membuncit, kencing seperti teh
dan sedikit-sedikit, buang air besar hitam. Berat badan turun, payudara membesar.
Riwayat seebelumnya penderita adalah pecandu narkoba dengan suntik &
beberapa bagian tubuhnya terdapat tato.
Salah satu anak yang mengantarnya meminta nasihat kepada anda mengenai
pencegahan & keparahan penyakitnya.

LAKUKAN
1. Anamnesis penyakit kronis (mengarah pada Cirrosis hepatis dengan hematemesis)
2. Rencananya anda akan memasang NGT pada penderita tersebut & merawat pasien di
RS, tetapi pasien menolak dengan alasan masih bisa makan. Bagaimana anda
menerangkan pada pada pasien?
3. Bagaiamana menyampaikan berita buruk pada pasien/keluarganya kaitannya dengan
prognosis ( berita buruk karena penyakitnya telah mengalami komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya) & Bagaiamana memberi sugesti / nasehat pencegahan agar tidak
terjadi pada anggota keluarga lainnya.

III. A. Cek list Penilaian anamnesis kasus penyakit kronis


Nilai
No. Aspek ketrampilan dan medis yang dinilai
0 1 2
Aspek ketrampilan :
Membina sambung rasa & menjaga proses anamnesis:
- Memperlihatkan sikap menerima
1. - Mempersilahkan duduk
- Melakukan cross cek
- Menyebut nama pasien

Aspek medis :
A.Mengumpulkan informasi kasus penyakit kronis:
- Menanyakan nama dan umur
- Menanyakan alamat dan pekerjaan
- Menanyakan keluhan utama/alasan datang
- Mencari kepastian dari keluhan utama
- Menggali riwayat penyakit sekarang
2. - Menggali riwayat penyakit dahulu
- Menggali riwayat penyakit keluarga
- Menanyakan kehidupan sehari-hari
- Menanyakan anamnesis
B. Meruntutkan perjalanan penyakit kronis yang ada:
- Riwayat pengobatan dan perawatan
- Gangguan fisik yang ada akibat penyakit yang diderita

Jumlah
Jumlah poin total : ...
Keterangan :
0 = tidak dilakukan; 1 = dilakukan kurang benar; 2 = dilakukan dengan benar
CHECK LIST KETRAMPILAN MENOLAK PERMINTAAN PASIEN YANG
TIDAK SESUAI

Nilai
No. Aspek ketrampilan dan medis yang dinilai
0 1 2
Aspek ketrampilan :
A.Membina sambung rasa
- Berbicara dengan lafal yang jelas
- Duduk berhadapan dan melakukan kontak mata
- Menunjukkan sikap yang baik dan wajah yang
1.
ramah
B.Memberikan penjelasan tentang penolakan
- Sikap berwibawa
- Memberi penjelasan dengan bahasa yang
mudah dipahami dan tidak menyinggung perasaan
Aspek medis :
- Menanyakan identitas
2. - Menanyakan permasalahan/ringkasan keluhan
- Menanyakan maksud permintaan
- Memberi alasan penolakan yang tepat
Jumlah
Jumlah poin total : ...
Keterangan :
0 = tidak dilakukan; 1 = dilakukan kurang benar; 2 = dilakukan dengan benar

CHECK LIST KETRAMPILAN MEMBERI NASEHAT DAN PENYAMPAIAN


BERITA BURUK

Nilai
No. Aspek ketrampilan dan medis yang dinilai
0 1 2
1. Aspek ketrampilan :
a. Membina sambung rasa
- Mengucapkan salam
- Berbicara dengan lafal yang jelas
- Duduk berhadapan
- Menunjukkan sikap yang baik
- Wajah ramah
- Melakukan kontak mata
- Penuh perhatian
b. Memberikan nasehat sugesti/berita buruk
- Sikap berwibawa
- Menyampaikan keadaan penyakit dengan
bahasa yang mudah dipahami
- Memberikan nasehat dengan bahasa yang
mudah dipahami
Aspek medis :
- Menanyakan identitas
- Menanyakan permasalahan/ringkasan keluhan
2.
- Memberikan penjelasan penyakit yang diderita
- Menyampaikan berita buruk hasil perawatan
- Memberi nasehat sesuai dengan keluhan
Jumlah
Jumlah poin total : ...

Keterangan :
0 = tidak dilakukan; 1 = dilakukan kurang benar; 2 = dilakukan dengan benar

Anda mungkin juga menyukai