Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PUSKESMAS DOKTER INTERNSHIP

F.3 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
PEMASANGAN KB SUSUK (IMPLAN) PADA
AKSEPTOR KB BARU

PUSKESMAS PAJARAKAN

Oleh:
dr. Rossa Indah Rahmawati
Pendamping:
dr. Liliek Ekowati, MM. Kes

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PPSDM KESEHATAN
2016-2017
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Salah satu masalah yang cukup besar di Indonesia adalah tentang jumlah

penduduk yang padat. Hal ini menimbulkan berbagai macam masalah. Untuk itu

pemerintah mencanangkan program keluarga berencana (KB) yaitu program

pemberantasan jumlah anak yakni dua anak untuk setiap keluarga. Program KB di

Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat dan diakui keberhasilannya di tingkat

internasional. Hal ini terlihat dari angka krsertaan ber-KB yang meningkat dari 26% pada

tahun 1980 menjadi 50% pada tahun 1991, dan terakhir 57% di tahun 1997.

Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta

masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran,

pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesehatan keluarga kecil, bahagia dan

sejahtera. Agar dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif

untuk mencegah atau menunda kehamilan. Cara tersebut termasuk kontrasepsi atau

pencegahan kehamilan dan perencananan keluarga. Kontrasepsi yaitu pencegahan

terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi), atau pencegahan menempelnya sel telur

yang telah dibuahi pada dinding rahim .

Pemilihan jenis kontrasepsi didasarkan pada tujuan penggunaan yaitu menunda

kehamilan pasangan dengan istri dibawah 20 tahun, menjarangkan kehamilan (mengatur

kesuburan), mengakhiri kesuburan. Pada saat sekarang ini telah banyak beredar berbagai

macam alat kontrasepsi, khususnya alat kontrasepsi metode efektif yaitu: pil, suntik, IUD

dan implan. Alat kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat yaitu aman pemakaiannya dan

dapat dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada, lama kerjanya dapat diatur
menurut keinginan, tidak mengganggu hubungan seksual, harganya murah dan dapat

diterima oleh pasangan suami istri. Meskipun demikian, masih banyak dari pasangan usia

subur (PUS) yang masih enggan untuk menggunakan alat kontrasepsi, hal ini tidak hanya

karena terbatasnya metode yang tersedia tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang

persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut, berbagai faktor harus

dipertimbangkan termasuk status kesehatan.

Berdasarkan data survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun

2012, tingkat prevalensi pemakaian alat kontrasepsi menunjukan tingkat kesertaan KB di

antara pasangan usia subur mencapai 61,9%. Sebanyak 57,9% di antaranya menggunakan

cara KB modern, hanya meningkat sebesar 0,5% dari 57,4% dalam lima tahun terakhir.

Sementara itu, penggunaan kontrasepsi didominasi oleh alat kontrasepsi jangka pendek,

terutama suntikan, yang mencapai 31,9%.

Tingkat pemakaian metode KB jangka panjang (MKJB), yaitu IUD, implan,

metode operasi pria (MOP/vasektomi) dan metode operasi wanita (MOW/ tubektomi)

hanya sebesar 10, 6%. Data BKKBN Jawa Timur jumlah KB aktif pada bulan Juli 2013,

sebanyak 4327 peserta. Dengan prosentase sebagai berikut : 2.081 peserta suntikan

(48,09%), 833 peserta IUD (19,25%), 677 peserta Pil (15,65%), 422 peserta MOW

(9,75%), 182 peserta kondom (4,21%), 127 peserta implan (2,94%), 5 peserta MOP

(0,12%) (BKKBN, 2013). Berdasarkan informasi data pokok kota Surabaya tahun 2012

jumlah pengikut KB dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami penurunan. Dari total

85.070 akseptor, di tahun 2012 hanya terdata sekitar 76.842 akseptor baru. Dari target

awal yang ditentukan sebanyak 60.417. Namun dalam memilih kontrasepsi, akseptor KB

baru kebanyakan menggunakan suntik, kemudian pil.

Dampak apabila masih banyak pasangan usia subur tidak menggunakan

kontrasepsi yaitu jumlah penduduk semakin besar dan semakin meningkat, kekurangan
pangan dan gizi sehingga menyebabkan kesehatan masyarakat yang buruk, pendidikan

rendah, kurangnya lapangan pekerjaan, tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi

khususnya di negara berkembang. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan prosentase

pemakaian alat kontrasepsi yaitu dengan cara melakukan komunikasi yang efektif,

memberikan informasi dan edukasi (KIE) mengenai manfaat kontrasepsi serta konseling,

hal ini sangat diperlukan dalam pelayanan keluarga berencana.


BAB.II
PERMASALAHAN

1. Pemasangan KB dilakukan pada tanggal 5 juni 2017 di poli KIA di Puskesmas


pajarakan.

2. Penggunaan kontrasepsi belum mencapai 100 %, hal ini dapat di pengaruhi oleh

banyak faktor pertimbangan, antara lain dari faktor pasangan, faktor kesehatan, faktor

pekerjaan, persepsi, efektifitas, persepsi efek samping dan faktor dari metode

kontrasepsi itu sendiri.


BAB.III

PERENCANAAN DAN INTERVENSI

Kegiatan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB) di

Puskesmas Pajarakan adalah program kesehatan dasar minimal yang harus dilaksanakan

setiap Puskesmas. Dimana kegiatan ini ditujukan untuk semua masyarakat yang berada di

kecamatan Pajarakan.
Kegiatan pemasangan Implan pada akseptor KB baru di laksanakan hari rabu. pada

tanggal 5 Juni 2017 di mulai pukul 12.00 sampai selesai. Kegiatan ini meliputi anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemasangan susuk, edukase efek samping penggunaan KB susuk.

BAB IV
PELAKSANAAN

Kegiatan pemasangan implan pada akseptor KB baru dilaksanakan di ruangan KIA

dan KB puskesmas Dringu di ikuti oleh 1 dokter interenship dan 2 orang petugas bidan. Hasil

kegiatan pada tanggal 4 Januari 2017 adalah sebagai berikut :

No Tanggal Nama Pasien Umur Alamat Kunjungan Diagnosis

1 5-6-2017 Ny. Sri 38 Panembangan Baru Pemasangan

Andriani implan

2 5-6-2017 Ny.Mualikah 32 Pajarakan Baru Pemasangan

Kulon implant

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring :
Kegiatan pemasangan implan pada akseptor KB baru dilaksanakan di ruangan KIA

dan KB puskesmas pajarakan berjalan sesuai jadwal dan dimulai tepat pada waktunya.
Petugas kesehatan hadir tepat waktu sebelum pelayanan dimulai.
Evaluasi :
Angka kehadiran pasien pada hari rabu 5 Juni 2016 sebanyak 2 orang akseptor baru

KB implan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Kegiatan pemasangan Implan pada akseptor KB baru yang di laksanakan. pada

tanggal 5 juni 2017 di ruangan KIA dan KB Puskesmas Pajarakan, Kecamatan Pajarakan,

Kabupaten Probolinggo berjalan dengan baik.

Untuk meningkatkan prosentase pemakaian alat kontrasepsi yaitu dengan cara

melakukan komunikasi yang efektif, memberikan informasi dan edukasi (KIE) mengenai

manfaat kontrasepsi serta konseling, hal ini sangat diperlukan dalam pelayanan keluarga

berencana. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu pasien dalam memilih

dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya.

Disamping itu dapat membuat pasien merasa lebih puas.


DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014..WWW.depkes.go.id


Lampiran

Anda mungkin juga menyukai