Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PERLAKUAN PANAS

1. Capaian Pembelajaran Umum:


Mahasiswa mengetahui macam-macam perlakuan panas dan tujuannya,
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil proses perlakuan panas serta
memahami proses perlakuan panas.

2. Capaian Pembelajaran Umum:


Setelah mempelajari mata kuliah ini diharapkan mahasiswa :
Dpat menyebutkan difinisi perlakuan panas secara umum.
Dapat menjelaskan proses Annealing, Normalizing, Hardening dan
Tempering serta penerapannya.
Dapat menyebutkan dan memilih macam-macam media pendingin yang
sesuai dengan penggunaannya pada proses pengerasan pendinginan cepat (
quenching )
Dapat menjelaskan tujuan memanaskan, holding time dan quenching/
pendinginan pada proses perlakuan panas.
Dapat menyebutkan perbedaan hardening dengan case hardening.
Dapat menjelaskan proses kaburizing, flame hardening dan karbonitriding.
Dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi hasil proses perlakuan
panas.

A. Diskripsi.
Rekayasa sifat material logam besi melalui proses perlakuan panas terkadang
diperlukan dalam upaya mempeoleh sifat yang dipersyaratkan produk rancangan. Kita
akan mempelajari cara melakukan rekayasa sifat material baja melalui perlakuan panas
termal dan perlakuan termokimia. Dasar perlakuan panas termal ini tentu harus
dipahami terlebih dahulu seperti diagram Fe Fe3 C dan diagram transformasi fasa
yang sebelumnya telah dipelajari pada Pengetahuan Bahan Teknik 1. Pada bab ini
dibahas prose pengerasan, temper, analling, normalizing dan case hardening.

BUKU AJAR PBT 2, 2014


2

B. Perlakuan panas.
1. Pendahuluan
Perlakuan panas (Heat-treatment) dapat didifinisikan suatu kombinasi
proses pemanasan dan pendinginan logam/ paduanya dalam keadaan padat secara
terkontrol dengan tujuan untuk mempoeroleh sifat tertentu.
Tujuan Perlakuan Panas.
1. Untuk mengeraskan logam (baja) sehingga ketahanan aus dan kemampuan
memotong meningkat.
2. Untuk melunakkan logam (baja) sehingga memudahkan pemesinan lebih lanjut.
3. Untuk menghilangkan tegangan dalam.
4. Untuk memperkecil/memperbesar butir logam (baja) sehingga ketangguhan
ditingkatkan atau dihasilkan permukaan yg keras disekeliling inti yg ulet.

Prinsip proses panas perlakuan Secara umum adalah sebagai berikut :


1. Memanaskan logam/paduannya hingga temeratur tertentu dengan kecepatan
tertentu,(Heating-temperature).
2. Mempertahankan pada temp. pemanasan yang dinginkan dalam waktu tertentu,
(Holding time).
3. Mendinginkan dengan cara tertentu dan media pendingin tertentu.
Ketiga kondisi proses diatas tergantung dari sifat yang ingin dicapai.
Proses ini dapat pula di tunjukan melalui diagram temperatur VS waktu seperti
seperti gambar 1.1.
Temp.

b c
TA Keterangan :

o-b : Pemanasan
TA : Temperatur pemanasan
b-c : Holding time
c-d : Pendinginan

0
Waktu

Gambar 1.1 Diagram Perlakuan Panas Temp. VS Waktu

BUKU AJAR PBT 2, 2014


3

Selama pemanasan dan pendinginan diharapkan pada logam terjadi


perubahan struktur mikro yang pada akhirnya akan diperoleh sifat baru yang kita
inginkan.
Struktur mikro yang terjadi pada akhir proses perlakuan panas dipengaruhi
oleh :
- Proses perlakuan panas yang dilakukan pada bahan.
- Struktur/ kondisi awal material.
- Komposisi unsur dalam material dan hardenability.
Bahan dengan paduan yang komposisi kimianya sama mengalami proses
perlakuan panas yang sama, mungkin akan menghasilkan struktur mikro dan sifat
yang berbeda apabila kondisi awal materialnya berbeda.
Dalam prakteknya terdapat banyak macam proses perlakuan panas yang
dilakukan terhadap berbagai jenis logam/ paduannya.
Secara garis besar proses perlakuan panas dapat dikelompokan menjadi
dua yaitu :
1. Perlakuan panas tapa memodifikasi komposisi unsur material, disebut juga
Perlakuan panas termal. Seperti : Annealing, Normalizing ,Hardening,
Tempering, Flame hardening, Induction hardening dsb.
2. Perlakuan panas dengan memodifikasi komposisi unsur dalam material,
disebut juga Perlakuan panas termokimia. Seperti: Carburizing, Nitriding,
Carbonitriding, Nitrocarburizing dsb

2. Perlakuan panas termal


Bebagai macam proses perlakuan perlakuan panas termal, namun dalam
uraian ini akan dijelaskan proses: Annealing, Normalizing , Hardening, Tempering,
Flame hardening dan Induction hardening.

2.1 Annealing
Macam-macam proses annealing yaitu:
a. Full annealing
b. Recrystallisation annealing
c. Strees relief annealing
d. Spheroidization

BUKU AJAR PBT 2, 2014


4

Secara umum, proses Annealing tujuanya adalah :


Mengurangi kekerasan
Menghilangkan tegangan sisa
Memperbaiki keuletan
Memperbaiki machinability
Memperbaiki ductility
Menghaluskan ukuran butiran.
Penggunaaan proses annealing:
1. Untuk baja tuang yang dituang dalam cetakan pasir yang mana suhu
akan turun perlahan-lahan dan struktur menjadi kasar.
2. Untuk baja hasil dari proses pengerjaan dingin sebelum dikerjakan di
mesin atau deformasi berikutnya.

a. Full annealing
Tujuan :
- Mengurangi sifat getas dengan menghaluskan butiran kristal (grain
refining)
- Melunakkan (mengubah bentuk lapisan sementit didalam pearlit dan
sementit pada batasan-batasan butiran dari baja karbon tinggi menjadi
bentuk bentuk bola).
- Memperbaiki machinability
- Seringkali dimaksudkan untuk menghilangkan tegangan sisa dan
memperbaiki keuletan, misalnya hasil tempa atau material yang
mengalami pemanasan yang berlebihan.
Proses :
Untuk baja hypoeutectoid ( < 0,83 % C ).
Baja dipanaskan 30 600 C ( 50 1000 F ) diatas temp. A3 ( lihat gambar
1.2 ), kemudian ditahan beberapa saat, baru didinginkan sangat lambat
(biasanya didalam dapur dengan kecepatan pendinginan 10 300 C/ jam
atau dalam penyekat panas) sampai tempratur 300 C dibawah A1 , kemudian
didinginkan diudara.

BUKU AJAR PBT 2, 2014


5

Untuk baja hyper-eutectoid ( > 0, 83 % C )


Pada dasarnya sama dengan baja hypo-eutectoid, kecuali pada permulaan
pemanasan hanya sampai daerah austenit + sementit, yaitu pada tempratur
sekitar 30 600 C diatas A1.

Gambar 1.2. Diagram Suhu VS Karbon untuk proses Full Annealing

b. Recrystallisation annealing.
Tujuan :
Melunakan baja hasil pengerjaan dingin, menghilangkan tegangan sisa
memperbaiki sifat mampu bentuk karena adanya rekristalisasi dan
pengembangan bentuk strukturnya.
Proses :
Baja dipanaskan pada suhu kira-kira 7000 C, tahan pada tempratur tersebut
untuk mencapai kelunakan, kemudian didinginkan diudara.
Penerapan :
Untuk baja hasil pengerjaan dingin yang berat seperti cold rolled low
carbon steel, cold drawind, cold wire drawing dan lain lain.

c. Stress-relief annealing.
Tujuan :
Untuk menghilangkan tegangan sisa/tegangan dalam dan memperbaiki
machinability

BUKU AJAR PBT 2, 2014


6

Proses :
1. Benda kerja yang akan di proses dimasukan kedalam kotak yang berisi
beram besi tuang dengan rapi dan merata.
2. Kotak tersebut dimasukan kedalam dapur pemanas atur suhu dan
holding time yang dinginkan.
3. Setelah suhu dan holding time yang diberikan sesuai, dapur dimatikan
dan kita dinginkan perlahanlahan dalam dapur sampai 350C
kemudian dinginkan diudara terbuka.
Untuk Baja karbon dan baja paduan rendah dipanaskan sampai suhu
dibawah A1 (550 650)0C atau ( 600 750 ) 0C untuk baja HSS dan Hot
work tool steel dipertahankan beberapa saat kemudian didinginkan
0
perlahan-lahan (dalam dapur hingga temperatur 500 C) setelah itu baru
didinginkan diudara agar tidak terjadi tegangan akibat perbedaan
temperatur.
Penerapan:
Baja tuang yang tebal dan logam yang mengalami pengelasan.

d. Spheroidization
Tujuan :
Untuk memperoleh sifat lunak ,ulet dan mudah dimensin.
Pada proses ini sementit baik yang ada dalam pearlit maupun sebagai
preutectoid dibuat menjadi spheroidite (bentuk bola-bola kecil). Bila
seluruh sementit berubah bentuk menjadi spheroidite maka struktur yang
tersisa akan menjadi matriksnya adalah ferrite.
Proses :
Untuk baja karbon tinggi (> 0.6% C) dipanaskan perlahan-lahan sampai
mencapai suhu sedikit di bawah daerah kritis A1 dan dibiarkan selama
beberapa waktu. Hasil yang sama dapat diperoleh dengan pemanasan dan
pendinginan berulang di atas dan di bawah daerah Ac1. Sementit yang bulat
meningkatkan kemampuan pemesinan baja. Perlakuan panas ini biasa
diterapkan pada baja hipereutektid yang harus mengalami pemesinan. Untuk
tool steel dan high alloy steel, pemanasan antara 750 8000 C atau lebih

BUKU AJAR PBT 2, 2014


7

tinggi dan dipertahankan pada suhu tersebut untuk beberapa jam, diikuti
oleh pendinginan yang perlahan-lahan.

2.2 Normalizing.
Tujuan :
Untuk mendapatkan butiran halus dan seragam, serta untuk menghilangkan
tegangan dalam akibat pengerjaan mesin.
Penerapan :
Untuk baja-baja konstruksi baja rol, material yang mengalami penempaan atau
benda tuang dengan ketebalan tidak sama/ beragam, karena baja yang
mengalami pengerolan atau penempaan tidak mempunyai struktur yang sama
karena jumlah beban tidak sebanding dan perubahan bentuk pada tahap-tahap
pendinginan yang tidak merata.
Proses :
Memanaskan sampai sedikit diatas suhu kritis atas A3 (10 sampai 600 C
diatas suhu kritis atas) kemudian setelah suhu merata didinginkan diudara.
Gambar 1.3 menunjukan diagram Temperatur VS Carbon Proses Normalizing.

Gambar 1.3. Diagram Temperatur VS Carbon Proses Normalizing

2.3 Pengerasan (Hardening)


Pengerasan baja dilakukan dengan memanaskan hingga mencapai fasa
austenite dan ditahan pada suhu tersebut (untuk memperoleh austenit stabil
secara merata), lalu mendinginkannya dengan kejut (quench). Pendinginan
mendadak (quench) dimaksudkan untuk mengubah fasa austenit menjadi
struktur fasa martesit yang keras, tahan aus.

BUKU AJAR PBT 2, 2014


8

Untuk tujuan diatas ada beberapa persyaratan proses yang perlu


diperhatikan :
1. Jenis Material (Hardenability material).
Secara umum hardenability tergantung pada komposisi kimia bahan.
2. Heating , Pada proses heating ini terdapat 2 tahapan yaitu:
a. Pre heating, iaitu pemanasan awal benda kerja, tujuannya agar tidak
mengalami kejutan atau shock panas. Proses pemanasan awal ini diberikan
sampai suhu 600-700OC secara perlahan lahan. Kemudian diberikan
penahanan suhu beberapa saat sampai suhunya merata seluruhnya, setelah
itu baru dinaikan kesuhu austenit.
b. Final heating, iaitu pemanasan akhir dari suhu mulai transformasi ke
tingkat suhu austenite. Pada kondisi suhu austenit dicapai. diberikan
holding time.
Untuk meperoleh martensite , pada saat pemanasan harus dicapai struktur
austenite, karena hanya austenit yang dapat bertransformasi menjadi
martensit. Tetapi walaupun telah dicapai struktur austenit seluruhnya pada
saat pemanasan, belum tentu kekerasan maksimum dapat dicapai karena
mungkin didalam austenit terlalu banyak karbon yang akan menyebabkan
terdapatnya austenit sisa setelah diquenh.
Untuk menentukan temperatur austenite pada proses pengerasan material,
secara umum; untuk baja karbon yaitu 300 500 C diatas tempertur kritis
A3 untuk baja hypoeutectoid dan 300 500 C diatas tempertur kritis A1
baja hypereutectoid.
3. Holding time, adalah waktu yang diberikan setelah benda mencapai suhu
tertentu secara menyeluruh.
Lamanya holding time ini tergantung pada:
a. Jenis baja dan tempratur austenisasi yang dipakai.
Karena jumlah dan jenis karbida berbeda antara baja yang satu dengan
yang lain.
b. Laju pemanasan .
Misalnya, pemanasan dengan laju pemanasan yang sangat lambat
terhadap baja hypoeutectoid, pada saat mencapai suhu kritis atasnya

BUKU AJAR PBT 2, 2014


9

austenit yang terbentuk sudah homogen sehingga tidak diperlukan lagi


holding time.
Berikut ini diberikan beberapa pedoman untuk menentukan Holding
time untuk berbagai jenis baja secara umum:
Baja konstruksi [Baja karbon dan baja padan rendah yang
mengandung karbida yang mudah larut], diperlukan Holding time 5
- 15 menit.
Baja konstruksi [baja paduan menengah], diperlukan Holding time
15 25 menit.
Low alloy tool steel, memerlukan Holding time yang tepat agar
kekerasan yang diinginkan dapat tercapai. Dianjurkan menggunakan
0,5 menit per millimeter tebal benda alat 10 30 menit.
High alloy chrome steel membutuhkan holding time yang paling
panjang diantara semua baja perkakas dan juga tergantung pada
tempratur pemanasan. Biasanya dianjurkan menggunakan 0,5 menit
permilimeter tebal benda dengan minimum 10 menit dan maksimum
1 jam.
Pada dasarnya tempratur austenisasi dan holding time dapat
ditentukan melalui diagram transformasi untuk pemanasan.
4. Quenching,
yaitu proses pendinginan secara tibatiba (kejut).
Media Pendingin.
Untuk mencapai struktur martensit maka austenit yang terjadi harus
didinginkan ukup cepat, setidaknya dapat mencapai laju pendidinginan kritis
dari baja yang bersangkutan.
Untuk ini baja harus didinginkan dengan media pendingin tertentu.
Ada sejumlah media pendingin yang biasa digunakan dalam proses
pengerasan baja yaitu:
Air
Air adalah media pendingin yang mepunyai cooling capacity yang tinggi
sekali (terjadi pada suhu 300oC yaitu temperatur mulainya terbentuk
martensit) padahal laju pendinginan tertinggi diperlukan pada saat
melewati nose dari kurva transformasi, yaitu sekitar temp 550oC

BUKU AJAR PBT 2, 2014


10

sehingga air murni kurang baik untuk pendinginan baja yang mempunyai
hardenability tinggi. Untuk memperbaiki/menurunkan cooling capacity
dapat dilakukan dengan menambahkan sedikit (510 %) soda atau garam
dapur
Minyak
Pendingin dengan minyak akan lebih lambat dibanding dengan air. Pada
minyak mempunyai cooling capacity tertinggi pada temperatur sekitar
600oC dan agak rendah pada sekitar temperatur pembentukan martensit.
Untuk menaikan cooling capacity minyak dapat dilakukan dengan
menaikan temperaturnya 50o-80oC. Ada banyak macam minyak yang
digunakan untuk pendingin, yang paling murah dan sederhana adalah
minyak mineral dengan kekentalan rendah.
Minyak biasanya digunakan untuk pendinginan baja paduan rendah dan
medium yang ukuran penampangna kecil.
Udara
Udara mepunyai cooling capacity yang rendah, tetapi dalam hal baja
paduan justru menguntungkan karena dengan laju pendinginan yang
rendah, thermal stees akan rendah sehingga benda kerja akan bebas
distorsi maupun retak. Udara digunakan untuk pendinginan baja paduan
tinggi dan baja paduan rendah dngan penampang kecil.
Ada 2 peristiwa yang terjadi pada benda kerja saat di-quenching:
1. Baja akan mengkerut selama kontak pertama dengan media quenching.
2. Baja akan memuai saat akhir quenching ketika mulai bertransformasi ke
martensite.

Gambar 1.4 Rangkaian Proses Pengerasan Termal

BUKU AJAR PBT 2, 2014


11

Ada dua hal penting yang mempengaruhi kekerasan yang dicapai yaitu:
- Waktu penahanan (holding time)
- Temperatur austenisasi (austenizing temperatur)

Gambar 1.5 Pengaruh temp.pemanasan dan holding time terhadap kekerasan

Untuk menghindari tidak tercapainya kekerasan dan retaknya benda


kerja perlu dipertimbangkan hal sebagai berikut;
1. Kecepatan pendinginan.
Kecepatan pendinginan ini dapat dikontrol melalui medium quenching
yang digunakan.
2. Medium quenching.
3. Keadaan benda kerja.

2.4 Tempering
Tempering adalah memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan untuk
menghilangkan tegangan dalam, mengurangi kekerasan dan kerapuhan.
Proses :
Memanaskan kembali berkisar pada suhu 150 6500 C dan didnginkan secara
perlahan-lahan tergantung sifat akhir yang diinginkan.
Berdasarkan tujuan yang dinginkan, tempering dibagi menjadi tiga daerah suhu
pemanasan yaitu :
a. Tempering pada suhu rendah ( 150 300 ) oC.
Tujuanya : Hanya untuk mengurangi tegangan-tegangan kerut dan
kerapuhan.

BUKU AJAR PBT 2, 2014


12

Tepering pada suhu ini digunakan untuk bahan yang tak mengalami beban
yang berat seperti alat potong dan mata bor yang dipakai untuk kaca dan
lain-lain.
b. Tempering pada Suhu Menengah ( 300 500 ) oC.
Tujuan : Meningkatkan keuletan dan kekerasannya sedikit berkurang.
Tepering pada suhu ini dilakukan pada alat-alat kerja yang mengalami
beban yang berat, seperti palu, pahat, pegas dan lainnya.
c. Tempering pada Suhu tinggi (500 650 ) oC.
Tujuan: Untuk memberikan daya keuletan yang besar dan sekaligus
mengurangi kekerasan.
Proses ini digunakan pada roda gigi, poros, batang penggerak dan lain-lain.

2.5 Pengerasan dengan Nyala Api (flame hardening)


Sumber panas berasal dari:
Nyala api oxy acetylene, propana oxygen atau gas alam dengan
menggunakan burner las. Proses ini sangat cepat untuk menghasilkan permukaan
yang keras dari baja yang kandungan carbonnya lebih dari 0,4%. Permukaan
baja dipanaskan dengan cepat sehingga suhu kritisnya dengan perentaraan
semburan api, kemudian segera diquenching untuk mendapatkan struktur
martensit seperti ditunjukan pada gambar 1.6. Setelah quenching, perambatan
panas dari inti kepermukaan baja sudah cukup untuk tempering lapisan
perukaannya.
Proses ini banyak digunakan terutama untuk memperkeras poros-poros
pendukung.

Gambar 1.6 . Prinsip flame hardening

BUKU AJAR PBT 2, 2014


13

Kedalaman pengerasan tergantung dari:


o Kecepatan pemanasan
o Konduksi panas dari permukaan ke tengah
o Besar flame
o Material dasar
Beberapa kesulitan yang sering dialami pada proses pengerasan dengan nyala
api sehingga menimbulkan oksidasi dan over heating ialah:
Mengontrol temperatur
Waktu pemanasan terlalu lama
Nyala api terlalu dekat dengan benda kerja
Apinya terlalu besar
Apinya terlalu banyak oksigen
Tekanan bahan bakarterlalu besar
Bentuk nyala api kurang baik.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemanasan nyala api:


1. Daerah yang akan dipanaskan harus bersih dan bebas dari kerak atau
kotoran lain
2. Keseimbangan campuran gas harus diperhatikan sehingga besarnya nyala
api dapat dikontrol sedemikian rupa sehingga baja yang dipanasi dapat
mencapai temperatur austenisasi.
3. Nyala diusahakan sekitar 8 mm diatas benda kerja dan membuat sudut
sekitar 60 90o dengan bidang datar dan 15-30o dengan arah umpan dan
digerakan secara teratur dengan kecepatan cukup agar temperatur bagian
yang dipanaskan tidak turun.
4. Dianjurkan untuk melakukan proses tempering setelah pengerasan.

2.6 Pengerasan induksi (Induction hardening)


Pada prinsipnya induction hardening sama dengan flame hardening, hanya
saja disini pemanasan dihasilkan oleh arus induksi yang terjadi karena adanya
medan magnit yang berubah-ubah dengan sangat cepat. Untuk menimbulkan
pemanasan pada permukaan suatu benda kerja maka benda kerja diletakan
didekat koil yang dialiri arus listrik bolak balik frequensi tinggi.

BUKU AJAR PBT 2, 2014


14

Gambar 1.7 Prinsip Induction Hardening

Tebal kulit yang menjadi keras tergantung pada ketebalan permukaan yang
mengalami pemanasan yang mengalami pemanasan sampai ke temperatur
austenit sebelum diquench, kondisi ini terutama tergantung pada intensitas
pemanasan oleh arus induksi atau frequensi arus bolak balik dan lamanya
pemanasan seperti diperlihatkan tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Effect of Frequency on depth of Case Hardness
Frequency Hz Theoretical Depth Of Practical Depth
Penetration Of case Hardness, inch
of electrical Energy, inch.
1.000 0.059 0.180 to 0.350
3.000 0.035 0.150 to 0.200
10.000 0.020 0.100 to 0.150
120.000 0.006 0.060 to 0.100
500.000 0.003 0.040 to 0.080
1.000.000 0.002 0.010 to 0.030
From Metals Hand Book Vol. 2. p 180 American Society for Metals, 1964

Kedalaman pemanasan tergantung dari:


- Daya dan frekuensi arus listrik, makin tinggi frekuensi kedalaman makin
dangkal
- Kandungan karbon benda uji.
Keuntungan proses induksi ini adalah:
- Pengerasan besifat setempat
- Waktu pemanasan singkat
- Kemungkinan terjadi deformasi kecil

2. Perlakuan panas termokimia.


Perlakuan panas termokimia, umumnya dimaksudkan untuk meningkatkan
kekerasan pada bagian permukaan material untuk ini pula proses ini dikenal dengan

BUKU AJAR PBT 2, 2014


15

pengerasan permukaan (Surface/Case Hardening) termokimia. Dalam proses


perlakuan panas ini logam dipanaskan didalam ruang pemanas yang tertutup dan
dilingkungan yang mengandung unsur kimia tertentu sehingga terjadi difusi.
Tujuan Utama
Meningkatkan sifat ketahanan aus dan ketahanan lelah permukaan.
Berdasarkan bentuk fisik bahan carburizernya dikenal tiga cara karburisasi yaitu:
Solid (pack) Carborizing, Liquid carborizing dan Gas Carborizing.
Ada beberapa cara dalam melakukan proses case/surface hardening termokimia,
yaitu:
a. Pack-Carburizing
b. Nitriding ( penambahan nitrogen )
c. Carbonitriding (penambahan karbon dan nitrogen)
d. Cyaniding

a Pack Carburizing.
Pack Carburizing dilakukan pada baja karbon dengan kandungan karbon yang
rendah (0.15 0.25 % C), karena baja ini tidak dapat dikeraskan denga cara
konvensional.
Proses pengerasan permukaan ini dibagi menjadi 2 tahapan yaitu :
Tahap I : Carburization ( karburisasi ) dan
Tahap II : Queching ( pendinginan cepat ).
Karburisasi dilakukan dengan memanaskan benda kerja dalam lingkungan yang
banyak mengandung karbon aktif, sehingga karbon dapat berdifusi masuk
kepermukaan.

Gambar 1.8 Pack carburizing

BUKU AJAR PBT 2, 2014


16

Dilakukan dengan memanaskan benda kerja didalam kotak tertutup rapat yang
berisi carborizing compond. Temperatur pemanasan dilakukan sampai 825 925
o
C (tergantung baja yang proses) selama beberapa jam.

Proses kimia karburisasinya:


Oksigen dari udara <=> karbon dari medium => CO2
CO2 + C 2CO
Pada permukaan baja CO mengurai sebagai berikut:
2CO CO2 + C.
Dimana C yang terbentuk ini berupa karbon atom (carbon nascent) yang dapat
berdifusi masuk kedalam fase austenit baja.
Untuk mempercepat reaksi dapat ditambahkan aktivator/energizer:
- BaCO3
- BaO
- K2SO4 dan K4Fe(CN)6
Komposisi campuran antara energizer dengan arang kayu adalah:
Komposisi 1 60% arang kayu
40% BaCO3
atau
komposisi 2 45% arang kayu
50% BaCO3
5% K4Fe(CN)6
Energizer berfungsi sebagai pembentuk atau pemercepat pembentuk gas CO:
BaCO3 BaO + CO2
CO2+C 2CO
Gas CO yang terbentuk larut kedalam fasa austenit atau bereaksi dengan Fe
menjadi:
3Fe + 2CO Fe3C + CO2
Sebenarnya tanpa energizerpun dapat terjadi karburisai, karena pada
temperatur yang tinggi karbon akan teroksidasi oleh oksigen yang terperangkap
dalam kotak menjadi CO2 .

BUKU AJAR PBT 2, 2014


17

Dengan adanya energizer, proses akan lebih muda berlangsung, karena


walaupun udara yang terperangkap dalam kotak sangat sedikit, energizer
menyediakan CO2 yang akan segera mulai mengaktifkan reaksi selanjutnya .
Reaksi dekomposisi BaCO3 :
BaCO3 BaO + CO2
CO2 + C 2 CO (terbentuknya CO2 yang asli akan bereaksi
denga karbon didalam serbuk arang yang menghasilkan CO aktif ).
Tebalnya bagian yang mengalami penambahan karbon (depth of carburization )
tergantung pada karbon potensial bahan yang diproses, temperatur pemanasan
dan waktu/ lamanya pemanasan seperti ditunjukan pada gambar 1.9.

Gambar 1.9 Perbandingan ketebalan bagian mengalami kekerasan


dengan variasi waktu pemanasan.

Setelah proses karburisasi dilanjutkan pengerasan (quenching) , tebalnya


bagian permukaan benda yang menjadi keras (depth of case hardening = DC)
dapat diperkirakan melalui grafik yang ditunjukan pada gambar 6 atau dengan
menggunakan rumus umum dari proses difusi seperti berikut :

DC k t Dimana:
DC = Depth of Case
t = Time in hours.
k = Konstanta difusi.
Temperatur, oC 875 900 925
Konstanta, k 0,34 0,41 0,52

BUKU AJAR PBT 2, 2014


18

Gambar 1.10 Case Depth Vs Lamanya dan Temperatur Karburisasi

Teknis Pelaksanaan proses Pack Carburizing ada 3 Cara yaitu:


1. Pencelupan Langsung dari suhu karburisasi.
2. Pendinginan kesuhu ruang kemudian dipanaskan pada suhu austenit dan
quenching (single quenching).
3. Di quenching pada suhu karburisasi dipanaskan kembali pada suhu
austenit kemudian diquenching (double quenching).

b Nitriding
Baja yang di nitriding adalah khusus baja paduan rendah yang mengandung
aluminium, choromium dan molibdenium dan disertai kandungan nikel dan
vanadium.
Akan lebih efektif bila baja yang akan dinitriding mengandung kira-kira
0,85-1,5 % aluminium atau mengandung chrome 5% atau lebih. Prosesnya: baja
dipanaskan pada 5000 C. Selama 40 hingga 90 jam dalam kotak gas yang diisi
sirkulasi gas ammonia (gambar 1.11). Permukaan baja akan menjadi sangat
keras (70 HRC) karena terbentuknya nitrida, sedangkan inti bahan tetap tidak
terpengaruh. Ketebalan bagain yang bertambah kekerasannya 0,25 0,5 mm.

BUKU AJAR PBT 2, 2014


19

Kawat pijar

Ruang dapur Nitriding

Air
NH3

Dapur dipanasi dengan listrik

Gambar 1.11. Dapur Nitriding

c. Carbo-nitriding.
Karbonitriding dapat dianggap sebagai modefikasi dari gas karburizing
menggunakan karbon monoksida dan gas hidrokarbon yang diperkaya dengan
gas ammonia (NH3). Dengan demikian yang berdifusi bukan hanya karbon
melainkan juga netrogen shg akan meningkatkan hardenability dan quenching
tidak perlu terlalu drastis pendinginannya (dapat dilakukan dengan Oil
quenching). Proses difusi ini dapat berlangsung pada suhu yang lebih rendah
(760o -927oC.
Lapisan yang tahan aus mempunyai kedalaman antara 0.07 mm sampai 0,5
mm dengan kekerasan diatas 70 HRC. Keuntungan karbonitriding ialah bahwa
kemampuan pengerasan lapisan luar meningkat dan kemungkinan terjadinya
distorsi/ retak akan lebih rendah.

d. Cyaniding
Cyaniding dapat dianggap sebagai modifikasi liquid carburising dilakukan
dengan menggunakan salt bath seperti pada liquid carburising, tetapi dengan
konsentrasi Sodium cyanide (garam sianida) yang mempunyai titik cair lebih
rendah (615oC) shg temperatur pemanasan yang lebih rendah. Reaksi yang terjadi
pada salt bath juga sama dengan yang terjadi pada liguid carburising hanya saja
karena temperatur pemanasan yang lebih rendah maka difusi nitrogen cukup
banyak. Contoh, dengan salt bath yang mengandung 25 45 % NaCN pada

BUKU AJAR PBT 2, 2014


20

pemanasan 550 600 oC dan holding time 5- 30 menit akan diperoleh bagian kulit
(case) yang keras sangat tipis yaitu 0,02 0,04 mm.
Proses pengerasan: baja dimasukkan ke dalam dapur yang mengandung
garam cyanida natrium, suhunya sedikit di atas daerah Ac1. Lama pemanasan
tergantung pada permukaan yang akan dikeraskan. Benda kemudian dicelupkan
dalam air atau minyak untuk mendapatkan permukaan yang keras. Tebal lapisan
berkisar antara 0,10 sampai 0,40 mm. Cyaniding terutama diterapkan untuk
perlakuan panas bagian-bagian yang kecil. Kulit ini memiliki kekerasan yang tinggi
(65HRC).

C. Rangkuman
Perlakuan panas merupakan proses mengubah sifat material melalui rekayasa fasa
struktur mikro melalui pemanasan dan pendinginan. Banyak sekali proses perlakuan
panas yang dapat dilakukan namun masing-masing mempunyai sasaran sifat tertentu
yang dapat direkayasa. Pengubahan sifat material baja dapat dilakukan dengan proses
perlakuan panas termal dan termokimia. Perlakuan panas termokimia dimaksudkan
untuk mengubah sifat dibagian permukaan bahan saja sehinga perlakuan panas
termokimia dikenal dengan case hardening atau pengerasan kulit.

D. Soal Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan:
a. Titik kritis b. Temper
c. Pengerasan Pengerasan nyala api d. Hardenability.
2. Apakah martensit itu ? Bagaimana bentuknya bila dilihat dibawah mikroskop.
3. Jelaskan proses pengerasan termal . Hal apa yang menentukan kekerasan maksimum
yang dapat dicapai sepotong baja?
4. Apakah tujuan aniling , jelaskan prosesnya .
5. Apakah perbedaan normalisasi dan spheroidisasi?
6. Uraikan proses karburisasi. Apakah proses cyanidisasi dapat diterapkan pada sumua
jenis baja ? Jelaskan !
7. Apakah diagram transformasi isotermal ? Apakah kegunaannya ?
8. Jelaskan pengaruh kadar karbon atas kemampuan pengerasan baja.
9. Mengapa temper dapat menurunkan kekuatan tarik ?
10. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kekerasan pada proses pengerasan induksi ?

BUKU AJAR PBT 2, 2014

Anda mungkin juga menyukai