PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian bencana?
2. Apakah macam-macam bencana?
3. Bagaimanakah dampak bencana terhadap kelompok anak?
4. Bagaimanakah intervensi pada anak pasca bencana?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengerttian bencana.
2. Untuk mengetahui macam-macam bencana.
3. Untuk mengetahui dampak bencana terhadap kelompok anak.
4. Untuk mengetahui intervensi pada anak pasca bencana.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BENCANA
Bencana adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau karena
ulah manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang
menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan
(WALHI,2008). Berdasarkan waktu terjadinya, bencana dikelompokkan
menjadi dua :
3
3. Faktor Manusia
Juga merupakan salah satu ancaman. Perilaku atau ulah manusia
dalam pengelolaan lingkungan seringkali menjadi faktor datangnya
bencana itu sendiri. Contoh : banjir, efek rumah kaca, konflik
sosial.
4. Kerawanan Wilayah
Beberapa alasan kerawanan wilayah Indonesia dari bencana alam
adalah sebagai berikut:
Berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia
(lempeng Eurasia, India Australia, dan Samudra Pasifik)
Berada pada pertemuan tiga sistem pegunungan (Alpine
Sunda, Circum Pacific dan Circum Australia), dengan lebih
dari 500 gunung api, 128 gunung di antaranya masih aktif
Merupakan negara kepulauan dengan 2/3 wilayahnya
merupakan perairan
Memiliki sekitar 500 sungai besar dan kecil, di mana 30%
di antaranya melintasi wilayah padat penduduk
Tata ruang wilayah belum tertib
Banyak terjadinya penyimpangan pemanfaatan kekayaan
alam.
B. RAGAM BENCANA
Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di
permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan
kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan
untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi
tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa
bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu
sudah terlalu besar untuk dapat ditahan
4
Tsunami
Tsunami (bahasa Jepang: ; tsu = pelabuhan, nami =
gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan")
adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan
permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang
berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut,
longsor bawah laut. Anonymous, Wikipedia.
(http://id.wikipedia.org/wiki/tsunami)
Banjir
Bencana ini muncul setiap tahun tatkala Musim Hujan tiba
dengan curah hujan yang tinggi. Bencana ini melanda dataran
rendah di sekitar aliran sungai atau di dataran banjir atau di
pemukiman yang buruk sistem drainasenya. Di daerah pesisir,
genangan banjir ini dapat saling memperkuat dengan banjir
karena pasang surut. Daerah yang terkena bencana banjir ini
dapat meluas dan banjir dapat makin hebat seiring dengan
kerusakan di daerah aliran sungai atau kerusakan lingkungan.
Anonymous, Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/banjir)
Kebakaran
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar
pada tempat, situasi dan waktu yang tidak kita hendaki, merugikan
dan pada umumnya sukar dikendalikan. Jadi api yang menyala di
tempat-tempat yang dikehendaki seperti kompor, furnace di
industri dan tempat atau peralatan lain tidak termasuk dalam
kategori kebakaran.
5
Gunung Api
Merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di
dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang
bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di
dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni
diperkirakan lebih dari 1.000 C. Cairan magma yang keluar dari
dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa
mencapai 700-1.200 C. Letusan gunung berapi yang membawa
batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau
lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90
km.
Anonymous,Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/gunung_api)
Tanah Longsor
Bencana tanah longsor atau gerakan tanah terjadi setiap
tahun bertepatan dengan Musim Hujan. Daerah-daerah yang
terancam oleh bencana ini adalah daerah pegunungan atau
perbukitan yang berlereng terjal. Bencana ini dapat makin hebat
seiring dengan meningkatnya kerusakan lingkungan di sekitarnya.
Anonymous, Wikipedia
(http://id.wikipedia.org/wiki/tanah_longsor)
Perubahan iklim
Perubahan Iklim ialah perubahan suhu, tekanan udara,
angin, curah hujan, dan kelembaban sebagai akibat dari Pemanasan
Global. Pemanasan Global ialah mningkatnya temperatur rata-rata
bumi sebagai akibat dari akumulasi panas di atmosfer yang
disebabkan oleh Efek Rumah Kaca. Hubungan Perubahan Iklim,
Efek Rumah Kaca, dan Pemanasan Global adalah Efek Rumah
Kaca menyebabkan terjadinya Pemanasan Global yang dapat
6
menyebabkan Perubahan Iklim. Hubungan di antara ketiganya
adalah hubungan sebab-akibat. Anonymous, WWF (wwf.or.id)
7
terbangun, status sosial ekonomi, genderm etnik, umur status kesehatan,
pekerjaan, pendidikan, jaringan sosial, kemampuan akses, dll (Cutter,
Boruff, and Shirley 2003). Dalam hal ini yang termasuk kategori rentan
adalah orang miskin, perempuan, etnis minoritas, lansia, dan terlebih anak.
Kelompok ini dikategorikasn sebagai kelompok yang rentan pada
kerusakan, kehilangan, penderitaan, dan kematian dalam bencana (Wisner
et al. 2004).
Anak mengalami kecemasan dan ketegangan yang dirasakan oleh
orang dewasa di sekitarnya. Dan seprti orang dewasa, anak mengalami
perasaan yang tidak berdaya dan tidak dapat mengonrol stres yang
ditimbulkan oleh bencana. Tapi tidak seperti orang dewasa, anak
mempunyai pengalaman yang sedikit untuk membantu mereka meletakkan
situasi mereka saat ini ke dalam suatu perspetif. Children sense the anxiety
and tension in adults around them.
Setiap anak mempunyai respon yang berbeda terhadap bencana,
tergantung pada pemehaman dan pengertian mereka, tetapi sangatlah
mudah melihat bahwa peristiwa seperti ini dapat menciptakan kecemasan
yang luar biasa pada semua anak karena mereka berpikir bahwa bencana
adalah sesuatu yan mengancam dirinya dan orang yang mereka sayangi.
a. Deteksi Dini : Kerentanan Psikologis
Terpisah dari keluarga pada saat terjadi dan sesudah bencana,
kehilangan orangtua ataupun orang yang disayangi, tinggal dalam
lingkungan asing, menimbulkan gangguan psikis yang tanda-tandanya
dapat dikenali dari uraian di bawah ini.
1) Kerentanan Psikologis Pada Anak Pra sekolah
Tanda-tanda anak pra sekolah (1-4 tahun) mengalami
gangguan psikis adalalah adanya perilaku ngompol, gigit jempol,
mimpi buruk, kelekatan, mudah marah, temper tantrum, perilaku
agresive hiperaktif, baby talk muncul kembali ataupun semakin
meningkat intensitasnya (Norris et al. 2002).
8
2) Kerentanan psikologis Anak Usia Sekolah (5-12)
Anak usia ini menunjukkan adanya reaksi ketakutan dan
kecemasan, keluhan somatis, gangguan tidur, masalah dengan
prestasi sekolah, menarik diri dari pertemanan, apatis, enggan
bermain, PTSD, dan sering bertengkar dengan saudara
(Mandalakas, Torjesen, and Olness 1999).
9
penyakit pernapasan, dan penyakit kulit. Akses air bersih dansanitasi
yang kurang membuat bayi sangat mudah terkena diare. Deteksi dini
bisa dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap perubahan
kondisi kesehatan anak.
Kesehatan reproduksi anak perempuan juga suatu hal yang
perlu dicermati. Usia yang secara biologis mulai matang
membutuhkan piranti tersendiri utnuk bisa hidup secara sehat.
Faktor sosial juga menimbulkan kerentanan fisik pada anak.
Dalam keadaan stress orang tua ataupun lingkungan lebih mudah
mengekspresikan emosinya pada individu yang lebih lemah, dalam hal
ini anak. Banyak ditemui di kamp pengungsian bahwa anak
dieprlakukan sebagai subyek kekerasan yang dilakukan oleh
orangtuanya. Luka-luka di bagian tubuh maupun perilaku menarik diri
menjadi tanda penting adanya kemungkinan kekerasan fisik pada
anak.
10
Table 1. Jenis Kerentanan yang dialami anak dalam bencana
11
menjelaskan jatidiri mereka, seperti nama orangtua, asal-usul,
dsb. Anak-anak ini kebanyakan dipelihara oleh orang yang
menemukan mereka atau tinggal dalam lingkungan pengungsian
tanpa perlindungan.
12
dll) f. Karakteristik anak yangtidak ramah
g. Minimnya persiapan (umur, gender, ras, dll) g. prestasi rendah
tanggap bencana g. Size, strength, stage of h. kehilangan orangtua
h. Stress orangtua h. development i. permintaan
i. rendahnya dukungan i. stress orangtua pekerrjaan yang
sosial j. lingkungan shelter meningkat
j. adanya stressor yang tidak sehat
tambahan
k. ketrampilan coping
randah.
13
Tindakan intervensi pertama yang dilakukan untuk meminimalisasi
dampak factor resiko dan factor kerentanan adalah dengan memenuhi
kebutuhan dasar anak, yaitu dengan:
1. Intervensi kerentanan fisik
Kebutuhan fisik anak berbeda dengan kebutuhan fisik anak,
dimana factor gizi sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang fisik
anak. Susu formula untuk bayi tidak dianjurkan diberikan sebagai
intervensi karena yang paling aman adalah ASI. Kebutuhan kesehatan
reproduksi anak perempuan yang menjelang akhil balik perlu
diperhatikan. Imunisasi untuk bayi juga menjadi standar pemberian
intervensi pasca bencana untuk mencegah bayi terkena penyakit komplek
yang sangat rawan terdaat di lingkungan tempat tinggal darurat.
14
memfasilitasi kembalinya anak ke sekolah dan rumah dan menangani
keamanan dan keslamatan anak yang terkait di dalamnya. Termasuk di
dalamnya adalah perlindungan anak dari perdagangan anak, obyek
pelecehan seksual, dan kekerasan fisik yang dialami anak dalam situasi
keluarga yang penuh dengan ketegangan.
15
b. Menggalakkan pelaksanaan penjajagan resiko tingkat lokal dan program
kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembaga-
lembaga pendidikan lanjutan.
c. Menggalakkan pelaksanaan program dan aktivitas di sekolah-sekolah
untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir efek bahaya.
d. Mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang
pengurangan resiko bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu,
misalnya: para perancang pembangunan, manajer tanggap darurat,
pejabat pemerintah tingkat lokal, dan sebagainya.
e. Menggalakkan inisiatif pelatihan berbasis masyarakat dengan
mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana mestinya
untuk meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi dan
menghadapi bencana
f. Memastikan kesetaran akses kesempatan memperoleh pelatihan dan
pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan.
g. Menggalakkan pelatihan tentang sensitivitas gender dan budaya sebagai
bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang
pengurangan resiko bencana.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bencana berdampak pada perkembangan anak, tidak saja merusak
kegiatan dan kebiasaan sehari-hari anak, bencana mengakibatkan
tertundanya sekolah dan akhirnya perkembangan pendidikan anak,
kesempatan sosial anak, dan meningkatnya tekanan pada stress hidup
sepeerti penyakit, kekerasan keluarga, dan alcohol. (Silverman and La
Greca 2002). Bencana juga mengakibatkan anak terpisah dari
orangtuanya, dari anggota keluarga, dan juga temannya. Mengakibatkan
kematian orang-orang yangdicintai dan akhirnya memaksa anak untuk
tinggal dengan lingkungan yang tidak familiar bahkan tidak bisa
menerima mereka. Efek negative ini jelas mempunyai pengaruh yang
buruk dagi kesehatan fisik dan emosioal anak sebagai well being.
Meskipun anak mempunyai kerentanan tinggi terhadap bencana,
mereka bukan korban yang pasif. Anak dan pemuda dapat secara aktif
terlibat dalam kegiatan tanggap bencana di sekolah, dirumah an di
masyarakat untuk meminimalkan resiko yang mungkin akan mereka
hadapi dalam bencana. Memasukkan disaster risk reduaction di sekolah
adalah cara yang bagus untuk menjangkauketerlibatan anak. Anak-anak
ini akan saling berkomunikasi mengenai informasi resiko dengan teman
sebaya dan anggota keluarga. I Untuk mendidik anak mengenai bencana
dan melibatkan mereka dalam kegiatan persiapan, materi harus disiapkan
sesuai dengan umur. Materi ini dikembangkan dan diseminasi melalui
media elektronik. Anak juga mungkin mempunyai ide praktis dan kreatif
dalam membantu keluarga dan masyarakat sekitar untuk pulih dari
bencana. Bencana menghancurkan ruang fisik anak dalam tumbuh belajar
dan bermain rumah mereka, lingkungan sekitar, sekolah, taman dan
tempat bermain. Namun demikian orang dewasa jarang bertanya pada
anak mengenai bagaimana mereka menginginkan ruang fisik mereka
17
dibangun.Sistem dapat dibangun untuk melibatkan suara anak dalam
pengambilan keputusan ini. Ada perbedaan antara mendengarkan anak
berbicara dan menyimak apa yang mereka katakan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Adeney, Farsijana. (2007). Perempuan dan Bencana. Yogyakara : Selendang Ungu Press
Lubis, Misran. (2010). Perlindungan Anak Dalam Situasi Bencana. Diakses tanggal 30
April 2012 dari http://www.ccde.or.id
19