Anda di halaman 1dari 5

BAB I

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Meningioma adalah salah satu tumor yang tumbuh

dari membran protektif, disebut meninges, yang

mengelilingi otak dan syaraf tulang belakang.

Kebanyakan meningioma bersifat benign (bukan kanker)

tetapi beberapa dapat menjadi malignan (Mayfield

Clinic, 2009).

Berdasarkan artikel dari Mayfield Clinic (2009),

sekitar 20% dari semua tumor otak primer dan 12% dari

semua tumor syaraf tulang belakang merupakan

meningioma.

Meningioma dapat terjadi pada anak-anak, tetapi

kebanyakan terjadi pada dewasa antara usia 40 sampai 60

tahun. Meningioma malignan seringkali terjadi baik pada

pria maupun wanita sedangkan meningioma benign banyak

ditemukan pada wanita (Mayfield Clinic, 2009).

Selain bertambahnya usia, faktor yang paling

konsisten terkait dengan resiko meningioma adalah

11
12

paparan radiasi ion; banyak faktor resiko lingkungan,

gaya hidup dan genetik lainnya telah diteliti dengan

hasil yang kurang meyakinkan.

Beberapa penemuan mengindikasikan adanya

hubungan antara hormon-hormon dan risiko meningioma

antara lain peningkatan insidensi penyakit pada wanita

dibandingkan pria (2:1), ditemukannya reseptor

esterogen dan reseptor progesteron pada beberapa

meningioma, potensi hubungan antara kanker payudara

dengan meningioma, asosiasi dalam beberapa penelitian

antara hormon eksogen atau endogen dengan risiko

meningioma, serta laporan kemungkinan perubahan ukuran

meningioma pada siklus menstruasi, masa kehamilan dan

status menopaus (Claus et al., 2008).

Meskipun tidak sepenuhnya tidak mungkin, sejauh

ini belum ada laporan yang menyatakan ada nya hubungan

status reseptor progesteron dengan variabel seperti

usia, lokasi tumor, reseksi pertama kali dan subtipe

histologi (Roser et al., 2004).

Sedangkan penelitian meningioma di RSUP dr.

Sardjito telah dilakukan sebelumnya, tetapi belum ada

penelitian yang secara spesifik mencari perbedaan

reseptor progesteron meningioma pada faktor usia dan


13

jenis kelamin. Data dari instalasi Patologi Anatomi

RSUP dr. Sardjito pada tahun 2001-2005 terdapat 14

kasus meningioma dan mengalami peningkatan pada tahun

2005-2008 menjadi 36 kasus. Dengan mempertimbangkan

hal-hal tersebut di atas, penelitian ini bertujuan

untuk melihat adanya perbedaan ekspresi reseptor

progesteron pada berbagai usia dan jenis kelamin pasien

meningioma RSUP dr. Sardjito pada tahun 2011-2012.

I.2 Perumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan ekspresi reseptor progesteron

dengan usia pada meningioma jinak orbitokranial?

2. Apakah ada perbedaan proporsi ekspresi reseptor

progesteron antara pasien meningioma orbitokranial

laki-laki dengan wanita?

I.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan rerata usia pasien meningioma dengan

ekspresi progesteron positif dan negatif


14

2. Perbedaan proporsi ekspresi reseptor progesteron

antara pasien meningioma orbitokranial laki-laki dengan

wanita

I.4 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai perbedaan ekspresi reseptor

progesteron pada berbagai usia dan jenis kelamin pasien

telah dilakukan sebelumnya.

Semua data penelitian yang tersedia pada

literatur menunjukkan tingginya ekspresi reseptor

progesteron pada pasien wanita (Gursan et al., 2002)

(Fewing et al., 2000) (Brandis et al., 1993) (Hsu et

al., 1997) (Cahill et al., 1984) (Carroll et al., 1993)

tetapi penelitian-penelitian ini memasukkan sejumlah

besar meningioma atipikal dan malignan yang kebanyakan

tidak ditemukan ekspresi reseptor progesteron di

dalamnya.

Selain itu penelitian Blankenstein et al., (2000)

mengenai keberadaan, regulasi dan makna reseptor

progesteron pada 396 pasien meningioma di Belanda

menyatakan bahwa perbedaan level reseptor progesteron

antara laki-laki dengan wanita semakin jelas dan secara

statistik telah menunjukkan perbedaan yang signifikan.


15

Mukherjee et al., (2011) juga meneliti ekspresi

reseptor progesteron pada 60 kasus meningioma yang

ditemukan di Kolkata, India secara retrospektif.

Ekspresi reseptor progesteron kemudian dihubungkan

dengan perbedaan tipe histologis, derajat, meningioma

rekuren maupun non-rekuren. Penelitian ini menggunakan

teknik imunoperoksidase standar.

Penelitian mengenai reseptor progesterone dengan

usia pasien meningioma sebelumnya telah dilakukan oleh

Roser et al., (2005) di Jerman. Dari hasil penelitian

tersebut ditemukan bahwa status ekspresi progesteron

dan proliferasi meningioma jinak tidak tergantung pada

usia pasien.

I.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai landasan bagi penelitian lebih lanjut mengenai

patogenesis meningioma. Dengan diketahuinya ekspresi

reseptor progesterone pada jaringan tumor meningioma

dan perbedaannya pada berbagai usia dan jenis kelamin

pasien, temuan penelitian ini dapat menegaskan peran

hormon dalam meningioma dan menjadi salah satu bahan

pertimbangan dalam tatalaksana meningioma.

Anda mungkin juga menyukai