Anda di halaman 1dari 28

Penyusunan Rencana Strategis

Pengembangan Sekolah (SDP)


PANDUAN TEKNIS

SED-TVET
KATA PENGANTAR

1|H a l
DAFTAR ISI

2|H a l
BAB I
PENDAHULUAN

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan penyiapan siswa untuk
memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.

Sebagai bagian dari sistem pendidikan menengah kejuruan, SMK memiliki tujuan khusus, antara lain:

1) Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi
lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan
kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya,
2) Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi,
beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlian
yang diminatinya,
3) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu
mengembangkan diri di kemudian hari secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang
lebih tinggi,
4) Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian
yang dipilih.

Dalam melaksanakan proses pendidikan kejuruan, SMK diharapkan selalu selaras secara simbiosis
dengan dunia usaha dan dunia industri, karena pendidikan kejuruan harus mampu menyiapkan peserta
didik agar mampu menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri dan menjadi tenaga kerja yang
memiliki kemampuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri. Keselarasan antara pendidikan
kejuruan dengan DU/DI merupakan salah satu bentuk dalam proses penjaminan mutu bagi pendidikan
kejuruan.

Penjaminan mutu pendidikan didefinisikan sebagai kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau
program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah
dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Pada
prinsipnya, peningkatan mutu pendidikan bagi SMK bermanfaat untuk:

1. Alat kontrol bagi satuan pendidikan untuk mengetahui apakah sudah ada upaya peningkatan
mutu sesuai acuan nasional. Bagi jenjang pendidikan dasar dan menengah, mutu kinerja
penyelenggaraan pendidikan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).
2. Evaluasi dari semua program yang sudah berjalan.
3. Kajian mutu yang menjadi pijakan untuk perencanaan pengembangan program peningkatan
mutu secara berkelanjutan
4. Bahan dasar pertimbangan penyusunan program pada renstra SMK
5. Memastikan perencanaan pengembangan sekolah tepat sasaran

3|H a l
Sistem mutu ini bekerja secara siklus (terus menerus, mengulang) dalam bentuk perbaikan
berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas lembaga agar sesuai dengan standar menuju pada
keunggulan. Dengan terbentuknya penjaminan mutu SMK, terjadilah internalisasi mutu pada seluruh
aktivitas, sehingga penting bagi sebuah sistem lembaga pendidikan untuk merencanakan dan bergerak
maju menuju keunggulan. Hal ini menegaskan bahwa mutu bukanlah fenomena statis, tetapi hal yang
dinamis, demikian pula target keunggulan.

Mutu dalam konteks pendidikan mengacu pada masukan, proses dan hasil pendidikan. Antara masukan,
proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan, sebagaimana tampak pada gambar
berikut:

Proses Perbaikan Berkesinambungan pada Sistem Pendidikan di SMK

Secara operasional, definisi penjaminan mutu adalah serangkaian proses dan sistem yang terkait untuk
mengumpulkan, menganalisa dan melaporkan data mutu tentang kinerja, staf, program, lembaga dan
produk SMK dalam hal ini lulusan. Analisa mengenai penilaian kinerja tersebut akan menjadi dasar
untuk peningkatan kualitas proses pendidikan, oleh karena itu penilaian harus berdasarkan fakta dan
data.

Untuk itu SMK perlu mendapatkan informasi mengenai penilaian dari para pihak yang selama ini terlibat
pada proses pendidikan atau pihak yang mempekerjakan lulusan SMK sebagai hasil pendidikan.
Informasi mengenai kinerja SMK dari pihak eksternal dapat diperoleh melalui setidaknya tiga kegiatan,
antara lain survei kepuasan perusahaan pengguna lulusan SMK, survei penelusuran tamatan dan
penilaian perusahaan terhadap siswa prakerin. Sementara penilaian internal dapat diperoleh melalui

4|H a l
survei kepuasan guru dan pegawai, siswa dan orang tua siswa. Secara singkat berbagai penilaian yang
dapat digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi diri tampak sebagai berikut:

Informasi dari Dunia Usaha dan Dunia Industri untuk Penyelarasan Pendidikan dengan Pasar Kerja

Nara Sumber Pelaksana


Aspek Variabel yang perlu diketahui Survei
Informasi Survei

Keterampilan yang dibutuhkan


oleh perusahaan
Survei Kepuasan
Kinerja/Kompetensi lulusan Industri Pengguna BKK,
Perusahaan Pengguna
(aktual VS ideal) Lulusan SMK Pokja Humas
Eksternal

Lulusan SMK
Peluang Penempatan di
Perusahaan
Keterserapan lulusan Survei Penelusuran
Lulusan BKK
Masukan lulusan thd SMK Tamatan
Kinerja siswa saat Praktek Industri tempat Penilaian Perusahaan bagi Pokja Prakerin
Kerja Industri prakerin Siswa Prakerin & KI
Isi
Proses
Survei Kepuasan Guru dan
Pendidikan dan Tenaga
Internal

Guru, Siswa/orang Pegawai Wakil


Kependidikan
tua Siswa dan Survei Kepuasan Siswa/ Manajemen
Sarana dan Prasarana
Komite Sekolah Orang Tua Siswa Mutu
Pengelolaan
Pembiayaan Pendidikan
Penilaian

Melalui peningkatan mutu pendidikan, setiap satuan pendidikan mengevaluasi kinerja, pencapaian
sekolah, dan merumuskan rekomendasi secara tepat sesuai dengan data (bukti fisik) dan berdasarkan
tahapan pengembangan pencapaian indikator setiap komponen dalam SNP. Berdasarkan penilaian dan
rekomendasi ini, SMK dapat menyusun rencana peningkatan dan pengembangan mutu sekolah dan
sumber keuangan. Rencana peningkatan dan pengembangan mutu tersebut terdokumentasi pada
Rencana Program Pengembangan Sekolah (School Development Plan). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa SDP memiliki hubungan yang sangat erat dengan budaya mutu.

Penyusunan SDP dilakukan oleh Tim Pengembang Sekolah yang terdiri dari antara lain kepala sekolah,
manajemen, perwakilan guru dan perwakilan pegawai atau pihak lain yang dianggap perlu terlibat. Tim
Pengembang Sekolah perlu diangkat dan ditetapkan secara resmi oleh Kepala Sekolah melalui Surat
Keputusan (SK). Pengesahan sebagai anggota TPS diharapkan akan menunjang kinerja TPS secara
sistematis dan berkelanjutan. Tidak ada ketentuan mengenai jumlah anggota TPS dan jangka waktu
berlakunya SK, mengingat hal ini sangat berkaitan erat dengan kebutuhan dan karakteristik sekolah. Hal
penting yang harus dipertimbangkan dalam memiliki anggota TPS adalah komitmen dan kerjasama yang
baik dalam pengembangan sekolah.

5|H a l
Sekalipun penyusunan SDP dilakukan oleh Tim Pengembang Sekolah, namun demikian pelaksanaan
kegiatan program pengembangan sekolah yang tercantum di dalam SDP bukanlah tanggung jawab tim
pengembang sekolah semata, malinkan tanggung jawab SELURUH warga sekolah/ civitas akademika.
Untuk memastikan tumbuhnya rasa tanggung jawab seluruh warga sekolah, pada proses penyusunan
SDP, tim pengembang sekolah perlu melibatkan pihak-pihak yang akan bertanggung jawab dan terlibat
pada pelaksanaan kegiatan. Lebih lanjut, SDP perlu disosialisasikan kepada SELURUH warga sekolah.

Panduan Teknis Penyusunan Rencana Strategis Pengembangan Sekolah ini disusun untuk membimbing
Tim Pengembang Sekolah dalam melakukan setiap tahapan pada proses penyusunan Rencana Strategis
Pengembangan Sekolah (SDP).

Panduan Teknis ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan dokumen Template
Rencana Program Pengembangan Sekolah (School Development Plan). Panduan teknis ini
menitikberatkan penjelasan pada proses perencanaan (PLANNING), sedangkan Template SDP lebih
memfokuskan penjelasan pada format yang dianjurkan untuk digunakan pada penulisan SDP (PLAN).

6|H a l
BAB II
PROGRAM PENGEMBANGAN SEKOLAH

Sebagaimana telah disebutkan pada bab sebelumnya, acuan mutu kinerja penyelenggaraan pendidikan
adalah Standar Nasional Pendidikan. Indikator dan komponen dari masing-masing SNP yang belum
dicapai oleh satuan pendidikan perlu dijadikan sebagai program pengembangan/peningkatan mutu yang
diprioritaskan. Sebagaimana diketahui, Standar Nasional Pendidikan terdiri dari:

Standar isi1
Standar isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu
Standar ini tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulu,
tingkat satuan pendidikan, dan kalendar pendidikan
Standar kompetensi lulusan2
Standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai
pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik
Standar kompetensi lulusan tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan
pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata
pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan3
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang
relevan sesuai ketentuan perundangan-undangan yang berlaku
Standar Pengelolaan4
Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar pengelolaan oleh satuan
pendidikan, standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan oleh
Pemerintah.
Standar Penilaian5
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil
belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil belajar
oleh pemerintah.

1
http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=103
2
http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=63
3
http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=107
4
http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=111
5
http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=245

7|H a l
Standar Sarana dan Prasarana6
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan,
media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/ tempat
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Standar proses7
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses
pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.
Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien
Standar biaya8
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal.
Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi biaya penyediaan
sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia dan modal kerja tetap.
Biaya personal sebagaimana dimaksud pada di atas meliputi biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.
Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi:
Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji
Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai dan
Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi dan lain sebagainya.

6
http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=109
7
http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=105
8
http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=113

8|H a l
Dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah, beberapa standar yang dekat dikelompokkan
menjadi satu kategori. Adapun pengelompokan standar tampak sebagai berikut:

Komponen Pengembangan SMK Rujukan 8 SNP


Standar Isi
Standar Proses
Peningkatan kualitas belajar mengajar
Standar Penilaian Pendidikan
Standar Pendidikan & Tenaga Kependidikan
Lulusan SMK Standar Kompetensi Lulusan
Standar Pengelolaan
Manajemen SMK
Standar Pembiayaan Pendidikan
Peningkatan kualitas & daya guna sarpras Standar Sarana dan Prasarana
dapat ditambahkan dapat ditambahkan

Komponen pengembangan tersebut di atas merupakan komponen minimum, di mana SMK dapat
menambahkan komponen pengembangan lain yang dianggap penting yang belum masuk ke dalam
komponen pengembangan tersebut, misalnya:

1. Pelaksanaan teaching factory sebagai metode didaktik


2. Meningkatkan kelembagaan sekolah melalui peningkatan layanan kepada siswa, masyarakat dan
industri serta peningkatan kualitas guru kejuruan
3. Sebagai pusat belajar bagi industri dan masyarakat sekitar sehingga meningkatnya partisipasi
masyarakat yang menggunakan fasilitas sekolah
4. Penguatan hubungan sekolah dengan industri
5. Peningkatan Kewirausahaan
6. dll

9|H a l
BAB III
PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS PENGEMBANGAN SEKOLAH (SDP)

Dalam menyusun Rencana Strategis Pengembangan (SDP) setidaknya sekolah perlu melakukan empat
tahap, yaitu penetapan tujuan/ target pengembangan sekolah, analisa internal kondisi sekolah saat ini,
penetapan isu utama dan penyusunan program pengembangan. Tahapan tersebut tampak sebagai
berikut:

Bagian ketiga ini akan menjelaskan secara rinci setiap tahapan tersebut.

1.1. Penetapan tujuan/ target pengembangan sekolah:

Tahap penetapan tujuan/ target pengembangan sekolah terdiri dua bagian, yaitu:
1. Penyusunan visi dan misi
2. Penetapan tujuan umum.

10 | H a l
3.1.1. Penyusunan Visi dan Misi

Visi sekolah harus dapat menjelaskan kondisi (mutu, peran, fungsi) masa depan yang diinginkan
(expected future) sekolah berdasarkan aspirasi dan idealisme sekolah, nilai-nilai dan filosofi dasar yang
dianut dalam berkehidupan di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, visi harus disusun bersama-sama
antara sekolah dan semua stakeholder yang berkepentingan antara lain: komite sekolah, pengawas, dan
pemangku kepentingan/pihak terkait lainnya

Visi bukanlah fakta, melainkan gambaran pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan. Visi
semestinya memberikan arahan, mendorong anggota organisasi untuk menunjukkan kinerja yang baik,
menimbulkan inspirasi dan siap menghadapi tantangan, menjembatani masa kini dan masa yang akan
datang, serta memberikan gambaran yang realistik dan kredibel dengan masa depan yang menarik. Visi
tidak bersifat statis dan tidak untuk selamanya.

Perhatikan contoh Visi Sekolah berikut ini:

UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMTAQ DAN IPTEK, BERPERILAKU YANG SEHAT,
BERBUDAYA LINGKUNGAN SERTA BERWAWASAN NASIONAL DAN GLOBAL

MENJADI SMK UNGGUL MENGHASILKAN TENAGA PROFESIONAL YANG BERIMAN DAN BERTAQWA
MEMENUHI STANDAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

Visi ditulis dengan kalimat yang tegas, secara langsung menggambarkan cita-cita sekolah. Untuk itu,
perlu dihindari kata-kata yang kurang bermakna, berulang atau memiliki arti yang sama. Kalimat visi
sebaiknya tidak terlalu panjang dan dapat dipahami maknanya oleh warga sekolah.

Selanjutnya, Misi sekolah adalah rumusan tugas pokok (mandat) yang diemban dan fungsi sekolah
sebagai suatu institusi pendidikan menengah kejuruan. Deskripsi misi harus dapat menjawab kenapa
sekolah tersebut ada (exist). Misi secara spesifik menyatakan cara-cara yang hendak ditempuh untuk
mewujudkan visi sekolah, sehingga pencapaian misi secara sistematis dan dalam tahapan waktu yang
jelas menjadi acuan pokok bagaimana sekolah akan menuju visi yang telah ditetapkan tersebut. Oleh

11 | H a l
karena itu, visi dan misi harus menjadi satu kesatuan dan digunakan sebagai kerangka acuan utama
dalam menyusun dan melaksanakan program-program pengembangan sekolah.

Perhatikan contoh Misi Sekolah berikut ini:

1. Membentuk peserta didik yang terdidik dan terlatih kompetensi terstandar


keterampilan jabatan kerja
2. Meraih kompetensi dan etos kerja melalui peningkatan produktivitas di Dunia Usaha
berasaskan saling menguntungkan
3. Menyiapkan diklat berbasis kompetensi kecakapan hidup dan kewirausahaan
didasari pengembangan diri yang berkelanjutan
4. Membentuk sikap dan perilaku peserta didik yang berakar pada nilai-nilai budaya
bangsa Indonesia
5. Memberdayakan sekolah berbasis kerjasama dan pelayanan prima yang sinergi
menuju kemandirian sekolah

3.1.2. Penetapan Tujuan Umum

Setelah menetapkan visi dan misi, sekolah perlu menetapkan tujuan umum (kondisi ideal) yang ingin
dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Tujuan umum haruslah penting, ketika terealisasi
akan memberikan banyak manfaat, sehingga sekolah tidak menyia-nyiakan waktu dan tenaga untuk
mencapainya. Tujuan umum sebaiknya memenuhi kriteria SMART, yaitu:

1. Khusus (spesifik)

Tujuan yang khusus cenderung jelas, sehingga akan lebih mudah dicapai karena warga sekolah benar-
benar mengenali apa yang diinginkan. Tujuan yang jelas harus memenuhi syarat 5W 1H, yaitu WHAT
(apa tujuannya), WHERE (di mana), WHEN (kapan dicapai), WHY (urgensi tujuan tersebut) dan WHO
(pihak-pihak terkait pencapaian tujuan tersebut) dan HOW (proses dan cara).

Kegagalan pencapaian tujuan sering kali terjadi karena tujuan masih terlalu umum, sehingga
mengambang dan multi tafsir. Motivasi pencapaian tujuan sering kali cepat lenyap seiring dengan
berjalannya waktu.

2. Dapat diukur (measurable)

Agar sekolah dapat menganalisa proses pencapaian tujuan serta mengetahui apakah tujuan tersebut
telah tercapai atau belum, sekolah perlu menetapkan kriteria yang dapat diukur dan dievaluasi.

12 | H a l
Pengukuran dan evaluasi harus dapat dilakukan dalam proses perencanaan tujuan, di tengah perjalanan
pencapaian tujuan dan ketika mencapai tujuan tersebut.

Mengevaluasi tujuan sebelum memulai perjalanan memungkinkan manajemen sekolah menganalisa


kembali apakah ada kekurangan atau kesalahan pada tujuan tersebut. Mengevaluasi tujuan di tengah
perjalanan membantu manajemen sekolah untuk mengetahui beberapa pencapaian atau penyimpangan
yang terjadi selama proses pencapaian tujuan. Sementara itu, mengevaluasi tujuan ketika tujuan telah
dicapai memungkinkan manajemen sekolah menganalisa kembali mengenai makna dari tujuan tersebut.

Tujuan harus mudah diukur agar mengetahui di mana posisi sekolah terkini dan seberapa jauh jarak
yang tersisa antara diri sekolah dengan tujuan yang diharapkan.

3. Dapat dicapai (achievable/attainable)

Tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat dicapai. Tujuan yang tidak dapat dicapai adalah mimpi/
khayalan. Mimpi sebenarnya dapat berubah menjadi tujuan yang dapat dicapai, apabila sekolah
memiliki cara yang tepat untuk merealisasikannya. Jadi, yang terpenting bukan terletak pada seberapa
besar/tingginya tujuan tersebut, namun seberapa besar kemungkinan sekolah untuk mencapainya
dengan strategi yang sekolah miliki.

4. Realistis (Realistic)

Hampir sama dengan achievable, tujuan yang realistis adalah tujuan yang besar kemungkinan untuk
dicapai. Tujuan yang tidak realistis adalah tujuan yang tidak ditemukan solusi atau langkah-langkah yang
tepat dalam mencapainya.

5. Terbatas waktu (Time bound)

Tujuan yang baik adalah tujuan memiliki batas waktu pencapaian. Apabila sekolah tidak menetapkan
tenggat waktu, terkadang tujuan tidak terselesaikan dengan cepat. Dalam kasus SMK, disarankan waktu
yang digunakan sebagai batas pencapaian adalah lima tahun.

13 | H a l
Bagi sekolah yang merupakan satuan pendidikan, tujuan yang ditetapkan sebaiknya terkait dengan
kondisi ideal output utama sekolah, yaitu lulusan SMK. Kondisi ideal apa yang diharapkan sekolah
terjadi pada lulusan SMK mereka.

Banyak hal yang dapat ditetapkan oleh sekolah sebagai tujuan yang ingin dicapai, misalnya:

1. Keterserapan lulusan SMK di industri:


a. Seberapa tinggi tingkat keterserapan: 50%? 70%? Atau 100%?
b. Bagaimana kondisi pekerjaan tersebut: relevan dengan kompetensi keahlian yang
dipelajari di SMK? Bagaimana status kontrak kerjanya?
2. Kompetensi lulusan SMK di pasar kerja:
a. Apakah kompetensi lulusan SMK sesuai dengan kebutuhan industri?
b. Apakah industri puas dengan kompetensi lulusan?
c. Seberapa puas industri dengan kompetensi lulusan?

3.2. Analisa Internal Kondisi Sekolah Saat ini

Setelah menetapkan tujuan/ target pengembangan, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan oleh
sekolah dalam menyusun rencana pengembangan sekolah (SDP) adalah melakukan analisa kondisi
aktual sekolah.

Dengan melakukan analisa internal kondisi aktual sekolah, manajemen sekolah dapat mengetahui di
mana posisi SMK saat ini dan seberapa besar kesenjangan yang ada antara kondisi ideal (tujuan yang
ingin dicapai dalam waktu lima tahun) dengan kondisi aktual (posisi SMK saat ini). Di samping itu,
dengan melakukan analisa kondisi sekolah saat ini, manajemen sekolah akan mampu mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta peluang yang dapat dimanfaatkan untuk pencapaian tujuan
atau sebaliknya ancaman yang dapat menghalangi pencapaian tujuan. Setidaknya, terdapat dua metode
analisa internal kondisi sekolah saat ini yang dapat digunakan, yaitu:

1. Analisa kesenjangan (ideal VS aktual)


2. Analisa SWOT (Strength VS Weakness, Opportunities VS Threaths)

Manajemen sekolah bebas memilih salah satu metode analisa mana yang dilakukan yang sesuai dengan
kondisi sekolah, yang terpenting adalah analisa internal kondisi sekolah harus dilakukan berdasar pada

14 | H a l
data empirik dan bersifat obyektif, bukan berdasarkan perasaan atau asumsi. Namun pada dokumen ini
dan dokumen Penyusunan Rencana Strategis Pengembangan Sekolah (SDP) dan Template Rencana
Program Pengembangan Sekolah penjelasan dititikberatkan pada analisa kesenjangan, mengingat
analisa kesenjangan lebih mudah.

Data empirik tersebut dapat diperoleh melalui beberapa kegiatan yang secara rutin dilakukan oleh
sekolah untuk mengevaluasi kondisi aktual, antara lain:

1. Evaluasi Diri Sekolah


2. Survei Siswa
3. Survei Guru/ Pegawai
4. Survei Kepuasan Perusahaan Pengguna Alumni
5. Survei Penelusuran Tamatan

Dalam melakukan analisa kuantitatif dan kualitatif tersebut, sekolah sebaiknya menggunakan data
selama 3 (tiga) tahun terakhir. Tentukan angka rata-rata atau trend/ kecenderungan yang
menggambarkan kondisi saat iini yang selanjutnya dapat menjadi data baseline dalam menentukan
langkah pengembangan ke depan.

3.2.1. Analisa Kesenjangan

Analisa Kesenjangan merupakan salah satu instrumen perencanaan strategis yang klasik, yang mampu
memberikan gambaran seberapa jauh kondisi aktual sekolah dari kondisi ideal yang diharapkan. Dalam
melakukan analisa kesenjangan, sekolah dapat menggunakan kondisi aktual sekolah berdasarkan 8
standar nasional pendidikan sebagai acuan. Acuan ini juga akan menjadi dasar bagi pengembangan,
monitoring dan evaluasi berkelanjutan.

Sekolah akan membandingkan kondisi ideal dengan kondisi aktual dari setiap aspek Standar Nasional
Pendidikan. Apabila terdapat kesenjangan, sekolah perlu memikirkan rekomendasi perkembangan yang
bertujuan untuk memperkecil kesenjangan tersebut.

Dengan demikian secara menyeluruh sekolah melakukan analisis kesenjangan dengan membandingkan
antara kondisi aktual sekolah dengan kondisi ideal yang diharapkan sekolah. Sekolah dapat

15 | H a l
menggunakan template softcopy Analisa Kesenjangan yang ada pada CD Penyusunan Rencana Strategis
Pengembangan Sekolah (SDP)

3.2.2. Analisa SWOT (Strength VS Weakness, Opportunity VS Threath)

Analisa SWOT merupakan instrumen perencanaan strategis yang klasik, yang mampu memperkirakan
cara terbaik dalam melaksanakan strategi. Instrumen ini dapat membantu para perencana mengenai
apa yang dapat dicapai dan hal apa yang perlu diperhatikan.

Analisa SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan serta peluang di dalam
organisasi (internal), dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan serta tantangan dari luar
organisasi (eksternal).

Dalam melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal, sekolah harus menempatkan profil
lembaga berdasarkan 8 standar nasional pendidikan sebagai acuan dalam menganalisis. Acuan ini juga
akan menjadi dasar bagi pengembangan, monitoring dan evaluasi berkelanjutan. Dengan demikian
secara menyeluruh sekolah melakukan analisis terhadap tantangan serta peluang dan kekuatan serta
kelemahan.

3.2.2.1. Analisis Eksternal

Analisis eksternal berisi tentang potensi lingkungan eksternal (industri potensial, pemerintah daerah,
masyarakat sekitar) yang kemudian dapat digunakan sebagai landasan mengenai peluang-peluang yang
dimiliki oleh sekolah untuk berkembang. Dalam analisis ini sekolah juga diharapkan dapat menguraikan
perkembangan kebijakan pemerintah (baik pusat maupun daerah) yang berhubungan langsung dengan
upaya sekolah dalam mengembangkan diri menjadi sekolah rujuan dalam konteks peningkatan mutu
SDM, inovasi teknologi atau kreativitas seni dan kewirausahaan di tingkat lokal, nasional maupun
internasional.

3.2.2.2. Analisis Internal

Analisis Internal berisi informasi tentang kondisi nyata sekolah saat ini, terutama yang berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya, kegiatan akademik dan non-akademik, maupun upaya peningkatan mutu.

16 | H a l
Hasil analisis ini kemudian dibandingkan dengan analisis lingkungan eksternal sehingga sekolah dapat
dengan mudah mengetahui kekuatan atau kelemahan yang dimiliki dalam upaya memanfaatkan
peluang yang ada.

Secara sistematis langkah-langkah yang dilakukan pada saat analisis SWOT sebagai berikut:

1. Urutkan kondisi eksternal yang ada dalam bentuk Tantangan (T) dan Peluang (O)

2. Urutkan kondisi internal yang dimiliki oleh sekolah dalam bentuk Kekuatan (S) dan Kelemahan (W)

3. Hubungkan hal-hal yang telah diurutkan untuk setiap komponen TWOS, yaitu antara S-T, S-O, W-T
dan W-O. Dari hubungan antara komponen-komponen tersebut maka turunkan program
pegembangan yang dianggap cukup strategis untuk dilaksanakan sedemikian sehingga peningkatan
pengakuan internasional dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan.

Salah satu matriks yang dapat digunakan pada saat analisis SWOT tampak sebagai berikut:

Tantangan Eksternal (T) Peluang Eksternal (O)


1. . 1. .
2. . 2. .
3. . 3. .
4. . 4. .

Kekuatan Internal (S) Strategi Pengembangan S-T Strategi Pengembangan S-O


1. . Menggunakan Kekuatan Menggunakan Kekuatan
2. . Internal untuk mengurangi Internal untuk mencapai
3. . Tantangan Eksternal Peluang Eksternal yang ada
4. .

Kelemahan Internal (W) Strategi Pengembangan W-T Strategi Pengembangan W-O


1. . Mengurangi Kelemahan Mengurangi Kelemahan
2. . Internal dan menghindari Internal dengan meman-
3. . Tantangan Eksternal faatkan Peluang Eksternal
4. . yang ada

17 | H a l
3.3. Penetapan Isu Utama/ Prioritas:

Setelah melakukan analisa kesenjangan dan analisa SWOT, sekolah dapat mengetahui secara obyektif
kondisi aktual sekolah yang terjadi saat ini dan seberapa posisi tersebut dari kondisi ideal yang
diharapkan terjadi. Bukan tidak mungkin kesenjangan tersebut sangat besar, sehingga diperlukan pula
banyak upaya/program pengembangan yang bertujuan mempersempit kesenjangan tersebut. Namun
demikian perlu juga diingat bahwa sekolah memiliki sumber daya yang tidak tak terbatas. Untuk itu,
sekolah perlu menetapkan program pengembangan yang perlu diprioritaskan atau diutamakan. Setelah
menetapkan isu utama, sekolah perlu memetakan hubungan antara program pengembangan.

3.3.1. Penetapan Isu Utama

Penetapan isu utama perlu dilakukan mengingat sekolah memiliki sumber daya yang tidak tak terbatas,
untuk itu sekolah perlu memikirkan program pengembangan apa saja yang perlu dilakukan dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun mendatang.

Isu utama perlu diseleksi berdasarkan tingkat relevansinya terhadap pencapaian tujuan. Dalam
menetapkan isu utama/ prioritas sebaiknya sekolah memperhatikan komponen pengembangan untuk
memastikan bahwa intervensi program pengembangan bersifat menyeluruh dan akan mengarah pada
pencapaian tujuan. Dalam melakukan penetapan isu utama, sekolah perlu memikirkan bahwa:

1. Isu tersebut memiliki daya ungkit paling besar dalam mendorong pencapaian tujuan jangka
menengah (5 tahun ke depan) atau sebaliknya
2. Isu tersebut dapat menghalangi tercapainya tujuan jangkat menengah (5 tahun ke depan)

Sekolah melihat kembali analisa kesenjangan yang telah dibuat. Dari sekian banyak program
pengembangan yang perlu dilakukan untuk memperkecil kesenjangan antara kondisi AKTUAL dengan
kondisi IDEAL, program pengembangan mana saja yang dapat mendorong pencapaian tujuan jangka
menengah.

Dalam menetapkan isu utama/ program pengembangan yang diprioritaskan, sekolah perlu mengingat
sumber daya yang mereka miliki dan waktu yang terbatas, dalam hal ini lima tahun. Apabila isu
utama/program pengembangan masih terlalu banyak, sekolah perlu mengulang langkah penetapan isu

18 | H a l
utama tersebut, sehingga program pengembangan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki oleh
sekolah.

3.3.2. Strategy map

Setelah sekolah menetapkan isu-isu utama yang menjadi prioritas, sekolah perlu membuat peta
strategi/strategy map, yaitu sebuah diagram yang menunjukkan keterkaitan/hubungan antar isu-isu
utama serta hubungan antara isu-isu utama dengan tujuan yang ingin dicapai. Strategy map merupakan
visualisasi yang mempermudah pemahaman hubungan antar isu utama. Beberapa isu akan mendukung
pencapaian isu lain. Bukan tidak mungkin suatu isu baru dapat tercapai, bila isu lain telah tercapai
terlebih dahulu. Dengan bantuan strategy map, sekolah dapat mengetahui isu utama apa yang harus
dilakukan terlebih dahulu. Strategy map memiliki karakteristik sebagai berikut:

Semua informasi strategy map berada dalam satu diagram sehingga mempermudah melihat
hubungan antar isu utama
Isu-isu utama yang dibuat mengacu pada komponen pengembangan
Setiap isu utama sebaiknya berhubungan
Garis panah menunjukkan hubungan sebab akibat.

Strategy map dapat digambarkan dalam bentuk seperti contoh berikut:

19 | H a l
3.4. Penyusunan Program Pengembangan

Pada tahap sebelumnya, sekolah telah menetapkan program pengembangan yang diprioritaskan yang
akan dilakukan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan hubungan antar program pengembangan
(strategy map). Langkah selanjutnya dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah adalah
penetapan target dan indikator serta penyusunan rencana kerja sekolah.

3.4.1. Penetapan Target dan Indikator

Pada tahap sebelumnya, sekolah sudah menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5
tahun ke depan dan isu utama yang perlu dikembangkan untuk memastikan pencapaian tujuan. Sekolah
perlu menetapkan target dan indikator pencapaian dalam kurun waktu 5 tahun mendatang untuk
memonitor perkembangan pencapaian tujuan. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan pada
tahap penetapan target dan indikator adalah:

1. Menuliskan program pengembangan yang sudah ditetapkan sebagai prioritas oleh Tim
Pengembang Sekolah. Beberapa program pengembangan tersebut perlu dikelompokkan ke
dalam komponen pengembangan yang satu rumpun, sehingga di dalam satu komponen
pengembangan bisa terdapat beberapa program pengembangan.

Rumpun komponen pengembangan terdiri dari:

Komponen Pengembangan 8 SNP


Standar Isi
Standar Proses
Peningkatan kualitas belajar mengajar Standar Penilaian Pendidikan
Standar Pendidikan & Tenaga
Kependidikan
Lulusan SMK Standar Kompetensi Lulusan
Standar Pengelolaan
Manajemen SMK
Standar Pembiayaan Pendidikan
Peningkatan kualitas & daya guna sarpras Standar Sarana dan Prasarana
dapat ditambahkan dapat ditambahkan

20 | H a l
2. Untuk setiap program pengembangan, sekolah perlu menetapkan indikator. Indikator adalah
aspek/kondisi yang dapat mengidikasikan pencapaian tujuan tersebut. Sama seperti tujuan,
indikator haruslah SMART (spesific, measureable, achievable, realistic, time bound). Hal-hal yang
perlu dijadikan indikator adalah hal-hal yang sudah ditetapkan sebagai isu utama oleh sekolah
pada tahap sebelumnya.

3. Untuk setiap indikator, sekolah harus menuliskan nilai dasar (baseline), yaitu kondisi aktual
sekolah saat itu untuk indikator yang bersangkutan.

4. Tim Pengembang Sekolah menetapkan target yang ingin dicapai setiap tahunnya (Th1-Th5)
untuk setiap indikator. Satuan indikator pada nilai dasar hingga nilai target tahun kelima harus
sama. Misalnya dalam % (persen) atau satuan lainnya.

5. Untuk setiap program pengembangan, Tim Pengembang Sekolah perlu menetapkan


penanggung jawab program. Para penanggung jawab tersebut tidak terbatas pada pihak-pihak
di luar Tim Pengembang Sekolah saja, namun bisa pula warga sekolah lainnya yang memiliki
komitmen.

6. Untuk setiap program pengembangan, perlu ditetapkan waktu mulai dan selesai.

Template target dan indikator seperti di bawah ini terdapat pada Template School Development Plan
halaman

21 | H a l
3.4.2. Penyusunan Rencana Kerja Sekolah

Rencana kerja sekolah dikembangkan berdasarkan target dan indikator yang sudah ditetapkan
sebelumnya, sehingga keduanya berhubungan erat. Pada template keduanya, hubungan tersebut dapat
dilihat sebagai berikut:

Penyusunan rencana kerja sekolah bertujuan agar sekolah dapat mengetahui secara rinci kegiatan-
kegiatan atau tindakan-tindakan yang harus dilakukan agar tujuan dan sasaran pengembangan sekolah
dapat dicapai. Rencana Kerja Sekolah juga menjamin bahwa semua program dan kegiatan yang
dilakukan untuk mengembangkan sekolah sudah memperhitungkan harapan-harapan pemangku
kepentingan dan kondisi nyata sekolah. Oleh sebab itu, proses penyusunan RKS perlu melibatkan semua
pemangku kepentingan, terutama para penanggung jawab program pengembangan.

22 | H a l
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan pada tahap penyusunan rencana kerja sekolah adalah:

1. Tetapkan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk program pengembangan tertentu yang
telah ditentukan sebelumnya pada perumusan target dan indikator. Sebuah program
pengembangan dapat terdiri atas beberapa kegiatan.
2. Untuk setiap kegiatan, tetapkan waktu kapan dimulai dan kapan harus selesai. Rentang waktu
untuk setiap kegiatan harus sesuai dengan rentang waktu yang telah direncanakan untuk
program pengembangan.
3. Tim Pengembang Sekolah menetapkan penanggung jawab untuk setiap kegiatan. Penanggung
jawab kegiatan bisa berbeda dengan penanggung jawab program pengembangan, sehingga di
dalam satu program pengembangan dimungkinkan terdapat beberapa penanggung jawab
kegiatan.
4. Untuk setiap kegiatan, Tim Pengembang Sekolah menetapkan besaran anggaran dan sumber
asal dana. Tujuan penyusunan jadwal kegiatan ini untuk mempermudah pelaksana dalam
menentukan urutan kegiatan dan mengatur penggunaan sumberdaya dan dana yang dimiliki
SMK sehingga alur kegiatan dan keuangan SMK dapat dikontrol lebih efektif.

Template Rencana Kerja Sekolah seperti di bawah ini terdapat pada Template School Development
Plan halaman

Template TARGET DAN INDIKATOR PROGRAM PENGEMBANGAN SMK

Dengan selesainya langkah ini, maka Rencana Kerja telah selesai karena SMK telah memiliki Rencana
Pengembangan Sekolah yang lengkap, yaitu: Komponen Pengembangan, Program, Kegiatan, dan Jadwal
pelaksanaan sesuai prioritas kebutuhan dan sumberdaya sekolah.

23 | H a l
BAB IV
MONITORING

Mutu yang berkelanjutan perlu dipantau (monitoring) dan dievaluasi. Monitoring dan evaluasi dapat
dilakukan baik oleh pihak internal maupun eksternal. Hal ini untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
diri seperti halnya melihat diri pada cermin. Evaluasi diri akan menjadi indikator untuk perbaikan mutu
berkelanjutan dan sebuah langkah awal untuk meyakinkan mutu.

Setelah rencana strategis pengembangan sekolah berhasil disusun, sekolah perlu melaksanakan apa
yang telah direncanakan untuk menjamin pencapaian target yang telah ditetapkan. Kegiatan yang tidak
kalah penting dalam proses pelaksanaan rencana adalah pemantauan/ monitoring kegiatan.

Monitoring merupakan suatu kegiatan rutin yang perlu dilakukan secara berkesinambungan/ terus
menerus, setidaknya tiga atau empat kali dalam setahun. Monitoring dilakukan sebagai upaya untuk
memantau hasil yang dicapai, apakah sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

Monitoring harus mampu memberikan isyarat dini (early warning) bagi manajemen sekolah. Jika terjadi
penyimpangan dari target yang telah ditetapkan sebelumnya, maka segera diadakan perbaikan, agar
semua target yang telah ditetapkan dapat dicapai pada waktunya. Monitoring bukanlah suatu kegiatan
untuk mencari kesalahan, tetapi justru membantu untuk melakukan tindakan perbaikan secara terus
menerus.

Inti utama dari kegiatan monitoring selain melihat hambatan yang terjadi, juga merancang corrective
action, yaitu tindakan perbaikan yang perlu dilakukan untuk memastikan pencapaian target yang telah
ditetapkan.

File Monitoring terdiri atas beberapa lembar/ sheet. Setiap lembar tersebut mewakili monitoring untuk
pelaksanaan program pengembangan dalam satu tahun. Lembar/ sheet monitoring tampak sebagai
berikut:

24 | H a l
Template/ kerangka acuan mencakup beberapa aspek, yaitu:

Komponen Pengembangan : Cukup jelas. Komponen pengembangan yang telah ditetapkan oleh
sekolah.

Indikator : Cukup jelas. Kondisi/ aspek yang mampu merefleksikan pencapaian


target.

Nilai Dasar : Status pencapaian sebelum kegiatan/ program pengembangan


dilaksanakan. Pada rencana strategis pengembangan sekolah 5
tahunan, nilai dasar tahun pertama adalah nilai indikator untuk tahun
sebelumnya. Sementara nilai dasar tahun kedua adalah nilai
pencapaian untuk indikator pada tahun pertama dan seterusnya.

Target : Nilai untuk indikator yang diharapkan dapat tercapai pada tahun
tersebut. Sekolah perlu merujuk pada target dan indikator yang telah
ditetapkan sebelumnya. (Lihat File Target dan Indikator).

Capaian (%) : Prosentase pencapaian target. Mengingat monitoring perlu dilakukan


secara berkesinambungan, dalam hal ini 3 hinggal 4 kali dalam
setahun, maka kolom capaian terdiri atas 4 kolom, yakni caturwulan 1
hingga caturwulan 3.

Prosentase yang dituliskan dalam kolom caturwulan 1 hingga


caturwulan 3 merupakan prosentase terhadap target tahun tersebut.
Misalnya pada tahun tersebut ditargetkan sekolah melaksanakan
teaching factory dengan tingkat kualitas implementasi mencapai 50%,
maka prosentase pada kolom Triwulan 1 hingga 3 harus dibandingkan
dengan angka target tahun ini, yakni 50%.

25 | H a l
Contoh:
Caturwulan 1 kualitas implementasi teaching factory mencapai 30%
Caturwulan 2 kualitas implementasi teaching factory mencapai 40%
Caturwulan 3 kualitas implementasi teaching factory mencapai 50%

Maka pada kolom capaian ditulis sebagai berikut:


CW 1 60% (30%/50%)
CW 2 80% (40%/50%)
CW 3 100% (50%/50%)

Keterangan : Setiap kali melakukan monitoring, SMK perlu membandingkan


pencapaian di setiap triwulan dengan target di akhir tahun. Apakah
target akan dapat tercapai?

Apabila sekolah menilai target tidak akan dapat tercapai, SMK perlu
menuliskan hambatan atau tantangan tersebut. Kondisi itu perlu
ditulis pada kolom Keterangan.

Rencana Aksi Perbaikan : Apabila terdapat hambatan atau tantangan, SMK perlu merencanakan
kegiatan korektif yang dapat memperbaiki kondisi tersebut dan
menjamin pencapaian target di tahun tersebut.

Penanggung Jawab : Individu atau tim yang bertanggung jawab atas pelaksanaan aksi
perbaikan.

26 | H a l
BAB V
PENUTUP

Panduan teknis Penyusunan Rencana Strategis Pengembangan Sekolah (School Development Plan) ini
telah disusun untuk memberikan kerangka pemikiran yang efektif, efisien dan sistematis. Hal tersebut
diharapkan dapat mempermudah sekolah dalam menyusun rencana strategis yang akan dilakukan untuk
pengembangan sekolah.

Panduan teknis ini merupakan satu kesatuan dengan Template / Kerangka Acuan Rencana Strategis
Pengembangan Sekolah (School Development Plan) yang telah disediakan. Template tersebut
dimaksudkan untuk mempermudah para pemangku kepentingan (stakeholder) baik dari luar maupun
dari internal sekolah sendiri dalam memahami dan memberikan penilaian atas program pengembangan
yang akan dilakukan oleh sekolah.

27 | H a l

Anda mungkin juga menyukai