Anda di halaman 1dari 30

579/ Manajemen Pariwisata

USULAN

PENELITIAN HIBAH BERSAING LANJUTAN

Tahun Anggaran 2014/2015

Model Pengembangan Desa Wisata Secara Mandiri,


Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan

Ketua:
Dr.Tanto Gatot S.,SE,MS

Anggota :
Mohamad Nur Singgih.,SE,MM

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


FAKULTAS EKONOMI
NOVEMBER 2013
1
2

DAFTAR ISI

RINGKASAN 1
BAB I PENDAHULUAN..... 4
1.1 Latar Belakang ... 4
1.2 Tujuan.......5
1.3 Keutamaan Penelitian.. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6
2.1 Pengertian Pariwisata ......... 6
2.2 Motivasi Perjalanan Wisata......6
3.3 Prinsip Pengembangan Pariwista......... 7
3.4 Tujuan Pengembangan Desa Wisata.9
3.5 Pendekatan Pengembangan Desa Wisata..9
3.6 Pengelolaan Desa Wisata... 14
3.7 Studi Pendahuluan. 14
BAB III METODE PENELITIAN.... 16
BAB IV BIAYA DAN JADWALPENELITIAN....... 19
4.1 Anggaran Biaya... ...19
4.2 Jadwal Penelitian.....19
DAFTAR PUSTAKA20
LAMPIRAN 1. Justifikasi Anggaran Penelitian ..... 20
2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas... 21
3. Biodata Ketua dan Anggota Tim Peneliti/ Pelaksana... 22
4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti..26
3

RINGKASAN

Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah untuk pengembangan desa wisata secara
mandiri yang mampu memberikan multiplier efek terhadap perekonomian desa dengan
penciptaan kesempatan berusaha, penciptaan lapangan kerja untuk mengurangi
pengangguran dan meningkakan kesejahteraan masyarakat desa, serta mendorong
masyarakat untuk berperan aktif dalam pengembangan desa wisata secara berkelanjutan
dan terciptanya komitmen masyarakat untuk selalu melestarikan lingkungan.
Target khusus yang ingin dicapai adalah terwujudnya masyarakat yang mampu
merencanakan dan mengembangan potensi wisata yang dimilikinya untuk dapat dikelola
sebagai desa wisata secara mandiri dan dapat dikembangkan secara berkelanjutan untuk
model pengembangan desa wisata.
Metode yang akan dipakai dalam pencapaian tujuan tersebut dibagi menjadi tiga tahap,
sesuai dengan jangka waktu usulan penelitian ini (tiga tahun). Tahap pertama adalah
tahap peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan manajemen daerah tujuan
wisata. Pelatihan akan dibagi menjadi tiga tahap yaitu 1). Pelatihan perencanaan dan
pengembangan desa wisata dengan output masyarakat mampu menemukenali,
merencanakan dan mengembangkan potensi wisata yang dimilikiny menjadi desa
wisata, 2) Pelatihan analisis dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dari pengembangan
daerah tujuan wisata dengan output masyarakat mampu melakukan kajian analisis
dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dari kegiatan desa wisata, 3) Pelatihan
pemasaran daerah tujuan wisata dengan output masyarakat mampu melakukan kemitraan
dan channeling untuk memasarkan atau promosi desa wisata.
Tahap kedua adalah pemetaan (mapping) dan identifikasi masalah, potensi, kebutuhan
wisata untuk perencanaan dan pengembangan menjadi desa wisata, serta melakukan
kajian analisis dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dari pengembangan desa wisata,
dan sinergisitas dengan perencanaan jangka menengah desa (PJM Desa) agar
pengembangan desa wisata menjadi prioritas pembangunan desa yang berkelanjutan.
Tahap ke tiga adalah pembangunan desa wisata dan pemasarannya melalui kemitraan dan
chanelling dengan lembaga pemerintah dan program2 di desa yang mendukung
pengembangan desa wisata.
4

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pariwisata adalah salah satu sektor industri potensial yang menjadi pilar ekonomi
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Industri pariwisata adalah suatu
industri yang tidak mengeluarkan asap yang dapat menciptakan kesejahteraan dan
kemakmuran. Pada era otonomi daerah industri pariwisata dapat dikembangkan
pemerintah daerah yang mampu memberikan multiplier efek terhadap perekonomian
daerah dengan sumbangan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), penciptaan
kesempatan berusaha, penciptaan lapangan kerja sehingga mampu mengurangi
pengangguran dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Tantangan untuk pengembangan daerah tujuan wisata adalah banyak potensi wisata yang
belum tergali dan dapat dikembangkan karena keterbatasan kemampuan masyarakat
dalam perencanaan dan pengembangan potensi wisata menjadi daerah tujuan wisata.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat (community base development) melalui kegiatan
pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat agar secara mandiri
mampu menemukenali, mengidentifikasi masalah, potensi dan kebutuhan wisata, untuk
perencanaan dan pengembangan daerah tujuan wisata, serta melakukan kajian analisis
dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dari pengembangan daerah wisata, dan
marketing untuk mempromosikan daerah wisata guna manarik wisatawan.
Desa Sidomulyo merupakan salah satu desa yang memiliki potensi wisata untuk
dikembangkan menjadi desa wisata yang mandiri, berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Potensi wisata yang dimiliki adalah daya tarik (attraction object) meliputi wisata
agrikultur bunga dan sayuran serta view alam yang mempesona, dukungan fasilitas
wisata seperti hotel, villa dan home stay, serta dukungan accessibility sebagai daerah
jalur wisata (primary destination) yang sangat strategis di daerah wisata Batu serta
produk wisata local dari usaha mikro kecil menengah (UMKM). Komitmen seluruh
stakeholder desa (Tomas, Toga, Aparat desa) di desa Sidomulyo untuk mengembangkan
desa wisata yang ramah lingkungan merupakan modal sosial yang sangat kuat untuk
pengembangan desa wisata yang mandiri dan berkelanjutan.
5

1.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk menyusun model pengembangan desa
wisata secara mandiri berkelanjutan dan ramah lingkungan.
1.3 Keutamaan Penelitian
Keutamaan dari penelitian ini adalah 1) Terwujudnya kemampuan masyarakat untuk
menemukenali dan mengidentifikasi masalah, potensi dan kebutuhan wisata serta
melakukan kajian dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dari pengembangan desa
wisata.2) Terwujudnya kemampuan masyarakat untuk menyusun perencanaan jangka
menengah program pariwisata untuk dijadikan sebagai pedoman untuk mengembangkan
desa wisata secara mandiri, berkelanjutan dan ramah lingkungan. Hasil akhir dari
penelitian ini tersusunnya pemodelan kawasan desa wisata yang didasari pembangunan
kepariwisataan yang mandiri , berkelanjutan dan ramah lingkungan
6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pariwisata


Menurut Spillane (2002;8) Pariwisata adalah suatu perjalanan meninggalkan
rumah yang dilakukan oleh seseorang dalam waktu yang relatif singkat; dan uang
yang dibelanjakan ditujuan wisata adalah uang dari rumah sendiri, bukan ditempat
kunjungan tersebut.
The Comitee of statistical Expert of the League of Nations (1973) menyatakan ;
1. Wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara selain
negara dimana dia biasanya tinggal dan dengan periode setidak-tidaknya
selama 24 jam.
2. Yang berikut adalah yang biasa dianggap wisatawan: a. Orang-orang yang
bepergian untuk tujuan bersenang-senang, alasan keluarga, untuk tujuan
kesehatan dan lain sebagainya, b.Orang-orang yang berpergian untuk
mengadakan pertemuan atau mewakili kedudukan sebagai diplomat, misi
keagamaan, orang-orang yang berpergian dengan alasan dagang, c. orang-
orang yang singgah dalam pelayaran lautnya sekalipun bila mereka tinggal
kurang dari 24 jam.

Definisi wisatawan menurut Direktur Jenderal Pariwisata (1976) sesuai


Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 1969 menyatakan
Wisatawan (tourist) adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya
untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari
kunjungannya itu.
2.2 Motivasi Perjalanan Wisata
Pada hakekatnya mobilitas manusia merupakan salah satu sifat utama kehidupan
manusia yang tidak puas terpaku pada satu tempat untuk memenuhi kelangsungan
hidupnya. Menurut Direktur Jenderal Pariwisata (1976, 21) Mobilitas manusia
timbul oleh berbagai oleh berbagai macam dorongan kebutuhan atau kepentingan
(motivasi) yang dapat digolongkan;
1. Dorongan kebutuhan dagang atau ekonomi.
2. Dorongan kebutuhan kepentingan politik.
3. Dorongan kebutuhan keamanan.
4. Dorongan kebutuhan kesehatan dan permukiman.
5. Dorongan kebutuhan kepentingan keagamaan, pendidikan atau studi.
6. Dorongan kebutuhan minat kebudayaan.
7

Menurut Spillane (2002) di tiap objek atau lokasi pariwisata ada berbagai unsur
saling bergantung yang diperlukan agar para wisatawan dapat menikmati suatu
pengalaman yang memuasakan selama melakukan wisata ;
1. Attraction hal-hal yang menarik perhatian para wisatawan.
2. Fasilitas fasilitas yang diperlukan wisatawan
3. Infrastruktur
4. Transportasi- jasa pengangkutan
5. Hospitality- Keramah-tamahan atau kesediaan menerima tamu

2.3 Prinsip Pengembangan Desa wisata


Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat,
bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energy trigger yang luar biasa, yang
membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam berbagai
aspeknya. Dengan tingginya wisatawan yang berkarakter Nature Based, pada satu
sisi sangat positif dan bermanfaat, akan tetapi pada sisi lain terlihat belum adanya
pendalaman terhadap fungsi lingkungan atau masih banyak masyarakat yang
belum sadar akan pentingnya Nature Related Tourism. Salah satu pendekatan
pengembangan wisata alternatif adalah desa wisata Ramuan utama desa wisata
diwujudkan dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya. Keaslian juga
dipengaruhi keadaan ekonomi, fisik dan sosial daerah pedesaan tersebut, misalnya
ruang, warisan budaya, kegiatan pertanian, bentangan alam, jasa, pariwisata
sejarah dan budaya, serta pengalaman yang unik dan eksotis khas daerah. Dengan
demikian, pemodelan desa wisata harus terus dan secara kreatif mengembangkan
identitas atau ciri khas daerah. Ramuan penting lainnya dalam upaya
pengembangan desa wisata yang berkelanjutan yaitu pelibatan atau partisipasi
masyarakat setempat, pengembangan mutu produk wisata pedesaan, pembinaan
kelompok pengusaha setepat. Keaslian akan memberikan manfaat bersaing bagi
produk wisata pedesaan. Unsur-unsur keaslian produk wisata yang utama adalah
kualitas asli, keorisinalan, keunikan, ciri khas daerah dan kebanggaan daerah
diwujudkan dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya secara khusus
berkaitan dengan prilaku, integritas, keramahan dan kesungguhan penduduk yang
tinggal dan berkembang menjadi milik masyarakat desa tersebut. Oleh sebab itu,
pemodelan desa wisata bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan harus
8

terus secara kreatif mengembangkan identitas atau ciri khas yang baru bagi desa
untuk memenuhi tujuan pemecahan masalah yang berkaitan dengan krisis
ekonomi daerah pedesaan, semakin bertambah akibat adanya berbagai kekuatan
yang rumit, yang menyebabkan baik berkurangnya kesempatan kerja maupun
peningkatan kekayaan masyarakat desa, salah satu jalan keluar yang dapat
mengatasi krisis tersebut adalah melalui pembangunan industri desa wisata skala
kecil, sehingga mampu bersaing dan unggul dalam pembangunan daerah
pedesaan, dan dalam penciptaan lapangan kerja baru serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Prinsip pengembangan desa wisata menurut Sastrayudha (2010;21) adalah sebagai
salah satu produk wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi
pembangunan pedesaan yang berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip
pengelolaan antara lain, ialah: (1) memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat
setempat, (2) menguntungkan masyarakat setempat, (3) berskala kecil untuk
memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik dengan masyarakat setempat, (4)
melibatkan masyarakat setempat, (5) menerapkan pengembangan produk wisata
pedesaan.

Beberapa kriteria yang mendasarinya antara lain:


a. Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal yang biasanya
mendorong peran serta masyarakat dan menjamin adanya akses ke sumber fisik
merupakan batu loncatan untuk berkembangnya desa wisata.Mendorong
peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan ekonomi lainnya.
b. Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses pembuatan
keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan kawasan lingkungan dan
penduduk setempat memperoleh pembagian pendapatan yang pantas dari kegiatan
pariwisata.
c. Mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat.
d. Sedangkan dalam prinsip perencanaan yang perlu dimasukkan dalam
prelemenay, planning yaitu (1) meskipun berada di wilayah pariwisata tak
semua tempat dan zona lingkungan harus menjadi daya tarik wisata dan (2)
potensi desa wisata tergantung juga kepada kemauan masyarakat setempat untuk
bertindak kreatif, inovatif, dan kooperatif.
9

Tidak semua kegiatan pariwisata yang dilaksanakan di desa adalah benar-benar


bersifat desa wisata, oleh karena itu agar dapat menjadi pusat perhatian
pengunjung, desa tersebut pada hakikatnya harus memiliki hal yang penting,
antara lain:
1. Keunikan, keaslian, sifat khas
2. Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa
3. Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang secara hakiki
menarik minat pengunjung
4. Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi prasarana dasar, maupun
sarana lainnya.
2.4 Tujuan Pengembangan Desa Wisata
Sastrayudha (2010;21 tujuan pengembangan kawasan desa wisata adalah:
1) Mengenali jenis wisata yang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
2) Memberdayakan masyarakat setempat agar bertanggung jawab terhadap
perencanaan dan pengelolaan lingkungannya.
3) Mengupayakan agar masyarakat setempat dapat berperan aktif dalam
pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan kawasan
lingkungannya, dan agar mereka, mendapat jaminan memperoleh bagian
pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata.
4) Mendorong kewirausahaan masyarakat setempat.
5) Mengembangkan produk wisata desa.

2.5 Konsep Pedekatan Pengembangan Desa wisata


Pentingnya suatu pendekatan dalam proses pembangunan pemodelan agar dalam
upaya pembangunan tetap berorientasi kepada kepentingan masyarakat setempat,
lingkungan dan peletakan/pembagian zonasi yang tepat dan penataan. Lanskap
yang didasarkan kepada kondisi, potensi alam serta karakter sosial, budaya serta
ekonomi masyarakat setempat.
Inskeep (1991: 459) Pendekatan pengembangan desa wisata yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan kualitas lingkungan masyarakat, dasar utama yang senantiasa harus
dijaga keutuhannya, sehingga situasi konflik tidak akan timbul bila langkah-
langkah pendekatan dengan segala kearifan untuk memenuhi fungsi-fungsi timbal
balik, estetika, rekreatif, ilmiah dan konservasi.
2. Pendekatan perencanaan fisik yang meliputi daya tampung ruang, pemilihan daya
tampung ruang, pemilihan lokasi yang tepat serta peletakan zonasi yang seimbang
10

antara zona inti, zona penyangga, dan zona pelayanan, fisis, tanah, air dan iklim
biotis.
3. Pendekatan terhadap unsur-unsur pariwisata yang dapat dibangun dalam
hubungan dengan pemenuhan kebutuhan fasilitas bagi wisatawan.
4. Pendekatan dasar rencana tapak yang berkaitan dengan peletakan fisik, sistem
transportasi, sistem utilitas tipologis, pola penghijauan, pola disain/arsitektural,
tata bangunan, topografi, iklim, desain lanskap.
5. Pendekatan struktur geo-klimatologis dan geo-morfologis setempat harus
mendukung kesuburan dan keindahan seperti karakter, pegunungan/perbukitan
yang indah, udara yang sejuk serta kondisi hidrologis yang memungkinkan, budi
daya pertanian berkembang.

Unsur penting berikutnya dalam kawasan desa wisata yang berkelanjutan adalah
pelatihan masyarakat dari berbagai tingkat pendidikan, karena jenis pariwisata ini
memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional dalam
pengelolaannya. Unsur penting lainnya adalah yang erat kaitannya dengan
pembentukan kelompok pengusaha setempat, pembinaan kelompok pengusaha lokal
dapat membentuk suatu fungsi yang bermanfaat dan sungguh dapat memunculkan
usaha-usaha baru. Nilainya dapat diperoleh dengan memajukan/menampilkan produk
lokal seperti barang kerajinan makanan khas, minuman dan produk-produk lainnya
yang memberikan cita rasa kepada wisatawan tentang daerah tersebut dan dapat
digunakan untuk mempromosikan kekhasan tersebut kepada wisatawan. Semua itu
adalah produk yang dapat dimanfaatkan oleh usaha pariwisata lokal sendiri, dengan
demikian memajukan ciri lokal mereka sendiri dan mengembalikan lebih banyak uang
ke ekonomi daerah tersebut.
a. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

Desa wisata perlu dukungan melalui kelancaran dan efektivitas pemberdayaan


ekonomi rakyat, terutama untuk mengembangkan Usaha Mirko Kecil dan
KOPERASI (UMKK) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) agar masyarakat desa
mendapatkan pekerjaan yang layak, untuk itu perlu adanya pengembangan usaha
ekonomi dan mata pencaharian berkelanjutan yang dapat ditempuh dengan cara :
(1) Usaha Ekonomi Rakyat (usaha kecil, mikro dan koperasi) yang memanfaatkan
sumber daya lokal secara optimal dan lestari, (2) dikembangkan badan usaha milik
rakyat yang dapat berdampingan, kemitraan dengan Koperasi, (3) pengembangan
klaster-klaster usaha ekonomi rakyat yang menampilkan produk-produk unggulan
11

bernilai tambah tinggi sebagai sentra-sentra kemandirian ekonomi rakyat.


Dukungan bagi kelancaran dan efektivitas pemberdayaan ekonomi rakyat tersebut
di atas dapat dikembangkan secara partisipatif sesuai dengan prioritas masyarakat
seperti, prasarana fisik yang memperlancar transportasi dan komunikasi, pelayanan
dasar, perluasan ruang publik pada tingkatan masyarakat yang mendukung berbagai
lapisan masyarakat, pengembangan tenaga kerja dan lingkungan kerja bagi tenaga
kerja usia muda.
b. Pemberdayaan Sosial Budaya
Pendekatan integratif dalam menata kehidupan sosial dapat dikaitkan melalui
kearifan lokal yang terdiri dari pemerintah daerah, sebagai regulator dan fasilitator
melakukan identifikasi dan kegiatan atas bentuk, mekanisme dalam pemecahan
masalah ke pendudukan, perbaikan pelayanan dan peningkatan kualitas pendidikan,
perbaikan pelayanan masyarakat, Unsur-unsur tersebut perlu menjadi pertimbangan
utama dalam mengkaji kawasan desa wisata, mengingat pengembangan
kepariwisataan secara umum tidak terlepas kaitannya dengan pariwisata sebagai
suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat,
sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Disamping itu
beberapa pendapat menunjukkan adanya berbagai dampak yang tidak diharapkan,
seperti memburuknya kesenjangan pendapatan antara kelompok masyarakat,
memburuknya ketimpangan antara daerah, hilangnya kontrol masyarakat lokal
terhadap sumber daya ekonomi. Pentingnya kajian sosiologi terhadap penerapan
pemodelan pariwisata semakin jelas, karena tipe pariwisata yang dikembangkan
adalah desa wisata, dimana desa wisata mempunyai beberapa ciri, seperti; desa
wisata melibatkan masyarakat lokal secara lebih luas dan lebih intensif karena
dasarnya adalah berkaitan dengan kehidupan sosial budaya yang menjadi daya tarik
wisata melekat pada masyarakat itu sendiri.
Dampak terhadap sosial budaya pariwisata yang menurut Fiquerola (dalam Pitana,
2005:117) terdiri dari enam kategori, yaitu :
1) Dampak terhadap struktur demografi
2) Dampak terhadap bentuk dan tipe mata pencaharian
3) Dampak terhadap transportasi nilai
4) Dampak terhadap gaya hidup tradisional
5) Dampak terhadap pola konsumsi, dan
12

6) Dampak terhadap pembangunan masyarakat yang merupakan manfaat sosial


budaya pariwisata.

c. Pemberdayaan Lingkungan Desa wisata


Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya menyangkut tiga dimensi penting yaitu,
ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. Budiharsono (2006:10) dimensi
lingkungan, diantaranya mengenai upaya pengurangan dan pencegahan terhadap
polusi pengelolaan limbah serta konservasi/preservasi sumber daya alam.
Sedangkan prinsip-prinsip sistemik mencakup keanekaragaman, kemitraan dan
partisipasi strategi yang dapat ditempuh dalam perencanaan kawasan desa wisata
adalah antara lain:
1) kawasan desa wisata harus berdasarkan prinsip pembangunan yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan pembangunan bernuansa lingkungan memiliki
keterkaitan dengan pencegahan kerusakan sumber daya alam sebagai akibat dari
satu perkembangan kepariwisataan dan merupakan dampak baik terhadap
lingkungan hidup bigeofisik dan sumber daya alam, sosial ekonomi dan budaya
penduduk setempat. Karena itu kewaspadaan terhadap dampak lingkungan dalam
pemodelan desa wisata yang akan diakibatkan oleh kunjungan wisatawan massal
menjadi amat penting guna memelihara kelanjutan kualitas lingkungan
hidup/sumber daya alam yang tersedia di pedesaan.
2) Kawasan desa wisata harus sudah mengantisipasi secara terpadu, kemungkinan
terjadinya dampak lingkungan hidup/sumber daya alam sejak dini, yang digarap
sejak tahap perencanaan, sehingga upaya untuk mencegah dan mengarungi serta
mengendalikan dampak lingkungan hidup/sumber daya alam sebagai bagian dari
pengembangan desa wisata tidak terpisahkan dan dapat dilaksanakan.
3) Studi pra-rencana untuk mendukung desa wisata dalam pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan tersebut, sekaligus akan memberikan
masukan yang berharga akan tersedianya potensi desa wisata.
4) Pengembangan desa wisata lebih diarahkan dan dipacu guna menuju upaya
pengembangan ekowisata yang berpola pada upaya pemanfaatan dan
menyelamatkan lingkungan biogeofisik dan lingkungan sosial, ekonomi dan budaya
13

serta memelihara sumber daya alam pedesaan, dari perusakan lingkungan hidup dan
pemborosan sumber daya alam pedesaan.
5) Dalam rangka pengendalian dampak sosial ekonomi dan budaya, pengembangan
kawasan desa wisata harus ditujukan kepada upaya meningkatkan pemerataan
kesempatan, pendapatan, peran serta dan tanggung jawab masyarakat setempat
yang terpadu dengan upaya pemerintah (daerah) dan dunia usaha yang relevan.
6) Pengembangan kawasan desa wisata tidak dapat dilepaskan dari desa pusat,
pemerintah desa, desa tempat masyarakat desa sebagai tempat hidup mereka dan
desa tempat berekreasi masyarakat, hal ini penting untuk mencegah beralihnya aset
desa dan kepemilikan lahan masyarakat desa kepada pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab serta tersisihkannya masyarakat oleh berkembangnya
pendatang. Sejalan dengan strategi tersebut di atas maka dalam pengelolaan sumber
daya alam pedesaan melalui pelibatan masyarakat desa dalam mengelola dan
memanfaatkan sumber daya alam di pedesaan adalah mencakup peningkatan
efisiensi dan produktivitas, pemerataan hasil dan kesejahteraan secara profesional
dan pencapaian sumber daya berkelanjutan. Ke-tiga tujuan ini merupakan tiga pilar
yang secara bersama dan seimbang mendukung, keberadaan satu sumber daya alam
bagi kepentingan masyarakat di desa.
d. Pemberdayaan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia
Pemodelan kelembagaan dan sumber daya manusia pada desa wisata lebih
menekankan kepada: Pertama; investasi pada modal manusia (human capital) yaitu
dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Ke-dua; peningkatan kapasitas organisasi
di pedesaan, disamping organisasi pemerintahan desa yang secara bersama-sama
memiliki keinginan untuk mengembangkan desa wisata sebagai upaya
pembangunan yang berkelanjutan. Ke-tiga; memperluas dan mengintegrasikan
mandat organisasi dan kelompok sehingga efisiensi bisa tercapai. Ke-empat;
memperbaiki budaya kerja, kerja keras, tanggung jawab dan hemat, Ke-lima;
menghilangkan sifat dan mental negatif, boros, konsumtif yang dapat merusak
produktivitas. Sedangkan melalui pendidikan lebih diarahkan kepada peningkatan
kemampuan dan keterampilan masyarakat dalam bentuk pekerjaan yang sangat
dibutuhkan oleh pasar. Pendidikan pelatihan tidak hanya memberikan keilmuan
14

yang lebih penting adalah kesadaran untuk tumbuhnya sikap menerima, bekerja
sama, dan menimbulkan prilaku baru dalam upaya mengentaskan kemiskinan,
keterbelakangan dan ketergantungan. Mengingat perencanaan kawasan desa wisata
lebih banyak melibatkan peran, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, maka
bentuk perencanaannya lebih menitik beratkan kepada Community Based Tourism.
Pendekatan partisipatif merupakan strategi dalam paradigma pembangunan yang
bertumpu kepada masyarakat (people centred development). Strategi ini menyadari
pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan
internal dalam mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari dengan atau oleh
masyarakat desa yang dikenal sebagai satu pendekatan Participatory Planning dapat
diartikan sebagai metode yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi
meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan
desa membuat rencana dan bertindak. Desa wisata yang bertumpu pada masyarakat
merupakan suatu alternatif baru untuk meningkatkan hasil produksi guna memenuhi
kebutuhan masyarakat. Perencanaan partisipatif dapat dilakukan jika praktisi
pembangunan tidak berperan sebagai perencanaan untuk masyarakat tetapi sebagai
pendamping dalam proses perencanaan yang dilakukan oleh masyarakat.
2.6 Pengelolaan Desa wisata
Bentuk pengelolaan desa wisata pada dasarnya adalah milik masyarakat yang
dikelola secara baik, dengan mempertimbangkan beberapa aspek penting dalam
pengelolaan seperti; (1) aspek sumber daya manusia, (2) aspek keuangan, (3) aspek
material, (4) aspek pengelolaan dan (4) aspek pasar. Dalam satu wadah organisasi
masyarakat yang berbentuk kemitraan, manajemen korporasi, yayasan atau badan
pengelola desa wisata yang unsur- unsur pengelolaannya direkrut dari kemampuan
masyarakat setempat dan lebih mendahulukan peranan para pemuda yang memiliki
latar belakang pendidikan atau keterampilan yang dibutuhkan.
2.7 Studi Pendahuluan Yang Telah Dilaksanakan.
Hasil penelitian Penggembangan Desa Wisata Nelayan Kampung Laut Segara
Anakan Cilacap, Tarsoen Waryono (2008) : Aspek Pengembangan desa wisata harus
mempertimbangkan 1.aspek kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk memadu
serasikan dengan rencana strategi pembangunan pemerintah daerah , 2. aspek
kesinambungan regional merupakan serap aspirasi masyarakat mengacu atas
15

keselarasan untuk menjaga keseimbangan ekosistem atas dasar letak geografis dan
kondisi fisik wilayah 3.aspek peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan
asli daerah (PAD) dimana pengembangan desa wisata harus menjamin peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD)

n membaca subyek mereka.Pembuatan program computer untuk bang soal kosa kata bahasa
Inggris
16

BAB III. METODE PENELITIAN

Metode dalam penelitian pada tahap kedua adalah dengan melakukan pemetaan

(mapping) wisata dengan mengkaji masalah , kebutuhan, potensi dan hambatan dalam

pengembangan desa wisata serta melakukan perencanaan dengan menyusun program dan

kegiatan untuk pengembangan desa wisata untuk dijadikan pedoman perencaaan jangka

menengah desa (PJM Desa) agar pengembangan desa wisata menjadi prioritas

pembangunan desa dan berkelanjutan.

Rincian Kegiatan Tahap Kedua (th 2014)

Tahap kedua adalah menyusun perencanaan jangka menengah (PJM Desa) agar

pengembangan desa wisata menjadi prioritas pembangunan desa.

Langkah operasional tahap kedua :

1. Pembentukan tim perencanaan dan pengembangan desa wisata.

Dari hasil pelatihan akan dibentuk tim atau gugus tugas untuk melakukan pemetaan

dan identifikasi masalah, potensi dan kebutuhan wisata.

2. Identifikasi dan pemetaan masalah, potensi, dan kebutuhan serta hambatan untuk

pengembangan desa wisata

Tim perencanaan dan pengembangan desa wisata melakukan proses pemetaan ,

identifikasi masalah, potensi, dan kebutuhan wisata untuk pengembangan menjadi

desa wisata

3. Penyusunan program dan kegiatan pengembangan desa wisata

Hasil pemetaan dan identifikasi masalah, potensi, kebutuhan dan hambatan

pengembangan desa wisata dirumuskan dengan penyusunan program dan kegiatan ,


17

dilengkapi kajian analisis dampak sosial, ekonomi dan lingkungan untuk

pengembangan menjadi desa wisata.

4. Prioritasi program dan kegiatan pengembangan desa wisata

Prioritasi program dan kegiatan yang telah dirumuskan. Prioritasi dilakukan dengan

metode pembobotan terhadap manfaat, dampak dan kemampuan untuk

pengembangan desa wisata serta melakukan sikronisasi dengan perencanaan jangka

menengah desa (PJM Desa) sehingga segala bentuk kegiatan pembangunan desa

wisata akan didukung oleh APBDesa


Kerangka Penelitian 1. Pelatihan perencanaan dan
18
pengembangan desa wisata

2. Pelatihan analisis dampak


sosial, ekonomi dan
Tahap 1 (2013) sdh dilaksanakan
Peningkatan Kapasitas lingkungan dari
Masyarakat Melalui Pelatihan pengembangan daerah tujuan
Manajemen Daerah Tujuan wisata
Wisata
3. Pelatihan pemasaran daerah
tujuan wisata

1. Penyusunan tim perencanaan


dan pembangunan desa
wisata

2. Identifikasi dan pemetaan


masalah, potensi, kebutuhan
dan hambatan
pengembangan desa wisata
Tahap 2 (2014)
Perencanaan dan Pengembangan
desa wisata 3. Penyusunan program dan
kegiatan pengembangan
desa wisata

4. Prioritasi program dan


kegiatan pengembangan desa
wisata disinergikan dengan
PJM Desa

1. Sosialisasi program dan


kegiatan serta pembentukan
tim pengelola desa wisata dan
Penyusunan Panitia
Pembangunan desa wisata

2. Penyusunan proposal
kegiatan pembangunan desa
wisata oleh panitia
Tahap 3 (2015)
Pembangunan Desa Wisata dan
Pemasarannya 3. Pelaksanaan kegiatan
pembangunan desa wisata

4. Penyusunan strategi promosi


dan pemasaran desa wisata
19

BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1 Anggaran Biaya


Anggaran Penelitian Hibah Bersaing

No Jenis Pengeluaran Usulan Usulan Usulan Anggaran


Anggaran Tahun Anggaran Tahun III
I Tahun II (Rp)
(Rp) (Rp)
1 Honor Tim Peneliti Rp 12,000,000 Rp16,500,000 Rp 12,000,000
2 Bahan habis pakai dan Rp 22,285.000 Rp 22,435,000 Rp 7,625,000
Peralatan
4 Perjalanan Rp 8.500,000 Rp 10,180,000 Rp 6,600,000
5 Lain-lain Rp 6,950,000 Rp 7.000.000 Rp 6,950,000
Total Anggaran Rp 49.735.000 Rp 55.935.000 Rp 33,175,000
Total Keseluruhan Anggaran Rp138,845,000
Terbilang: Seratus empat puluh lima juta rupiah.

4.2 Jadwal Penelitian


Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tahun 1
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Penyusunan tim
perencanaan desa
wisata
2. Identifikasi dan
pemetaan
3. Menyusun program
dan kegiatan
pengembangan desa
wisata
4. Prioritasi program dan
kegiatan
5. Penyusunan Laporan
Penelitian
6. Seminar Laporan
Hasil Penelitian
7. Publikasi Hasil
Penelitian
20

DAFTAR PUSTAKA

Arthus, J.R (1973) An Econometric Analysis Of International Travel international monetary fund
staff papers.

Ashworth, G.J and J. turnbridge.1990. the tourist-Historic City. London: Pinter Publisher.

Assail, H. 1985. Marketing management: Strategy and action. Boston: Kent Publishing Company.

Baker, M.J. 1985. Marketing strategy and management. London: Macmillan.

Baligh, H.H.,& R.M Burton. 1979. Marketing in modernization: the marketing concept and the
organizations structure. Long Range Planning, 12,2: 92-96.

Baud-Bovy, M. 1982. New concepts in planning for tourism and recreation. Tourism
management, 3, 4: 308-313.

Bowles, R.T. 1981. Social impact assessment in small communities. Toronto: butterworth.

Bukart,A.J & Medlik,S (1981). Tourism: Past, Present and Future .London: Heinemann

Cravens, D.W. 1982. Strategic marketing. Homewood, Illionois: Richard D. Irwin.

Crompton, J.L., and C.W. lamb. 1986. Marketing government and social services. New York:
John Wiley & sons.

Davidoff, Philip, doris Davidoff, and Douglas Eyre. 1988. Tourism Geography. Elmsford, NY:
National Publishers.

Day, G.S. 1977. Diagnosing the product portfolio. Journal of marketing, 41, 2:29-38.

Direktorat Jenderal Pariwisata (1976,1977) Pariwisata Indonesia , Jakarta.

English Tourist Board. 1980. A strategy for tourism in the West Country. Exeter: English Tourist
Board.

English Tourist Board. 1981. Planning for tourism in England. Exeter: English Tourist Board.

Forbis, B.P., & W.t. Mehta. 1981. Value-based strategies for industrial products. Business
Horizons, 24, 3: 32-42.

Foster, D. 1985. Travel and tourism management. London: Macmillan.

Gross, C.W., & R.T. Petersen. 1976. Business forecasting. London: Houghton Miflin.

Heath, E.T. 1988. The nature and extent of regional tourism marketing and planning in South
Africa. Institute for Planning Research Report No. 30. Port Elizabeth, South Africa:
University of Port Elizabeth.
21

Inskep,Edward (1991) Tourism Planning : An Integrated and Sustainable Development


Approach. New York : Van Nostrand Reinhold.

Jain, S.C. 1985. Marketing planning and strategy, 2 nd ed. Cincinnati: South-Western Publishing
Company.

Krippendorf, J. 1982. Towards new tourism politicies. Tourism management, 3,3: 135-148.

Mayo,E.& Jarvis,L.P (1981). The Psychology of Leisure Travel. Boston : CBI Publising.

Middleton, Victor T. C. 1988. Marketing in travel & tourism. Oxford, England: Heinemann.

Mill, Robert Christie. 1990. Tourism: the international Business. Englewood Cliffs. New Jersey:
Prentice Hall.

Minshull, R. 1967. Regional geography: Theory and practice. Chicago: Aldine.

Plummer,J.T.1974. the concept and application of life style segmentation. Journal of marketing,
38, 1: 33-37.

Petersen, David C. 1989. Convention Centers, Stadium and Arenas. Washington, DC: Urban
Land Institute.

Ritchie, B.J. 1985. Tourism management information systems: Conceptual and operational issues
in Hawkins, D.E., Shafer, E.L., & Rovelstadt, J.M. (eds.) Tourism marketing and
management issues. Washington D.C., Washington University press, 337-355.

Sastrayuda, Gumelar S (2010) Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Leisure.

Shapiro, B.P., & B.B. Jackson. 1978. Industrial pricing too meet customer needs. Harvard
business review, 56,6: 119-127.

Spillane, Jemes J (2002). Pariwisata Indonesia : Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan.
Penerbit Kanisius dan Lembaga Studi Realino. Yogyakarta.

Stoner, J.A. 1982. Management. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall.

Toffler, A. 1981. The third wave. London: Pan Books.

Torre, I. azzeo. 1989. Waterfront development. New York: van nostrand reinhold.

United Nations Conference on Trade and Development (1973), Guidelines for Tourism Statistics
New York : United Nation)

Wiyono, Tarsoen (2008). Aspek Pengembangan Desa Wisata Nelayan Kampung Laut Segara
Anakan.

Woodside, A.G., & R. pitts. 1876. Effects of consumer lifestyle, demographics and travel
activities on foreign and domestic travel behavior. Journal of travel Research 14.3: 13-15.
22

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian

A. Anggaran Tahun Kedua (2014)

1. Honor
No. Pelaksana Jumlah pelaksana Waktu Honor Per Biaya/Rp
(bulan) Bulan
1 Ketua 1 10 850.000 8.500.000
2 Anggota 1 10 800.000 8.000.000
Jumlah Biaya Gaji dan Upah 16.500.000

2. Peralatan

No. Nama alat Jumlah Periode Harga sewa Biaya (Rp)


sewa per satuan
1. Gedung 1 2 750.000 1.500.000
2. LCD 1 2 500.000 1.000.000
3. Soundsistem 1 2 500.000 1.000.000
Jumlah biaya sewa alat 3.500.000

3. Bahan Habis Pakai


No. Nama Bahan Volume Harga satuan Biaya (RP)
1. Baner /Spanduk 1x 4 mx2 17.500 140.000
2. Kertas Plano 2 rim 200.000 400.000
3. Tinta printer 8 doz 32.500 260.000
4. Kertas HVS 4 rim 35.000 140.000
6. Transport peserta untuk 40 x 3 = 120 50.000 6.000.000
pemetaan masalah, potensi
dan kebutuhan selama 3 hari
7. Konsumsi peserta untuk 40 x 3 = 120 45.000 5.400.000
pemetaan masalah, potensi
dan kebutuhan serta
penyusuan program dan
kegiatan selama 3 hari
8. Spidol 2 Pax 42.500 95.000
9. Konsumsi peserta untuk 100 orang 15.000 1.500.00
rapat pleno untuk perumusan
dan prioritasi program dan
kegiatan pembangunan desa
wisata
10. Transport peserta untuk rapat 100 orang 50.000 5.000.000
pleno perumusan dan
23

prioritasi program dan


kegiatan pembangunan desa
wisata selama
Jumlah Biaya Bahan Habis Pakai 18.935.000

4. Perjalanan

No. Kota/tempat tujuan/kegiatan Volume Biaya satuan Biaya (RP)


1 Malang Batu (Penyiapan 10x 2 = 20 200.000 4.000.000
tim pemetaan Masyarakat)
2. Malang Batu (Pemetaan 4x2=8 200.000 1.600.000
masalah. Potensi dan
kebutuhan)
3. Malang Batu (Rapat pleno 1x2=2 200.000 400.000
perumusan dan prioritasi
program dan kegiatan)
4. Seminar Presentasi Hasil 1 kali PP@ 2 2.000.000 4.000.000
Penelitian di Jakarta orang
Jumlah Biaya Perjalanan , menginap dan makan 10.000.000

5. Lain-lain

No. Uraian Kegiatan Volume Harga satuan Biaya (RP)


1. Penggandaan Laporan 10 exemplar 120.000 1.200.000
2. Publikasi di Jurnal 1 artikel 800.000 800.000
6. Typing, filing 100 jam 50.000 5.000.000
Jumlah Biaya Lain-lain 7.000.000

Total Biaya Anggaran Tahun ke 2/2014 55.935.000


24

Lampiran 2. Dukungan sarana dan prasarana

Dukungan sarana dan prasarana dari LPPM Universitas Merdeka Malang adalah fasilitas
internet dan computer untuk melakukan upload dan download materi sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Dukungan sumberdaya manusia (SDM) untuk meningkatkan
kapasitas pelaku dan administrasi penelitian .

Lampiran 3.Susunan organisasi tim peneliti/pelaksana dan pembagian tugas

No Nama/NIDN Instansi Bidang Ilmu Alokasi waktu Uraian


Asal (Jam/Minggu) Tugas
1. DR.Tanto Gatot Ekonomi 12 Jam Fasilitator
UNMER
S.,SE,MM/0716106101 Pemetaan
Malang
wisata dan ,
penyusun
laporan hasil
penelitian
2. Mohamad Nur Ekonomi 12 Jam Fasilitator
Singgih,SE.,MM
UNMER
pemetaan
/0710057001 Malang
wisata,
penyusun
laporan hasil
penelitian

IV. Biodata Peneliti


a. Ketua Peneliti
b. Anggota Peneliti
1. Nama Lengkap : MOHAMAD NUR SINGGIH, SE., MMpar
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Jabatan Fungsional : Assisten Ahli
5. NIK : 669/FE
6. NIDN : 0710057001
7. Tempat /Tanggal Lahir : Sragen, 10 Mei 1970
8. Email : msingh_oslo@yahoo.com
9. Nomor Telepon/HP :081216365227
25

10. Alamat Kantor : Jln Terusan Dieng 62-64


11. Nomor Telepon :0341-581056
12. Lulusan yang Telah Dihasilkan :

1.Perekonomian Indonesia
2.Analisis Portofolio dan Investasi
13. Mata Kuliah yang Diampu 3. Pemasaran Jasa
4.Perilaku Konsumen
5.Manajemen Daerah Tujuan Wisata

B.Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi UNMER Malang UNPAD-Bandung
Ekonomi Ekonomi( Manajemen
Bidang Ilmu
(Manajemen) Tourism)
Tahun Masuk-Lulus 1988-1992 1998-2000
Analisis Efektifitas
Analisis Kelayakan
Perputaran Piutang
Pengembangan dan
terhadap Modal
Judul Skripsi/Tesis Pembangunan Objek
Kerja pada PT Tegel
Wisata Pantai Kondang
Indah Cemerlang
Merak Malang
Malang
Drs.M Burhan.,MM Prof Dr Ria Ratna
Nama Pembimbing/Promotor
Ariawati .,MS Ak

C. Pengalaman Penelitian 5 Tahun Terakhir


No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jml (Juta Rp)

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 tahun terakhir


No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Pendanaan
Masyarakat Sumber Jml (Juta Rp)
1. 2009 Program Penanggulangan APBN Rp 8.000.000.000
Kemiskinan Perkotaan Kota
Malang
2. 2010 Program Penanggulangan APBN Rp 6.000.000.000
Kemiskinan Perkotaan Kota
26

Malang
3. 2011 Pengembangan Pendidikan APBN Rp
Madrasah di Propinsi Jawa 10.000.000.000
Timur
4. 2012 Pengembangan Pendidikan APBN Rp
Madrasah di Propinsi Jawa 10.000.000.000
Timur

E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 tahun terakhir


No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Vol/Nomor/Tahun
1. Pengaruh faktor psikologis Jurnal Manajemen Magister Vol7/No2,Oktober
terhadap keputusan Pembelian Manajemen Program Pasca 2009 ISSN:1693
Produk di Alfamart Malang (studi sarjana Universitas Merdeka 1718
kasus Alfamart Tidar Malang) Malang
2. Kebijakan Strategi Jurnal Ekonomi Vol 11/No 1/Maret
Penanggulangan Kemiskinan : ARTHAVIDYA Kajian 2010
Kajian Kemiskinan dan Masalahnya Manajemen dan Keuangan ISSN:1410-8755
di Indonesia
3. Dampak Ekonomi Pariwisata di Jurnal Ekonomi Vol 11/ No 2/Oktober
Indonesia ARTHAVIDYA Kajian 2011
Manajemen dan Keuangan

F. Pemakalah Seminar Ilmiah(oral Presentation) dalam 5 tahun terakhir


No Nama Pertemuan Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
Ilmiah/Seminar

G. Karya Buku dalam 5 tahun terakhir


No Judul Buku Tahun Jumlah Penerbit
Halaman

H. Perolehan HKI dalam 5 tahun terakhir


No Judul /Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Lainnya dalam 5 tahun


terakhir
No Judul /Tema Rekayasa lainnya Tahun Tempat Respon
yang telah Diterapkan Penerapan Masyarakat

J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah,Asosiasi atau Institusi


Lainnya)
27

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun


Penghargaan

Semua data yang saya isikan dan cantumkan dalam biodata ini benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum, apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi .
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan penelitian.
Malang, November 2013
Pengusul

(MOHAMAD NUR SINGGIH, SE., MM)


28

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


Kantor : Jl. Terusan Raya Dieng 62-64 Telp.0341-581056/568395 fax 0341-
581056

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI /PELAKSANA

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : DR.Tanto Gatot.,SE.,MS


NIDN : 0716106101
Pangkat/Gol : Penata Tk1/III-D
Jabatan Fungsional : Lektor

Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul Model
Pengembangan Desa Wisata Secara Mandiri, Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan
Yang diusulkan dalam skema penelitian hibah bersaing untuk tahun anggaran 2014
bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga /sumber dana lain.
Bilamana dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan
seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas Negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya

Malang, November 2013

Mengetahui Yang Menyatakan


Ketua Lembaga Penelitian

Prof Ir.Agus Suprapto.,MSc,Ph.d DR.Tanto Gatot,SE.,MS


NIK 321/FT 421/FE
29

Anda mungkin juga menyukai