Anda di halaman 1dari 6

Pendahuluan

Proses produksi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan mulai dari perencanaan (desain) sampai
dengan penyerahan produk kepada pemilik. proses produksi merupakan kegiatan untuk
menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor
yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan
manusia. Dimana tidak lepas dari aktivitas pengelasan. Proses pengelasan ini sangat penting
dikarenakan untuk melakukan joint bagian-bagian. Dimana dalam proses pengelasan (welding) tidak
boleh ada defect sekecil apapun baik berupa crack, porosity, dan sebagainya. Proses pengelasan ini
merupakan bagian yang amat vital dalam proses produksi.

Makadari itu dalam proses pengelasan diperlukan hal-hal yang harus diperhatikan oleh para
surveyor dan para welder. Dalam paper ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang berkaitan
dengan welding.

Tujuan

1. Mengetahui cacat-cacat pengelasan yang terjadi pada proses produksi


2. Mengetahui syarat keberterimaan/ acceptance kriteria dari cacat-cacat pengelasan yang
terjadi
3. Mengetahui cara penanggulangan dari cacat-cacat pengelasan tersebut
Pembahasan

Proses Pengelasan adalah proses menyambung dua material baja dengan cara melelehkan dua
material tersebut dengan dibantu filler sebagai penyambungnya dan dengan atau tanpa gas sebagai
pelindungnya.

Proses pengelasan secara umum dapat di bagi menjadi :

1. Shielded Metal Arc Welding ( SMAW )


Proses ini biasa juga disebut Stick Welding, yaitu proses melelehkan base metal dengan
elektroda yang terbungkus fluks sebagai lapisan pelindungnya sehingga terjadi proses joining
didalamnya, dan menggunakan arus listrik sebagai energi penghasil panasnya. Proses ini
menggunakan electroda yang berpelindung ( coating ) berupa fluks yang akan mengeras dan
melindungi lasan saat proses selesai. Biasanya disebut sebagai slag.

2. Gas Metal Arc Welding ( GMAW )


Yaitu proses melelehkan base metal dan filler yang keluar terus menerus dari welding
gunnya sebagai logam pengisinya dimana menggunakan gas sebagai lapisan pelindung
sehingga dapat terjadi proses joining didalamnya. Didalam proses GMAW menggunakan Gas
inert seperti argon dan helium, serta juga menggunakan gas reactive types seperti oksigen
dan karbon dioksida. Proses ini tidak menghasilkan slag, tetapi membutuhkan ruang
tertutup untuk proses pengelasannya. Dikarenakan terdapat gas pelindung saat prosesnya.

3. Flux Cored Arc Welding ( FCAW )


Proses ini mirip denga GMAW yaitu menggunakan gas sebagai pelindungnya ( Gas Shielding
), tetapi ada juga yang menggunakan flux sebagai pelindungnya ( Self Shielding ) sehingga
juga akan terdapat slag setelah proses pengelasannya.

4. Gas Tungsten Arc Welding ( GTAW )


Yaitu proses melelehkan base metal dan filler metal serta menggunakan elektroda yang sulit
meleleh atau dinamakan tungsten, dengan sistem pelindung menggunakan gas inert. Proses
las GMAW tidak menghasilkan slag sehingga proses ini dikenal bersih. Filler metal juga dapat
dilelehkan oleh tangan welder atau automatis dengan bantuan mesin.

5. Submerged Arc Welding ( SAW )


Yaitu proses melelehkan base metal dan filler metal yang keluar secara berkelanjutan (
otomatis ) dimana menggunakan pasir flux sebagai pelindungnya. Sehingga proses ini
menghasilkan slag di akhir pengelasannya, dan harus dibersihkan terlebih dahulu.

Didalam proses pengelasan pasti juga terdapat cacat-cacat yang terjadi, bisa karena
kesalahan welder saat fit up, saat proses pengelasannya, maupun karena faktor lingkungan.
Didalam paper ini kami akan menjelaskan cacat-cacat yang terjadi saat proses pengelasan
pada proses produksi.
Cacat cacat yang terjadi

1) Crack / retak, merupakan cacat yang pasti direpair ( direject ) jika terdapat indikasinya.
Crack terjadi karena adanya tegangan, kekakuan, serta unsur unsur seperti hydrogen ( cold
cracking ) dan sulfur atau phospor ( hot cracking ). Crack yang sangat di takuti apabila
terdapat indikasi crack linear dan jika ujung dari cracknya tajam karena akan membuat crack
lanjutan jika diberi tegangan. Crack dibedakan dari arah pada weld metal ada Longitudinal
crack dan Tranverse crack.

Longitudinal Crack

Tranverse Crack

Selanjutnya, kita dapat membedakan crack dari lokasi crack tersebut di weld metal.

A. Throat crack, dinamakan begitu karena crack terjadi sepanjang weld throat, bentuk dari
crack ini yaitu longitudinal crack dan termasuk kedalam hot crack.

Throat Crack

B. Root crack, dinamakan begitu karena crack ini terjadi pada root dari las-lasan. Biasanya root
crack termasuk longitudinal crack
C. Toe crack, adalah crack yang terjadi di base metal yang dimulai dari toe pada las-lasan.
Disebabkan karena terlalu cembungnya reinforcement pada lasan sehingga menimbulkan
tegangan pada toe, ditambah ductility yang kurang pada mikrostruktur di daerah HAZ. Toe
crack termasuk kedalam cold crack.

Toe Cracks

D. Crater Cracks, disebabkan oleh kesalahan dari welder yang terlalu cepat mengangkat
elektroda sehingga tidak penuhnya daerah akhir lasan. Menyebabkan terbentuknya kawah
sehingga terlihat cekung, dan dapat dengan mudah terjadi crack apabila diberi tegangan.

Crater Cracks

E. Underbead cracks, terjadi pada daerah fusi antara weld metal dan base metal, atau lebih
tepatnya di daerah HAZ yang mendekati base metal. Crack ini berbentuk memanjang
sepanjang daerah fusi tersebut. Underbead cracks termasuk delaying crack karena bisa
diidentifikasi apabila telah melakukan pengelasan dan dengan waktu tunggu tertentu.

Underbead Cracks

Dari penjelasan diatas, kita telah mengetahui jenis-jenis crack. Maka karena itu terdapat syarat
keberterimaan produk ( acceptance criteria ), apakah reject yang berarti direpair ataukah acc.

Untuk Cacat crack menurut API 1104, bahwa


2) Incomplete Fusion
Adalah discontinuitas dimana weld metal tidak mengalami fusi dengan base metal
sehingga menyebabkan rongga di dalam las-lasan. Terjadi karena kesalahan welder saat
proses pengelasan. Diamana panas yang digunakan saat proses pengelasan kurang besar
disertai travel speed yang terlalu cepat juga, sehingga tidak terjadi fusi antara weld
metal dengan base metal. Incomplete fusion sangat sulit terdeteksi jika sudut dari
radiografi kurang tepat.

Incomplete fusion

Acceptance criteria menurut API 1104, semua Incomplete fusion di reject atau harus di repair.
Dikatakan incomplete fusion jika :

Panjang dari indikasi IF lebih dari 1 in (25 mm)


Jika ada indikasi IF sejajar jika dijumlah panjang keseluruhan 12 in ( 300 mm ) dengan
panjang setiap cacatnya 1 in ( 25 mm )
Jika ada indikasi IP dengan panjang lebih dari 8% dari panjang lasan dan jika dijumlah kurang
dari 12 in (300 mm)
3) Incomplete Penetration
Berbeda dengan incomplete fusion, IP terletak pada groove weld. Yaitu kondisi dimana
weld metal tidak menembus root dimana penembusan dibutuhkan pada spesifikasi.
Incomplete penetration ada yang diizinkan oleh code tertentu, ada juga yang tidak
memperbolehkan sama sekali jika ada incomplete penetration.

Incomplete Penetration

Acceptance criteria menurut API 1104, semua Incomplete penetration di reject atau harus di repair.
Dikatakan incomplete penetration jika :

1. Panjang dari indikasi IP lebih dari 1 in (25 mm)


2. Jika ada indikasi IP sejajar jika dijumlah panjang keseluruhan 12 in ( 300 mm ) dengan
panjang setiap cacatnya 1 in ( 25 mm )
3. Jika ada indikasi IP dengan panjang lebih dari 8% dari panjang lasan dan jika dijumlah
kurang dari 12 in (300 mm)
4) Lamelar tearing
Adalah cacat yang terjadi pada base metal, dan hanya terjadi pada fillet weld. Lamelar
tearing terjadi karena tingginya tegangan sisa. Semakin tebal material maka kesempatan
terjadi lamelar tearing semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai