TINJAUAN TEORITIS
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.
Cedera kepala adalah setiap trauma pada kepala yang menyebabkan cedera
pada kulit kepala, tulang tengkorak maupun otak (www.medicastore.com )
2. Keparahan cedera
3. Morfologi
Fraktur tengkorak : kranium: linear / stelatum; depresi/non depresi; terbuka /
tertutup
Trauma kepala adalah tipe trauma yang mengenai kulit kepala, skull, wajah,
struktur intra cranial termasuk meningien, otak dan batang otak.
2. Anatomi Fisiologi
Sistem syaraf pusat terdiri dari sekumpulan neuron dan bergabung menjadi
otak dan medula spinalis, daerah-daerah otak dan tulang belakang ditandai badan-
badan sel yang dikonsentrasikan kepada nukleus dan kelompok akson berjalan pada
jalur yang saling berhubungan deengan bagian masing-masing.
a. Tengkorak
Yang mengelilingi otak itu ialah tengkorak, sturktur tulang yang menutup
dan melindunginya. Tengkorak dibagi dalam 2 bagian utama yaitu cranium dan
tulang muka.
a. Otak
Otak beratnya kira-kira 3 pound (satu setengah kilo) dan dibagi secara
kasar :
1) Cerebrum
Hemisperium cerebri kiri dan kanan terdiri dari 4 lobus utama yaitu :
frontal, parietal, temporal, dan occipital. Cerebrum adalah bagian terbesar dari
otak, dibungkus dari sebelah luar dengan cerebra korteks yang tebalnya kira-
kira seperempat inci dan terdiri dari 14 milyar neuron. Menerima dan
menganalisa impluls, mengendalikan gerakan volunter dan menyimpan semua
pengetahuan dari impuls yang diterima. Tiap lobus otak mengikuti nama
tulang tengkorak yang diisinya, mengerjakan fungsi spesifik, seperti sensasi,
persepsei, penglihatan, rasa khusus dan pembicaraan.
2) Batang Otak
Berbagai struktur berada dalan batang otak. Batang otak terdiri dari
diencephalons, otak tengah, pons dan medulla oblongata.
3) Cerebellum
c. Meningens
Selaput jaringan syaraf pada otak dan medula spinalis disebut meningens.
Selaput ini menunjang, melindungi, memberi makan jaringan vital ini.
Pembungkus yang paling luar disebut durameter. 4 buah tonjolan yang masuk
sangat dalam, kedalam otak. Arachnoid merupakan membran yang halus yang
terletak dibawah durameter dan menutup otak sepenuhnya. Meningens yang
terdalam disebut piameter, penuh dengan pembuluh darah dengan pleksus-pleksus
pembuluh darah yang unik.
3. Etiologi
Manifestasi Klinis
a. Berdasarkan Derajat / Tingkatan
1) Tingkat I
2) Tingkat II
3) Tingkat III
4) Tingkat IV
b. Berdasarkan Lokasi
Lebih lambat dari HED, dan bedanya adalah timbulnya edema papil,
yang pada HED tak sempat timbul walau TIK meninggi. Nyeri kepala juga
menonjol, sedang interval lusid lebih sulit ditemukan. Perdarahan yang
disebabkan pecahnya berpuluh-puluh vena jembatan yang berjalam radial
ditepi dura dan pia, atau pecahnya sinus sagitalis superior yang lebih hebat dan
menyebabkan hematoma subdural akut. Operasi kraniotomi perlu dilakukan,
mungkin disertai duraplasty yang lebih sulit. Kadang-kadang HSD tipis tidak
memerlukan operasi.
1) Breathing
2) Blood
3) Brain
4) Bladder
5) Bowel
Usus yang penuh juga cenderung untuk meninggikan tekanan intra
cranial.
1) Cedera daerah kepala dan leher : laserasi, perdarahan, otore, rinore, ekimosis
periorbital, atau ekimosis retrourikuler.
6) Cedera ekstremitas yang dapat melibatkan jaringan tulang atau jaringan lunak
(otot, saraf, pembuluh darah). Terapi definitife cedera-cedera yang melibatkan
ekstrimitas kebanyakan dapat ditunda sampai setelah masalah-masalah yang
mengancam jiwa dapat teratasi.
1) Tingkat Kesadaran
(1) Spontan 4
b) Respon motorik
c) Respon verbal
d) Skala nyeri
_______ 6
_______ 4
_______ 3
_______ 1
(1) Normal 5
sederhana.
(4) Pasien butuh bantuan / peralatan yang banyak. 3
a) Dilatasi dan perlambatan respon cahaya pupil : gejala dini dari herniasi
lobus temporal.
b) Miosis pupil bilateral : tampil pada saat dini herniasi sefalik central akibat
kedua jaras simpatik pupilomotor yang berasal dari hipotalamus terganggu
sehingga tonus parasimpatisnya menjadi lebih dominan dan menimbulkan
kontriksi pupil.
d) Pupil horner unilateral : tampak pada kasus dengan lesi di batang otak.
e) Pupil dilatasi bilateral dan fixed : akibat dari perfusi cerebral yang tidak
adekuat seperti : hipotensi akibat kehilangan darah, atau gangguan aliran
darah cerebral karena peningkatan tekanan intracranial.
c) Tingkat kesadaran yang menurun adanya keluhan nyeri kepala mulai dari
derajat yang moderat sampai berat.
c) Kejang
d) Salah satu pupil melebar atau adanya tampilan gerakan mata yang tidak
biasa
h) Gaduh, gelisah
j) Pusing hebat
e) Pemberian pengobatan seperti : anti edema serebri, anti kejang dan natrium
bikarbonat.
4) Akhir-akhir ini ada beberapa obat yang penggunaannya mulai populer seperti
THAM dan barbiturat, THAM (This-hidroksi-metil-aminometana) merupakan
suatu buffer yang dapat masuk ke dalam susunan saraf pusat dan secara
teoritis lebih superior daripada natrium bikarbonat; dalam hal ini diharapkan
dapat mengurangi tekanan intracranial. Disamping untuk mengatasi tekanan
intra cranial yang meninggi, berbiturat mempunyai efek proteksi anoksia dan
iskhemia.
a. Higroma Subdural
b. Pneumatokel Traumatika
Keadaan ini ditimbulkan oleh fraktur tengkorak dan robeknya durameter sehingga
likuor bebas mengalir keluar serta berkumpul dijaringan lemak ekstracranial.
d. Prolap Serebri
Prolaps serebri terjadi akibat adanya fraktur tulang tengkorak yang terbuka
sehingga korteks serebri keluar dari tengkorak.
e. Ostitis Osteomielitis
f. Meningitis Encefalitis
Umumnya terjadi pada trauma kapitis dengan luka yang terbuka disamping
komplikasi sekunder dari focus : hidung, mastoid, atau sinus paranasal.
Abses subdural abses otak sering merupakan komplikasi lanjut dari cedera
kapala yang terbuka.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasikan status kesehatan klien (iyer et al, 1996).
a. Tipe Data
1) Data Subyektif.
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi atau keadaan.
2) Data Obyektif.
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi atau diukur. Fokus
pengumpulan data meliputi :
b. Sumber Data
1) Klien
Klien adalah sumber utama data ( primer ) dan perawat dapat menggali
informasi yang sebenarnya mengenai masalah klien.
2) Orang terdekat
Informasi dapat diperoleh dari orang tua, suami atau istri, anak atau
teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan dalam
berkomunikasi ataupun kesadaran yang menurun. Hal ini terjadi pada klien
anak-anak, dimana informasi diperoleh dari ibu atau yang menjaga anak
selama di rumah sakit.
3) Catatan klien
4) Riwayat penyakit
5) Konsultasi
8) Kepustakaan
Memperoleh literature sangat membantu perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan yang benar dan tepat.
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
3) Amati kepala dan belakang kepala bila terjadi luka atau edema
4) Periksa telinga dan hidung kalau kemungkinan ada darah atau cairan bening
yang keluar.
5) Pemeriksaan diagnostik :
a) Sinar X kepala dan servikal untuk mendeteksi lokasi dan parahnya fraktur.
CT Scan untuk mengenali adanya hematoma intracranial.
6) Bila pasien sadar dan orientasinya penuh, kaji respon terhadap kondisi dan
pemahamannya tentang kondisinya serta rencana penangannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada trauma kepala antara lain :
d. Aktual atau resiko terjadinya gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
dengan hipermetabolik, perubahan kemampuan untuk mencerna makanan.
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi atau terapi tirah baring.
f. Gangguan rasa nyaman nyeri kepala, pusing dan vertigo berhubungan dengan
kerusakan jaringan otak dan perdarahanotak / peningkatan tekanan intrakranial.
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
specifik ( iyer et al , 1996).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
5. Evaluasi
1) Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan. Pada keadaan ini,
perawat akan mengkaji masalah klien lebih lanjut atau mengevaluasi outcomes
yang lain.
2) Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan. Perawat mengetahui
keadaan klien pada tahap perubahan kearah pemecahan masalah. Penambahan
waktu, resources, dan intervensi mungkin diperlukan sebelum tujuan tercapai.
3) Klian dapat mencapai hasil yang ditentukan. Pada situasi ini, perawat harus
mencoba untuk mengidentifikasi alasan mengapa keadaan atau masalah ini
timbul.
1) Proses ( formatif)
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan
hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus
dilaksanaakan untuk membantu ke efektifan terhadap tindakan. Evaluasi
formatif terus-menerus dilaksanakan sampai tujuan yang telah ditentukan
tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi formatif terdiri dari analisa
rencana tindakan keperawatan, open chard audit, pertemuan kelompok,
inteview dan observasi dengan klien, dan menggunakan form evaluasi. Sistem
penulisan pada tahap evaluasi ini bisa menggunakan sistem SOAP atau model
dokumetasi lainnya.
2) Hasil (sumatif)
c. Dokumentasi