Anda di halaman 1dari 74

PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


NUMBERET HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK
PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS X1

OLEH

YULITA HABU

No. Registrasi: 16114028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

karuniaNya sehingga penulisan proposal penelitian dengan judul Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar Dan Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Materi Pokok Usaha Dan Energi

Kelas XI dapat terselesaikan.

Dalam penyelesaian proposal ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga

pada kesempatan ini diucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

Ibu Maria Ursula J. Mukin selaku Dosen mata kuliah Metodelogi penelitian pendidikan, yang

telah membimbing selama mata kuliah ini serta teman-teman yang selalu memberi masukan dan

dukungan sehingga proposal ini dapat diselesaikan.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR LAMPIRAN . iv

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan masalah 3
C. Tujuan Penelitian 4
D. Mamfaat Penelitian . 4
E. Batasan Penelitian .. 5
F. Asumsi .5
G. Penjelasan Istilah . 6

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA .. 7

A. Pembelajaran Fisika 7
B. Tinjauan Umum Pembelajaran Kooperatif . 8
C. Model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) .. 17
D. Kelebihan dan Kekurangan Numbered Head Together (NHT) . 20
E. Motivasi Belajar . 20
F. Prestasi Belajar 24
G. Mata Pelajaran Fisika ..28
H. Materi Pokok Usaha Dan Energi .29
I. Kerangka Berpikir 48

BAB III: METODE PENELITIAN 54


A. Jenis Penelitian .54

3
B. Tempat dan Waktu penelitian ...54
C. Subjek Penelitian ..54
D. Defenisi Operasional Variabel ..55
E. Perangkat Pembelajaran 55
F. Instrumen Penelitian .56
G. Teknik Pengumpulan Data57
H. Teknik Analisis Data.57

DAFTAR PUSTAKA ..58

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah dasar bagi individu untuk melatih, membimbing,

membina, mengelola segala bakat dan kemampuan yang dimiliki untuk kehidupan di masa

depan. Untuk memperlancar kebutuhan akan pentingnya pendidikan, maka segala komponen

pendidikan terutama yang berkaitan dengan proses belajar mengajar harus mendapat

perhatian serius. Unsur utama yang harus diperhatikan adalah pendidik. Dimana kualitas atau

mutu pendidikan bergantung pada mutu pendidik itu sendiri.

Untuk mendapatkan pendidik yang benar-benar bermutu membutuhkan waktu yang sangat

panjang. salah satu indikator kualitas pendidikan dapat dilihat dari prestasi peserta didik.

Dalam suatu proses belajar mengajar, motivasi merupakan salah satu faktor penting yang

sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didk. Peserta didik yang termotivasi

dengan baik dalam belajar akan meraih prestasi yang baik pula.

Menurut Winkel (1991) Menyatakan Motivasi belajar adalah dorongan-dorongan dalam

diri seseorang untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuannya.Dimana hal itu sangat

bergantung pada usaha, kemampuan dan kemauan dari individu itu sendiri. Indikator

motivasi belajar diantaranya: kemampuan peserta didik, setiap peserta didik memiliki

kemampuan belajar untuk melakukan sesuatu, kemampuan yang dimaksud adalah

kemampuan membaca, memahami sehingga motivasi atau dorongan belajar yang ada pada

diri individu akan makin tinggi, untuk berbuat sesuatu untuk dapat mewujutkan tujuan yang

diinginkan.

5
1. Indikator Motivasi Belajar

Menurut Handoko (1992: 59), untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar siswa, dapat

dilihat dari beberapa indicator sebagai berikut :

a. Kuatnya kemauan untuk berbuat

b. Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar

c. Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain

d. Ketekunan dalam mengerjakan tugas.

Prestasi belajar adalah hasil dari perubahan tingka laku yang dialami oleh subyek belajar

didalam suatu interaksi dengan lingkungan.permasalahan yang sering muncul adalah prestasi

belajar peserta didik yang belum mencapai hasil yang baik itu juga dipengaruhi oleh

lingkungan belajar peserta didik.Berdasarkan pengalaman penulis seorang peserta didik yang

tidak memiliki motivasi dalam belajar akan berakibat buruk terhadap prestasinya. Oleh

karena it motivasi dan prestasi peserta didik sangat dibutukan dalam proses belajar, karena

kurang adanya motivasi belajar peserta didik mengakibatkan prestasi yang kurang

memuaskan, karena segala sesuatunya itu dipaksakan maka akan berpengaruh terhadap hasil

yang diperoleh.

2. Indikator prestasi belajar

a. Ranah kognitif (cognitive domain) Surya, 1982; Barlow, 1985

mencakup:

Pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application),

analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).

b. Ranah afektif (affective domain) menurut Surya, 1982; Barlow, 1985, mencakup:

6
Penerimaan (receiving), partisipasi (responding), penilaian/penentuan sikap Ranah

psikomotorik (psychomotoric domain) menurut Surya, 1982; Barlow, 1985, mencakup:

Keterampilan kecakapan organisasi (organization), kefasihan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan dan menjamin

keterlibatkan semua siswa dalam pembelajaran adalah model pembelajaran Kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama.

Model pembelajaran ini merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan sebagai alternatif untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik dalam bekerja sama dengan orang lain, membuka kesempatan

kepada peserta didik berdiskusi, berdebat dan mengemukakan pendapat serta mendengarkan

pendapat orang lain.

Materi pokok Usaha dan energi merupakan salah satu materi fisika yang diajarkan pada

kelas XI sesuai dengan k13 cakupan materinya cukup luas oleh karena itu harus dikemas

dengan baik sehingga menjadi menyenangkan untuk dipelajari. Materi ini berhubungan erat

dengan pengalaman sehari-hari peserta didik yang membutukan analisis dan

sintesissehingga dalam pembelajarannya membutukan peserta didik untuk berpikir bersama

(Head together) dalam memahami fakta-fakta, konsep-konsep, dan teori-teori dengan

kehidupan peserta didik sehari-hari. Berada dalam kelompok belajar yang heterogen, peserta

didik diharapkan saling berinteraksi aktif dan saling membantu dalam memecahkan masalah

secara bersama-sama sehingga masalah yang rumit menjadi lebih mudah. Pengalaman

belajar yang dilakukan peserta didik dalam kelompok belajar dapat dipertanggung

berdasarkan penomoran (Numbered) yang dipanggil oleh guru dan peserta didik yang

7
bersangkutan mempertanggungjawabkannya untuk seluruh peserta didik dalam kelas.

Berdasarkan latar belakang diatas bahwa model pembelajaran kooperatif tipe numbered

head together (NHT) dapat menerapkan motivasi belajar dan prestasi belajar peserta didik

maka peneliti tertarik dengan judul

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERET


HEAD TOGETHER (NHT) MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN
PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK USAHA DAN
ENERGI KELAS XI

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka masalah yang ingin diteliti adalah

bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar peserta didik pada materi pokok usaha

dan energi kelas XI

Secara spesifik perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Kemampuan guru mengelolah kegiatan pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (

NHT).

2. Bagaima Ketuntasan indikator rmotivasi dan prestasi belajar menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together ( NHT).

3. Bagaimana Motivasi siswa dalam kelas model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together ( NHT).

4. Bagaimana Prestasi belajar siswa dalam kelas model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Head Together ( NHT).

8
5. Bagaimana Hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar dalam model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together ( NHT).

6. Bagaimana respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian pendidikan ini adalah mendeskripsikan model

pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together ( NHT) meningkatkan

motivasi belajar prestasi belajar peserta didik pada materi pokok usaha dan energi kelas X1.

Secara spesifik tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan Kemampuan guru mengelolah kegiatan pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together ( NHT).

2. Mendeskripsikan Ketuntasan indikator rmotivasi dan prestasi belajar menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together ( NHT).

3. Mendeskripsikan Motivasi siswa dalam kelas model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together ( NHT).

4. Mendeskripsikan Prestasi belajar siswa dalam kelas model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together ( NHT).

5. Mendeskripsikan Hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar dalam model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together ( NHT).

6. Mendeskripsikan respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT materi pokok Energi dan Usaha pada peserta didik

kelas XI SMA Negeri 2 Kupang Tahun Ajaran 2016/2017

9
D. Manfaat Penelitian
Adapun mamfaat dari penelitian ini adalah

1. Untuk pendidik

a. model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (

NHT) peserta didik diharapkan saling berinteraksi aktif dan saling membantu

memecahkan masalah yang rumit menjadi lebih mudah pada materi pokok usaha

dan energi kelas X1.

b. model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together

(NHT) peserta didik adanya kerja sama dalam kelompok belajar untuk mencapai

untuk mencapai tujuan penbelajaran khususnya pada materi pokok usaha dan

energi kelas X1.

c. Peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan materi

pembelajaran yang ditentukan

2. Untuk peneliti

a. Sebagai kesempatan untuk peneliti untuk lebih memahami, memahami dan

mengerti motivasi belajar dan prestasi belajar melalui pembelajaran

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

b. Untuk meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar melalui pembelajaran

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

3. Untuk sekolah

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan untuk meningkatkan

motivasi belajar dan prestasi belajar khususnya dalam pembelajaran fisika pada

materi pokok usaha dan energi kelas X1.

4. Bagi LKPD Unwira

10
a. Bagi LKPD Unwira penelitian sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan sistem

pembelajaran, terlebih bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang

memiliki tugas menghasilkan calon-calon guru profesional di masa depan dan

dapat dijadikanbahan masukan dalam mempersiapkancalon guru serta sebagai

pengembangan keilmuan khususnya masalah pembelajaran.

E. Batasan penelitian

Adapun batasan dari penelitian ini adalah

a. Penelitian ini hanya dibatasi pada materi pokok usaha dan energi

b. model pembelajaran pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

c. penelitian ini hanya pada peserta didik kelas X1

F. Asumsi

Adapun asumsi dari penelitian ini adalah

1. Peserta didik sunggu-sunggu mengikuti proses pembelajaran dan mengerjakan

tugas dengan baik.

2. Pengamat berlaku objektif dalam mengamati dan memberikan penilaian terhadap

peneliti selama proses pembelajaran berlangsung

3. Penelitin berlaku objektif dalam mengamati dan memberikan penilaian terhadap

peneliti selama proses pembelajaran berlangsung

G. Penjelasan Istilah
1. Penerapan adalah penggunaan suatu model tertentu (model pembelajaran

kooperatif tipe NHT)

2. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai suatu

11
tujuan belajar.

3. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaranyang

dicirikan oleh oleh struktur tugas yang sistematis dan terorganisir dalam dalam

kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda

4. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

a. Numbered (penomoran)

Peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5

orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor sesuai dengan

jumlah angota setiap kelompok.

b. Head (berpikir)

Dalam kelompok heterogen yang terdiri dari berbagai perbedaan tingkat

kemampuankognitif, bakat karakteristik, dan cara belajar yang berbeda-

beda untuk berpikir bersama-sama dalam memecahkan suatu pertanyaan

atau masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

c. Together (Bersama)

Peserta didik menyatukan pendapatnya dan saling membagi pengalaman

dalam meningkatkan kerja sama, memberi jawaban yang tepat terhadap

pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya

mengetahui jawaban kelompoknya.

d. Materi pokok Usaha dan Energi

1. Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha.

2. Usaha merupakan sesuatu yang dilakukanoleh gaya pada sebuah

benda, yang menyebabkan benda tersebut bergerak atau berpinda

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Fisika

Fisika adalah salah satu cabang dari sains yang mempelajari tentang kejadian

alam.

Pembelajaran fisika hendaknya dapat mendorong berkembangnya pemahaman

akan prinsip dan nilai-nilai fisika serta memantapkan berbagai konsep fisika pada anak

didik, membuat mereka mampu berpikir kritis dan menggunakan nalar mereka secara

efektif dan efisien serta menanamkan sikap ilmiah dalam diri mereka.

Dalam pembelajaran fisika terdapat kegiatan penyadaran atau penguasaan fisika

pada peserta didik atau siswa melalui interaksi pengajaran atau proses belajar mengajar

(PBM) (Sutarto, 2005).

Proses pembelajaran fisika menekankan pada pemberian pengalaman langsung

untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar

secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat

sehingga dapat membantu siswa memahami alam sekitar (Depdiknas, 2006:12).

B. Model Penbelajaran

Menurut Joyce (Trianto, 2007: 5) model pembelajaran adalah suatu perencanaan

atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat

pembelajaran. Setiap model pembelajaran mengarahkan guru dalam mendesain

13
pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan

pembelajaran tercapai.

Joyce dan Weil, (1980) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu

rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana

pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan

membimbing pembelajaran di kelas.

Joyce dan Weil, (1980:1) menyatakan model pembelajaran dapat dijadikan pola

pilihan, artinya para guru boleh memili model pembelajaran yang sesuai dan efisien

untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Soekamto, dkk (Trianto, 2009: 22) mengemukakan maksud dari model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang model pembelajaran dan para

guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan

pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.

Arends (Trianto, 2009: 25) menyatakan bahwa ada berbagai macam model

pembelajaran, sehingga tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik di antara

yang lainnya. Hal ini dikarenakan masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan

baik, apabila diujicobakan untuk materi pelajaran tertentu. Oleh karena itu, keunggulan

model pembelajaran sangat bergantung pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

adalah suatu pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman memberikan arah dan

kerangka bagi guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain,

14
model pembelajaran mengarahkan guru dalam mendesain pembelajaran untuk

membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C. Tinjauan Umum Pembelajaran Kooperatif


1. Pengertian pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih

mudah menemukan dan memahami suatu konsep yang sulit jika mereka berdiskusi

dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam sebuah kelompok untuk

saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks untuk mencapai

ketuntasan belajar.

Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompok untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Para peserta didik yang dibagi dalam klompok - kelompok kecil,

diarahkan untuk mempelajari materi yang disajikan oleh guru. Hal ini bertujuan

untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk terlibat secara

aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Sehingga sebagian besar kegiatan

pembelajaran yang dilakukan berpusat pada peserta didik dan guru hanya sebagai

fasilitator.

Nurulhayati, (2002:25) menyatakan pembelajaran kooperatif adalah strategi yang

melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.

Muslim Ibrahim, (2000:3) menyatakan pembelajaran kooperatif adalah suatu

aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk

menjalin kerja sama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas,tujuan.

Slavin (2007), Menyatakan pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa

berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.

15
Tom V. Savage (1987:217) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah

suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.

Menurut Sanjaya (2006:239) model pembelajaran kelompok adalah rangkaian

kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Slavin (Taniredja, 2011: 55) mengemukakan, In cooperative learning methods,

students work together in four member teams to master material initially presented by

the teacher. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning

adalah suatu model pembelajaran di mana dalam sistem belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga

dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar.

Menurut Trianto (2009: 56), di dalam kelas kooperatif peserta didik belajar

bersama dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4-6 orang yang sederajat

tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras dan satu sama lain saling

membantu.

Menurut Wina Sanjaya (2006: 243), model pembelajaran kooperatif

mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task)

dan komponen struktur intensif kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas

kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam

meyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur intensif kooperatif sesuatu yang

membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok.

Menurut Hamid Hasan Solihatin, (2007:4) Kooperatif/cooperative mengandung

pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama.

16
Menurut Sanjaya (2009:242) Pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil yaitu antara

empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,

jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda/heterogen. Salah satu strategi dari model

pembelajaran kelompok adalah strategi pembelajaran kooperatif (Cooperative

Learning) atau SPK.

Slavin Sanjaya, (2009:242) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil

penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan

hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta

dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan

kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan

pengetahuan dengan keterampilan.

Menurut Johnson & Hasan, (1996) ada empat unsur penting dalam strategi

pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Adanya peserta dalam kelompok

2. Adanya aturan kelompok

3. Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok

4. Adanya tujuan yang harus dicapai

Strategi pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utamyaitu:

a. Komponen tugas kooperatif (cooperative task) Komponen ini

berhubungan dengan hal-hal yang menyebabkan anggota bekerja sama

dalam menyelesaikan tugas kelompok.

17
b. Komponen struktur insentif kooperatif (cooperative incentive structure)

Komponen ini membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama

mencapai tujuan kelompok.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah sistem pengelompokan/tim kecil yang terdiri dari 4-6 orang peserta

didik yang sederajat, namun mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen) di mana satu sama lain saling

menyumbang pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara

individu maupun kelompok. Oleh karena itu, struktur intensif (incentive structure)

dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif, kerena struktur intensif

setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi

anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok.

2. Unsur dan Prinsip dalam Pembelajaran Kooperatif

a. Unsur penting dalam pembelajaran kooperatif

Menurut Roger & David Johnson (Lie, 2008) terdapat lima unsur penting

dalam belajar kooperatif, yaitu:

1) Pertama, Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence),yaitu

dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam menyelesaikan tugas

ketergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing

anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok

akan merasakan saling ketergantungan.

2) Kedua, Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaiyu

18
keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota

kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas

dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

3) Ketiga, Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu

memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok

untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling

memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

4) Keempat, Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu

melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam

kegiatan pembelajaran.

5) Kelima, Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus

bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil

kerja sama mereka, agar selanjutnya bias bekerja sama dengan lebih

efektif.

b. Prinsip utama dalam pembelajaran kooperatif

Yatim Riyanto (2009: 266) mengemukakan lima prinsip yang

mendasari pembelajaran kooperatif, yakni:

1) Positive independence, artinya adanya saling ketergantungan positif yakni

anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama dalam mencapai

tujuan.

2) Face to face interaction, artinya antara anggota berinteraksi dengan saling

berhadapan.

3) Individual accountability, artinya setiap anggota kelompok harus belajar

19
dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok.

4) Use of collaborative/social skill, artinya harus menggunakan keterampilan

bekerjasama dan bersosialisasi. Untuk itu, agar peserta didik mampu

berkolaborasi maka perlu adanya bimbingan guru.

5) Group processing, artinya peserta didik perlu menilai bagaimana mereka

bekerja secara aktif.

Stahl (Taniredja, 2011: 58), mengemukakan konsep dasar atau prinsip-

prinsip pembelajaran kooperatif meliputi: (1) Perumusan tujuan belajar yang

jelas; (2) Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar;

(3) Ketergantungan yang bersifat positif; (4) Interksi yang bersifat terbuka; (5)

Tanggung jawab individu; (6) Kelompok yang bersifat heterogen; (7) Intraksi

sikap dan perilaku sosial yang positif; (8) Tindak lanjut (follow up); dan (9)

Kepuasan dalam belajar.

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah strategi pengajaran yang melibatkan

peserta didik bekerja sama untuk belajar dalam kelompok dan bertanggung jawab pada

kemajuan belajar temannya. Pembelajaran kooperatif menekankan pada tujuan dan

kesuksesan kelompok yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok

mencapai tujuan atau penguasaan materi.

Johnson & Johnson (Trianto, 2009: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok

pembelajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi

akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena

bekerja dalam satu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di

20
antara peserta didik dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan,

mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan

masalah.

Tujuan pembelajaran kooperatif meliputi tiga tujuan penting, yakni hasil belajar

akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu dan pengembangan keterampilan

sosial (Amri & Ahmadi, 2010: 93).

a. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki

prestasi peserta didik atau tugas-tugas hasil belajar akademis penting lainnya.

Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur

penghargaan kooperatif dapat meningkatkan nilai atau hasil belajar akademik

peserta didik, dan juga memberi keuntungan sosial baik pada peserta didik

kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan

tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas

dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,

kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi

peluang bagi peserta didik dari berbagai latar belakang dan kondisi yang

berbeda untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan

melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai

terhadap perbedaan individu satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

21
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada

peserta didik keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-

keterampilan sosial penting untuk dimiliki oleh peserta didik, sebab saat ini

banyak peserta didik yang masih kurang dalam pengembangan keterampilan

sosial.

4. Karakteristik Model Pembelajaran

Menurut Sanjaya (2006: 242) karakteristik model pembelajaran kooperatif

adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran secara tim

Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Semua anggota tim (anggota

kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Setiap kelompok bersifat heterogen, artinya kelompok terdiri atas anggota

yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin dan latar belakang sosial

yang berbeda.

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen mempunyai empat fungsi yaitu fungsi perencanaan, fungsi

organisasi, fungsi pelaksanaan dan fungsi kontrol.

c. Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara

kelompok. Setiap anggota kelompok harus ditanam rasa saling membantu.

d. Keterampilan bekerja sama

Kemauan untuk bekerja sama kemudian dipraktekkan melalui aktivitas dan

kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan kerja sama. Peserta didik

22
didorong untuk sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.

Menurut Muslim Ibrahim, (2003:3), secara lebih ringkas mengemukakan ciri-

ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Kelompok dibentuk dengan peserta didik berkemampuan tinggi, sedang dan

rendah.

b. Peserta didik dalam kelompok sehidup semati.

c. Peserta didik melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama.

d. Membagi tugas dan tanggung jawab sama.

e. Akan dievaluasi untuk semua.

f. Berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja bersama.

g. Diminta mempertanggungjawabkan individual meteri yang ditangani.

5. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukkan

pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1
Langkah Langkah model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
Menyampaikan tujuan dan ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
memotivasi siswa siswa belajar.
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
Menyajikan informasi demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
Mengorganisasikan siswa ke membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
dalam kelompok-kelompok kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Belajar
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
Membimbing kelompok saat mereka mengerjakan tugas mereka.
bekerja dan belajar.

23
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
Fase 5
telah dipelajari atau masing-masing kelompok
Evaluasi
mempresentasekan hasil kerjanya.
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
Memberikan penghargaan maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Sumber : Ibrahim, dkk (Trianto, 2009: 67)

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan

salah satu dari beberapa tipe model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan

memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Teknik pembelajaran

dengan kepala bernomor (Numbered Head) pertama kali dikembangkan oleh

Spencer Kagan (1993). Teknik Pembelajaran NHT pada dasarnya merupakan

sebuah varian diskusi kelompok yang lebih banyak membutuhkan keaktifan dari siswa.

Trianto (2007) menyatakan Numbered Head Together (NHT) adalah merupakan

jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head

Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk

melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu

pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Trianto (2009: 82), menyatakan pembelajaran kooperatif tipe NHT atau

penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap

struktur kelas tradisional. Struktur pembelajaran NHT menghendaki agar siswa bekerja

sama dan saling membantu menyelesaikan tugas dalam kelompok kecil yang

beranggotakan 3-5 orang.

24
Anita Lie (2008: 59) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, selain itu model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) juga mendorong siswa

untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.

Pembelajaran NHT bertujuan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam

menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman

siswa terhadap isi pelajaran tersebut. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT

memiliki ciri khas tersendiri dari tipe model pembelajaran kooperatif lainnya, di

mana guru hanya menunjuk seorang siswa dengan menyebutkan nomor yang

mewakili kelompoknya itu, sehingga masing-masing anggota kelompok harus paham

dengan hasil kerja kelompoknya. Dalam pembelajaran ini dapat dipastikan bahwa

seluruh siswa akan terlibat total dalam pembelajaran dan merupakan cara yang sangat

baik untuk menambah tanggung jawab terhadap diskusi kelompok.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki empat fase sebagai sintaks

yang diterapkan dalam pembelajaran untuk meningkatkan suasana interaksi dan

komunikasi siswa dalam proses pembelajaran. Dalam mengajukan pertanyaan kepada

seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT (Trianto,

2009: 82-83).

a. Fase-fase sebagai sintaks dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai

berikut:

1. Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang

25
beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor

antara 1 sampai 5.

2. Fase 2: Mengajukan Pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi.

Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya ataupun

berbentuk arahan.

3. Fase 3: Berpikir Bersama

Semua siswa dalam kelompok menyatukan pendapatnya terhadap jawaban

pertanyaan itu dan menyakinkan tiap anggota dalam kelompok mengetahui

jawaban kelompoknya.

4. Fase 4: Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai

mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk

seluruh kelas.

Kesempatan berdiskusi dan berbagi ide tersebut merupakan suatu upaya

siswa untuk memperoleh berbagai informasi sehingga setiap orang mengetahui

jawaban atas pertanyaan. Dengan cara ini, para siswa akan menerima sebuah poin

tanpa memandang nomor mana yang dipanggil.

b. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan.

System pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin

terjadinya keterlibatan siswa, melalui memerhatikan mendengarkan tanya jawab

yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran yang bersifat otoriter, dingin

tanpa humor. Ini berarti lingkungan berorientasi pada tugas dan member harapan

26
tinggi agar siswa mencapai hasil belajar yang baik. (Trianto, 2010:44).

E. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Heads Together (NHT)

Spenser Kagan (1993) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

NHT mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe NHT, antara lain:

1. Setiap murid menjadi siap.

2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

3. Murid yang pandai dapat mengajari murid yang kurang pandai.

4. Terjadi interaksi secara intens antarsiswa dalam menjawab soal.

5. Tidak ada murid yang mendominasidalam kelompok karena ada nomor yang

membatasi.

Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe NHT, antara lain:

1. Tidak terlalu cocok diterapkan dalam jumlah siswa banyak karena

membutuhkan waktu yang lama.

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru karena kemungkinan

waktu yang terbatas.

F. Teori-Teori yang Melandasi Pembelajaran Kooperatif

1. Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri

dan mentranformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.

27
Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,

mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk

dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide, Slavin (Trianto,2009: 28)

Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip paling penting dalam psikologi

pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan

kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di benaknya. Guru

dapat memberi kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan siswa

kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan

membelajarkan siswa dengan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri

untuk belajar. Menurut Nur (Trianto, 2009: 28), guru dapat memberi siswa anak

tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan

siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.

2. Teori Motivasi

Teori ini memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana

siswa bekerja. Dari perspektif motivasional seperti yang dikemukakan oleh

Johnson dkk, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi dimana

satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika

kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, untuk meraih tujuan personal mereka,

anggota kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun

guna membuat kelompok mereka berhasil, dan yang lebih penting mendorong

anggota satu kelompoknya untuk melakukan usaha semaksimal mungkin. Dengan

kata lain, penghargaan kelompok yang didasarkan pada kinerja kelompok

menciptakan struktur penghargaan interpersonal dimana anggota kelompok

28
akan memberikan atau menghalangi pemicu-pemicu sosial (seperti pujian dan

dorongan) dalam merespon usaha-usaha yang berhubungan dengan tugas

kelompok (Slavin, 2005: 34).

3. Teori Vygotsky

Teori Vygotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran.

Menurutnya, proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani

tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas- tugas tersebut masih berada

dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development (Zona

perkembangan proksimal), yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas

daerah perkembangan seseorang pada saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi

mental yang lebh tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama

antar-individu (proses sosialisasi) sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu

terserap ke dalam individu tersebut atau internalisasi (Trianto, 2009: 39).

Vygotsky mengungkapkan salah satu ide pentingnya adalah scaffolding,

yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap- tahap awal

pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberi kesempatan

kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera

setelah anak mampu melakukannya. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat

mengembangkan belajarnya secara mandiri.

4. Teori Kognitif

Teori ini dibagi menjadi dua kategori utama yaitu:

a. Teori Pembelajaran Kognitif Piaget

29
Menurut Nur (Trianto, 2009: 29) Perkembangan kognitif sebagian besar

ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Piaget

yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting

bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu, interaksi sosial

dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu

memperjelas pemikiran yang pada akhirnya membuat pemikiran itu menjadi

lebih logis.

b. Teori Elaborasi Kognitif

Teori ini menyatakan bahwa jika informasi ingin dipertahankan dalam memori,

orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif,

atau elaborasi. Salah satu cara yang paling efektif adalah menjelaskan

materinya kepada orang lain. Penelitian terhadap pengajaran oleh teman

menemukan adanya keuntungan pencapain yang diterima oleh pengajar

maupun yang diajar. Dalam hal ini siswa penerima penjelasan elaborasi

belajar lebih banyak dari mereka yang belajar sendiri, tetapi tidak sebanyak

yang berperan sebagai pemberi penjelasan (Slavin, 2005: 38)

G. Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan sebagai upaya daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak

mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas

belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

30
Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik

yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik

akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa akan

belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:80) mengutip pendapat Koeswara

mengatakan bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental. Kekuatan mental

itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang Terkadang

ada keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan

sikap dan perilaku individu dalam belajar.

Menurut Mc.Donald, (2011:73) Motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan

terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini

mengandung tiga elemen penting.

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan dalam diri setiap individu

manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling, afeksi seseorang.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini

sebenarnya merupakan merespon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang

muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/

terdorong oleh adanya dari unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini

akan menyangkut soal kebutuhan. Dengan ketiga elemen di atas maka dapat

31
dikatakan motivasi itu sbagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan

menyebabkan terjadinya suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia.

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-

kondisi tertentu,sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia suka

maka akan berusaha untuk meniadakan atau menggelakan perasaan tidak suka itu. Jadi

motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh

dalam diri seseorang.dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya pengerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang

menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan

belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.

Dikatakan keseluruhan, karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-

sama menggerakansiswa untuk belajar.

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual.

Peranan yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat

untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi

untuk melakukan kegiatan belajar. Ibaratnya seseorang itu menghadiri suatu ceramah,

tetapi karena ia tidak tertarik,pada materi yang diceramahkan, maka tidak akan

mencamkan, apabilah mencatat isi ceramah tersebut. Seseorang tidak memiliki

motivasi, kecuali karena paksaan atau sekarang seremonial. Seorang siswa yang

memiliki inteligensia cukup tinggi, mentak (boleh jadi) gagal karena kekurangan

motivasi. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Bergayut dengan ini

maka kegagalan belajar siswa jangan begitu saja mempersalahkan pihak siswa, sebab

mungkin mungkin guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu

32
membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk berbuat/atau belajar. Jadi tugas

guru bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi

Menurut Hamzah Uno (2008) motivasi belajar adalah dorongan dan kekuatan

dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Dengan

kata lain motivasi belajar dapat diartikan sebagai suatu dorongan yang ada pada diri

seseorang sehingga seseorang mau melakukan aktivitas atau kegiatan belajar guna

mendapatkan beberapa keterampilan dan pengalaman.

Dilihat dari sumber yang menimbulkannya, motivasi belajar terbagi menjadi dua,

yaitu motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi

yang sudah ada dalam diri seseorang, tidak memerlukan rangsangan dari luar. Adapun

motivasi ekstrisik adalah motivasi yang muncul karena memerlukan rangsangan dari

luar, misalnya ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan dan

kemampuan.

Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai suatu motivasi

yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai karena mendapat dorongan dari luar

sehingga siswa dapat terlibat dalam aktivitas belajar atau menumbukan serta

membangkitkan semangat untuk belajar. Walaupun demikian tidak berarti bahwa

motivasi ektrinsik tidak memiliki posisi yang penting bagi para siswa.

Menurut Dimyati (2003) motivasi merupakan salah satu factor seperti halnya

inteligensi dan hasil belajar yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam

bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa

motivasi belajar adalah daya penggerak yang ada dalam diri seseorang baik bersifat

33
intrinsic maupun ekstrinsik yang dapat menimbulkan kegiatan belajar, memberi arah

dan menjamin kelangsungan belajar serta berperan dalam hal penumbuhan beberapa

sikap positif, seperti kegairahan, rasa senang belajar sehingga

Menurut Handoko (1992: 59), untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar siswa,

dapat dilihat dari beberapa indicator sebagai berikut :

1) Kuatnya kemauan untuk berbuat

2) Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar

3) Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain

4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas.

Dari keempat indicator di atas yang saya ambil itu adalah indicator ke 3 yaitu:

Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain. Agar mendapatkan hasil

belajar yang baik, seorang siswa haruslah mengutamakan belajar dari pada kegiatan

lain.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah

keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar

menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan

yang dikehendaki dapat tercapai. Dalam motivasi belajar dorongan merupakan

kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan dan

dorongan dalam hal ini adalah pencapaian tujuan. Motivasi diperlukan dalam

menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.

H. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan

kegiatan belajar pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan.

34
Menurut Cohen (1994), prestasi belajar siswa sangat bergantung pada jenis tugas

yang diterima oleh kelompok mereka dan cara kerja mereka menyelesaikan tugas

tersebut.

Menurut Suryabrata (2006: 297) menyatakan prestasi belajar sebagai nilai yang

merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh guru terkait dengan kemajuan

prestasi belajar siswa selama waktu tertentu

Menurut Suryabrata (1990) menyatakan prestasi belajar adalah evaluasi

pendidikan yang dicapai oleh siswa setelah mengalami proses pendidikan secara formal

dalam jangka waktu tertentu dan hasil tersebut berwujud angka.

1. Indikator prestasi belajar

a. Ranah kognitif (cognitive domain) Surya, 1982; Barlow, 1985

mencakup: Pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),

penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi

(evaluation).

b. Ranah afektif (affective domain) menurut Surya, 1982; Barlow, 1985,

mencakup:Penerimaan (receiving), partisipasi (responding),

penilaian/penentuan sikap Ranah

c. psikomotorik (psychomotoric domain) menurut Surya, 1982; Barlow, 1985,

mencakup:

Keterampilan kecakapan organisasi (organization), kefasihan.

I. Mata Pelajaran Fisika

Pendidikan sains pada hakekatnya menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan

35
memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan sains diarahkan untuk

mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa memahami alam

sekitar.

Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains.

Oleh karena itu, hakekat, fungsi, dan tujuan mata pelajaran fisika khususnya pada

tingkat SMP dapat ditinjau dan dipahami melalui pendidikan sains. Fisika sebagai

ilmu yang mempelajari fenomena alam, dan memberikan pelajaran yang baik

kepada manusia agar hidup selaras. Mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai

wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

J. Materi Pokok Usaha dan Energi

a. Usaha

Kata usaha atau kerja memiliki berbagai arti dalam percakapan sehari-hari.

Namun dalam fisika, usaha memiliki arti khusus yang memaparkan bagaimana sutau

gaya dikenakan pada benda sehingga benda tersebut berpindah. Ketika sebuah gaya

bekerja pada suatu benda sehingga menimbulkan perpindahan benda, dikatakan bahwa

gaya melakukan usaha pada benda tersebut. Perhatikan gambar di bawah ini!

Gambar 2.7 Sebuah gaya bekerja pada suatu benda sehingga menimbulkan

perpindahan benda

36
Jika gaya sebesar F yang dapat menyebabkan balok berpindah sejauh s terletak

pada sebuah garis lurus maka besarnya usaha W dapat dirumuskan sebagai berikut:

W=F.s

Usaha termasuk besaran skalar karena hanya mempunyai besar dan tidak

mempunyai arah. Usaha dala SI diukur dalam satuan N.m. Nama khusus untuk satuan

ini adalah joule (J). 1 J = 1 Nm dalam sistem cgs, usaha diukur dalam satuan erg (1erg

= 1 dyne.cm).

Gaya yang dikerahkan pada sebuah benda belum tentu dikatakan melakukan

usaha. Sebagai contoh, jika kita mendorong tembok ternyata tembok tersebut tidak

rubuh maka kita dikatakan tidak melakukan usaha. Karena tembok tidak bergerak

maka s = 0 sehingga W = 0

Usaha adalah besaran skalar, walaupan gaya F dan perpindahan s adalah

merupakan vektor. Menurut perkalian vektor (.), hasilnya harus berupa skalar.

Karena F(vektor) . s (vektor) menghasilkan skalar. Usaha yang dilakukan oleh gaya

konstan F membentuk sudut terhadap arah perpindahan benda,seperti terlihat pada

gambar di bawah ini, besar usaha adalah:

W = .

W = . S

= F cos

W = F cos s

W = Fs cos

37
Gambar 2.8 Usaha oleh gaya F yang membentuk sudut terhadap perpindahan benda s

Gambar 2.9 Penguraian vektor F menjadi komponen komponennya

Perhatikan gambar 2.7 Vektor F dapat diuraikan menjadi dua komponen gaya

yang saling tegak lurus, yaitu komponen F cos yang searah dengan arah perpindahan

benda dan F sin yang tegak lurus dengan arah perpindahan. Ternyata hanya

komponen gaya yang searah dengan perpindahan yang mengahsilkan usaha, yaitu

sebesar F.s cos

Berikut ini beberapa keadaan istimewa yang dihasilkan persamaan di atas

a. = 00

Untuk = 00, arah gaya F searah dengan perpindahan sehingga diperoleh

W = F cos 00 s (cos 00 = 1)
W = Fs

38
b. = 900

Untuk = 900, arah gaya F tegak lurus dengan arah perpindahan sehingga

diperoleh

W = F cos 900 (cos 900 = 0)


W=0

c. = 1800

Keadaan ini menyatakan bahwa arah gaya berlawanan dengan arah

perpindahan sehingga diperoleh

W = F cos 1800 s (cos 1800 = -1)

W = F.s (-1)

W = - Fs
a. Usaha Oleh Beberapa Gaya

1) Usaha oleh gaya-gaya searah

Perhatikan gambar berikut!

39
Gambar 2.10 Usaha oleh gaya-gaya searah

Sebuah meja didorong oleh dua orang dengan gaya yang arahnya sama. Dengan

adanya gaya-gaya tersebut benda berpindah sejauh s. Oleh karena gaya yang mengenai

meja terdiri atas gaya-gaya yang searah, maka besar gaya yang mengenai meja tersebut

adalah perpaduan (resultan) gaya yang segaris dari kedua gaya itu. Arah gaya

perpaduan sama dengan arah gaya-gaya penyusunnya. Bila gaya-gaya yang segaris

masing-masing F1 dan F2, usaha yang dilakukan oleh kedua anak itu adalah:

W = (F1 +F2) . s = W1 + W2

Jadi, usaha bersama yang dilakukan oleh dua buah gaya yang searah sama dengan

jumlah usaha yang dilakukan oleh setiap gaya.

2) Usaha oleh gaya-gaya yang berlawanan arah

Perhatikan gambar!

A B

Gambar 2.11 Usaha oleh gaya-gaya yang berlawanan arah

Misalnya gaya oleh kelompok A besarnya FA dan oleh kelompok B besarnya FB.

Tanda pada tambang berpindah ke kanan (searah dengan FB), bererti gaya yang

40
dilakukan oleh kelompok B lebih besar dari pada gaya yang dilakukan oleh

kelompok A. Dapat dituliskan FB > FA. Usaha total yang dilakukan oleh kedua

gaya adalah:

Jadi, usaha bersama yang dilakukan oleh dua buah gaya segaris yang arahnya

berlawanan sama dengan selisih usaha yang dilakukan oleh tiap-tiap gaya itu.

Apabila dua gaya segaris yang berlawanan arah tersebut besarnya sama,kedua

gaya tersebut tidak akan menghasilkan usaha (usahanya nol).

3) Usaha oleh Gaya konservatif dan Non konservatif

a. Gaya konservatif

Apabila usaha yang dilakukan oleh sebuah gaya ketika benda mulai bergerak

dari posisi awal hingga benda kembali lagi ke posisi awal sama dengan nol

maka gaya tersebut disebut sebagai gaya konservatif.Berikut ini contoh

beberapa gaya konservatif:

a). Gaya Berat

Tinjau sebuah benda yang bergerak vertikal ke atas hingga mencapai ketinggian

maksimum lalu bergerak ke bawah menuju posisi semula. Ketika bergerak vertikal ke

41
atas sejauh h, gaya berat berlawanan arah dengan perpindahan benda. Karena

berlawanan arah dengan perpindahan benda maka gaya berat melakukan usaha negatif

pada benda.

W = w h cos (180o) = w h = m g h

Setelah mencapai ketinggian maksimum, benda bergerak ke bawah menuju posisi

semula sejauh h. Ketika bergerak ke bawah, gaya berat searah dengan perpindahan

benda. Karena searah dengan perpindahan maka gaya berat melakukan usaha positif.

W = w h cos (0o) = w h = m g h

Massa benda (m), percepatan gravitasi (g) dan ketinggian (h) sama karenanya usaha

yang dilakukan oleh gaya berat ketika benda mulai bergerak vertikal ke atas hingga

kembali ke posisinya semula sama dengan nol.

W=mghmgh

W=0

b). Gaya Pegas

42
Tinjau sebuah pegas yang diletakkan horisontal. Jika ujung kanan pegas didorong

atau ditekan ke kiri maka pegas juga memberikan gaya dorong ke kanan. Anda dapat

membuktikan hal ini dengan menekan pegas. Misalnya pada ujung kanan pegas

ditempatkan sebuah benda lalu benda tersebut ditekan ke kiri. Setelah pegas

menyimpang, singkirkan tangan anda dari beban dan pegas. Pada saat tangan tidak lagi

menyentuh pegas, maka benda mendorong beban ke kanan. Ketika benda bergerak ke

kiri, arah gerakan benda berlawanan dengan arah gaya pegas. Karena berlawanan arah

maka gaya pegas melakukan usaha negatif.

W = k x2

Ketika benda bergerak ke kanan, arah gerakan atau perpindahan beban sama

dengan arah gaya pegas. Karena searah maka gaya pegas melakukan usaha positif.

W = k x2

Pegas yang digunakan sama sehingga konstanta pegas (k) sama. Simpangan pegas

juga sama. Karenanya usaha yang dilakukan oleh gaya berat ketika benda mulai

bergerak ke kiri sejauh x lalu kembali ke kanan sejauh x sama dengan nol.

W = k x2 - k x2

Usaha yang dilakukan oleh gaya berat dan gaya pegas selama benda bergerak dari

posisi awal hingga benda kembali lagi ke posisi semula sama dengan nol. Apabila

usaha yang dilakukan oleh sebuah gaya ketika benda mulai bergerak dari posisi awal

43
hingga benda kembali lagi ke posisi awal sama dengan nol maka gaya tersebut disebut

sebagai gaya konservatif.

b. Gaya Non Konservatif

Apabila usaha yang dilakukan oleh sebuah gaya ketika benda mulai bergerak

dari posisi awal hingga kembali lagi ke posisi semula tidak sama dengan nol

maka gaya tersebut dijuluki gaya tak konservatif. Berikut ini beberapa contoh

gaya non konservatif:

a). Gaya dorong dan Gaya gesek kinetis

Tinjau sebuah benda yang didorong ke kanan lalu didorong lagi ke kiri. Ketika

bergerak atau berpindah ke kanan, arah perpindahan benda sama dengan arah gaya

dorong (F) dan berlawanan arah dengan gaya gesek kinetis (fk). Karena searah dengan

perpindahan maka gaya dorong melakukan usaha positif pada benda.

W=Fs

Sebaliknya gaya gesek kinetis melakukan usaha negatif pada benda.

44
W = fk s

Ketika benda bergerak atau berpindah ke kiri, arah perpindahan benda sama dengan

arah gaya dorong dan berlawanan arah dengan gaya gesek kinetis. Karena searah

dengan perpindahan maka gaya dorong melakukan usaha positif pada benda.

W=Fs

Sebaliknya gaya gesek kinetis melakukan usaha negatif pada benda.

W = fk s

Usaha yang dilakukan oleh gaya dorong dan gaya gesek kinetis pada benda ketika

benda mulai bergerak dari posisi awal hingga kembali lagi ke posisi awal adalah

W = 2 F s dan W = -2 fk s

Usaha yang dilakukan oleh gaya dorong dan gaya gesek kinetis selama benda mulai

bergerak dari posisi awal hingga benda kembali ke posisi semual tidak sama dengan

nol.

Apabila usaha yang dilakukan oleh sebuah gaya ketika benda mulai bergerak dari posisi

awal hingga kembali lagi ke posisi semula tidak sama dengan nol maka gaya tersebut

dijuluki gaya tak konservatif.

b. Hubungan Antara Usaha dan Energi

Perhatikan gambar dibawah ini

45
Gambar 2.12 Usaha yang dilakukan bola untuk berpindah setinggi h

memerlukan energy

Sebuah bola berada di atas lantai. Bola tersebut kemudian digerakkan ke atas

dengan gaya F, akibatnya bola berpindah setinggi h. Hal ini berarti kita melakukan

usaha untuk memindahkan bola dari lantai sampai setinggi h. Ketika bola bergerak,

bola memiliki energi kinetik. Pada saat bola berada setinggi h, bola memiliki energi

potensial. Besarnya usaha yang diperlukan untuk memindahkan bola sama dengan

selisih energi kinetiknya atau selisih energi potensialnya.

Ep = Ek = W =F.s

Jadi, dapat disimpulkan bahwa besarnya usaha sama dengan besarnya perubahan

energi kinetik atau energi potensial pada benda.

c. Daya

Daya didefenisikan sebagai:

a. Usaha yang dilakukan gaya dalam satu satuan waktu.

46
b. Karena setiap besaran yang dibagi dengan selang waktu disebut laju, daya

didefenisikan juga sebagai laju melakukan usaha.

c. Kerena usaha selalu muncul apabila terjadi perubahan bentuk energi, maka daya

juga didefenisikan sebagai laju perubahan energi dari satu bentuk kebentuk yang

lain.

. P = F.v (berlaku
P= P=
untuk GLB)

Keterangan

P = daya (joule/ sekon = watt)

W = usaha (J)

t = selang waktu (s)

s = perpindahan (meter)

v = kelajuan (m/s)

Satu watt (1 W) adalah besar daya ketika usaha satu joule dilakukan dalam

selang waktu satu sekon.

b. Energi

Gambar 2.1 Anak-anak yang sedang Gambar 2.2 Matahari sebagai sumber
berlari ini menggunakan energi utama sangat
banyak energi dibutuhkan bagi segala
47
kehidupan di bumi
Dalam percakapan sehari-hari, kita menggunakan kata energi dalam banyak

hal. Seorang anak yang berlarian dan bermain kesana kemari tanpa kenal lelah sering

kita katakana penuh dengan energi. Kita sering pula menyebut krisis energi bila

membicarakan berkurangnya sumber-sumber minyak dan gas alam.

Energi dapat menyebabkan perubahan pada benda atau lingkungan

perubahan tersebut dapat terjadi dengan berbagai cara. Mobil yang melaju dapat

mengubah gerak mobil itu sendiri, orang atau benda-benda pada lintasannya. Energi

untuk menggerakan mobil ini berasal dari energi yang tersimpan dalam bensin yang

biasa disebut energi kimia. Seperti halnya energi kimia bensin yang dapat

menyebabkan mobil dan penumpang dapat berpindah tempat (melakukan usaha),

secara lebih sederhana kita dapat mendefenisikan energi sebagai kemampuan untuk

melakukan usaha. Defenisi sederhana ini tidak terlalu tepat untuk semau bentuk

energi.

1. SumberSumber Energi

Sumber energi yang paling utama adalah matahari. Sumber energi digolongkan

menjadi:

a) Energi yang dapat diperbaharui

Sumber energi persediaanya sangat banyak sehingga dapat digunakan secara

terus-menerus.

Contonya: energi angin, energi air, energi panas bumi, energi surya, tanah,

hutan.

b) Energi yang tidak dapat diperbaharui

48
Sumber energi yang jika sudah habis, maka tidak dapat diadakan kembali

dan jumlahnya juga terbatas dan untuk memperolehnya diperlukan waktu

yang sangat lama.

Contohnya: minyak, gas alam, batubara.

Energi ini disebut juga energi konvensional (engeri fosil) karena berasal

dari tumbuh-tumbuhan dan bangkai-bangkai organisme yang tertimbun

selama ratusan juta tahun lalu.

2. Macam-Macam Bentuk Energi

a) Energi Kimia

Energi yang terkandung dalam bahan makanaan dan bahan bakar. Energi

kimia ini dapat digunakan untuk menggerakan mobil, pesawat terbang, dan

kereta api. Selain itu, aktivitas manusia dan binatang juga memerlukan

energi kimia.

b) Energi Listrik

Energi listrik ditimbulkan oleh adanya muatan listrik yang bergerak.

Muatan listrik yang bergerak disebut arus listrik.

Energi listrik banyak dimanfaatkan untuk keperluan,

misalnya menyalakan lampu pijar,televisi, kipas angin, bahkan dalam

industri untuk menggerakan mesin-mesin.

c) Energi Bunyi

Energi yang ditimbulkan oleh partikel-partikel udara yang bergetar di

daerah sumber bunyi. Energi bunyi berasal dari benda-benda yang bergetar

baik padat, cair, maupun gas.

49
d) Energi Panas

Energi yag dihasilkan oleh gerakan partikel penyusun sebuah benda.

Energi panas dapat berasal dari batubara yang dibakar. Energi panas juga

dapat berasal dari energi kinetik benda-benda yang bergesekan.

e) Energi Cahaya

Energi cahaya ditimbulkan oleh sumber cahaya, misalnya cahaya matahari,

api dan lampu pijar. Energi cahaya dapat menimbulkan energi lain,

misalnya energi panas.

f) Energi Kinetik

Energi yang dimiliki oleh sebuah benda yang sedang bergerak. Sebuah

benda yang bergerak mempunyai energi kinetik atau tenaga karena bnda

bergerak dapat menghasilkan gaya yang dapat melakukan usaha.

g) Energi Potensial Gravitasi

Energi yang dimiliki oleh benda yang berada pada ketinggian tertentu dari

permukaan bumi. Jika sebuah benda berada pada ketinggian tertentu di ats

tanah, benda itu dapat menghasilkan gaya untuk melakukan usaha.

h) Energi Atom atau Nuklir

Energi atom (nuklir) adalah energi yang terdapat dalam inti atom. Pada

reaksi atom (nuklir), inti atom pecah atau bergabung menjadi inti atom lain

dan partikel-partikel lain dengan melepaskan energi dalam bentuk panas

(kalor).

50
3. Konsep Energi dan Perubahan Dalam Keseharian

Konversi energi adalah perubahan bentuk energi dari satu bentuk ke

bentuk yang lain. Alat atau benda yang malakukan konversi anergi adalah

konverter energi. Sebagai contoh, setrika listrik mengubah energi listrik

menjadi energi kalor.

4. Hukum Kekekalan Energi

Bunyi hukum kekekalan energi

Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya

dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Dengan kata lain, energi

yang dimiliki oleh benda selalu konstan (sama), meskipun terjadi perubahan

energi.

a). Pada titik tertingginya, energi b). Saat ia berayun menuju bagian
mekanik berupa energi potensial. terendah, ia semakin cepat dan
energi kinetiknya bertambah
karena ketinggiannya
berkurang, pada saat itu energi
potensialnya berkurang.

51
c). Saat ketinggian bertambah pada sisi d). Saat ia mencapai titik tertinggi dan
lainnya, ayunan mulai melambat dan bersiap-siap untuk mengayun lagi
kehilangan energi kenetikn. Saat pada arah sebaliknya energi
ketinggiannya bertambah, energi mekanik ayunan berupa energi
potensialnya juga bertambah. potensial.

Gambar 2.3 Peristiwa sehari-hari yang dapat membuktikan hukum

kekekalan energi

5. Enrgi Potensial Gravitasi dan Energi Kinetik

(a) Energi Potensial Gravitasi

Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena

ketinggian (kedudukannya) terhadap suatu bidang tertentu.

Gambar 2.4 Sebuah benda bermassa m yang bergerak ke bawah sepanjang

sumbu y

52
Gaya-gaya yang bekerja pada benda adalah beratnya sendiri yang besarnya

w = m.g dan gaya lain yang resultannnya sama dengan F. Kita akan

menentukan usaha yang dilakukan oleh gaya berat benda jika benda

tersebut jatuh dari ketinggian h1 ke h2 (h = h2 h1). Berat benda w dan

perpindahannnya searah, sehingga usaha yang dilakukan oleh beratnya

bernilai positif dan besarnya:

Wgrav = F. s

Wgrav = w . (h2 h1)

Wgrav = m.g.(h2 h1)

Wgrav = m.g.h2- m.g.h1

Wgrav = Ep = Ep2 Ep1


Dengan demikian pada ketinggian h benda memiliki energi potensial
Usaha = Perubahan energi potensial
gravitasi, yaitu kemampuan untuk melakukan usaha sebesar w =m.g. Jadi

energi potensial gravitasi dapat dirumuskan:

Epgrav = m g h
Keterangan:

Ep: Energi potensial gravitasi (joule atau kg m2/s2)

g: percepatan gravitasi bumi (m/s2)

m: massa benda (kg)

h: Ketinggian benda dari titik acuan

Apabila benda tersebut ditarik ke atas oleh gaya F dari ketinggian awal h 1

sampai mencapai ketinggian h2, maka usaha yang dilakukan oleh gaya F

adalah:

53
Gambar 2.5 Sebuah benda bermassa m yang bergerak ke atas sepanjang

sumbu y
W = Ep

W = Ep2 Ep1

W = m.g.h2 m.g.h1

Usaha yang dilakukan oleh gaya berat bernilai negatif karena arah gaya

berat berlawanan dengan arah perpindahan benda:


W = - Ep

W = - (m.g.h2 m.g.h1)

Selain karena gravitasi, energi potensial juga dapat disebabkan oleh pegas

yang diregangkan atau ditekan. Jika gerak yang terjadi pada benda berupa

gerak vertikal (benda jatuh/dilempar vertikal ke atas), maka berlaku

hubungan sebagai berikut:

54
v=0
Em = Ep

Ek = Ep

Em = Ek

Vmaks tanah (h=0)

Gambar 2.6 Skema perubahan energi pada benda jatuh

1. Pada saat benda belum dijatuhkan, posisinya berada pada ketinggian

maksimal, maka energi kinetik benda tersebut sama dengan nol.

Sehingga:

Em = Ep

2. Pada saat benda berada di tengah-tengah lintasan yang vertikal, maka

besar energi potensial benda sama dengan besar energi kinetiknya.

Sehingga:

Ek = Ep

3. Pada saat benda tepat menyentuh permukaan tanah/sesaat sebelum

dilempar, maka energi potensialnya sama dengan nol. Sehingga:

Em = Ek

(a) Energi Kinetik

Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena

geraknya atau kelajuannya. Untuk menunjukkan adanya energi kinetik,

cobalah gerakkan kedua tanganmudengan cara menggosokkan telapak


55
tangan satu sama lain. Apa yang kamu rasakan? Saat menggosok-

gosokkan kedua telapak tangan, kamu akan merasakan hangat pada

bagian itu. Makin cepat gerakan tangan, makin panas suhu tangan yang

kamu rasakan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa besarnya energi kinetik

bergantung pada kecepatan gerak yang dilakukan. Selain itu, energi

kinetik pun bergantung pada massa benda. Makin besar massa benda,

makin besar pula energi kinetik yang dihasilkan. Berdasarkan hubungan

ini, energi kinetik dapat dirumuskan sebagai:

Ek = mv2
Keterangan

M : massa benda (kg)

V : Kecepatan benda (m/s)

Ek : Energi kinetik (kg m2/s2)

(b) Energi Mekanik

Energi mekanik merupakan penjumlahan entara energi potensial

dan energi kinetik. Secara sistematis, besarnya energi mekanik dapat

dirumuskan;

Em = Ep + Ek

Em = mgh + mv2

56
K. Kerangka Berpikir

dalam bukunya Business research (Sugiyono, 2006: 91) mengemukakan

bahwa, kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting. Selanjutnya, Sugiyono (2006: 92) menyimpulkan bahwa kerangka

berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun

dari berbagai teori yang dideskripsikan. Berdasarkan teori yang telah

dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sitematis, sehingga

menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa

tentang hubungan variabel tersebut yang selanjutnya digunakan untuk merumuskan

hipotesis.

Bruner (Budiningsih, 2003: 11-13), mengemukakan dua teori dalam

pembelajaran, yaitu teori preskriptif (teori pembelajaran) dan teori deskriptif (teori

belajar). Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan

metode pembelajaran yang optimal, sedangkan deskriptif karena tujuan utama teori

belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori belajar lebih memperhatikan

hubungan antara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar, sedangkan teori

pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang

lain agar terjadi proses belajar.

Teori deskriptif merupakan goal free, artinya teori ini dimaksudkan untuk

memberikan hasil. Teori-teori dan prinsip-prinsip deskriptif menempatkan varibel

kondisi dan metode pembelajaran sebagi givens, dan menempatkan hasil

57
pembelajaran sebagai variabel yang diamati. Dengan kata lain, kondisi dan metode

pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil pembelajarn (efek dari interaksi antara

metode dan kondisi) sebagai variabel tergantung.

Teori preskriptif merupakan goal oriented, artinya teori ini dimaksudkan untuk

mencapai tujuan. Teori-teori dan prinsip-prinsip preskriptif menempatkan

kondisi dan hasil pembelajaran sebagai givens, dan metode yang optimal ditetapkan

sebagai varibel yang diamati. Jadi, kondisi dan metode yang optimal untuk mencapai

tujuan pembelajaran ditempatkan sebagai varibel tergantung. Hubungan antara

variabel inilah yang menunjukkan perbedaan antara teori pembelajaran yang

deskriptif dan preskriptif.

Hasil pembelajaran yang diamati dalam pengembangan teori

preskriptif adalah teori pembelajaran yang diinginkan (desired outcomes) yang

telah ditetapkan lebih dahulu. Sedangkan, dalam pengembangan teori deskriptif,

yang dimati adalah hasil pembelajaran yang nyata (actual outcomes) dalam

pengertian probabilistik atau hasil pembelajaran yang mungkin muncul bisa jadi

bukan merupakan hasil pembelajaran yang diinginkan. Dengan kata lain, teori

pembelajaran preskriptif berisi seperangkat preskripsi guna mengotimalkan

model/strategi pembelajaran yang diinginkan di bawah kondisi tertentu,

sedangkan teori pembelajaran deskripsi berisi deskripsi mengenai hasil

pembelajaran yang muncul sebagai akibat dari digunakannya model/strategi tertentu

di bawah kondisi tertentu. Dengan demikian, teori yang sesuai dengan tujuan

penelitian ini adalah teori preskriptif, yaitu untuk mencapai penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) yang optimal.

58
. Berikut ini ditampilkan kerangka berpikir yang menggambarkan hubungan

variabel/masalah dalam pembelajaran yang sesuai dengan teori pembelajaran

preskriptif

Gambar Skema Kerangka Berpikir


Model pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT

Sintaks

Penomoran Mengajukan Berpikir Menjawab


Pertanyaan Bersama

Indikator Motivasi Belajar Indicator Prestasi Belajar

Kuat kemauan untuk berbuat. Pengetahuan,Pemahaman,Penerapan, Sintesis,


Evaluasi,
Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar.
Penerimaan, Partisipasi, Penilaian,.
Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain.
Keterampilan, Organisasi, Kecakapan,Kefasian.
Ketekunan dalam mengerjakan tugas.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head


together ( NHT) untuk meningkatkan motivasi belajar dan
prestasi belajar peserta didik pada materi pokok usaha dan
energy kelas XI

Berdasarkan skema, ada tiga aspek penting yang dikemukakan dalam

pembelajaran yaitu, model pembelajaran, sintaks, motivasi belajar, dan prestasi

belajar.

Aspek model/metode pembelajaran lebih menekankan pada proses

59
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada

materi pokok Usaha dan Energi. Sedangkan aspek hasil pembelajaran, menekankan

pada hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang optimal. Model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu

dari beberapa tipe model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif

tipe NHT dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan

untuk meningkatkan penguasaan akademik.

Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan

struktur empat fase sebagai sintaks NHT (Trianto, 2009: 82-83).

Fase-fase sebagai sintaks dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah

sebagai berikut:

1. Fase 1: Penomoran

2. Fase 2: Mengajukan Pertanyaan

3. Fase 3: Berpikir Bersama

4. Fase 4: Menjawab

Aspek motivasi belajar Motivasi belajar merupakan sebagai upaya daya upaya

yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi

mencapai suatu tujuan

Indicator motivasi belajar sebagai berikut :

1) Kuatnya kemauan untuk berbuat

2) Jumlah waktu yang disediakan untuk belaja

3) Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain

4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas.

60
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan

kegiatan belajar pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau

dilakukan.

Indikator prestasi belajar

Ranah kognitif (cognitive domain) Surya, 1982; Barlow, 1985

mencakup: Pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),

penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi

(evaluation).

d. Ranah afektif (affective domain) menurut Surya, 1982; Barlow, 1985,

mencakup:Penerimaan (receiving), partisipasi (responding),

penilaian/penentuan sikap Ranah

e. psikomotorik (psychomotoric domain) menurut Surya, 1982; Barlow, 1985,

mencakup:

Keterampilan kecakapan organisasi (organization), kefasihan.

61
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Dalam hal ini mendeskripsikan

kemampuan guru dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran di kelas, ketuntasan

indikator motivasi belajar dan prestasi belajar ketuntasan, motivasi belajar dan

prestasi belajar keterampilan kooperatif peserta didik, serta respon peserta didik

terhadap kegiatan pembelajaran.

B. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada waktu dan tempat seperti yang tertulis

berikut ini.

1. Tempat Penelitan

Penelitian ini dilakukan di XI SMA Negeri 2 Kupang.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2016/2017

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru (peneliti) dan peserta didik Kelas XI

SMA Negeri 2 Kupang tahun ajaran 2016/2017. Teknik yang digunakan dalam

memilih subyek penelitian peserta didik Kelas XI SMA Negeri 2 Kupang adalah

teknik purposive sampling (sampel bertujuan) yaitu, untuk mendapatkan informasi

tentang pengelolaan pembelajaran oleh guru (peneliti), ketuntasan indicator

motivasi belajar dan prestasi belajar, motivasi belajar dan prestasi belajar yang

62
diperoleh peserta didik, serta respon peserta didik yang mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran NHT.

D. Defenisi Operasional Variabel

Ada beberapa defenisi operasional variabel yang terdapat pada penelitian ini,

sebagai berikut:

1. Kemampuan guru mengelolah kegiatan pembelajaran adalah skor nilai yang

diperoleh guru dalam mengelolah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan

model pembelajaran NHT.

2. Ketuntasan indikator rmotivasi dan prestasi belajar adalah proporsi yang

merupakan perbandingan jumlah siswa yang dapat mencapai indicator motivasi

dan prestasi belajar dengan jumlah keseluruhan siswa.

3. Motivasi siswa dalam kelas adalah skor yang diperoleh siswa selama kegiatan

belajar mengajar berlangsung di kelas.

4. Prestasi belajar siswa dalam kelas adalah proporsi yang merupakan

perbandingan dari skor Tes Prestasi Belajar (TPB) yang diperoleh setiap siswa

dibagi skor maksimum Tes Prestasi Belajar (TPB).

5. Hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar adalah proporsi yang

merupakan perbandingan antara nilai motivasi dan nilai prestasi belajar yang

diperoleh setiap siswa.

6. respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT materi pokok Energi dan Usaha pada

peserta didik kelas SMP Negeri 2 wasta Kupang Tahun Ajaran 2016/2017.

63
E. Perangkat Pembelajaran

Dalam proses penelitian ini digunakan perangkat-perangkat pembelajaran

sebagai berikut:

1. Silabus

2. Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

3. Bahan Ajar Peserta didik

4. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

5. Tes Motivasi Belajar (TMB) dan Prestasi Belajar (TPB) dan Kisi-kisi Tes

Motivasi Belajar (TMB) dan Prestasi Belajar (TPB)

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan

validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan

ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Lembaran pengamatan pengelolaan pembelajaran yang menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang

dilakukan oleh dua orang pengamat. Instrumen yang digunakan dalam

pengamatan pengelolaan pembelajaran yaitu:

a. Instrumen perencanaan meliputi: aspek-aspek untuk penilaian Silabus,

BAPD, RPP, LKPD.

b. Instrumen pelaksanaan meliputi: aspek-aspek untuk penilaian kegiatan

pendahuluan, (guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa),

64
kegiatan inti, (guru menyampaikan informasi, guru mengorganisasikan

siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar) kegiatan penutup, (guru

bersama siswa merangkum, guru memberikan penilaian dan guru

memberikan penghargaan).

c. Instrumen evaluasi meliputi: aspek-aspek untuk penilaian kisi-kisi

motivasi belajar, tes motivasi belajar, kuis. Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar

(pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis), dan Tes Prestasi

Belajar (pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis).

2. Tes Motivasi

Tes Motivasi merupakan instrumen yang digunakan untuk mengetahui

ketuntasan indicator Motivasi siswa selama kegiatan pembelajaran.

Dalam tes Motivasi meliputi: kisi-kisi tes motivasi

3. Tes Prestasi Belajar

Tes Prestasi Belajar (TPB) merupakan instrumen yang digunakan untuk

mengetahui ketuntasan indikator dan prestasi belajar peserta didik

selama kegiatan pembelajaran. Dalam tes prestasi belajar meliputi: kisi-

kisi tes prestasi belajar (pengetahuan, pemahaman, penerapan dan

analisis) dan tes prestasi belajar (pengetahuan, pemahaman, penerapan

dan analisis).

4. Lembar isian respon peserta didik

Digunakan untuk mengetahui bagaimana respon peserta didik selama

proses pembelajaran. Instrumen yang digunakan dalam lembar isian ini

65
meliputi: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup,

pengelolaan waktu, dan suasana kelas.

G. Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Observasi, digunakan untuk menjaring data tentang kemampuan guru

dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran NHT.

2. Tes, digunakan untuk menjaring data mengenai ketuntasan indicator motivasi

belajar prestasi belajar siswa, sebelum dan sesudah penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

3. Angket, digunakan untuk menjaring informasi tentang kemampuan guru

dalam merencanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran dan respon

siswa terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

a) Analisis Pengelolaan Pembelajaran

Kategori Penilaian Kemampuan Guru Dalam

Pengelolaan Pembelajaran

Rentang Keterangan

skor

1,00 1,99 Tidak baik, jika pengajar dalam melaksanakan

66
proses pembelajaran tidak sesusai dengan

Rencana pelaksanaan Pembelajaran yang

disiapkan

2,00 2,99 Kurang baik, jika pengajar dalam

melaksanakan proses pembelajaran kurang

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang disiapkan

3,00 3,49 Cukup baik, jika pengajar dalam

melaksanakan proses pembelajaran cukup

sesuai dengan Rencana pelaksanaan

Pembelajaran yang disiapkan

4,50 4,99 Baik, jika dalam melaksanakan proses

pembelajaran sesuai dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran yang disiapkan

Sumber: Borich

Untuk menghitung kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

Dengan Menerapkan Model Pembelajaran NHT dapat digunakan ru

sp1 sp 2
x
2

Keterangan:

x : Nilai rata-rata kemampuan guru dalam pembelajaran

Sp1 : skor pengamat 1

Sp2 : skor pengamat 2

67
Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas yaitu:

Precentage Of Agreement =


(1 ) 100%
+

Sumber Borich,(Trianto, 2009: 240)

Keterangan:

A : Frekuensi tertinggi pengamatan

B : Frekuensi terendah pengamatan

Instrumen pengelolaan pembelajaran dikatakan baik apabila koefisien

reliabilitas 0,75.

a) Analisis Motivasi Belajar siswa

Ketuntasan Indikator Motivasi Belajar (IMB), Ketuntasan Motivasi Belajar

Peserta didik, diukur dengan Tes Motivasi Belajar (TMB).

Untuk mengetahui Ketuntasan IMB digunakan persamaan proporsi sebagai

berikut:
PTMB =

Keterangan:

PTMB : Tingkat Pencapaian (Proportion correct)

B : Banyaknya Peserta didik yang menjawab benar

N : Jumlah peserta didik yang mengikuti tes

Proporsi Ketuntasan belajar dapat dihitung dengan menggunakan rumus:



PTMB =


PTMB =

68
Keterangan:

PTMB : Tingkat Pencapaian (Proportion correct)

B : Banyaknya Peserta didik yang menjawab benar

T : Skor maksimum

Untuk butir soal digunakan rumus:

R A RB
IS =
T

Keterangan:

IS : Indeks Sensivitas butir soal

RA : Jumlah Peserta didik yang menjawab benar pada tes akhir

RB : Jumlah Peserta didik yang menjawab benar pada tes awal

T : jumlah peserta tes

b) Analisis Prestasi Belajar siswa

Ketuntasan Indikator Prestasi Belajar (IPB), Ketuntasan Prestasi Belajar

Peserta didik, diukur dengan Tes Prestasi Belajar (TPB).

Untuk mengetahui Ketuntasan IMB digunakan persamaan proporsi sebagai

berikut:
PTPB =

Keterangan:

PTPB : Tingkat Pencapaian (Proportion correct)

B : Banyaknya Peserta didik yang menjawab benar

N : Jumlah peserta didik yang mengikuti tes

Proporsi Ketuntasan belajar dapat dihitung dengan menggunakan rumus:



PTPB =

69
Keterangan:

PTHB : Tingkat Pencapaian (Proportion correct)

B : Banyaknya Peserta didik yang menjawab benar

T : Skor maksimum

Untuk butir soal digunakan rumus:

R A RB
IS =
T

Keterangan:

IS : Indeks Sensivitas butir soal

RA : Jumlah Peserta didik yang menjawab benar pada tes akhir

RB : Jumlah Peserta didik yang menjawab benar pada tes awal

T : jumlah peserta tes

c) Analisis Respon Peserta didik

Tanggapan peserta didik terhadap proses pembelajaran dapat diketahui dari

lembar isian respon peserta didik. Respon peserta didik dikatakan positif

jika rata-rata dari setiap aspek penilaian lebih dari 80% berada dalam

kategori positif. Untuk menghitung Respon peserta didik digunakan

persamaan :


P = 100%

70
1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Manova

Manova merupakan uji beda varian. Jika pada anava varian

yang dibandingkan berasal dari satu variable terikat (Y), pada manova

varian yang dibandingkan lebih dari satu variable terikat (Y). Uji

Manova digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

b. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini untuk uji hipotesis digunakan uji manova

dengan bantuan SPSS. Hipotesis yang saya ambil yaitu:

Ho = Adanya peningkatan Motivasi belajar dan prestasi belajar peserta

didik dengan menerapakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

pada materi pokok Usaha dan Energi

Ha = Tidak adanya peningkatan Motivasi belajar dan prestasi belajar

peserta didik dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

NHT pada materi pokok Usaha dan Energi

Secara Matematis dapat ditulis

Ho diterima, jika p-value taraf signifikansi

Ho ditolak, jika p-value taraf signifikansi atau Ha diterima, jika p-

value taraf signifikansi

71
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi

Aksara

Cunayah, Cucun, dkk. 2013. Bank Soal untuk SMA/MA. Bandung:Yrama Widya

Danim, Sudarwan. 2010. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta CV

Halliday & Resnick. Fisika, Edisi ketiga Jilid 2. Bandung: Erlangga

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2012. Konsep dan Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika
Aditama

Husamah & Setyanigrum Yanur. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi
Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum Jakarta:
Prestasi Pustakaraya

Johnson, David W, dkk. 2012. Colaborative Learning Strategi Pembelajaran untuk Sukses
Bersama. Bandung: Nusa Media

72
Kamajaya. 2013. Fisika untuk Kelas X SMA Kelompok Peminatan dan Ilmu-ilmu Alam.
Bandung: Grafindo

Kurinasih, Imas & Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan.
Surabaya: Kata Pena

Mulyasa. 2010. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyoto. 2013. Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi


Kedua. Jakarta: Rajawali Pers

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:


Prestasi Pustaka

2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan dan


Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana
Prenada Media Group

M. Sardiman, A. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada,

Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada
Press

Shoimin, Aris. 2016. Media Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Ar-Ruzz
Media,

Taniredja, Tukiran, dkk. 2015. Model-Model Pembelajaran Inofatif Dan Efektif. Bandung:
Alfabeta

Husdarta, H.JS, dkk. 2013. Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan.
Bandung: Alfabeta

73
Sutirman. 2013. Media & Model Pembelajaran Inovatif Edisi Pertama. Yogyakarta: Graham
Ilmu

Syah, Muhibbin. 2015. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Silvia Manuhutu. (2015). Analisis motivasi belajar siswa. Jurnal pendidikan UM Metro, 3 (1),
104-115.

I Wayan Suwastana.(2013). Penerapan pembelajaran melalui model kooperatif NHT. Jurnal


Kreatif Tadulako Online, 4 (1).

Damar Retnaningsih. (2016). Peningkatan Motivasi Belajar Ipa Melalui Model NHT. Jurnal
Pendidikan Guru, Edisi 19,1(798).

Wahyuni Tri Lestari, Budi Utami, Mohammad Masykuri. (2014). penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe numbered head together. Jurnal Pendidikan, 3 (2). .

Siti Suprihatin. (2015). Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal
Promosi, , 3 (1), 73-82.

Tiara Ernita, Fatimah, Rabiatul Adawiah. (2016). Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan, 6
(11).

U.A. Deta, Suparmi, S. Widha. (2013). Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia, 9, 28-34.

Rusman.2014. Model Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT.


Rajagrafindo Persada

74

Anda mungkin juga menyukai