Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada sebagian

besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi (Departmen of Health, 1993).

Pada akhir masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum dianggap telah lengkap.

Pandangan ini mungkin terlalu optimis. Bagi banyak wanita, pemulihan adalah sesuatu yang

berllangsung terjadi dan menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal. Namun,

beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan jangka panjang

yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui (Hillan, 1992b; glazener

et al. 1993; bick dan MacArthur, 1995a) dsan dapat berlangsung dalam waktu lama

(macArthur et al. 1991).

Pengetahuan menyeluruh tenytang perubahan fisiologis dan psikologis pada masa puerperium

adalah sangat penting jika bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat dan memastikan

bahwa pemulihan sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah

menyadari potensi morbiditas pascapartum dalam jangka panjang dan factor-faktor yang

berhubungan dengannnya seperti obstetric, anestesi dan factor social.

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2002/2003 adalah sebesar 307/100 ribu

kelahiran hidup (SDKI, 2002/2003). Angka tersebut telah mengalami penurunan pada tahun

2005 menjadi 290,8/ 100 ribu kelahiran hidup (Depatemen Kesehatan RI, 2005). Pada tahun

2006 AKI berjumlah 266/100.000 kelahiran hidup. Sementara target yang diharapkan pada

tahun 2010 adalah angka kematian ibu (AKI) menjadi 125/100.000 kelahiran hidup melalui

pelaksanaan Making Pregnancy Safer (MPS) dengan salah satu pesan kunci yaitu setiap

komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat (Depkes RI, 2007).
Salah satu upaya yang dikembangkan oleh Depkes RI dalam rangka mengurangi angka

kesakitan, resiko tinggi, kematian maternal dan neonatal adalah dengan mengupayakan

pemberdayaan keluarga dan masyarakat melalui penggunaan buku Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA). Dengan ibu hamil mengetahui tentang bahaya yang dapat ditimbulkan pada masa

nifas seperti perdarahan pada jalan lahir, demam lebih dari 2 hari, bengkak di muka tangan

dan kaki, sakit kepala dan kejang serta gangguan jiwa.

Menurut Profil Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2005 bahwa faktor penyebab terjadinya

kematian ibu di Lampung berturut-turut disebabkan karena perdarahan (36%), eklampsia atau

keracunan kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada ibu hamil

sebelum atau sesudah persalinan/nifas (24%) dan infeksi (11%) (Dinkes Provinsi Lampung,

2006).

Dari perolehan data di Dinas Kesehatan Tulang Bawang diketahui bahwa pada tahun 2005

jumlah sasaran ibu hamil di Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 17.992 orang, sasaran ibu

bersalin 17.107 orang, cakupan ibu hamil 9.586, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

12.039 dan cakupan persalinan oleh dukun sebanyak 4.253 persalinan. Tahun 2006 jumlah

sasaran ibu hamil sebanyak 19.574 orang, sasaran ibu bersalin 18.684 orang, cakupan ibu

hamil 12.588, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 11.824 dan cakupan persalinan oleh

dukun sebanyak 6.860 persalinan sedangkan pada tahun 2007 jumlah sasaran ibu hamil di

Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 17.992 orang, sasaran ibu bersalin 17.107 orang,

cakupan ibu hamil 17.105, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 12.285 dan cakupan

persalinan oleh dukun sebanyak 2.849 persalinan.

Menurut data yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Panaragan Jaya diketahui bahwa pada

tahun 2005 jumlah sasaran ibu hamil sebanyak 1004 orang, sasaran ibu bersalin 986 orang,

cakupan ibu hamil 790, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 566 dan cakupan
persalinan oleh dukun sebanyak 106 persalinan. Tahun 2006 jumlah sasaran ibu hamil

sebanyak 983 orang, sasaran ibu bersalin 938 orang, cakupan ibu hamil 787 cakupan

persalinan oleh tenaga kesehatan 566 dan cakupan persalinan oleh dukun sebanyak 106

persalinan sedangkan pada tahun 2007 jumlah sasaran ibu hamil sebanyak 976 orang, sasaran

ibu bersalin 932 orang, cakupan ibu hamil 848, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 583

dan cakupan persalinan oleh dukun sebanyak 83 persalinan.

Dari data PWS KIA (Persalinan dan Bufas) tahun 2007 di Wilayah Kerja Puskesmas

Panaragan Jaya diperoleh jumlah sasaran ibu bersalin sebanyak 932 orang, dari jumlah

tersebut diketahui pula jumlah ibu nifas yang memiliki buku KIA baru mencapai 437 orang

(46,88%) sedangkan sisanya 495 (53,11%) belum mempunyai buku KIA, sementara jumlah

ibu hamil yang tidak mengetahui tentang apa saja yang harus dilakukan saat hamil seperti

melakukan kunjungan K1 K4 sebanyak 181 orang (18,54%) dan jumlah ibu hamil yang

belum mengerti tentang tanda-tanda bahaya masa nifas seperti perdarahan dan demam tinggi

sebanyak 169 orang (61,45%).

Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan buku catatan dan informasi tentang

kesehatan ibu dan anak yang terdapat gabungan beberapa kartu kesehatan dan kumpulan

berbagai materi penyuluhan KIA. Buku KIA sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga karena

bisa memberikan informasi lengkap tentang kesehatan ibu dan anak, mengetahui adanya

resiko tinggi kehamilan dan nifas serta dapat menghindari dari terjadinya perdarahan pada

jalan lahir, demam lebih dari 2 hari, bengkak di muka tangan dan kaki, sakit kepala dan

kejang serta gangguan jiwa (Dinkes Propinsi Lampung, 2003).

Hasil pre penelitian yang peneliti lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ pada minggu

pertama dan kedua bulan Januari didapatkan sebanyak 12 orang ibu nifas yang memeriksakan

dirinya. Dari 12 orang ibu nifas tersebut 6 orang (50%) diantaranya sudah memiliki buku

KIA, namun masih mengalami bengkak di muka, tangan dan kaki, 4 orang lainnya (33,33%)
belum memiliki buku KIA dan mengatakan pernah mengalami demam selama 2-3 hari,

sedangkan sisanya 2 orang (16,67%) mengatakan memiliki buku KIA, namun belum

memanfaatkannya serta tidak pernah mengetahui bahaya-bahaya yang mungkin timbul dari

masa nifas.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut di atas, peneliti sangat tertarik untuk

meneliti tentang gambaran pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas

dalam pemanfaatan Buku KIA di ZZZ Tahun 2008

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mendeskripsikan data yang merupakan identifikasi

masalah, yaitu:

1. Diketahui ibu nifas yang sudah punya buku KIA berjumlah 437 orang (46,88%)

sedangkan 495 orang ibu nifas (53,11%) belum mempunyai buku KIA.

2. Diketahui jumlah ibu hamil yang belum mengerti tentang tanda-tanda bahaya masa

nifas seperti perdarahan dan demam tinggi sebanyak 169 orang (61,45%).

3. Didapatkan 6 dari 12 orang ibu nifas (50%) sudah memiliki buku KIA, namun masih

mengalami bengkak di muka, tangan dan kaki

4. Sebanyak 4 dari 12 orang ibu nifas (33,33%) belum memiliki buku KIA dan

mengatakan pernah mengalami demam selama 2-3 hari

5. Diketahui bahwa 2 dari 12 orang ibu nifas (16,67%) mengatakan memiliki buku KIA,

namun belum memanfaatkannya serta tidak pernah mengalami bahaya-bahaya yang mungkin

timbul dari masa nifas.


1.3 Masalah dan Permasalahan

1.3.1 Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah masih banyak ibu nifas yang belum punya punya buku

KIA dan belum mengerti tentang buku KIA selain itu belum diketahuinya pengetahuan ibu

nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas dalam pemanfaatan Buku KIA di ZZZ Tahun

2008

1.3.2 Permasalahan

1.3.2.1 Bagaimanakah pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas

dalam pemanfaatan buku KIA berdasarkan tindakan ibu pada masa nifas?

1.3.2.2 Bagaimanakah pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas dalam

pemanfaatan buku KIA berdasarkan menjaga kesehatan pada masa nifas?

1.3.2.3 Bagaimanakah pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas

dalam pemanfaatan buku KIA berdasarkan tanda-tanda bahaya pada masa nifas?

1.3.2.4 Bagaimanakah pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas

dalam pemanfaatan buku KIA berdasarkan mengikuti program KB?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya

masa nifas dalam pemanfaatan Buku KIA di ZZZ Tahun 2008

1.4.2 Tujuan Khusus


1.4.2.1 Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya pada masa

nifas dalam pemanfaatan buku KIA berdasarkan tindakan ibu pada masa nifas.

1.4.2.2 Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya pada masa

nifas dalam pemanfaatan buku KIA berdasarkan menjaga kesehatan pada masa nifas.

1.4.2.3 Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya pada masa

nifas dalam pemanfaatan buku KIA berdasarkan tanda-tanda bahaya pada masa nifas.

1.4.2.4 Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya pada masa

nifas dalam pemanfaatan buku KIA berdasarkan mengikuti program KB.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Ibu Nifas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada ibu nifas tentang

pentingnya pemanfaatan Buku KIA agar dapat mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa

nifas.

1.5.2 Bagi Petugas Kesehatan

Untuk menambah wawasan bagi petugas kesehatan, khususnya bidan sebagai

penolong persalinan dalam meningkatkan status kesehatan ibu nifas.

1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan awal dalam melakukan penelitian selanjutnya dalam mengetahui pengetahuan

ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas dalam pemanfaatan buku KIA, sehingga

pengetahuan dan wawasan dalam bidang penelitian serta sebagai penerapan ilmu yang telah

didapat selama studi.


1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian : Deskriptif

1.6.2 Subyek Penelitian : Ibu-ibu yang melakukan kunjungan postnatal ke

Puskesmas

1.6.3 Obyek Penelitian : Pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa

nifas dalam pemanfaatan buku KIA.

1.6.4 Lokasi Penelitian : di Puskesmas Karang Taliwang

1.6.5 Waktu Penelitian : November Desember 2011


BAB II

Landasan Teori

A. Definisi Nifas

Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-

organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-

kadang disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan. Perubahan

fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di mana proses-

proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak factor, termasuk tingkat energi,

tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta dorongan

semangat yang diberikan tenaga kesehatan professional ikut membentuk respons

ibu terhadap bayinya selama masa ini. Untuk memberi perawatan yang

menguntungkan ibu, bayi, dan keluarganya, seorang perawat harus mampu

memanfaatkan pengetahuannnya tentang anatomi dan fisiologi ibu pada periode

pemulihan.

B. Perubahan Fisiologi Ibu Nifas pada Sistem Muskuloskeletal

a. Afterpains

Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap

kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodic sering dialami multipara dan sering

menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri

setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu

teregang (misalnya pada bayi besar dsan kembar). Menyusui dan oksitoksin tambahan

biasnya sering meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus.
b. Topangan Otot Panggul

Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cidera sewaktu meahirkan dan

masalah ginekologi dapat timbul di kemudian hari. Jaringan penopang dasar panggul

yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai enam

bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan

pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul. Struktur ini

terdiri atas uterus, dinding vagina posterior atas,, uretra, kandung kemih, dan rectum.

c. Abdomen

Dalam dua minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita itu akan rileks.

Diperlukan sekitar enam minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan

sebelum hamil. Pengembalian tonus otot bergantung pada kondisi tonus sebelum

hamil, latihan fisik yang tepat, dan jumlah jaringan lemak. Pada keadaan tertentu

dengan atau tanpa ketegangan yang berlebihan, seperti bayi besar atau hamil kembar,

otot-otot dinding abdomen memisah, disebut diastasis rekti abdominis. Apabila

menetap, defek ini dapat dirasa mengganggu pada wanita, tetapi penanganan melalui

upaya bedah jarang dibutuhkan.

d. Uretra dan Kandung Kemih

Rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi

vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah reflek berkemih. Distensi

kandung kemih yang muncul segera setelah melahirkan dapat menyebabkan

perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan

baik. Pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat

menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga menggganggu


proses berkemih. Apabila terdapat distensi berlebih pada kandung kemih dalam

jangka waktu lama, dinding kandung kemih dapat mengalami kerusakan lebih lanjut

(atoni). Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih

biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir.

e. Rongga Panggul

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah

bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak

jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligament rotundum

menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah

persalinan.

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi yang berlangsung lama

akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur

untuk sementara waktu. Pemulihan ini dapat dibantu dengan latihan.

C. Periode masa nifas

masa nifas ini dibagi dalam 3 periodeantara lain :

1. purperium dini kepulihan di mana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan

2. purperium intermedial kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yanmg lamanya 6-8

minggu

3. remote puerperium

waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila ibu hamil atau waktu

persalinan mempunyai komplikasi

c. Perubahan fisiologis masa nifas


1.Involusi

involusi uterius adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau

uterius dan jalan lahir setelah bayi lahir hingga mencapai keadaan sebelum hamil.proses

involusi terjadi karena adanya proses autolisis aktifitas otot-otot dan iskhemia dimana protein

dindig rahim di pecah,diaborsi dan kemudian dibuang melalui urine.

2.Lokhea

Lokhea adalah sekret luka yang berasal dari luka dalam rahim terutama luka plasenta dan

keluar melalui fagina .Lokhea di bedakan sesuai tingkat penyembuhan luka yaitu:

a.LokheaRubra

Lokhea ini berwarna merah segar seperti darah haid karena banyak mengandung darah segar

dan sisa-sisa selaput ketuban ,sel-sel decidua,vernix caseosa,lanugo

meconium.pengeluarannya segera setelah persalinan sampai 2hari post partum jumlah makin

sedikit.

b.lokhea sanguinolenta

Lokhea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir karena pengaruh plasma

darah,penggeluarannya pada hari ke 3-7 hari post partum

c.Lokhea serosa

Lekhea ini berwarnah kuning kecoklatan atau serum,pengeluarnnya pada hari 7-14 post

Partum.

d Lokhea Alba

berupacairan putih kekuningan pengeluran Setelah 2 minggu hari port partum kadang-kadang

Bila lokhea tetap berwarna merah setelah2 minggu post partum kemungkinantertinggal sisa

plasenta atau selaput amnion.


3.Laktasi

laktasi adalah proses pembentukan dan pengeluaran ASI.fisiologi laktasi itu sendiri adalah

pada saat persalinan hormone estrogen dan progesteronmenurun sedangkan prolaktin

meningkat.hisapan bayi pada putting susu memacu atau merangsang kelenjar hipofise

anterior untuk mempruduksi atau melepaskan proklatin sehingga terjadi sekreksi ASI

Hal-hal yang mempengaruhi pembentukan dan pengeluarkan ASI

-Faktor antomi payudara

-Faktor fisilogis nutrisi ibu

-Faktor istirahat

-Faktor isapan bayi

-Obat-obatan

-Psikologi

4. Masalah-masalah pada masa nifas

-Suhu badan

-Rasa nyeri

-urine

-Darah

-penurunan berat badan

-Defekasi

5. Kebutuhan masa nifas

a.fisik

Istirahat,makanan bergizi,udara segar,lingkungan yang bersih

b. psikologi

Distres waktu persalinan segera di stabilkan dengan sikap badan atau keluarga yang

menunjukan simpati,mengakui,menghargai,sebagai mana adanya.


c.Social

-Menemani ibu bila kelihatan kesepian

-Ikut menyayangi anaknya

-menangapi bila memperhatikan kebahagiaan

-Menghibur bila terlihat sedih

d.Psikososial

1.Phase taking in atau tahap tergantungan Terjadi pada hari 1-2 post partum,perhatian ibu

terhadap kebutuhan dirinya,pasif dan tergantung.Ibu tidak menginginkan kontak dengan

bayinya bukan berarti tidak memperhatikan.Dalam phase ini yang diperlukan ibu adalah

informasi tentang bayinya,bukan cara merawat bayi.

2. Phase Taking Hold Phase ini berlangsung sampai kira-kira 10 hari.Ibu berusaha mandiri

dan berinisiatif,perhatian terhadap dirinya mengatasi tubuhnya,misalnya kelancaran miksi

dan defikasi,melakukan aktefitas duduk,jalan,belajar tentang perawatan diri dan

bayinya,timbul kurang percaya diri sehingga mudah mengatakan tidak mampu melakukan

perawatan.Pada saat ini sangat dibutuhkan sistem pendukung terutama bagi bagi ibu muda

atau primipara karena pada phase ini seiring dengan terjadinya post partum blues.

3. Fase letting Go atau saling ketergantungan dimulai sekarang minggu ke 5-6 pasca

kelahiran.Tubuh ibu telah sembuh,secara fisik ibu mampun menerima tanggung jawab

normaldan tidak lagi menerima peran sakit.Kegiatan seksualnya telah dilakukan kembali

D. Infeksi Masa Nifas

Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin

meningkatnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi

penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga

terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 oC yang bukan merupakan keadaan

patologis atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan


merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan

infeksi pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada

semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan

meningkatnya suhu badan melebihi 38 oC tanpa menghitung hari pertama dan

berturut-turut selama dua hari.

Gambaran klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :

1. Infeksi Lokal

1. Pembengkakan luka episiotomi.

2. Terjadi penanahan.

3. Perubahan warna lokal.

4. Pengeluaran lochia bercampur nanah.

5. Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri.

6. Temperatur badan dapat meningkat.

2. Infeksi General

1. Tampak sakit dan lemah.

2. Temperatur meningkat diatas 39 oC.

3. Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.


4. Pernapasan dapat meningkat dan napas terasa sesak.

5. Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.

6. Terjadi gangguan involusi uterus.

7. Lochia : berbau, bernanah serta kotor.

Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada primipara yang

biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada

putting susu, tetapi mungkin juga mungkin juga melalui peredaran darah

(Prawirohadjo, 2005 : 701).

Mastitis adalah reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah

melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu (Masjoer, 2001 : 324). Pada

kasus mastitis ini biasanya tidak segera ditangani, jika mastitis tidak segera ditangani

menyebabkan abses payudara yang biasa pecah kepermukaan kulit dan akan

menimbulkan borok yang besar.

Pada mastitis biasanya yang selalu dikeluhkan adalah payudara membesar, keras,

nyeri, kulit murah dan membisul (abses) dan yang pada akhirnya pecah menjadi borok

disertai dengan keluarnya nanah bercampur air susu, dapat disertai dengan suhu badan

naik, menggigil. Jika sudah ditemukan tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI

pada bayi jangan dihentikan, tetapi sesering mungkin diberikan.

B. Penyebab

1. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara adekuat yang akan

menyebabkan mastitis jika tidak segera ditangani.


2. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus aureus masuk

menyebabkan infeksi mastitis

3. Personal higiene ibu kurang, terutama pada puting susu

4. Bendungan air susu yang tidak adekuat di tangani sehingga menyebabkan mastitis

(Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2001)

D. Pencegahan

1. Perawatan puting susu atau perawatan payudara

2. Susukan bayi setiap saat tanpa jadwal

3. Pembersihan puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan

kerak dan susu yang sudah kering

4. Teknik menyusui yang benar, bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara.

Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas

Faktor predisposisi infeksi masa nifas diantaranya adalah :

1. Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar.

2. Tindakan operasi persalinan.

3. Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah.

4. Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi enam jam.

5. Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum dan

post partum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil dengan

penyakit infeksi.
2.5.3. Terjadinya Infeksi Masa Nifas

Terjadinya infeksi masa nifas adalah sebagai berikut:

1. Manipulasi penolong: terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang dipakai

kurang suci hama.

2. Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial).

3. Hubungan seks menjelang persalinan.

4. Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban pecah lebih

dari enam jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (lokal infeksi).

5. 2.5.4. Keadaan abnormal pada rahim

Beberapa keadaan abnormal pada rahim adalah :

1. Sub involusi uteri.

Proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya,

sehingga proses pengecilan rahim terhambat. Penyebab terjadinya

sub involusi uteri adalah terjadinya infeksi pada endometrium,

terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah, atau

mioma uteri.

2. Pendarahan masa nifas sekunder.

Adalah pendarahan yang terjadi pada 24 jam pertama. Penyebabnya

adalah terjadinya infeksi pada endometrium dan terdapat sisa

plasenta dan selaputnya.

3. Flegmansia alba dolens.


Merupakan salah satu bentuk infeksi puerpuralis yang mengenai

pembuluh darah vena femoralis. Gejala kliniknya adalah :

1. Terjadi pembengkakan pada tungkai.

2. Berwarna putih.

3. Terasa sangat nyeri.

4. Tampak bendungan pembuluh darah.

5. Temperatur badan dapat meningkat.

Keadaan abnormal pada payudara

Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi adalah :

1. Bendungan ASI

Disebabkan oleh penyumbatan pada saluran ASI. Keluhan mamae

bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan meningkat.

2. Mastitis dan Abses Mamae

Infeksi ini menimbulkan demam, nyeri lokal pada mamae,

pemadatan mamae dan terjadi perubahan warna kulit mamae.

Keadaan abnormal pada psikologis

1. Psikologi Pada Masa Nifas


Perubahan emosi selama masa nifas memiliki berbagai bentuk dan variasi.

Kondisi ini akan berangsur-angsur normal sampai pada minggu ke 12 setelah

melahirkan.

Pada 0 3 hari setelah melahirkan, ibu nifas berada pada puncak

kegelisahan setelah melahirkan karena rasa sakit pada saat melahirkan sangat

terasa yang berakibat ibu sulit beristirahat, sehingga ibu mengalami kekurangan

istirahat pada siang hari dan sulit tidur dimalam hari.

Pada 3 -10 hari setelah melahirkan, Postnatal blues biasanya muncul,

biasanya disebut dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataanya berdasarkan riset

yang dilakukan paling banyak muncul pada hari ke lima. Postnatal blues adalah

suatu kondisi dimana ibu memiliki perasaan khawatir yang berlebihan terhadap

kondisinya dan kondisi bayinya sehingga ibu mudah panik dengan sedikit saja

perubahan pada kondisi dirinya atau bayinya.

Pada 1 12 minggu setelah melahirkan, kondisi ibu mulai membaik dan

menuju pada tahap normal. Pengembalian kondisi ibu ini sangat dipengaruhi

oleh kondisi lingkungannya, misalnya perhatian dari anggota keluarga terdekat.

Semakin baik perhatian yang diberikan maka semakin cepat emosi ibu kembali

pada keadaan normal.

2. Depresi Pada Masa Nifas

Riset menunjukan 10% ibu mengalami depresi setelah melahirkan dan 10%-nya saja

yang tidak mengalami perubahan emosi. Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bulan

bahkan pada beberapa kasus terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan bayi.
Penyebab depresi terjadi karena reaksi terhadap rasa sakit yang muncul saat

melahirkan dan karena sebab-sebab yang kompleks lainnya. Berdasarkan hasil riset

yang dilakukan menunjukan faktor-faktor penyebab depresi adalah terhambatnya karir

ibu karena harus melahirkan, kurangnya perhatian orang-orang terdekat terutama

suami dan perubahan struktur keluarga karena hadirnya bayi, terutama pada ibu

primipara

E. Beberapa Gejala Muskuloskeletal Yang Timbul Pada Masa Pascapartum

Terdapat beberapa gejala musculoskeletal yang dapat terjadi pada periode

pascapartum, diantaranya adalah:

1. Nyeri Punggung

Nyeri punggung adalah gejala pascapartum jangka panjang yang sering terjadi.

Mekanisme yang menghasilkan nyeri punggung yang dihipotesis oleh beberapa ahli

peneliti adalah ketegangan postural pada system musculoskeletal akibat posisi pada

saat persalinan. Nyeri punggung umumnya tidak berat.

2. Sakit Kepala, Sakit pada leher dan Nyeri pada bahu

Sakit kepala jangka pendek yang timbul setelah persalinan terjadi selama minggu

pertama pascapartum dan mengalami migren dalam tiga bulan setelah melahirkan

yang berlangsung selama enam minggu. Sakit kepala pascapartum sangat

menyakitkan, timbul beberapa kali dalam satu minggu dan memengaruhi aktivitas.
Sakit kepala akibat fungsi postdural pada wanita yang mendapat anastesi epidural atau

spinal harus dimonitor. Sakit pada leher dan nyeri bahu jangka panjang telah

dilaporkan timbul setelah pemberian anastesi umum.

F. Intervensi Dalam Menghadapi Perubahan Fisiologi Masa Nifas

1. Rasa Nyaman

Kebanyakan Ibu mengalami nyeri segera setelah mengalami persalinan.Penyebab

umum nyeri meliputi nyeri pasca melahirkan sampai pembesaran payudara. Intervensi

yang dapat dilakukan diantaranya dengan memberikan kompres hangat ,distraksi,

membayangkan sesuatu, sentuhan terapiutik, relaksasidan interaksi dengan baik bisa

mengurangi nyeri yang ditimbulkan kontraksi rahim. Intervensi lain yang bisa

diberikan adalah dengan pemberian obat analgesik. Bila wanita mengeluh tentang

adanya afterpains,dapat diberi analgetika atau sedatifa supaya ia dapat beristirahat

atau tidur.

2. Istirahat

Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan cara menggosok-gosok punggung,

tindakan lain yang dapat memberi kenikmatan selama beberapa malam pertama

setelah melahirkan.

3. Ambulasi
Intervensi ini bermanfaat untuk mengurangi insiden tromboembolisme dan

mempercepat pemulihan kekuatan ibu.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan pengetahuan

dan sikap ibu dalam pengetahuan tanda bahaya ibu nifas sesuai dengan buku KIA.

B. Tempat dan Waktu penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Dasan Tereng wilayah kerja Puskesmas

Narmada dengan alasan :

1. pengetahuan tanda bahaya ibu nifas sesuai dengan buku KIA di Desa Dasan

Tereng masih termasuk kategori rendah yaitu sebanyak 39.1%.

2. Tersedianya Data tentang pengetahuan tanda bahaya ibu nifas sesuai dengan buku

KIA.

3. Belum pernah dilakukan penelitian berkaitan dengan pengetahuan tanda bahaya

ibu nifas sesuai dengan buku KIA.

b. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulanNovember 2011

C. Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah yang diteliti.

(Nursalam, 2008).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Ibu yang memiliki bayi usia 0 6 bulan

yang berada di Desa Dasan tereng Wilayah Kerja Puskesmas Narmada yaitu sebanyak

329 orang.

2. Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel adalah Sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti yang

dianggap mewakili seluruh populasi sampel.

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah ibu menyusui yang mempunyai

bayi usia 0 6 bulan yang datang ke Posyandu.

3. Kriteria Sampel

a) Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.

1) Dapat baca tulis.

2) Ibu menyusui yang bersedia menjadi respoden.

3) Semua ibu yang ingin tahu pengetahuan tanda bahaya ibu nifas sesuai dengan

buku KIA datang ke Posyandu.

b.) Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil

sebagai sampel.

1) Tidak bias mambaca dan menulis

2) Ibu menyusui yang tidak mau menjadi responden.

3) Ibu yang sudah tidak dalam masa nifas.

4. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik Pengambilan Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah

accidental sampling yang pengambilan sampel seadanya / seketemunya peneliti

menunggu ibu-ibu yang pengetahuan tanda bahaya ibu nifas sesuai dengan buku

KIA di Posyandu yang ada di Desa Dasan Tereng.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data yang di kumpulkan :

a) Data Primer

yaitu data yang dikunmpulkan oleh peneliti itu sendiri yang meliputi :

1) Pendidikan,umur,pekerjaan dan paritas

2) Tentang pengetahuan dan sikap ibu terhadap pengetahuan tanda bahaya ibu

nifas sesuai dengan buku KIA

b) Data Skunder

yaitu data yang sudah tersedia. Data sekunder meliputi gambaran lokasi

penelitian.

2. Tehnik pengumpulan data / Instrument pengumpulan data

a) Data Primer

1).Karakteristik dikumpulkan menggunakan alat bantu kuisioner

2).Data tingkat pengetahuan ibu diperoleh melalui wawancara langsung

dengan alat bantuan kuesioner.

3).Sikap ibu terhadap pengetahuan tanda bahaya ibu nifas sesuai dengan buku

KIA merupakan data primer di kumpulkan menggunkan alat bantu

kuisioner.
E. Pengolahan dan Analisis Data

1. Tehnik pengolahan data

Data hasil pengamatan akan diolah dengan beberapa tahapan. Menurut

Hidayat (2007), tahapan pengolahan data antara lain :

a. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh

atau dikumpulkan.

Yang digunakan untuk memeriksa data untuk menghindari pengukuran yang

salah dan memperjelas data yang diperoleh dari pengumpulan data pada waktu

penelitian.

b. Coding yaitu memberikan kode angka terhadap data yang terdiri atas beberapa

katagori yang termasuk dalam pengolahan coding disini adalah pemberian

kode responden yang ada untuk menjaga kerahasiaan identitas responden

dimulai dari 001 - 050.

c. Skoring yaitu merupakan kegiatan yang dilakukan dengan memberi skor

berdasarkan jawaban responden dimana pada kuisioner kali ini jawaban benar

diberi skor 2 dan jawaban yang kurang tepat diberi nilai 1.

d. Tabulasi yaitu data yang diperoleh dikelompokkan dan diproses dengan

menggunakan master tabel menurut sifat dan katagorinya yang berupa tabel

distribusi frekwensi.

e. Entry yaitu upaya untuk memasukkan data kedalam media agar peneliti mudah

mencari bila diperlukan lagi. Data tersebut dimasukkan kedalam disket/CD

yang telah diolah dengan menggunakan computer.

2. Tehnik analisis data


Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul dan diolah. Pada

penelitian ini tehnik analisa data yang digunakan adalah analisis deskriptif atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

untuk membuat kesimpulan secara umum.

Data yang telah berhasil dikumpulkan melalui wawancara kemudian

dikalkulasikan dengan mengunakan metode pengukuran data ordinal yang

himpunannya beranggotakan pangkat, jabatan, rangking, atau order (Nursalam,

2008).

a) Pengetahuan

Pada penelitian ini, peneliti mentabulasi data yang didapat kemudian dihitung

proporsi dalam persentase untuk mengetahui persentase dari variabel pengetahuan.

Persentase yang sudah dihitung pada pengolahan data disajikan dalam bentuk

tabel frekuensi. Untuk menghitung prosentase dilakukan dengan menggunakan

rumus menurut (Arikunto,2008)

Jumlah jawaban benar

Tingkat penguasaan = x 100%

Jumlah soal

Setelah presentase diketahui maka hasil data pengetahuan responden

diinterprestasikan dengan kriteria :

a. Pengetahuan Baik : Bila pertanyaan di jawab dengan benar oleh

responden 76100
b. Pengetahuan Cukup : Bila pertanyaan di jawab dengan benar oleh

responden 56-75%

c. Pengetahuan Kurang : Bila pertanyaan di jawab dengan benar oleh

responden < 55 %

b) Sikap

Data sikap responden dalam melakukan perawatan payudara diolah secara

deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi jawaban untuk

kuisioner sikap yaitu :

untuk pernyataan (Favorable) bila jawaban STS = 1, TS = 2, R = 3, S = 4,

SS =5 dan untuk pernyataan - (Un Favorable) bila STS = 5, TS , S = 4 R= 3, S

= 2 ,SS =1. Adapun cara penghitungan data sikap dengan rumus sebagai berikut

X X
T 50 10
S

Adapun kategori sikap responden yaitu :

sikap mendukung atau ( Favorable ) bila : T mean data, sikap tidak

mendukung atau ( Un Favorable ) bila : T < mean data.


F. Definisi Operasional

Definisi operasinal adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari

suatu yang di definisikan tersebut (Nursalam, 2008). Definisi operasional ini dibuat

berdasarkan pemikiran peneliti

Tabel Definisi Operasional

N
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Nilai Ukur
o Skala

1. Pengetahuan Merupakan hasil tahu Kuisioner 1. Baik 76- Ordinal

dari ibu menyusui 100%

tentang pemberian ASI 2. Cukup

Esklusif kepada bayi, :56-75%

baik cara 3. Kurang:

pemberiannya, tujuan < 55%

dan manfaat pemberian.


-

2. Sikap Reaksi atau respon ibu Kuisioner F :T mean Nominal

terhadap pemberian data


ASI Esklusif UF :T<

mean data

3. ASI Esklusif Bayi hanya di berikan Kuisioner ASI Eklusif Nominal

ASI selama 6 bulan


ASI non
tanpa di berikan
Esklusif
makanan pendamping.

Anda mungkin juga menyukai