Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

TINJAUAN LAPANGAN

4.1 Generator Transformer (main Transformator)

Pada sistem pembangkitan tenaga listrik di GTG (Gas Turbin Generator)

PLTGU PT. Indonesia Power UP Semarang mempunyai Main Transformator

(Generator Transformer) merk Meiden, dari pabrikan Meidensha Corporation.

Transformator ini merupakan pabrikan dari Jepang. Dengan frekuensi kerja

50Hz untuk sistem 3 fasa yang akan menaikan tegangan dari output generator

sebesar 11,5 KV menjadi 150 KV dengan kapasitas daya sebesar 145 MVA.

Dengan kapasitas terpasang 3 x 100 MW tiap unit GTG (Generator Turbin Gas)

mempunyai masing-masing sebuah main transformator dengan spesifikasi yang

sama.

Tabel 4.1 Spesifikasi Generator Transformer

TYPE FBORSD
COOLING ONAN/OFAF
SERVICE OUTDOOR
RATING CONTINUOUS
CAPACITY 50Hz
H.V. 150KV2,5X5X 5 taps
L.V. 11,5 KV
CONNECTION Y- YNd11
Total mass with 127000kg
oil
Mass of core & 73000kg
coils
Quantity of oil 24000L

Pemasangan main transformator yaitu Output dari generator terhubung


paralel dengan Main transformator (GT) dan terhubung dengan Unit Auxilary

Transformator (trafo pemakaian sendiri). Tegangan keluaran generator sebesar

20 KV akan dinaikan menjadi 150 KV oleh Main transformator dan akan

diturunkan menjadi 400 V untuk pemakaian sendiri. GTG 3 x 100 MW PT.

Indonesia Power UP Semarang juga dilengkapi dengan Stanby-Startup

Transformator ( SST ) yang digunakan untuk mengambil tegangan listrik dari

luar (jaringan PLN) apabila PLTGU mengalami blackout.

Gambar 4.1 Generator Transformer 1.1

4.2 Sistem Proteksi Generator Transformer

Pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi transformator adalah

perlindungan atau pengamanan pada bagian yang memungkinkan akan terjadi

gangguan atau bahaya. Tujuan utama proteksi adalah untuk mencegah terjadinya

gangguan atau memadamkan gangguan yang telah terjadi dan melokalisirnya, dan

membatasi pengaruh-pengaruhnya, biasanya dengan mengisolir bagian-bagian

yang terganggu tanpa mengganggu bagian-bagian yang lain.


Sistem proteksi ini mendeteksi kondisi abnormal dalam suatu rangkaian

listrik dengan mengukur besaran-besaran listrik yang berbeda antara kondisi

normal dengan kondisi abnormal. Ada beberapa kriteria yang perlu diketahui pada

pemasangan suatu sistem proteksi dalam suatu rangkaian sistem tenaga listrik

yaitu :

4..2.1 Sensitifitas (kepekaan).

Sensitifitas adalah kepekaan relay proteksi terhadap segala macam

gangguan dengan tepat yakni gangguan yang terjadi di daerah

perlindungannya. Sensitifitas suatu sistem proteksi ditentukan oleh nilai

terkecil dari besaran penggerak saat peralatan proteksi mulai beroperasi.

Nilai terkecil besaran penggerak berhubungan dengan nilai minimum arus

gangguan dalam daerah yang dilindunginya.

4.2.2 Selektifitas dan diskriminatif

Selektif berarti suatu sistem proteksi harus dapat memilih bagian

sistem yang harus diisolir apabila relay proteksi mendeteksi gangguan.

Bagian yang dipisahkan dari sistem yang sehat sebisanya adalah bagian

yang terganggu saja. Diskriminatif berarti suatu sistem proteksi harus

mampu membedakan antara kondisi normal dan kondisi abnormal.

Ataupun membedakan apakah kondisi abnormal tersebut terjadi di dalam

atau di luar daerah proteksinya.


4.2.3 Kecepatan.

Sistem proteksi perlu memiliki tingkat kecepatan sebagaimana

ditentukan sehingga meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia,

peralatan dan stabilitas operasi.

4.2.4 Keandalan

Suatu sistem proteksi dapat dikatakan andal jika selalu berfungsi

sebagaimana yang diharapkan. Sistem proteksi disebut tidak andal bila

gagal bekerja pada saat dibutuhkan dan bekerja pada saat proteksi itu tidak

seharusnya bekerja.

4.2.5 Ekonomis

Suatu perencanaan teknik yang baik tidak terlepas tentunya dari

pertimbangan nilai ekonomisnya. Suatu rele proteksi yang digunakan

hendaknya ekonomis mungkin dengan tidak mengesampingkan fungsi dan

keandalannya.

4.3 Pertimbangan Pemilihan

Perencanaan sistem pengaman transformator harus mempertimbangkan

hal-hal sebagai berikut ini :

4.3.1 Jenis transformator yang diamankan

Jenis transformator sangat menentukan sistem pengaman yang harus

diterapkan. Jenis yang dimaksud disini adalah main transformator (generator

transformer) atau transformator daya (Step-Up) yang akan menaikan tegangan


dari output generator sebesar 11,5 KV menjadi 150 KV yang berada pada GTG

PT. Indonesia Power UP Semarang.

4.3.2 Ukuran transformator

Rating atau kemampuan transformator merupakan dasar pertimbangan

yang penting dalam perencanaan sistem pengaman. Ukuran transformator di

GTG PT.Indonesia Power UP Semarang mempunyai besaran rating tegangan

dan daya 11,5KV/150KV dengan daya 145 MVA. Pertimbangan dari segi

teknis, misalnya panas dan arus gangguan hubung singkat yang timbul pada

transformator. Gangguan itu bisa merupakan hubung singkat antara kumparan

maupun kumparan dengan tangki atau penghantar dengan bodi. Hubung

singkat tersebut tergantung juga pada rating transformator, baik tegangan, daya

maupun reaktansi-reaktansinya. Dilihat dari segi ekonomis, biaya relai-relai

pengaman tidaklah murah. Oleh karena itu, biaya pengaman harus sebanding

dengan kapasitas transformator yang diamankan.

4.3.3 Lokasi pemakaian

Sistem pemangkitan tenaga listrik dimana transformator dipasang

merupakan faktor yang harus dipertimbangkan. Hal ini terutama berkaitan

dengan kemungkinan gangguan yang terjadi pada transformator. Pada daerah-

daerah tertentu dimana sering turun hujan yang disertai dengan sambaran petir

perlu dilengkapi dengan piranti pengaman pengalih surja/penangkal petir

(arrester). Disamping itu pemakaian pengaman transformator di pembangkitan

harus lengkap, karena proses penyaluran jaringan listriknya sudah demikian


luas dan kompleks sehinggan memerlukan selektivitas yang lebih tinggi karena

berhubungan dengan masyarakat luas.

4.3.4 Prioritas pelayanan

Pada proses pembangkitan tenaga listrik generator transformer yang

berfungsi sebagai penaik tegangan 11,5KV/150KV dan di salurkan ke gardu

induk sebagai pusat penyaluran tegangan listrik yang akan disalurkan ke

masyarakat luas, misalnya rumah sakit, gedung-gedung negara dan sebagainya,

diperlukan sistem pengaman yang sangat andal sehingga kemungkinan

pemadamannya sangat kecil.

4.4 Gangguan pada Transformator

4.4.1 Gangguan Dalam

Gangguan dalam (internal faults) adalah gangguan yang

disebabkan karena adanya gangguan yang terjadi di dalam transformator,

gangguan itu antara lain:

a) Terjadi busur api yang kecil dan pemanasan lokal yang dapat

disebabkan oleh:

Cara penyambungan konduktor yang tidak baik

Kontak-kontak listrik yang tidak baik

Kerusakan isolasi antara inti baut

b) Gangguan pada sistem pendingin Sebagaimana diketahui, banyak

transformator daya mempergunakan minyak transformator sebagai

isolasi yang sekaligus merupakan bahan pendingin. Suatu kenyataan


adalah bahwa terjadinya suatu gangguan atau kerusakan di dalam

transformator, maka dalam minyak itu akan terbentuk sejumlah gas.

c) Gangguan hubung singkat

Pada umumnya gangguan ini dapat dideteksi karena akan selalu

timbul arus maupun tegangan yang tidak normal/tidak seimbang. Jenis

gangguan ini antara lain, hubung singkat antar belitan, yaitu:

Hubung singkat antara kumparan dengan tanah

Hubung singkat dua fasa

Kerusakan pada isolator transformator

4.4.2 Gangguan Luar

Jenis gangguan luar (external faults) ini dapat dibedakan atas dua macam,

yaitu :

a) Hubung singkat luar

Hubung singkat jenis ini terjadi di luar transformator daya,

misalnya: hubung singkat di bus, hubung singkat di feeder dan gangguan

hubung singkat di sistem yang merupakan sumber bagi transformator

daya tersebut. Gangguan ini dapat dideteksi karena timbulnya arus yang

sangat besar, mencapai beberapa ratus kali arus nominalnya.

b) Beban lebih (overload)

Transformator daya dapat beroperasi secara terus menerus pada

beban nominalnya. Apabila beban yang dilayani lebih besar 100 %,

transformator daya akan mendapat pemanasan lebih. Kondisi ini

memungkinkan tidak segera menimbulkan kerusakan pada transformator


daya, tetapi apabila berlangsung secara terus-menerus akan

mengakibatkan umur isolasi bertambah pendek.

Keadaan beban lebih berbeda dengan keadaan arus lebih. Pada

beban lebih, besar arushanya kira-kira 10 % di atas nominal dan dapat

diputuskan setelah berlangsung beberapa puluh menit. Sedangkan pada

arus lebih, besar arus mencapai beberapa kali arus nominal dan harus

secepat mungkin diputuskan.

4.5 Piranti Relay Pengaman Transformator

Sebagaimana diuraikan diawal bahwa sistem pengaman transformator

akan berbeda dari transformator yang satu dengan lainnya. Saat ini penulis akan

membahas relai-relai pengaman transformator di GTG PT. Indonesia Power UP

Semarang tersebut, ada dua macam tipe relai yaitu relai mekanik yaitu relay

bucholz, relay sudden pressure, relay thermis dan relay elektrik yaitu relai

differensial, relay arus lebih, Ground tangki.

4.5.1 Relai Bucholz

Relai bucholz pada generator transformer di GTG PT. Indonesia Power

UP Semarang dipasang pada pipa dari maintank ke konservator. Relai bucholz

berfungsi untuk mendeteksi dan mengamankan gangguan di dalam

transformator yang menimbulkan gas dimana gas tersebut timbul akibat adanya

hubung singkat di dalam trafo atau akibat busur di dalam trafo.

Tabel 4.2 Spesifikasi Relay Bucholz


Unit Type B C D Weight H

25 BRYD-25L 28 75 95 6.1 kg 12

50 BRYD-50L 53 105 130 6.2 kg 15

80 BRYD-80L 81 145 180 6.4 kg 19

Selama transformator beroperasi normal, relai akan terisi penuh dengan

minyak. Pelampung akan berada pada posisi awal. Bila terjadi gangguan yang

kecil didalam tangki transformator, misalnya hubung singkat dalam kumparan,

maka akan menimbulkan gas. Gas yang terbentuk akan berkumpul dalam relai

pada saat perjalanan menuju tangki konservator, sehingga level minyak dalam

relai turun dan akan mengerjakan kontak alarm (kontak pelampung atas). Bila

level minyak transformator turun secara perlahan-lahan akibat dari suatu

kebocoran, maka pelampung atas akan memberikan sinyal alarm dan bila

penurunan minyak tersebut terus berlanjut, maka pelampung bawah akan

memberikan sinyal trip. Bila terjadi busur api yang besar, kerusakan minyak

akan terjadi dengan cepat dan timbul surja tekanan pada minyak yang bergerak

melalui pipa menuju ke relai Bucholz.


Gambar 4.2 Konstruksi Relay Bucholz

Pada dasarnya relai bucholz termasuk dalam kategori relai mekanik. Relai

ini digunakan untuk mendeteksi dan mengamankan transformator terhadap

gangguan didalam transformator yang menimbulkan gas. Gas yang timbul ini

diakibatkan oleh :

a) Hubung singkat pada kumparan

b) Busur listrik antar laminasi


c) Busur listrik akibat kontak yang kurang baik

Gambar 4.3 sistem kerja relay bucholz

Pada intinya jika terjadi gangguan kecil di dalam transformator,

mengakibatkan terbetuknya sejumlah gas di dalam minyak. Pembentukan gas

ini terjadi secara perlahan lahan dan gas tersebut akan keluar memasuki ruang

bucholz. Gas tersebut akan terperangkap dan terkumpul yang akan

menyebabkan alarm mengumpulkan kuantitas gas 325-25 cm3.

Pada dasarnya relai bucholtz terdiri atas dua saklar yang berada dalam

satu ruang yang dipasang antara bejana transformator dan bejana ekspansi.

Kedua saklar akan bekerja jika digerakkan dan berada dalam posisi datar. Jika

gangguan yang terjadi besar, pembentukan gas akan terjadi sangat cepat,

bahkan secara eksplosif. Oleh sebab itu, gas-gas tersebut akan mengalir

dengan kecepatan 100 15 cm / detik melalui ruang bucholtz yang

mengakibatkan bekerjanya saklar dan kemudian member perintah trip ke PMT .

4.5.2 Relai Tekanan Lebih (Sudden Pressure Relay)

Suatu flash over atau hubung singkat yang timbul pada suatu transformator
terendam minyak, umumnya akan berkaitan dengan suatu tekanan lebih didalam

tangki, karena gas yang dibentuk oleh penguapan minyak.

Dengan melengkapi sebuah pelepasan tekanan pada trafo maka tekanan

lebih yang membahayakan tangki trafo dapat dibatasi besarnya. Apabila tekanan

lebih ini tidak dapat dieliminasi dalam waktu beberapa milidetik, tangki trafo akan

meledak dan terjadi panas lebih pada cairan. Ketika terjadi kenaikan tekanan

udara akibat terjadinya gangguan di dalam trafo maka katup relai ini akan tertekan

oleh pegas yang terpasang didalamnya dan akan membuka serta membuang

tekanan keluar bersama-sama dengan sebagian minyak.

Gambar 4.4 Relay Sudden Pressure

Alat pengaman tekanan lebih ini berupa membran yang terbuat dari

kaca, plastik, tembaga atau katup berpegas yang akan pecah pada tekanan

tertentu dan kekuatannya lebih rendah dari kekuatan tangki transformator.

Membran ini hanya sekali pakai sehingga bila pecah harus diganti. Pada Katup

relief disediakan saklar alarm yang berfungsi sebagai signal untuk lokal atau

indikasi jarak jauh apabila katup tersebut bekerja.


4.5.3 Relai Thermis

Didalam Generator Transformer terdapat dua relay suhu, yaitu relai

winding temperature dan Relai Oil temperature. Dibawah ini akan dijelaskan

bagaimana prinsip kerja relai relai tersebut.

a. Relay Winding Temperature bekerja apabila suhu kumparan trafo melebihi

setting dari pada relai HV/LV Winding, besarnya kenaikan suhu adalah

sebanding dengan faktor pembebanan dan suhu udara luar trafo.

Gambar 4.5 Relay Winding Temperature

Urutan kerja relai suhu kumparan/ winding ini dibagi 2 tahap:


Mengerjakan alarm (winding temperature alarm) apabila suhu mencapai

85C.

Mengerjakan perintah trip ke PMT (winding temperature trip) apabila suhu

mencapai 90C.

b. Relai Oil temperature.

Relai Oil temperature bekerja apabila suhu minyak trafo melebihi setting

dari pada relai HV/LV oil. Besarnya kenaikan suhu adalah sebanding

dengan faktor pembebanan dan suhu udara luar trafo.

Gambar 4.6 Fisik Relai Oil temperature

Urutan kerja relai suhu minyak/ oil ini dibagi 2 tahap:

Mengerjakan alarm (oil temperatur alarm) pada suhu 85C.

Mengerjakan perintah trip ke PMT (oil temperature trip) pada suhu 90C.
4.5.4 Relay Diferensial

Relai ini berfungsi mengamankan transformator dari gangguan di dalam

transformator antara lain flash over antara kumparan dengan kumparan atau

kumparan dengan tangki atau belitan dengan belitan di dalam kumparan

ataupun beda kumparan. Relai differensial memiliki sifat antara lain :

a. Sangat selektif dan cepat.

b. Sebagai pengaman utama.

c. Tidak dapat sebagai pengaman cadangan untuk daerah berikutnya.

d. Daerah pengamanannya dibatasi oleh pasangan transformator arus

dimana relai differensial dipasang.

Adapun prinsip kerja dari relai pengaman differensial ditunjukan pada

gambar berikut.

I1 I2
I1 I2
1I

!
D

Gambar 4.7 rangkain sistem relai differensial

Pada keadaan bekerja relai differensial (d) membandingkan vektor

arus I1 dan I2 atau i1 dan i2. Dalam hal ini untuk menjaga agar sistem

pengamanan ini bekerja secara efektif, yang perlu diperhatikan adalah

rasio perbandingan CT1 dan CT2 harus sama, sehingga i1= i2, serta
sambungan dan polaritas CT1 dan CT2 harus benar. Jika daerah yang

diamankan dalam keadaan normal maka besar I1 = I2 dan i1 = i2, sehingga

arus yang mengalir lewat relai adalah : id = i1 - i2 = 0

Namun jika terjadi gangguan maka id = i1 i2 0 sehingga

ada arus yang mengalir melalui rele ini. Dengan cepat relai akan

memberikan perintah untuk membuka PMT sehingga trafo bisa terbebas

dari gangguan. Rele differensial merupakan pengaman utama dan tidak

memberikan pengaman cadangan pada sesi yang berdekatan. Pada

transformator tenaga di GTG 1.1 PLTGU Tambak Lorok menggunakan

rele differensial bertipe BE 87T. Differential relay dengan type BE ini

bekerja dengan rating arus 5 ampere dan frekuensi 50Hz. Rele ini

memiliki rating supply 48/125/250 VDC. Target coil bekerja pada saat 0.6

/ 2.0 ampere. Target coil berfungsi sebagai indikator status sistem rele.

Tolerensi perbedaan arus pada rele ini bisa diseting dari 15%-25%-40%.

Gambar 4.8 relay differensial

4.5.5 Relay arus lebih

Berfungsi mengamankan trafo jika arus yang mengalir melebihi dari nilai
yang diperkenankan lewat pada transformator tersebut dan arus lebih ini

dapat terjadi oleh karena beban lebih atau gangguan hubung singkat. Arus

lebih ini dideteksi oleh transformator arus atau current transformator (CT).

Gambar 4.9 sistem relai arus lebih

Time Overcurrent Relay type IFC53B Aplikasi Relay ini akan bekerja dengan

waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara terbalik (inversetime),

makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Relay tipe IFC53B merupakan

jenis Very Inverse Time. Rele ini bekerja bedasarkan besarnya sisa fault current

yang relative sesuai dengan kapasitas transformator. Besarnya fault current yang

melalui rele ini bergantung pada lokasi fault yang mengenai rele tersebut. Rele

dengan tipe IFC ini dapat bekerja pada frekuensi 50 maupun 60 Hz. Rele ini

dilengkapi dengan 13 tap yang bias diatur sesuai dengan spesifikasi

transformator. Apabila seting tap switch kurang dari 6 ampere maka rele ini

bersifat very invers. Dengan time delay 1,29-1,33ms.


Gambar 4.10 Time overcurrent relay

4.5.6 Ground Tangki

Berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap hubung singkat antara

fasa dengan tangki trafo dan titik netral trafo yang ditanahkan.

Gambar 4.11 Pentanahan Transformator

Grounding yang terpasang, mendeteksi arus gangguan dari tangki trafo

ketanah, kalu terjadi kebocoran isolasi dari belitan trafo ke tangki, arus

yang mengalir ketanah akan dideteksi relai. Relai akan mentripkan PMT di

kedua sisi (TT dan TM). Jadi arus gangguan kembali kesistem melalui

pembumian trafo, dan syarat pentanahan trafo yang baik yaitu dibawah 1

ohm.
4.6 Tujuan pemasangan Relai proteksi Generator Transformer.

Tujuan pemasangan relai proteksi pada generator transformer trafo step-

up 11,5 KV/ 150 KV adalah untuk mengamankan peralatan transformator

sehingga kerugian akibat gangguan dapat dihindari atau dikurangi menjadi

sekecil mungkin dengan cara :

1. Mencegah kerusakan transformator akibat adanya gangguan/ ketidak

normalan yang terjadi pada transformator atau gangguan pada bay

transformator.

2. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat

membahayakan peralatan atau sistem.

3. Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang

mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga

kerusakan instalasi yang terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat

dihindari atau dibatasi seminimum mungkin dan bagian sistem lainnya

tetap dapat beroperasi.

4. Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya.

5. Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang terbaik kepada

konsumen.

6. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

Anda mungkin juga menyukai