Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

PRAKTIKUM FITOKIMIA

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ALKALOID DARI BUAH LADA HITAM

OLEH :

KELOMPOK 6/IVC

1. Putu Verina Kumala Dewi (151116)


2. Ni Putu Yunika Candra Riskiana (151117)
3. Ni Nyoman Antika Sari (151118)
4. Ni Luh Ayu Sarini (151119)
5. Ni Luh Gede Pramitha Sari (151120)

AKADEMI FARMASI SARASWATI DENPASAR

2017
I. Tujuan Praktikum
Memahami metode serta mampu melakukan isolasi dan identifikasi alkaloid dari buah
lada hitam.
II. Teori Dasar
Klasifikasi tanaman lada adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper nigrum L.
Lada merupakan tanaman tahunan yang memanjat dari keluarga Piperaceae
(Balittri, 2007). Tanaman lada memiliki akar tunggang dengan akar utama dapat
menembus tanah sampai kedalaman 1-2 m. Batang tanaman lada berbuku-buku dan
berbentuk sulur yang dapat dikelompokkan menjadi empat macam sulur, yaitu sulur
gantung, sulur panjat, sulur buah, dan sulur tanah. Daun lada merupakan daun tunggal
dengan duduk daun berseling dan tumbuh pada setiap buku. Warna daun hijau muda
pada waktu muda dan daun tua berwarna hijau mengkilat pada permukaan atas.
Pertulangan daun melengkung dengan tepi daun bergelombang atau rata. Bunga-bunga
terdapat pada cabang plagiotrophic (horizontal) yang tersusun dalam bulir (spica) atau
untai (amentum). Buah lada temasuk buah buni berbentuk bulat berwarna hijau dan pada
waktu masak berwarna merah. Biji lada berwarna putih cokelat dengan permukaan licin
(Wahid, 1996).
Buah lada hitam mengandung bahan aktif seperti amida fenolat, asam fenolat, dan
flavonoid yang bersifat antioksidan sangat kuat. Selain mengandung bahan-bahan
antioksidan, lada hitam juga mengandung piperin yang diketahui berkhasiat sebagai obat
analgesik, antipiretik, anti inflamasi, serta memperlancar proses pencernaan (Meghwal
dan Goswami, 2012).
Kandungan lada hitam sangat beranekaragam dan piperin merupakan kandungan
utama serta kavisin yang merupakan isomer dari piperin. Piperin adalah senyawa
alkaloid (Evan, 1997) yang paling banyak terkandung dalam lada hitam dan semua
tanaman yang termasuk dalam famili Piperaceae. Senyawa amida (piperin) berupa kristal
berbentuk jarum, berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa, lama-kelamaan pedas,
larut dalam etanol, asam cuka, benzena, dan kloroform (Amaliana, 2008). Piperin
memiliki manfaat sebagai anti-inflamasi, antiarthritik (Bang et al., 2009; Sudjarwo,
2005), analgesik (Sudjarwo, 2005), depresan sistem safaf pusat dan anticonvulsan
(Deepthi et al., 2012). Kombinasi zat-zat yang terkandung mengakibatkan lada hitam
memiliki rasa pedas, berbau khas dan aromatik. Kandungan zat yang memberikan warna,
bau dan aroma dalam lada hitam adalah -terpinol, acetophenone, hexonal, nerol,
nerolidol, 1,8 cineol, dihydrocarveol, citral, -pinene dan piperolnol.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan.
Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit,
baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama,
dipakai selayaknya sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, atau
preparatif. Kedua, dipakai untuk menjajaki system pelarut dan system penyangga yang
akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi. Pada
kromatografi lapis tipis menggunakan fase diam berupa zat padat dan fase gerak berupa
zat cair. Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil
dengan diameter partikel antara 10-30 m. Semakin kecil ukuran ratarata partikel fase
diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT
dalam hal efisiensi dan resolusinya. Penjerap yang paling sering digunakan adalah silica
dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah adsorpsi
dan partisi. Fase gerak menggunakan pelarut organic atau campuran pelarut.

III. PROSEDUR
1. Sebanyak 3 gram serbuk simplisia buah lada hitam dimasukkan ke dalam erlenmeyer,
ditambahkan 15 ml asam asetat 10% dalam etanol,dimaserasi selama 3 menit dalam
elmasonik, diaduk, kemudian dimaserasi lagi 3 menit. Proses ini diulang 3 kali,
kemudian disaring, ekstrak ditampung
2. Ampas dimasukkan lagi ke dalam erlenmeyer, proses maserasi (No 1) diulang lagi
sebanyak 3 kali
3. Ekstrak yang diperoleh digabung, kemudian dipekatkan sampai volume asal.
4. Ke dalam ekstrak ditambahkan tetes demi tetes NH4OH pekat sehingga diperoleh
endapan alkaloid
5. Endapan alkaloid dikumpulkan dengan pemusingan
6. Endapan alkaloid dicuci dengan NH4OH 1%, disaring, keringkan, timbang
7. Endapan alkaloid dilarutkan dalam beberapa tetes kloroform, diidentifikasi secara
KLT menggunakan :
a. Fase diam : Silika gel GF254
b. Fase gerak : Metanol NH4OH pekat (200:3)
c. Penampak noda : Pereaksi Dragendorf
d. Reaksi positif ditunjukkan dengan timbulnya noda berwarna oranye
8. Gambarlah kromatogram, tentukan nilai Rf dan amati warna noda yang terbentuk

IV. HASIL PENGAMATAN Batas pelarut


Berat endapan alkaloid yang diperoleh : 40,7 mg
Warna endapan alkaloid: : Hitam Kecoklatan
Nilai Rf = penampak noda / jarak pelarut
= 5 cm / 6 cm Penampang
noda
= 0,83

Batas
penoltolan Titik
penotolan

V. PEMBAHASAN
Ekstraksi merupakan proses penarikan, pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Bahan tanaman terutama biji dan daun, sering banyak
mengandung lemak, lilin yang sangat non polar. Karena senyawa tersebut sering
menimbulkan persoalan terbentuk emulsi, maka senyawa-senyawa tersebut dipisahkan
dari bahan tanaman sebagai langkah awal dengan cara perkolasi dari bahan tanaman
dengan petroleum eter .
Ekstraksi padat-cair, dilakukan karena bahan yang dikehendaki dapat larut dalam
solven pengekstraksi. Pada umumnya sebelum suatu senyawa dapat diidentifikasi dan
diukur kadarnya perlu dilakukan pemisahan. Dalam analisis kimia terdapat beberapa
teknik pemisahan kimia yang digunakan baik itu ditunjukkan untuk isolasi, pemurnian
zat ataupun untuk menghilangkan interferensi dari suatu zat. Salah satu tekhnik
pemisahan yang digunakan adalah ekstraksi. Ekstraksi adalah satu metode pemisahan
kimia untuk memisahkan atau menarik suatu komponen-komponen kimia yang berada
dalam suatu sampel dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Tujuan dari isolasi adalah
untuk memurnikan senyawa untuk karakteristikpenuh (sampai elusidasi)atau untuk
mengambil satu senyawa khusus yang dikehendai.
Pada percobaan ini, menggunakan metode ekstraksi continue untuk memperoleh
senyawa piperin dari lada hitam. Metode ekstraksi continue yang dilakukan bertujuan
untuk memperoleh hasil ekstrak yang lebih murni lagi. Lada hitam yang digunakan
dibersihkan dan dihaluskan hingga terbentuk serbuk lada yang halus. Tujuan
penghalusan lada hitam adalah agar zat-zat yang terkandung di dalam lada hitam mudah
melarut dalam pelarut yang digunakan. Hal ini karena semakin halus serbuk, maka
kelarutan akan meningkat karena semakin banyak terjadi kontak dengan pelarut,
sehingga semakin banyak zat yang dapat terbentuk dan semakin efisien proses
pemisahan atau ekstraksi yang terjadi. Karena sampel yang digunakan adalah lada hitam
yang berupa padatan, sehingga metode yang digunakan untuk adalah dengan cara
meserasi. Sebelum melakukan meserasi pada percobaan ini, menggunakan pelarut yaitu
asam asetat 10 % dalam etanol agar zat aktif didalamnya tertarik. Proses ini menggunakn
elmasonic untuk membantu mempercepat maserasi yang dilakukan secara berkala
sebanyak tiga kali. Pelarut ini digunakan melarutkan pelarut yang diinginkan dari lada
hitam yang memiliki kepolaran yang sama yaitu bersifat polar sehingga mampu
melarutkan piperin dengan prinsip like dissolved like.
Dari literature diperoleh bahwa piperin merupakan senyawa alkaloid yang dapat
larut dalam etanol, dimana antara piperin dengan etanol mampu untuk membentuk ikatan
hydrogen. Proses yang terjadi selama maserasi adalah pelarut alcohol melarutkan zat
aktif didalam yaitu sampel lada hitam. Hasil ekstraksi tersebut kemudian dipekatkan
hingga volume asal yang didiamkan di dalam lemari asam yang bertujuan agar
menghilangkan kandungan etanol dalam sampel. Ekstrak yang sudah pekat diteteskan
ammonium pekat hingga ekstrak tersebut memiliki pH yang basa sehingga diperoleh
endapan alkaloid. Penambahan ammonium berfungsi untuk membebaskan dan
pengendapan alkaloid agar dapat diperoleh alkaloid dalam bentuk garam ataupun
alkaloid dalam bentuk basa bebas. Yang selanjutnya kembali dipekatkan kembali dengan
dimasukkan kedalam elmasonic. Dan dicuci kembali dengan ammonium 1% untuk
menjaga ekstrak tetap dalam keadaan basa kemudian disaring dan dikeringkan dalam
oven. Tujuan dari pengeringan adalah agar kristal untuk menguapkan pelarut yang masih
bersatu dengan dan gar kristal yang menempel pada kertas saring tadi mudah untuk
diambil, sehingga didapatkan kristal yang murni. Setelah kertas saring benar-benar
kering, kristal yang menempel dikerok dan diletakkan pada cawan yang sudah ditimbang
sebelumnya. Cawan yang berisi kristal tersebut kemudian ditimbang dan dihitung berat
kristalnya.Dari percobaan ini didapatkan hasil 40,7 mg ekstrak kering yang telah
diisolasi dari 3 gram serbuk simplisia. Menurut literature dalam 100 gram serbuk lada
hitam terdapat 10 gram piperin sedangkan dalam percobaan menggunakan 3 gram yang
seharusnya mendapatkan 30 mg piperin. Tetapi dalam percobaan ini kami mendapatkan
hasil 40,7 mg yang mungkin disebabkan pada saat percobaan masih terdapat pengotor
yang terkandung didalamnya.
Endapan alkaloid yang didapat diteteskan etanol, sebelum melakukan KLT,
tujuannya untuk melarutkan ekstrak tersebut. KLT digunakan untuk uji kualitatif, yang
bertujuan mengetahui ada tidaknya piperin (alkaloid) dalam ekstrak yang didapatkan.
Sampel yang akan diidentifikasi adalah kristal dari piperin, dari ekstrak yang didapatkan.
Pertama-tama, chamber dijenuhkan dengan fase gerak yang terdiri dari campuran
methanol dan ammonium pekat dengan perbandingan 200 : 3. Penjenuhan dimaksudkan
untuk membuat tekanan di dalam dan di luar chamber sama, sehingga memudahkan
ketika proses elusidasi. Setelah chamber sudah dalam keadaan jenuh maka plat silica gel
GF245 yang telah diaktifasi ditotolkan dengan ekstrak yang ingin diuji diamkan hingga
tempat penotolan kering dan ulangi kembali sebanyak tiga kali agar sampel yang diuji
dapat dideteksi. Selanjutnya dimasukkan kedalam chamber yang sudah jenuh, dan
tunggu hingga fase gerak naik hingga batas yang ditentukan. Keluarkan plat dari
chamber dan keringkan. Plat yang sudah kering disemprotkan dengan pereaksi
Dragendorf untuk mengetahui adanya senyawa kimia alkaloid dalam sampel lada hitam.
Reaksi positif ditunjukkan dengan timbulnya noda berwarna orange. Pada percobaan ini
dapat dipastikan mengandung alkaloid karena terdapat noda pada plat yang berwarna
orange yang menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Tahap selanjutnya adalah
penentuan nilai Rf, percobaan ini mengahasilkan nilai Rf 0,83 yang diperoleh dari hasil
pembagian antara penampak noda dengan jarak pelarut. Dari literature yang didapat
standar Rf untuk lada hitam adalah 0,69.

VI. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa pada percobaan ini
menggunakan tahap maserasi yang dimana berat ekstrak kering yang peroleh adalah 40,7
mg yang merupakan hasil yang cukup besar dibandingakan dengan literature. Hal ini
mungkin disebabkan masih adanya pengotor yang terkandung didalamnya. Pada lada
hitam dapat dinyatakan positif mengandung alkaloid yang ditandai dengan tampaknya
noda berwarna orange pada plat KLT. Sedangkan nilai Rf yang diperoleh adalah 0,83.

VII.DAFTAR PUSTAKA
Kromatografi Lapis Tipis. 2009. http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi-
lapis-tipis.html . diakses 1 Juni21017.
Amaliana, L. N. 2008. Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol 70 % Buah Merica Hitam (Piper
nigrum L.) terhadap Sel Hela. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Bang, J., D.H. Oh, Choi H.M. 2009. Anti-Inflammatory and Antiarthritic Effects of
Piperine in Human Interleukin 1- Stimulated Fibroblast Like Synoviocytes and
in Rat Arthritis Models. Arthritis Research andTherapy 2009. 11:49.

Deepthi, S.P., V. Junis, P. Shibin, S. Senthiil, R.S. Rajesh. 2012. Isolation, Identification
and Antimycobacterial Evaluation of Piperine from Piper longum. Dermatology
Pharmacia Letter 2012: 863-868.

Evan, W.C. 1997. Trease and Evans Pharmacognosy. Edition 14. W.B. Saunders.
London. hal.363-364

Meghwal, M. dan T. K. Goswami, 2012. Nutritional Constituent of Black Pepper as


Medicinal Molecules: A Review. 1: 129 doi:10.4172/scientificreports.12.

Sudjarwo, S.A. 2005. The Potency of Piperine as Anti-inflammatory and Analgesic in


Rats and Mice. Folia Medica Indonesiana 2005; 41(3):190- 194.

Wahid, P. 1996. Identifikasi Tanaman Lada. Monograf Tanaman Lada. Balittro: hal. 27-
32.
VIII.LAMPIRAN

Pengukuran pH Pemusingan untuk


Penambahan methanol
setelah penambahan memisahkan endapan
sampai volume 10 ml
NH4OH pekat

Penjenuhan pelarut Penotolan sampel Pengeringan setelah


penotolan

Pengembangan plat KLT


di dalam chamber

Anda mungkin juga menyukai