PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lingkungan dan komponennya. Hal tersebut pada akhirnya dalam jangka panjang
berkelanjutan.
yang diakibatkan oleh limbah industri bila tidak diolah terlebih dahulu, maka dalam hal ini
pemerintah telah mengeluarkan suatu kebijaksanaan yang tertuang dalam UU No. 23 Tahun
1997, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup pada Bab V pasal
16, ayat 1 menyatakan bahwa Setiap pananggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib
melakukan pengolahan limbah hasil atau kegiatan. Industri susu juga tidak luput dari
masalah limbah yang dihasilkan. Limbah cair industri susu mempunyai karakteristik
khas yaitu kerentanannya terhadap bakteri pengurai sehingga sangat mudah terjadi
pembusukan dan dapat membahayakan lingkungan di sekitar industri jika tidak diolah
terlebih dahulu. Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas maka perlu dicari alternative
pemecahan terhadap kemungkinan pencemaran yang dihasilkan dari limbah cair industri
susu.
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja limbah yang dihasilkan dari proses produksi industri susu
C. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi industri susu
Secara umum dapat dikemukakan bahwa limbah cair adalah cairan buangan yang
berasal dari rumah tangga dan industri serta tempat-tempat umum lainnya dan
mengandung bahan atau zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta
Karakteristik limbah cair industri susu tidak jauh berbeda dengan limbah cari industry
makanan. Tetapi limbah cair yang berasal dari industri susu mempunyai karakteristik khas
yaitu kerentanannya terhadap bakteri pengurai sehingga mudah terjadi pembusukan. Karakter
air limbah industri susu mengandung kadar organik yang cukup tinggi tetapi mudah terurai.
Kadar BOD pada air limbah susu + 4000 mg/L dan COD + 2000 mg/L. Perbandingan BOD
dan COD setiap pabrik bervariasi namun secara umum adalah 1.75:1. Sedangkan kadar
padatan tersuspensi (TSS) air limbah susu adalah + 800 mg/L. Karakteristik limbah cair
Karakter Fisik
Karakteristik Kimia
1. pH = 4,2 9,5
2. Amonia (1-76 mg/l)
Karakteristik Biologis
Proses pembuatan susu pada setiap industri sangat bervariasi tergantung dari jenis
produk yang dihasilkan. Secara garis besar proses produksi pengolahan susu terdiri dari
kegiatan penerimaan dan penyimpanan bahan baku, penyiapan bahan baku, proses
produksi, pengemasan dan penyimpanan. Untuk menjamin kualitas produk dari pengaruh zat-
zat pengotor, proses pengolahan susu dilakukan dengan sistem tertutup (close system) yang
a. Pengujian mutu
Uji mutu adalah kegiatan pertama yang dilakukan sebelum susu diproses.
bakteri dan komposisi protein dan lemak. Setelah susu dinyatakan memenuhi kualitas yang
b. Penyaringan (penjernihan)
Proses penyaringan susu bertujuan memisahkan benda-benda pengotor susu yang terbawa
saat proses pemerahan. Penyaringan juga bertujuan untuk menghilangkan sebagian leukosit
dan bakteri yang dapat menyebabkan kerusakan susu selama penyimpanan. Limbah yang
c. Pasteurisasi
bakteri pathogen. Teknis pasteurisasi dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara yaitu High
Temperature Short Time (HTST) yaitu pasteurisasi dilakukan pada suhu tinggi dengan waktu
yang sangat pendek dan pasteurisasi yang dilakukan pada suhu rendah dengan waktu yang
cukup lama.
d. Evaporasi
Evaporasi dilakukan untuk mengurangi kandungan air dengan failing film yang terdapat
pada alat evaporasi, sehingga penguapan dapat dilakukan dengan tepat dan waktu kontak
dengan media pemanas singkat. Alat pemanas yang digunakan adalah steam yang bekerja
pada tekanan vakum, agar penguapan air dalam susu dapat berlangsung pada temperatur
e. Pencampuran
Dari tangki penyimpanan susu dipanaskan sebelum dialirkan ke tangki pencampur yang
berisi bahan-bahan tambahan seperti protein, mineral, vitamin dan lain-lain. Tujuan
Limbah yang dihasilkan berasal dari tumpahan bahan baku dan bahan pendukung seperti
f. Homogenisasi
Homogenisasi adalah perlakuan mekanik (mechanical treatment) pada butiran lemak dalam
susu dengan tekanan tinggi melalui sebuah lubang kecil. Homogenisasi bertujuan
menggunakan sistem High Presure Pump (HPP) yang melewati sebuah lubang kecil dengan
alat homogenizer.
g. Pengeringan
Susu yang telah dihomogenisasi dipanaskan dalam preheater pada suhu 70oC - 80oC. Setelah
itu, dialirkan kedalam pompa bertekanan tinggi dan disemprotkan kedalam dryer melalui
nozzle. Hasil dari proses ini adalah susu bubuk siap kemas.
Pada proses ini inti bubuk susu yang dihasilkan kemudian dicampurkan dengan bahan lain
sesuai dengan formula yang diinginkan. Selanjutnya susu tersebtu masuk dalam tahap
pengemasan (dalam kaleng atau aluminium foil) menggunakan mesin filling hooper.
Sumber utama air limbah pada proses pembuatan susu sebagian besar berasal dari produk
yang hilang yang ikut selama proses pencucian dan dihasilkan dari tumpahan/kebocoran
selama proses produksi. Produk yang hilang selama proses produksi diperkirakan
mencapai 0.1%-3%. Kehilangan produk juga disebabkan oleh manajemen house keeping dan
sistem operasional yang kurang baik terjadi saat pemindahan pipa saluran produksi, mesin
evaporasi, proses pengisian dan sisa bahan baku yang rusak. Pada proses
bahan organik yang tinggi. Air limbah yang cukup besar juga dihasilkan dari air pendingin
dan kondensat. Namun penanganan air buangan pendingin tersebut biasanya dapat
diatasi dengan melakukan recycle melalui sistem tertutup sehingga dapat digunakan
kembali. Volume air limbah yang dihasilkan setiap pabrik susu sangat bervariasi. Namun di
beberapa negara maju tingkat efisiensi sudah cukup baik, volume air limbah
yang dihasilkan dari pabrik susu dasar adalah 3.9 ltr/kg produk susu dan untuk pabrik susu
terpadu adalah 11.2 ltr/ kg produk. Untuk Indonesia rata-rata volume yang dihasilkan dari
sebuah pabrik susu adalah 2 ltr/kg produk susu. Berikut tabel yang memperlihatkan limbah
Berdasarkan karakteristik limbah cair industri susu, proses pengolahan limbah yang
dilakukan adalah dengan mengkombinasikan proses fisika, kimia dan biologi. Proses fisika
meliputi : proses equalisasi, sedimentasi, filtarsi, flotasi dan penyaringan. Proses kimia
meliputi : koagulasi dan flokulasi, sedangkan proses bilogi meliputi : proses anaerob dan
Proses sesungguhnya pengolahan limbah cair industri susu dengan peralatan proses
tahapansebagai berikut:
Proses equalisasi atau proses penyeragaman, yaitu proses pendahuluan yang akan
sangat membantu terhadap proses aerasi anaerob. Equalisasi bukan merupakan suatu proses
pengoiahan tetapi merupakan suatu cara / teknik untuk meningkatkan efektivitas dari proses
treatment.
2. Meratakan variabel & fluktuasi dari beban organik untuk menghindari shock loading
biasanya dengan cara pemompaan maupun cara cara lain yang memungkinkan.
bahan-bahan organik terlarut dan senyawa organik lainnya dengan bantuan bakteri anaerob.
Proses aerasi, bertujuan untuk menurunkan bahan-bahan organik dan senyawa organik
Proses sedimentasi pertama, proses untuk mengendapkan lumur yang dihasilkan pada
proses aerasi.
Proses sedimentasi kedua, yaitu proses pengendapan terhadap flok yang terbentuk
pada proses 5
Proses penyeringan dengan arang aktif, untuk menyerap bahan-bahan kimia yang
tersisa.
Ket :
8. Bak flokulasi
Dengan proses pengolahan yang dipilih, diperoleh hasil pengolahan air memenuhi
kualitas baku mutu air buangan golongan III, sehingga air hasil pengolahan aman jika
dibuang kelingkungan.
Susu merupakan produk makanan bergizi yang Pengolahan susu tidak lepas dari
hasil buangan proses produksi yaitu limbah cair buangan industri. Limbah cair hasil buangan
harus diolah dengan benar sesuai dengan baku mutu limbah cair agar limbah yang dihasilkan
digunakan kapasitasnya berlebih dari limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut. Selain
itu, dapat dsimpulkan masih kurangnya pengolahan limbah untuk proses fisik meliputi
equalisasi, equalisasi, sedimentasi, filtarsi, flotasi dan penyaringan. Terutama pada proses
pendahuluan yaitu equalisasi atau penyeragaman yang bermanfaat untuk Meratakan variabel
& fluktuasi dari beban organik untuk menghindari shock loading pada sistem pengolahan
biologi.
ANALISIS LIMBAH SUSU BUBUK :
Pertumbuhan industri susu bubuk mengakibatkan adanya kenaikan limbah padat yang
harus dikelola. Pengomposan merupakan salah satu alternatif pengelolaan limbah padat
(1) Mengetahui potensi limbah susu bubuk dan pengelolaannya di distributor dan di industri
melalui survey
(2) Mengetahui pengaruh konsentrasi sludge cair Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL)
(3) Mendapatkan dosis optimum aplikasi kompos yang difortifikasi limbah susu bubuk
terhadap tingkat produktifitas sayuran organik. Indikator yang diamati antara lain adalah :
kualitas kompos, pertumbuhan sayuran, kualitas hasil panen dan kesuburan tanah setelah
panen sayur organik. Pengelolaan limbah pada susu bubuk di distributor dan di industri
Penelitian fortifikasi kompos menggunakan disain acak lengkap faktorial 2 faktor dan
3 ulangan. Faktor A : konsentrasi sludge cair IPAL (0%, 10% dan 20%) dan faktor B : dosis
fortifikasi limbah padat susu bubuk (0%, 10%, 20% dan 30%). Penelitian dosis pemupukan
kompos terfortifikasi menggunakan disain acak lengkap faktorial 1 faktor dan 3 ulangan.
Faktor A: dosis pemupukan (1) dosis 0 kg/m2 (kontrol), (2) dosis 3 kg/m2, (3) dosis 6 kg/m2,
(4) dosis 9 kg/m2 dan (5) dosis 12 kg/m2. Masing-masing dosis pemupukan diaplikasikan
pada empat jenis sayuran daun yaitu : (1) kangkung; (2) kailan; (3) bayam hijau dan (4)
caisin. Hasil survey menunjukkan bahwa rata-rata limbah susu bubuk di distributor sebesar
2,35% per bulan dan sebagian besar (97,1%) berasal dari produk balikan toko (return
product).
Cara pengelolaan yang dilakukan adalah dengan membakar limbah tersebut
menggunakan solar atau bensin. Di industri, sebesar 70,13% adalah limbah yang sudah rusak
faktor A dan faktor B terhadap kualitas kompos terlihat bahwa faktor A berpengaruh sangat
nyata terhadap kandungan total N dan berpengaruh nyata terhadap kandungan total C organik
dan K2O. Faktor B berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan total N, P2O5 dan K2O
dan berpengaruh nyata terhadap kandungan total C organik. Interaksi faktor A dan faktor B
berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan total N kompos yang dihasilkan. Kompos yang
telah difortifikasi memenuhi standar mikroba pathogen E. Coli dan Salmonella Sp. Sert
standar kandungan logam berat. Aplikasi kompos yang telah difortifikasi terhadap sayur
organik berdampak pada peningkatkan kandungan C organik aktif sebesar 157,44 mg/kg.
Faktor B berpengaruh nyata terhadap lebar daun dan hasil panen sayur pakchoy. Terhadap
kesuburan tanah setelah panen, faktor A berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan C
organik, dan P2O5. Faktor A juga berpengaruh nyata terhadap terhadap kandungan total N
tanah. Faktor B berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan total N, P2O5 dan
berpengaruh nyata terhadap kandungan K2O tanah. Interaksi antara faktor A dan B
berpengaruh nyata terhadap kandungan N dan K2O tanah. Faktor A, B dan interaksi antara A
dan B tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan Ca, Mg, K Na dan KTK tanah.
Kombinasi perlakuan fortifikasi kompos yang terbaik dalam penelitian ini adalah A3B4, yaitu
konsentrasi sludge IPAL 20% dan dan fortifikasi limbah susu bubuk 30% basis kering.
Percobaan dosis aplikasi kompos A3B4 terhadap beberapa jenis sayuran menghasilkan dosis
optimum pemupukan sayur caisin sebesar 3 kg/m2, sayur kailan sebesar 9 kg/m2, sayur
Sumber Daya Alam (Natural Resources) sumber daya yang tersedia tanpa
campur tangan manusia (Oxford Dictionary, 1990) sebagian besar SDA bersifat
Isu lingkungan hidup adalah isu global global warming, climate change bersifat
per kapita) namun di titik tertentu (turning point), perekonomian akan semakin sadar akan
pentingnya untuk menjaga kelestarian lingkungan dan walaupun ekonomi bertumbuh pesat,
Kritik: Kuznets tidak menjelaskan seberapa jauh turning point akan tercapai dan
apabila tidak diatasi sesegara mungkin, ada kerusakan-kerusakan tertentu yang membutuhkan
2015)
1. Adanya klausula dan standarisasi produk yang ramah lingkungan dalam perjanjian-
berkembang di mana jumlah tertentu dari utang tersebut akan dihapuskan dan
menjadi SDA yang sudah diolah untuk menambah nilai tambah dari SDA tersebut.
mana beberapa bagian dari SDA harus dimanfaatkan terlebih dahulu untuk kebutuhan
domestik (contoh: batu bara diharuskan untuk dijual terlebih dahulu ke PLN untuk
kebutuhan elektrifikasi).
3. Fokus utama pembangunan ekonomi bukan lagi ekploitasi SDA namun mendorong
adanya Sumber Daya Manusia (SDM) terampil yang dapat melakukan pemanfaatan
a) Limbah cair industri susu mempunyai karakteristik khas yaitu kerentanannya terhadap
Karakter Fisik
Karakteristik Kimia
1. pH = 4,2 9,5
Karakteristik Biologis
produk yang hilang yang ikut selama proses pencucian dan dihasilkan dari tumpahan/
kebocoran selama proses produksi. Air limbah yang cukup besar juga dihasilkan dari air
fisika, kimia dan biologi. Proses fisika meliputi : proses equalisasi, sedimentasi, filtarsi,
sedangkan proses bilogi meliputi : proses anaerob dan proses aerasi lumpur aktif.
Dengan proses pengolahan yang dipilih, diperoleh hasil pengolahan air memenuhi
e. Studi kasus Limbah susu bubuk, dperoleh bahwa walaupun memerapkan system
pengolahan limbah cair tetapi pelaksanaanya masih kurang optimal utamanya pada proses
pengolahan limbah secara fisik dan kimia karena masih adanya bau dari IPAL dan adanya
kandungan zat-zat kimia yang terkandung pada air yang dikonsumsi masyarakat setempat
B. Saran
a) Sistem pengolahan limbah cair yang sudah dilaksanakan oleh perusahaan selama ini
kualitas limbah cair secara rutin, dan Instalasi Pengolahan AirLimbah ( IPAL ) harus
melakukan pengendalian agar tidak terjadi bau yang keluar dari proses
b) Instalasi pengolahan limbah yang digunakan juga harus diperhitungkan dengan jumlah
Anonim. 2010. IPAL Pabrik Ultrajaya Over Kapasitas. Diakses tanggal 20 Maret
2011.
title=IPAL+Pabrik+Ultra+Jaya+Over+Kapasitas&id=279186
Lestari, Euis Ashter. 2003. Audit Energy Pada Pengolahan Susu Cair menjadi susu Bubuk Di
PT. Ultrindo Intijaya Jakarta. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor ; Bogor
Rahayu, Suparni Setyowati . 2009. Equalisasi Pada Pengolahan Limbah Cair. Diakses tanggal
industri/equalisasi-pada-pengolahan-limbah-cair/