Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembangunan yang memanfaatkan sumber daya alam namun mengabaikan

masalah lingkungan dapat dipastikan akan menimbulkan gangguan terhadap

lingkungan dan komponennya. Hal tersebut pada akhirnya dalam jangka panjang

akan menyebabkan menurunnya fungsi ekosistem secara keseluruhan. Oleh karena

itu pembangunan harus dilaksanakan secara bijaksana dengan menerapkan dasar-dasar

ekologi dan berwawasan lingkungan sehingga pembangunan dapat dilakukan secara

berkelanjutan.

Dalam rangka menghindari terjadinya kerusakan lingkungan yang lebih luas/parah

yang diakibatkan oleh limbah industri bila tidak diolah terlebih dahulu, maka dalam hal ini

pemerintah telah mengeluarkan suatu kebijaksanaan yang tertuang dalam UU No. 23 Tahun

1997, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup pada Bab V pasal

16, ayat 1 menyatakan bahwa Setiap pananggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib

melakukan pengolahan limbah hasil atau kegiatan. Industri susu juga tidak luput dari

masalah limbah yang dihasilkan. Limbah cair industri susu mempunyai karakteristik

khas yaitu kerentanannya terhadap bakteri pengurai sehingga sangat mudah terjadi

pembusukan dan dapat membahayakan lingkungan di sekitar industri jika tidak diolah

terlebih dahulu. Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas maka perlu dicari alternative

pemecahan terhadap kemungkinan pencemaran yang dihasilkan dari limbah cair industri

susu.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini ialah:

a. Apa saja limbah yang dihasilkan dari proses produksi industri susu

b. Bagaimana karakteristik Limbah cair industri susu ?

c. Bagaimana pengolahan limbah cair yang digunakan dalam industri susu ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari makalah ini ialah:

a. Mengetahui limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi industri susu

b. Mengetahui karakteristik limbah cair susu.

c. Mengetahui pengolahan limbah cair yang digunakan pada industri susu


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Limbah Cair

Secara umum dapat dikemukakan bahwa limbah cair adalah cairan buangan yang

berasal dari rumah tangga dan industri serta tempat-tempat umum lainnya dan

mengandung bahan atau zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta

mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

B. Karakteristik Limbah Cair Industri Susu

Karakteristik limbah cair industri susu tidak jauh berbeda dengan limbah cari industry

makanan. Tetapi limbah cair yang berasal dari industri susu mempunyai karakteristik khas

yaitu kerentanannya terhadap bakteri pengurai sehingga mudah terjadi pembusukan. Karakter

air limbah industri susu mengandung kadar organik yang cukup tinggi tetapi mudah terurai.

Kadar BOD pada air limbah susu + 4000 mg/L dan COD + 2000 mg/L. Perbandingan BOD

dan COD setiap pabrik bervariasi namun secara umum adalah 1.75:1. Sedangkan kadar

padatan tersuspensi (TSS) air limbah susu adalah + 800 mg/L. Karakteristik limbah cair

industri susu terbagi atas:

Karakter Fisik

c.1.1. Total padatan (1.210-11.990 mg/l)

c.1.2. Padatan tersuspensi volatil (TSV) = 200-1.840 mg/l

c.1.3. Padatan tersuspensi (TSS) = 270-1.980 mg/l.

Karakteristik Kimia

1. pH = 4,2 9,5
2. Amonia (1-76 mg/l)

3. Nitrogen organik (9-250 mg/l)

4. Alkalinitas (0-1.080 mg/l)

Karakteristik Biologis

Kandungan kadar organik seperti vitamin dan mineral yang tinggi

C. Proses Produksi Industri Susu

Proses pembuatan susu pada setiap industri sangat bervariasi tergantung dari jenis

produk yang dihasilkan. Secara garis besar proses produksi pengolahan susu terdiri dari

kegiatan penerimaan dan penyimpanan bahan baku, penyiapan bahan baku, proses

produksi, pengemasan dan penyimpanan. Untuk menjamin kualitas produk dari pengaruh zat-

zat pengotor, proses pengolahan susu dilakukan dengan sistem tertutup (close system) yang

dikontrol/dioperasikan dari ruangan khusus.

Tahapan produksi susu sebagai berikut:

a. Pengujian mutu

Uji mutu adalah kegiatan pertama yang dilakukan sebelum susu diproses.

Pengujian bertujuan untuk memeriksa kualitas bahan baku meliputi rasa,kandungan

bakteri dan komposisi protein dan lemak. Setelah susu dinyatakan memenuhi kualitas yang

disyaratkan, proses selanjutnya adalah penyaringan.

b. Penyaringan (penjernihan)

Proses penyaringan susu bertujuan memisahkan benda-benda pengotor susu yang terbawa

saat proses pemerahan. Penyaringan juga bertujuan untuk menghilangkan sebagian leukosit
dan bakteri yang dapat menyebabkan kerusakan susu selama penyimpanan. Limbah yang

dihasilkan berasal dari tumpahan bahan baku.

c. Pasteurisasi

Dari tangki penampungan, susu dipasteurisasi dengan cara dipanaskan untukmembunuh

bakteri pathogen. Teknis pasteurisasi dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara yaitu High

Temperature Short Time (HTST) yaitu pasteurisasi dilakukan pada suhu tinggi dengan waktu

yang sangat pendek dan pasteurisasi yang dilakukan pada suhu rendah dengan waktu yang

cukup lama.

d. Evaporasi

Evaporasi dilakukan untuk mengurangi kandungan air dengan failing film yang terdapat

pada alat evaporasi, sehingga penguapan dapat dilakukan dengan tepat dan waktu kontak

dengan media pemanas singkat. Alat pemanas yang digunakan adalah steam yang bekerja

pada tekanan vakum, agar penguapan air dalam susu dapat berlangsung pada temperatur

yang tidak terlalu tinggi sehingga tidak merusak susu.

e. Pencampuran

Dari tangki penyimpanan susu dipanaskan sebelum dialirkan ke tangki pencampur yang

berisi bahan-bahan tambahan seperti protein, mineral, vitamin dan lain-lain. Tujuan

pemanasan adalah menurunkan viskositas susu sehingga mempermudah proses pencampuran.

Limbah yang dihasilkan berasal dari tumpahan bahan baku dan bahan pendukung seperti

protein, mineral, vitamin, dsb.

f. Homogenisasi
Homogenisasi adalah perlakuan mekanik (mechanical treatment) pada butiran lemak dalam

susu dengan tekanan tinggi melalui sebuah lubang kecil. Homogenisasi bertujuan

untuk menyeragamkan ukuran globula-globula lemak susu menjadi rata-rata 2 mikron,

menggunakan sistem High Presure Pump (HPP) yang melewati sebuah lubang kecil dengan

alat homogenizer.

g. Pengeringan

Susu yang telah dihomogenisasi dipanaskan dalam preheater pada suhu 70oC - 80oC. Setelah

itu, dialirkan kedalam pompa bertekanan tinggi dan disemprotkan kedalam dryer melalui

nozzle. Hasil dari proses ini adalah susu bubuk siap kemas.

h. Finishing dan Pengemasan

Pada proses ini inti bubuk susu yang dihasilkan kemudian dicampurkan dengan bahan lain

sesuai dengan formula yang diinginkan. Selanjutnya susu tersebtu masuk dalam tahap

pengemasan (dalam kaleng atau aluminium foil) menggunakan mesin filling hooper.

Sumber utama air limbah pada proses pembuatan susu sebagian besar berasal dari produk

yang hilang yang ikut selama proses pencucian dan dihasilkan dari tumpahan/kebocoran

selama proses produksi. Produk yang hilang selama proses produksi diperkirakan

mencapai 0.1%-3%. Kehilangan produk juga disebabkan oleh manajemen house keeping dan

sistem operasional yang kurang baik terjadi saat pemindahan pipa saluran produksi, mesin

evaporasi, proses pengisian dan sisa bahan baku yang rusak. Pada proses

klarifikasi/penyaringan dihasilkan limbah padatan yang mengandung zat tersuspensi dan

bahan organik yang tinggi. Air limbah yang cukup besar juga dihasilkan dari air pendingin

dan kondensat. Namun penanganan air buangan pendingin tersebut biasanya dapat

diatasi dengan melakukan recycle melalui sistem tertutup sehingga dapat digunakan
kembali. Volume air limbah yang dihasilkan setiap pabrik susu sangat bervariasi. Namun di

beberapa negara maju tingkat efisiensi sudah cukup baik, volume air limbah

yang dihasilkan dari pabrik susu dasar adalah 3.9 ltr/kg produk susu dan untuk pabrik susu

terpadu adalah 11.2 ltr/ kg produk. Untuk Indonesia rata-rata volume yang dihasilkan dari

sebuah pabrik susu adalah 2 ltr/kg produk susu. Berikut tabel yang memperlihatkan limbah

yang dihasilkan dari proses produksi susu

Pengolahan Limbah Cair Industri Susu

Berdasarkan karakteristik limbah cair industri susu, proses pengolahan limbah yang

dilakukan adalah dengan mengkombinasikan proses fisika, kimia dan biologi. Proses fisika

meliputi : proses equalisasi, sedimentasi, filtarsi, flotasi dan penyaringan. Proses kimia

meliputi : koagulasi dan flokulasi, sedangkan proses bilogi meliputi : proses anaerob dan

proses aerasi lumpur aktif.

Proses sesungguhnya pengolahan limbah cair industri susu dengan peralatan proses

hasil instalasi yang disajikan pada gambar 2 dilakuakn dengan tahapan-

tahapansebagai berikut:

Tahap 1. Proses equalisasi

Proses equalisasi atau proses penyeragaman, yaitu proses pendahuluan yang akan

sangat membantu terhadap proses aerasi anaerob. Equalisasi bukan merupakan suatu proses

pengoiahan tetapi merupakan suatu cara / teknik untuk meningkatkan efektivitas dari proses

pengolahan selanjutnya. Keluaran dari bak equalisasi adalah adalah parameter

operasional bagi unit pengolahan sellanjutnya seperti flow, level/derajat kandungan

polutant, temperatur, padatan, dsb.

Kegunaan dari equalisasi adalah :


1. Membagi dan meratakan volume pasokan (influent) untuk masuk pada proses

treatment.

2. Meratakan variabel & fluktuasi dari beban organik untuk menghindari shock loading

pada sistem pengolahan biologi

3. Meratakan pH untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada proses netralisasi.

4. Meratakan kandungan padatan (SS, koloidal,dsb) untuk meminimalkan

kebutuhan chemical pada proses koagulasi dan flokulasi.Sehingga dilihat dari

fungsinya tersebut, unit bak equalisasi sebaiknya dilengkapi dengan mixer,

atau secara sederhanakonstruksi/peletakan dari pipa inlet dan outlet diatur

sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek turbulensi!mixing.Idealnya

pengeluaran (discharge) dari equalisasi dijaga konstan selama periode 24 jam,

biasanya dengan cara pemompaan maupun cara cara lain yang memungkinkan.

Tahap 2. Poses aerasi anaerob

Poses aerasi anaerob, yaitu proses yang bertujuan untuk menurunkan

bahan-bahan organik terlarut dan senyawa organik lainnya dengan bantuan bakteri anaerob.

Tahap 3. Proses aerasi

Proses aerasi, bertujuan untuk menurunkan bahan-bahan organik dan senyawa organik

lainnya dengan cara memasukkan oksigen secara terus-menerus.

Tahap 4. Proses sedimentasi pertama

Proses sedimentasi pertama, proses untuk mengendapkan lumur yang dihasilkan pada

proses aerasi.

Tahap 5. Proses koagulasi-flokulasi


Proses koagulasi-flokulasi, yaitu proses penambahan dosis koagulan dan

dilanjutkan dengan proses pengadukan untuk membentuk flok.

Tahap 6. Proses sedimentasi kedua

Proses sedimentasi kedua, yaitu proses pengendapan terhadap flok yang terbentuk

pada proses 5

Tahap 7. Proses flotasi

Proses flotasi, yaitu proses pengapungan untuk meningkatkan laju pemindahan

partikel-partikel tersuspensi yang ada.

Tahap 8. Proses sedimentasi ketiga

Proses sedimentasi ketiga, yaitu proses pengendapan partikel ringan.

Tahap 9. Proses penyeringan dengan pasir

Proses penyeringan dengan pasir, untuk menyaring partikel halus.

Tahap 10. Proses penyeringan dengan arang aktif

Proses penyeringan dengan arang aktif, untuk menyerap bahan-bahan kimia yang

tersisa.

Instalasi Peralatan Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Susu

Ket :

1. Bak penampungan Limbah cair 9. Bak sedimentasi

2. Bak equalisasi 10. Bak penampung

3. Bak aerasi aerob 11. Bak flotasi


4. Bak aerasi lumpur aktif 12. Bak pengendapan partikel ringan

5. Bak sedimentasi 13. Bak penyaringan dengan pasir

6. Bak koagulan encer 14. Bak penyaringan dengan arang aktif

7. Bak koagulasi 15. Bak stabilisator

8. Bak flokulasi

Dengan proses pengolahan yang dipilih, diperoleh hasil pengolahan air memenuhi

kualitas baku mutu air buangan golongan III, sehingga air hasil pengolahan aman jika

dibuang kelingkungan.

Studi Kasus Pengolahan limbah cair

a. Sistem pengolahan limbah cair Susu Bubuk

Susu merupakan produk makanan bergizi yang Pengolahan susu tidak lepas dari

hasil buangan proses produksi yaitu limbah cair buangan industri. Limbah cair hasil buangan

harus diolah dengan benar sesuai dengan baku mutu limbah cair agar limbah yang dihasilkan

dan dibuang ke badan air penerima tidak berbahaya.

Penelitian oleh pihak terkait diperoleh informasi bahwa IPAL yang

digunakan kapasitasnya berlebih dari limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut. Selain

itu, dapat dsimpulkan masih kurangnya pengolahan limbah untuk proses fisik meliputi

equalisasi, equalisasi, sedimentasi, filtarsi, flotasi dan penyaringan. Terutama pada proses

pendahuluan yaitu equalisasi atau penyeragaman yang bermanfaat untuk Meratakan variabel

& fluktuasi dari beban organik untuk menghindari shock loading pada sistem pengolahan

biologi.
ANALISIS LIMBAH SUSU BUBUK :

Pertumbuhan industri susu bubuk mengakibatkan adanya kenaikan limbah padat yang

harus dikelola. Pengomposan merupakan salah satu alternatif pengelolaan limbah padat

organik susu bubuk. Tujuan penelitian ini :

(1) Mengetahui potensi limbah susu bubuk dan pengelolaannya di distributor dan di industri

melalui survey

(2) Mengetahui pengaruh konsentrasi sludge cair Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL)

sebagai dekomposer dan dosis fortifikasi limbah padat susu bubuk

(3) Mendapatkan dosis optimum aplikasi kompos yang difortifikasi limbah susu bubuk

terhadap tingkat produktifitas sayuran organik. Indikator yang diamati antara lain adalah :

kualitas kompos, pertumbuhan sayuran, kualitas hasil panen dan kesuburan tanah setelah

panen sayur organik. Pengelolaan limbah pada susu bubuk di distributor dan di industri

disurvey menggunakan kuisioner.

Penelitian fortifikasi kompos menggunakan disain acak lengkap faktorial 2 faktor dan

3 ulangan. Faktor A : konsentrasi sludge cair IPAL (0%, 10% dan 20%) dan faktor B : dosis

fortifikasi limbah padat susu bubuk (0%, 10%, 20% dan 30%). Penelitian dosis pemupukan

kompos terfortifikasi menggunakan disain acak lengkap faktorial 1 faktor dan 3 ulangan.

Faktor A: dosis pemupukan (1) dosis 0 kg/m2 (kontrol), (2) dosis 3 kg/m2, (3) dosis 6 kg/m2,

(4) dosis 9 kg/m2 dan (5) dosis 12 kg/m2. Masing-masing dosis pemupukan diaplikasikan

pada empat jenis sayuran daun yaitu : (1) kangkung; (2) kailan; (3) bayam hijau dan (4)

caisin. Hasil survey menunjukkan bahwa rata-rata limbah susu bubuk di distributor sebesar

2,35% per bulan dan sebagian besar (97,1%) berasal dari produk balikan toko (return

product).
Cara pengelolaan yang dilakukan adalah dengan membakar limbah tersebut

menggunakan solar atau bensin. Di industri, sebesar 70,13% adalah limbah yang sudah rusak

dan dikelola dengan membakarnya menggunakan incenerator. Pada percobaan pengaruh

faktor A dan faktor B terhadap kualitas kompos terlihat bahwa faktor A berpengaruh sangat

nyata terhadap kandungan total N dan berpengaruh nyata terhadap kandungan total C organik

dan K2O. Faktor B berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan total N, P2O5 dan K2O

dan berpengaruh nyata terhadap kandungan total C organik. Interaksi faktor A dan faktor B

berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan total N kompos yang dihasilkan. Kompos yang

telah difortifikasi memenuhi standar mikroba pathogen E. Coli dan Salmonella Sp. Sert

standar kandungan logam berat. Aplikasi kompos yang telah difortifikasi terhadap sayur

organik berdampak pada peningkatkan kandungan C organik aktif sebesar 157,44 mg/kg.

Faktor B berpengaruh nyata terhadap lebar daun dan hasil panen sayur pakchoy. Terhadap

kesuburan tanah setelah panen, faktor A berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan C

organik, dan P2O5. Faktor A juga berpengaruh nyata terhadap terhadap kandungan total N

tanah. Faktor B berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan total N, P2O5 dan

berpengaruh nyata terhadap kandungan K2O tanah. Interaksi antara faktor A dan B

berpengaruh nyata terhadap kandungan N dan K2O tanah. Faktor A, B dan interaksi antara A

dan B tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan Ca, Mg, K Na dan KTK tanah.

Kombinasi perlakuan fortifikasi kompos yang terbaik dalam penelitian ini adalah A3B4, yaitu

konsentrasi sludge IPAL 20% dan dan fortifikasi limbah susu bubuk 30% basis kering.

Percobaan dosis aplikasi kompos A3B4 terhadap beberapa jenis sayuran menghasilkan dosis

optimum pemupukan sayur caisin sebesar 3 kg/m2, sayur kailan sebesar 9 kg/m2, sayur

kangkung sebesar 3 kg/m2, dan untuk sayur bayam sebesar 9 kg/m2.

Teori Pembangunan Berkelanjutan (ingat kuliah ke-6 tentang Teori-teori

Pembangunan) pembangunan harus selalu mengedepankan tiga aspek: ekonomi,


manusia dan lingkungan; pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa

mengorbankan kebutuhan yang akan datang (Beder, 1993).

Sumber Daya Alam (Natural Resources) sumber daya yang tersedia tanpa

campur tangan manusia (Oxford Dictionary, 1990) sebagian besar SDA bersifat

non renewable (tidak dapat diperbaharui)

Isu lingkungan hidup adalah isu global global warming, climate change bersifat

eksternalitas negatif kerusakan lingkungan di sebuah negara dapat berdampak ke

negara tetangganya (contoh: kebakaran hutan di Indonesia mengirimkan asap ke

Malaysia) (Todaro, hal. 466, 2015)

Kurva Lingkungan Kuznets

Penjelasan: kerusakan lingkungan akan mencapai titik paling tinggi (tingkat

kerusakan maksimal) seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi (diwakili kenaikan pendapatan

per kapita) namun di titik tertentu (turning point), perekonomian akan semakin sadar akan

pentingnya untuk menjaga kelestarian lingkungan dan walaupun ekonomi bertumbuh pesat,

tingkat kerusakan lingkungan akan semakin dapat diturunkan.

Kritik: Kuznets tidak menjelaskan seberapa jauh turning point akan tercapai dan

apabila tidak diatasi sesegara mungkin, ada kerusakan-kerusakan tertentu yang membutuhkan

waktu penananganan sangat lama bahkan tidak bisa tertolong lagi.

BEBERAPA RESEP GLOBAL DALAM MASALAH LINGKUNGAN (Todaro&Smith,

2015)
1. Adanya klausula dan standarisasi produk yang ramah lingkungan dalam perjanjian-

perjanjian perdagangan di tingkat internasional.

2. Berperan aktifnya negara-negara maju dalam memberikan asistensi teknologi yang

ramah lingkungan bagi negara-negara kurang maju.

3. Adanya mekanisme konversi utang dari negara-negara maju terhadap negara-negara

berkembang di mana jumlah tertentu dari utang tersebut akan dihapuskan dan

dikonversi sebagai biaya untuk melakukan kebijakan-kebijakan pro-lingkungan.

CONTOH KEBIJAKAN DI SEKTOR SDA (Zanden & Marks, 2012)

1. Mengubah paradigma pembangunan yang sebelumnya mengekspor SDA mentah

menjadi SDA yang sudah diolah untuk menambah nilai tambah dari SDA tersebut.

2. Mendorong kebijakan kewajiban pasar domestik (domestic market obligation) di

mana beberapa bagian dari SDA harus dimanfaatkan terlebih dahulu untuk kebutuhan

domestik (contoh: batu bara diharuskan untuk dijual terlebih dahulu ke PLN untuk

kebutuhan elektrifikasi).

3. Fokus utama pembangunan ekonomi bukan lagi ekploitasi SDA namun mendorong

adanya Sumber Daya Manusia (SDM) terampil yang dapat melakukan pemanfaatan

teknologi dan menciptakan industri berteknologi tinggi.

4. Mendorong berkembangnya sumber-sumber energi terbarukan (alternatif).


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

a) Limbah cair industri susu mempunyai karakteristik khas yaitu kerentanannya terhadap

bakteri pengurai sehingga sangat mudah terjadi pembusukan dan dapat

membahayakan lingkungan di sekitar industri jika tidak diolah terlebih dahulu.

b) Karakteristik limbah cair industri susu terbagi atas:

Karakter Fisik

1. Total padatan (1.210-11.990 mg/l)

2. Padatan tersuspensi volatil (TSV) = 200-1.840 mg/l

3. Padatan tersuspensi (TSS) = 270-1.980 mg/l.

Karakteristik Kimia

1. pH = 4,2 9,5

2. Amonia (1-76 mg/l)

3. Nitrogen organik (9-250 mg/l)

4. Alkalinitas (0-1.080 mg/l)

Karakteristik Biologis

Kandungan kadar organik seperti vitamin dan mineral yang tinggi


c) Sumber utama air limbah pada proses pembuatan susu sebagian besar berasal dari

produk yang hilang yang ikut selama proses pencucian dan dihasilkan dari tumpahan/

kebocoran selama proses produksi. Air limbah yang cukup besar juga dihasilkan dari air

pendingin dan kondensat.

d) Proses pengolahan limbah yang dilakukan adalah dengan mengkombinasikan proses

fisika, kimia dan biologi. Proses fisika meliputi : proses equalisasi, sedimentasi, filtarsi,

flotasi dan penyaringan. Proses kimia meliputi : koagulasi dan flokulasi,

sedangkan proses bilogi meliputi : proses anaerob dan proses aerasi lumpur aktif.

Dengan proses pengolahan yang dipilih, diperoleh hasil pengolahan air memenuhi

kualitas baku mutu air buangan golongan III

e. Studi kasus Limbah susu bubuk, dperoleh bahwa walaupun memerapkan system

pengolahan limbah cair tetapi pelaksanaanya masih kurang optimal utamanya pada proses

pengolahan limbah secara fisik dan kimia karena masih adanya bau dari IPAL dan adanya

kandungan zat-zat kimia yang terkandung pada air yang dikonsumsi masyarakat setempat

yang dapat membahayakan kesehatan.

B. Saran

a) Sistem pengolahan limbah cair yang sudah dilaksanakan oleh perusahaan selama ini

diharapkan agar selalu dipertahankan dan dilakukan peningkatan terhadap pemantauan

kualitas limbah cair secara rutin, dan Instalasi Pengolahan AirLimbah ( IPAL ) harus

melakukan pengendalian agar tidak terjadi bau yang keluar dari proses

pengolahan limbah cair.

b) Instalasi pengolahan limbah yang digunakan juga harus diperhitungkan dengan jumlah

limbah yang dihasilkan sehingga tidak terjadi over kapasitas yang

mengurangi optimalisasi pengolahan limbah cair.


c) Meningkatkan pengawasan dari pihak pemerintah terhadap limbah-limbah yang

dikeluarkan oleh industry-industri sehingga mengurangi tingkat keterpaparan masyarakat

setempat dari bahaya yang ditimbulkan oleh industry tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. IPAL Pabrik Ultrajaya Over Kapasitas. Diakses tanggal 20 Maret

2011.

title=IPAL+Pabrik+Ultra+Jaya+Over+Kapasitas&id=279186

Lestari, Euis Ashter. 2003. Audit Energy Pada Pengolahan Susu Cair menjadi susu Bubuk Di

PT. Ultrindo Intijaya Jakarta. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor ; Bogor

Rahayu, Suparni Setyowati . 2009. Equalisasi Pada Pengolahan Limbah Cair. Diakses tanggal

21 Maret 2011. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-

industri/equalisasi-pada-pengolahan-limbah-cair/

Sarudji, Didik. 2006. Kesehatan Lingkungan. Media Ilmu ; Jakarta

Wagini, Karyono, Agus Setia Budi. 2002.

Anda mungkin juga menyukai