Anda di halaman 1dari 13

LECTURE 1

KONSEP DASAR PENGUKURAN

1.1. Definisi istilah-istilah


Masalah yang sering dihadapi dalam pengukuran adalah kemampuanbacaan
(readability) instrumen. Istilah ini menunjukkan berapa ketelitian skala yang dapat
dibaca.
Tibangan emas
badingkan ketelitiannya
Timbangan beras
Kepekaan (sensitivity) instrumen ialah perbandingan antara gerakan linear jarum-
petunjuk pada instrumen dengan variable terukur yang menyebabkan gerakkan. Pabrik
pembuat instrumen biasanya memberikan spesifikasi kepekaan untuk stelan skala
tertentu, misalnya untuk pengukuran arus:
Skala 100 nA (=10010-9A)
badingkan kepekaannya
Skala 200 A (=20010-6 A)
Instrumen dikatakan menunjukkan histerisis apabila terdapat
perbedaan bacaan bila nilai besaran yang diukur didekati dari atas
atau dari bawah. Histerisis kemungkinan disebabkan oleh gesekkan
mekanik, efek magnetik, deformasi elastis, atau efek termal.

8
7
6
Ketelitian (accuracy) instrumen menunjukkan deviasi atau
5
penyimpangan (deviation) terhadap masukkan yang diketahui.
Ketelitian dinyatakan dalam presentase bacaan skala penuh. Jadi
pengukuran tekanan 100 kPa yang mempunyai ketelitian 1 % artinya
teliti disekitar 1 kPa dalam keseluruhan jangkauan bacaan
pengkuran tsb.
Ketepatan atau persisi menunjukkan kemampuan instrumen
menghasilkan bacaan tertentu dengan ketelitian yang diketahui.
Contoh: pengukuran tegangan (voltage) 100 volt, nilai yang didapat
104; 103; 105; 103; dan 105 V. Dari nilai ini terlihat bahwa
instrument ini tidak dapat diandalkan untuk ketelitian yang
lebih baik dari 5% (5 V), sedangkan presisinya 1%. Perlu
dicatat bahwa instrumen ini harus dikalibrasi.

1.2. Kalibrasi
Kalibrasi atau peneraan (calibration) adalah pemeriksaan instrumen
terhadap standar yang telah ditetapkan (diketahui), untuk selanjutnya
mengurangi kesalahan dalam ketelitian. Prosedur kalibrasi melibatkan
perbandingan instrumen dengan:
1. standar primer, atau
2. standar sekunder yang mempunyai ketelitian yang lebih baik dari
instrumen yang dikalibrasi, atau
3. dengan sumber masukkan yang diketahui.
Contoh: sebuah pengukur aliran (flowmeter) mungkin dikalibrasi
dengan (1) membandingkan alat pengukuran-aliran standar di National
Bureau of Standards (USA). (2) dibandingkan dengan alat ukur lain
yang ketelitainnya sudah diketahui, atau (3) melakukan kalibrasi
langsung dengan pengukuran primer seperti menimbang sejumlah air
tertentu dalam tangki dan mencatat waktu yang digunakan untuk
mengalirkan air.

1.3. Standar
Agar para peneliti di seluruh dunia dapat saling membandingkan
hasil eksperimen atas suatu dasar yang konsisten, maka perlu untuk
ditetapkan suatu standar (baku) untuk panjang; bobot; waktu; suhu
dan kualitas listrik.
Faktor konversi antara sistem Inggris dan system metrik Amerika
ditetapkan dengan undang-undang (perjanjian) berikut:
1 meter = 39,37 in
1 pon-massa = 453,59237 gram
Standar sekunder mengenai massa dan panjang disimpan di National
Bureau of standards (Amerika Serikat) untuk digunakan kalibrasi. Pada
tahun 1960 konferensi umum tentang bobot dan ukuran, General
Conference on Weights and Meseaures mendefinisikan meter standar
dengan panjang-gelombang cahaya merah-jingga lampu cripton-86.
1 meter = 1.650.763,73 panjang-gelombang
1 inchi = 2,54 centimeter
Satuan standar waktu ditetapkan atas dasar pengetahuan atas
frekuensi osilasi piranti tertentu. Piranti yang paling sederhana ialah
bandul. Garputala tentu saja merupakan sumber frekuensi yang baik,
demikian pula kristal piezoelektrik. Osilator elektronik dapat pula
dirancang untuk digunakan sebagai sumber frekuensi yang paling
tepat.
Satuan fundamental waktu, detik atau sekon (s), dimasa yang
1
lalu didefinisikan sebagai 86400 hari surya rata-rata. Hari surya diukur
sebagai interval waktu antara dua transit matahari melintas suatu
meridian Bumi. Satu tahun surya adalah waktu yang diperlukan bagi
Bumi untuk menyelesaikan satu putaran mengelilingi matahari. Hari
surya purata ialah 365 hari 5 jam 48 menit 48 detik.
Satuan standar besaran listrik diturunkan dari mekanika gaya,
massa; panjang; dan waktu. Satuan-satuan ini menunjukkan satuan
listrik absolute dan agak berbeda dari satuan listrik system
international yang ditetapkan tahun 1948. Konversi system
international dilakukan dengan menggunakan hubungan berikut:
1 ohm international = 1, 00049 ohm absolute
1 Volt international = 1, 000330 volt absolute
1 Ampere international = 0,99835 ampere absolute
Skala suhu absolut diusulkan oleh Lord Kelvin 1854. Skala ini
menjadi dasar perhitungan-perhitungan termodinamika. Skala suhu
Farenheit (oF) dan Celsius (oC) banyak digunakan para peneliti dan
keduanya saling dapat digunakan. Skala Fahrenheit absolut disebut
skala Rankine (oR) dan Celsius absolut dinamakan skala Kelvin ( oK).
o o
Hubungan antara skala-skala tersebut 212
tersebut
F adalah
100 C sebagai berikut:
o
K = oC + 273,15 180 100

o
R = oF + 459,67
32 oF 0 oC
9
o
F o C 32,0 0 oF
5

1.4. Dimensi dan Satuan


Dimensi ialah variable fisik yang digunakan untuk menyatakkan sifat atau peringai suatu
system tertentu. Dimensi-dimensi yang digunakan:
L = panjang
M = massa
F = gaya
t = waktu
T = suhu
Semua besaran fisik yang dapat dinyatakan dengan dimensi fundamental diatas. Satuan
yang digunakan untuk dimensi tertentu dipilih menurut definisi yang biasanya
berhubungan dengan suatu fenomena atau hukum fisika. Misalnya, hukum kedua Newton
tentang gerakkan:
Gaya ~laju perubahan momentum menurut waktu
d mv
Fk
dt
di mana: k = konstanta proposionalitas (tetapan kesebandingan). Jika
massa tetap,
Fkma (1)
di mana percepatan a dv dt . Persamaam diatas lazim ditulis sebagai
1
F ma (2)
gc

dengan 1/gc = k. Persamaan ini digunakan untuk mendefinisikan


sistem satuan massa; gaya; panjang; dan waktu yang digunakan.
Beberapa sistem satuan yang sering digunakkan:
1) 1 pound-gaya (lbf) akan mempercepat 1 pound-mass (lbm)
32,174 feet per second kuadrat
2) 1 pound-gaya (lbf) akan mempercepat 1 slug-mass 1 feet per
second kuadrat
3) 1 dyne-gaya akan mempercepat 1 gram-massa 1 centimeter per
sekon kuadrat,
4) 1 kilogram-gaya akan mempercepat 1 kilogram-massa 1meter
per second kuadrat,
5) 1 kilogram-gaya akan mempercepat 1 kilogram-massa 9,80665
meter per second kuadrat.
Oleh karena persamaan (2) harus homogen dalam dimensinya, maka
nilai konstanta gc pada sistem 1 sampai dengan 5 di atas berbeda-
beda. Nilai itu adalah
1. gc = 32,174 lbmft/lbfs2
2. gc = 1 slugft/lbfs2
3. gc = 1 gcm/dyns2
4. gc = 1 kgm/Ns2
Tidak masalah system satuan mana yang akan dipakai, asalkan
konsisten dengan definisi di atas.
Kerja atau usaha (work) dimensinya ialah hasil kali perkalian gaya
dengan jarak. Energi juga mempunyai dimensi yang sama. Satuan
kerja atau energi dapat dipilih diantara system diatas. Jadi satuan kerja
dan energi untuk masing-masing system di atas ialah
1. lbfft
2. lbfft
3. dyncm = 1 erg
4. Nm = 1 Joule (J)
5. kgfm = 9,80665 J
di samping itu dapat pula digunakan satuan energi yang didasarkan
atas fenomena termal:
1 satuan termal inggris (British thermal unit), Btu, akan menaikkan
suhu 1 pound-mass air 1 derajat Farenheit pada 68oF.
1 kalori (cal) akan menaikkan suhu 1 gram air 1 derajat Celsius pada
20oC.
1 kilokalori (kcal) akan menaikkan suhu 1 kilogram air 1 derajat Celcius
pada 20oC.
Faktor konversi untuk berbagai satuan energi dan kerja sebagai
berikut
1 Btu = 778,16 lbfft
1 Btu = 1055 J
1 kcal = 4182 J
1 lbfft = 1,356 J
1 Btu = 252 cal
Bobot suatu benda didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada
benda sebagai akibat percepatan gravitasi. Jadi,
g
W m (3)
gc

di mana: W = bobot ; g = percepatan gravitasi


Contoh : 1 lbm mempunyai bobot 1 lbf
g
W m
gc

32,174 ft
1 lbf s2 m
32,174 lbm ft
lbf s 2

lbf s 2 32,174 ft
1 lbf m
32,174 lbm ft s2
lbf
1 lbm m m 1 lbm
lbf

Demikian juga 1 kgm berbobot 1 kgf


Satuan SI merupakan satuan standar dunia. Dalam sistem ini satuan
foundamental adalah: meter; Newton; kilogram-masa; second (detik);
dan derajat Celsius. Dalam sistem SI, konsep gc tidak lazim dipakai,
dan Newton didefinisikan dengan
1 Newton = 1 kilogram meter per second kuadrat
(4)

Tabel-1. Satuan-satuan dasar dan tambahan


Besaran Satuan Lamban
g
Satuan dasar
Panjang meter m
Masa kilogram kg
Waktu Second (detik) s
Arus listrik Ampere A
o
Suhu Kelvin K
Intesitas Candela cd
Cahaya
Satuan tambahan
Sudut bidang radian rad
Satuan ruang steradian sr

Tabel-2. Awalan baku dan faktor perkalian dalam satuan SI


Faktor Awalan Simbol
1012 tera T
109 giga G
106 mega M
103 kilo k
102 hekto h
10 deka da
10-1 desi (deci) d
10-2 senti (centi) c
10-3 mili (milli) m
10-6 mikro (micro)
10-9 nano n
10-12 Piko (pico) p
10-15 femto f
10-18 ato (atto) a
1.5. Bentuk Umum Sistem Pengukuran
Mengukur adalah membandingkan parameter pada obyek yang diukur terhadap
besaran yang telah distandarkan, sedangkan pengukuran merupakan suatu usaha untuk
mendapatkan informasi deskriptif-kuantitatif dari variabel-variabel fisika dan kimia suatu
zat atau benda yang diukur, misalnya panjang 1m atau massa 1 kg dan sebagainya. Secara
umum sistem pengukuran dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu (Beckwith, 1981):
Tahap detektor - transduser
Tahap intermediat, pengkondisian sinyal
Tahap pembacaan, untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.1
Tahap pertama data dari obyek dibaca oleh sensor, kemudian dikondisikan pada
tahap intermediat dan akhirnya data tersebut memasuki tahap akhir seperti tampilan hasil,
kendali dan sebagainya.

Gambar 1-1 Diagram Blok Sistem Pengukur


Gambar 1-1 Diagram Blok Sistem Pengukuran

1.5.1. Tahap Detektor Transduser


Fungsi utama tahap ini adalah mendeteksi atau merasakan adanya perubahan
besaran fisik pada obyek yang diukur. Tahap ini harus kebal terhadap pengaruh lain yang
tidak dikehendaki, misalnya sensor gaya tidak boleh terpengaruh oleh percepatan atau
sensor percepatan linier, tidak boleh berubah oleh perubahan percepatan sudut. Tetapi hal
tersebut tidak pernah didapati secara ideal, perubahan-perubahan kecil oleh variabel lain
tersebut masih dapat diterima selama masih berada dalam batasan-batasan yang
diizinkan.

1.5.2. Tahap Intermediate


Tahap ini adalah tahap penkondisian sinyal yang dihasilkan pada tahap pertama
agar dapat dinyatakan ke tahap terakhir. Perlakuan yang dilakukan pada tahap ini
biasanya penyaringan, penguatan dan transformasi sinyal. Fungsi umum tahap ini adalah
meningkatkan kemampuan sinyal ke level yang mampu mengaktifkan tahap akhir.
Peralatan pada tahap ini harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan kondisi
antara tahap pertama dan tahap terakhir.

1.5.3. Tahap Pembacaan


Tahap ini mengandung informasi dalam level yang dapat disensor oleh manusia
dan/atau perangkat kendali. Jika keluaran diharapkan dapat dibaca oleh manusia, maka
lebih sering berbentuk :
gerakan relatif, misalnya jarum penunjuk skala atau gerakan gelombang pada
osiloskop,
digital, bentuk ini mempresentasikan angka-angka, misalnya odometer mobil,
termometer digital dan sebagainya.
Berikut ini akan diberikan beberapa contoh peralatan
menyangkut ketiga tahap diatas.

Table 1-1 Berbagai Macam Peralatan Pengukuran sumber (Beckwith, 1981)


Tahap I Tahap II Tahap III
Sensor-Transduser Pengkondisian Sinyal Pembacaan
Mekanik : Mekanik : Indikator :
pegas, diafragma, tabung rodagigi, peluncur, cam, skala, kolom likuid, dsb.
bourdon dsb. dsb.
Hidrolik : Hidrolik : Digital :
orifice, venturi pelambung, dsb. pipa, katup, dsb. layar numerik

Optik : Optik : Rekorder :


Fotoelektrik fotovoltaik, dsb. Lensa, serat - optik dsb. Pencetak, perekam, dsb.

Elektrik : Elektrik : Kendali :


Tahanan, kapasitif, dsb. Penguat, filter, dsb. relay, katup pengaman,
dsb.

1.6. Sistem Penginderaan Listrik


Seperti diuraikan sebelumnya bahwa transduser dapat mengubah bentuk sinyal ke
sinyal yang lain agar dapat dibaca pengamat, tetapi pengubahan sinyal kebentuk sinyal
listrik akan menjadi lebih baik karena dalam bentuk ini besaran tersebut lebih mudah
diukur. Pada bagian ini akan dibahas beberapa piranti yang dapat mentransformasikan
suatu bentuk sinyal ke sinyal listrik (Holman, 1985).

1.6.1. Transduser Tahapan Variabel


Transduser ini merupakan piranti yang sangat umum yang dapat dibuat dalam kontak
geser pada kawat luncur, kontak geser pada kumparan kawat, atau yang dapat digerakkan
menurut gerakan sudut. Piranti ini sering dikenal dengan potensiometer tahanan
(resistance potentiometer). Transduser tahanan ini untuk mengubah perpindahan linier
atau perpindahan sudut menjadi sinyal listrik.

Gambar 1-2 Potensiometer Dengan Beban


1.6.2. Transformator Diferensial
Prinsip kerjanya adalah tiga buah kumparan yang disusun secara linier dengan inti
magnet yang dapat digerakkan dengan bebas didalam kumparan itu. Skemanya dapat
dilihat pada gambar 1-3.

Gambar 1-3 Transformator Diferensial

Tegangan masukan (Ei) arus bolak balik diberikan pada kumparan tengah.
Tegangan keluaran (Eo) dari kedua kumparan ujung, bergantung pada pasangan magnet
antara inti dan kumparan, yang berubah menurut gerakan inti.

1.6.3. Transduser Kapasitif


Seperti terlihat pada gambar 1-4 kapasitansi kapasitor tersebut ditentukan oleh:

Equation 1-1

dengan = konstanta dielektrik


A = luas plat yang berimpit
d = jarak antara plat
Susunan plat ini dapat digunakan untuk mengukur perubahan dalam arah gerak d
atau perubahan luas A melalui perubahan kapasitansi. Alat ini banyak digunakan untuk
mengukur perubahan tinggi permukaan zat cair.

Gambar 1-4 Skema Transduser Kapasitif

1.6.4. Transduser Piezoelektrik


Gambar 1-5 memperlihatkan skema piezoelektrik. Kristal piezoelektrik
(piezoelectric) ditempatkan diantara plat elektrode, bila kedua plat diberikan gaya maka
kristal tersebut akan mengalami deformasi. Dengan kristal tertentu tersebut, deformasi ini
akan mengakibatkan timbulnya beda potensial pada permukaan kristal, pengaruhnya
disebut efek piezoelektrik.

Gambar 1-5 Efek Piezoelektrik

Muatan induksi kristal tersebut sebanding dengan gaya yang diberikan.

Equation 1-2

dengan Q = muatan (coulomb)


d = konstanta piezoelektrik F
F = Gaya (N) Test Beton

Tegangan keluar kristal adalah :

Equation 1-3

dengan t = tebal kristal (m)


p = tekanan (Pa)
g = kepekaan tegangan (V.m/N).

1.6.5. Transduser Fotoelektrik


Transduser fotoelektrik (photoelectric transducer) mengubah berkas cahaya menjadi
sinyal listrik, seperti tampak pada gambar 1-6.

e i

Gambar 1-6 Efek Fotoelektrik

Cahaya menimpa sebuah katoda fotoemisif dan membebaskan elektron, yang


ditarik kearah anoda, dengan demikian arus listrik mengalir. Katoda dan anoda
ditempatkan dalam sampul gelas atau kuarsa, yang dihampakan.

1.6.6. Transduser Regangan Tahanan


Pengukur regangan tahanan (Resistance strain gage) merupakan piranti yang
banyak dipakai untuk pengukuran regangan. Prinsip dasarnya sama dengan potensiometer
tahanan, dimana konduktor akan berubah tahanannya jika mengalami suatu deformasi
mekanis. Biasanya konduktor tersebut disatukan dengan spesimen yang akan diukur.
Sebuah rangkaian jembatan dapat dipakai untuk memodifikasi piranti ini, seperti terlihat
pada gambar 1-7 berikut ini.
B

RD R1 R2

ED A C

R4 R3
D

Rg Eg

Gambar 1-7 Skema Jembatan Wheatstone

Tegangan listrik pada detektor diberikan oleh :

Equation 1-4

Jika jembatan itu dalam keadaan seimbang, maka E D = 0. Misalkan R1 adalah


tahanan yang dapat berubah karena regangan. Andaikan jembatan seimbang pada waktu
tidak ada regangan, dan tahanan akan berubah sebesar R1 pada regangan sebesar .
Tegangan listrik karena regangan:

Equation 1-5

ED yang dihasilkan akan sangat kecil sehingga perlu diperkuat. Keluaran yang
dihasilkan akan berubah dengan berubahnya temperatur pada benda uji dengan
meletakkan R2 berada pada temperatur yang sama dengan R1 maka pengaruh temperatur
dapat dikompensasi, seperti terlihat pada gambar 1-8.

Gambar 1-8 Rangkaian Jembatan Yang Dikompensasi Terhadap Temperatur

Ada Pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai