I.PENDAHULUAN
perkembangan gigi, dentin sekunder setelah erupsi, dan dentin reparatif sebagai
respon terhadap stimulasi selarna odontoblas tetap utuh. Pulpa bereaksi terhadap
stimuli panas dan dingin yang hanya dirasakan sebagai rasa sakit. Pulpa sebuah gigi,
biasanya tahan terhadap panas dengan temperatur antara 60 F (16 C) dan 130 0F
(55 C) yang dikenakan langsung pada permukaannya yang utuh, begitu pula
terhadap panas makanan dan minuman yang temperaturnya berkisar di atas dan di
dari pulpa dan kenaikan 30 C 0,5 mm dari pulpa. Suatu model teoretik menunjukkan
bahwa reaksi sensori terhadap stimulasi termal dicatat sebelum terjadi suatu
Sensasi rasa sakit, suatu tanda peringatan bahwa pulpa dalam bahaya, adalah suatu
Pulpa dilukiskan baik sebagai suatu organ yang sangat tahan maupun sebagai
suatu organ dengan ketahanan kecil atau sedikit kemampuan untuk sembuh kembali.
Ketahanannya tergantung pada aktivitas selular, suplai nutrisi, umur, serta metabolik
1
dan parameter fisiologik lain. Variabilitas ini membawa pada ungkapan bahwa:
"Beberapa pulpa akan mati bila anda melihat padanya, sedang pulpa lain tidak akan
mati meskipun dibunuh dengan suatu kapak". Kemampuan pulpa yang rendah untuk
menjadi kuat kembali mungkin disebabkan aktivitas plasminogen yang tinggi, yang
dengan cepat merusak fibrin setelah injuri. Pada keseluruhannya, ketahanan pulpa
terhadap injuri sedikit, tetapi bukti ketahanan vitalitas yang luar biasa setelah injuri
telah dilaporkan.
Keinginan memelihara suatu pulpa vital dan atau melindunginya telah dikenal
sejak awal oleh para praktisi kedokteran gigi. Dalam perkembangan seni gigi,
integritas pulpa sering diganggu oleh pelaksanaan suatu restorasi mekanis yang
sembarangan untuk memberi pasien suatu tumpatan atau jembatan yang ada kalanya
memberi kesan hiasan yang berlebih-lebihan dari pada kesan fungsional. Sebagai
hasil-nya, pulpa sering menderita dan mengalami kematian setelah restorasi dipasang.
Pada keadaan lain, pulpa diambil dengan sengaja. Meskipun demikian nilai pulpa
sebagai suatu bagian integral gigi, baik anatomi maupun fungsional, dikenal oleh
jawab pada dokter gigi, yang tidak selalu dijumpai, dengan kerusakan pada gigi.
aliran air cukup pada gigi tidak akan menyebabkan kerusakan pulpa yang permanen
bila prosedur dilakukan secara hati-hati, preparasi cepat tetapi kering, atau preparasi
2
berkecepatan rendah yang terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan yang tidak
dapat diperbaiki kembali. Preparasi kavitas secara hati-hati dan penggunaan pelapis
kavitas atau semen pada kavitas dalam, di samping profilaktik periodik dan
Sebab-sebab penyakit pulpa adalah fisis, kimiawi, dan bakterial serta dapat
dikelompokkan :
I. Fisis
A. Mekanis
1. Trauma
B. Termal
1. Panas berasal dari preparasi kavitas, pada kecepatan rendah atau tinggi
3
4. Panas friksional (pergesekan) disebabkan oleh pemolesan restorasi
II. Kimiawi
III. Bakterial
A.Injuri Mekanis
Injuri ini biasanya disebabkan oleh trauma atau pemakaian patologik gigi.
Trauma.
Injuri traumatik dapat disertai atau tidak disertai oleh fraktur mahkota atau akar.
Trauma tidak begitu sering menyebabkan injuri pulpa pada orang dewasa
keras pada gigi waktu perkelahian, olah raga, kecelakaan mobil, kecelakaan rumah
kompulsif, menggigit kuku, dan menggigit benang oleh penjahit wanita mungkin juga
Pemakaian Patologik.
Pulpa dapat juga terbuka atau hampir terbuka oleh pemakaian patologik gigi baik
abrasi maupun atrisi bila dentin sekunder tidak cukup cepat ditumpuk. Trauma
oklusal dapat juga melukai pulpa karena iritasi yang berulang-ulang pada bundel
4
Gigi Retak.
Fraktur yang tidak sempurna melalui badan gigi dapat menyebabkan rasa sakit yang
B.Injuri Termal
Penyebab utama adalah panas yang ditimbulkan oleh bur atau diamon pada waktu
preparasi kavitas. Mesin bur berkecepatan tinggi dan bur karbid dapat dikurangi
waktu preparasi, tetapi dapat juga mempercepat matinya pulpa bila digunakan tanpa
pendingin. Panas yang dihasilkan cukup menyebabkan kerusakan pulpa yang tidak
Panas yang cukup besar dapat juga dihasilkan selama pemolesan suatu tumpatan atau
selama proses mengerasnya (setting) semen untuk paling tidak menyebabkan injuri
Tumpatan metalik yang dekat pada pulpa tanpa suatu dasar semen perantara dapat
menyalurkan secara cepat perubahan panas ke pulpa dan mungkin dapat merusak
makanan, seperti misalnya makan es krim dan minum kopi, atau me-ngunyah es batu,
5
I.2.2 Bahan Kimiawi
Bahan kimiawi sebagai penyebab injuri pulpa mungkin adalah yang paling
tidak biasa, walaupun pada suatu waktu adanya arsenik di dalam serbuk semen silikat
I.2.3 Bakteri
melalui suatu keretakan pada dentin, baik dari karies maupun terbukanya pulpa
karena kecelakaan, dari perkolasi di sekeliling suatu restorasi, dari perluasan infeksi
dari gusi atau melalui peredaran darah. Meskipun jalan peredaran sukar untuk
II. Invasi melalui pembuluh darah atau limfatik terbuka, yang ada
6
III. Invasi melalui darah, misalnya selama penyakit infeksi atau
bakteremia transien.
Sekali pulpa terbuka, baik oleh karies atau karena trauma, hendaknya dianggap
demikian bakteri yang melakukan invasi dapat dibatasi seluruhnya pada daerah kecil
pulpa yang terbuka. Pertama, infeksi dibatasi pada daerah kecil pulpa sebagai
membatasi infeksi pada lengan setelah suatu luka garutan. Walaupun daerah koronal
pulpa mungkin terlibat oleh suatu proses infektif yang ringan atau bahkan parah,
bagian badan dan apikal pulpa dapat tetap normal. Reaksi pulpa pada daerah yang
II.PENYAKIT PULPA
I. Pulpitis (inflamasi)
A. Reversibel
B. Pulpitis ireversibel
7
III. Nekrosis
Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau seluruhnya,
dan pulpa dapat terinfeksi atau steril. Karena perluasan inflamasi, apakah sebagian
atau seluruhnya, kadang bahkan tidak dapat ditentukan secara histologist, dan karena
keadaan bakteriologik, apakah jaringan terinfeksi atau steril, tidak dapat ditentukan
kecuali dengan usapan atau biakan, maka satu-satunya kemungkinan perbedaan klinis
pulpitis adalah antara akut dan kronis.1
II.1.1Pulpitis Reversibel
8
Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan-sampai-sedang
yang di-sebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu kembali pada keadaan
tidak terinflamasi setelah stimuli ditiadakan. Rasa sakit yang berlangsung sebentar
dapat dihasilkan oleh stimuli termal pada pulpa yang mengalami inflamasi reversibel,
ringan sampai-sedang terbatas pada daerah di mana tubuli dentin terlibat, seperti
adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten. Meskipun sel
Gambar A Gambar B
9
Gambar A :(pulpitis reversible)
Pulpitis irreversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa parah yang tidak
akan pulih kembali sekalipun penyebabnya dihilangkan. Beberapa kerusakan
puldapat berasal dari pengambilan dentin saat prosedur operative dentistry atau
merusak pembuluh darah pada pulpa hasil dari trauma gerakan orthodontic pada gigi
yang dapat menyebabkan terjadinya pulpitis irreversible. Pulpitis irreversible apabila
tidak dirawat secara perlahan atau cepat akan berkembang menjadi nekrosis pulpa.1,3
a. Symtomatik
Menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh stimulus panas atau
10
dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk
beberapa menit sampai berjam-jam dan tetap ada setelah stimulus termal
dihilangkan.
b. Asymtomatik
Tidak adanya gejala dan tanda klinis. Asymtomatik lebih seperti adanya
perubahan periapikal (pelebaran ligament periodontal, perkusi negative), dalam
perjalanannya dapat terjadi perkembangan penyakit secara alami.1
11
Histopatologis Pulpitis Irreversible
Pulpitis ulseratif kronis Bakteri memasuki pulpa dari tubulus Pelebaran pembuluh darah dan adanya
yang ter infeksi inflamasi sel
12
Pulpitis irreversible dapat disebabkan oleh suatu stimulus berbahaya yang
berlangsung lama seperti karies. Bila karies menembus dentin dapat menyebabkan
respon inflamasi kronis yang berkaitan dengan pulpitis reversible. Bila karies tidak
diambil, perubahan inflamasi di dalam pulpa akan meningkat keparahannya jika
kerusakan mendekati pulpa. Reaksi inflamasi ini menghasilkan mikroabses (pulpitis
akut), pulpa berusaha melindungi diri dengan membatasi daerah mikroabses dengan
jaringan penghubung fibros. Secara mikroskopis terlihat daerah abses dan suatu
daerah nekrotik, dimana pada keadaan karies lama dijumpai mikroorganisme
bersama-sama dengan limfosit, sel plasma dan makrofag.1
Bila proses karies berlanjut untuk maju dan menembus pulpa, gambaran
histologik berubah. Maka akan terlihat suatu daerah ulserasi (pulpitis ulseratif kronis)
yang cairannya keluar melalui pembukaan karies ke dalam kavitas dan mengurangi
tekanan intrapulpa dan juga rasa sakit. Secara histologist terlihat suatu daerah
jaringan nekrotik, suatu daerah infiltrasi oleh leukosit polimorfonuklear dan suatu
daerah fibroblas yang berproliferasi membentuk dinding lesi, dimana mungkin
terdapat massa yang mengapur. Daerah diluar abses atau ulserasi mungkin normal
atau mungkin mengalami perubahan inflamatori.1,5
Etiologi
13
Gejala
Pada tingkat awal pulpitis irreversible suatu paroksisme (serangan hebat) rasa
sakit yang dapat disebabkan oleh hal berikut : perubahan temperature terutama
dingin, bahan makanan yang manis atau asam, tekanan makanan yang masuk ke
dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah dan sikap berbaring yang
menyebabkan kongesti pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika
penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang serta pergi secara spontan, tanpa
penyebab yang jelas. Pasien dapat melukiskan rasa sakit menusuk, tajam menusuk,
dan umumnya parah. Rasa sakit dapat sebentar atau terus-menerus tergantung pada
tingkat keterlibatan pulpa dan pada hubungan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. 5
Diagnosa
14
rasa sakit pada pasien hingga dicapai daerah pulpa yang lebih dalam. Pada tingkat ini,
dapat terjadi baik rasa sakit maupun pendarahan. Bila pulpa tidak terbuka oleh proses
karies, dapat terlihat sedikit nanah jika dicapai jalan masuk ke kamar pulpa.1,5
Perawatan
Jika inflamasinya hanya terbatas dalam jaringan pulpa dan tidak meluas ke
jaringan periapeks, gigi akan bereaksi normal terhadap palpasi dan perkusi. Perluasan
inflamasi pada ligament periodontal akan menyebabkan kepekaan pada perkusi dan
penentuan lokasi nyeri yang lebih mudah.3
Perawatan terdiri dari pengambilan seluruh pulpa atau pulpektomi. Anestesi
local merupakan salah satu syarat sebelum dimulai perawatan endodontik terutama
pada pulpectomi vital. Lokal anestesi sangat efektif dalam memproduksi anestesi
pada jaringan normal, namun biasanya gagal pada pasien dengan jaringan yang
meradang misalnya, saraf alveolar inferior blok dikaitkan dengan tingkat kegagalan
15 % pada pasien dengan jaringan normal dan 44-81 % dengan pulpitis ireversibel
dan kegagalan 30 % dalam infiltrasi gigi rahang atas dengan pulpitis irreversible
sehingga ada sebuah penelitian yang ditulis dalam journal of conservation dentistry
yang menyatakan bahwa terdapat hasil yang signifikan pada peningkatan efektifitas
15
anestesi dengan penggunaan obat oral seperti ibuprofen, paracetamol, dan
aceclofenac sebelum local anestesi pada perawatan. Penelitian ini juga didukung
dengan penelitian lain yang mengatakan bahwa pemberian analgesik sebelum
perawatan jika diberikan 1 jam sebelum menyuntikkan anestesi sangat membantu
dalam mengurangi intensitas nyeri dan menyebabkan blok saraf alveolar inferior
lebih efektif. Pada perawatan pulpektomi setelah preparasi saluran akar dilanjutkan
dengan penumpatan suatu medikamen intrakanal sebagai desinfektan atau
obtunden(meringankan rasa sakit) seperti kresatin, eugenol atau formokresol,
obturasi(pengisian saluran akar), restorasi akhir dan Perawatan restorasi post endo.
Adanya prosedur ekstraksi gigi harus dipertimbangkan bila gigi tidak dapat
direstorasi.1,6,7
Pada kasus crack teeth dengan diagnosa pulpitis reversible yang telah
dilakukan perawatan mahkota dapat berlanjut menjadi pulpitis irreversible apabila
terjadi kebocoran dalam perawatan mahkota.8
Jabaran Skenario :
16
pernah dirawat sebulan yang lalu karena juga sakit sekali oleh seorang dokter gigi
dalam 3 x kunjungan dan telah dilakukan restorasi permanen.
Pemeriksaan klinis menunjukkan gigi 26 dengan tumpatan resin komposit site2 size 2
kearah distal. Perkusi dan palpasi sakit. Gambaran radiografi menunjukkan adanya
pengisian saluran akar sebelah palatal, disto bukal tidak hermetic dan mesio bukal
tidak terlihat adanya pengisian. Ruang periodontal melebar, lamina dura menebal
dibagian 1/3 tengah akar ke apical. Kedalaman saku periodontal normal. Gigi gigi
34, 35 karies dentin site 1. Pada mukosa pipi kiri dan kanan terdapat nodul-nodul
kecil warna putih kekuningan dalam jumlah yang cukup banyak, juga hal yang sama
ditemukan pada mukosa bibir atas . Pemeriksaan resiko karies ditemui hidrasi saliva
30-60 detik, viskositas saliva berbusa. Pasien mengaku suka minum manis > 2 x
sehari dan kebiasaan merokok 2 bungkus / hari. Pasien menyikat giginya 2x sehari
dengan pasta gigi berfluoride saat mandi pagi dan sore.
Mahasiswa mampu ;
Learning Issues
17
4. Indikasi pemeriksaan radiografik, laboratorik yang dibutuhkan sesuai kasus
5. Diagnosis, prognosis dan rencana perawatan
6. Penatalaksanaan perawatan dan pengendalian nyeri
7. Teknik preparasi saluran akar dan obturasi
Radiologi
Oral Biologi
Referensi
Produk
1. Laporan kelompok
2. Log Book
18
Skills Lab
JAWABAN:
DAFTAR PUSTAKA
1. Grossman, L.I, Oliet, Seymour, and Del Rio, C.E. Ilmu endodontic dalam
praktek. 11th edition. EGC. Jakarta. 1995 : 71-77.
2. Tarigan, Rasinta. Perawatan pulpa gigi (Endodonti). 2nd edition. EGC. Jakarta.
2006 : 29-31.
3. Walton, R.E, Torabinejad, Mahmoud. Endodontics (principles and practice).
4th edition. Saunders Elsevier. St. Louis,Missouri. 2002 : 54.
4. Abbot, P.V. Endodontics and Dental Traumatology. International federation
of endodontic associations. Australia. 1999 : 13.
19
5. Hedge, Jayshree. Endodontics. Elsevier. India. 2008 : 31-32.
6. Ramachandran, A, dkk (2012) The efficacy of pre-operative oral medication
of paracetamol, ibuprofen, and aceclofenac on the success of maxillary
infiltration anesthesia in patients with irreversible pulpitis: A double-blind,
randomized controlled clinical trial. Journal of conservative dentistry 15, 310-
314.
7. Wali, A, dkk (2012) Effectiveness of Premedication with Analgesics vs
Placebo for Success of Inferior Alveolar Nerve Block in Irreversible Pulpitis.
Journal Prosthodont restoration dentistry 2, 5-9.
8. Keith V. Krell,DDS,MS,MA, and Eric M. Rivera, DDS,MS. Journal of
Endodontics.
20