LKTEI

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 44

PELUANG PELAKU BISNIS LOKAL DALAM UPAYA PENINGKATAN

EKSPOR PRODUK HERBAL HALAL KE PASAR GLOBAL

Karya Tulis Ilmiah


Disusun dalam Rangka Mengikuti Islamic Economic Paper Competition
Temu Ilmiah Regional Jawa Tengah

Oleh:
1. Ajeng Nony Wirantika (11140213)
2. Ari Agestiani (12140177)
3. Umi Hartini (11140343)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BANK BPD JATENG


2017
ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyusun karya tulis ilmiah ini sesuai
rencana. Dengan tema Optimizing Indonesias Potency Towards World Halal
Lifestyle Center on Medical, Cosmetic and Fashion Sectors, kami memilih sub
tema Peluang Pelaku Bisnis Lokal Dalam Upaya Peningkatan Ekspor Produk-
Produk Halal ke Pasar Dunia dari kelima sub tema yang ditawarkan. Hingga
pada akhirnya kami tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah ini dengan judul
Peluang Pelaku Bisnis Lokal dalam Upaya Peningkatan Ekspor Produk Herbal
Halal ke Pasar Global.
Dengan segala keterbatasan yang ada, kami menyadari bahwa karya tulis
ilmiah ini belum sempurna. Untuk itu, kami sangat terbuka untuk menerima kritik
maupun saran yang membangun dari para pembaca guna perbaikan di masa yang
akan datang. Dalam kesempatan ini, kami juga ingin berterimakasih kepada Ibu
Mirasanti Wahyuni, S.E, M.Si, Akt selaku dosen pembimbing, Ibu Dr.Fitri
Lukiastuti, S.E, M.M selaku dosen pembina serta berbagai pihak yang telah
mendukung tersusunnya karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, semoga karya tulis
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat berkontribusi dalam
pengembangan ekonomi islam.
Wassalamualaikum. Wr.Wb.

Semarang, Januari 2017

Tim Penulis

iii
DAFTAR PUSTAKA

Lembar Pengesahan..ii
Kata Pengantar.iii
Daftar Isi....iv
Daftar Gambar...v
Daftar Tabel..vi
Abstrak1

Bab I. Pendahuluan2
1.1.Latar Belakang.2
1.2.Rumusan Masalah4
1.3.Tujuan...4
1.4.Manfaat.4

Bab II. Telaah Pustaka..5


2.1.Kajian Teori.5
2.2.Penelitian Terdahulu...8
2.3.Kerangka Pemikiran9

Bab III. Data dan Metode10


3.1.Pengambilan Data..10
3.2.Metode Penulisan...10

Bab IV. Pembahasan11


4.1.Potensi Produk Herbal Halal di Jawa Tengah11
4.2.Pengembangan Produk Herbal Halal di Jawa Tengah .13
4.3.Implikasi Ekspor Produk Herbal Halal..16

Bab V. Penutup.17
5.1.Simpulan.....17
5.2.Saran17
Daftar Pustaka..18
Lampiran......19

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

Gambar 2.1.1 Presentase bagian tanaman herbal yang biasanya 6


dimanfaatkan
Gambar2.1.3 Rantai Nilai Produk Halal 7
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran. 9
Gambar 4.1 Pasar Produk Herbal Dunia... 12
Gambar 4.2.1 Rantai Nilai Sederhana Produk Herbal. 13
Gambar 4.2.2 Sertifikat Halal.. 15
Gambar 4.3.1 Tujuan Ekspor Tanaman Obat. 16
Gambar 4.3.2 Segmentasi Pasar. 16

v
DAFTAR TABEL

Tabel Hal

Tabel 1.1 Nilai Ekspor dan Impor Komoditas Non Migas Tahun
2008-2013.................................................................
2
Tabel 4.1 Jumlah Produksi Tanaman Herbal (dalam satuan
kilogram) se-Jawa Tengah tahun 2010-
2013..
11

vi
ABSTRAK

Nilai ekspor yang tinggi akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan


ekonomi. Disisi lain ekspor juga merupakan suatu cara yang efektif untuk masuk
dalam pasar global, dimana halal lifestyle sedang menjadi tren. Indonesia yang
mayoritas penduduknya muslim tentu memiliki peluang besar dalam hal ini.
Untuk mencapainya, perlu digali produk lokal yang berpeluang diunggulkan
menjadi komoditas ekspor yang berdaya saing serta sejalan dengan gaya hidup
halal (halal lifestyle). Produk herbal lokal adalah satunya. Potensinya di Jawa
Tengah yang luar biasa, langkah pengembangannya yang prospektif serta
implikasinya yang sarat manfaat menjadi suatu konsep gagasan yang perlu
direalisasikan.
Kata kunci : Ekspor, Halal Lifestyle, Pasar Global, Produk Herbal Lokal.

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah mengalami fluktuasi dari tahun ke
tahun. Ada banyak faktor yang berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi
tersebut. Salah satu diantaranya adalah kontribusi ekspor. Bahkan menurut
Soepono (2001), ekspor merupakan kunci dari pertumbuhan ekonomi. Hal ini
menunjukkan pentingnya kegiatan ekspor. Sementara itu, seperti terlihat pada
tabel 1.1 nilai ekspor Jawa Tengah masih cenderung fluktuatif. Terutama pada
neraca perdagangan non-migas, defisit (nilai ekspor < nilai impor) lebih sering
terjadi daripada surplus (nilai ekspor > nilai impor).
Tahun Nilai Ekspor (juta US$) Nilai Impor (juta US$) Keterangan
2008 3.185,37 2.453,61 Defisit
2009 2.885,30 2.469,19 Surplus
2010 3.674,04 4.071,64 Defisit
2011 4.259,38 4.468,07 Defisit
2012 4.513,01 5.292,00 Defisit
2013 4.897,00 5.186,00 Defisit
Tabel 1.1. Nilai Ekspor dan Impor Non Migas Tahun 2008-2013
Sumber: Jawa Tengah dalam Angka, 2013

Sebagai provinsi yang kaya akan potensi sumber daya, baik sumber daya
alam maupun sumber daya insani, Jawa Tengah masih berpeluang besar untuk
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominya melalui kegiatan ekspor.
Untuk dapat mengoptimalkan nilai ekspor, pelaku bisnis lokal harus lebih
menggali potensi yang ada di provinsi Jawa Tengah yang berpeluang menjadi
komoditas ekspor yang memiliki keunggulan kompetitif di mata dunia.
Di sisi lain, saat ini pasar global sedang mengalami tren halal lifestyle
(gaya hidup halal). Meskipun identik dengan muatan Islam, pada
kenyataannya halal lifestyle (gaya hidup halal) tidak hanya populer di negara
muslim namun juga menjadi tren di negara yang mayoritas penduduknya non-

2
muslim seperti Jepang, Korea Selatan, Thailand dan sebagainya. Hal
tersebut mengakibatkan potensi halal market di dunia semakin meningkat.
Potensi ini menjadi peluang tersendiri bagi Indonesia khususnya Jawa Tengah
yang kaya akan sumber daya alam sekaligus sumber daya insani muslim untuk
masuk dalam tren pasar global halal lifestyle (gaya hidup halal) tersebut
melalui kegiatan ekspor komoditas halal.
Diantara banyak potensi yang ada di Jawa Tengah, kami tertarik dengan
sumber daya alam herbal yang banyak ditemukan di provinsi Jawa Tengah.
Didukung dengan kondisi geografis yang memadai, berbagai tanaman herbal
tumbuh subur di hampir setiap daerah di Jawa Tengah. Tanaman herbal ini
dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan ramuan obat maupun kosmetik
tradisional. Selain pemanfaatan di tingkat masyarakat (sebagai tanaman obat
keluarga), sudah banyak juga industri skala kecil bahkan industri skala besar
yang mulai mengembangkan khasiat berbagai jenis tanaman herbal ini agar
lebih memiliki nilai ekonomis.
Kenyataannya, produk herbal tidak hanya diminati oleh masyarakat lokal.
Sejarah mencatat, beberapa negara yang pernah menjajah Indonesia seperti
Portugis, Spanyol, Belanda, dan Jepang datang ke Indonesia dengan tujuan
awal mencari rempah-rempah (tanaman herbal). Fakta tersebut
mengindikasikan keunggulan produk herbal di mata global, sehingga peluang
sebagai komoditas ekspor menjadi lebih besar. Produk herbal memang pada
realitanya bukan hanya produk unggulan Indonesia. Salah satu pesaing
terberat dari produk herbal lokal ini adalah produk herbal dari negara Cina.
Namun karena negara Cina bukan negara yang mayoritas penduduknya
muslim, kehalalan produk herbal dari Cina ini diragukan. Ini merupakan
peluang kita. Masyarakat Jawa Tengah yang mayoritas adalah muslim dengan
kekuatan sumber daya alam herbal berpotensi mengembangkannya sehingga
dapat menjadi produk unggulan komoditas ekspor yang sejalan dengan gaya
hidup halal.

3
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas mengenai beberapa kondisi
seperti pentingnya ekspor bagi pertumbuhan ekonomi (Soepono,2001),
sumber daya herbal lokal yang berpotensi unggul sebagai komoditas ekspor
serta fenomena halal lifestyle (gaya hidup halal) yang sedang mendunia, kami
tertarik untuk menggali lebih lanjut mengenai peluang pelaku bisnis lokal
dalam upaya meningkatkan ekspor produk herbal halal ke pasar global. Untuk
dapat menginvestigasi masalah tersebut, kami menyusun rumusan masalah
berikut:
1.2.1. Bagaimana potensi produk herbal halal yang ada di Jawa Tengah?
1.2.2. Bagaimana peluang dan peran pelaku bisnis dalam
mengembangkan produk herbal halal lokal agar unggul sebagai
komoditas ekspor di pasar global?
1.2.3. Bagaimana implikasi ekspor produk herbal halal lokal dalam
membumikan gaya hidup halal?
1.3.Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, karya tulis ilmiah ini memiliki
tujuan untuk dapat mengeksplorasi secara optimal potensi produk herbal halal
yang ada di Jawa Tengah, menganalisa peluang dan peran pelaku bisnis dalam
pengembangan yang tepat untuk produk herbal halal lokal tersebut agar dapat
unggul sebagai komoditas ekspor di pasar global serta menguraikan implikasi
ekspor produk herbal halal lokal dalam membumikan gaya hidup halal.
1.4.Manfaat
Karya tulis ini bermanfaat untuk menggali secara optimal potensi produk
herbal halal lokal sehingga dapat berpeluang lebih dalam meningkatkan
ekspor guna meningkatkan dominansi Indonesia dalam kontribusinya terhadap
pengembangan halal lifestyle (gaya hidup halal) dunia, serta multiplier effect
lainnya seperti dampaknya dalam bidang ekonomi, kesehatan, lingkungan
hidup dan sebagainya.

4
BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1. Kajian Teori


2.1.1.Produk Herbal
Produk tanaman herbal adalah jenis produk obat, kosmetik atau
apapun yang secara khusus mengandung satu atau beberapa bahan
herbal yang berfungsi sebagai bahan aktif, atau yang memiliki satu atau
beberapa herbal olahan, atau satu atau beberapa bahan herbal yang
dikombinasikan dengan suatu atau beberapa olahan herbal. Herbal
olahan yang berbeda dapat dibuat dari satu bahan herbal, yang mewakili
bahan aktif dalam sebuah produk tanaman obat individu. Bahan herbal
adalah semua jenis tanaman utuh, bagian, atau potongan; bagian dari
tanaman; alga; jamur (fungi), dan lumut kerak (lichen), yang belum
diproses, biasanya dalam bentuk kering, atau terkadang masih dalam
bentuk segar, yang didefinisikan oleh bagian tanaman yang dipakai dan
nama latinnya sesuai dengan sistem binomial. Herbal olahan adalah
hasil dari pemrosesan bahan herbal, misalnya melalui proses ekstraksi,
penyulingan, pemerasan, pemisahan (fraksinasi), pemurnian, pemadatan
(concentration), atau fermentasi. Di antara kelompok Produk Tanaman
Herbal, beberapa jenis yang telah digunakan semenjak dahulu kala,
dinamakan Produk Tanaman Herbal Tradisional, dan didefinisikan
sebagai produk tanaman herbal umum, mengingat komposisi dan
tujuannya yang dirancang untuk digunakan tanpa praktisi medis untuk
tujuan diagnosis atau pengobatan. Produk tanaman herbal semacam ini
harus diberikan sesuai dengan kekuatan dan dosis yang telah
ditentukan. Sebagai Obat, tanaman herbal ini dapat diberikan melalui
mulut, diberikan untuk eksternal dan/atau inhalasi dan terbukti tidak
berbahaya di bawah kondisi penggunaan tertentu. Keefektifannya telah
terbukti karena telah bertahun-tahun digunakan. Biasanya, bagian
tanaman herbal yang kering (akar, batang pohon, kulit pohon, daun
5
bunga, biji-bijian, buah-buahan, dan tanaman keseluruhan) digunakan
sebagai bahan baku untuk memproduksi produk tanaman herbal.

Gambar 2.1.1. Presentase bagian


tanaman herbal yang biasanya
dimanfaatkan.
Sumber: Conservation and
Development of Medicinal Plants,
Cebeco India Private Limited Your
Partner in Agri- business.
2.1.2.Ekspor
Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari
suatu negara ke negara lain1 . Proses ini seringkali digunakan oleh
perusahaan untuk dapat bersaing di tingkat internasional2 . Secara
umum, ekspor terbagi menjadi ekspor migas dan ekspor non migas.
Ekspor non migas terdiri dari komoditas-komoditas yang tidak berasal
dari pertambangan minyak dan gas. Ekspor biasanya lebih difokuskan
pada sektor non migas. Selain karena cakupannya lebih luas, sumber
daya yang dioptimalkan juga merupakan sumber daya yang dapat
diperbaharui. Sehingga, akan lebih stabil untuk jangka panjang.
2.1.3.Halal
Halal berarti "diperbolehkan". Dalam bahasa Arab, istilah ini
mengacu pada sesuatu yang diperbolehkan dalam Islam (Kamali,2003).
Antonimnya adalah haram. Istilah halal dan haram akan digunakan
secara ketat untuk menggambarkan produk makanan, produk kosmetik,
produk perawatan pribadi, dan produk yang berupa barang atau jasa
lainnya. Produk halal pada hakikatnya tidak hanya sebatas halal dari
segi substansial (tidak mengandung unsur bahan yang diharamkan
seperti darah, babi dan sebagainya). Kehalalan suatu barang/jasa
memiliki interpretasi makna yang lebih luas. Input sumber daya, proses
1.Merriem-Websters: Collegiate Dictionary.11th ed.2003.United State of America.Merriam-Webster,
Inc.2003.hal 441
2. Deresky Helen.International Management. 4th ed.2006.United State of America. Addison-Wesley. Hal 237

6
produksi, distribusi logistik dan berbagai tahapan lainnya yang ditempuh
oleh suatu produk hingga sampai di tangan konsumen juga mempengaruhi
hakikat dari kehalalan suatu produk (Zakaria, 2008; Talib, 2013). Secara
komprehensif, kehalalan suatu produk di gambarkan dalam skema berikut:

Gambar 2.1.3. Rantai nilai produk halal


Sumber: diadaptasi dari Qualitative Research on Issues in Halal Logistic
(Talib,2013)

Hal ini menyiratkan makna bahwa pada hakikatnya kehalalan


sangat memperhatikan segi kualitas dan keamanan dari suatu produk.
Hal tersebut merupakan nilai tambah dan keunggulan kompetitif yang
ketika dimiliki oleh suatu produk, konsumen akan lebih merasa nyaman
dan aman menggunakan produk halal karena terjaga kualitasnya
2.1.4.Halal Lifestyle
Halal berarti "diperbolehkan". Sedangkan Gaya
hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi
dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002). Sehingga dapat
diartikan Halal Lifestyle atau gaya hidup halal adalah berperilaku sesuai
dengan kaidah yang diperbolehkan syariah Islam dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Diperkirakan bahwa 70% dari Muslim di
seluruh dunia mengikuti standar halal (Minkus-McKenna, 2007). Di
Amerika Serikat, diberitakan bahwa bahkan setelah bermigrasi,
7
sebagian besar umat Islam masih memilih produk halal. Tidak dapat
disangkal, aspek Halal kini diterima sebagai sistem mutu di seluruh
dunia yang menarik bagi umat muslim sekaligus non-muslim (Ariff,
2009). Meskipun istilah halal bersumber dari syariah Islam, kini
kehalalan suatu produk tidak sekedar terbatas pada kajian religiusitas.
Halal lifestyle (gaya hidup halal) kini menjadi issue universal, karena
dengan kata lain halal berarti terjaminnya kualitas dan keamanan dari
suatu produk (barang dan jasa).
2.2. Penelitian Terdahulu
Untuk dapat menjawab permasalahan dalam karya tulis ilmiah ini, kami
memandang perlunya pembahasan sekilas tentang penelitian terdahulu.
Tujuan pemaparan penelitian terdahulu ialah menunjukkan bahwa penulisan
karya tulis ilmiah ini merupakan gagasan yang asli dan tidak menduplikasi
penelitian lain.
Penulisan karya tulis ilmiah dengan tema kehalalan produk sebagai
pendongkrak ekspor sebenarnya belum banyak dilakukan oleh peneliti
terdahulu, terlebih mengingat halal lifestyle yang baru menjadi tren akhir
dekade ini. Namun terdapat beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan
karya tulis ini, diantaranya adalah penelitian dari Soepono (2001) yang
berjudul Teori Pertumbuhan Berbasis Ekonomi (Ekspor): Posisi dan
Sumbangannya Bagi Perbendaharaan Alat-Alat Analisis Regional
yang menegaskan pentingnya ekspor bagi pertumbuhan ekonomi. Penelitian
Soepono tersebut menjadi salah satu latar belakang karya tulis ilmiah ini.
Penelitian lainnya yakni Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi
Ekspor Nonmigas Indonesia ke Amerika Serikat (Pramana & Meydianawathi,
2013) serta penelitian Sukesti & Iriyanto (2011) yang berjudul Pemberdayaan
UKM:Meningkatkan Komoditas Unggulan Ekspor UKM Dalam Rangka
Pembangunan Ekonomi Daerah (Studi Pada UKM Dijawa Tengah) yang
menginspirasi penulis bahwa pembangunan ekonomi dapat diwujudkan
melalui kegiatan ekspor terhadap komoditas-komoditas yang memiliki value
added maupun keunggulan kompetitif tertentu.
8
2.3. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah konsepsi umum dalam menganalisa
permasalahan dan berguna sebagai alat untuk menjelaskan permasalahan
yang diangkat oleh penulis melalui sudut pandang tertentu. Dalam rangka
menjawab permasalahan pada penelitian ini, perlu dijelaskan bahwa era
globalisasi membawa dunia pada suatu tatanan baru khususnya dalam bidang
perekonomian. Arus ekspor impor yang terepresentasi dalam neraca
perdagangan menjadi penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Hanya dalam kondisi surplus dimana nilai ekspor lebih tinggi dari nilai
impor, neraca perdagangan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi
suatu negara. Untuk meningkatkan nilai ekspor ini, komoditas yang menjadi
obyek ekspor harus memiliki nilai tambah yang lebih serta keunggulan
kompetitif dibanding dengan komoditas lain sejenis. Salah satu nilai tambah
yang dapat diimplementasikan pada komoditas herbal lokal Jawa Tengah
adalah adalah kehalalan produknya. Hal ini sejalan dengan tren halal lifestyle
yang sedang mendunia. Untuk itu, karya tulis ini menjabarkan tiga strategi
sebagai gagasan untuk penguatan konsep tersebut yang secara garis besar
adalah dengan mengeksplorasi potensi produk herbal tersebut, langkah
pengembangannya serta implikasinya.

Upaya Meningkatkan Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran


Ekspor

Produk Herbal Halal Jawa Tengah


sebagai komoditas ekspor

Pengembanga
Potensi Implikasi
n

9
BAB III
DATA DAN METODE

3.1. Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan sebuah teknik untuk mencari dan
mengumpulkan data sesuai dengan permasalahan, mempelajari berbagai
tulisan ilmiah dan buku-buku untuk melakukan penelitian. Data yang
digunakan penulis dalam karya tulis ilmiah ini merupakan data sekunder. Data
sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip (data dokumenter) baik yang dipublikasikan ataupun
tidak dipublikasikan. Dalam mendapatkan data-data tersebut, penulis
melakukan pengumpulan data dari beberapa sumber informasi diantaranya
buku-buku dari perpustakaan, jurnal penelitian dari google cendekia, serta
situs-situs resmi dari website yang reputable. Pengumpulan data sekunder
melalui studi pustaka.
3.2. Metode Penulisan
Metode analisa data merupakan cara yang digunakan oleh penulis untuk
menganalisis permasalahan. Metode yang digunakan untuk menganalisis data
ialah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif
kualitatif merupakan salah satu metode yang digunakan penulis dalam ilmu
sosial, dengan penekanan objek terhadap keunikan manusia atau gejala sosial
yang tidak dapat di analisa dengan metode statistik. Metode analisis deskriptif
kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, akurat
atas data dan fakta yang telah terkumpul untuk diteliti dengan dilakukan
pemilahan data, pengkajian dan interpretasi terlebih dahulu. Kemudian untuk
menganalisis data dan permasalahan yang ada penulis menggunakan teknik
berpikir induktif. Induktif merupakan teknik berpikir dari hal-hal yang bersifat
khusus berupa data dan fakta yang telah terkumpul kemudian didapatkan hasil
yang bersifat umum. Hasil yang bersifat umum inilah yang pada akhirnya
dijadikakan sebagai simpulan.

10
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Potensi Produk Herbal Halal di Jawa Tengah


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dalam kajian teori, produk
herbal adalah semua jenis produk (terutama obat dan kosmetik) yang terbuat
dari tanaman herbal. Jawa Tengah yang beriklim tropis, berada dalam kondisi
geografis yang memadai serta faktor-faktor pendukung lainnya memiliki
potensi sumber daya alam hayati yang beraneka ragam. Salah satunya adalah
tanaman herbal. Menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1969, jenis
tanah wilayah Jawa Tengah didominasi oleh tanah latosol, aluvial,
dan grumusol; sehingga hamparan tanah di provinsi ini termasuk tanah yang
mempunyai tingkat kesuburan yang baik. Berbagai jenis flora dapat tumbuh
dengan baik dalam kondisi ini, tidak terkecuali tanaman herbal. Oleh karena
itu, populasinya di setiap daerah tergolong tinggi. Regenerasi nya yang cepat
serta cara menanamnya yang tidak sulit membuat tanaman herbal banyak
ditemui bahkan di halaman rumah sebagai Tanaman Obat Keluarga (Toga).
Berikut adalah produksi beberapa jenis tanaman herbal di Jawa Tengah:

Produksi 2010 2011 2012 2013


Jahe 30,860,553 20,639,107 26,174,483 33,760,329
Dringo 87,839 95,823 83,077 158,303
Kapulaga 10,495,508 9,681,859 14,486,788 17,002,830
Kejibeling 27,826 15,419 165,013 52,538
Kencur 6,209,325 8,397,116 11,683,983 13,625,379
Kunyit 28,139,446 18,928,493 20,362,434 38,158,928
Laos 15,880,568 10,946,153 14,231,059 19,580,700
Lempuyang 2,043,718 2,618,765 2,864,494 3,194,980
Mengkudu 1,002,455 821,786 902,021 936,099
Sambiloto 212,058 169,334 309,238 273,248
Temuireng 2,272,137 1,717,108 2,403,725 3,524,687
Temukunci 797,892 679,553 1,004,561 3,004,581
Temulawak 7,780,547 6,465,440 28,707,219 16,381,670
Lidah Buaya 184,134 116,048 47,478 14,520
Mahkota dewa 2,923,075 1,599,931 1,948,298 1,128,136

Tabel 4.1.Jumlah Produksi Tanaman Herbal (dalam satuan kilogram) se-Jawa Tengah tahun
2010-2013
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2013

11
Tabel diatas tentu saja belum mencakup keseluruhan kekayaan hayati
tanaman herbal di Jawa Tengah, masih sangat banyak spesies tanaman
herbal yang belum terakomodir dalam data tersebut karena jumlah
produksinya yang mungkin tidak terlalu material atau bahkan karena
spesiesnya yang belum popular. Produksi tanaman herbal ini kemudian
diserap oleh berbagai skala pasar, mulai dari mikro sampai industri besar
selevel PT.Deltomed Laboratories, PT.Nyonya Meneer, Martha Tilaar,
Mustika Ratu, Jamu Jago, Sidomuncul dan sebagainya.
Penggunaan tanaman herbal kini lebih diminati oleh masyarakat lokal
maupun global dibanding penggunaan zat-zat kimia sintetis karena
tanaman herbal diklaim jauh lebih aman dan tanpa efek samping yang
membahayakan karena sifat alamiahnya. Meningkatnya minat konsumen
akan produk dan obat alami telah mendorong kenaikan permintaan pasar
akan Produk Tanaman Herbal baik sebagai produk farmasi maupun
kosmetik. WHO memperkirakan permintaan untuk obat herbal naik
sebesar 1525% setiap tahunnya. WHO juga memperkirakan bahwa pada
tahun 2050, perdagangan Produk Tanaman Herbal akan meningkat
menjadi 5 triliun USD. Pasar terbesar terlihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Pasar Produk Herbal Dunia


Sumber: Georgian National Investment
Agency, Herbs and Medical Plants Sub-
sector Overview, 2011.

Pada tahun 2012, potensi


pasar global mencapai lebih dari 50 miliar USD. Sejauh ini, para produsen
Indonesia baru menangkap kurang dari 5% pasar tersebut. Saingan terkuat
Indonesia dalam bidang ini adalah Tiongkok dan India. Sejalan dengan
tren gaya hidup halal (halal lifestyle), kehalalan produk herbal lokal bisa
berpotensi besar untuk memenangkan persaingan ini.

12
4.2. Pengembangan Produk Herbal Halal di Jawa Tengah sebagai Komoditas
Ekspor Pasar Global
Pada pembahasan sebelumnya telah diekplor berbagai hal mengenai
potensi produk herbal halal dari Jawa Tengah, mulai dari potensi
populasinya, keunggulan budidayanya yang relatif mudah, pangsa pasarnya
yang masih terbuka lebar, keunggulan kompetitifnya dari pesaing produk
sejenis serta produk jadinya yang umumnya berupa obat dan kosmetik.
Namun ironisnya, ekspor Indonesia termasuk Jawa Tengah di dalamnya
didominasi oleh bahan mentah, seperti tanaman kering, ekstrak, bagian-
bagian yang terpisah dan sedikit jumlah produk jadi. Selain itu beberapa
kekurangan dalam pengelolaan salah satu jenis sumber daya hayati yang
potensial ini, mengakibatkan kurang optimalnya ouput dan outcome yang di
dapat dari tanaman herbal ini. Oleh karena itu, berikut berbagai langkah yang
mungkin dapat diupayakan dalam rangka mengembangkan produk potensial
ini sehingga output serta outcome yang dihasilkan menjadi lebih optimal.
4.2.1. Mengembangkan produk herbal halal melalui rantai nilai
. Dengan rantai nilai yang lebih panjang, diharapkan dapat
menciptakan nilai tambah bagi tanaman herbal. Sehingga, ekspor
tanaman herbal kedepannya tidak hanya dalam bentuk bahan mentah
yang rendah nilainya namun bertransformasi menjadi berbagai varian
produk jadi yang terdiversifikasi baik menjadi obat-obatan maupun
kosmetik yang bernilai jual tinggi. Skema nya sebagai berikut:

Gambar 4.2.1 Rantai nilai sederhana produk herbal


Source: Journal of Ethnopharmacology, Volume 140, Issue 3, 10 April 2012.
13
Secara sederhana, rantai nilai untuk mengembangkan tanaman herbal
menjadi suatu produk herbal adalah dengan menggabungkan aspek
pemerataan, keberlanjutan dan keamanan dalam inputnya serta
mengoptimalkan penciptaan nilai tambah (value added) selama proses
produksinya. Menurut Wilkinsin dan Elevitch (2004) menciptakan nilai
tambah suatu produk herbal dapat dilakukan dengan cara berikut:
Menumbuhkan tanaman herbal secara organik ( menurut riset, orang
bersedia membayar 30-60% lebih mahal untuk produk yang sehat)
Berinovasi pada produk herbal dengan cara memperbanyak riset
mengenai khasiatnya untuk menggali kemungkinan-kemungkinan
diciptakannya diversifikasi produk herbal yang unik atau tidak biasa yang
sulit tergantikan oleh produk sejenisnya.
Menciptakan produk herbal yang terstandarisasi, tersertifikasi dan popular
mulai dari tingkat lokal.
Menjual ke konsumen akhir tanpa melalui terlalu banyak jalur distribusi
demi menjaga keotentikan produk herbal yang dijual.
Fokus untuk memproduksi produk herbal unggulan tanpa melupakan
pengembangan inovasi terbarukan.
Menjalin relasi personal dengan konsumen untuk memastikan bahwa
konsumen memahami nilai tambah yang ada pada produk herbal tersebut.
4.2.2. Mengembangkan Produk Herbal Halal Melalui Sertifikasi Produk
Pada penjelasan diatas, sekilas telah disebutkan bahwasanya
sertifikasi produk memiliki dampak yang cukup signifikan dalam
memberi nilai tambah (value added) pada suatu produk. Ada berbagai
macam sertifikasi produk yang dikenal industri, namun pembahasan
poin ini akan difokuskan pada sertifikasi halal dikarenakan sifatnya
yang universal. Seperti yang telah dijelaskan pula sebelumnya, bahwa
produk halal juga mengindikasikan produk tersebut terjaga dari segi
kualitas juga keamanannya.

14
Sertifikasi produk halal di Indonesia diotorisasi oleh Majelis
Ulama Indonesia. Wujudnya berupa fatwa tertulis Majelis Ulama
Indonesia yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan
syariat Islam. Sertifikat Halal MUI ini merupakan syarat untuk
mendapatkan ijin pencantuman label halal pada kemasan produk dari
instansi pemerintah yang berwenang. Bentuk fisiknya dapat dilihat
pada gambar 4.2.2 Sertifikasi
Halal MUI pada produk pangan,
obat-obat, kosmetika dan produk
lainnya dilakukan untuk
memberikan kepastian status
kehalalan, sehingga dapat
menenteramkan batin konsumen
dalam mengkonsumsinya.
Kesinambungan proses produksi
halal dijamin oleh produsen Gambar 4.2.2. Sertifikat Halal
dengan cara menerapkan Sistem MUI

Jaminan Halal.
4.2.3. Mengembangkan produk herbal halal melalui promosi brand image
Pada pembahasan sebelumnya juga telah dijelaskan sekilas tentang
perlunya relasi personal dengan konsumen untuk memperkenalkan
keunggulan-keunggulan produk sehingga dapat memperkuat brand
image (citra merk). Sangat banyak penelitian yang sudah
menyimpulkan bahwa kekuatan brand image (citra merk) ini akan
berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen. Untuk itu, dari
berbagai pembahasan sebelumnya dapat kita kerucutkan poin penting
keunggulan produk herbal Jawa Tengah yang harus diperkenalkan
secara lebih massif ke konsumen lokal maupun global adalah terletak
pada sisi kehalalannya serta fungsionalnya (khasiat).

15
4.3. Implikasi Ekspor Produk Herbal Halal dalam Membumikan Gaya
Hidup halal
Menurut Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2016), produk
herbal masuk kedalam kategori 10 komoditas ekspor paling potensial. Pangsa
pasarnya juga masih terbuka lebar hampir di semua benua di dunia seperti
terlihat pada grafik 4.3.1 berikut :
Gambar 4.3.1. Tujuan Ekspor
Tanaman Obat

Oleh karena itu produk herbal halal harus terus dikembangkan sebagai
komoditas ekspor unggulan. Setelah Gambar 4.3.2 Segmentasi produk
halal
industri makanan dan keuangan halal, kini
muslim mulai mencari produk kosmetik,
obat-obatan dan perawatan pribadi lainnya
yang halal. Antusiasme dari kalangan non-
muslim juga demikian. Karena kini
persepsi halal bukan sekedar mengenai religiusitas, tetapi lebih kepada
hakikat kualitas dan keamanan produk. Karenanya, Indonesia mulai dari
pengembangan lokalnya seperti daerah Jawa Tengah yang memiliki
potensi produk herbal harus terus didorong untuk membantu
meningkatkan dominansi Indonesia dalam pasar global halal di bidang
tersebut melalui peningkatan kegiatan ekspor yang berdaya saing. Selain
itu, konsep kegiatan tersebut juga memungkinkan multiplier effect yang
lain seperti peningkatan pertumbuhan ekonomi karena ekspor, peningkatan
kualitas kesehatan karena konsumsi produk herbal yang halal, pemerataan
kesejahteraan karena peningkatan kegiatan ekonomi, peningkatan kualitas
lingkungan hidup karena pengurangan limbah kimia dan sebagainya.

16
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Jawa Tengah memiliki potensi sumber daya hayati berupa tanaman herbal
yang cukup berlimpah serta didukung dengan berbagai faktor yang
menunjang keberlanjutannya seperti kondisi alam yang baik dan minat
konsumen yang masih tinggi. Komoditas yang potensial dalam ekspor ini
ironisnya memiliki pesaing besar seperti negara Cina, ditambah lagi dengan
fakta selama ini bahwa ekspor produk ini masih didominasi ekspor bahan
baku. Langkah pengembangan harus segera direalisasikan. Pertama terkait
dengan Cina sebagai pesaing bisnis, langkah yang dapat diambil adalah
dengan menerapkan ranstai nilai halal, sertifikasi halal serta penekanan citra
merk halal sebagai keunggulan kompetitif dari produk herbal Cina yang
diragukan kehalalannya. Kedua terkait dengan dominansi ekspor bahan baku
mesti segera dikurangi dengan mengolah tanaman herbal menjadi produk siap
konsumsi melalui proses peningkatan value added, sehingga nilai ekspor
akan lebih meningkat. Implikasinya tentu saja nilai ekspor dapat ditingkatkan
sehingga pertumbuhan ekonomi juga meningkat, selain itu Jawa Tengah akan
turut membantu Indonesia meningkatkan dominansinya dalam pasar global
halal serta multiplier effect lainnya.
5.2. Saran
Tanaman herbal di Jawa tengah masih dikembangbiakkan secara
konvensional. Untuk itu, modernisasi dalam bercocok tanam diperlukan
untuk menjamin keberlanjutan.
Lembaga-lembaga penelitian perlu memperbanyak riset terkait
pengembangan produk herbal agar semakin banyak inovasi produk
alternative
Berbagai pihak perlu bekerja sama secara sinergis dan terintegrasi untuk
membantu merealisasikan konsep dalam karya tulis ilmiah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, Soepono.2001. Teori Pertumbuhan Berbasis Ekonomi (Ekspor) :Posisi


Dan Sumbangannya Bagi Perbendaharaan Alat-Alat Analisis Regional.
Universitas Gajah Mada: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 16,
No. 1, 2001, 41 53
Talib,2013,Qualitative Research on Critical Issues In Halal Logistic, Journal
of Emerging Economic Islamic Reseacrh.vol 1 no 2 hal 1-19
Sekaran,U&Bougie.2009.Research Methode for Business Wiley.Simgapore
Kamali, M.H.2010.The Halal Industry from Sharia Perspective Islam and
Civilisation Renewal 1 (4):591
Zakaria, Z.2008. Tapping into the world Halal Market, Sharia Journal hal.605-
616
www.bps.jateng.go.id
www.disperindag.go.id
www.kemenperin.go.id
www.mui.go.id

18
LAMPIRAN
(DAFTAR RIWAYAT HIDUP TIM PENULIS)
Nama Lengkap Ajeng Nony Wirantika
Tempat, Semarang, 30 April 1996
Tanggal Lahir

Alamat Jalan Tirtayasa 5/1, Karanganyar, Tugu


CP/E-Mail 085727039225/ajengnonywirantika@gmail.com
Riwayat SD N Kalibanteng Kidul 03 Semarang (2002-2008)
Pendidikan SMP N 30 Semarang (2008-2011)
SMA N 8 Semarang (2011-2014)
STIE Bank BPD Jateng (2014-sekarang)
Nama Lengkap Ari Agestiani
Tempat, Rembang, 27 Agustus 1995
Tanggal Lahir

Alamat Ds.Tambak Agung 4/1, Kaliori, Rembang


CP/E-Mail 085727296610/dypoalbanick679@gmail.com
Riwayat SD N Tambak Agung (2002-2008)
Pendidikan SMP N 1 Rembang (2008-2011)
SMA N 3 Rembang (2011-2014)
STIE Bank BPD Jateng (2014-sekarang)
Nama Lengkap Umi Hartini
Tempat, Pati, 27 Oktober 1996
Tanggal Lahir

Alamat Jalan Kauman Timur 100/1085641822156

CP/E-Mail 085641822156/umihartini3336@gmail.com
Riwayat SD N Tayu Wetan 02 (2002-2008)
Pendidikan SMP N 1 Margoyoso (2008-2011)
SMA N 1 Tayu (2011-2014)
STIE Bank BPD Jateng (2014-sekarang)

Anda mungkin juga menyukai