1. Metode pengecoran yang kurang baik. Dalam hal ini misalnya penentuan cara
pengecoran yang memiliki potensi yang lebih tinggi atas terbuangnya adukan beton segar.
Contoh pengecoran kolom lantai 3 menggunakan cara estafet tanpa alat dan hanya
mengandalkan pengangkutan beton orang ke orang hingga ke lokasi pengecoran. Tiap
perpindahan orang akan berpeluang mengakibatkan waste. Semakin panjang rantai estafet
maka akan semakin banyak waste terbuang.
2. Perencanaan tenaga kerja yang tidak efektif. Kejadian faktor ini bisa berupa kurangnya
tenaga yang dibutuhkan dan kualitas kerja tenaga yang digunakan. Jika pekerja kurang
maka mungkin waste akan besar karena minimnya pekerja yang menjaga titik-titik
kebocoran dan terbuangnya adukan beton. Demikian pula dengan kualitas pekerja. Pekerja
yang berkualitas rendah akan bekerja sembrono, terburu-buru, tidak hati-hati dan sering
menambahkan air tanpa perhitungan. Akibatnya beton banyak yang terbuang saat
pengecoran dan kualitas hasil mutu beton tidak tercapai yang berakibat fatal karena beton
dibongkar.
3. Waktu pengecoran yang tidak tepat. Pengecoran pada jam macet akan membuat waktu
tempuh adukan beton dari lokasi batching plant ke lokasi pengecoran akan jauh lebih lama.
Kondisi ini membuat beton ketika tiba di lokasi akan mulai mengeras dan sulit dituang serta
tidak dapat digunakan lagi sehingga harus dibuang.
4. Perencanaan alat yang tidak tepat. Pemilihan alat yang tidak tepat akan membuat beton
segar lebih banyak terbuang. Contoh adalah pada pemilihan penggunaan truk molen atau
car mix. Berdasarkan pengalaman, car mix menghasilkan waste beton yang lebih tinggi di
bandingkan dengan truk molen. Di samping itu, penggunaan alat yang tidak layak akan
membuat alat mengalami kerusakan saat digunakan yang berakibat beton terpaksa dibuang.
5. Perencanaan pengujian atau test yang tidak sesuai. Pembuatan silinder beton untuk
kebutuhan pengujian tergantung dari perencanaan pengujian test beton. Penggunaan
peraturan yang tidak tepat atau salah mempersepsikan ketentuan pengujian membuat
jumlah silinder yang harus dibuat menjadi lebih banyak. Silinder beton dianggap waste
karena tidak terpakai dalam struktur beton.
6. Kerusakan alat. Dalam hal ini alat yang utama adalah alat molen dan pompa beton.
Kerusakan alat tersebut akan membuat beton menjadi tidak terpakai karena akan terbuang.
Beton yang sudah dalam proses penuangan dan berada dalam alat tersebut harus dibuang
terlebih dulu agar alat dapat diperbaiki.
PADA ASPAL
penyebab keterlambatan pada proyek
2. Pada faktor tenaga kerja hal yang paling berpengaruh adalah adanya
pekerjaan tambah. Dengan adanya pekerjaan tambah yang diinginkan oleh pihak
owner maupun kontraktor maka membutuhkan jumlah pekerja yang lebih banyak
dari biasanya, jika jumlah pekerja sama dan harus melakukan pekerjaan tambah
yang diinginkan maka akan memerlukan waktu yang lebih lama dan dapat
mengakibatkan keterlambatan.
3. Pada faktor karakteristik tempat dan fisik bangunan hal yang sangat
berpengaruh adalah akses ke lokasi proyek. Akses ke lokasi proyek adalah salah
satu hal yang harus diperhatikan untuk menentukan durasi proyek, tak jarang
proyek mengalami keterlambatan karna susahnya akses ke lokasi proyek.
Susahnya akses ke lokasi proyek dapat disebabkan oleh keadaan jalan menuju
proyek, jika jalan menuju proyek jelek maka pengiriman alat dan bahan akan
membutuhkan waktu yang lebih lama, hal ini mengakibatkan menurunnya
produktivitas pekerjaan
4. Faktor- faktor lain yang sangat berpengaruh adalah faktor cuaca. Faktor
cuaca sangat berpengaruh pada ketepatan waktu penyelesaian proyek, terlebih
untuk pengerjaan pekerjaan luar seperti pondasi, jika cuaca jelek maka pekerjaan
akan tertunda dan terhenti. Selain itu cuaca jelek akan mengakibatkan turunnya
stamina pekerja dan menurunya produktivitas pekerja. Produktivitas pekerja yang
rendah dan tidak sesuai dengan yang direncanakan akan mengakibatkan
mundurnya jadwal proyek.
6. Faktor alat dan bahan yang paling berpengaruh adalah ketepatan waktu
pemesanan dan pengiriman bahan. Ketidak tepatan waktu pemesanan dan penyediaan bahan
akan mengakibatkan banyaknya jam kosong pada rangkaian
pekerjaan karena harus menunggu bahan yang belum tersedia, hal ini akan
menghambat laju proyek.
SOLUSI
2. Faktor site yang sangat berpengaruh adalah memastikan akses keluar masuk
proyek tidak terhambat. Salah satu hal yang berpengaruh untuk mengatasi
keterlambatan proyek adalah memastikan akses keluar masuk proyek tidak
terhambat. Hal ini dilakukan agar alat dan bahan yang akan masuk ke proyek
dapat sampai tepat pada waktunya dan dalam keadaan yang baik, sehingga tidak
terjadi keterlambatan karna waktu pengiriman alat dan bahan yang terlambatat
yang disebabkan oleh akses ke lokasi proyek yang buruk.
3. Faktor design dan metode pelaksanaan yang sangat berpengaruh adalah aktif
mengevaluasi metode yang ada. Aktif mengevaluasi metode pelaksanaan yang ada
bertujuan agar didapatkan metode pelaksanaan yang paling efisien dan efektif.
Metode pelaksanaan yang efisien dan efektik otomatis akan menyebabkan proyek
dapat berjalan dengan baik dan selesai tepat waktu.
5. Faktor alat yang sangat berpengaruh adalah membuat sumber tenaga listrik
cadangan, karena kerusakan genset akan mennghentian hampir seluruh pekerjaan.
Tenaga listrik sangat diperlukan dalam pengerjaan proyek. Salah satu sumber
tenaga listrik yang dapat digunakan adalah genset. Namun jika terjadi kerusakan
genset maka pengerjaan proyek akan terhenti. Jika pengerjaan proyek terhenti
terlalu lama akan mengakibatkan keterlambatan penyelesaian pengerjaan proyek.
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut adalah
menggunakan sumber tenaga listrik lain seperti penggunaan tenaga surya dan
biomass. Hal ini akan menggantikan sumber tenaga listrik jika terjadi kerusakan
genset.