Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) GLAUKOMA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Glaukoma adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan tekanan intraokuler


pada mata. Oleh karena itu glaukoma dapat mengganggu penglihatan yang perlu
diwaspadai. Tidak hanya itu, glaucoma juga dapat membawa kita kepada kebutaan.
Contohnya pada kasus glaucoma yang terjadi di Amerika Serikat. Disana glaucoma
beresiko 12% pada kebutan(Luckman & Sorensen.1980).

Menurut data dari WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama di
dunia adalah katarak (47,8%),galukoma (12,3%),uveitis (10,2%),age- related mucular
degeneration (AMD) (8,7%),trakhoma (3,6%),corneal apacity (5,1%),dan diabetic
retinopathy (4,8%).Namun sesungguhnya hal ini bisa di cegah dengan pemeriksaan
tonometri rutin. Sehingga tidak sampai terjadi hal fatal seperti kebutaan. Jika
seseorang tidak pernah melakukan pemeriksaan tonometri,sedang ia baru mendapati
dirinya glaukoma yang sudah fatal, maka tindakan yang bisa di ambil adalah
operasi.Mendengar kata ini jelas kita sudah merinding sebelum melakukannya.
Apalagi hasil dari opersi belum tentu sesuai dengan harapan kita. Misal, opersi
tersebut berujung pada kebutaan seperti contoh di atas. Oleh karena itu, kita perlu
malakukan pengukuran tonometri rutin dan juga memahami proses keparawatan pada
klien glaukoma. Supaya sebagai perawat tentunya kita dapat menegakkan asuhan
keperawatan yang benar.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Glaukoma

Menurut Herman tahun 2010, glaukoma merupakan suatu kumpulan penyakit


yang mempunyai karakteristik umum neuropatik yang berhubungan dengan
hilangnya fungsi penglihatan. Walaupun kenaikan tekanan intra okuler adalah satu
dari resiko primer,ada atau tidaknya faktor ini tidak merubah definisi penyakit.

Glaukoma bukanlah sebuah penyakit, melainkan kekomplekan dari gangguan


tekanan intraokuler yang mana mempunyai karakteristik gejala peningkatan tekanan
intraokular pada orang dewasa.

Normalnya,tekanan intraokular adalah 10-20 mmHg.Jika hasil pemeriksaan


tekanan bola mata lebih dari 20,maka kita patut curiga terhadap adanya glaukoma.
Apabla hasil menunjukkan angka lebih dari 25,maka dipastikan orang tersebut
terkena glaukoma.

Untuk mengetahui,seseorang tersebut terkena glaukoma atau tidak,bisa


dengan pemeriksaan tonometri (pemeriksaan tekanan bola mata).Pengukuran
tonometri rutin ini penting,untuk mengidentifikasi adanya glaukoma sebelum mata
terkena bahaya permanen dari peningkatan tekanan di dalamnya.

Glaukoma biasanya diderita oleh klien yang berumur di atas 40 th. Pada orang
yang memiliki kecenderungan hereditas glaukoma dalam keluarganya,mereka harus
melakukan pengukuran tonometri ritin setiap hari.(Luckman, 1980).

Pendapat yang lain mengatakan bahwa Glaukoma adalah suatu penyakit


dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf
optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. (Anonim,2009)

Dari beberapa definisi glaukoma diatas, dapat disimpulakan bahwa glaukoma


adalah penyakit mata yang terjadi karena peningkatan tekanan bola mata dan
mempengaruhi kepekaan atau kejelasan penglihatan.
2.2 Type Glaukoma

Ada beberapa type glaukoma dan dapat di klaasifikasikan sebagai berikut :

1. Glaukoma Primer Dewasa


Glaukoma primer dewasa meliputi:
a. Glaukoma Sudut Terbuka / Kronis
Glaukoma jenis ini umumnya terjadi karena keturunan.
Glaukoma jenis ini sering terjadi pada orang yang mempunyai
sudut ruang terbuka yang normal tapi mempunyai resistensi aliran
aquous humor keluar dari ruang sudut.
b. Glaukoma Sudut Tertutup
Glaukoma jenis inin jarang terjadi. Ada kesalahan tempat yang
maju dari ujung akar dan gulungan iris yang melawan kornea.
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma ini biasa di bangun dari banyak sebab seperti uveitis,
gangguan neuvaskuler, trauma tumor, penyakit degenerasi mata, dll.
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma ini terjadi di mata selama ada dalam masa awal tumbuh dan
berkembang. Biasanya terlihat selama 6 bulan kelahiran.
4. Glaukoma Absolut
Glakoma ini biasanya adalah hasil dari beberapa kejadian glaukoma
dan itu berarti mengarah pada kebutaan yang mana tekanan intraokuler
meningkat.
Aqueous humor adalah cairan pada bola mata yang di produksi oleh
badan siliari yang mnerupakan kristal jernih.

2.3 Etiologi dan Patofisiologi

Ada beberapa sebab dan faktor yang beresiko terhadap terjadinya glaukoma.
Diantaranya adalah:
1. Umur
Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia.
Terdapat 2% dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka
ini akan bertambah dengan bertambahnya usia.
2. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaucoma
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma
mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko
terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-
anak.
3. Tekanan bola mata
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma.
Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah
sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata
dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis mata. Obat-
obatan
4. Pemakai steroid secara rutin
Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak
dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asma, obat steroid
untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin
lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda pemakai obat-obatan steroid
secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis
mata untuk pendeteksian glaukoma.
5. Riwayat trauma (luka kecelakaan) pada mata
6. Penyakit lain

Riwayat penyakit diabetes (kencing manis),hipertensi dan


migren.(Anonim,2010)
Aqueous diproduksi oleh epitel tidak berpigmen dari prosesus
siliaris,yang merupakan bagian anterior dari badan siliar.Aqueous humor
kemudian mengalir melalui pupil ke dalam kamera okuli anterior,
memberikan nutrisi kepada lensa,iris dan kornea.Drainase aqueous melalui
sudut kamera anterior yang mengandung jaringan trabekular dan kanal
Schlemm dan menuju jaringan vena episklera.(Barbara,1999)
Perjalanan aliran aqueous humor 80-90% melalui jaringan
trabekular,namun terdapat 10% melalui ciliary body face,yang disebut
jalur uveoskleral.
Berdasarkan fisiologi dari sekresi dan ekskresi cairan aqueous,maka
terdapat tiga faktor utama yang berperan dalam meningkatnya tekanan
intraokular,antara lain:
a. Kecepatan produksi aqueous humor oleh badan siliar
b. Resistensi aliran aqueous humor melalui jaringan trabekular dan
kanal Schlemm
c. Tekanan vena episklera
d. Tekanan intraokular normal yang secara umum diterima adalah 10-
21 mmHg.
2.4 Klasifikasi Glaukoma

Banyak sekali pola yang digunakan untuk mengklasifikasikan glaukoma,


namun, klasifikasi yang secara luas digunakan adalah glaukoma sudut terbuka dan
glaukoma sudut tertutup,karena pembagian tersebut terfokus pada patofisiologi
terjadinya glaukoma dan merupakan titik awal ditentukannya penatalaksanaan
klinis yang sesuai.
1. Klasifkasi Vaughen untuk glaukoma adalah:
a. Glaukoma Primer
Glaukoma primer adalah glaukoma yang tidak berhubungan dengan
penyakit mata atau sistenik yang menyebabkan meningkatnya resistensi
aliran aqueous humor.Glaukoma primer biasanya terjadi pada kedua
mata.
b. Glaukoma Sudut Terbuka (Glaukoma Simpleks)
Glaukoma primer sudut terbuka merupakan glaukoma yang tidak
diketahui penyebabnya dan ditandai dengan sudut bilik mata terbuka.
Glaukoma primer sudut terbuka merupakan penyakit kronis dan
progresif lambat dengan atrofi dan cupping dari papil nervus optikus dan
pola gangguan lapang pandang yang khas.Glaukoma primer sudut
terbuka memiliki kecenderungan familial.

Pada umumnya,glaukoma primer sudut terbuka terjadi pada usia


lebih dari 40 tahun.Prevalensi juga lebih tinggi pada orang berkulit gelap
atau berwarna dibandingkan dengan orang berkulit putih.

Gambaran patologi utama pada glaukoma sudut terbuka adalah


proses degeneratif di jalinan trabekular,termasuk pengendapan bahan
ekstrasel di dalam jalan trabekular dan di bawah lapisan endotel kanalis
Schlemm.Akibatnya adalah penurunan drainase aqueous humor yang
menyebabkan peningkatan tekanan intra okuler.

Tekanan intraokuler merupakan faktor resiko utama untuk glaukoma


primer sudut terbuka.Terdapat faktor resiko lain yang berhubungan
dengan glaukoma primer sudut terbuka,yaitu;miopia,diabetes
mellitus,hipertensi dan oklusi vena sentralis retina.

Sifat onsetnya yang samar serta perjalanannya yang progresif lambat


maka timbulnya gejalanya pun lambat dan tidak disadari sampai
akhirnya berlanjut dengan kebutaan.Keluhan pasien biasanya sangat
sedikit atau samar,misalnya mata terasa berat,kepala pusing sebelah,dan
anamnesis tidak khas lainnya. Biasanya pasien tidak mengeluh adanya
halo dan tidak tampak mata merah. Tekanan intraokuler sehari-hari
biasanya tinggi atau lebih dari 20 mmHg.Akibat tekanan tinggi akan
terbentuk atrofi papil serta ekskavasio glaukomatosa.Kerusakan dimulai
dari tepi lapang pandang,dengan demikian penglihatan sentral tetap
baik,sehingga penderita seolah-olah melihat melalui teropong.

Diagnosis glaukoma primer sudut terbuka ditegakkan apabila


ditemukan kelainan-kelainan glaukomatosa pada diskus optikus dan
lapangan pandang disertai peningkatan tekanan intraokuler,sudut kamera
anterior terbuka dan tampak normal,dan tidak ditemukan sebab lain yang
dapat meningkatkan tekanan intraokuler.

c. Glaukoma Sudut Tertutup


Pasien yang menderita glaukoma primer sudut tertutup cenderung
memiliki segmen anterior yang kecil dan sempit,sehingga menjadi faktor
predisposisi untuk timbulnya pupillary block relatif.Resiko terjadinya
hal tersebut meningkat dengan bertambahnya usia,seiring dengan
berkembangnya lensa dan pupil menjadi miosis.
d. Glaukoma Primer Sudut Tertutup Akut
Glaukoma primer sudut tertutup akut adalah kondisi yang timbul saat
TIO meningkat secara cepat akibat blokade relatif mendadak dari
jaringan trabekular.Hal ini dapat menimbulkan manifestasi berupa rasa
sakit,penglihatan buram,halo,mual dan muntah.Peningkatan TIO yang
tinggi menyebabkan edema epitel kornea yang bertanggung jawab dalam
timbulnya keluhan penurunan penglihatan.

Tanda-tanda pada glaukoma sudut tertutup akut antara lain:

TIO yang tinggi


Pupil yang lebar dan terkadang irregular
Edema epitel kornea
Kongesti pembuluh darah episkleral dan konjungtiva
Kamera okuli anterior yang sempit
Selama serangan akut,TIO cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan
gangguan nervus optikus dan oklusi pembuluh darah retina. Sinekia
anterior perifer dapat terbentuk dengan cepat dan TIO yang tinggi
menyebabkan terjadinya iskemia sehingga dapat terjadi atrofi sektoral
dari iris.Atrofi pada iris menimbulkan pelepasan pigmen iris dan
pigmen-pigmen tersebut menempel dan mengotori permukaan iris dan
endotel kornea.Akibat iskemia iris,maka pupil dapat berdilatasi dan
terfiksasi.
Diagnosis pasti didapatkan dengan gonioskopi. Gonioskopi juga
membantu menentukan apakah blokade iris dan jaringan trabekular
reversibel atau irreversibel.
e. Glaukoma Primer Sudut Tertutup Subakut
Glaukoma primer sudut tertutup subakut (intermiten) adalah kondisi yang
ditandai dengan adanya penglihatan yang buram,halo,dan rasa sakit yang
ringan,disertai dengan peningkatan TIO.Gejala ini membaik dengan
sendirinya,terutama selama tidur,dan muncul kembali secara periodik
dalam hitungan hari atau minggu.Diagnosis yang tepat dapat dibantu
ditegakkan dengan pemeriksaan gonioskopi.
f. Glaukoma Primer Sudut Tertutup Kronis
Glaukoma primer sudut tertutup kronis merupakan kondisi yang
timbul setelah glaukoma sudut tertutup akut atau saat sudut kamera
anterior tertutup secara bertahap dan tekanan intraokuler meningkat secara
perlahan. Gejala klinisnya serupa dengan glaukoma primer sudut terbuka,
yaitu keluhan yang samar,cupping papil nervus optikus yang progresif dan
gangguan lapang pandang glaukomatosa.Sehingga,pemeriksaan
gonioskopi diperlukan untuk menentukan diagnosis yang tepat.
g. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital primer atau infantil adalah glaukoma yang
timbul sesaat setelah lahir sampai beberapa tahuh pertama setlah
kelahiran. Selain itu,glaukoma kongenital juga dapat timbul menyertai
anomali kongenital lainnya.

Glaukoma infantil atau dikenal dengan istilah buphthalmos,dipercaya terjadi


akibat displasia dari sudut kamera anterior tanpa disertai abnormalitas okular dan
sistemik lainnya.Terdapat dua teori yang menerangkan patofisiologi terjadinya
glaukoma infantil,yaitu;terjadi abnormalitas membran atau sel pada jaringan
trabekular,sehingga jaringan trabekuler menjadi impermeabel;teori lain mengatakan
bahwa terjadi anomali luas pada kamera okuli anterior termasuk insersi abnormal dari
muskulus siliaris.Dengan adanya anomali-anomali tersebut,maka aliran aqueous akan
terganggua dan terjadi pembendungan aqueous humor,maka akan timbul buphtalmos
karena jaringan sklera pada neonatus masih lunak.

Keadaan klinis yang khas dari glaukoma infantil adalah trias klasik pada bayi
baru lahir,yaitu;epifora,fotofobia,dan blefarospasme.Diagnosis tergantung dari
pemeriksaan klinis yang hati-hati,termasuk pemeriksaan TIO,pengukuran diameter
kornea,gonioskopi dan oftalmoskopi.
h. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang berhubungan dengan
penyakit mata atau sistemik yang menyebabkan menurunnya aliran
aqueous humor. Glaukoma sekunder sering terjadi hanya pada satu mata.
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang diketahui penyebab
yang menimbulkannya.Glaukoma sekunder dapat terlihat dalam bentuk
sudut tertutup maupun sudut terbuka. Kelainan-kelainan tersebut dapat
terletak pada:
Sudut bilik mata,akibat goniosinekia, hifema, leukoma adheren
dan kontusi sudut bilik mata
Pupil, akibat seklusio dan oklusi relatif pupil
Badan siliar, seperti rangsangan akibat luksasio lensa

Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan glaukoma, yaitu:

Uveitis,dimana glaukoma terjadi akibat adanya sinekia anterior


maupun posterior,penimbunan sel radang di sudut bilik mata dan
seklusio pupil yang biasanya disertai dengan iris bomb.
Pasca trauma serta ulkus kornea,yang mengakibatkan leukoma
adheren sehingga bilik mata tertutup dan mengganggu aliran
aqueous humor.
Hifema,akan mengakibatkan tersumbatnya sudut bilik mata

Glaukoma yang disebabkan oleh lensa. Katarak yang immatur akan


menyerap cairan sehingga ukurannya membesar sehingga menyumbat
sudut bilik mata, sedangkan katarak yang hipermatur,lensa akan pecah dan
komposisi lensa dapat menyumbat sudut bilik mata.Pascabedah katarak,
yang mengakibatkan terbentuknya sinekia dan terbentuknya blokade pupil
akibat radang di daerah pupil.

i. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma dimana sudah
terjadi kebutaan total.Pada glaukoma absolut,kornea terlihat keruh,bilik
mata dangkal,papil atrofi dengan ekskavasio galukomatosa,mata keras
seperti batu dan dengan rasa sakit.Mata dengan kebutaan ini
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan
penyulit berupa neovaskularisasi pada iris.Kelainan mata yang dapat
menyebabkan glaukoma antara lain:
Kelainan lensa
Kelainan uvea
Trauma
Pasca bedah
Glaukoma absolute
Berdasarkan lamanya, glaukoma diklasifikasikan sebagai
berikut:

2.5 Manifestasi Klinis Glaukoma

Menurut Harnawartiaj (2008) umumnya dari riwayat keluarga ditemukan


anggota keluarga dalam garis vertical atau horizontal memiliki penyakit serupa,
penyakit ini berkembang secara perlahan namun pasti,penampilan bola mata
seperti normal dan sebagian besar tidak menampakan kelainan selama stadium
dini.Pada stadium lanjut keluhan klien yang mincul adalah sering menabrak
akibat pandangan yang menjadi jelek atau lebih kabur, lapangan pandang menjdi
lebih sempit hingga kebutaan secara permanen.Gejala yang lain adalah:
1. Mata merasa dan sakit tanpa kotoran.
2. Kornea suram.
3. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah.
4. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat.
5. Nyeri di mata dan sekitarnya.
6. Udema kornea.
7. Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang.
8. Lensa keruh.

Menurut Sidharta Ilyas (2004) glaucoma akan memperlihatkan gejala


sebagai berikut:

1. Tekanan bola mata yang tidak normal


2. Rusaknya selaput jala
3. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapat
4. Berakhir dengan kebutaan
2.6 Penatalaksanaan Glaukoma

Tujuan utama terapi glaukoma adalah dengan menurunkan tekanan


intraokular serta meningkatkan aliran humor aquos (drainase) dengan efek
samping yang minimal.Penangananya meliputi:
1. Penatalaksanaan Medis
Glaukoma Primer
Pemberian tetes mata Beta blocker (misalnya timolol,
betaxolol,carteolol,levobunolol atau metipranolol) yang
kemungkinan akan mengurangi pembentukan cairan di dalam
mata dan TIO.
Pilocarpine untuk memperkecil pupil sehingga iris tertarik dan
membuka saluran yang tersumbat.
Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine,
dipivephrine dan carbacol (untuk memperbaiki pengaliran
cairan atau mengurangi pembentukan cairan)
Minum larutan gliserin dan air biasa untuk mengurangi tekanan
dan menghentikan serangan glaukoma.
Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya
acetazolamide).
Pada kasus yang berat,untuk mengurangi tekanan biasanya
diberikan manitol intravena (melalui pembuluh darah).
Glaukoma sekunder
Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya.Jika
penyebabnya adalah peradangan,diberikan corticosteroid dan obat
untuk melebarkan pupil.Kadang dilakukan pembedahan.
Glaukoma kongenitalis
Untuk mengatasi Glaukoma kongenitalis perlu dilakukan pembedahan.
2. Apabila obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan TIO
menetap,maka terapi laser dan pembedahan merupakan alternatif.
Terapi Laser
Laser iridotomy melibatkan pembuatan suatu lubang pada
bagian mata yang berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan
mengalir secara normal pada mata dengan sudut sempit atau
tertutup (narrow or closed angles).
Laser trabeculoplasty adalah suatu prosedur laser dilaksanakan
hanya pada mata-mata dengan sudut-sudut terbuka (open
angles). Laser trabeculoplasty tidak menyembuhkan glaukoma,
namun sering dilakukan daripada meningkatkan jumlah obat-
obat tetes mata yang berbeda-beda. Pada beberapa kasus-kasus,
dia digunakan sebagai terapi permulaan atau terapi utama
untuk open-angle glaukoma. Prosedur ini adalah metode yang
cepat, tidak sakit, dan relatif aman untuk menurunkan tekanan
intraocular. Dengan mata yang dibius dengan obat-obat tetes
bius, perawatan laser dilaksanakan melalui lens kontak yang
berkaca pada sudut mata (angle of the eye). Microscopic laser
yang membakar sudut mengizinkan cairan keluar lebih leluasa
dari kanal-kanal pengaliran.
Laser cilioablation (juga dikenal sebagai penghancuran badan
ciliary atau cyclophotocoagulation) adalah bentuk lain dari
perawatan yang umumnya dicadangkan untuk pasien-pasien
dengan bentuk-bentuk yang parah dari glaukoma dengan
potensi penglihatan yang miskin. Prosedur ini melibatkan
pelaksanaan pembakaran laser pada bagian mata yang
membuat cairan aqueous (ciliary body). Pembakaran laser ini
menghancurkan sel-sel yang membuat cairan, dengan demikian
mengurangi tekanan mata.
Terapi Pembedahan
Trabeculectomy adalah suatu prosedur operasi mikro yang
sulit, digunakan untuk merawat glaukoma.Pada operasi ini,
suatu potongan kecil dari trabecular meshwork yang tersumbat
dihilangkan untuk menciptakan suatu pembukaan dan suatu
jalan kecil penyaringan yang baru dibuat untuk cairan keluar
dari mata.Untk jalan-jalan kecil baru,suatu bleb penyaringan
kecil diciptakan dari jaringan conjunctiva (conjunctival tissue).
Conjunctiva adalah penutup bening diatas putih mata.Filtering
bleb adalah suatu area yang timbul seperti bisul yang
ditempatkan pada bagian atas mata dibawah kelopak atas.
Sistim pengaliran baru ini mengizinkan cairan untuk
meninggalkan mata,masuk ke bleb,dan kemudian lewat masuk
kedalam sirkulasi darah kapiler (capillary blood circulation)
dengan demikian menurunkan tekanan mata. Trabeculectomy
adalah operasi glaukoma yang paling umum dilaksanakan.Jika
sukses,dia merupakan alat paling efektif menurunkan tekanan
mata.
Viscocanalostomy adalah suatu prosedur operasi alternatif yang
digunakan untuk menurunkan tekanan mata.Dia melibatkan
penghilangan suatu potongan dari sclera (dinding mata) untuk
meninggalkan hanya suatu membran yang tipis dari jaringan
melaluinya cairan aqueous dapat dengan lebih mudah
mengalir.Ketika dia lebih tidak invasiv dibanding
trabeculectomy dan aqueous shunt surgery,dia juga
bertendensi lebih tidak efektif.Ahli bedah kadangkala
menciptakan tipe-tipe lain dari sistim pengaliran (drainage
systems). Ketika operasi glaukoma seringkali efektif,
komplikasi-komplikasi, seperti infeksi atau perdarahan, adalah
mungkin. Maka, operasi umumnya dicadangkan untuk kasus-
kasus yang dengan cara lain tidak dapat dikontrol.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Asuhan Keperawatan Glaukoma


A. Pengkajian
1. Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah:
a. Identitas / Data Biografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain
mengenai identitas pasien.
2. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering
terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman
penglihatan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti
DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit
metabolic lainnya memicu resiko katarak.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat
keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler,
kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan
tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat
terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.

3.1.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


1. Nyeri b.d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai
dengan mual dan muntah.
Tujuan: Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil:
a. Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian
pengontrolan nyeri
b. Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
c. Ekspresi wajah rileks
Intervensi:
a. Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
b. Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesic
c. Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
d. Atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
e. Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan tio
f. Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
g. Berikan analgesik sesuai anjuran
2. Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d gangguan penerimaan;
gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang
progresif.
Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
a. Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.
b. Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa
kehilangan lebih lanjut.
Intervensi:
a. Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan.
Rasional: Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien
menghadapi kemungkinan/mengalami pengalaman kehilangan
penglihatan sebagian atau total.
b. Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/
kemungkinan kehilangan penglihatan.
Rasional: Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan
intervensi.
c. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan,
menikuti jadwal, tidak salah dosis.
Rasional: Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan
lanjut.
d. Lakukan tindakan untuk membantu pasien yang mengalami
keterbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot,
ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar
suram dan masalah penglihatan malam.
Rasional: Menurunkan bahaya keamanan b/d perubahan lapang
pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil thd
sinar lingkungan
e. Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi.
Rasional: Memisahkan badan siliar dr sclera untuk memudahkan
aliran keluar akueus humor.
3. Ansitas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan,
ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan: Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
a. Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai
tingkat dapat diatasi.
b. Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
c. Pasien menggunakan sumber secara efektif.
Intervensi:
a. Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala
tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
Rasional: Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap
ancaman diri, potensial siklus insietas, dan dapat mempengaruhi
upaya medik untuk mengontrol TIO.
b. Berikan informasi yang akurat dan jujur.
Rasional: Menurunkan ansiets b/d ketidak tahuan / harapan yang
akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan
cinfo ttg pengobatan.
c. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan
perasaan.
Rasional: Memberi kesempatan pasien menerima situasi nyata,
mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.
d. Identifikasi sumber/orang yang menolong.
Rasional: Memberikan keyakinan bhw pasien tdk sendiri dlm
menghadapi masalah.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat,
salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak
akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
a. Pasien menyatakan pemahaman kondisi,prognosis,
dan pengobatan.
b. Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses
penyakit.
c. Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan
tindakan.

Intervensi:

a. Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,


b. Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
Rasional: Meningkatkan keefektifan pengobatan. Memberikan
kesempatan pasien menunjukan kompetensi dan menanyakan
pertanyaan.
c Izinkan pasien mengulang tindakan.
d. Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata.
Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan
pemakaian steroid topikal.
Rasional: Penyakit ini dapat di control dan mempertahankan
konsistensi program obat adalah control vital. Beberapa obat
menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan TIO dan potensial
kehilangan penglihatan tambahan
e. Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan
(penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak
teratur, dll).
Rasional: Dapat mempengaruhi rentang dari ketidak nyamanan
sampai ancaman kesehatan berat.
f. Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.
Rasional: Pola hidup tenang menurunkan respon emosi thd stres,
mencegah perubahan okuler yang mendorong iris kedepan, yang
dpt mencetuskan serangan akut.
g. Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat
berat/mendorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
Rasional: Dapat meningkatkan TIO yang mencetuskan serangan
akut.
h. Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan
berserat.
Rasional: Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari
konstipasi.
i. Tekankan pemeriksaan rutin.
Rasional: Untuk mengawasi kemajuan penyakit dan
memungkinkan intervensi dini dan mencegah kehilangan
penglihatan lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Luckman&Sorensen.1980.Medical-Surgical Nursing a Psychophysiologic


Approach.United States of America: W.B. Sunders Company (1986-1990)

Herman.2010.Prevalensi kebutaan akibat glaukoma di kabupaten tapanuli


selatan(hal 2).Available from
http:repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6399/1/10E00177.pdf (diakses 10
oktober 2010)

Anonim.2009.Kumpulan artikel tentang glaukoma.Available from :


http://puskesmassimpangempat.wordpress.com/2009/08/14/kumpulan-artikel-
tentang-glaukoma/ (di akses 10 oktober 2010)

Barbara,dkk.1999.Medical-Surgical Nursing.United States of America:


Lippincott(642-645)

Anonim.2007.World Glaucoma Day(hal 1-2).Available from http :


www.mazdabalikpapan.com/asuhan-keperawatan-pada-penyakit-mata-glukoma.html
(diakses 7 oktober 2010)

Anonim.2008.Askep Glaukoma(hal 2).Available from


http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/glaukoma-2 (diakses 09 oktober 2010 )

Marilynn, dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.Jakarta : EGC

Ilyas, sidarta. 2009. Dasar-dasar pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Edisi 3.
Jakarta:Balai Pustaka.

Ilyas, sidarta. 2004. Masalah kesehatan mata anda dalam pertanyaan- pertanyaan.
Edisi 2. Jakarta : FKUI

Hartono. 2007. Oftalmoskopidasar dan klinis. Yogyakarta : Pustaka Cendekia

Ilyas, sidarta. 2009. Ilmu penyakit mata. Jakarta : Balai penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai