TINJAUAN PUSTAKA
Proses perlakuan panas sangat penting untuk dilakukan mengingat fakta hampir
semua komponen teknik yang terbuat dari logam memerlukan paling tidak satu
tahap/siklus perlakuan panas agar diperoleh sifat mekanis yang diperlukan. Proses ini
biasanya diterapkan mendekati atau pada tahap akhir dari proses produksi logam.
Misalnya adalah barang hasil forging, casting, pressing, dan fabrikasi (forming serta
joining) perlu dilaku panas sebelum dilakukan proses permesinan.
3. Melakukan homogenisasi
Homogenisasi bertujuan untuk mendapatkan komposisi kimia yang homogen di
dalam batas butiran melalui difusi unsur-unsur yang ada dalam paduan logam
pada temperatur tinggi, seperti austenitisasi, solution, dsb.
4. Meningkatkan ketangguhan
Meningkatkan ketangguhan yaitu meningkatkan kemampuan paduan untuk
menyerap energi dari beban dalam selang plastisnya tanpa terjadinya patahan.
5. Memperkeras
Memperkeras dilakukan dengan cara meningkatkan gangguan terhadap slip atau
meningkatkan penahanan terhadap pergerakan dislokasi melalui perubahan
ukuran, bentuk, dan distribusi mikrokonstituen baik melalui pengecilan ukuran
butiran, quench, maupun dengan age hardening.
2.1.3.3 Normalizing
Normalizing merupakan proses perlakuan panas yang dilakukan untuk menghasilkan
Gambar 2.1 Struktur Mikro Baja Karbon Sedang Setelah Perlakuan Panas
Spheroidisasi. 500X (3)
2.1.3.5 Hardening
Hardening biasanya dilakukan untuk menghasilkan baja dengan kekerasan dan
2.1.3.6 Tempering
Tempering adalah perlakuan panas yang biasanya diberikan pada baja yang telah
mengalami pengerasan (hardening) dan normalisasi. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan ketangguhan dan keuletan baja. Caranya adalah dengan memanaskan
baja pada temperatur 180-700o C (1) selama 30 menit hingga 4 jam.
Baja perkakas banyak digunakan untuk membuat tool atau perkakas pada proses
pembuatan komponen (manufacturing), seperti untuk pemotongan atau permesinan
logam, kayu, dan plastik. Selain itu baja perkakas juga digunakan untuk membuat
komponen-komponen mesin dan untuk konstruksi bangunan seperti spring (pegas),
fastener, valve, bearing, punch, dan die.
Tabel 2.1. Pengaruh Beberapa Unsur Pemadu Terhadap Properti Baja Perkakas (16)
Karakteristik Unsur Pemadu
Kekerasan W, Mo, Co, V, Cr, Mn
Ketahanan aus V, W, Mo,Cr, Mn
Deep Hardening Mn, Mo, Cr, Si, Ni, V
Distorsi Mo, Cr, Mn
Ketangguhan V, W, Mo, Mn, Cr
Beberapa unsur pemadu pada baja perkakas diantaranya adalah sebagai berikut : (16)
a) Karbon (C)
Karbon merupakan unsur pemadu utama yang berpengaruh terhadup kemampuan
baja untuk diperkeras (hardenabilitas), termasuk pada baja perkakas. Untuk bisa
diperkeras maka baja setidaknya harus mengandung karbon sebesar 0,2 persen
berat yang terlarut didalam matrik Fe. Pada kandungan karbon hingga 1%
kekerasan baja meningkat dan mencapai kekerasan maksimum sekitar 65 HRC.
Pengaruh kandungan karbon terhadap kekerasan baja dapat dilihat pada gambar
2.2.
Gambar 2.2 Pengaruh Kandungan Karbon Terhadap Kekerasan Baja Perkakas (16)
b) Kromium (Cr)
Kandungan kromium berperan dalam pembentukan karbida-karbida seperti
Cr23C6 dan Cr7C3 selama berlangsungnya annealing. Karbida-karbida ini larut
selama berlangsungnya austenitisasi pada temperatur diatas 900o C dan larut
secara keseluruhan pada temperatur 1100o C. Penambahan kromium akan
menurunkan temperatur Ms dan Mf, meningkatkan hardenibilitas baja, dan
meningkatkan ketahanan aus baja perkakas.
c) Tungsten (W) dan Molybdenum (Mo)
Tungsten dan molybdenum memiliki pengaruh yang hampir sama terhadap
karakteristik baja perkakas. Perbedaan utama antara keduanya terletak pada
ketahanan terhadap dekarburisasi. Baja yang memiliki kandungan molybdenum
yang tinggi lebih mudah mengalami dekarburisasi dibandingkan dengan baja
(20)
Tungsten akan mendorong terbentuknya karbida M6C . Karbida ini larut
o
didalam matrik austenit pada temperatur diantara 1150 C hingga temperatur
solidus. Sedangkan molybdenum akan mendorong terbentuknya karbida M2C (20).
Karbida-karbida ini tidak stabil pada temperatur tinggi dan pada temperatur
sekitar 750o C karbida ini akan berubah menjadi karbida M6C.
d) Vanadium (V)
Vanadium akan mendorong terbentuknya karbida MC. Adanya karbida ini akan
meningkatkan ketahanan aus abrasi (abrasive wear) dan performansi perkakas
(20, 21, 22)
untuk alat potong . Karbida vanadium memiliki kelarutan terbatas
didalam matrik. Penambahan vanadium akan meningkatkan temperatur Ms dan
Mf dengan mengikat karbon untuk membentuk karbida dan meningkatkan
hardenabilitas baja perkakas. Selain itu penambahan vanadium juga akan
mengakibatkan pengecilan ukuran butiran matrik (grain refinement) (22).
e) Mangan (Mn)
Mangan berpengaruh terhadap peningkatan kedalaman pengerasan dan rasio y/
UTS. Peningkatan kandungan mangan akan mengakibatkan peningkatan
kandungan austenit sisa.(22, 23) Meskipun demikian, penambahan sejumlah kecil
mangan dapat mengurangi kegetasan (brittleness) dan meningkatkan kemampuan
untuk ditempa (forgeability).
f) Kobalt (Co)
Kobalt akan meningkatkan stabilitas termal hingga temperatur 650oC dan
mengakibatkan terjadinya pengerasan kedua (secondary hardening) hingga
g) Silikon (Si)
Pemaduan dengan silikon akan meningkatkan kelarutan karbon didalam matrik
dan meningkatkan kekerasan setelah pendinginan. Silikon biasanya berperan
sebagai deoksidator. Penambahan silikon melebihi 0,2% berat akan
meningkatkan hardenabilitas baja. Untuk meningkatkan kekerasan dan stabilitas
sewaktu tempering maka biasanya ditambahkan silikon hingga 1% berat, tetapi
penambahan silikon hingga 1% ini akan mengakibatkan penurunan keuletan
(ductility). Pada konsentrasi tinggi, silikon bisa menyebabkan terjadinya
penggetasan (embrittlement). (21, 22, 23)
h) Nikel (Ni)
Penambahan nikel bertujuan untuk meningkatkan kekuatan baja, mengurangi
distorsi kisi, dan mencegah munculnya retakan sewaktu pendinginan
(24)
(quenching).
Berdasarkan komposisinya maka baja perkakas dibagi menjadi tiga kelompok utama,
yaitu baja hypereutectoid dan eutectoid dengan kekerasan 60-65 HRC, baja
hypoeutectoid dengan kekerasan 45-55 HRC, dan baja karbon paduan tinggi dengan
kekerasan 40-60 HRC. (23)
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Beberapa Baja Perkakas Pengerasan Air (1)
Tabel 2.3 Komposisi Kimia Beberapa Baja Perkakas Tujuan Khusus (1)
c. Mould steels
Mould steel atau kelompok P mengandung kromium dan nikel sebagai unsur pemadu
utama dengan kandungan karbon yang rendah (0,1-0,3% berat). Beberapa contoh
dari baja ini antara lain P4 dan P6. Kedua baja ini dapat diperkeras secara maksimum
(25)
dengan pendinginan udara. Berdasarkan namanya, penggunaan utama baja ini
adalah untuk membuat mould. Kelompok baja ini memiliki ketahanan yang rendah
terhadap softening pada temperatur tinggi.
Hardenabilitas dan kedalaman pengerasan baja ini bervariasi. Beberapa contoh dari
baja perkakas kelompok S ini antara lain S2, S1, S5, S6, dan S7. Tipe S2 yang
didinginkan dengan air (water quenching) memiliki hardenibilitas yang lebih rendah
jika dibanding tipe S7. Baja tahan kejut memiliki kekuatan yang cukup tinggi,
ketahanan aus sedang, dan ketangguhan yang tinggi. Baja ini tahan terhadap
pembebanan tinggi yang berulang dan biasa digunakan sebagai pemukul
(hammering) dan punching.
Baja kelompok A memiliki sifat dapat diperkeras melalui pendinginan udara hingga
(23)
59-60 HRC. Selain itu baja kelompok A sangat stabil selama berlangsungnya
quenching dan memiliki kandungan karbida yang terdistribusi secara homogen.
Adapun unsur-unsur pemadu utama pada baja kelompok ini adalah karbon,
molybdenum, kromium, dan mangan.
Unsur-unsur pemadu utama pada baja kelompok D adalah karbon dan kromium.
Kandungan kromium pada baja ini mencapai 12% berat. Baja kelompok D dengan
kandungan karbon yang cukup tinggi biasanya mengandung karbida dalam jumlah
yang cukup besar sehingga mengakibatkan baja ini memiliki ketahanan aus yang
sangat baik. Jika dibandingkan dengan kelompok A, baja kelompok D ini lebih
rentan terhadap distorsi dan bisa mengalami retakan selama berlangsungnya proses
hardening. Baja kelompok D banyak digunakan untuk membuat die.
Baja kelompok O merupakan baja dengan kandungan karbon yang tinggi dan jumlah
unsur pemadu yang relatif rendah. Akibatnya, baja ini memiliki hardenabilitas yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan baja kelompok A. Kandungan unsur pemadu
yang rendah mengakibatkan baja ini memiliki ketahanan aus tidak sebaik baja
kelompok A dan D. Baja kelompok O digunakan untuk membuat blanking, die,
gauge, dan collet.
Peningkatan kandungan karbon dan vanadium pada baja kelompok M ini akan
meningkatkan ketahanan aus. Sedangkan peningkatan kandungan kobalt akan
meningkatkan red hardness tetapi menurunkan ketangguhan baja. Selain itu baja
kelompok M ini lebih sensitif terhadap kondisi hardening, seperti temperatur
austenitisasi dan lingkungan udara luar. Baja ini harus diaustenitisasi pada
temperatur yang lebih rendah daripada temperatur austenitisasi baja kelompok T
untuk mencegah terjadinya pelelehan.
Karena memiliki kombinasi ketahanan aus dan red hardness yang baik, baja ini
banyak digunakan sebagai mesin potong, seperti bit, drill, reamer, hob, dan milling
cutter. Selain itu baja ini juga digunakan untuk membuat die, punch, dan aircraft
bearing.
Tabel 2.10. Komposisi Kimia Tungsten High Speed Tool Steel (1)
TUNGSTEN HIGH SPEED TOOL STEELS
AISI C Mn Si Cr Ni Mo W V Co
Gambar 2.3 Struktur Mikro Baja AISI A2, As Rolled, Mengandung Martensit (hitam)
dan Austenit Sisa (putih). 500X (1)
Gambar 2.4 Struktur Mikro Baja AISI H13 Mengandung Sejumlah Karbida Setelah
Pengerjaan Panas. 500X (1)
Sebagian besar baja perkakas diberi perlakuan panas spheroidization annealing. Pada
beberapa jenis baja perkakas, kekerasan menurun seiring dengan meningkatnya
proses spheroidisasi. Kontrol terhadap proses spheroidization annealing sangat
penting karena berkaitan dengan machinability dan formability baja perkakas.
Gambar 2.5 Struktur Mikro Baja AISI H13, Spheroidize Annealed. 1000X (1)
Beberapa jenis karbida yang sering muncul pada baja perkakas antara lain Sementit
(M3C), M7C3, MC, M6C, M23C6, dan M2C. Sementit (M3C) adalah karbida yang
kaya akan Fe (besi) dengan struktur kristal orthorhombic. Pada kondisi annealed,
karbida sementit hanya mengandung sedikit tungsten, molybdenum, vanadium, dan
M6C dan M2C adalah karbida yang kaya akan molybdenum dan tungsten. M6C
biasanya ditemukan pada baja perkakas kecepatan tinggi sedangkan M2C jarang
ditemukan pada baja perkakas. Karbida MC yang memiliki struktur FCC adalah
karbida yang paling keras diantara semua karbida yang ada. Karbida ini tidak larut
selama berlangsungnya proses austenitisasi. Karbida ini biasa ditemukan pada baja
perkakas yang memiliki kandungan vanadium sedang dan tinggi, terutama baja
perkakas kecepatan tinggi.
Jumlah karbida yang muncul pada baja perkakas pada kondisi annealed lebih besar
jika dibandingkan setelah austenitisasi dan quenching. Hal ini terjadi karena larutnya
beberapa karbida selama berlangsungnya austenitisasi. Jenis karbida yang muncul
juga bervariasi tergantung pada komposisi kimia baja.
2.3.2 Annealing
(1)
Baja perkakas yang tersedia dipasaran biasanya berada dalam kondisi annealed.
Hal ini mengakibatkan baja tersebut mudah untuk diberikan permesinan dan dilaku
panas. Baja perkakas biasanya diberikan perlakuan panas annealing setelah forging
dan rolling atau sebelum rehardening. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Tahap Operasi pada Proses Produksi Baja Perkakas (1)
2.3.3 Hardening
Sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab 2.2 di atas, proses hardening bertujuan
untuk menghasilkan baja dengan kekerasan dan kekuatan yang baik. Proses
Austenitisasi
Austenitisasi merupakan tahap penting dalam proses hardening baja perkakas.
Selama berlangsungnya austenitisasi, unsur-unsur pemadu akan mengalami partisi
kedalam matrik austenit dan karbida sisa yang terbentuk (retained carbide). Karbida
paduan sisa tidak hanya berpengaruh terhadap ketahanan aus, tetapi juga terhadap
pengaturan ukuran butiran austenit. Semakin halus dan semakin besar volume fraksi
karbida sisa yang terbentuk maka kontrol terhadap pertumbuhan butiran austenit
akan semakin efektif. Austenitisasi pada temperatur yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan terjadinya pertumbuhan butiran yang tidak diinginkan. Hal ini bisa
mengakibatkan terjadinya retakan, semakin banyaknya austenit sisa, dan terjadinya
distorsi.
Quenching
Quenching adalah proses pendinginan cepat logam atau material dari temperatur
austenitisasi atau temperatur solution treatment menuju temperatur kamar dengan
cara mencelupkan logam atau material tersebut kedalam media yang disebut dengan
quenchant (1). Tujuannya adalah untuk menghasilkan struktur mikro yang diinginkan,
biasanya bainit dan martensit.
Struktur martensit memiliki bentuk seperti jarum yang bersifat sangat keras dan
getas. Penampakan mikrostruktur martensit dipengaruhi oleh kandungan karbon.
Untuk kandungan karbon 0-0,6% struktur martensit dinamakan struktur lath dengan
penampakan kurang jelas menggunakan mikroskop optik. Sedangkan untuk jumlah
karbon lebih dari 1% maka akan muncul fasa austenit yang disebut austenit sisa.
Struktur martensit dengan austenit sisa ini dinamakan struktur plate. Struktur mikro
martensit lath dan plate ditunjukkan pada gambar 2.7.
Gambar 2.7 Foto Struktur Mikro, (a) Martensit Lath (b) Martensit Plate
Mikroskop Optik Perbesaran 700X (1)
Baja perkakas yang hendak diperkeras dengan pendinginan udara dan minyak
biasanya dihot-quenched terlebih dahulu pada temperatur 540 oC 650 oC setelah
diaustenitisasi. Media quenching harus bisa mendinginkan baja dengan relatif cepat.
2.3.4 Tempering
Baja perkakas yang telah diperkeras (hardened) biasanya langsung diberikan
perlakuan panas tempering agar dihasilkan kombinasi kekerasan, kekuatan, dan
ketangguhan yang lebih optimal. Sifat mekanik kekerasan, kekuatan, dan
ketangguhan sangat dibutuhkan pada baja perkakas, terutama baja perkakas yang
digunakan sebagai alat potong dan struktur bangunan. Oleh karena itu, perlakuan
panas tempering biasanya tidak bisa dipisahkan dari proses hardening.
Struktur mikro baja perkakas yang telah mengalami pengerasan (hardening) terdiri
atas austenit sisa, untempered martensite, dan karbida. Austenit sisa merupakan fasa
yang sangat merugikan karena dapat menurunkan kekerasan dan menyebabkan
terjadinya distorsi. Melalui perlakuan panas tempering, fasa austenit sisa ini dapat
dikurangi atau bahkan dihilangkan sehingga kekerasan maksimal bisa diperoleh.
Selain itu keberadaan untempered martensite tidak cocok untuk aplikasi dilapangan
karena sifatnya yang getas.
Pada baja perkakas dengan kandungan unsur pemadu yang lebih tinggi, sejumlah
untempered martensite dan austenit sisa masih terbentuk pada saat pendinginan
setelah tempering tahap pertama (single tempering). Oleh karena itu, tempering tahap
kedua biasanya diperlukan untuk mentransformasi austenit sisa dan untempered
martensite yang masih muncul setelah single tempering. Beberapa baja perkakas
paduan tinggi direkomendasikan untuk diberikan triple tempering atau quadruple
tempering. (1)
Beberapa aplikasi dari baja perkakas pengerjaan panas antara lain casting dies,
forging dies, shear blade, punch, piercer, dan mandrel. Beberapa tipe dari kelompok
baja ini biasa juga digunakan sebagai bahan konstruksi.
2.4.1 Baja Perkakas Pengerjaan Panas Kromium (chromium hot work tool steel)
Adapun yang termasuk kedalam baja pengerjaan panas kromium adalah baja AISI
H11 hingga H19. Baja ini termasuk kedalam baja paduan rendah dengan kandungan
kromium sekitar 3-5 % berat. Unsur-unsur pemadu utamanya antara lain karbon,
kromium, tungsten, dan vanadium. Kandungan unsur pemadu yang rendah
mengakibatkan baja ini memiliki ketangguhan yang baik pada kekerasan yang
sedang (40-55 HRC). Baja perkakas pengerjaan panas memiliki temperatur
pembentukan martensit (Ms) dan Mf (martensite finish) yang tinggi sehingga bisa
diperkeras melalui pendinginan udara (air hardening).
Baja tipe H11 hingga H19 memiliki ketahanan yang baik terhadap heat softening.
Hal ini disebabkan oleh kandungan kromium dan adanya unsur-unsur pembentuk
karbida seperti molybdenum, tungsten, dan vanadium. Semakin tinggi kandungan
molybdenum dan tungsten akan semakin meningkatkan kekuatan tetapi menurunkan
Semua baja pengerjaan panas kromium memiliki hardenabilitas yang sangat baik.
Baja AISI H11, H12, dan H13 dengan ketebalan hingga 152 mm dapat diperkeras
hingga kekerasan maksimal melalui pendinginan udara. Hardenabilitas yang sangat
baik dan kandungan unsur pemadu yang seimbang mengakibatkan baja ini lebih
tahan terhadap distorsi selama berlangsungnya proses hardening. Beberapa kelebihan
lain dari baja perkakas pengerjaan panas, khususnya baja AISI H11, H12, dan H13
antara lain kemudahannya untuk dibentuk, kemampuan las (weldability) yang baik,
koefisien ekspansi termal yang rendah, dan ketahanan terhadap oksidasi dan korosi
yang diatas rata-rata.
Tabel 2.11 Komposisi Kimia Chromium Hot Work Tool Steel (1)
Tabel 2.12 Komposisi Kimia Tungsten Hot Work Tool Steel (1)
Tabel 2.13 Komposisi Kimia Molybdenum Hot Work Tool Steel (1)
Perlakuan panas untuk menghasilkan fasa martensit terdiri atas tiga tahap utama,
yaitu pemanasan menuju temperatur austenitisasi, austenitisasi, dan pendinginan
(cooling) atau quenching. Pemanasan menuju temperatur austenitisasi biasanya
didahului dengan preheating. Preheating bertujuan untuk menghindari terjadinya
thermal shock yang dapat menyebabkan crack karena perubahan temperatur yang
drastis. Selain itu baja perkakas akan mengalami perubahan volume ketika
transformasi struktur mikro dari kondisi annealed ke kondisi pada temperatur tinggi
(austenitisasi). Apabila perubahan volume tidak berlangsung secara seragam pada
setiap bagian, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya distorsi yang tidak
diperlukan khususnya ketika perbedaan terjadi pada bagian yang mendingin sebelum
bagian lain mencapai temperatur yang dibutuhkan. Preheating pada baja perkakas
pengerjaan panas biasanya dilakukan pada temperatur 600-850 oC selama 3/4 jam
untuk setiap ketebalan satu inci. Proses pemanasan dilakukan selambat mungkin.
Ketika austenit terbentuk, unsur-unsur pemadu dan karbon akan mengalami partisi
didalam austenit dan karbida. Saat karbida larut, austenit akan menjadi kaya dengan
karbon dan kandungan unsur-unsur pemadu. Austenitisasi baja perkakas pengerjaan
panas dirancang untuk menghasilkan spheroidized carbide dalam jumlah yang cukup
signifikan. Tujuannya tidak lain adalah agar dihasilkan austenit dengan komposisi
yang optimal, meningkatkan ketahanan aus, dan mencegah terjadinya pengkasaran
dan pertumbuhan butiran yang tidak normal selama berlangsungnya proses
austenitisasi.
Hardenabilitas baja perkakas pengerjaan panas sangat tinggi sehingga bisa diperkeras
(di-hardening) melalui pendinginan udara. Transformasi austenit menjadi martensit
mulai terjadi pada temperatur pembentukan awal martensit (Ms). Semakin tinggi
kandungan karbon dan unsur pemadu austenit, maka temperatur Ms akan semakin
rendah. Hal ini akan mengakibatkan jumlah martensit yang terbentuk pada
Baja perkakas AISI H13 banyak digunakan sebagai dies untuk pengerjaan panas
logam (shearing, forming, punching, extruding dan trimming) dan mandrels. Selain
itu baja AISI H13 juga digunakan pada aplikasi struktural yang membutuhkan
kekuatan pada temperatur tinggi.
Seperti baja-baja lainnya, baja AISI H13 juga memerlukan perlakuan panas untuk
memperbaiki sifat-sifat mekanik dan fisiknya. Perlakuan panas yang umum
diterapkan pada baja AISI H13 menurut ASM International 2002 terdiri atas
annealing, stress relieving, preheating, austenitizing, dan tempering.
1. Annealing
Pemanasan pada perlakuan panas annealing harus dilakukan dengan lambat dan
seragam untuk mencegah terjadinya retakan, khususnya annealing pada baja
AISI H13 yang telah diperkeras. Pendinginan dari temperatur annealing biasanya
o
dilakukan dengan furnace cooling hingga temperatur 425 C, setelah itu
didinginkan ke temperatur kamar melalui pendinginan udara (air cooling). Laju
pendinginan maksimum adalah 22 oC per jam.
2. Stress Relieving
Stress relieving berguna untuk menghilangkan tegangan sisa pada baja AISI H13
yang telah mengalami proses permesinan kasar (rough machining) dan
mengurangi terjadinya distorsi pada saat hardening. Caranya adalah dengan
memanaskan baja hingga temperatur 650-730 oC dengan waktu tahan sekitar 2
jam. Kemudian setelah itu didinginkan perlahan hingga mencapai 500 oC lalu
didinginkan pada udara bebas.
3. Preheating
Preheating bertujuan untuk menghindari terjadinya thermal shock yang dapat
menyebabkan crack karena perubahan temperatur yang drastis. Preheating pada
(5)
baja AISI H13 biasanya dilakukan sebanyak dua tahap pada temperatur 600-
o
850 C. Selama berlangsungnya preheating baja harus dilindungi dari
dekarburisasi dengan cara mengalirkan gas inert seperti argon.
5. Tempering
Baja perkakas pengerjaan panas seperti AISI H13 harus ditemper secepat
mungkin setelah quenching atau pendinginan udara karena baja kelompok ini
sensitif terhadap retakan apabila disimpan terlalu lama sebelum tempering.
Multiple tempering biasa dilakukan pada baja AISI H13 untuk mengurangi
retakan akibat tegangan yang timbul setelah hardening. Selain itu multiple
tempering juga berguna untuk mentransformasikan austenit sisa yang masih
muncul setelah tempering pertama menjadi tempered martensit.
Siklus perlakuan panas pada baja AISI H13 dapat dilihat pada gambar 2.9 berikut ini.
(a)
2.7.2 Ketangguhan
Ketangguhan adalah suatu kemampuan logam untuk menyerap energi deformasi
plastis. Sifat ini penting untuk mengetahui bagian komponen atau konstruksi yang
terbuat dari logam yang harus menerima beban atau tegangan yang melebihi batas
elastisnya. Ketangguhan dinyatakan sebagai seluruh luas daerah dibawah kurva
tegangan-regangan, atau energi yang diserap atau dibutuhkan oleh logam untuk patah
akibat adanya tegangan luar statis.
Bila masa pendulum diketahui yaitu m dan berada pada ketinggian h0 sebelum
pendulum dilepaskan maka energi potensialnya adalah mgh0. Bila kemudian
pendulum dilepaskan dan mematahkan batang uji, maka dengan sebagian dari energi
potensial digunakan untuk mematahkan batang uji hingga pendulum hanya akan
mengayun pada ketinggian maksimum hf. Pada titik ayun maksimum ini energi
potensialnya adalah mghf. Perbedaan energi potensial (mgh0 mghf) adalah energi
yang diserap oleh spesimen untuk mematahkannya yang dikenal sebagai energi
impak. Semakin besar perbedaan energi tersebut atau energi yang diserap, maka
dikatakan material memiliki ketangguhan yang semakin besar.